Anda di halaman 1dari 3

Dalam babad Lombok dijelaskan bahwa Islam dibawa ke Lombok oleh Sunan 

Prapen dari
Giri (Gresik). Setelah berhasil mengislamkan Lombok, Sunan Prapen bergerak ke timur
untuk mengislamkan Sumbawa dan Bima.

Sementara Rouffaer berpendapat bahwa Islam di Bima berasal dari Melayu, Aceh dan
Cirebon. Pendapatnya ini didasarkan pada inskripsi-inskripsi yang tersebar di Bima.
Muballig-muballig ini datang pada sekitar tahun 1605 M.

Menurut Sejarawan H
Abdullah Tayeb dalam buku Sejarah Bima – Dana Mbojo, salah seorang keturunan Raja
Bima kelak hijrah ke tanah Jawa dan dikenal dengan nama Kyai Ageng Datuk Sulaiman
Bekel Jamus.

Berdasarkan genealogy Kesultanan Yogyakarta, Kyai Ageng Sulaiman (Suleman) menikah


dengan putri Madura bernama Ratu Kedhaton, dan memiliki putri bernama Roro Widuri atau
dikenal sebagai Nyai Ageng Derpayuda.

Salah seorang putri dari Nyai Ageng Derpayuda bernama Niken Lara Yuwati, kelak menjadi
permaisuri Sultan Hamengku Buwono I dan dikenal dengan nama Ratu Ageng Tegalrejo.

Ratu Ageng Tegalrejo merupakan buyut dari Pangeran Diponegoro, sekaligus menjadi


pengasuh sang pangeran ketika masih kecil. Dan melalui putranya Sultan Hamengku Buwono
II, keturunannya terus menyambung hingga kepada Letjen (Purn) Prabowo Subianto.

Adapun silsilah kekerabatan Prabowo Subianto, hingga kepada Raja Bima Ma Waa Ndapa
adalah sebagai berikut:

01. Letjen TNI Prabowo Subianto bin

02. Prof Dr Soemitro Djojohadikusumo bin


03. Raden Mas Margono Djojohadikoesoemo bin

04. Raden Tumenggung Mangkuprodjo bin

05. Raden Ayu Djojoatmojo binti

06. Raden Tumenggung Djojodiningrat bin

07. KGPA Moerdoningrat bin

08. Sri Sultan Hamengkubuwono II bin

09. Ratu Ageng Tegalrejo (istri Sri Sultan Hamengkubuwono I) binti

10. Nyai Ageng Derpayuda (Roro Widuri) binti

11. Kyai Ageng Datuk Sulaiman Bekel Jamus bin


(menikah dengan Putri Madura, Ratu Kedhaton)

12. Sultan Nuruddin bin

13. Sultan Abil Khair bin

14.Sultan Abdul Kahir bin

15. Raja Bima Ma Waa Ndapa

Catatan Penambahan :

1. Berdasarkan data situs akasara.com, Ratu Ageng Tegalrejo lahir pada tahun 1735, jika
jarak usia dengan sang kakek Kyai Ageng Datuk Sulaiman adalah sekitar 50-60 tahun, maka
diperkirakan Kyai Ageng Datuk Sulaiman lahir sekitar tahun 1675-1685.

Diperkirakan Kyai Ageng Datuk Sulaiman satu generasi dengan Sultan Bima ke-4 yang
bernama Sultan Jamaluddin. Hal tersebut bermakna Kyai Ageng Datuk Sulaiman
kemungkinan putra Sultan Bima ke-3 yang bernama Sultan Nuruddin bin Sultan Abil Khair
bin Sultan Abdul Kahir.

2. Menurut catatan Genealogy Kesultanan Bima, ibunda dari Sultan Nuruddin Bima adalah
adik kandung dari Sultan Hasanuddin Gowa yang bernama Karaeng Bonto Je’ne. Hal ini
berarti Silsilah Prabowo Subianto juga tersambung dengan kerabat Kerajaan Gowa Sulawesi
Selatan.

Berdasarkan buku Bo’ Sangaji Kai: Catatan Kerajaan Bima, Sultan Nuruddin pernah
mambantu perlawanan Trunojoyo dalam polemik internal wangsa Mataram. Sultan Nuruddin
bersama pasukannya berada di Jawa dari tahun 1676 hingga 1682.

Sultan Nuruddin juga tercatat ikut membantu perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa


Banten dalam menghadapi kolonial Belanda. Bahkan Sultan Nuruddin pernah menjadi
tawanan Belanda di wilayah Tambora Jakarta Barat.
3. Terkait dokumen yang menyatakan Kyai Ageng Suleman lahir tahun 1601 kemungkinan
yang dimaksud adalah tahun saka, atau dengan kata lain bersamaan dengan sekitar tahun
1679 – 1680 Masehi.

4. Garis silsilah Kyai Derpoyudo (Kyai Ageng Derpayuda) yang merupakan suami dari Nyai
Ageng Derpayuda adalah sebagai berikut Kyai Ageng Derpoyudo bin Ki Ageng Wiroyudo
bin Tumenggung Sontoyudo II bin Tumenggung Sontoyudo I (sumber: Trah Derpoyudo).

Dalam beberapa catatan, ibunda dari Ratu Kedaton Madura adalah Raden Ayu
Sontoyudo binti Tumenggung Sontoyudo I.

Dan jika ditarik lagi


ke atas, Tumenggung Sontoyudo I merupakan keturunan Ki Juru Martani dan
Panembahan Senopati Mataram.

Anda mungkin juga menyukai