Anda di halaman 1dari 21

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE

GOVERNANCE PADA RUMAH BADAN LAYANAN UMUM


(STUDI KASUS RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT)

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN DAN ETIKA BISNIS

OLEH :

NAMA : SUMIHAR ROMA ANDRIANY


NIM : 55521110061

PEMBIMBING :
Dr. Sudjono, M.Acc.

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah yang mahakuasa dan maha besar atas
berkat dan karunianya yang hingga saat ini saya masih diberikan nafas kehidupan.
Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan makalah yang berjudul “Penerapan
Prinsip Prinsip Good Corporate Governance Pada Rumah Sakit Badan Layanan Umum (Studi
Kasus RS Ketergantungan Obat)” dapat penulis selesaikan.
Makalah yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi tugas besar 2 mata kuliah
Kewirausahaan dan Etika Bisnis pada program studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Mercu Buana.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Dr. Sudjono, M.Acc, atas
kesempatan dan kebaikan bapak dosen memberikan penambahan waktu pengumpulan
makalah ini yang telah lewat satu minggu dari waktu yang telah ditentukan.
Akhirnya, Sungguh penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman,
penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan makalah ini.
Mudah-mudahan makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta. 21 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1

1.2. Batasan Masalah .............................................................................................. 3

1.3. Rumusan Masalah ........................................................................................... 3

1.4. Tujuan ............................................................................................................. 3

1.5. Manfaat ........................................................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................... 4

2.1. Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory ................................ 4

2.1.1 Syarat dan Manfaat Good Corporate Governance ........................................ 5

2.1.2 Pengertian Rumah Sakit ................................................................................ 6

2.2. Studi dan Penelitian Terdahulu ....................................................................... 8

2.3. Hipotesis .......................................................................................................... 9

BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................... 10

3.1. Penerapan ........................................................................................................ 10

3.2. Perbandingan antara teori/penelitian terdahulu dan praktek ........................... 12

3.3 Pembahasan ..................................................................................................... 13

BAB V PENUTUP .................................................................................................... 15

4.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 15

4.2. Saran ................................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah Good Coorporate Governance (GCG) semakin populer beberapa tahun
terakhir. Semua dilatarbelakangi oleh adanya beberapa peristiwa yang menuntut perusahaan
untuk segera memperbaiki kekurangan yang dimiliki. Pertama, adanya krisis ekonomi yang
melanda beberapa negara di kawasan Asia dan Amerika Latin dan terjadinya mega skandal
yang melibatkan beberapa perusahaan besar di amerika seperti, Worl.Com, Enron yang
disebabkan karena kegagalan penerapan good coorporate governance. Di Indonesia juga
terdapat kasus karena kegagalan penerapan good coorporate governance seperti kasus bank
Lippo dan asuransi Jiwasraya.
Karakteristik buruknya praktik coorporate governance adalah (1) adanya konsentrasi
kepemilikan dan kekuatan insider shareholder, (2) lemahnya governance bidang keuangan,
(3) ketidakefektifan internal rules dan tidak adanya perlindungan hukum bagi pemegang
saham minoritas.
Penerapan good corporate governance sangat dibutuhkan untuk menjaga
kelangsungan hidup sebuah perusahaan. Good Corporate Governance (GCG) dapat terwujud
dalam suatu organisasi merupakan salah satu penjabaran dari penerapan mekanisme
pengelolaan resiko organisasi melalui sistem yang dirancang dalam rangka mengidentifikasi
dan menganalisa resiko yang mungkin terjadi (Budiarti, 2010). Pengelolaan resiko dilakukan
dengan cara memisahkan fungsi prinsipal dengan agen. Pemisahan fungsi dilakukan karena
kedua belah pihak mempunyai kepentingan yang berbeda yang dapat berdampak terhadap
penerapan good coorporate governance.
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat. UU Kesehatan No.44 Tahun 2009 tentang rumah sakit pasal 36
mewajibkan rumah sakit harus melaksanakan good coorporate governance dalam
menjalankan fungsinya sebagai institusi penyelenggara kesehatan. Setiap rumah Sakit harus
memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan akuntabel. UU No.44 tahun 2009 Pasal 34
menjelaskan bahwa pemilik rumah sakit tidak diperkenankan merangkap menjadi kepala
rumah sakit atau direktur rumah sakit. Selain itu, kepala rumah sakit atau direktur harus
seorang dokter yang memiliki kemampuan dan keahlian dibidang rumah sakit.
Pelaku organisasi di industri rumah sakit memiliki sensasi yang berbeda dalam
implementasi good coorporate governance dibandingkan dengan di industri yang lain. Selain

1
itu, rumah sakit tidak hanya mempekerjakan profesi dibidang medis, tetapi rumah sakit juga
mempekerjakan profesi akuntan dan profesi lainnya. Setiap profesi memiliki fungsi tidak
sama dan memiliki kepentingan yang berbeda sehingga rawan terjadi konflik kepentingan.
Rumah Sakit Badan Layanan Umum adalah suatu badan usaha pemerintah yang tidak
bertujuan mencari laba, meningkatkan kualitas pelayanan publik, dan memberikan otonomi
atau fleksibilitas manajemen rumah sakit publik, baik milik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Rumah sakit yang baik ialah tempat di mana orang yang sakit dapat
mendapatkan perawatan kesehatan, selain itu rumah sakit memberikan edukasi klinik kepada
para perawat, mahasiswa kedokteran, dan tenaga medis.
Adapun tujuan dari Badan Layanan Umum (BLU) adalah meningkatkan layanan
kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan
prinsip ekonomi dan produktivitas dan penerapan praktek bisnis yang sehat. Praktek bisnis
yang sehat artinya berdasarkan kaidah manajemen yang baik mencakup perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan pertanggungjawaban. Secara umum asas
Badan Layanan Umum (BLU) adalah layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan
kewenangan yang didelegasikan, tidak terpisah secara hukum dari instansi induknya. Rumah
sakit sebagai organisasi sektor publik dalam pengelolaannya belum sesuai dengan harapan
masyarakat. Tuntutan masyarakat (publik) dewasa ini adalah penyelenggaraan dan penciptaan
lembaga-lembaga sektor publik yang good governance. Rumah sakit sebagai organisasi
sektor publik dalam pengelolaannya belum sesuai dengan harapan masyarakat di Jakarta,
masyarakat belum mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal dari rumah sakit,
transparansi dan akuntabilitas publik dirasa masih kurang. Tata kelola yang baik harus
menjalankan empat prinsip yaitu fairness, accuntability, transparency, responsibility.
Makalah ini mengambil studi kasus di Rumah Ketergantungan Obat. RS
Ketergantungan Obat merupakan rumah sakit tipe C milik Kementerian Kesehatan, yang
terletak di Jalan Lapangan Tembak no 75 Cibubur Jakarta Timur. RS Ketergantungan Obat
adalah rumah sakit khusus vertical Kementerian Kesehatan yang khusus mengobati pasien
untuk penyalah gunaan obat terlarang dan atau napza.

2
1.2 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang, makalah ini memfokuskan tentang implementasi good
corporate governance di rumah sakit Ketergantungan Obat.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana implementasi penerapan
good corporate governance di rumah sakit Ketergantungan Obat.

1.4 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah : untuk mengetahui implementasi prinsip-prinsip Good
Corporate Governance pada Rumah Sakit ?

1.5. Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah :
1.Manfaat Teoritis bagi penulis dengan menulis makalah ini penulis lebih dapat
memahami implemntasi good corporate governance yang penulis peroleh dari artikel
dan membandingkan dengan realisasi yang diterapkan di rumah sakit Ketergantungan
Obat.
2. Manfaat praktis bagi instansi makalah ini bermanfaat bagi industri rumah sakit sebagai
penambah refensi dalam penerapan tata kelola yang baik.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Good Corporate Governance


Pada awalnya, istilah “Corporate Governance” pertama kali dikenalkan oleh
Cadbury Committee di Inggris tahun 1922 yang menggunakan istilah dimaksud
dalam laporannya yang dikenal dengan Cadbury Report (dalam sukrisno Agoes,
2006). Good Corporate Governance pada dasarnya merupakan suatu sistem (input,
Proses, output) dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai
pihak yang kepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara
pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan
perusahaan.
Berikut disajikan beberapa definisi “Corporate Governance” dari beberapa
sumber, diantaranya:
1. Cadbury Committee of United Kingdom
“A set of rules that define the relationship between shareholders,
managers, creditors, the government, employees, and other internal and
external stakeholders in respect to their right and responsibilities,or the
system by which companies are directed and controlled.”
2. Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI-2006)
FCGI tidak membuat definisi sendiri, namun mengadopsi definisi Cadbury
Committee of United Kingdom dan menerjemahkan “Seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antar pemegang saham, pengurus
(pengelola) perusahaan, kreditur, pemerintah, karyawan serta para
pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan
dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem
yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan”.
3. Hamdani (2016:20)
sebagai sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.
4. Muh. Arief Effendi (2016:3)
merupakan suatu sistem yang dirancang untuk mengarahkan pengelolaan
perusahaan secara profesional berdasarkan prinsip-prinsip transparasi,
akuntabilitas, tanggung jawab, independen, kewajaran dan kesetaraan”.

4
5. Bambang Rianto Rustam (2017:294)
merupakan serangkaian keterkaitan antara dewan komisaris, direksi,
pihak-pihak yang berkepentingan, serta pemegang saham perusahaan.
Corporate governance menciptakan sebuah struktur yang membantu
perusahaan dalam menetapkan sasaran, menjalankan kegiatan usaha
sehari-hari, memerhatikan
kebutuhan stakeholder, memastikan perusahaan beroperasi secara aman
dan sehat, mematuhi hukum dan peraturan lain, serta melindungi
kepentingan nasabah”.
Jadi Good governance dapat diartikan sebagai kepemerintahan yang
baik atau penyelenggaraan pemerintahaan yang bersih dan efektif, sesuai
dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Pemerintahan mencakup
ruang lingkup yang luas, termasuk bidang politik, ekonomi dan sosial
mulai dari proses perumusan kebijakan dan pengmbilan keputusan hingga
pelaksanaan dan pengawasan.
Good Corporate Governance yang dapat disingkat menjadi GCG merupakan bentuk
pengaturan dan penanganan instansi yang dapat ditinjau melalui aturan relasi antara semua
orang yang mengembangkan instansi itu berdasarkan hard definition. Tim GCG BPKP
mengartikan GCG dari sudut pandang soft definition yang mudah dipahami, yaitu:
”komitmen, peraturan, serta implementasi pelaksanaan bisnis dengan etika yang baik”.

2.1.1 Syarat dan Manfaat Good Corporate Governance


Syarat untuk terselenggaranya corporate governance yang baik adalah :
1. Transparansi (Transparency) adalah prinsip dimana setiap institusi harus menyediakan
informasi yang relevan dan material dengan cara yang mudah diakses dan dimengerti oleh
yang berkepentingan, hal ini untuk menjaga objektivitas dalam suatu pemerintahan.
2. Akuntabilitas (Accountability) adalah salah satu dari prasyarat yang dibutuhkan untuk
mencapai kinerja yang berkesinambungan. Oleh sebab itu, lembaga pemerintahan harus
dikelola dengan baik dan benar berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan. Akuntabilitas
adalah prinsip dimana suatu institusi harus bisa mempertanggung jawabkan kinerjanya
secara transparan dan wajar.

5
3. Responsibilitas (Responsibility) adalah prinsip dimana lembaga pemerintahan harus
mematuhi peraturan perundang-undangan dengan menjalankan dan bertanggung jawab
kepada masyarakat serta lingkungan sehingga dapat berjalan dengan baik.
4. Independensi (Independency) adalah prinsip dimana untuk melancarkan Good Government
Governance (pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik), pemerintah harus dapat
dikelola secara mandiri atau independen tanpa adanya campur tangan dari pihak luar.
5. Kewajaran dan kesetaraan (Fairness) adalah prinsip dimana ketika lembaga pemerintah
melakukan suatu kegiatan, harus selalu memperhatikan kepentingan untuk masyarakat dan
lingkungan serta pemilik kepentingan lain harus berdasarkan asas kesetaraan dan
kewajaran.

2.1.2 Pengertian Rumah Sakit


Definisi Rumah Sakit dari WHO (World Health Organization) sebagaimana yang
tertuang pada WHO Technical Report Series No. 122/1957, Rumah Sakit merupakan inti dari
salah satu komunitas kesehatan dan sosial yang mempunyai tugas untuk menyediakan
pelayanan jasa kesehatan kuratif, paripurna, serta preventif bagi masyarakat, serta jasa
pengobatan rawat jalan yang diberikan juga agar dapat melayani orang yang sakit di rumah.
Setelah krisis moneter tahun 1998 ditambah adanya krisis keuangan global 2008,
timbul kesadaran RS pemerintah untuk menjadi lebih mandiri. Saat itu ,pemerintah
mengakomodasi ide-ide kemandirian tersebut dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah RI
No. 6 Tahun 2006 tentang Perusahaan Jawatan bagi 13 Rumah Sakit Pendidikan Pemerintah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 23 Tahun 2005 tentang Pola Pelayanan Keuangan
Badan Layanan Umum, sejak awal tahun 2006 semua Rumah Sakit Perjan (Perusahaan
Jawatan) telah kembali menjadi Unit Pelaksana Teknis milik Kementerian Kesehatan dengan
status baru sebagai RS BLU.
Alasan Pemerintah memilih bentuk BLU bagi satuan kegiatan yang berpotensi dikelola
secara efisien dan efektif adalah agar satuan kerja yang mendapat imbalan dari masyarakat
dalam proporsi pelayanan mempunyai keleluasaan mengelola sumber daya untuk
meningkatkan pelayanannya. Peluang ini diberikan secara khusus untuk satuan kerja yang
melaksanakan tugas operasional pelayanan publik. Melalui pola BLU ini, satuan kerja
termasuk Rumah Sakit Pemerintah juga dapat melakukan pengamanan terhadap aset negara
yang dikelola satuan kerja tersebut (Website Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan
BLU, 2013)

6
Karakteristik BLU RS berdasarkan pada Keputusan Menteri kesehatan
No.1981/Menkes/SK/XII/2010 adalah:
a. BLU RS bertujuan meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam rangka
memajukan kesejahteraan umum dan juga mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip efisiensi dan
juga produktivitas serta penerapan praktik bisnis yang etis dan sehat dengan tidak semata-
mata mencari keuntungan.
b. BLU RS merupakan unit pelaksana teknis Kementerian Kesehatan yang diberikan tugas
serta wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan jasa pelayanan, pendidikan, penelitian
dan pengembangan serta usaha lain dalam bidang kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi kepada kepentingan
masyarakat.
Menurut Rochmanadji (2009) , permasalahan umum yang dimiliki oleh RS di
Indonesia adalah kurangnya sarana dan lemahnya daya saing organisasi (low competitive
advantage), yang diperburuk dengan kurangnya sifat sigap serta tanggap dalam
mengantisipasi persaingan bebas pasar regional dan global. RS BLU mengharapkan adanya
penerapan praktik bisnis yang sehat dengan persyaratan substantif, teknis, dan juga
administratif yang perlu dipenuhi. Gitosardjono S, mengatakan dalam kata pengantarnya di
buku Leadpreunership, bahwa Pendekatan Strategic Management dalam Kewirausahaan oleh
Susanto AB (2009) , menyatakan bahwa kewirausahaan sangat dibutuhkan bangsa Indonesia,
kewirausahaan bukan semata mata hanya berperan sebagai motor penggerak perekonomian.
masyarakat, namun juga sebagai pendorong perubahan sosial bagi peningkatan kualitas hidup
SDM. Adapun penjabaran mengenai leadpreunership adalah cara pandang dalam melihat
peluang dan membuat nilai tambah dengan menangkap peluang bisnis dan mengelola sumber
daya secara maksimal untuk mewujudkannya. Peran kepemimpinan dalam sebuah organisasi
menjadi sangat penting karena dapat mempengaruhi kecepatan dan pemenuhan pencapaian
tujuan (Baldridge Performance Excellence Program, 2013)
Salah satu mekanisme yang bermanfaat dalam menggerakkan proses kepemimpinan
sesuai dengan kehendak dalam sebuah organisasi adalah dengan membentuk sekelompok
pakar atau Dewan yang secara berulang-ulang membahas mengenai isu penting yang
dihadapi dengan beberapa karakteristik antara lain: (a) anggota Dewan berasal dari berbagai
perspektif yang mempunyai pengetahuan secara mendalam mengenai aspek dalam organisasi;
(b) anggota Dewan mempunyai kemampuan mengemukakan alasan dan berdebat dalam
rangka mencari pemahaman, bukan kebutuhan egoistis untuk memenangkan sesuatu atau
7
melindungi minat yang sempit; dan (c) dalam pelaksanaannya Dewan tidak membuat
keputusan, tetapi tetap menyerahkan keputusan akhir pada eksekutif yang memimpin.
(Collins J, 2004)
Kebijakan publik tentang RS diharapkan dapat menopang kebutuhan kesehatan
masyarakat yang semakin tinggi, sehingga lahirlah PP No 23/2005. Patut disimak pendapat
Nugroho, Riant (2012), bahwa keunggulan negara semakin ditentukan oleh kemampuan
Negara tersebut mengembangkan kebijakan-kebijakan publik yang unggul. Menurut
Donabedian yang dikutip oleh Glickman SW (2007). b, struktur institusi pelayanan kesehatan
merupakan hal penting yang harus dikelola oleh manajemen agar dihasilkan mutu pelayanan
terbaik. Penting untuk memperhatikan ke tiga unsur dalam upaya pencapaian mutu yaitu
struktur, proses dan outcome. Struktur meliputi sumber daya sarana prasarana dan sumber
daya manusia serta organisasi institusi, proses adalah apa yang dilaksanakan, serta outcome
merupakan dampak pelaksanaan pelayanan (Donabedian, 1977).

2.2 Studi dan Penelitian terdahulu


Penelitian terkait good coorporate governace telah banyak dilakukan sebelumnya.
Nyoto (2016) menyatakan bahwa belum melaksanakan prinsip-prinsip transparansi,
responsibility dan independensi. Perusahaan di Indonesia masih banyak yang belum
menerapkan good coorporate governance secara menyeluruh terutama di industri rumah
sakit. Permasalahan yang sama juga berkaitan penerapan good corporate governance
ditulis oleh Putri dan Putra (2017) bahwa tantangan yang dihadapi oleh Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) adalah penerapan good corporate governance yang meliputi prinsip
transparency, accountability, responsibility, independency dan fairness. Penelitian
lainnya juga dilakukan oleh Gilang (2018) pada perusahaan BUMN yaitu PT Bukit Asam
Tbk yang menduduki peringkat 16 dalam GCG implementation rating in Indonesia, hal
itu disadari bahwa GCG di PT Bukit Asam masih belum maksimal karena seluruh
karyawan belum memahami betapa pentingnya penerapan GCG di dalam sebuah
perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Vinda Andani dan Akhmad Riduwan (2015)
mengatakan bahwa good governance memiliki nilai positif dan signifikan terhadap
kinerja perusahaan dan kepuasan kerja. penelitian menurut Mahadewi dan Putri (2016)
melakukan penelitian tentang pengaruh penerapan prinsip-prinsip good governance
terhadap kinerja pada rumah sakit di kota Denpasar. menurut Sari dan Raharja (2012)
juga melakukan penelitian tentang peran audit internal dalam upaya mewujudkan Good
Corporate Governance (GCG) pada Badan Layanan Umum (BLU) di Indonesia.

8
2.3 Hipotesis
Makalah ini dilakukan dengan melakukan pengamatan di lapangan. Makalah dibuat
berdasarkan data dan informasi terkait implementasi good coorporate governance di RS.
Ketergantungan Obat. Penulis mengeksplorasi fenomena yang terjadi saat ini di RS.
Ketergantungan Obat. Sampel makalah sebanyak 25 pegawai yang ada di sub bagian
Keuangan dan BMN. Pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada pegawai
yang di jadikan sampling.

9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penerapan
RS. Ketergantungan Obat melakukan pemisahan fungsi pemilik dengan pengelola
dimana Direktur rumah sakit dijabat oleh seorang profesional yang berprofesi sebagai dokter.
Direktur yang menjabat ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan. RS Ketergantungan Obat
telah menjalankan sebagian amanat UU No.44 tahun 2009 untuk mengimplementasikan good
coorporate governance dengan cara menunjuk seorang profesional untuk mengelola rumah
sakit. Akan tetapi, pemisahan fungsi belum cukup karena dalam implementasi good
cooporate governance harus mengacu pada pelaksanaan prinsip-prinsipnya, yaitu prinsip
fairness, prinsip accuntability, prinsip transparency, prinsip responsibility. Rumah Sakit
Ketergantungan Obat telah menerapkan prinsip – prinsip good corporate governace dengan
menerapkan :
1. Transparency (keterbukaan informasi)
Berkaitan dengan kualitas informasi yang disajikan oleh rumah sakit sebagai
keterbukaan informasi. Dalam mewujudkan prinsip ini, rumah sakit sudah melakukan
prinsip ini dengan menyediakan transparansi informasi informasi keungan yang
cukup, akurat, tepat waktu dengan berpedoman kepada standar akuntansi pemerintah
kepada Kementerian Kesehatan sebagai unit Eselon 1 dan kepada Kementerian
Keuangan dalam hal ini Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU sebagai
Pembina teknis BLU. Penyampaian laporan keuangan semester I dilakukan tepat
waktu dan sesuai dengan ketentuan Per 24 tahun 2018 tentang batas waktu
penyampaian laporan keuangan di susun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah
dan laporan keuangan disampaikan kepada Direktorat Pembinaan Pengelolaan
Keuangan BLU (PPK BLU) sampai dengan tanggal 15 Juli dan untuk penyampaian
laporan keuangan tahunan batas waktu penyampaian laporan keuangan tanggal 22
Januari tahun anggaran berikutnya. Rumah sakit dalam menyusun laporan Rencana
Bisnis Anggaran (RBA) sesuai dengan PMK 92/PMK.05/2011 dan batas waktu
penyampaiannya sampai dengan tanggal 31 Desember tahun sebelumnya kepada PPK
BLU. Dalam hal pelayanan rumah sakit menerapkan prinsip transparansi dengan
melakukan edukasi bagi pasien yang berobat menggunakan BPJS. Kebijakan pada
perusahaan sudah disampaikan secara lisan dan tertulis melalui surat pemberitahuan

10
atau pun surat keputusan (SK) sehingga pegawai mengetahui kebijakan rumah sakit
dan setiap satu bulan sekali rumah sakit mengadakan rapat besar dengan istilah
mejeng dimana untuk menyampaikan kebijakan-kebijakan tersebut.
2. Accountability (akuntabilitas)
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, system dan pertanggungjawaban
rumah sakit. Rumah sakit Ketergantungan Obat sudah menerapkan prinsip ini dengan
adanya kejelasan tugas dan tanggung jawab masing – masing fungsi dan unit
organisasi. Penerapan fungsi akuntabilitas di rumah sakit Ketergantungan Obat sudah
efektif dengan adanya pengawasan internal audit melalui SPI dan pengawasan yang
berasal dari luar melalui audit eksternal. Mengenai alur pertanggung jawaban sangat
jelas. Setiap pegawai melaporkan kegiatannya kepada kepala unit masing-masing.
Kemudian dalam kegiatan operasionalnya rumah sakit memiliki shift-shift kerja yang
terbagi menjadi tiga shift yaitu shift pagi, shift siang, dan shift malam. Evaluasi
kinerja unit, rumah sakit melakukan monitoring setiap triwulan. Rumah Sakit telah
menerapkan sistem reward dan punishment dengan memberikan tambahan nilai IKI
dan melakukan pengurangan pada remunerasi.
3. Responsibility (pertanggung jawaban)
Rumah sakit Ketergantungan Obat memiliki komitmen untuk prinsip ini dengan
menerapkan praktek kehati – hatian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan
yang berlaku dengan melakukan wajib pungut dan wajib setor atas pajak. Rumah sakti
Ketergantungan Obat memiliki tanggung jawab dan komitmen pada upaya pelestarian
lingkungan alam dan upaya kepedulian social. Untuk setiap belanja barang diatas Rp.
1 juta maka bendahara melakukan wajib pungut terhadap PPn dan untuk setiap
belanja diatas Rp. 2 juta bendahara melakukan wajib pungut terhadap PPn dan juga
PPh pasal 22 dan pasal 23 untuk pemeliharaan. Bendahara juga melaporkan atas pajak
yang dilakukan pemungutan kepada kantor pajak sebelum tanggal 10 bulan berjalan.
Rumah sakit Ketergantungan Obat melakukan pemisahan atas limbah medis, dengan
menggunakan plastic berwarna kuning. Untuk pengangkutan sampahnya dilakukan
oleh pihak luar khusus untuk mengangkut limbah medis. Melakukan tindak lanjut atas
temuan dari pihak eksternal atas hasil temuan BPK dan rekomendasi dari auditor
eksternal berdasarkan disposisi dari pimpinan tertinggi. Rumah sakit juga
memberikan BPJS Kesehatan dan tenaga kerja kepada pegawai honorer.

11
4. Indepandency (kemandirian)
Rumah sakit menerapkan prinsip ini dalam melakukan kegiatannya dan dalam
mengambil keputusan dilakukan secara profesional yang bebas dari pengaruh/tekanan
dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan – peraturan yang berlaku dan
menghindari benturan kepentingan.
5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran)
Penerapan prinsip rumah sakit memberikan perlakuan yang adil dalam
memenuhi hak pegawai sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Diharapkan fairness dapat menjadi faktor pendorong yang dapat memonitor dan
memberikan jaminan perlakuan yang adil di antara beragam kepentingan dalam
rumah sakit. Rumah sakit memberikan kesempatan kepada para kepala instalasi
untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi rumah sakit untuk
meningkatkan kontribusi dan kualitas layanannya serta membuka akses terhadap
informasi sesuai dengan prinsip transparansi dan rumah sakit memberikan perlakuan
yang setara kepada pegawai untuk berkarir dan melaksanakan tugasnya secara
professional tanpa diskriminasi berdasarkan gender, agama, suku atau kekurangan
fisik. Rumah sakti menyediakan customer service untuk melayani komplain dari
pasien dan pada hari itu juga komplain tersebut harus segera ditindak lanjuti.

3.2 Perbandingan antara teori terdahulu dan praktek


Perbandingan makalah ini dengan teori dan praktek terdahulu adalah secara teori
makalah ini dengan teori – teori sebelumnya tidak ada perbedaan. Secara praktek makalah ini
dengan terdahulu terdapat perbedaan menyesuaikan dengan organisasi yang dijadikan objek
penelitian. Makalah ini penulis mengambil objek di rumah sakit Ketergantungan Obat
sebagai studi kasus. Dengan metode yang digunakan melakukan observasi dan wawancara
kepada pegawai di sub bagian Keuangan dan BMN sebanyak 25 responden. Makalah ini
bahwa teori good corporate governance dengan 5 komponen transparansi, akuntabilitas,
responsibility, kemandirian, kesetaraan dan kewajaran sudah diterapkan di rumah sakit
Ketergantungan Obat. Dan hasilnya teori good corporate governance sudah diterapkan di
rumah sakit dan berjalan dengan baik. Seperti penelitian Sintiya Raudiatul Jannah dan
Suwardi Bambang (2020) dengan judul pengaruh prinsip – prinsip good corporate
governance terhadap kinerja puskesmas di Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode

12
dengan menyebarkan 3 kuesioner kepada pegawai puskesmas dan pasien. Dengan total
responden sebanyak 186 responden terdiri dari 93 responden berasal dari pasien dan 93
responden dari pegawai puskesmas. Hasil penelitian menunjukan prinsip good corporate
governance transparansi, akuntability, responsibility, kemandirian dan kesetaraan dan
kewajaran. Variabel transparansi dan akuntabilitas berpengaruh positip dan signifikan
terhadap kinerja puskesmas. Variabel responsibilitas dan kemandirian berpengaruh positip
tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja puskesmas di Surabaya. Variabel
kesetaraan dan kewajaran berpengaruh negative dan tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja Puskesmas di Surabaya.

3.3 Pembahasan
Rumah Sakit sudah melaksanakan prinsip transparansi dengan baik, namun masih
kurang maksimal. Global Environment Management Initiative (GEMI, 2003) menyebutkan
bahwa Transparansi korporasi sebagai keterbukaan organisasi berkenaan dengan kesediaan
berbagi informasi tentang bagaimana organisasi tersebut beroperasi. Ada beberapa hal yang
tidak diterapkan oleh rumah sakit dengan baik seperti keterbukaan informasi mengenai
perekrutan bagi tenaga honorer. Rumah sakit sudah transparan mengenai kebijakan.
Kebijakan perusahaan disampaikan secara lisan dan tertulis, serta disampaikan pada waktu
rapat rapat besar pegawai.
Prinsip akuntabilitas sudah dilaksanakan dengan baik, rumah sakit sudah menetapkan
rincian tugas dan tanggung jawab secara jelas kepada seluruh pegawai. Rumah sakit juga
menerapkan sistem reward dan punishment dengan baik, dengan memberikan sanksi berupa
pemotongan poin yang dapat mempengaruhi remunerasi yang di dapat. Komite Nasional
Kebijakan Governance (KNKG, 2006) juga menyebutkan bahwa perusahaan harus memiliki
ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha
perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment system).
Rumah sakit telah menerapkan prinsip responsibilty, namun tidak diterapkan secara
maksimal seperti masih adanya karyawan yang tidak menaati aturan yang ada. Dalam
pedoman KNKG (2006) menyebutkan bahwa pihak-pihak perusahaan yang berkepentingan
harus berpegang pada hukum yang telah tercantum dalam peraturan perundang-undangan,
anggaran dasar dan peraturan perusahaan. Rumah sakit juga sudah melakukan pengelolahan
limbah medis, serta melakukan corporate social responsibility terhadap masyarakat berupa
kegiatan donor darah. KNKG (2006) menyebutkan bahwa perusahaan harus melaksanakan
tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli terhadap masyarakat dan kelestarian

13
lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan
yang memadai.
Dalam independency, perusahaan kurang maksimal dalam mengimplementasikannya.
Dikarenakan masih adanya karyawan yang bekerja tidak sesuai job description. Kemudian
konflik internal yang terjadi dalam perusahaan tidak menjadi halangan dalam membuat suatu
keputusan. Nur’Ainy et.al (2013) menyampaikan bahwa independency adalah suatu keadaan
dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau
tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai hukum yang berlaku dan prinsipprinsip
korporasi yang sehat.
Dalam prinsip fairness disebutkan bahwa perusahaan harus memberikan kesempatan
kepada pemangku kepentingan untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat
bagi kepentingan perusahaan (KNKG, 2006). Dalam hal ini rumah sakit sudah
menerapkannya dengan baik. Perusahaan memberikan kesempatan kepada seluruh karyawan
untuk menyampaikan pendapat dan memberi saran. Perlakuan terhadap pegawai yang
melakukan kesalahan juga diperlakukan secara adil dan tidak adanya saling menjahui satu
sama lain. Rumah sakit juga mempunyai layanan customer service untuk menerima saran dan
kritik serta komplain dari customer.

14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari prinsip transparency subjek penelitian masih belum melaksanakan secara
menyeluruh dikarenakan informasi perekrutan tenaga honor tidak dilakukan melalui
pengumuman. Dari sisi transparency yang sudah dijalankan, subjek penelitian sudah
menyampaikan visi dan misi secara lisan maupun tertulis dengan jelas. Penyampaian
mengenai informasi kebijakan telah disampaikan secara terbuka melalui rapat-rapat dan
secara lisan maupun tertulis. Subjek penelitian juga sudah terbuka terhadap konsumen
melalui website yang berisi informasi tentang pelayanan-pelayanan yang diberikan.
Perusahaan juga sudah terbuka terhadap pemerintah melalui laporan pembayaran pajak setiap
bulan dan pembayaran Surat Pemberitahuan Tahunan pajak. Subjek penelitian juga sudah
terbuka terhadap pegawai mengenai masalah poinpoin jasa pelayanan yang di dapat selama
bekerja. Dari prinsip accountability, subjek penelitian sudah melaksanakannya dengan baik.
Dari sisi accountability yang sudah dijalankan, subjek penelitian telah memiliki struktur
organisasi serta tugas dan tanggung jawab yang jelas dengan memberikan job description.
Perusahan juga melakukan evaluasi kinerja pada pegawai. Sistem reward and punishment
sudah diterapkan di rumah sakit dengan baik. Dari sisi responbility yang sudah dijalankan,
Rumah Sakit telah menaati perundang-undangan dan peraturan perusahaan sesuai hukum,
tetapi tidak sepenuhnya di taati oleh pegawai. Rumah sakit juga sudah patuh terhadap undang
undang konsumen. Pegawai honor di rumah sakit juga telah diikutkan dalam BPJS kesehatan,
ketenagakerjaan, dan jaminan hari tua. Rumah sakit juga sudah melakukan pengelolahan
limbah. Rumah Sakit juga sudah melakukan corporate social responbility kepada masyarakat
dan pegawai. Subjek penelitian juga sudah memberikan hak cuti pegawai sesuai peraturan
pemerintah. Dari sisi independency yang dijalankan oleh subjek penelitian masih belum
melaksanakannya dengan baik, dikarenakan masih adanya karyawan yang bekerja tidak
sesuai dengan job description. Dari prinsip fairness, subjek penelitian sudah melakukannya
dengan baik. Rumah sakit memberikan kesempatan kepada semua pihak untuk
menyampaikan kritik dan saran dan di perlakukan sama.

15
4.2 Saran
Untuk dapat memperoleh tata kelola perusahaan yang baik, kita perlu memahami
lebih dalam tentang Good Corporate Governance yang mana dapat membantu kita
membentuk perusahaan yang baik sesuai dengan tujuan yang ditentukan oleh perusahaan.
Semoga, pembahasan ini dapat membantu para pembaca untuk dapat dijadikan referensi yang
mengacu pada tata kelola perusahaan yang baik.

16
DAFTAR PUSTAKA
Sintiya Raudiatul dan Suwardi Bambang. (2020). Pengaruh Prinsip Prinsip Good Corporate
Governance Terhadap Kinera Puskesmas di Surabaya. Jurnal ilmu dan riset akuntansi,
From http:// jurnalmahasiswa.stiesia.ac.id

Asmarani Harma, Reza Ahri dan Jamin Amba S. (2020). Pengaruh Penerapan Good
Corporate Governance Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja RS Umum Daerah Labuang
Baji Makassar. Journal of Muslim Community Health (JMCH)
from http:// pasca-uml.ac.id

Indrawati Mara Kesume, Yuli Nurhayati. (2020). Pengaruh Penerapan Good Corporate
Governance Dalam Meningkatkan Kinerja RS di Kota Lubuk Linggau dan Kabupaten Musi
Rawas dengan Pendekatan Balanced Scorecard, Vol 5 No 1 Edisi Februari 2020,
from http:// ejournal.uigm.ac.id

Mochamad Zaeni dan Tjiptohadi Sawar Juwono, (2019). Implementasi Good Corporate
Governance pada RS Orthopedi dan Traumatology Surabaya, from
http://www.journal.iainlangsa.ac.id

Warno dan Sri Wiranti, (2015). Implementasi Balanced Score Card (BSC) Dalam
Peningkatan Penerapan Good Corporate Governance pada Badan Layanan Umum (BLU),
Jurnal STIE Semarang Vol 7 No 3 Edisi Oktober 2015, from http://www.medianeliti.com

Winita Yuniarsih, Sulastri, Khuzaini, (2021). Pengaruh Penerapan Prinsip – Prinsip Good
Corporate Governance Terhadap Kinerja Pegawai Studi Kasus RS Sultan Suriansyah Kota
Banjarmasin.
from http://www.eprints.uniska-bjm.ac.id

Christian Chandra N, (2016). Implementasi Prinsip Prinsip Good Corporate Governance,


Agora Vol 4 No 2 (2016), from https://www.publication.petra.ac.id

Lia G Partakusuma, (2014). Evaluasi Tata Kelola RS Badan Layanan Umum Pada 4 RS
Vertikal Kelas A di Jawa dan Bali, from https://journal.ui.ac.id

Artikel (2021, Januari 1) Peneran Prinsip Prinsip Good Corporate Governance – Danareksa
From http://www.employers.glints.id

17
18

Anda mungkin juga menyukai