Anda di halaman 1dari 10

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.1 (2021.2)

Nama Mahasiswa : Seftia Rahmaningsih.

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 855717269

Tanggal Lahir : 27 September 1995

Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4407/Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Kode/Nama Program Studi : 199/PGSD S1

Kode/Nama UPBJJ : 20/Bandar Lampung

Hari/Tanggal UAS THE : Selasa, 21 Desember 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan
Mahasiswa
Kejujuran
Akademik
Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Seftia Rahmaningsih


NIM : 855717269
Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4407/Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus
Fakultas : Universitas Terbuka
Program Studi : 199/PGSD S1
UPBJJ-UT : 20/Bandar Lampung

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.

Sripendowo, 21 Desember 2021


Yang Membuat Pernyataan
Seftia Rahmaningsih
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1.

A. Berdasarkan waktu terjadinya , ketunarunguan Faisya dapat diklasifikaskan sebagai berikut :


Ketunarunguan prabahasa (prelingual deafness) yaitu kehilangan pendengaran yang terjadi sebelum
kemampuan bicara dan bahasa berkembang.

KetunarunguanKetunarunguan pasca bahasa (post lingual deafness) yaitu kehilangan pendengaran


yang terjadi beberapa tahun setelah kemampuan bicara dan bahasa berkembang.
B. a. Dampak yang dialami Faisya dalam kemampuan komunikasi yaitu :
 Kesulitan dalam berkomunikasi , mengakibatkan Faisya memiliki kosakata yang terbatas,
 Kesulitan mengartikan ungkapan-ungkapan bahasa yang mengandung kiasan
 Kesulitan mengartikan kata-kata abstrak
 Kurang menguasai irama dan gaya bahasa
b. Dampak yang dialami Faisya dalam kemampuan aspek social yaitu:
 Pergaulan terbatas pada sesama tunarungu , akibat dari keterbatasan dalam kemampuan
berkomunikasi
 Sifat ego-sentris yang melebihi anak normal , yang ditunjukkan dengan sukarnya mereka
menempatkan diri pada situasi berpikir dan perasaan orang lain , sukarnya menyesuaikan
diri , serta tindakan lenih berpusat pada “aku/ego”, sehingga kalau ada keinginan harus selalu
dipenuhi
 Perasaan takut (khawatir) terhadap lingkungan sekitar , yang menyebabkan ia tergantung
pada orang lain serta kurang percaya diri
 Perhatian anak tunarungu sukar dialihkan , apabila ia sudah menyenangi suatu benda atau
pekerjaan tertentu
 Memiliki sifat polos , serta perasaannya pada umumnya dalam keadaan ekstrem tanpa
banyak nuansa
 Cepat marah dan mudah tersinggung , sebagai akibat sering nya mengalami kekecewaan
karena sulitnya menyampaikan perasaan / keinginan
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

2. Tujuan dari pendidikan anak tunagrahita ringan adalah , agar dapat mengurus dan membina diri ,agar dapat
bergaul dimasyarakat , agar dapat mengerjakan sesuatu untuk bekal hidupnya Bagi anak tunagrahita ringan
bisa bersekolah di SLB-C sedangkan bagi abak grahita sedang bisa bersekolah di SLB-C1

a. Bentuk layanan pendidikan disekolah tersebut system integrasi dan system inklusif memberikan
kesempatan kepada anak tunagrahita belajar, bermain atau bekerjasama dengan anak normal .
Pelaksanaan system terpadu bervariasi sesuai dengan taraf ketunagrahitaan .

b. Jenis pelayanan pendidikan yang dipraktikan disekolah tersebut adalah system inklusif Ditempat ini anak
tunagrahita atau bisa disebut dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) belajar bersama dengan anak
biasa dengan penyediaan program dan model layanan secara khusus apabila ia membutuhkannya . Pada
system inklusif ini anak ABK berada disekolah tersebut bersama dengan anak biasa selama mengikuti
pendidikan disana dan mendapatkan program yang sesuai dengan kemampuannya .

c. Kelebihan dari jenis layanan ini yaitu :


1. Hak dan kewajiban yang sama dengan peserta didik regular lainnya dikelas

2. Dapat berbagai fasilitas untuk belajar dan mengembangkan diri, terlepas dari keterbatasannya
3. Dorongan untuk lebih percaya diri

Kelemahan dari jenis layanan ini yaitu :

1. Minimnya sarana penunjang system pendidikan inklusi


2. Terbatasnya pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh para guru sekolah inklusi
3. Pendidikan inklusi belum benar-benar dipersiapkan dengan baik.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

3. a. Metode Fernald (2003:95) adalah cara yang digunakan dalam belajar dengan materi pengajaran membaca
multisensory yang disajikan dalam berbagai modalitas alat indera. Modalitas yang dipakai adalah visual,
auditoris, kinestik dan taktil, atau disingkat dengan VAKT.
MetodeMetode ini menggunakan materi bacaan yang dipilih dari kata-kata yang diucapkan oleh anak, dari
tiap kata diajarkan secara utuh.
b. 4 tahapan teknik Fernald :
1. Tahap 1 ini siswa memilih kata-kata yang diplajari , tiap kata dituliskan dengan krayon pada kertas
dengan tulisan miring . siswa menelusuri kata dengan jari dan membunyikan tiap bagian kata sesuai
dengan perjalanan selusur. Penulusuran diulangi berkali-kali sampai siswa dapat menulis kata pada
secarik kertas lain tanpa melihat contoh. Kata yang telah dipelajari dimasukkan kedalam file sesuai
dengan alfabetnya .Setelah mempelajari beberapa kata diharapkan siswa menyadari bahwa dirinya
dapat membaca dan menulis . Pada saat itu diperkenalkan cara menulis cerita . Siswa mempelajari
kosakata baru untuk menyampaikan jalannya cerita .Sebelum cerita dapat ditulis oleh siswa , ia harus
mempelajari kembalai kata demi kata dengan teknik selusur .Sesudah belajar kata dan menuliskan
cerita , kemudian siswa membaca cerita dan menyimpan kata pada file kata.

2. Tahap 2 ini siswa sudah terbukti tidak memerlukan selusur lagi .Kata yang dipelajari berasal dari kata-
kata yang tidak dikenal yang telah ditulis oleh siswa . Siswa mempelajari kata-kata cukup dengan
melihat dan mengatakannya berkali-kali .Proses ini berlangsung sampai siswa dapat menuliskan kata
dari ingatan.

3. Tahap 3 Siswa mempelajari kata dengan melihat dan mengucapkannya. Mereka boleh membaca kata
yang mereka kehendaki .Apabila menemukan kata yang belum mereka ketahui , siswa hendaknya
diberi tahu . Pada tahap ini siswa mempelajarinya langsung dari buku bacaan. Kata-kata baru tidak
perlu lagi ditulis pada kartu. Siswa melihat kata-kata tercetak , kemudian mengucapkannya berkali-
kali dan mengingatnya dan menuliskannya.

4. Tahap 4 Siswa diharapkan mengenal kembali kata-kata baru dan memahaminya setiap kali kata itu
muncul. Kata-kata dapat dipelajari dari konteks atau dari keseluruhan kata atau bagian-bagian dari
kata .Siswa diminta menuliskan kata yang sulit baginya sebagai latihan . Pada fase ini siswa didorong
sampai kepada satu paragraph untuk memperjelas makna dari kata-kata yang belum dikenal sebelum
mulai membaca.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

4. Identifikasi ADHD
Mengidentifikasi siswa dengan ADHD tidak selalu mudah, meskipun banyak guru akan mengatakan "Anda
tahu ketika Anda melihatnya." Penilaian ADHD yang valid dan dapat diandalkan sulit; tidak ada tes medis atau
psikologis tunggal yang definitif yang membedakan anak-anak ini dari yang lain. Mengidentifikasi seorang
anak ADHD adalah proses multidimensi. Strategi khas untuk menilai kondisi ini melibatkan pengamatan
langsung kepada anak dan penggunaan skala penilaian perilaku dan jenis instrumen pengamatan lainnya yang
dilengkapi oleh orang tua, guru, dan profesional lainnya. Guru, khususnya, mewakili sumber informasi yang
berharga tentang performa yang ditunjukkan anak ketika dalam berbagai situasi akademik dan sosial di
sekolah. Maksud dari upaya ini adalah untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang berguna
dalam menilai kondisi anak secara akurat.
1. EvaluasiEvaluasi Medis
Secara umum, evaluasi medis dirancang untuk mengesampingkan kondisi medis yang mungkin
berkontribusi terhadap hiperaktif dan/atau kurangnya perhatian siswa.
Contoh dari kondisi ini termasuk epilepsi, masalah tiroid, dan tumor otak (Hallahan, et al., 2005 dalam
Gargiulo, 2011). Pengetahuan tentang status kesehatan anak juga dapat membantu profesional
perawatan kesehatan dalam memutuskan jenis obat yang akan diresepkan, jika itu menjadi pilihan
perawatan. Profesional yang mengidentifikasi anak ADHD juga dapat mencari panduan dari pedoman
yang disebarluaskan oleh American Academy of Pediatrics (2000). Pedoman ini, dibuat berdasarkan
kriteria DSM-IV, termasuk enam rekomendasi berikut.
 Pada anak usia 6 hingga 12 tahun yang menunjukkan perhatian rendah, hiperaktif, impulsif,
kurang berprestasi akademik, atau masalah perilaku, maka profesional terkait harus memulai
evaluasi untuk ADHD.
 Diagnosis ADHD mensyaratkan bahwa seorang anak memenuhi kriteria DSM-IV (lihat tabel
10.2).

 Penilaian ADHD membutuhkan bukti yang langsung diperoleh dari orang tua atau pengasuh
mengenai gejala inti ADHD di berbagai pengaturan, usia, durasi gejala, dan tingkat gangguan
fungsional.

 Penilaian ADHD membutuhkan bukti yang diperoleh langsung dari guru kelas (atau
profesional sekolah lainnya) mengenai gejala inti ADHD, durasi gejala, derajat gangguan
fungsi, dan kondisi yang ada bersama.
 Evaluasi anak dengan ADHD harus mencakup penilaian untuk kondisi yang ada bersama
 Tes diagnostik lainnya tidak secara rutin diperlukan untuk menegakkan diagnosis ADHD.

2. Evaluasi Perilaku/Pendidikan
Skala penilaian memberikan sumber informasi penting lainnya tentang siswa yang diduga mengalami
ADHD. Evaluasi kinerja anak di kelas dan perilakunya di rumah akan membantu para profesional
dalam membuat gambaran lengkap tentang kondisi murid dan memastikan bahwa data seakurat
mungkin. Meskipun skala penilaian perilaku dapat secara akurat membedakan antara anak-anak
dengan dan tanpa ADHD, kegunaan dan keakuratan data sangat tergantung pada pengetahuan
penilai individu dan persepsi mereka tentang perilakunya. Terlepas dari sifat standar dari instrumen
ini, bias merupakan masalah nyata.
Salah satu contoh ukuran penilaian yang andal dan valid adalah Skala Penilaian ADHD— IV. Mirip
dengan indeks peringkat lainnya, informan menilai kinerja seseorang menggunakan skala Likert (tidak
pernah atau jarang, kadang-kadang, sering, atau sangat sering). Skala Penilaian Guru adalah contoh
representatif lain dari skala penilaian standar yang umum digunakan. Instrumen ini memungkinkan
evaluator untuk menilai berbagai karakteristik ADHD berdasarkan seberapa dekat pernyataan
tersebut menggambarkan siswa. Tabel 14 menunjukkan item-item tes sampel dari satu ukuran
tersebut. Instrumen ini, biasanya dilengkapi oleh guru, mengevaluasi dampak ADHD pada proses
kognitif, perilaku sosial-emosional, dan impulsif-hiperaktif

Anda mungkin juga menyukai