0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
3 tayangan1 halaman
Rasul Paulus mendapat penglihatan di Troas untuk pergi ke Makedonia dan memberitakan Injil di sana. Meskipun perjalanan ke sana berisiko karena harus menyeberangi laut, Paulus percaya bahwa Roh Kudus akan membimbingnya. Setelah tiba di Makedonia, Paulus berhasil memberitakan Injil. Renungan ini mengingatkan pembaca untuk tekun dalam menanggapi panggilan Tuhan meskipun dihadapkan pada kesulitan, den
Rasul Paulus mendapat penglihatan di Troas untuk pergi ke Makedonia dan memberitakan Injil di sana. Meskipun perjalanan ke sana berisiko karena harus menyeberangi laut, Paulus percaya bahwa Roh Kudus akan membimbingnya. Setelah tiba di Makedonia, Paulus berhasil memberitakan Injil. Renungan ini mengingatkan pembaca untuk tekun dalam menanggapi panggilan Tuhan meskipun dihadapkan pada kesulitan, den
Rasul Paulus mendapat penglihatan di Troas untuk pergi ke Makedonia dan memberitakan Injil di sana. Meskipun perjalanan ke sana berisiko karena harus menyeberangi laut, Paulus percaya bahwa Roh Kudus akan membimbingnya. Setelah tiba di Makedonia, Paulus berhasil memberitakan Injil. Renungan ini mengingatkan pembaca untuk tekun dalam menanggapi panggilan Tuhan meskipun dihadapkan pada kesulitan, den
RENUNGAN WARTA “Tekun dan Berani Merespon Panggilan Tuhan!” Bapak, Ibu dan Saudara yang terkasih, Jarak antara Troas ke Makedonia, terbentang melintasi suatu lautan yang disebut Laut Aegea. Saat ini laut Aegea umum dikenal sebagai perairan yang menghubungkan peradaban, antara wilayah yang kini disebut Asia dengan wilayah Eropa. Terlepas dari detil sejarahnya, yang menarik dan patut menjadi perhatian kita kali ini adalah pilihan Rasul Paulus untuk menyeberangi lautan tersebut didorong oleh sebuah penglihatan. Ia berangkat untuk mewartakan Injil/kabar baik sebagai respon terhadap penglihatannya pada seseorang yang meminta pertolongan di sana. Tidak ada google waktu itu, sehingga bisa jadi kalkulasi ketika memersiapkan perjalanan ke sana barangkali hanya berdasar informasi yang terbatas atau bahkan hanya spekulasi. Singkat cerita, terbukti bahwa intuisi Paulus tidak salah karena sesampainya di sana ia langsung bisa berkarya. Demikian bapak, ibu dan saudara, Sebagian dari kita mungkin pernah merasakan, betapa lega dan bahagianya bila kegelisahan dan intuisi kita untuk melakukan sesuatu itu benar. Apalagi ketika apa yang kita lakukan itu memberi hasil dan manfaat yang baik. Namun bagaimana jika sebaliknya? Bukankah seringkali upaya untuk melakukan sesuatu, kendati itu bermaksud baik namun bisa menjadi salah bila tanpa perhitungan dan perencanaan? Di banyak kesempatan, keinginan untuk melakukan kebaikan tidak selalu mudah. Malah, sering juga apa yang kita pandang baik belum tentu orang lain melihatnya demikian. Persis itulah dilema besar yang sering muncul sebagai pengikut Kristus. Bapak, ibu dan saudara terkasih, Dalam pesan-Nya, sebagaimana dinyatakan dalam Injil, kita bisa mencermati bagaimana Yesus mengingatkan kepada para muridnya: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu” (ay. 27) boleh jadi adalah peringatan bahwa apa yang akan para murid lakukan untuk bersaksi tentang karya Damai Sejahtera Kristus tidaklah mudah. Dalam konteks inilah, kehadiran Roh Kudus yang dijanjikan itu akan menjadi faktor yang sangat menentukan sebagai penyokong daya dan kemampuan para murid. Roh Kudus-lah “yang mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu”, demikian kata Yesus (ay. 26). Mungkin dari situ kita lantas dapat memahami apa yang membuat Rasul Paulus mau melakukan misinya. Sesuai dengan pesan Yesus kepada para murid untuk tidak ragu dalam menjalankan panggilan karya karena Roh Kudus akan membimbing, boleh jadi karunia roh itu jugalah yang membuat Rasul Paulus tanpa ragu merespon panggilan untuk melakukan karya. Meskipun nantinya harus bertemu dengan kesulitankesulitan, seperti menyeberang lautan demi diwartakannya kabar suka cita. Rasul Paulus memahami betul, bahwa penglihatan permintaan tolong itu harus direspon dengan kesediaan untuk mewartakan Injil. Keberanian Paulus dalam merespon panggilan berlandaskan Injil ini peru menjadi pengingat kita. Panggilan untuk mewartakan Injil, kabar Keselamatan sebenarnya adalah kesempatan kita untuk melakukan tugas sebagai murid. Mari kita senantiasa belajar untuk tekun mengelola ketakutan dan keraguan kita. Ada banyak kondisi yang belum baik, perilaku curang, hati yang cemar, ketidakadilan yang sering kali melahirkan rupa-rupa keadaan yang buruk di hidup kita. Situasi yang buruk harus ditanggapi dengan cermat dan bijak. Oleh sebab itu, keraguan dan ketakutan harus “diseberangi”, supaya kabar Keselamatan dapat diwartakan.