Anda di halaman 1dari 8

1.

Dalam organisasi rumah sakit sering ditemukan hal - hal yang tidak berjalan sesuai
dengan fungsi masing - masing organisasi sehingga menghambat jalannya pelayanan
di rumah sakit. Jelaskan upaya anda sebagai seorang PIMPINAN organisasi
(Direktur) tersebut untuk memperbaiki fungsi organisasi menjadi lebih baik.
Jawab:
Langkah-langkah yang saya tempuh sebagai seorang direktur untuk
memperbaiki fungsi organisasi menjadi lebih baik jika ditemukan hal - hal yang tidak
berjalan sesuai dengan fungsi:
a. Melakukan monitoring dan evaluasi terkait jobdesk masing-masing unit setiap 3
bulan sekali.
b. Memberikan reward dan punishment jika ada unit yang bekerja sesuai jobdesk
maupun tidak sesuai dengan jobdesk.
c. Memberikan contoh yang baik bagi seluruh karyawan dengan selalu
menunjukkan kinerja yang terbaik.
d. Melakukan review terkait visi dan misi rumah sakit serta target dan capaian yang
dimiliki oleh rumah sakit serta melakukan penyesuaian dengan masing-masing
jobdesk.
2. Salah satu tantangan dalam organisasi di masa mendatang adalah masalah Rencana
Kerja Jangka Panjang yang sulit dilakukan karena regulasi / kebijakan yang selalu
berubah – ubah. Jelaskan Upaya yang dilakukan organisasi rumah sakit untuk bisa
tetap memberikan layanan sesuai fungsi organisasinya.
Jawab:
Langkah yang saya lakukan untuk bisa tetap memberikan layanan sesuai
fungsi organisasi terkait rencana kerja jangka Panjang yaitu:
a. Melakukan pengkajian terkait regulasi yang ada kemudian menyelaraskan dengan
visi, misi dan jobdesk masing-masing unit.
b. Menentukan rencana kerja jangka Panjang dengan membuat capaian dan target
serta kemungkinan masalah dna solusi yang harus dilakukan.
c. Melakukan advokasi jika ada kebijakan atau regulasi yang tidak sesuai dengan
visi misi RS dan keseluruhan RS di daerah setempat.
3. Kemajuan suatu organisasi rumah sakit dapat dilihat dari upaya pemimpin untuk
selalu mengikuti perkembangan dalam pelayanan. Jelaskan upaya anda sebagai
pemimpin organisasi agar anda dapat memiliki lebih banyak fungsi kepemimpinan
dan jelaskan juga tanda – tanda untuk mengetahui adanya perkembangan dalam
organisasi di dalam rumah sakit.
Jawab:
Upaya yang saya lakukan sebagai pemimpin organisasi agar dapat memiliki lebih
banyak fungsi kepemimpinan, antara lain:
1. Meninjau kemampuan diri untuk selalu update terkait bidang perumah sakitan.
2. Melakukan studi banding dengan RS sekeliling dan kota lain untuk meningkatkan
kompetensi diri dan kinerja RS
3. Melakukan perkembangan RS kearah digaital seta mengikuti perkembangan
zaman.
Tanda – tanda untuk mengetahui adanya perkembangan dalam organisasi di dalam
rumah sakit:
1. Ketika dilakukan pertemuan rutin, para karyawan memberikan ide dan saran
terkait kemajuan RS.
2. Kinerja karyawan meningkat dari sebelumnya.
3. Jumlah indicator pelayanan meningkat seperti BOR, AvLOS dan BTO
4. Rumah sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai mutu karena tidak
kompetensi seorang dokter dan telah terjadi beberapa kasus kematian pasien sehingga
beberapa keluarga pasien melaporkan ke Lembaga Konsumen dan diteruskan ke
Badan Pengawas Rumah Sakit. Jelaskan upaya yang dilakukan anda sebagai seorang
Direktur dalam menghadapi laporan tersebur berdasarkan alur penelusuran instrumen
kerja Badan Pengawas Rumah Sakit.
Jawab:
1. Melakukan koreksi terkait rekam medik pasien dan kronologi terjadinya kasus
tersebut.
2. Melakukan koordinasi dengan komite medik, mengusut masing-masing kasus
hingga ditemukannya akar masalah penyebab kematian pasien.
3. Melakukan koordinasi dengan IDI dan komite etik BPRS terkait kejadian dan
pelaporan.
4. Bersama-sama dengan BPRS menindaklanjuti tiap kasus hingga selesai dengan
terus berhubungan baik dan memberikan info yang tepat kepada keluarga pasien.
5. Salah satu tantangan organisasi rumah sakit adalah kesiapan menghadapi Transisi
Demografi dengan jumlah penduduk usia lanjut di masa mendatang. Jelaskan Upaya -
upaya yang dilakukan oleh organisasi agar bisa menyesuaikan diri menghadapai
kondisi di masa mendatang.
Jawab:
Upaya - upaya yang dapat dilakukan oleh organisasi agar bisa menyesuaikan
diri menghadapai kondisi transisi demografi di masa mendatang menurut saya antara
lain:
a. Melakukan review terkait jumlah penduduk usia lanjut di kelurahan setempat dan
mereview jumlah kunjungan serta diagnose penyakit penduduk usia lanjut yang
dating ke rumah sakit.
b. Membuat monitpring dan evaluasi kebutuhan pelayanan pasien usia lanjut.
c. Melakukan koordinasi dengan puskesmas dan FKTP terkait kebutuhan pelayanan
usia lanjut.

6. Paradigma rumah sakit saat ini telah mengubah semua tatanan maupun tata kelola
agar dalam pelayanan rumah sakit mengutamakan mutu layanan dan keselamatan
pasien sehingga rumah sakit tetap mendapatkan pangsa pasar di era persaingan ini.
Jelaskan secara jelas Tata Kelola Korporasi yang dilakukan oleh organisasi di dalam
rumah sakit agar rumah sakit tetap dapat memberikan layanan yang baik dan tidak
ditinggal oleh pengguna jasa layanan.
Istilah Good Coorporate Governance (GCG) semakin populer beberapa tahun
terakhir. Semua dilatarbelakangi oleh adanya beberapa peristiwa yang menuntut
perusahaan untuk segera memperbaiki kekurangan yang dimiliki. Pertama, adanya
krisis ekonomi yang melanda beberapa negara di kawasan Asia dan Amerika Latin
dan terjadinya mega skandal yang melibatkan beberapa perusahaan besar di amerika
seperti, Worl.Com, Enron yang disebabkan karena kegagalan penerapan good
coorporate governance. Kedua, adanya pemberlakuan pasar global.
Tata kelola yang buruk tidak dapat mencegah terjadinya fraud. Karakteristik
buruknya praktik coorporate governance adalah
1. adanya konsentrasi kepemilikan dan kekuatan insider shareholder.
2. lemahnya governance bidang keuangan.
3. ketidakefektifan internal rules dan tidak adanya perlindungan hukum bagi
pemegang saham minoritas.
Riadiani dan Wahyudin (2015) memberikan contoh pelanggaran akibat burukya
coorporate governance yaitu adanya mark-up laba bersih tahunan yang dilakukan oleh
PT. Kimia Farma, Tbk. Pelanggaran yang dilakukan oleh PT. Kimia Farma, Tbk dan
beberapa perusahaan lainnya menjelaskan betapa pentingnya pelaksanaan good
coorporate governance. Penerapan good corporate governance sangat dibutuhkan
untuk menjaga kelangsungan hidup sebuah perusahaan.
Good Corporate Governance (GCG) dapat terwujud dalam suatu organisasi
merupakan salah satu penjabaran dari penerapan mekanisme pengelolaan resiko
organisasi melalui sistem yang dirancang dalam rangka mengidentifi kasi dan
menganalisa resiko yang mungkin terjadi. Pengelolaan resiko dilakukan dengan cara
memisahkan fungsi prinsipal dengan agen. Pemisahan fungsi dilakukan karena kedua
belah pihak mempunyai kepentingan yang berbeda yang dapat berdampak terhadap
penerapan good coorporate governance.
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat. UU Kesehatan No.44 Tahun 2009 tentang rumah
sakit pasal 36 mewajibkan rumah sakit harus melaksanakan good coorporate
governance dalam menjalankan fungsinya sebagai institusi penyelenggara kesehatan.
setiap rumah Sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efi sien, dan akuntabel. UU
No.44 tahun 2009 Pasal 34 menjelaskan bahwa pemilik rumah sakit tidak
diperkenankan merangkap menjadi kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit.
Selain itu, kepala rumah sakit atau direktur harus seorang dokter yang memiliki
kemampuan dan keahlian dibidang rumah sakit. Pelaku organisasi di industri rumah
sakit memiliki sensasi yang berbeda dalam implementasi good coorporate governance
dibandingkan dengan di industri yang lain.
Pengelolaan rumah sakit memiliki keunikan dibandingkan dengan organisasi yang
lain. Keunikannya adalah status kepemilikannya dan pengelolaan unit usaha tidak
sepenuhnya berorientasi bisnis, tetapi unit usahanya juga memiliki misi sosial. Selain
itu, rumah sakit tidak hanya mempekerjakan profesi dibidang medis, tetapi rumah
sakit juga mempekerjakan profesi akuntan dan profesi lainnya. Setiap profesi
memiliki fungsi tidak sama dan memiliki kepentingan yang berbeda sehingga rawan
terjadi konfl ik kepentingan. Rumah sakit membutuhkan tata kelola yang baik untuk
meningkatkan kepercayaan publik terhadap entitas tersebut. Kepercayaan publik
muncul dikarenakan good coorporate governance dapat memberikan value added
untuk semua stakeholder.
Pada tahun 1992 Cadbury Committee memperkenalkan pertama kali istilah
corporate governance. Cadbury Report mendefi nisikan corporate governance sebagai
seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang saham,
pengelola, pemerintah, kreditor dan karyawan serta pihak-pihak yang berkepentingan
lainnya baik internal maupun eksternal terkait dengan hak-hak dan tanggung jawab
mereka. Jika penerapannya di rumah sakit, maka pihak-pihak yang dimaksud adalah
pemegang saham, pengelola, kreditor, pemerintah, pasien, dan masyarakat serta
karyawan dari berbagai profesi seperti dokter, apoteker, perawat, akuntan, psikolog
dan lain-lain.
Tjager dkk (2003) menjelaskan bahwa manfaat penerapan good coorporate
governance jika didukung dengan regulasi yang memadai dapat mencegah berbagai
bentuk overstead, ketidakjujuran dalam fi nancial disclosure yang jauh melampaui
kinerja perusahaan yang sesungguhnya. Tata kelola yang baik harus menjalankan
empat prinsip yaitu fairness, accuntability, transparency, responsibility.
Penelitian terkait good coorporate governace telah banyak dilakukan sebelumnya.
Kaihatu (2006) mejelaskan bahwa pelaku bisnis di Indonesia memiliki pemahaman
yang lemah terhadap arti penting implementasi good coorporate governance. Rohaeni
(2013) menyatakan bahwa pasien RSUD serang mengharapkan adanya pelaksanaan
good coorporate governance dalam perbaikan manajemen untuk mencapai kepuasan
pasien. Nyoto (2016) menyatakan bahwa belum melaksanakan prinsip-prinsip
transparansi, responsibility dan independensi. Perusahaan di Indonesia masih banyak
yang belum menerapkan good coorporate governance secara menyeluruh terutama di
industri rumah sakit. Berdasarkan latar belakang diatas dan kewajiban setiap rumah
sakit yang diamanatkan oleh UU. No.44 Tahun 2009 tentang rumah sakit untuk
menerapkan tata kelola yang baik, maka peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian tentang implementasi good coorporate governan di rumah sakit. Penelitian
ini bermanfaat bagi industri rumah sakit sebagai penambah refensi dalam penerapan
tata kelola yang baik.

7. Dalam pelayanan rumah sakit diperlukan profesionalitas dari staf medis dengan
kewewenangan klinis yang diperolehnya. Apabila di rumah sakit anda terdapat
fasilitas yang lengkap sedangkan tidak tersedia staf medis (dokter spesialis) sesuai
keahlian yang diperlukan. Jelaskan upaya yang dilakukan anda sebagai seorang
Direktur agar rumah sakit anda tetap dapat memberikan layanan yang diharapkan.
Jawab:
Upaya yang dilakukan anda sebagai seorang Direktur agar rumah sakit tetap
dapat memberikan layanan yang diharapkan:
1. Membuat tata Kelola yang baik
2. Membuat hospital by law dan mensosialisasikannya ke seluruh karyawan.
3. Melakukan rekrutmen yang sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
4. Membentuk komite medik guna memantau fungsi dokter umum dan dokter
spesialis.

8. Fungsi organisasi dalam rumah sakit sangat ditentukan oleh profesionalisme petugas
pemberi layanan. Terangkan menurut pendapat anda upaya yang dilakukan seorang
Direktur rumah sakit yang dilakukan jika staf organisasi anda tidak professional untuk
dapat menjalankan fungsi organisasi secara normal.
Jawab:
1. Melakukan konfirmasi terhadap staf yang tidak professional
2. Melakukan tindak lanjut sesuai dengan profesi terkait. Missal, Jika dokter,
melakukan koodinasi dengan komite medik dan jika perawat melakukan
koordinasi dngan komite keperawatan.
3. Membuat dan mensosialisasikan reward dan punishment
4. Melakukan monitoring dan evaluasi guna mencegah terjadinya hal tersebut diatas.

9. Dalam menjalankan fungsi organisasi rumah sakit sangat ditentukan oleh keadaan
kompetensi dan komitmen dari tenaga kesehatan yang ada. Terangkan menurut
pendapat anda sebagai seorang ahli perumahsakitan tentang upaya yang akan anda
lakukan untuk meningkatkan KOMITMEN tenaga kesehatan tersebut.
Pendapat saya sebagai ahli perumah sakitan tentang upaya meningkatkan komitmen
tenaga kesehatan atau Sumber Daya Manusia ialah dengan melihat 3 hal-hal dasar sebelum
merekrut tenaga kesehatan di antaranya yaitu dengan melihat :
a. Faktor Personal atau Personality  perlu dilihat IQ (Intelligence Quotient) yaitu
kecerdasan intelektual, EQ (Emotional Quotient) yaitu kecerdasaran emosi, dan SQ
(Spiritual Quotient) yaitu kecerdasan spiritual, ketiga hal ini harus ada pada tenaga
kesehatan yang akan direkrut dan harus bisa seimbang, karena ketiga hal ini hanya
dapat dilihat dari diri sendiri pegawai tersebut dan jika seimbang maka dapat
memberikan hasil kinjera yang baik sehingga pegawai dapat memiliki rasa komitmen
untuk berkeja di Rumah Sakit ini.
b. Leadership  seorang pegawai harus dapat menetapkan arah atau visi dalam hal ini
saya akan mengikut sertakan karyawan dan dokter spesialis dalam menetapkan arah
atatu visi Rumah Sakit, pegawai mampu mengelola manusia dari hak asasi manusia
sampai ke persoalan emosi manusia dalam hal ini saya berusaha melakukan
perubahan mindset menjadi paradigma / values / keyakinan yang sepaham, seorang
pegawai mampu mengelola organisasi dengan membangun sistem yang disebut
“Pokayoke” atau mistake proof, serta seorang pegawai mampu mengelola sisi
bayangan atau grey area.
c. Iklim Kerja (Budaya Organisasi)  Rumah Sakit atau Management Rumah Sakit
memberikan 3 hal di antaranya yaitu :
d. Lingkungan kerja dan komunikasi  Rumah Sakit mampu menciptakan lingkungan
kerja yang baik dibandingkan Rumah Sakit lain (dalam hal ini lebih bersih, indah,
rapih, aman, nyaman, saling asah – asih – asuh, serta organization orderliness),
Rumah Sakit dapat menciptakan media komunikasi (freedom of speech, morning
report / case report, feed back, usul, saran dan informasi agar dapat memecahkan
masalah secara cepat), Rumah Sakit mampu membangun hubungan kemitraan, cross
functional team, hard work with pleasure.
e. Empowerment  Dalam hal ini terjadi sharing power, partisipasi, inovasi dan
informasi, dengan cara membuka akses ke sistem informasi seluas-luasnya,
merencanakan program Rumah Sakit bersama-sama (dalam hal membahas tarif,
pengembangan Rumah Sakit sehingga dapat menumbuhkan rasa memiliki),
memberikan keleluasaan pegawai untuk berinovasi (focus on team, budaya embrace
error), menghargai privilege pegawai (dalam hal ini manajemen Rumah Sakit tidak
mencampuri urusan teknis medis maupun passion for quality pegawai), dan
manajemen Rumah Sakit melakukan penerimaan tenaga (dokter) baru yang akan
dinilai oleh tim kredensial.
f. Kompensasi atau Akuntabilitas  manajemen Rumah Sakit memberikan penghargaan
kepada pegawainya dapat berupa pembiayaan seminar dan kongres, memberikan
kesempatan belajar di dalam maupun di luar negeri untuk menambah ilmu terutama di
bidang Rumah Sakit atau kesehatan, manjemen Rumah Sakit memberikan jasa medik
berbasis kinerja dari berbagai sumber, manjemen memberikan konsumsi kepada
pegawai di Rumah Sakitnya, memberikan perlindungan sakit di kelas I atau VIP,
memberikan asuransi terhadap medical error dan memberikan perlindungan hukum
jika terjadi masalah hukum pada pegawai Rumah Sakit, memberikan peghargaan lain,
serta memberikan punishment seminimal mungkin tapi tetap di bawah sepengetahuan
Komite Medik.
Dengan adanya komitmen dari pegawai Rumah Sakit maka akan tercipta “engaged” yang
tinggi antara pegawai dengan manjemen Rumah Sakit, sehingga pegawai dapat memberikan
hasil kerja yang baik karena mempunyai rasa memiliki serta dapat berkomitmen untuk
bekerja di Rumah Sakit tempat pegawai tersebut bekerja.

10. Rumah Sakit X diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai mutu dan telah
terjadi beberapa kasus kematian pasien sehingga beberapa keluarga pasien complain
di medsos. Jelaskan upaya yang dilakukan oleh Dewan Pengawas Rumah Sakit untuk
menghadapai kasus tesebut berdasarkan tugas dan fungsi pengawasnya.
Upaya yang dapat dilakukan oleh Dewan Pengawas Rumah Sakit dalam menghadapi
kasus complain keluarga pasien di media sosial yaitu Dewan Pengawas Rumah Sakit akan :
a. Melakukan review terkait mutu layanan dna indicator mutu
b. Melakukan sosialisasi dan evaluasi indicator mutu dan capaian
c. Membentuk komite mutu dan memberikan tupoksi yang sesuai.
d. Melakukan koordinasi dengan keluarga pasien agar mengetahui akar masalah dan
menyelesaikannya degan kekeluargaan

Anda mungkin juga menyukai