Anda di halaman 1dari 88

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN II

DESAIN FORMULIR REKAM MEDIS DAN STATISTIK PELAYANAN


KESEHATAN DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

Disusun Oleh :
NINDI TRISNA FEBIYANTI
P1337437117103

PRODI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


JURUSAN REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SEMARANG
TAHUN 2018

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan II dengan judul :


DESAIN FORMULIR REKAM MEDIS DAN STATISTIK
PELAYANAN KESEHATAN DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG.
Disusun oleh : Nindi Trisna Febiyanti
NIM : P1337437117103
Telah disetujui dan disahkan sebagai syarat pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
II.
Prodi D III Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Semarang

Semarang, Desember 2018

Kepala Instalasi Rekam Medis Pembimbing Klinik

dr. Vera Provitasari Siti Maria Ulfah, Amd. RM, SKM

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan II dengan
judul DESAIN FORMULIR REKAM MEDIS DAN STATISTIK
PELAYANAN KESEHATAN DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG
dengan baik.
Adapun maksud dan tujuan penulis disini dalam menyusun laporan ini
ialah sebagai bukti tertulis dari hasil pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan II yang
telah penulis laksanakan pada tanggal 12 November – 08 Desember 2018
bertempat di RSI Sultan Agung Semarang.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak


yang telah memberikan dukungan, yakni:

1. Bapak Warijan, S.Pd, A.Kep, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes


Semarang.
2. Bapak Edy Susanto, SH, S.Si, M.Kes selaku Ketua jurusan Rekam Medis dan
Informasi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Semarang.
3. Bapak dr. H. Masyhudi AM, M.Kes selaku Direktur RSI Sultan Agung
Semarang.
4. Ibu dr. Vera Provitasari selaku Kepala Instalasi Rekam Medis RSI Sultan
Agung Semarang.
5. Ibu Siti Maria Ulfah, Amd. RM, SKM selaku Pembimbing Klinik Praktek
Kerja Lapangan II.
6. Ibu Sri Lestari, SKM, M.Kes selaku Pembimbing Akademik Praktik Kerja
Lapangan II.
7. Seluruh Staff dan Karyawan di Unit Rekam Medis RSI Sultan Agung
Semarang yang telah membimbing dan membantu kami selama PKL.

iii
8. Kedua Orang Tua yang senantiasa memberikan doa,dukungan, dan semangat
selama melakukan PKL II.
9. Teman – teman tercinta serta semua pihak yang telah membantu dan
memberikan motivasi kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih kurang sempurna maka dari
itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan
senang hati demi sempurnanya laporan ini.

Wasalamualaikum Wr. Wb

Semarang, Desember 2018

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................2
1.3 Tujuan ...........................................................................................3
1.4 Manfaat .........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................4
2.1 Rekam Medis ................................................................................4
2.1.1 Definisi Rekam Medis ........................................................4
2.1.2 Jenis Rekam Medis .............................................................5
2.2 Desain Formulir Rekam Medis .....................................................8
2.2.1 Definisi Desain Formulir Rekam Medis .............................8
2.2.2 Manfaat dan Kegunaan Desain Formulir Rekam Medis ....9
2.2.3 Dasar Hukum Desain Formulir Rekam Medis ..................11
2.2.4 Bentuk Desain Formulir Rekam Medis .............................12
2.2.5 Pengertian Pengendalian Formulir......................................13
2.2.6 Tujuan Pengendalian Formulir...........................................13
2.2.7 Cara Pengendalian Formulir Rekam Medis........................14
2.2.8 Pembuatan Formulir...........................................................14
2.2.9 Tim Pendesain Formulir Rekam Medis..............................14
2.2.10 Pertimbangan Desain Formulir Rekam Medis..................15
2.2.11 Isi Formulir Rekam Medis................................................18
2.3 Sistem Pelaporan dan Statistik Pelayanan Kesehatan RSI Sultan
Agung Semarang............................................................................20
2.3.1 Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)...............................20

v
2.3.2 Tujuan SIRS........................................................................21
2.3.3 Jenis Pelaporan SIRS..........................................................21
2.3.4 Statistik Pelayanan Kesehatan............................................24
2.3.5 Jenis Statistik......................................................................25
2.3.6 Fungsi Statistik Dalam Bidang Kesehatan..........................26
2.3.7 Statistik Data Administratif................................................26
2.4 Grafik Barber Johnson..................................................................27
2.4.1 Indikator Pelayanan Rumah Sakit.......................................27
2.4.2 Manfaat Grafik Barber Johnson..........................................30
2.4.3 Cara Membuat Grafik Barber Johnson...............................30
2.5 Pengkodean Diagnosis Penyakit dan Tindakan............................32
2.5.1 Diagnosis............................................................................32
2.5.2 Kodefikasi Penyakit dan Tindakan.....................................33
2.6 Sistem INA CBG’s.......................................................................35
2.6.1 Definisi INA CBG’s...........................................................35
2.6.2 Peran Koding dalam Sistem INA CBG’s...........................35
2.6.3 Metode Pembayaran di Rumah Sakit..................................36
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................37
3.1 Gambaran Umum Rumah Sakit dan Instalasi Rekam Medis
RSI Sultan Agung Semarang ......................................................37
3.1.1 Sejarah Singkat RSI Sultan Agung Semarang....................37
3.1.2 Visi, Misi, dan Motto RSI Sultan Agung Semarang...........38
3.1.3 Sejarah Rekam Medis RSI Sultan Agung Semarang .........39
3.1.4 Visi, Misi, Motto Instalasi Rekam Medis RSI Sultan Agung
Semarang ...........................................................................40
3.2 Desain Formulir Rekam Medis Berbasis Manual dan Elektronik
di RSI Sultan Agung Semarang ....................................................41
3.2.1 Desain Formulir Rekam Medis Kertas ..............................41
3.2.2 Desain Formulir Rekam Medis Elektronik ........................48
3.3 Sistem Pelaporan dan Statistik Pelayanan Kesehatan di RSI Sultan
Agung Semarang.................................................................................49

vi
3.3.1 Alur Prosedur Sistem Pelaporan
RSI Sultan Agung Semarang..............................................49
3.3.2 Sistem Pelaporan Rekam Medis
RSI Sultan Agung Semarang..............................................50
3.3.3 Statistik Pelayanan Kesehatan
RSI Sultan Agung Semarang..............................................53
3.4 Sistem Pengkodean di RSI Sultan Agung Semarang........................58
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................61
4.1 Kesimpulan ..................................................................................61
4.2 Saran ............................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................63
LAMPIRAN ..................................................................................................64

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara paripurna, artinya rumah sakit
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif.
Pada masa ini rekam medis di rumah sakit merupakan salah satu
komponen penting dalam sebuah instansi kesehatan salah satunya adalah
rumah sakit. Hal ini terkait dengan SK Menkes No. 031 dan 034 /
BIRHUP / 1972 yang didalamnya memuat bahwa setiap rumah sakit harus
menyelenggarakan medical recording, reporting dan hospital statistic.
Dalam rekam medis sangat berkaitan erat dengan adanya formulir.
Formulir yang di desain kurang baik dapat menyebabkan pengumpulan data
tidak memadai, dokumentasi menjadi terlambat, informasi salah, duplikasi
terhadap upaya yang dilakukan dan kesalahan-kesalahan lainnya. Adanya
sistem desain formulir yang ada di sediakan untuk memenuhi kebutuhan,
dan pendesainan di dahului oleh adanya faktor penganalisaan yang
menunjukkan perlunya suatu formulir baru atau perlunya diadakan
perubahan terhadap formulir yang telah ada, dan ketentuan tersebut
diadakan untuk mempertimbangkan kebutuhan dari pihak-pihak yang akan
mengisi, membaca, memproses atau mengunakan dan bahkan bagi mereka
yang akan mengisi formulir. Pemeliharaan dan kontrol formulir yang tidak
efisien bisa saja terjadi karena banyaknya jumlah formulir yang digunakan
oleh para pengguna dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Desain formulir

1
menjadi cara yang paling penting untuk mencatat, mengumpulkan,
pengelolahan dan penyajian data dalam suatu sistem pelayanan, maka dari
itu rumah sakit perlu untuk melakukan tinjauan terhadap desain formulir
yang sudah ada.
Statistik rumah sakit yaitu statistik yang bersumber pada data rekam
medis, sebagai informasi kesehatan yang digunakan untuk memperoleh
kapasitas bagi praktisi kesehatan, manajemen dan tenaga medis dalam
pengambilan keputusan. (Rustiyanto, 2010)
Dalam Undang – undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit, Bab XI Pasal 52 ayat (1) tentang pencatatan dan
pelaporan menyatakan bahwa setiap rumah sakit wajib melakukan
pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatan penyelenggaraan rumah
sakit dalam bentuk sistem informasi manajemen rumah sakit. Adapun pihak
yang berwenang menerima laporan – laporan tersebut yaitu pimpinan rumah
sakit dan dinas kesehatan.
Selain desain formulir dan pelaporan, klasifikasi dan kodefikasi
penyakit dan tindakan juga penting dalam penulisan kode di formulir, kode
penyakit dan tindakan yang tercatat sangat mempengaruhi pelaporan yang
akan dikirim ke kementerian kesehatan untuk menentukan tarif grouping
INA-CBG dan tarif rumah sakit di RSI Sultan Agung Semarang.
Sesuai dengan penjabaran diatas, peran rekam medis sangat penting
bagi pelaksanaan pelayanan kesehatan maupun bagi kemajuan rumah sakit.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji dan mengetahui lebih lanjut
mengenai “Desain Formulir Rekam Medis dan Statistik Pelayanan
Kesehatan di RSI Sultan Agung Semarang”.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana pengelolaan desain formulir di instalasi rekam medis RSI
Sultan Agung Semarang?
2. Bagaimana sistem pelaporan dan statistik pelayanan kesehatan di
instalasi rekam medis RSI Sultan Agung Semarang?

2
3. Bagaimana cara pengkodean serta grouping diagnosis dan tindakan
pada software INA – CBG’s di RSI Sultan Agung Semarang?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui dan mengkaji pengelolaan desain formulir di instalasi
rekam medis RSI Sultan Agung Semarang?
2. Mengetahui sistem pelaporan dan statistik pelayanan kesehatan di
instalasi rekam medis RSI Sultan Agung Semarang?
3. Mengetahui cara pengkodean serta grouping diagnosis dan tindakan
pada software INA – CBG’s di RSI Sultan Agung Semarang.

1.4 MANFAAT
Adapun manfaat yang didapat dari pembuatan Laporan Praktik Kerja
Lapangan II adalah sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa memperoleh tambahan ilmu dan dapat memperluas
wawasan mengenai gambaran nyata tentang pengelolaan desain
formulir, sistem pelaporan dan statistik pelayanan kesehatan, serta cara
pengkodean serta grouping diagnosis dan tindakan pada software INA –
CBG’s di instalasi Rekam Medis RSI Sultan Agung Semarang.
2. Bagi RSI Sultan Agung Semarang.
Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi pelayanan kesehatan
dan peningkatan kinerja petugas rekam medis di masa akan datang di
RSI Sultan Agung Semarang.
3. Bagi Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Poltekkes Kemenkes Semarang
Sebagai bahan pertimbangan dan panduan untuk pelaksanaan
perkuliahan di masa mendatang agar lebih baik, serta dapat
memperkaya materi dari hasil praktik kerja lapangan yang telah
dilaksanakan oleh mahasiswa.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 REKAM MEDIS


2.1.1 Definisi Rekam Medis
Menurut PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 yang
dimaksud rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan
dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan
yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien. Catatan merupakan tulisan-tulisan yang
dibuat oleh dokter atau dokter gigi mengenai tindakan-tindakan yang
dilakukan kepada pasien dalam rangka palayanan kesehatan.
Sedangkan dalam Surat Keputusan Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik No. 78 tahun 1991 tentang Penyelenggaraan Rekam
Medis di Rumah sakit, rekam medis adalah berkas yang berisikan
catatan dan dokumen tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan,
diagnosis, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan
kepada seorang pasien selama dirawat di rumah sakit yang dilakukan
di unit-unit rawat jalan termasuk unit gawat darurat dan unit rawat
inap.
Rekam Medis adalah fakta yang berkaitan dengan keadaan
pasien, riwayat penyakit, dan pengobatan masa lalu serta saat ini yang
ditulis oleh profesi kesehatan yang memberikan pelayanan kepada
pasien tersebut (Edna K Huffman; 1999).
Rekam  medis  adalah  berkas  yang  berisikan  catatan  dan 
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan,
dan pelayanan lain kepada pasien di sarana pelayanan kesehatan
(Gemala R. Hatta; 2008).

4
2.1.2 Jenis Rekam Medis
Berdasarkan perkembangannya rekam medis memiliki dua jenis :
1. Rekam Medis Konvensional
Rekam medis dalam bentuk tercatat/ tertulis lengkap dan jelas,
dalam bentuk formulir yang isinya sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Bentuk rekam medis ini sangat umum dan dapat
ditemukan di rumah sakit, klinik, puskesmas maupun sarana
pelayanan kesehatan lainnya.
a. Kelebihan rekam medis konvensional :
1. Mudah didapat dan dibawa.
2. Bisa dilakukan siapa saja dalam hal ini staff medis yang
tidak memerlukan keterangan khusus.
b. Kekurangan rekam medis konvensional :
1. Dapat terjadi kesalahan dalam penulisan dan pembacaan.
2. Tidak ringkas, mudah rusak jika terkena air, mudah
terbakar karena terbuat dari bahan kertas.
3. Keterbatasan dalam hal penyimpanan karena jumlahnya
yang besar. Memerlukan ruangan yang luas untuk
menyimpan.
2. Rekam Medis Elektronik.
Rekam medis elektronik adalah setiap catatan, pernyataan,
maupun interpretasi yang dibuat oleh dokter atau petugas kesehatan
lain dalam rangka diagnosis dan penanganan pasien yang
dimasukkan dan disimpan dalam bentuk penyimpanan elektronik
(digital) melalui sistem komputer.
Computerized Patient Record (CPR) atau komputerisasi
rekaman pasien diperkenalkan di tahun 1991. Institute of Medicine
(IOM) sebagai pelopor CPR mendefiniskan rekam kesehatan
berbasis komputer (1991) adalah rekaman pasien yang dikerjakan
secara elektronis dan bernaung dalam sistem yang dirancang secara
khusus guna mendukung pengguna dalam mengakses data secara

5
lengkap dan akurat. CPR bertujuan untuk menghilangkan hambatan
yang biasa terdapat pada DRM format kertas. Sebelum CPR,
dikenal Electronic Medical Record (EMR), bedanya EMR
menyimpan semua berkas dan bukan berdasarkan satuan data
elemen individu pasien. EMR adalah versi elektronis rekaman yang
terbuat dari kertas.
1) Undang-Undang yang berkaitan dengan rekam medis elektronik
a. Undang-Undang No.11 tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektrolik (ITE) pasal 5, 6, 11, dan 16.
b. Undang-Undang praktik Kedokteran No.29 tahun 2004 pasal
46 UU dan 47 UU
c. Undang-Undang No. 23 tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan
d. Undang-Undang No. 14 tahun 2008 Keterbukaan Informasi
Publik
e. Kepmenkes 844 tahun 2006 tentang kodefikasi data.
2) Karakteristik rekam medis elektronik
a. Akses simultan dari berbagai tempat
b. Tampilan data dapat dilihat dari berbagai pendekatan
c. Data entri lebih terstruktur
d. Sistem pendukung keputusan
e. Mempermudah analisis data
f. Mendukung pertukaran data secara elektronik dan
pemanfaatan data secara bersama-sama (data sharing )
g. Dapat bersifat multimedia
3) Aspek keamanan rekam kesehatan elektronik
Menurut Sabarguna (2008) ada lima aspek dalam pelaksanaan
rekam kesehatan elektronik, yaitu :

6
a. Privacy atau Confidentiality
Hal utama dari aspek Privacy atau confidentiality adalah
menjaga informasi dari pihak-pihak yang tidak memiliki hak
untuk mengakses informasi dalam rekam medis.
b. Integrity
Permenkes 269 tahun 2008, pasal 5 ayat 6 “Pembetulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) hanya dapat dilakukan
dengan cara pencoretan tanpa menghilangkan catatan yang
dibetulkan dan dibubuhi paraf dokter, dokter gigi atau tenaga
kesehatan tertentu yang bersangkutan.”
Pencoretan tidak dapat dilakukan dalam rekam kesehatan
elektronik, diperlukan pengamanan atau proteksi yang lebih
untuk tidak menghapus data yang tersimpan dalam rekam
kesehatan elektronik dan segala perubahanya dapat diketahui.
c. Autentication
Autentication berhubungan dengan akses terhadap
informasi. Tidak semua tenaga kesehatan dapat memasukan
data atau melakukan perubahan data dan sesuai dengan
kapasitasnya masing-masing sehingga perlu pembatasan
akses, setiap perubahan harus ada pertanggung jawaban.
d. Access Control
Access control adalah aspek yang menekankan pada cara
pengaturan akses terhadap informasi. Access control dapat
mengatur siapa-siapa saja yang berhak untuk mengakses
infomasi atau siapa-siapa saja yang tidak berhak mengakses
informasi.
e. Non-repudiation
Aspek ini erat kaitannya dengan suatu transaksi atau
perubahan informasi. Aspek ini mencegah agar seseorang
tidak dapat menyangkal telah melakukan transaksi atau
perubahan terhadap suatu informasi.

7
3. Rekam Medis Berbasis Web
Rekam medis berbasis web adalah rekam medis yang dibangun
menggunakan teknologi komputer berbasis web dengan bahasa
pemrograman PHP berbasis data MySQL.
a. Kelebihan dari rekam medis berbasis web adalah :
1. Dapat menjalankan aplikasi web base dimanapun dan
kapanpun tanpa harus melakukan penginstalan.
2. Tidak memerlukan lisensi ketika menggunakan web-based
application.
3. Dapat dijalankan di sistem operasi manapun.
4. Dapat diakses lewat banyak media, seperti komputer dan
handphone.
5. Tidak perlu spesifikasi komputer yang tinggi untuk
menggunakan aplikasi berbasis web ini.
b. Kekurangan dari rekam medis berbasis web :
1. Dibutuhkan koneksi intranet.
2. Internet yang handal dan stabil.
3. Dibutuhkan system keamanan yang baik.

2.2 DESAIN FORMULIR REKAM MEDIS


2.2.1 Definisi Desain Formulir Rekam Medis
Menurut Edna K. Huffman RRA (1994), desain formulir adalah
kegiatan merancang formulir berdasarkan kebutuhan pencatatan
transaksi pelayanan, kegiatan pelayanan dan penyusunan atau
pembuatan laporan organisasi.
Desain biasanya diterjemahkan sebagai seni terapan, arsitektur
dan sebagai pencapaian kreatif lainnya. Dalam sebuah kalimat, kata
desain biasa digunakan sebagai kata kerja maupun kata benda.
Sebagai kata kerja, desain memiliki arti proses untuk membuat dan
menciptakan objek baru. Sebagai kata benda, desain digunakan untuk
menyebutkan hasil akhir dari sebuah rencana, proposal, atau

8
berbentuk obyek nyata. (Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas).
Formulir adalah lembaran atau surat yang harus disi. Jenis
formulir bermacam-macam, diantaranya formulir pendaftaran, kartu
keluarga, wesel pos, kartu pos, daftar riwayat hidup, selip tabungan
dll. (Ifa iklassiyah, 2010).
Dari penjelasan-penjelasan diatas, dapat disimpukan bahwa
desain formulir adalah proses produksi kreatifitas seseorang pada
formulir berupa kertas atau formulir elektronik dalam bentuk
komunikasi visual yang mempunyai fungsi dan nilai estetika untuk
menyampaikan informasi atau pesan kepada setiap orang yang telah
diatur formatnya sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan tertentu.
Desain formulir adalah kegiatan merancang formulir berdasarkan
kebutuhan pencatatan transaksi pelayanan atau pembuatan pelayanan
atau pembuatan laporan organisasi (Wahono,2010).

2.2.2 Manfaat Dan Kegunaan Desain Formulir Rekam Medis


Dalam mendesain sebuah dokumen rekam medis harus
memperhatikan kepada siapa dokumen tersebut akan ditunjukkan,
kepentingannya, berapa sering dokumen tersebut digunakan, ditulis
cetak atau ditulis tangan, yang didalamnya harus memuat komponen,
Heading, Introduction, Instruction, Body, dan Close.
Manfaat Formulir Rekam Medis :
1) Sebagai alat penting untuk menjalankan organisasi rumah sakit.
2) Untuk merekam data transaksi sebagai bukti proses pelayanan
kepada pasien.
3) Untuk mengurangi kemungkinan kesalahan dengan cara
menjalankan semua kejadian dalam bentuk tulisan.
4) Sebagai alat komunikasi yaitu menyampaikan informasi pokok
dari orang satu ke orang lain dalam unit kerja yang sama atau unit
kerja lain. (Noor Riyadi, 1999).

9
Formulir rekam medis yang digunakan di unit Rawat Inap (Bambang
Shofari, 2002) :
1. Ringkasan riwayat masuk keluar.
2. Surat permintaan rawat.
3. Anamnesis.
4. Catatan lanjutan keperawatan.
5. Formulir perjalanan penyakit atau instruksi atau tindakan terapi.
6. Daftar pengobatan atau catatan pemberiian obat.
7. Grafik S,N,T (Suhu, Nadi, Tensi).
8. Permintaan pemeriksaan penunjang dan hasil pemeriksaan
penunjang.
9. Ringkasan diagnosa
10. Resume keluar (hidup atau mati).
11. Formulir spesialisasi sesuai jenis spesialisasinya.
12. Keseimbangan gas cairan.
13. Laporan anastesi.
14. Laporan operasi.
15. Laporan persalinan dan identifikasi bayi.
16. Konsultasi.
17. Diagnostic invasive.
18. Inform consent.
19. Catatan dokter pindah.
20. Catatan keperawatan pasien pindah.
21. Salinan resep.
22. Sebab kematian.
23. Pulang paksa.

10
Formulir rekam medis yang digunakan di Unit Rawat Jalan (Bambang
Shofari, 2002):
1. Kartu pasien
2. Identitas pasien.
3. Ringkasan riwayat pasien rawat jalan.
4. Catatan poliklinik.
5. Konsultasi.
6. Hasil pemeriksaan penunjang.
7. Informed consent.
8. Lembaran spesifik.
9. Evaluasi social.
10. Evaluasi psikolog.
11. Data dasar keperawatan.
12. Catatan lanjutan medis.
13. Salinan resep.
14. Catatan lanjutan keperawatan.
15. KIUP (kartu indeks utama pasien).
16. Buku register.

2.2.3 Dasar Hukum Desain Formulir Rekam Medis


1. PERMENKES RI NO 269/MENKES/PER/III/2008 tentang
rekam medis, disebutkan bahwa isi minimal dari sebuah rekam
medis pada sarana pelayanan kesehatan.
2. Pasal 53 UU No.23 Th. 1992 Tentang hak atas informasi dan hak
memberikan persetujuan tindakan medis.
3. PERMENKES NO. 585/MENKES/PER/9/1989 Tentang
Persetujuan Tindakan Medik.
4. Pasal 45 UU No.29 Th. 2004 Tentang Praktik Kedokteran.
5. SE Dirjen Yanmed RI Nomor HK.00.06.1.5.01160 tahun 1995,
tentang petunjuk teknis pengadaan formulir rekam medis dasar
dan pemusnahan arsip rekam medis.

11
2.2.4 Bentuk Desain Formulir Rekam Medis
1. Desain Formulir Kertas
Rekam medis yang terbuat dan berbentuk lembaran-lembaran
kertas yang diisi dengan tulisan tangan atau ketikan komputer yang
telah diprint.
a) Kelebihan formulir kertas
1. Kemudahan dalam pencatatannya
2. Petugas tidak perlu training teknologi dalam mengisi
formulir
b) Kekurangan formulir kertas
1. Sulitnya melacak dokumen rekam medis
2. Rawan rusak terkena air, serangga, mudah terbakar,
mudah lusuh dan salah letak.
3. Hanya satu orang yang dapat mengakses dalam satu
waktu.
4. Pemantauan dokumen rekam medis yang hilang tidak
dilakukan oleh petugas dengan baik.
2. Desain Formulir Elektronik
Dalam setiap catatan, pernyataan, maupun interpretasi yang
dibuat oleh dokter atau petugas kesehatan lain dalam rangka
diagnosis dan penanganan pasien yang dimasukkan dan disimpan
dalam bentuk penyimpanan elektronik (digital) melalui sistem
komputer.
a) Kelebihan Formulir elektronik :
1. Tidak kehabisan formulir.
2. Memungkinkan siap mengakses secara cepat untuk beragam
sumber profesional.
3. Pengisian lebih cepat.
4. Ketidakefisien dapat dihindari.

12
b) Kekurangan formulir elektronik :
1. Perlunya training dalam penggunaan teknologi untuk
mengisi formulir.
2. Adanya potensi ancaman terhadap privasi dan sekuritas.
3. Biaya yang mahal dalam pengadaannya.

2.2.5 Pengertian Pengendalian Formulir


Pengendalian formulir adalah kegiatan secara teratur dan terus
menerus untuk:
a. Mencegah jangan sampai ada formulir yang digunakan tidak
sebagaimana mestinya
b. Mencegah jangan sampai ada formulir yang dirubah tanpa
persetujuan sebelumnya
c. Mencegah jangan sampai ada formulir yang beredar tanpa
persetujuan yang berwenang
d. Agar pekerjaan rutin tidak dirubah tanpa rencana, sehingga
formulir tidak dirubah secara mendadak.

2.2.6 Tujuan Pengendalian Formulir


a. Menjamin Desain dan bentuk formulir yang efektif
b. Mengembangkan dan memelihara cara yang tepat dalam
menghasilkan dan memakai formulir yang dibutuhkan
c. Mendidik dan membantu petugas pelaksana dalam mendesain
formulir
d. Menghentikan formulir yang tidak berguna
e. Memberikan kesempatan untuk menghentikan petugas yang
memiliki kecendrungan mengubah formulir yang ada

13
2.2.7 Cara Pengendalian Formulir Rekam Medis
1. Inventarisasi formulir
Kegiatan inventarisasi formulir dilakukan dengan membuat folder
file riwayat formulir.
2. Identifikasi formulir
Identifikasi formulir adalah pemberian nomor pada setiap
penerbitan formulir. Selain pemberian kode identifikasi, pada
kegiatan identifikasi formulir ini dilakukan dengan pembuatan
register yang berisi item:
a. Nomor formulir. Contoh: RM 01
b. Judul formulir. Contoh: Ringkasan Keluar (Resume)
c. Ukuran formulir. Contoh: A4 atau F4
d. Tanggal penerbitan formulir. Contoh: 11/12
e. Tanggal revisi formulir. Contoh: Rev 2
f. Unit/ instalasi yang mengeluarkan formulir. Contoh: IRM

2.2.8 Pembuatan Formulir


Proses pembuatan formulir dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Pembuat formulir mengadakan diskusi dengan yang meminta
formulir
b. Pembuat formulir mencari/ menggali informasi dari pihak terkait
sehubungan dengan form yang akan dirancang
c. Pembuat formulir membuat konsep dan didiskusikan kembali
d. Pembuat form mengadakan penyempurnaan

2.2.9 Tim Pendesain Formulir Rekam Medis


Rekam medis dihasilkan dari suatu upaya pelayanan kesehatan
pasien yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang terdiri dari berbagai
disiplin ilmu. Sehingga desain formulir rekam medis harus melibatkan
setiap unsur utama yang terlibat dalam pelayanan kepada pasien.

14
Unsur utama tersebut minimal terdiri dari dokter, perawat, dan praktisi
rekam medis atau dapat ditambahkan juga tenaga kesehatan lainnya
yang erat kaitannya dengan pelayanan kepada pasien. Semua unsur
utama tersebut dibentuk dalam sebuah wadah yang dinamakan Panitia
Rekam Medis. Dalam dinamikanya, Panitia Rekam Medis harus dapat
mengidentifikasi kebutuhan datanya, dengan tepat memperhatikan
tujuan akhirnya, yaitu untuk memberikan pelayanan yang berkualitas
kepada setiap pasien.

2.2.10 Pertimbangan Desain Formulir Rekam Medis


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain formulir rekam
medis berbentuk kertas/hardcopy (Huffman,1994:262). Menurut
Shofari dan Eny (2008) ada beberapa aspek desain formulir rekam
medis yang perlu diperhatikan, antara lain:
a. Aspek Anatomi
1) Kepala (heading)
Kepala (heading) memuat judul dan informasi mengenai
formulir, nama dan alamat organisasi, nama dan nomor
formulir, tanggal penerbitan dan halaman. Biasanya judul
terletak pada bagian tengah atas. Hal ini untuk menunjukan
jenis dan kegunaannya. Judul dibuat sesingkat mungkin tetapi
jelas. Nomor formulir diletakkan di pojok baik atas maupun
bawah. Nomor formulir ini dapat juga digunakan untuk
menunjukan sumber dan jenisnya. Jika formulir terdiri lebih
dari satu halaman, maka tiap-tiap halaman harus diberi nomor
dan jumlah halaman, supaya bila ada halaman yang hilang
dapat diketahui.
2) Pendahuluan (introduction)
Pendahuluan (introduction) memuat informasi pokok yang
menjelaskan tujuan dari penggunaan formulir yang
bersangkutan. Kadang-kadang tujuan ditunjukan oleh judul.

15
3) Perintah (instruction)
Perintah yang dimaksud adalah keterangan agar user dapat
dengan segera mengetahui berapa lembar salinan yang
diperlukan, siapa yang harus menyerahkan/mengirimkan
formulir, kepada siapa lembar salinan dikirimkan, dan
semacamnya. Intruksi tidak boleh diletakkan diantara ruang-
ruang atau entry, karena hal ini membuat formulir terkesan
berantakan dan mempersulit pengisian.
4) Badan (body)
Badan (body) merupakan bagian inti dari suatu formulir.
Bagian ini disediakan khusus untuk pekerjaan substantive
formulir yang sesungguhnya dalam menyusun urut-urutan data
harus logis, sistematis, konsisten, sehingga mudah untuk
dibaca dan dipahami.
5) Penutup (close)
Komponen utama terakhir formulir kertas adalah ”close”
atau penutup, merupakan ruangan yang disediakan untuk tanda
tangan otentikasi dan persetujuan.

b. Aspek fisik
1) Warna
Penggunaan warna membantu mengidentifikasi dengan
cepat formulir yang dipergunakan. Warna yang baik adalah
warna yang datanya mudah dibaca dan cerah.
2) Bahan
Yang harus diperhatikan dalam penelitian bahan adalah
berat kertas dan kualitas kertas yang berkaitan dengan
permanency atau penyimpanan.
3) Ukuran
Ukuran yang digunakan adalah ukuran praktis yang
disediakan dengan kebutuhan isi formulir. Usahakan ukuran

16
kertas yang digunakan berupa ukuran kertas standar dan
banyak dijua seperti A4 atau folio.
4) Bentuk
Menyarankan bentuk (vertikal, horizontal, dan persegi
panjang). Beberapa faktor harus dipertimbangkan di dalam
pemilihan kertas yang akan digunakan, yaitu:
a) Lama formulir akan disimpan
b) Penampilan dari formulir
c) Banyak formulir tersebut ditangani
d) Bagaimana penanganannya (halus, kasar, dilipat, atau
dibawa-bawa oleh pemakainya)
e) Kemudahan untuk digunakan
f) Tahan lama untuk pengisian yang lama
g) Lingkungan (minyak, kotor, panas, dingin, lembab)
h) Metode untuk pengisian data di formulir (tulis tangan,
mesin)
i) Keamanan terhadap pudarnya data
c. Aspek Isi
Dalam pembuatan desain formulir harus memperhatikan aspek isi
yaitu :
1) Kelengkapan data
Mempertimbangkan data atau item apa saja yang perlu
dimasukkan dalam mendesain formulir.
2) Terminologi data.
Ada tidaknya istilah bahasa medis yang tidak diketahui
oleh orang awam yang perlu diberi keterangan dalam Bahasa
Indonesia.
3) Singkatan
Penggunaan singkatan dalam desain formulir harus
menggunakan singkatan yang standar. Singkatan tersebut harus
disepakati dan dipahami oleh seluruh sumber daya di rumah

17
sakit. Beberapa contoh singkatan yang sering digunakan untuk
membuat formulir atau ketika mengisi formulir rekam medis
adalah : L (Laki – laki), P (Perempuan), Tgl (Tanggal), CKR
(Cedera Kepala Ringan), DADS (Dispepsia Akut Dehidrasi
Sedang) dan lain – lain.
4) Simbol
Penggunaan simbol dalam formulir harus sesuai dengan
standar, khususnya standar di rumah sakit tersebut. Untuk
mendapatkan simbol yang sesuai standar dapat dilakukan
dengan pembuatan surat keputusan tentang pemberlakuan
simbol yang ada di rumah sakit. Contoh penggunaan simbol
yang sering ada di rumah sakit adalah : & yang berarti “dan”
dan simbol plus (+) yang artinya “pasien meninggal”.

2.2.11 Isi Formulir Rekam Medis


1. Formulir rekam medis yang digunakan di Unit Rawat Jalan.
Data pasien rawat jalan yang dimasukkan dalam rekam medis
sekurang-kurangnya antara lain:
a. Identitas Pasien
b. Tanggal dan waktu.
c. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat
penyakit).
d. Hasil Pemeriksaan fisik dan penunjang medis.
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan atau tindakan
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
i. Untuk kasus gigi dan dilengkapi dengan odontogram
klinik.
j. Persetujuan tindakan bila perlu.

18
2. Formulir rekam medis yang digunakan di Unit Rawat Inap
Data pasien rawat inap yang dimasukkan dalam rekam medis
sekurang-kurangnya antara lain:
a. Identitas Pasien
b. Tanggal dan waktu.
c. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit.
d. Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang medis.
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan atau tindakan
h. Persetujuan tindakan bila perlu
i. Catatan obsservasi klinis dan hasil pengobatan
j. Ringkasan pulang (discharge summary)
k. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga
kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan.
l. Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan
tertentu.
m. Untuk kasus gigi dan dilengkapi dengan odontogram klinik.
3. Formulir rekam medis yang digunakan di Instalasi Gawat
Darurat.
a. Identitas Pasien
b. Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan
c. Identitas pengantar pasien
d. Tanggal dan waktu.
e. Hasil Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat
penyakit).
f. Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang medis.
g. Diagnosis
h. Pengobatan dan/atau tindakan
i. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan
unit gawat darurat dan rencana tindak lanjut.

19
j. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga
kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan.
k. Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan
dipindahkan ke sarana pelayanan kesehatan lain dan
l. Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan
tertentu.

2.3 SISTEM PELAPORAN DAN STATISTIK PELAYANAN


KESEHATAN RSI SULTAN AGUNG SEMARANG
Pelaporan Rumah Sakit merupakan suatu alat organisasi yang
bertujuan untuk dapat menghasilkan laporan rumah sakit secara tepat, cepat,
dan akurat. Di bidang kesehatan kehadiran statistik sangat banyak sekali
manfaat dan kegunaannya seiring dengan perkembangan ilmu dan
pengetahuan bidang kesehatan yang secara garis besar jenis laporan di
rumah sakit dibedakan menjadi 2, yaitu laporan internal dan eksternal.
Laporan internal yang dibuat sebagai masukan untuk menyusun konsep
Rancangan Dasar Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Indikasi
laporan meliputi pasien masuk rumah sakit, pasien keluar rumah sakit,
pasien meninggal di rumah sakit, lamanya pasien dirawat, hari perawatan,
prosentase pemakaian tempat tidur, kegiatan persalinan, kegiatan
pembedahan dan tindakan medis lainnya, kegiatan rawat jalan penunjang
dan eksternal Rumah Sakit (Pedoman Prosedur dan Penyelenggaraan
Rekam Medis di Rumah Sakit di Indonesia Revisi ke III, 2006:40).
2.3.1 Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)
SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit) adalah suatu proses
pengumpulan, pengolahan dan penyajian data rumah sakit se-
Indonesia. Sistem Informasi ini mencakup semua rumah sakit umum
maupun khusus, baik yang dikelola secara publik maupun privat
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

20
SIRS yang berlaku saat ini adalah SIRS revisi 6 tahun 2011.
Rangkaian proses data pelaporan rumah sakit dikirimkan dari Rumah
Sakit ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Selain itu juga dibutuhkan pelaporan dari rumah
sakit ke KEMENKES RI. Aplikasi SIRS berbasis Online, untuk itu
setiap rumah sakit harus terlebih dahulu melakukan registrasi di situs
resmi Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan dari Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.

2.3.2 Tujuan SIRS


1. Membantu mewujudkan visi dan misi rumah sakit
2. Membangun dan mengembangkan infrastruktur teknologi
informasi.
3. Meningkatkan kinerja rumah sakit menjadi lebih efisien dan
efektif.
4. Meningkatkan mutu dan mempercepat proses pelayanan rumah
sakit.

2.3.3 Jenis pelaporan SIRS


Jenis laporan SIRS yang dibuat dibedakan menjadi 2 kelompok :
1) Laporan Intern
Laporan yang dibuat sebagai masukan untuk menyusun
konsep Rancangan Dasar Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit Indikasi laporan adalah Sensus Harian, meliputi : Pasien
masuk rumah sakit, pasien keluar rumah sakit, pasien meninggal
di rumah sakit, lamanya pasien dirawat, hari perawatan,
prosentase pemakaian TT, kegiatan persalinan, kegiatan
pembedahan dan tindakan medis lainnya, kegiatan rawat jalan
penunjang.

21
2) Laporan Ekstern
Pelaporan yang wajib dibuat oleh rumah sakit sesuai dengan
peraturan yang berlaku, ditunjukkan kepada Departemen
Kesehatan RI, Kanwil Depkes RI (sekarang , Dinkes Propinsi,
Dinkes Kabupaten/kota Pelaporan yang dibuat sesuai kebutuhan
Depkes RI, meliputi :
1. RL1 = Data dasar rumah sakit (tiap ada perubahan)
2. RL2 = Data Ketenagaan rumah sakit (tahunan)
3. RL3 = Data kegiatan pelayanan (tahunan)
4. RL4 = Data morbiditas dan mortalitas (triwulan)
5. RL5 = Data kunjungan dan 10 besar penyakit (bulanan)

Formulir pelaporan SIRS terdiri dari 5 (lima) Rekapitulasi Laporan


(RL), diantaranya :
1. RL 1 berisikan Data Dasar Rumah Sakit
Dilaporkan setiap waktu apabila terdapat perubahan data
dasar dari rumah sakit sehingga data ini dapat dikatakan data yang
bersifat terbarukan setiap saat (update).
Data dasar rumah sakit yaitu data mengenai jumlah tempat
tidur yang tersedia di rumah sakit dan fasilitas yang ada di unit
rawat jalan atau poliklinik yang menyediakan pelayanan dokter
spesialis atau sub spesialis untuk menangani pasien.
Dapat disajikan data tentang perkembangan tempat tidur di
rumah sakit atau bisa juga tentang data pelayanan spesialis atau
sub spesialis apa yang ada di rumah sakit tersebut.
2. RL 2 berisikan Data Ketenagaan
Data ketenagaan dilaporkan periodik setiap tahun. Data
ketenagaan rumah sakit menyajikan tentang jumlah semua tenaga
yang bertugas di rumah sakit baik tenaga dokter, perawat maupun
petugas lainnya. Dengan data ini bisa disajikan tentang berapa
tenaga dokter, perawat atau yang lainnya.

22
3. RL 3 berisikan Data Kegiatan Pelayanan Rumah Sakit
Data kegiatan pelayanan rumah sakit ini dilaporkan periodik
setiap tahun. RL 3 berisikan tentang laporan harian kegiatan
rumah sakit dari setiap ruangan, baik dari ruang rawat inap yang
berupa sensus harian pasien rawat inap, ataupun formulir lainnya
yang telah diisi oleh bagian masing – masing. Laporan tersebut
diolah oleh bagian pengolahan data sehingga laporan tersebut
sesuai dengan kebutuhan untuk mengisi RL dan rumah sakit,
pengolahan ini dilakukan secara manual.
Data yang diolah di unit rawat jalan diperoleh dari register
pelayanan URJ, sensus harian rawat jalan, rekapitulasi rawat jalan
dan laporan triwulan.
Data yang diolah di unit gawat darurat diperoleh dari register
pelayanan UGD, sensus harian UGD, rekapitulasi UGD dan
laporan triwulan.
Data yang diolah di unit rawat inap diperoleh dari register
pelayanan rawat inap, sensus harian rawat inap, rekap bulanan
rawat inap dan laporan triwulan.
Menurut Depkes RI, sensus harian adalah kegiatan
pencacahan atau perhitungan pasirn rawat inap yang dilakukan
setiap hari pada suatu ruang rawat inap dan berisi tentang mutasi
keluar masuk pasien selama 24 jam mulai dari pukul 00.00 s/d
24.00 WIB.
Kegunaan sensus harian adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui jumlah pasien yang sedang dirawat inap di
rumah sakit tersebut
b. Sebagai sarana untuk mengetahui bahan pemonitoran
penggunaan tempat tidur perawatan penginapan pasien
c. Untuk mengontrol jumlah pasien yang masuk melalui tempat
penerimaan pasien

23
d. Sebagai sarana untuk mengetahui dan mengontrol jumlah
pasien pulang dari ruangan dan jumlah dokumen rekam
medis yang diteruma oleh unit rekam medis
e. Sebagai sarana untuk mengontrol jumlah pasien yang
dipindahkan ke ruangan lain
f. Sebagai sarana untuk mengetahui jumlah pasien lahir ataupun
meninggal di rumah sakit
g. Sebagai sumber data untuk sistem pelaporan rumah sakit
h. Sebagai sarana ikut serta dalam hal menentukan besarnya
anggaran yang diperlukan oleh rumah sakit
4. RL 4 berisikan Data Morbiditas / Mortalitas Pasien
Data morbiditas / mortalitas pasien dilaporkan periodik setiap
tahun. RL 4 berisi laporan harian yang berasal dari berkas rekam
medis yang dikodefikasikan berdasarkan ICD – X,
direkapitulasikan secara mingguan yang kemudian dibuatkan
secara bulanan dan dilaporkan secara triwulan. Dilakukan melalui
proses indeks untuk masing – masing jenis penyakit yang
dikelompokkan menurut DTD (Daftar Tabulasi Dasar) seperti
yang terdapat pada formulir RL 4a (formulir data keadaan
morbiditas dan mortalitas pasien rawat inap rumah sakit) dan 4b
(formulir data keadaan morbiditas dan mortalitas pasien rawat
jalan rumah sakit)
5. RL 5 berisikan Data Bulanan
Data bulanan ini dilaporkan secara periodik setiap bulan,
berisikan data kunjungan dan data 10 (sepuluh) besar penyakit.

2.3.4 Statistik Pelayanan Kesehataan


Statistika adalah suatu ilmu yang mempelajari tata cara
mengumpulkan, mengolah, menata, menyajikan, menganalisis, dan
menginterprestasikan data angka dengan tujuan membantu
pengambilan keputusan yang efektif.

24
Statistik pelayanan kesehatan adalah semua catatan yang disusun
secara sistematis dan terus menerus tentang hal – hal yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan masyarakat.
Salah satu fungsi dari unit rekam medis adalah mengembangkan
laporan – laporan statistik yang informatif. Data statistik rumah sakit
dihasilkan dari Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan (TPPRJ),
Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Inap (TPPRI), Unit Gawat Darurat
(UGD), Poliklinik, Unit Rawat Inap, Apotek, Keuangan, Instalasi Gizi
dan penunjang medis lainnya.
Menurut Sudra (2010:3) informasi dari statistik rumah sakit
digunakan untuk berbagai kepentingan, antara lain :
a) Perencanaan, pemantauan pendapatan dan pengeluaran dari
pasien oleh pihak manajemen rumah sakit
b) Pemantauan kinerja medis
c) Pemantauan kinerja non medis.
Pihak yang memanfaatkan data rekam medis dibagi menjadi 2
(dua), yaitu :
1. Pihak Intern
Direktur dan wakil direktur, kepala bagian atau kepala bidang,
kepala sub bagian, tim medis, paramedis maupun non medis dan
lain – lain.
2. Pihak Ekstern
Departemen kesehatan, dinas kesehatan, pemilik rumah sakit,
pemasok obat atau alat kesehatan dan lain – lain.

2.3.5 Jenis Statistik


1. Statistika Deskriptif.
Statistika deskriptif adalah metode – metode statistika yang
digunakan untuk menggambarkan data yang telah dikumpulkan.
Mengacu pada definisi statistika yang meliputi tata cara
mengumpulkan, mengolah, menata dan menyajikan data angka.

25
2. Statistika Inferensi.
Statistika Inferensi adalah metode – metode yang digunakan
untuk membuat keputusan tentang karakteristik populasi
berdasarkan suatu sampel. Mengacu pada definisi statistika yang
meliputi tata cara menganalisis dan mengisterprestasikan data
angka.

2.3.6 Fungsi Statistik Dalam Bidang Kesehatan.


1. Memberikan gambaran/ keterangan tentang masalah kesehatan
penentuan prioritas masalah yang perlu ditanggulangi.
2. Menilai dan menganalisa hasil usaha kesehatan.
3. Dapat menentukan kebutuhan dalam bidang kesehatan yang
sudah atau belum dipenuhi.
4. Dapat mencari hubungan sebab dan akibat.
5. Dokumentasi data kesehatan masyarakat.

2.3.7 Statistik Data Administratif


1. Pengertian Sensus Harian Rawat jalan dan Rawat Inap.
a. Sensus Harian Rawat Jalan.
Sensus harian rawat jalan adalah kegiatan pencatatan atau
perhitungan pasien yang dilakukan setiap hari pada setiap
instalasi rawat jalan, (direktur jendral pelayanan medis,
Departemen Kesehatan RI 1998, pedoman pencatatan kegiatan
pelayanan rumah sakit di Indonesia).
b. Sensus Harian Rawat Inap.
Sensus harian rawat inap adalah kegiatan pencacahan atau
perhitungan pasien rawat inap yang dilakukan setiap hari pada
suatu ruang rawat inap. Sensus harian berisi tentang mutasi
keluar masuk pasien selam 24 jam mulai dari pukul 00.00 –
24.00. Tujuannya adalah untuk mengetahui informasi semua

26
pasien yang masuk dan keluar rumah sakit selama 24 jam
(Depkes RI, 1994).
2. Pengolahan Data Rekapitulasi Sensus Harian Rawat Inap.
Adalah formulir perantara untuk menghitung dan merekap
pasien rawat inap setiap hari yang diterima dari masing-masing
ruang rawat inap.
Kegunaan dari rekapitulasi sensus harian rawat inap menurut
Depkes (1994) adalah untuk :
a. Mengetahui jumlah pasien dirawat pada hari yang
bersangkutan.
b. Mengetahui tingkat kegunaan tempat tidur.
c. Merupakan data dasar mengenai pasien dirawat pada hari yang
bersangkutan yang harus segera dikirim kepada Direktur
Rumah Sakit, Bidang Perawatan dan unit lain yang
membutuhkan.
Data pengolahan sensus harian rawat inap ini akan
didapatkan nilai dari indikator-indikator pelayanan rumah sakit.
Indikator ini dapat dipakai untuk mengetahui tingkat
pemanfaatan, mutu dan efisiensi pelayanan rumah sakit.

2.4 GRAFIK BARBER JOHNSON


Grafik Barber Johnson adalah salah satu alat untuk mengukur tingkat
efisiensi pengelolaan rumah sakit. Dalam pengelolaannya rumah sakit harus
efisien baik dilihat dari segi mutu pelayanan medis maupun diliht dari segi
ekonomi yaitu pemanfaatan atau pendayagunaan sarana yang ada.
2.4.1 Indikator Pelayanan Rumah Sakit
a. BOR (Bed Occupancy Rate / Percentage Bed Occupancy)
Bed Occupancy Rate (BOR) merupakan angka yang
menunjukkan presentase tingkat penggunaan tempat tidur pada
satuan waktu tertentu di Unit Rawat Inap (bangsal). Standar nilai

27
ideal menurut Barber Johnson untuk BOR adalah 70 – 85 %.
(Sudra, Rano I. 2008).
Apabila nilai BOR lebih dari 85 % maka pelayanan yang
dijalankan oleh dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain kurang
efektif.hal tersebut dapat dikarenakan :
a. Beban kerja tinggi
b. Ruang kerja terbatas namun penggunaan tempat tidur yang
berlangsung secara terus – menerus.
c. Meningkatnya kualitas pasien memperoleh perawatan yang
layak dibutuhkannya.
d. Memperpanjangkan masa penyembuhan pasien.
Rumus BOR(Bed Occupancy Rate): 

b. Av. LOS (Average Lenght of Stay)


Average Lenght of Stay disebut juga lama dirawat merupakan
jumlah hari kaleder dimana pasien mendapatkan perawatan inap
di rumah sakit sejak tercatat sebagai pasien rawat inap (admisi)
hingga keluar dari rumah sakit (discharge). Kondisi pasien keluar
bisa dalam keadaan hidup maupun mati.
Jadi pasien yang belum keluar dari rumah sakit belum bisa
dihitung hari lama dirawatnya. Nilai ideal untuk Av. LOS adalah
± 3 – 12 hari. (Sudra, Rano I. 2008)
Total dari lama hari rawat dapat diartikan sebagai jumlah hari
rawat yang didapat pada pasien, sampai pasien keluar hidup atau
mati.

28
Rumus AvLOS (Average Length Of Stay) :

c. TOI (Turn Over Interval)


Turn Over Interval menunjukkan rata-rata jumlah hari sebuah
Tempat tidur tidak ditempati pasien. Hari “Kosong” ini terjadi
antara saat Tempat tidur yang ditinggalkan oleh seorang pasien
sehingga digunakan lagi oleh pasien berikutnya. Nilai ideal Turn
Over Interval (TOI): 1 – 3 hari. (Sudra, Rano I. 2008)

Rumus TOI (Turn Over Interval) : 

d. BTO (Bed Turn Over)


Bed Turn Over merupakan rerata jumlah pasien yang
menggunakan setiap Tempat tidur dalam periode tertentu. Nilai
BTO sangat membantu dalam menilai tingkat penggunaan
Tempat tidur karena dalam dua periode bisa diperoleh angka
BOR yang sama tetapi angka BTO berbeda. Nilai ideal Bed Turn
Over (BTO) minimal 30 pasien dalam periode 1 tahun. Artinya, 1
Tempat tidur diharapkan digunakan 30 pasien dalam 1 tahun,
berarti 1 pasien rata-rata dirawat selama 12 hari. Hal ini sejalan
dengan nilai standar ideal AvLOS yakni 3 – 12 hari. (Sudra, Rano
I. 2008)

29
Rumus BTO (Bed Turn Over) :

2.4.2 Manfaat Grafik Barber Johnson


1. Memonitor kegiatan dan perbandingan dalam kurun waktu
tertentu.
2. Memonitor perkembangan pencapaian target efisiensi
penggunaan TT yang telah ditentukan dalam suatu periode.
3. Pebandingan tingkat efisiensi penggunaan TT antar unit.

2.4.3 Cara Membuat Grafik Barber Johnson


Ketentuan-ketentuan yang harus diingat waktu membuat Grafik
Barber Johnson yaitu :
1) Skala pada sumbu horisontal tidak harus sama dengan skala sumbu
vertikal.
2) Skala pada suatu sumbu harus konsisten.
3) Skala pada sumbu horizontal dan vertical dimulai dari angka 0 dan
berhimpit membentuk koordinat 0,0.
4) Judul grafik harus secara jelas menyebutkan nama Rumah Sakit,
nama bangsal (bila perlu), dan periode waktu.
5) Garis bantu BOR dibuat dengan cara :
a. Tentukan nilai BOR yang akan dibuat garis bantunya,
misalnya BOR 75 %.
b. Tentukan koordinat titik bantu BORnya sesuai nilai BOR
tersebut, misalnya untuk BOR 75 % maka koordinat titik
bantunya adalah :
c. AvLOS = nilai BOR di bagi 10 = 75/10 = 7,5
d. TOI = 10 – nilai AvLOS = 10 – 7,5 = 2,5.

30
e. Tarik garis mulai dari koordinat 0,0 melewati titik bantu BOR
tersebut.
f. Beri keterangan garis tersebut, misalnya bahwa garis tersebut
adalah BOR 75 %
6) Garis bantu BTO dibuat dengan cara :
a. Tentukan nilai BTO yang akan dibuat garis bantunya, misalnya
BTO = 10
b. Tentukan titik bantu disumbu AvLOS dan TOI (nilainya
sama), dengan cara :
1. Titik bantu = (jumlah hari dalam periode tertentu) dibagi
(nilai BTO) = 30/10 = 3
2. Jadi lokasi titik Bantu BTO di AvLOS = 3 dan TOI = 1.
c. Tarik garis yang menghubungkan kedua titik bantu tersebut.
d. Beri keterangan garis tersebut
Daerah efisien dibuat dan merupakan daerah yang dibatasi oleh
perpotongan garis :
a) TOI = 1
b) TOI = 3
c) BOR = 75%
d) AvLOS = 12

Gambar 1. Contoh Grafik Barber Johnson

31
Grafik diatas tersebut mempunyai makna sebagai berikut:
a) Grafik BOR makin dekat dengan sumbu Y Ordinat à BOR makin
tinggi
b) Makin dekat grafik BTO dengan titik sumbu àpasien keluar per
tempat tidur makin tinggi jumlahnya
c) Rata-rata tenggang perputaran (TOI) tetap, AvLOS berkurang,
BOR akan turun.

2.5 PENGKODEAN DIAGNOSIS PENYAKIT DAN TINDAKAN


2.5.1 Diagnosis
Diagnosis adalah identifikasi sifat – sifat penyakit atau kondisi
atau membedakan suatu penyakit atau kondisi dari yang lainnya.
Penilaian dapat dilakukan melalui pemeriksaan fisik, tes laboratorium,
atau sejenisnya dan dapat dibantu oleh program komputer yang
dirancang untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan.
Diagnosis dibagi menjadi 4 (empat), yaitu :
a. Diagnosis Utama
Diagnosis utama adalah suatu kondisi atau kondisi kesehatan
yang menyebabkan pasien memperoleh perawatan atau
pemeriksaan yang ditegakkan pada akhir episode pelayanan dan
bertanggung jawab atas kebutuhan sumber daya pengobatannya.
b. Diagnosis Sekunder
Diagnosis sekunder adalah diagnosis yang menyertai
diagnosis utama pada saat pasien masuk atau yang terjadi selama
episode pelayanan.
c. Diagnosis Komorbiditas
Diagnosis komorbiditas adalah penyakit yang menyebabkan
diagnosis utama atau kondisi pasien saat masuk dan
membutuhkan pelayanan atau asuhan khusus setelah masuk dan
selama rawat.

32
d. Diagnosis Komplikasi
Diagnosis komplikasi adalah penyakit yanng timbul dalam
masa pengobatan dan memerlukan pelayanan tambahan sewaktu
episode pelayanan.

2.5.2 Kodefikasi Penyakit Dan Tindakan


Koding merupakan salah satu kegiatan pengobatan data rekam
medis untuk memberikan kode dengan huruf atau dengan angka atau
kombinasi huruf dan angka yang mewakili komponen data.
Kegiatan dan tindakan serta diagnosis yang ada dalam rekam
medis harus diberi kode dan selanjutnya di indeks agar memudahkan
pelayanan pada penyajian informasi untuk menunjang fungsi
perencanaan, manajemen dan riset bidang kesehatan.
Pemberian kode ini merupakan kegiatan klasifikasi penyakit dan
tindakan yang mengelompokkan penyakit dan tindakan berdasarkan
kriteria tertentu yang telah disepakati. Pemberian kode atas diagnosis
klasifikasi penyakit yang berlaku dengan menggunakan ICD – X
untuk mengkode penyakit, sedangkan ICD 9 – CM digunakan untuk
mengkode tindakan, serta komputer (online), untuk mengkode
penyakit dan tindakan.
Buku pedoman yang disebut International Classification of
Disease and Related Health Problem, Tenth Revision (ICD – X)
adalah buku mengenai pengkodean atas penyakit dan tanda – tanda,
gejala, temuan – temuan yang abnormal, keluhan, keadaan sosial dan
eksterna menyebabkan cedera atau penyakit terbitan World Health
Organization (WHO). ICD – X terdiri dari 3 volume, yaitu :
a. Volume 1 (Tabular List) berisi tentang hal – hal yang mendukung
klasifikasi utama.
b. Volume 2 (Instruction Manual) berisi tentang pedoman
penggunaan.

33
c. Volume 3 (Alphabetical Index) berisi tentang klasifikasi penyakit
yang disusun berdasarkan indeks abjad atau secara alphabet,
terdiri dari 3 seksi yaitu :
1) Seksi 1 merupakan klasifikasi diagnosis yang tertera dalam
volume 1
2) Seksi 2 untuk mencari penyebab luar morbiditas, mortalitas
dan membuat istilah dari bab 20
3) Seksi 3 merupakan tabel obat – obatan dan zat kimia sebagai
sambungan dari bab 19, 20 dan menjelaskan indikasi
kejadiannya.
Sedangkan ICD 9 – CM adalah singkatan dari International
Classification of Disease, 9th Revision, Clinical Modification.
Klasifikasi prosedur ICD 9 – CM adalah sebagai berikut :
a. Diterbitkan berisi daftar yang tersusun dalam tabel dan indeks
alphabetik
b. Prosedur bedah dikelompokkan pada bagian 01 – 86
c. Prosedur bukan bedah dibatasi pada bagian 87 – 99
d. Struktur klasifikasi berdasarkan anatomi
e. Kode angka
f. Berdasarkan struktur 2 digit dengan 2 digit desimal diperlukan.

Prosedur dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :


1. Prosedur Utama (Principal Prosedure)
Prosedur utama adalah prosedur tindakan yang paling banyak
menghabiskan sumber daya atau hari rawatan paling lama dan
biasanya berhubungan erat dengan diagnosa utama.
2. Prosedur Sekunder
Seluruh signifikan prosedur tindakan yang dijalankan pada
pasien rawat inap atau rawat jalan, membutuhkan peralatan
spesial atau dikerjakan oleh staf terlatih dan berpengalaman.

34
2.6 SISTEM INA CBG’S
2.6.1 Definisi INA-CBG’s
Sistem INA-CBG’s adalah aplikasi yang digunakan sebagai
aplikasi pengajuan klaim rumah sakit, puskesmas dan semua Penyedia
Pelayanan Kesehatan (PPK) bagi masyarakat Indonesia. Sistem
Casemix INA-CBG’s adalah suatu pengklasifikasian dari episode
perawatan pasien yang dirancang untuk menciptakan kelas-kelas yang
relatif homogen dalam hal sumber daya yang digunakan dan berisikan
pasien dengan karakteristik klinik yang sejenis.
Casemix merupakan pengelompokan diagnosis penyakit yang
dikaitkan dengan biaya perawatan. Ciri dari setiap satu kelompok
casemix adalah ciri klinis yang sama/mirip dan pemakaian sumber
daya/biaya perawatan sama/mirip.
Sistem casemix adalah klasifikasi episode perawatan pasien yang
dibuat untuk mengelompokkan kelas-kelas yang relatif homogen
dengan memperhatikan sumber daya yang digunakan dan berisi pasien
dengan karakteristik klinis yang serupa (George Palmer, Beth Reid).
Dapat diartikan pula bahwa casemix merupakan suatu format
klasifikasi yang berisikan kombinasi beberapa jenis penyakit dan
tindakan pelayanan di suatu rumah sakit dengan pembiayaan yang
dikaitkan dengan mutu dan efektivitas pelayanan. Casemix merupakan
metode pembayaran Prospective Payment.

2.6.2 Peran koding dalam sistem INA-CBG’s


Besar kecilnya tarif yang muncul dalam software INA-CBG’s
ditentukan oleh diagnosis dan prosedur/ tindakan. Kesalahan
penulisan diagnosis akan mempengaruhi tarif. Tarif bisa menjadi lebih
besar atau lebih kecil. Ketepatan pengkelasan CBGs (CBGs grouping)
sangat tergantung kepada ketepatan diagnosis utama. Diagnosis utama
akan menentukan MDC (MajorDiagnostic Category) atau sistem
organ yang terlibat. Tingkat keparahan penyakit ditentukan oleh

35
diagnosis sekunder, prosedur dan umur pasien. Ketepatan jumlah
biaya rawatan pasien ditentukan oleh ketepatan pengkelasan CBGs
dan pemilihan diagnosis.

2.6.3 Metode Pembayaran di Rumah Sakit


Metode pembayaran di rumah sakit ada 2 (dua) cara, yaitu :
1. Retrospective payment
Retrospective payment adalah sistem pembayaran pelayanan
kesehatan dimana pembayaran ditentukan setelah pasien
menerima pelayanan.
2. Prospective payment
Prospective payment adalah sistem pembayaran pelayanan
kesehatan dimana pembayaran ditentukan sebelum pelayanan
diberikan.

36
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Rumah Sakit dan Instalasi Rekam Medis RSI Sultan
Agung Semarang.
3.1.1 Sejarah Singkat RSI Sultan Agung Semarang
RSI Sultan Agung didirikan pada tahun 1970 oleh Yayasan Badan
Wakaf yang diresmikan pada tanggal 17 Desember 1971 sebagai
Health Center dengan pelayanan pemeriksaan dan pengobatan umum
serta KIA. Pada tanggal 23 Oktober 1975 berubah nama menjadi RSI
Sultan Agung yang melayani rawat jalan umum, spesialis, sub
spesialis dan penunjang medis. Pada tahun 1998 untuk pertama
kalinya melaksanakan akreditasi 5 bidang pelayanan diantaranya
Administrasi Pelayanan, Keperawatan, Pelayanan Medis, Pelayanan
Gawat Darurat dan Rekam Medis.
Pada tahun 2002 mulai dibangun gedung baru lantai 4, yang
digunakan untuk mengantisipasi banjir dan kemajuan teknologi
dibidang pelayanan kesehatan. Pada tahun 2003 gedung lantai 4 resmi
digunakan untul berbagai pelayanan kesehatan. Selang waktu 5 tahun
kemudian kembali membangun gedung baru lantai 4 untuk
mempersiapkan akreditasi 16 bidang pelayanan. Pada tahun 2009
gedung baru resmi digunakan untuk berbagai pelayanan termasuk
pelayanan pasien jamkesmas. Pada tahun 2010 tepatnya pada tanggal
24 maret 2010 melaksanakan akreditasi 16 bidang pelayanan untuk
peningkatan rumah sakit tipe B dan pada bulan februari 2011 Rumah
Sakit Islam Sultan Agung ditetapkan sebagai rumah sakit tipe B
pendidikan, hal ini berdasarkan surat keputusan direktur jendral bina
upaya kesehatan nomor HK.03.05/III/1299/11 tertanggal 1 mei 2011.

37
Pada tahun 2014 tepatnya tanggal 16-18 juli 2014 RSI Sultan
Agung Semarang melaksanakan akreditasi KARS versi 2012 dengan
hasil yang sangat memuaskan yaitu paripurna. Kemudian ditanggal
11-14 juli 2017 kembali RSI Sultan Agung Semarang melaksanakan
re-akreditasi yang pertama dengan hasil yang memuaskan yaitu
paripurna. Ditahun yang sama RSI Sultan Agung Semarang juga
melaksanakan penilaian sebagai RS Syariah yang pertama di dunia.
Dengan berbekal moto “mencintai allah menyayangi sesama” RSI
Sultan Agung Semarang menorehkan banyak pengabdian untuk
masyarakat. Moto tersebut juga melandasi RSI Sultan Agung
Semarang untuk jauh lebih berkembang menuju sesuatu yang lebih
baik. Baik perubahan secara fisik (perkembangan gedung rumah sakit)
dengan berdirinya gedung MCEB (multi center excelent building) dan
perubahan yang lebih baik diarahkan kepada pembangunan spiritual
seperti adanya pelayanan bimbingan rohani untuk karyawannya,
bimbingan pra nikah dan kegiatan kegiatan rohani lainnya.
Pada pelayanan medis dan penunjang medis banyak mengalami
perkembangan diantaranya seperti CT Scan, Semarang Eye Center,
Lasik, Center, Funducopy Camera, Urology,Center, ESWL, Jantung
Center, Rehabilitasi Medis Center dan Manajemen Pain center. Dan
dengan didukung dengan sistem informasi manajemen yang
profesional (SIM RS).

3.1.2 Visi, Misi, dan Motto RSI Sultan Agung Semarang


1. Visi
Rumah Sakit Islam terkemuka dalam pelayanan kesehatan yang
pendidikan dan pembangunan peradaban islam menuju masyarakat
sehat sejahtera yang dirahmati Allah.

38
2. Misi
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang selamat
menyelamatkan dijiwai semangat mencintai Allah menyayangi
sesama.
b. Menyelenggarakan pelayanan pendidikan dalam rangka
membangun generasi khaira ummah.
c. Membangun peradaban Islam menuju masyarakat sejahtera yang
dirahmati Allah SWT.
3. Motto
“Mencintai Allah Menyayangi Sesama”

3.1.3 Sejarah Rekam Medis RSI Sultan Agung Semarang

Tahun 1971 Dimulai pada 17 Agustus 1971, dengan pelayanan


yang sangat mini, yaitu pelayanan rawat jalan, KIB
dan kartu rawat jalan.

Tahun 1974 Adanya pelayanan yang lebih luas yaitu pelayanan


rawat jalan dan rawat inap. Dokumen yang digunakan
juga lebih baik dan penggunaanya disesuaikan dengan
peratuan yang berlaku.
Tahun Tepatnya sampai 30 November 1977, RSI Sultan
1974 – 1977 Agung Semarang sudah menggunakan sistem
penomoran Serial Numbering System (SNS), sistem
penyimpanan Desentralisasi, sistem penjajaran
Straight Numerical Filling (SNF).
Tahun 1 Desember 1977 – 31 Maret 2003, RSI Sultan Agung
1977 – 2003 Semarang sudah menggunakan sistem penomoran
Unit Numbering System (UNS), sistem penyimpanan
Sentralisasi, sistem penjajaran Terminal Digit Filling
(TDF).
Tahun 2003 – 1 April 2003 sampai sekarang, RSI Sultan Agung

39
Sekarang sudah menggunakan sistem penomoran Unit
Numbering System (UNS), sistem penyimpanan
Desentralisasi, sistem penjajaran Terminal Digit
Filling (TDF), dan sistem input data yang digunakan
menggunakan sistem komputerisasi.

3.1.4 Visi, Misi, dan Motto Instalasi Rekam Medis RSI Sultan Agung
Semarang
1. Visi
Eksistensi profesional rekam medis dan informasi kesehatan dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan menjadikan rekam
medis sebagai bagian terbaik di Rumah Sakit Islam Agung
Semarang.
2. Misi
a. Memberikan pelayanan rekam medis yang bermutu tinggi sesuai
standar profesi tertinggi.
b. Penataan administrasi, manajemen dan organisasi rekam medis
di rumah sakit.
c. Peningkatan profesionalisme rekam medis melalui optimalisasi
pemanfaatan teknologi informasi global dalam pengumpulan
dan pengolahan data untuk informasi kesehatan.
d. Rekam medis sebgai data base manajemen informasi kesehatan
untuk pengambilan keputusan dalam rangka upaya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat.
e. Profesionalisme dalam manajemen data dan informasi kesehatan
serta berorientasi kebutuhan customer, informasi yang bermutu
untuk keuntungan masyarakat, dan penyelenggaraan asuhan
keperawatan serta pengguna data klinis lain.

3. Motto

40
“Mengabdi merupakan jiwa kami,melayani bagian ibadah kami”.

3.2 Desain Formulir Rekam Medis Berbasis Manual dan Elektronik di RSI
Sultan Agung Semarang
3.2.1 Desain Formulir Rekam Medis Kertas
Penulis mengambil sampel formulir di RSI Sultan Agung
Semarang yaitu “Surat Persetujuan Rawat Inap (RM 31A)” untuk
dilakukan analisis berbagai aspek. Disebabkan penulis menemukan
beberapa permasalahan yang terdapat pada formulir tersebut. Oleh
karena itu, diperlukan perbaikan-perbaikan pada formulir tersebut.
Analisa format formulir rekam medis kertas :
a. Aspek fisik
Aspek Desain yang Teori Desain Yang
Ada Diinginkan

1. Bahan Kertas 70 gram Menggunakan Sesuai,tidak ada


kertas yang tipis perbaikan.

2. Bentuk Persegi panjang Segi empat Sudah


(Potrait) sesuai,tidak
ada
perbaikan.
3. Ukuran Kertas A4 Kertas ukuran A4 Sudah
(WHO,2002) sesuai,tidak ada
perbaikan.
4. Warna Kertas HVS berwarna Sesuai,tidak ada
berwarna putih putih perbaikan.

41
b. Aspek Anatomi
No Aspek Desain Yang Teori Desain Yang
Ada Diinginkan
1. Heading
Judul Terletak di tengah Judul terletak Sesuai, tidak ada
atas ditengah atas, perbaikan.
kiri, atas dan
kanan atas.
Sub Judul Tidak ada Ditambahkan jika Sesuai, tidak ada
memang perbaikan.
dibutuhkan
ID RS Hanya ada nama ID RS harus Ditambahkan
rumah sakit dan lengkap(nama alamat lengkap
logo rumah sakit rs,alamat,nomor rumah sakit
telepon,email, dan serta telepon
logo) dan harus dan fax.
terdapat disemua
formulir
ID Form Ada yaitu RM Identitas formulir Sesuai, tidak ada
31A, terletak di harus ada di tiap perbaikan.
pojok kanan lembar formulir,
bawah terletak di kanan
atas, dan kanan
bawah
Nomor Tidak ada “Nama dan Sesuai, tidak ada
tanggal revisi
edisi perbaikan.
formulir
dicantumkan agar
dapat dipastikan
penggunaan
formulir terkini“
(Prinsip Design
Formulir menurut
AHIM 2002

42
Nomor Tidak ada Nomor halaman Sesuai, tidak ada
diperlukan jika
Halaman perbaikan.
formulir lebih
dari satu halaman.
2. Introduction
Introducti Tidak ada Tidak perlu Sesuai, tidak ada
on introduction jika perbaikan.
sudah ada judul,
karena judul
sudah mampu
menjelaskan
tujuan formulir

3. Intruction
Posisi Tidak ada “Sediakan Di kanan, di
petunjuk/pedoma bawah judul
n yang diperlukan formulir. Supaya
untuk memastikan petunjuk
konsistensi pengisian dibaca
pengumpulan data sebelum mengisi
atau interpretasi formulir agar
data.”(Prinsip tidak ada
Design Formulir kesalahan dalam
menurut AHIMA pengisian sejak
2002 serta awal.
Huffman, 1994).
Instruksi
ditempatkan
dibagian
depan/atas
formulir jika
masih tersedia

43
ruang, atau
diletakkan dibalik
formulir jika
perlu instruksi
yang rinci.
Isi Tidak ada Isi instuksi  Perlu
menjelaskan cara ditambah
pengisian instruksi untuk
formulir dengan memilih jenis
jelas agar kelamin dan
formulir dapat kelas
diisi dan perawatan
digunakan sesuai “beri tanda V
dengan fungsinya. yang sesuai”.
 Perlu
ditambah
instruksi untuk
pemilihan
pasien/istri/sua
mi/anak/ayah/i
bu/wali
“lingkari salah
satu”

Routing Tidak ada Tidak harus ada Tidak ada


disetiap formulir. perbaikan.
4. Body
Pengelom Pengelompokan Urutan Sesuai,tidak ada
pokan data pengelompokkan perbaikan.
yaitu data
identitas diikuti

44
data medis
dibawanya.
Perataan Perataan yang Secara teori, Sesuai,tidak ada
digunakan sudah perataan formulir perbaikan.
sesuai dan rapi disesuaikan
dengan
kebutuhannya.
Bisa
menggunakan rata
kanan, kiri, center
ataupun justify.
Margin Punggung :1,7 Punggung:2 cm Ada
(untuk lubang)
Atas : 3,8 perbaikan,disesu
Atas: 2,5 cm
Kanan:1 (untuk nama dan aikan dengan
logo)
Bawah:1 teori.
Samping : 2 cm
beri warna
Bawah :1,5–
2cm(kode file,
nomor,tahun
pembuatan)

Spasi 1,5cm Spasi digunakan Sesuai,tidak ada


untuk memberi perbaikan.
keleluasaan
pemasukan data
Garis Ada Digunakan jika Tidak perlu
Kotak/ dibutuhkan ditambahkan,
bayangan/ karena sudah
warna ada.
Font Times new Times new roman Sesuai,tidak
roman, ukuran 12 12 perlu perbaikan.

45
Cara Tulis tangan Cara pengisian Tulis
pengisian lembar formulir tangan.,dicoret
RM biasanya dan dicentang
ditulis, ditempel, pada komponen
dicentang dan tertentu.
dicoret,
tergantung jenis
data yang dipakai
pada formulir
yang ada.
5. Close
Tempat Terdapat kata Digunakan agar Sesuai,tidak
“Semarang” data lebih valid perlu perbaikan.
sebagai tempat
Tanggal Tersedia ruang Digunakan agar Sesuai,tidak
untuk menuliskan data lebih valid perlu perbaikan.
tanggal
Waktu Ada Digunakan agar Sesuai,tidak
data lebih valid perlu perbaikan.
Tanda Terdapat ruang Digunakan agar Sudah sesuai
Tangan untuk menuliskan data lebih valid dengan desain
tanda tangan yang ada
petugas registrasi
dan yang
menyatakan.
Catatan Tidak ada Dapat digunakan, Sudah sesuai
tambahan jika dibutuhkan dengan desain
yang ada.

c. Aspek isi

46
No Aspek Desain Yang Teori Desain Yang
Ada Diinginkan
1. Kelengkapan Sudah lengkap Item-item yang Sesuai,tidak
butir data tercantum pada perlu perbaikan.
formulir harus
selngkap-
lengkapnya agar
informasi yang
dibutuhkan
dapat terpenuhi.
Kelengkapan
butir data dapat
dilihat di data
agregat
2. Terminologi Tidak ada Tidak Sudah sesuai
diperlukan
3. Singkatan Ada Jika terdapat Sudah sesuai
singkatan, maka
harus di
standarsisasikan
penggunaannya
4. Simbol Tidak ada Jika terdapat Sesuai,tidak
simbol, maka perlu perbaikan.
harus di
standarsisasikan
penggunaannya

3.2.2 Desain Formulir Rekam Medis Elektronik


Di RSI Sultan Agung desain formulir rekam medis berbasis
elektronik terdapat di TPPRJ, TPPRI dan TPPGD yaitu di aplikasi

47
SIMRS Sultan Agung Semarang. Dalam menggunakan aplikasi
tersebut, menggunakan username dan password. Hal ini untuk
menghindari pihak-pihak yang tidak berwenang dalam memggunakan
aplikasi tersebut.
Disini penulis mengambil salah satu contoh desain formulir
elektronik di RSI Sultan Agung yaitu formulir di TPPGD (terlampir).
Dalam analisis desain formulir ini, penulis tidak
mencantumkan/menyebutkan teori yang ada. Karena setiap rumah
sakit mempunyai standar dan kebutuhan yang berbeda-beda. Penulis
merasa desain yang ada sudah tidak perlu diperbaiki karena sudah
sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
Elemen data pada formulir rekam medis elektronik di TPPGD
antara lain :
1) Nama Pasien
2) Tempat lahir
3) Tanggal lahir
4) Umur
5) Jenis kelamin
6) Agama
7) Status perkawinan
8) Pendidikan
9) Pekerjaan
10) Kewarganegaraan
11) Alamat
12) Rt / Rw
13) No Telp / No HP
14) Kode pos
15) Kelurahan
16) Kecamatan
17) Kabupaten / kota
18) Provinsi

48
19) Nama istri / suami
20) Nama ayah
21) Nama ibu
22) No. RM ibu

3.3 Sistem Pelaporan dan Statistik Pelayanan Kesehatan RSI Sultan Agung
Semarang
3.3.1 Alur prosedur sistem pelaporan RSI Sultan Agung Semarang
1. Konsep Dasar Statistik
Pada bagian pengumpulan dan pengolahan data RSI Sultan
Agung Semarang sudah dilakukan secara elektronik
menggunakan aplikasi yang tersedia di RSI Sultan Agung
Semarang, baik sensus rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat.
Pengumpulan dan pengolahan data yang ada di RSI Sultan Agung
Semarang terupdate setiap hari.
Untuk pengolahan data dilakukan oleh bagian pelaporan
instalasi rekam medis RSI Sultan Agung Semarang. Hasil dari
pengolahan data tersebut menghasilkan suatu informasi yang
dapat digunakan untuk laporan internal dan laporan eksternal
rumah sakit.
Pada laporan internal, hasil dari pengolahan data yang telah
diolah oleh bagian pelaporan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan, pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan
rumah sakit itu sendiri. Sedangkan untuk laporan eksternal, hasil
dari pengolahan data tersebut akan dikirim ke Dirjen Pelayanan
Medis, Dinas Kesehatan provinsi Jawa Tengah dan Dinas
Kesehatan Kota Semarang melalui aplikasi RS online.

2. Sensus Harian RSI Sultan Agung Semarang


Sensus harian di RSI Sultan Agung Semarang terdapat tiga
jenis sensus, yaitu sensus harian rawat jalan, sensus rawat inap,

49
dan sensus gawat darurat. Sensus harian di RSI Sultan Agung
Semarang sudah terkomputerisasi sehingga sudah tidak
menggunakan lembar sensus harian.
Untuk sensus harian rawat jalan, rawat inap, dan gawat
darurat didapatkan dari pendataan yang dilakukan setiap hari oleh
petugas dari masing-masing poli yang sudah mengentri data
melalui aplikasi yang ada di RSI Sultan Agung Semarang.

3.3.2 Sistem pelaporan Rekam Medis RSI Sultan Agung


Berikut merupakan jenis pelaporan yang ada di RSI Sultan Agung :
1) Laporan Harian
a) Laporan jumlah kunjungan pasien rawat inap
b) Laporan jumlah kunjungan pasien rawat jalan
c) Laporan jumlah pemeriksaan penunjang
d) Laporan rekam medis yang keluar per hari
e) Laporan KDRS bila ada dan dikirim ke DKK Kota Semarang
dan DKK Kota Demak.
2) Laporan Mingguan
Laporan wabah mingguan dikirim ke DKK Kota Semarang dan
DKK Kota Demak
3) Laporan Bulanan
Laporan bulanan terdiri dari laporan intern dan extern.
a) Laporan intern:
Merupakan laporan kinerja mutu pelayanan instalasi rekam
medis yang kemudian dilaporkan ke pihak intern rumah sakit
yaitu direktur rumah sakit.
b) Laporan extern sesuai permintaan Dinas Kesehatan yang
dilaporkan terdiri dari :
1. Laporan Penyakit Tidak Menular (PTM)
2. Laporan Seksual Transmissed Desese (STD)
3. Laporan Penyakit Menular tertentu

50
4. Laporan TB Paru
5. Laporan Campak
6. Laporan Vaksinasi
7. Laporan AIDS
8. Laporan Surveilans Terpadu Penyakit Berbasis RS
9. Laporan BKIA
10. Laporan IMD
11. Laporan Farmasi (Obat Generik dan Narkotika)
12. Laporan Leptosipirosis
13. Laporan Kelahiran
14. Laporan Kematian Ibu dan Balita
15. Laporan Neonatus Resiko Tinggi
16. Laporan Maternal dan Peinatal
17. RL5.1 Pengunjung Rumah Sakit
18. RL5.2 Kunjungan Rawat Jalan
19. RL5.3 Daftar 10 Besar Penyakit Rawat Inap
20. RL5.4 Daftar 10 Besar Penyakit Rawat Jalan
c) Laporan Tahunan
Instalasi Rekam Medis membuat laporan tahunan terdiri
dari :
1. Laporan Intern
a. Laporan kinerja mutu pelayanan RSISA
b. Laporan kinerja mutu pelayanan instalasi Rekam
Medis
2. Laporan Extern
Merupakan kegiatan pelaporan yang ditujukan untuk
kementerian kesehatan dan dinas kesehatan melalui SIRS
(Sistem Informasi Rumah Sakit) yang penyusunannya
pun sesuai dengan juknis SIRS Revisi 6 tahun 2011
a. RL 1 Data Dasar Rumah Sakit (Update)
1) RL 1.1 Data Dasar Rumah Sakit

51
b. RL 1.2 Indikator Pelayanan Rumah Sakit
c. RL 1.3 Fasilitas Tempat Tidur Rawat Inap
d. RL 2 Ketenagaan
e. RL 3 Pelayanan
1) RL 3.1 Rawat Inap
2) RL 3.2 Rawat Darurat
3) RL 3.3 Gigi dan Mulut
4) RL 3.4 Kebidanan
5) RL 3.5 Perinatologi
6) RL 3.6 Pembedahan
7) RL 3.7 Radiologi
8) RL 3.8 Laboratorium
9) RL 3.9 Rehabilitasi Medik
10) RL 3.10 Pelayanan Khusus
11) RL 3.11 Kesehatan Jiwa
12) RL 3.12 Keluarga Berencana
13) RL 3.13 Farmasi Rumah Sakit
14) RL 3.14 Rujukan
15) RL 3.15 Cara Bayar
f. RL4 Mordibitas dan Mortalitas
1) RL 4.a Penyakit Rawat Inap
2) RL 4.b Penyakit Rawat Jalan

3.3.3 Statistik Pelayanan Kesehatan RSI Sultan Agung Semarang


Kegiatan statistik pelayanan kesehatan di RSI Sultan Agung
Semarang salah satunya yaitu membuat dan menyajikan grafik Barber

52
Johnson yang digunakan untuk melakukan perbandingan atau sebagai
alat bantu untuk menganalisa, menyajikan, dan mengambil keputusan.
Alur prosedur pembuatan grafik Barber Johnson yaitu :
a. Penghitungan data statistik rawat inap meliputi : BOR, LOS,
TOI, BTO yang di dapat secara komputerisasi (otomatis).
b. Petugas menyiapkan data jumlah tempat tidur, jumlah hari,
jumlah pasien pulang hidup maupun meninggal, jumlah hari
perawatan.
c. Petugas memasukkan ke dalam kolom ynag tersedia di grafik
Barber Johnson dan outputnya meliputi BOR, LOS, TOI,
BTO.
d. Petugas mencetak grafik Barber Johnson.
e. Apabila garis mendekati garis datar berarti BOR menjauhi
grafik efisiensi dan bila mendekati garis tegak sampai
melewati garis efisiensi berarti menunjukkan efisiensi.
f. Bila grafik Barber Johnson telah selesai dianalisis hasilnya
dan laporan hasil disampaikan ke Direksi.

Tabel Data Efisiensi Rawat Inap RSI Sultan Agung Semarang Tahun 2017
BOR LOS TOI BTO
No Bulan T A D HP
(%) (hr) (hr) (ps)
1. Januari 31 382 2046 9372 79,14 4,58 1,21 5,36
2. Februari 29 382 1858 8646 78,05 4,65 1,31 4,86
3. Maret 31 382 1993 8917 75,30 4,47 1,47 5,22
4. April 30 382 1948 8604 75,08 4,42 1,47 5,10
5. Mei 31 382 2006 9306 78,58 4,64 1,26 5,25
6. Juni 30 382 1675 7666 66,89 4,58 2,27 4,38
7. Juli 31 382 2075 9423 79,57 4,54 1,17 5,43
8. Agustus 31 382 2269 10250 86,56 4,52 0,70 5,94
9. September 30 418 2213 9817 78,29 4,44 1,23 5,29

53
10. Oktober 31 418 2388 10664 82,30 4,47 0,96 5,71
11. November 30 418 2341 10520 83,89 4,49 0,86 5,60
12. Desember 31 418 2520 11146 86,02 4,42 0,72 6,03
Tahun 2017 366 394 25332 114331 79,28 4,51 1,18 64,29
Keterangan :
- t : Jumlah hari
- A : Jumlah tempat tidur
- D : Jumlah pasien pulang (hidup dan mati)
- HP : Hari Perawatan

Perhitungan data statistik rawat inap RSI Sultan Agung Semarang :


a. BOR (Bed Occupancy Ratio)
Merupakan jumlah rata – rata tempat tidur yang terisi. BOR
ideal antara 60 – 85% (Depkes RI,2015).
Rumus :

Contoh perhitungan bulan Januari 2017:


9372
BOR = x 100 %
(382 x 31)
= 79,14%

Contoh perhitungan tahun 2017:


114331
BOR = x 100 %
(394 x 366)
= 79,28%
b. AVLOS (Average Length of Stay)
Untuk menghitung lama perawatan dari setiap pasien. Secara
umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes RI,2015)

54
Rumus :

Contoh perhitungan bulan Januari 2017:


9372
AVLOS =
2046
= 4,58 hari

Contoh perhitungan Tahun 2017:


114331
AVLOS =
25332
= 4,51 hari

c. TOI (Turn Over Internal)


Untuk menghitung rata – rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1
– 3 hari (Depkes RI 2015).
Rumus :

Contoh perhitungan bulan Januari 2017:


( 382 X 31 )−9372
TOI =
2046
= 1,21 hari

Contoh perhitungan Tahun 2017:


( 394 X 366 )−114331
TOI =
25332

55
= 1,18 hari

d. BTO (Bed Turn Over)


Untuk menghitung berapa kali tempat tidur rumah sakit
digunakan/dipakai. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur
rata – rata dipakai 40 – 50 kali (Depkes RI 2015).
Rumus :

Contoh perhitungan bulan Januari 2017:


2046
BTO =
382
= 5,36 kali

Contoh perhitungan Tahun 2017:


25332
BTO =
394
= 64,29 kali

GRAFIK BARBER JOHNSON


RSI Sultan Agung Semarang
TAHUN 2017
30.000
28.000 56
26.000
24.000
22.000
20.000
BOR
14.000 TOI

ALOS (HAR
12.000 BTO
10.000 TITIK
8.000
6.000
4.000
2.000
.000
00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 0.0
1

TOI (HARI)

Gambar 1. Grafik Barber Johnson RSI Sultan Agung 2017

Dari tabel diatas diperoleh dari hasil BOR, LOS, TOI, dan BTO
pada tahun 2017. BOR sebanyak 79,28%, AVLOS sebanyak 4,51 hari,
TOI sebanyak 1,18 hari, dan BTO sebanyak 64,29 kali.
Indikator yang ditampilkan pada grafik Barber Johnson yaitu BOR,
LOS, TOI dan BTO.
a. BOR
Menurut Depkes RI 2015 nilai parameter BOR yang ideal adalah
antara 60 – 85 %. Sedangkan BOR RSI Sultan Agung Semarang
menunjukkan 79,28 % maka sudah dianggap ideal.
b. AvLOS
Menurut Depkes RI 2015 secara umum nilai AvLOS yang ideal
antara 6-9 hari. Akan Tetapi AvLOS RSI Sultan Agung Semarang
sebanyak 4,51 hari, sehingga belum ideal.
c. TOI

57
Menurut Depkes RI 2015 ideal tempat tidur kosong/tidak terisi
yaitu 1 – 3 hari. Pada tahun 2017 TOI RSI Sultan Agung 1,18 hari,
jadi sudah ideal.
d. BTO
Menurut Depkes RI 2015 dalam setahun satu tempat tidur rata-rata
idealnya dipakai 40 – 50 kali. Padahal BTO RSI Sultan Agung
pada tahun 2017 sebanyak 64,29 kali, sehingga belum ideal karena
satu tempat tidur melebihi 50 kali pemakaian dalam satu tahun.

Pada gambar grafik Barber Johnson diatas dapat diamati bahwa


titik temu antara BOR, LOS, TOI, dan BTO berada didalam daerah
efisien, sehingga dapat disimpulkan penggunaan tempat tidur di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung dan rata-rata lama dirawat dalam
setahun sudah efisien.

3.4 Sistem Pengkodean di RSI Sultan Agung Semarang


Koding adalah pemberian penetapan kode dengan menggunakan huruf
atau angka kombinasi huruf dalam angka mewakili komponen data. Dalam
memberikan kode, diagnosis dapat dilihat pada Ringkasan Masuk & Keluar
(RM.1), namun tidak mengabaikan lembaran-lembaran lainnya.
1. Langkah – langkah dalam pengkodean penyakit di RSI Sultan Agung
sebagai berikut :
a. Tentukan tipe pernyataan yang akan dikode dan dilihat pada indeks
alfabetik yang sesuai.
b. Cari lead terms/kata kunci
c. Baca dan ikuti kata yang ada di bawah lead terms.
d. Baca kata yang ada dalam pharentheses setelah lead terms.
e. Ikuti secara hati – hati cross references (see and see also) yang
terdapat dalam indeks.
f. Rujuk pada daftar tabulasi untuk kesesuaian nomor kode yang
dipilih.

58
g. Ikuti inclusion dan exclusionterms dibawah kode atau bawah bab,
blok, atau diawal kategori.
h. Tetapkan kode.

2. Alur prosedur pengkodean RSI Sultan Agung Semarang


a. Petugas rekam medis (koding/ indeksing) menerima rekam medis
dari petugas assembling yang sudah diengkapi diagnosis dokter
diberi kode dengan melihat buku ICD X dan ICD 9-CM dengan
melihat buku alfabetikal.
b. Petugas rekam medis (koding/indeksing) mengkoding sesuai
diagnosa dokter dan jika kode diagnosis sudah ditemukan, maka
kode ditulis di rekam medis pada form RM.1/REV II/18 di kolom
kode ICD X dan kode ICD 9-CM di kolom tindakan dan di
formulir RM Resume Medis pada kolom ICD X dan ICD 9 CM
c. Petugas rekam medis (koding/ indeksing) akan menghubungi
dokter yang merawat atau perawat dimana pasien dirawat jika
mendapati diagnosa yang kurang jelas.

3. Alur prosedur melakukan Kode Diagnosa dan Tindakan ke dalam


sistem INA CBG’S :
a. Login ke sistem NCC E-klaim INA CBG’S
b. Kemudian masuk ke verifikasi lalu pilih klaim konversi CBG’s
c. Masukkan nomor rekam medis pada kolom yang telah tersedia,
maka kemudian akan muncul data pasien yang dicari. Apabila
pasien tersebut merupakan pasien baru, maka kita harus membuat
data baru dengan mengklik tombol pasien baru, setelah itu kita
mengisi data pasien meliputi nama, no rekam medis, tanggal lahir.
d. Cek apakah identitas, nomor SEP, nama dokter DPJP sudah sesuai
dengan berkasnya. Apabila pasien baru maka masukan DPJP atau
dokter penanggung jawab, selanjutnya isikan tarif rumah sakit.

59
e. Selanjutnya klik kolom pada ICD, lalu masukkan kode sesuai
dengan diagnosa, dan masukkan kode tindakan. Kemudian simpan,
lalu klik grouping.
f. Setelah klik grouping petugas memfinalkan data selanjutnya
mengirimkan data secara online ke BPJS.
g. Selanjutnya petugas mencetak hasil grouping, proses selesai.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

60
4.1 KESIMPULAN
1. Desain Formulir di RSI Sultan Agung Semarang menggunakan desain
formulir manual (paper based). Namun pelayanan di RSI Sultan Agung
Semarang seperti pendaftaran rawat jalan dan pendaftaran gawat darurat
sudah menggunakan formulir elektronik. Formulir Surat Persetujuan
Rawat Inap sebagai contoh formulir manual di RSI Sultan Agung
Semarang sudah sesuai dengan teori tetapi masih ada yang kurang dalam
formulir tersebut seperti alamat rumah sakit dan intruction cara pemilihan
data. Untuk desain formulir elektronik sudah baik karena sudah sesuai
dengan kebutuhan rumah sakit sehingga tidak perlu ada desain ulang.
2. Statistik data administrasi di RSI Sultan Agung diperoleh dari data
sensus harian rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Jenis laporan
rekam medis pada sistem pelaporan RSI Sultan Agung Semarang terdiri
dari laporan harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Sedangkan laporan
bulanan dan tahunan terdapat laporan internal yang akan ditujukan
kepada atasan langsung rumah sakit atau pihak internal rumah sakit yaitu
direktur RSI Sultan Agung Semarang dan manajemen RSI Sultan Agung
Semarang. Sedangkan laporan eksternal rumah sakit dikirim ke Dirjen
Pelayanan Medis, DKK Provinsi Jawa Tengah, DKK Kota Semarang,
dan DKK Kota Demak melalui aplikasi online. Perhitungan BOR,
AvLOS, TOI dan BTO RSI Sultan Agung Semarang selama setahun pada
tahun 2017 adalah BOR 79,28%, kemudian TOI 1,18 hari sudah
menunjukan ideal, sedangkan Avlos 4,51 hari ,dan BTO 64,29 kali belum
menunjukan ideal.
3. Prosedur pengkodean di RSI Sultan Agung Semarang sudah dijalankan
sesuai dengan prosedur baik secara pemberian kode, penulisan kode,
pengentrian kode, dan dalam melakukan grouping NCC INA CBG’s.
4.2 SARAN
1. Penambahan alamat rumah sakit dan intruction pengisian pemilihan data
yang benar pada formulir Surat Persetujuan Rawat Inap (RM 31A) untuk
menyamakan cara pengisian.

61
2. Penambahan fasilitas terutama pada tempat tidur pasien, menambah
sumber daya manusia serta meningkatkan kinerja tenaga kesehatan untuk
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit agar mengefisiensikan nilai
AvLOS dan BTO Rumah Sakit.

DAFTAR PUSTAKA

62
Depkes, Dirjen Yanmed. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Rekam Medis Rumah
Sakit. Jakarta 1993.
Hatta, Gemala. 2008. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: UI Press.
Hidayah, Aep Nurul. Konsep Design Formulir Rekam Medis.
(https://aepnurulhidayat.wordpress.com/2017/09/16/konsep-design-
formulir-rekam-medis-by-aep-nurul-hidayah/, diakses pada tanggal 19
November 2018, pukul 19.00 WIB)
Pengertian Statistik Rumah Sakit. (http://www.medrec07.com/2014/11/statistik-
rumah-sakit.html, diakses pada tanggal 19 November 2018, pukul 19.30
WIB)
Permenkes RI No. 269/MENKES/PER/III/2008. Rekam Medis. Jakarta : Depkes
RI.

LAMPIRAN

63
1. Formulir Rekam Medis Kertas dan Elektronik
a. Formulir Rekam Medis Kertas (RS)

b. Formulir Rekam Medis Kertas (Redesain)

64
c. Formulir Rekam Medis Elektronik

65
2. Lembar Sensus Harian Rawat Jalan dan Rawat Inap
a. Harian : 01 September 2018
1) Rawat Jalan

2) Rawat Inap

66
b. Bulanan : September 2018
1) Rawat Jalan

2) Rawat Inap

67
c. Tahunan : Tahun 2017
1) Rawat Jalan

2) Rawat Inap

68
3. Data BOR, LOS, TOI, BTO dan Grafik Barber Johnson.
a. BOR, LOS, TOI, dan Grafik Barber Johnson bulan Januari 2017

T (jumlah hari) 31
A (jumlah tempat tidur) 382

D (jumlah pasien 2046


pulang(hidup+mati))
HP (hari perawatan) 9372

BOR (%) 79,14

LOS (hari) 4,58

TOI (hari) 1,21

BTO (ps) 5,36

69
GRAFIK BARBER JOHNSON
RSI SULTAN AGUNG SEMARANG
JANUARI 2017
30.000
28.000
26.000
24.000
22.000
20.000
BOR
18.000
16.000 LOS
ALOS (HARI)

14.000 TOI
12.000 BTO
10.000 TITIK
8.000
6.000
4.000
2.000
.000
0

0
0

0
0

0
00

00

00

00
.0

.0
4.

8.
2.

6.

10

TOI (HARI)

b. BOR, LOS, TOI, dan Grafik Barber Johnson tahun 2017

BOR LOS TOI BTO


No Bulan T A D HP
(%) (hr) (hr) (ps)
1. Januari 31 382 2046 9372 79,14 4,58 1,21 5,36
2. Februari 29 382 1858 8646 78,05 4,65 1,31 4,86
3. Maret 31 382 1993 8917 75,30 4,47 1,47 5,22
4. April 30 382 1948 8604 75,08 4,42 1,47 5,10
5. Mei 31 382 2006 9306 78,58 4,64 1,26 5,25
6. Juni 30 382 1675 7666 66,89 4,58 2,27 4,38
7. Juli 31 382 2075 9423 79,57 4,54 1,17 5,43
8. Agustus 31 382 2269 10250 86,56 4,52 0,70 5,94
9. September 30 418 2213 9817 78,29 4,44 1,23 5,29

70
10. Oktober 31 418 2388 10664 82,30 4,47 0,96 5,71
11. November 30 418 2341 10520 83,89 4,49 0,86 5,60
12. Desember 31 418 2520 11146 86,02 4,42 0,72 6,03
Tahun 2017 366 394 25332 114331 79,28 4,51 1,18 64,29

GRAFIK BARBER JOHNSON


RSI Sultan Agung Semarang
TAHUN 2017
30.000
28.000
26.000
24.000
22.000
20.000
18.000 BOR
16.000 LOS
ALOS (HARI)

14.000 TOI
BTO
12.000
TITIK
10.000
8.000
6.000
4.000
2.000
.000
3. 0

5. 0

7. 0
8. 0

10 0 0
00
1. 0
2. 0

4. 0

6. 0

9. 0
0
00
00
00
00
00
00
00
00
.0

0
.0

TOI (HARI)

71
4. Laporan Morbiditas Rawat Jalan dan Rawat Inap bulan September
2018
a. Rawat Jalan

72
b. Rawat Inap

73
5. 10 Kasus Grouping INA CBG’s

NO NO RM KODE KODE KODE TARIF RS TARIF


DIAGNOSIS TINDAKA GROUPING GROUPING
N
1 1363821 Z09.4 93.57 Z-3-27-0 Rp. 228.100 Rp. 208.800
S82.21
2 1356385 Z09.4 88.28 M-3-15-0 Rp. 764.200 Rp.292.300
S72.90 93.53
3 1001422 R42 99.18 Q-5-44-0 Rp. 282.100 Rp. 192.400
R11 99.29
4 1364628 R10.4 99.29 Q-5-25-0 Rp. 103.100 Rp. 154.000
D27
5 1312567 Z09.8 81.92 M-3-11-0 Rp. 408.300 Rp. 429.200
M17.9
R51
6 1326045 Z09.8 81.92 M-3-11-0 Rp. 402.700 Rp. 429.700
M17.9
M51.2
I10
7 1345814 Z09.8 94.29 Q-5-44-0 Rp. 242.800 Rp. 192.400
G62.9
8 1262573 Z09.8 99.29 Q-5-44-0 Rp. 357.900 Rp. 192.400
M54.59
M17.9
9. 1351091 Z50.1 93.83 Z-3-12-0 Rp. 215.000 Rp. 161.400
R62.8
10. 1350633 Z50.1 93.39 M-3-16-0 Rp. 165.000 Rp. 118.700
G81.9

74
6. Laporan Internal dan Eksternal RS
a. Laporan Kewaspadaan Dini Rumah Sakit (KDRS)

b. Laporan bersifat mingguan

75
c. Laporan bersifat bulanan
1) Internal (Laporan kinerja mutu pelayanan instalasi rekam
medis)

76
77
2) Eksternal (Laporan kelahiran)

78
d. Laporan bersifat tahunan
1) Internal (Laporan kinerja mutu pelayanan instalasi rekam
medis)

2) Eksternal (RL 3.6 Pembedahan)

79
7. Kode Diagnosis dan Tindakan (Saraf, Indra, Mental )

No Nomor Diagnosis Kode Tindakan Kode


RM Diagnosa Tindakan

1. 1211655 Other specified G62.8 - -


polyneuropathi
es
2. 1315563 Other chorea G25.5 - -
3. 1193073 Lesion of ulnar G56.2 - -
nerve
4. 1323240 Transient G45.9 - -
cerebral
ischaemic
attack,
unspecified
5. 1308966 Epilepsy, G40.9 - -
unspecified
6. 1310781 Cerebral palsy, G80.9 - -
unspecified
7. 1295945 Diabetic G63.2 - -
polyneuropath
y
8. 1103084 Z50.1, Other heat therapy. 93.35
Other physical
G81.9 Exercise, not 93.19
therapy, elsewhere
Hemiplegia, classified
unspecified
9. 1320267 Cauda equina G83.4 - -
syndrome
10. 1273436 Senile H25.0 - -
incipient
cataract
11. 1302634 After-cataract H26.4 - -
12. 1100775 Cataract, H26.4 Extracapsular 13.2
unspecified extraction of lens
by linear extraction
technique
13. 1308214 Cataract, H26.9 - -
unspecified
14. 1331468 Pterygium H11.0 - -
15. 1298771 Glaucoma, H40.9 - -
unspecified

80
16. 1331128 Myopia H52.1 - -
17. 1293518 Disorder of H52.7 - -
refraction,
unspecified
18. 1334499 Diabetic H36.0 - -
retinopathy
19. 1323240 Other chronic H66.3 - -
suppurative
otitis media
20. 1173572 Otitis media, H66.9 - -
unspecified
21. 1237051 Unspecified F89 - -
disorder of
psychological
development
22. 1281292 Disturbance of F90.0 - -
activity and
attention
23. 1324071 Paranoid F20.0 - -
schizophrenia
24. 1253835 Developmental F80.9 - -
disorder of
speech and
language,
Unspecified
25. 1327182 Depressive F32.9 - -
episode,
unspecified
26. 1262467 Moderate F32.1 - -
depressive
episode
27. 1101512 Somatoform F45.9 - -
disorder,
unspecified
28. 1305662 Other F45.8 - -
somatoform
disorders
29. 1229021 Developmental F81.9 - -
disorder of
scholastic
skills,
unspecified
30. 1239258 Hyperkinetic F90.9 - -
disorder,
unspecified

81

Anda mungkin juga menyukai