Anda di halaman 1dari 18

PENDEKATAN PSIKOLOGIS

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Aneka Pendekatan Studi
Pendidikan Islam

Dosen Pengammpu:
Dr. Hj. Asriana Kibtiyah, M.Si
Oleh:
Ummu Qurratu Aini :2198225007
Viyanti Malasari :2198225019

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
TEBUIRENG JOMBANG
2022

i
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ................................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................................ ii

BAB I Pendahuluan .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2

C. Tujuan Pembahasan ................................................................................ 2

BAB II Pembahasan.............................................................................................. 3

A. Psikologi dan Pendidikan Islam ............................................................ 3


B. Pendekatan Psikologi ............................................................................ 5
C. Pendekatan Psikologi dalam Pendidikan Islam..................................... 7
D. Peran Psikologi dalam Pengembangan Pendidikan Islam .................... 9
E. Peranan Psikologi Islam dalam Pengembangan Ilmu Pendidikan Islam10
F. Antara Psikologi Islam dan Psikologi Barat ......................................... 12

BAB III Penutup ........................................................................................... 14

A. Kesimpulan .................................................................................... 14
B. Saran .............................................................................................. 15

Daftar Pustaka .............................................................................................. 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A LATAR BELAKANG
Pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang sengaja didirikan dan
diselenggarakan dengan hasrat dan niat atau rencana yang sungguh-sungguh
untuk mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam, sebagaimana tertuang atau
terkandung dalam visi, misi, tujuan program kegiatan maupun praktiknya.
Karena itu, ada dua misi yang harus ditempuh dalam pendidikan Islam. Pertama,
menanamkan pemahaman Islam secara komprehensif agar peserta didik mampu
mengetahui ilmu-ilmu Islam sekaligus mempunyai kesadaran untuk
mengamalkannya. Kedua, memberikan bekal kepada peserta didik agar nantinya
dapat berkiprah dalam kehidupan masyarakat yang nyata, serta bertahan
menghadapi tantangan kehidupan melalui cara-cara yang benar. Dengan
demikian, pendidikan Islam sangat berbeda dengan pendidikan barat yang dalam
mengonstruksi ilmu pengetahuan bercorak sekuler yang melahirkan ilmu
pengetahuan yang jauh dari nilai-nilai spiritual, moral dan etika. Itu sebabnya
dalam kajian ini perlu sebuah pendekatan psikologi untuk melihat pendidikan
Islam lebih komprehensif dan terbuka sebagai wujud dalam khasanah keilmuan.
Pendidikan Islam sekarang ini dihadapkan pada tantangan kehidupan
manusia modern. Sehingga pendidikan Islam harus diarahkan pada kebutuhan
masyarakat modern. Dalam menghadapi suatu perubahan diperlukan suatu desain
paradigma baru di dalam menghadapi tuntutan-tuntutan yang baru. Menurut
Thomas Khun, apabila tantangan-tantangan baru tersebut dihadapi dengan
menggunakan paradigma lama, maka segala usaha yang dijalankan akan
memenuhi kegagalan. Karena itu, pendidikan Islam perlu didesain untuk
menjawab tantangan perubahan zaman tersebut, baik pada sisi konsepnya,
paradigmanya, pendekatannya serta mengkonstruksinya agar dapat relevan
dengan perubahan masyarakat.
Perlu adanya upaya yang urgen untuk melakukan rekonstruksi
pendidikan Islam, dan yang mesti dilakukan pertama kali adalah pandangan

1
dunia Islam atau bagaimana epistimologi Islam yang berdasarkan pada alquran
dan al-hadis ditambah dengan pemahaman dunia kontemporer. Walaupun disatu
sisi pembangunan epistimologi Islam tidak mungkin disandarkan pada disiplin-
disiplin ilmu yang ada, akan tetapi perlu mengembangkan paradigma-paradigma
baru dimana peradaban Islam yang meliputi sains, teknologi, politik, ekonomi,
psikologi dan sebagainya dapat dipelajari dan dikembangkan dalam
hubungannya dengan kebutuhan-kebutuhan dan realitas kontomporer (Ancok &
Suroso, 2004). Dalam hal ini adalah pendidikan Islam dan Psikologi, adanya
sebuah pendekatan psikologi untuk melihat pendidikan Islam secara
komprehensif untuk mewujudkan epistimologi dengan paradigma tersebut.
B RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah pendidikan islam dengan pendekatan psikologi?
2. Bahasan apa sajakah yang masuk dalam kajian pendidikan dengan pendekatan
psikologi?
C TUJUAN
1. Untuk mengetahui pendidikan islam dengan pendekatan psikologi
2. Untuk mengetahui macam-macam bahasan yang ada dalam kajian pendidikan
islam dengan pendekatan psikologi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Psikologi dan Pendidikan Islam


Psikologi terdiri dari dua kata, yaitu psyche (jiwa, roh), logos (ilmu).
Menurut Jalaludin, psikologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
gejala jiwa manusia yang normal, dewasa dan beradab. Secara sesifik psikologi
lebih banyak dikaitkan dengan kehidupan organisme manusia. Dalam hubungan
ini psikologi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha memahami
Perilaku manusia, alasan dan cara mereka melakukan sesuatu, dan juga
memahami bagaimana makhluk itu berfikir dan bererasaan. Dalam Ensiklopedia
pendidikan, poerbakawatja dan harahap (1981), psikologi adalah cabang ilmu
pengetahuan yang mengadakan penyelidikan atas gejala-gejala dan kegiatan-
kegiatan jiwa meliputi respon organisme dan hubungannya dengan lingkungan.
(muhibbin syah, 2003;9)
Dari definisi di atas, secara umum psikologi mencoba meneliti dan
mempelajari sikap dan tingkah laku manusia sebagai gambaran dari gejala-gejala
kejiwaan yang berada di belakangnya. Karena jiwa sendiri pada hakekatnya
abstrak, maka untuk mempelajari kehidupan kejiawaan manusia itu hanya
mungkin dilihat dari gejala yang tampak. Atau secara umum, Psikologi adalah
ilmu yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang dapat
diamatinya.
Adapun pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode
tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara
bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Pendidikan merupakan bentuk
upaya yang dapat dilaksanakan baik secara sadar maupun terencana dengan
tujuan untuk dapat mewujudkan kehidupan belajar serta proses pembelajaran
yang kondusif pada peserta didik. Selain itu pendidikan juga dapat sebagai sarana
untuk dapat mengembangkan potensi dalam diri peserta didik sehingga ia dapat
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, maupun pengendalian diri, serta

3
kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia dengan karakter yang nantinya akan
digunakan sebagai bekal untuk keperluan hidup di masyarakat. Maka dengan
demikian, pendidikan adalah sebuah kunci untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan. Pendidikan adalah sebuah metode pendekatan yang apabila
digunakan akan sesuai dengan fitrah manusia dalam tahap pertumbuhan.
Selanjutnya, pendidikan juga memiliki tujuan yang memiliki kaitan erat dengan
tujuan hidup manusia. (muhibbin syah, 2003;10)
Sedangkan pendidikan islam disini diartikan sebagai upaya sadar yang
dilakukan oleh mereka yang memiliki tanggung jawab terhadap pembinaan,
bimbingan, pengembangan dan pengarahan potensi yang dimiliki anak agar
mereka berfungsi dan berperan sebagai hakikat kejadiannya dengan Dasar-dasar
yang diterapkan dalam pendidikan Islam yaitu Al-Quran, sunnah Nabi
Muhammad SAW, ungkapan sahabat, kemaslahatan umat, nilai dan adat istiadat
di masyarakat serta hasil pemikiran para filsuf Islam. Dalam pelaksanaannya
aktivitas pendidikan seperti diterapkan sejak usia bayi hingga ke akhir hayat,
seperti tuntunan Rasul Allah SAW. Dalam kaitan ini pendidikan islam erat
dengan psikologi agama. Bahkan psikologi agama digunakan sebagai salah satu
pendekatan dalam pelaksanaan pendidikan Islam.
Rasulullah SAW menganjurkan kepada kita semua agar memberikan
pendidikan harus sesuai dengan kadar kemampuan atau nalar seseorang. Dengan
demikian dalam menghadapi orang yang masih awam terhadap agama berbeda
dengan mereka yang sudah memiliki latar belakang pendidikan agama. Sehingga
meghadapi orang dewasa harus dibedakan dengan cara menghadapi anak- anak
dalam mengajarkan agama. Didiklah anak-anak dengan cara belajar sambil
bermain atau bergurau pada tujuh tahun pertama dan pada tujuh tahun kedua
didiklah mereka dengan disiplin dan moral, kemudian pada tujuh tahun
berikutnya didiklah mereka dengan memperlakukan sebagai sahabat (Rakhmat,
2005).
Lebih lanjut saat anak menginjak usia tujuh tahun, secara fisik mereka
dibiasakan untuk menunaikan salat (pembiasaan). Kemudian setelah mencapai

4
usia sepuluh tahun perintah untuk menunaikan salat secara rutin dan tepat waktu
diperketat (disiplin). Pada jenjang usia inipun anak-anak diperkenankan kepada
nilai-nilai ajaran agamanya. Diajarkan membaca kitab suci, sunnah rasul,
maupun cerita-cerita yang bernilai pendidikan.
B. Pendekatan Psikologi
Pendekatan psikologi adalah peran atau fungsi dari psikologi sendiri.
Psikologi sebagai suatu pendekatan merupakan pisau analisis yang digunakan
untuk membedah dan menjabarkan berbagai permasalahan yang dialami dalam
kehidupan manusia (Amalia, 2016). Beberapa kajian mengenai psikologi dapat
dikatakan sebagai tujuan pendekatan psikologi diantaranya:
1. Psikoanalisis, merupakan penjelasan mengenai struktur kepribadian manusia
yang didalamnya mencakup ide, ego dan superego. Psikoanalisis pertama kali
digagas oleh Sigmund Freud yang berpendapat bahwa orang dapat
berperilaku karena didorong oleh keinginannya untuk menghindari bahaya
atau untuk memberikan rasa aman pada dirinya (Mansir, 2018). Meski
demikian psikoanalisis ini juga disebut sebagai sebuah tekanan yang
kemudian menentukan bagaimana perkembangan manusia, perkembangan ini
merupakan bentuk perolehan dari berbagai pengalaman pada masa anak-anak.
Teori pada psikoanalisis ini pada akhirnya bertentangan dengan konsep dalam
agama Islam karena sesungguhnya manusia diciptakan sebagai fitrah yang
suci dengan tanpa dosa dan kesalahan.
2. Behaviorisme, merupakan suatu aliran perilaku yang mempunyai pandangan
bahwa manusia adalah mesin. Tingkah laku manusia adalah bentuk respon
dari stimulus dari suatu pembelajaran. Aliran behaviorisme pertama kali
digerakkan oleh B F Skinner, menurutnya perilaku manusia secara umum
dapat dijelaskan menggunakan teori pengkondisian operan. Karena
menganggap manusia sebagai mesin, maka aliran behaviorisme ini sangat
memperhatikan kepentingan lingkungan. Asumsi dasarnya adalah bahwa
tingkah laku yang dimiliki manusia merupakan manifestasi kejiwaan yang
diperoleh melalui stimulus dari lingkungan sekitarnya. Aliran ini pada

5
akhirnya cenderung mereduksi manusia karena menganggap manusia tak
ubahnya sebuah mesin meski mempunyai perilaku yang unik. Pembahasannya
terlalu mengarah pada aspek stimulasi lingkungan tanpa menghargai potensi
dan bakat yang dimiliki secara alami oleh manusia (Mansir, 2018).
3. Psikologi humanistik, yaitu suatu kecenderungan yang dimiliki oleh manusia
sejak lahir (Haris, 2018). Tokoh kelompok ini adalah Abraham Maslow yang
mengakui eksistensi agama. Teori yang dikemukakan oleh Maslow
konsepnya adalah metamotivation. Metamotivation ini menggambarkan
pengalaman keagamaan seseorang dimana pribadi (self) terlepas dari realitas
fisik yang menjadi kesatuan dengan kekuatan yang transendental. Menurut
Maslow hal ini adalah sebuah keadaan tertinggi dari kesempurnaan manusia,
dengan transendental ini seseorang akan menemukan jati diri mereka di dunia.
Aliran humanistik ini sesungguhnya terlalu menganggap bahwa manusia
selalu bisa menyelesaikan segala persoalan sendiri padahal sesungguhnya
manusia memiliki banyak kelemahan, kekurangan serta keterbatasan yang
tidak luput dari pantauan Sang Maha Kuasa (Mansir, 2018).
Kajian mengenai psikologi diatas dapat menjadi landasan dalam tujuan
pendekatan psikologi. Tujuannya yaitu untuk menjelaskan bagaimana
psikologi dapat dijadikan landasan dalam pendidikan Islam, diantaranya
dilihat dari tinjauan segi psikoanalisis, behaviorisme dan psikologi
humanistik. Psikologi apabila diartikan secara umum merupakan ilmu yang
dapat mempelajari berbagai macam tingkah laku manusia atau segala sesuatu
yang berhubungan dengan jiwa manusia. Tingkah laku ini apabila dipandang
dari pengertian secara luas merupakan bentuk manifestasi akan kehidupan
yang terdiri dari aspek motorik, kognitif, kognatif serta afektif.
Apabila diuraikan sedikit lebih luas, tingkah laku motorik merupakan
tingkah laku yang berbentuk gerakan karena kinerja otak misalnya seperti
berjalan, berlari dan duduk. Yang kedua tingkah laku kognitif yaitu suatu
tingkah laku yang dapat dilihat dari bagaimana seorang individu dapat
mengenali alamnya melalui pengamatan dalam berpikir, mengingat dan

6
mencipta. Selanjutnya yang ketiga yaitu tingkah laku kognatif, merupakan
suatu tingkah laku berupa dorongan yang berasal dari dalam individu seperti
kemauan, kehendak dan nafsu. Yang terakhir yaitu afektif, tingkah laku
afektif merupakan tingkah laku yang diungkapkan melalui perasaan atau
emosi, contohnya seperti perasaan senang, sedih dan cinta. Dari berbagai
macam tingkah laku di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa jika semuanya
berbentuk kesatuan maka akan selalu berkaitan dalam perkembangan ilmu
psikologi atau ilmu jiwa.
C. Pendekatan Psikologi dalam Pendidikan Islam
Perspektik pendekatan psikologi dalam pendidikan Islam dinilai sebagai
upaya yang dilakukan manusia untuk menggali dan memperdalam pemahaman
secara ilmiah dalam dimensi batin keagamaan. Pendekatan psikologi merupakan
sebuah sudut pandang psikologi dalam menghadapi berbagai fenomena dan
tingkah laku yang dilihat secara individual, sosial maupun spiritual manusia
dalam memahami agama. Pengetahuan, makna yang mendalam serta
pengahayatan yang diperoleh diharapkan dapat memberikan pemenuhan terhadap
ekspektasi manusia dalam bentuk kemapanan psikis.
Pengertian psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari masalah
pendidikan menggunakan psikologi (Ichsan, 2016). Psikologi dapat memberikan
gambaran dan penerapan mengenai pengalaman belajar seorang individu sejak
lahir hingga dewasa. Selain itu penggunaan psikologi pada pendidikan adalah
untuk menyelidiki gejala kejiwaan individu dalam situasi pendidikan. Perilaku
individu yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dengan pendidik,
peserta didik, administrator, orang tua, dan masyarakat pendidikan kemudian
menjadi objek dari psikologi pendidikan itu sendiri (Putra et al., 2021).
Penerapan pendekatan psikologi pada pendidikan Islam sebenarnya
dapat digunakan sebagai solusi dalam mengatasi isu serta masalah sosial di
masyarakat yang objeknya berhubungan dengan manusia. Hal ini karena
pendekatan psikologi sendiri berisi tentang ilmu jiwa, ilmu yang membahas
mengenai berbagai tingkah laku yang dirasa membutuhkan peninjauan akan apa

7
yang telah dilakukan oleh manusia. Pendekatan psikologi juga membutuhkan
sumber rujukan dari segi agama Islam yaitu berupa ilmu tafsir dan ushul fiqih
yang digunakan sebagai landasan dalam menganalisis suatu kondisi. Melalui hal
ini, diharapkan juga pendekatan psikologi dapat mengkaji masalah-masalah
pendidikan Islam agar dapat memberikan solusi yang bermanfaat bagi kehidupan
selanjutnya.
Pendidikan Islam dengan pendekatan Psikologi bisa juga diartikan
sebagai usaha memanfaatkan jasa psikologi Islam pada khususnya, dan psikologi
pada umumnya untuk mendukung perumusan konsep dan praktek pendidikan.
Penggunaan jasa ini ditunjukkan agar konsep dan praktek pendidikan dapat
dirumuskan dengan komprehensif dan dapat dimanfaatkan secara efektif dalam
mencapai tujuan pendidikan. Pernyataan tersebut didasarkan pada dua asumsi
berikut ini:
1. Kepentingan Masyarakat
Pendidikan adalah pemindahan nilai-nilai, ilmu dan keterampilan dari
generasi tua pada generasi muda untuk melanjutkan dan dan memelihara
identitas masyarakat itu. Dan dalam pemindahannya itulah, psikologi
memegang peranan yang sangat penting. Karena dahulu, orang menyangka
bahwa mengajar itu sebenarnya hanya memindahkan isi kepala seorang guru
ke dalam kepala murid. Atau dengan kata lain, bahwa belajar itu sebenarnya
hanya memindahkan isi dalam sebuah keranjang ke keranjang yang lainnya.
Namun pada berikutnya, kajian-kajian dalam psikologi terutama dalam
memindahkan pengetahuan, apalagi nilai-nilai dari seseorang pada orang lain,
dari satu generasi pada generasi lain, tidak sesederhana itu. dalam proses
belajar mengajar, seorang murid harus aktif, ada respon, dan ada bentuk
perubahan. Dalam proses-prosesnya itu, maka membutuhkan pula bantuan
psikologi.
2. Kepentingan individu
Dari segi kaca mata individu, pendidikan dapat diartikan sebagai upaya
pengembangan potensi yang terpendam dan tersembunyi. Individu bagaikan

8
lautan yang dalam yang memiliki banyak keindahan namun tidak tampak dari
permukaan, dan perlu digali supaya keindahannya dapat dimanfaatkan. Begitu
juga manusia. Manusia memiliki banyak sekali bakat dan kemampuan yang
beraneka ragam, yang kalau dipergunakan dengan baik maka akan bisa
merubah batu menjadi emas, alias menjadi kekayaan yang berlimpah ruah.
Dan untuk dapat menggali, mengembangkan dan memperdayakan
kemampuan individu itu, maka pendidikan memiliki peranan yang sangat
besar.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dilihat bahwa baik dari segi
kepentingan individu maupun masyarakat, keduanya sangat berkaitan erat
dengan pemahaman yang tepat terhadap manusia yang memiliki berbagai potensi
untuk dikembangkan. Dan psikologi sangat berperan dalam membantu
memperjelas manusia sebagai subjek maupun objek pendidikan.
D. Peran Psikologi dalam Pengembangan Ilmu Pendidikan Islam
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, minimal ada dua bidang psikologi
yang mendasari pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan
psikologi belajar. Keduanya sangat diperlukan, baik dalam merumuskan tujuan,
memilih dan menyusun bahan ajar.
Dalam psikologi perkembangan, perkembangan terjadi dari prediposisi
(kecederungan yang diwariskan dan memberikan suatu dasar biologis bagi
kepribadian tempramental serta karakterisktik-karakteristik kepribadian tertentu)
biologis pada masa kanak-kanak yang menjadi dasar tingkah laku tertentu pada
masa dewasa. Menurut Freud, perkembangan kepribadian adalah proses belajar
menggunakan cara-cara baru dalam meredusikan proses pertumbuhan fisiologis,
frustasi, konflik, dan ancaman. Psikologi perkembangan memiliki metode dan
teori yang berbeda dengan psikologi belajar. Dari segi metode, psikologi
perkembangan berupaya membantu menjelaskan tentang perkembangan individu
yang diperoleh melalui studi yang bersifat longitudinal, cross sectional,
psikoanalitik, sosiologik, atau studi kasus. Selanjutnya dari segi teori, psikologi
perkembangan memperkenalkan adanya tiga teori atau pendekatan tentang

9
perkembangan individu yaitu pendekatan pentahapan, pendekatan diferensial,
dan pendekatan ipsatif. Informasi yang diberikan melalui hasil kajian psikologi
perkembangan ini sangat membantu dalam merumuskan tujuan pendidikan.
Psikologi belajar merupakan suatu studi tentang bagaimana seharusnya
seorang individu belajar, yang dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku
ynag terjadi melalui pengalaman. Dalam lingkup yang lebih khusus, terutama
dalam konteks kelas, psikologi pembelajaran banyak memusatkan perhatiannya
pada psikologi dan pembelajaran. Fokusnya dalam aspek-aspek psikologis dalam
aktivitas pembelajaran, sehingga dapat diciptakan suatu proses pembelajaran
yang efektif. Upaya menciptakan proses pembeljaran efektif dapat dilakukan
dengan mewujudkan perilaku mengajar yang efektif pada guru, dan mewujudkan
perilaku belajar pada siswa yang terkait dengan proses pembelajaran.
Beberapa peran penting psikologi dalam proses pembelajaran adalah:
1. Memahami siswa sebagai pelajar, meliputi perkembangannya, tabiat,
kemampuan, kecerdasan, motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian,
dan lain-lain.
2. Memahami prinsip-prinsip dan teori pembelajaran.
3. Memilih metode-metode pembelajaran dan pengajaran.
4. Menetapkan tujuan pembelajaran dan pengajaran.
5. Menciptakan suasana pembelajaran dan pengajaran yang kondusif
6. Memilih alat bantu pembelajaran dan pengajaran.
7. Menilai hasil pembelajaran dan pengajaran.
8. Memahami dan mengembangkan kepribadian dan profesi guru.
9. Intinya adalah bahwa psikologi sangat membantu para guru dalam
merancang sebuah kegiatan pembelajaran.
E. Peranan Psikologi Islam dalam Pengembangan Ilmu Pendidikan Islam
Perhatian utama dalam teori psikologi baik psikologi agama maupun
psikologi belajar dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar dan
aspek pendidikan lainnya adalah aspek batin manusia.Begitupun dengan islam,ia
membawa visi untuk memberi rahmat bagi manusia dan membawa misi untuk

10
mengangkat martabat manusia.Selain itu islam mempunyai tujuan agar manusia
terpelihara kehidupannya, akal, harta serta keturunannya.Islam menjadikan Al-
qur’an sebagai pondasi utama manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia.
Berbagai hal yang diinformasikan dalam al-qur’an mengenai berbagai aspek
yang terkait dengan manusia sangatlah penting dalam rangka menyikapi dan
memperlakukan manusia secara tepat. Manusia sebagai makhluk yang
mempunyai kelebihan dibandingkan dengan makhluk lain, menjadikannya
sebagai kholifah (pemimpin) di muka bumi.
Hubungan psikologi agama dan pendidikan Islam sangat terkait dengan
tujuan pendidikan yakni menanamkan nilai kebaikan dan keadilan dalam diri
seseorang. menurut Menurut Quraish Shihab, tujuan pendidikan al Qur`an
(Islam) adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu
menjalankan fungsinya sebagai hamba dan khalifah-Nya, guna membangun
dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah. Atau dengan kata yang
lebih singkat dan sering digunakan oleh al Qur`an, untuk bertaqwa kepada -Nya.
Pendidikan Islam sangat erat kaitannya dengan psikologi agama, bahkan
psikologi agama digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam pelaksanaan
pendidikan islam. Perkembangan agama pada masa anak, terjadi melalui
pengalaman hidupnya sejak kecil, dalam keluarga, disekolah dan dalam
lingkungan masyarakat. Semakin banyak pengalaman yang bersifat agama
(sesuai dengan ajaran agama) dan semakin banyak unsur agama, maka sikap,
tindakan dan caranya menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama.
Rasulullah saw pernah menerapkan kaedah yaitu memperhatikan kondisi
psikologis dan bertahap dalam mengajar. Jadi proses belajar mengajarnya
didsarkan pada hal tersebut. Pengajar yang dilakukan oleh beliau teratur dan
sesuai dengan prinsip tahapan dan kemudahan, sehingga proses belajar mngajar
dapat berlangsung tanpa ada kebosanan dan sesaut yang memberatkan bagi
orang-orang yang belajar. Dalam hal ini, Abdullah bin Mas’ud berkata
“Rasulullah SAW mengosongkan memberikan nasehat kepad akami beberap hari
untuk menghindari kebosanan”. Dengan kata lain, Nabi saw menetapkan hari-

11
hari tertentu untuk mengajar mereka. Beliau memilih dan memperhatikan waktu-
waktu yang tepat sehingga mereka semangat dan tidak melakukan sesuatu yang
membosangkan bagi muri-muridnya. (Nata Abuddin. 2009:44)
Untuk mencapai keberhasilan itu seorang pendidik perlu memperhatikan
perkembangan keberagamaan seseorang. Pendidikan tanpa agama akan pincang,
yaitu terjadi ketidak seimbangan antara moralitas dengan pengetahuan yang
dimilikinya. Seperti dicontohkan ada anak yang menguasai teknologi komputer
karena tidak dibarengi oleh jiwa keagamaan maka pengetahuannya dipakai
mencuri uang di bank. Sebaliknya pengetahuan keagamaan tanpa dibarengi
manajemen pendidikan yang baik maka akan percuma. Pendidikan dinilai punya
peran penting dalam menanamkan rasa keagamaan pada seseorang. Pembinaan
moral terjadi melalui pengalaman-pengalaman dan pembiasaan yang diperoleh
sejak kecil. Kebiasaan itu tertanam berangsur sesuai dengan kecerdasan
seseorang.
F. Antara Psikologi Islam dan Psikologi Barat
Setelah Psikologi Humanisme mulai menyentuh kecerdasan spiritual
yang sesungguhnya mempunyai dimensi vertical, muncul gagasan Psikologi
Islam. Seperti gagasan bank Islam (bank syari`ah) yang dulu dimustahilkan tetapi
sekarang tumbuh menjamur, gagasan Psikologi Islam juga masih banyak ditolak
oleh kalangan Western Psychology, tetapi pada akhirnya nanti Psikologi Islam
juga akan diterima.
Sejarah keilmuan Islam tidak melahirkan ilmu semacam psikologi,
karena berbeda dengan perkembangan ilmu pengetahuan di Barat yang
bermusuhan dengan agama (Gereja), perkembangan ilmu pengetahuan dalam
sejarah keilmuan Islam disamping terinspirasi oleh kitab suci Al Qur’an,
pertumbuhannya juga dilakukan oleh ulama. Al Khawarizmi (ahli matematika) al
Birruni (ahli sain)/ahli kedokteran) adalah juga ulama ahli agama.
Perbedaan Psikologi Barat dengan Psikologi Islam:
1. Jika Psikologi Barat merupakan produk pemikiran dan penelitian empiric,
Psikologi Islam, sumber utamanya adalah wahyu Kitab Suci Al Qur’an,

12
yakni apa kata kitab suci tentang jiwa, dengan asumsi bahwa Allah SWT
sebagai pencipta manusia yang paling mengetahui anatomi kejiwaan
manusia. Selanjutnya penelitian empiric membantu menafsirkan kitab suci.
2. Jika tujuan Psikologi Barat hanya tiga; menguraikan, meramalkan dan
mengendalikan tingkah laku, maka Psikologi Islam menambah dua poin;
yaitu membangun perilaku yang baik dan mendorong orang hingga merasa
dekat dengan Allah SWT.
3. Jika konseling dalam Psikologi Barat hanya di sekitar masalah sehat dan
tidak sehat secara psikologis, konseling Psikologi Islam menembus hingga
bagaimana orang merasa hidupnya bermakna, benar dan merasa dekat
dengan Allah SWT. Ruang lingkup kajian psikologi islam memiliki visi,
misi dan tujuan yang sarat dengan penyelamatan manusia dari berbagai
gangguan kejiwaan yang dapat merugikan dirinya di dunia maupun di
akhirat. Hal ini berbeda dengan ruang lingkup hasil kajian psikologi barat
yang bebas nilai, sehingga hasil kajian tersebut memungkinkan untuk
digunakan pada hal-hal yang dapat merugikan manusia.

13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Psikologi dan pendidikan Islam pada dasarnya memiliki corak yang
sama dalam melihat berbagai kasus dalam bangunan keilmuan, sehingga pada
kajian keislaman seperti pendidikan Islam, dibutuhkan sebuah pendekatan
untuk melihat fenomena sosial lebih dalam, yaitu dengan menggunakan
pendekatan psikologi. psikologi sebagai sebuah pendekatan dapat melahirkan
temuan yang sesuai dengan konteksnya. Dalam kajian keislaman khususnya
pendidikan Islam dapat menjadi akses bagi ilmu-ilmu lainnya untuk dijadikan
sebagai alat dalam melihat berbagai problem sosial. Hal itu yang kemudian
terjadi dengan psikologi dan pendidikan Islam sebab dengan itu melahirkan
psikologi pendidikan Islam.
Konsep manusia dalam Psikologi melalui pendidikan Islam adalah
bio-sosiopsikis-spiritual, artinya Islam mengakui keterbatasan aspek biologis
(fisiologis), mengakui peran serta lingkungan (sosiokultural), mengakui
keunggulan potensi dan juga memerankan aspek spiritual (Tuhan) dalam
kehidupan manusia. Islam memandang manusia memiliki unsur jasmaniah
(materi) dan ruhaniah (non materi) yang secara umum dapat dijelaskan
melalui konsep bio-sosio-psikisspiritual yang dalam perkembangan psikologi
barat tidak diakui keberadaannya. Perilaku manusia terbentuk dari hasil
kolaborasi semua unsur, tidak ada reduksi antar unsur sehingga pemahaman
tentang manusia dapat menemukan titik temu yang utuh. Islam juga slam
menawarkan konsep manusia melalui pemahaman agama (wahyu).
Memahami manusia tidak dapat dilepaskan dari konsep ruh (daya ikat
pencipta dan makhluknya), hati (Qalbu) sebagai pengendali perilaku manusia,
nafs yang menjadi wadah potensi manusia (baik-buruk) serta akal sebagai
tempat nalar dan daya pemahaman tentang pilihan perilaku

14
B. SARAN
Makalah yang penulis rangkum dari berbagai sumber ini pasti tidak
lepas dari kesalahan dan kekurangan. Maka kami harap pembaca memberikan
saran dan kritik membangun, sehingga penulis dapat memperbaiki makalah
yang kami buat ini.

15
DAFTAR PUSTAKA
Ancok, D., & Suroso, F. N. (2004). Psikologi Islam, Solusi Islam atas Problem-
Problem Psikologi,. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Amalia, Milda. “Pendekatan Psikologi Dalam Kajian Islam.” El-Furqania: Jurnal
Ushuluddin Dan Ilmu-Ilmu KeIslaman 2, no. 02 (2016): 209-25.
https://doi.org/10.1234/elfurqania.v2i02.2300
Haris, Munawir. “Pendekatan Psikologi Dalam Studi Islam.” Palita: Journal of
Social Religion Research 2, no. 1 (2018): 73-90. 10.24256/pal.v2i1.68
Ichsan, Muhammad. “Psikologi Pendidikan Dan Ilmu Mengajar.” JURNAL
EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling 2, no. 1 (2016): 60-76.
http://dx.doi.org/10.22373/je.v2i1.691
Jalaluddin. 2010. Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mansir, Firman. “Pendekatan Psikologi Dalam Kajian Pendidikan Islam.” Psikis:
Jurnal Psikologi Islami 4, no. 1 (2018): 61-73.
https://doi.org/10.19109/psikis.v4i1.2042
Muhibbin Syah, (2003), sikologi endidikan dengan endekatan baru, Bandung ; Rosda
Nata, Abuddin.( 2009), Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta :Rajawali Pers.
Putra, Roni, Muharrama Trifiriani, and Yuri Indri Yani. “Urgensi Psikologi Dalam
Pendidikan.” IJIP: Indonesian Journalof Islamic Psychology 3, no. 1 (2021):
5970.
Rakhmat, J. (2005). Psikologi Agama, sebuah pengantar. Bandung: Mizan Media
Pustaka.

16

Anda mungkin juga menyukai