Anda di halaman 1dari 12

JUDUL

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:
NIA NURMALIA
NIM. RRA1E115039

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................... i
DAFTAR TABEL...................................................................................... ii

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 13
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 14
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 14
1.5 Landasan Teori.................................................................................. 15
1. Pengertian Partisipasi Politik...................................................... 15
2. Perempuan dan Partisipasi Politik............................................... 18
1.6 Kerangka Konseptual........................................................................ 22
1.7 Metode Penelitian.............................................................................. 23
1. Metode Kualitatif........................................................................ 23
2. Lokasi Penelitian......................................................................... 24
3. Teknik Pengambilan Informan.................................................... 24
4. Sumber Data................................................................................ 25
5. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 26
6. Teknik Analisis Data................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 30

i
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keterwakilan Perempuan di DPR RI............................................ 8


Tabel 2. Data Anggota DPRD Provinsi Jambi Tahun 2019........................ 9
Tabel 3. Data Anggota Perempuan di DPRD Provinsi Jambi..................... 9
Tabel 4. Data Anggota Kepengurusan Partai Politik Provinsi Jambi.......... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyesuaian diri pada peserta didik diperlukan karena terdapat banyak

peserta didik yang tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena

ketidak-mampuan dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga,

sekolah, dan dalam masyarakat pada umumnya. Tajiri, (2012:51) menyebutkan

bahwa “tidak jarang ditemui peserta didik yang mengalami stres dan depresi

disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesuaian diri dengan

kondisi penuh tekanan”.

Semua peserta didik secara alami dibekali kemampuan untuk menolong

dirinya sendiri dengan cara menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan, agar

dapat bertahan dalam keadaan yang berbeda dari sebelumnya. Namun pada

kenyataannya, banyak peserta didik yang gagal dalam penyesuaian diri karena

belum tentu tahu apa yang dinamakan dengan proses penyesuaian diri, selain itu

peserta didik tidak memiliki konsep penyesuaian diri dan tidak melakukan

penyesuaian diri dengan baik. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan

peserta didik dalam menghadapi segala tantangan dan perubahan-perubahan yang

akan terjadi nanti. Selama periode penyesuaian diri itu, ada masa di mana peserta

didik tidak dapat begitu saja dilepaskan pada pengaruh luar, sehingga dibentuklah

usaha dalam cara mengatur pengaruh luar itu dengan sebaik-baiknya, disesuaikan

dengan sifat-sifat kodrat anak didik yang dikenal dengan nama sekolah.

1
2

Pengalaman-pengalaman pahit dan manis menjadi suatu pelajaran bagi

usaha penyesuaian diri. Agar peserta didik pada usia selanjutnya mampu

mengadakan penyesuaian diri secara layak dan sehat, maka harus memiliki

kecakapan dasar dalam penyesuaian diri. Pendidik berkewajiban melatih peserta

didik menyadari kemampuannya, mengadakan penyesuaian diri terhadap

pengaruh dan tuntutan luar melalui cara yang benar agar dapat hidup dengan

harmonis. Peserta didik yang tidak mampu membangun relasi dengan orang lain

dan lebih menutup diri dari relasi sosial akan menghasilkan penyesuain diri yang

buruk. Individu ini tidak memiliki ketertarikan untuk berpartisipasi dengan

aktivitas dilingkungannya serta tidak mampu untuk mengekspresikan diri mereka

sendiri, sedangkan bentuk penyesuaian akan dikatakan baik apabila individu

tersebut mampu menciptakan relasi yang sehat dengan orang lain,

mengembangkan persahabatan, berperan aktif dalam kegiatan sosial, serta

menghargai nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

Sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh Fatimah, (2010:194)

menjelaskan bahwa penyesuaian diri merupakan “suatu proses alamiah dan

dinamis yang bertujuan mengubah perilaku individu agar terjalin hubungan yang

lebih sesuai dengan kondisi lingkungannya”. Penyesuaian diri dapat dipahami

sebagai kemampuan individu dalam mengendalikan pikiran dan perilakunya

sesuai kriteria sosial dan hati nuraninya untuk mengatasi hambatan dan rintangan

yang terjadi pada proses penyesuaian dirinya, sehingga ia dapat mengambil

manfaat dan mendapatkan kepuasan dari setiap usaha dan perilaku yang

ditampakkannya. Sebaliknya, individu dikatakan mengalami hambatan


3

penyesuaian diri apabila ia tidak memiliki kemampuan mengendalikan pikiran dan

perilakunya dalam mengatasi hambatan dan rintangan yang dihadapi sehingga ia

tidak dapat mengambil manfaat dari apa yang telah diusahakannya, bahkan

perilakunya cenderung tidak sesuai dengan kriteria sosial dan tidak mendatangkan

kepuasan.

Pada saat ini banyak orang tua modern yang memasukkan anaknya di

sekolah unggulan yang memiliki asrama, sehingga disana anak dapat belajar

mandiri tanpa bantuan dari orang tuanya sedikitpun. Apalagi kegiatan anak yang

tinggal di asrama sekolah lumayan padat dengan segala aturan yang berlaku di

dalamnya. Kegiatan umum yang biasanya dilakukan sehari-hari yaitu sholat 5

waktu berjamaah di masjid, makan bersama-sama secara prasmanan dengan jam

yang telah ditentukan, mencuci, menyetrika, menyiapkan pakaian sekolah dan

sebagainya. Biasanya kegiatan tersebut sangatlah membutuhkan perhatian dari

orang tua, tetapi saat mereka tinggal di asrama hal tersebut harus dilakukan

dengan sendirinya tanpa adanya sedikit pun perhatian dan bantuan dari siapapun

dikarenakan anak yang tinggal di asrama sekolah sangatlah di tuntut untuk

mandiri.

Tinggal di asrama selama tiga tahun dan jauh dari orangtua tidak mudah

bagi sebagian besar siswa. Lingkungan asrama yang asing bagi siswa dengan

teman dan orang-orang yang baru dikenal, berbagai aturan asrama yang akan

membatasi perilaku siswa dan berbagai pekerjaan yang harus diselesaikan sendiri

dapat menjadi tekanan tersendiri bagi siswa sekolah berasrama merupakan model

sekolah yang memiliki tuntutan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
4

sekolah reguler. Tuntutan lain yang dialami oleh siswa yaitu ekspektasi yang

tinggi dari orangtua, mampu disiplin dan mandiri dalam menjalani pendidikan dan

kehidupan di asrama. Untuk mencapai tingkat kemandirian, anak ditutuntut

dahulu agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan asrama, baik

secara fisik ataupun psikis.

Menurut Sunarto (2013: 221) penyesuaian diri berarti adaptasi; dapat

mempertahankan eksistensinya atau bisa “survive” dan memperoleh

kesejahteraanjasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang

memuaskan dengan tuntuntan sosial. Adaptasi yang dilakukan anak biasanya

merupakan pelajaran yang ia dapatkan dari rumahnya, dan mereka hanya

mendapatkan pelajaran umum dari sekolah umum kemudian harus belajar ke

sekolah yang memiliki asrama yang jauh dari orang tua dan memiliki peraturan

yang berbeda, dengan orang-orang yang berbeda, dan mereka pula harus

berinteraksi dengan orang yang relatif dewasa dan lebih besar juga membutuhkan

kemandirian bagi anak yang membutuhkan waktu relatif lama dan sulit.

Penyesuaian diri siswa di lingkungan asrama dipengaruhi oleh kesiapan mental

siswa untuk mampu menghadapi dan menyelesaikan berbagai permasalahan tanpa

bantuan orangtua ataupun orang lain.

diperoleh bahwa 42 siswa mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri

dengan kehidupan di asrama. Hambatan yang dialami oleh para siswa antara lain

adalah lingkungan baru dengan teman-teman baru, kondisi yang jauh dari

orangtua dan sistem pembelajaran yang diterapkan. Siswa merasakan kesulitan

dalam menjalin hubungan sosial dengan teman-teman sebaya, merasakan


5

perubahan atau penurunan kondisi fisik, psikis, motivasi berprestasi, serta sulitnya

berkonsentrasi ketika belajar karena kondisi asrama yang bising.


10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Layanan Konseling Individual

1. Pengertian Layanan Konseling Individual

Tohirin (2013:21) menyebutkan bahwa istilah konseling berasal dari

bahasa inggris “Counseling” yang mempunyai beberapa arti yaitu nasehat

(to obtain counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (to take

counsel). Berdasarkan arti di atas, konseling secara etimologis berarti

pemberian nasehat, anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.

Mappiare (dalam Busmayaril dan Umairoh, 2018). Mengungkapkan

bahw layanan konseling dapat dipahami sebagai bagian dari bimbingan baik

sebagai pelayanan maupun sebagai teknik. Layanan konseling dapat

diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang individu, dimana

konselor berusaha membantu konseli untuk mencapai pengertian tentang

dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya

pada waktu yang akan datang.

Willis (2013:159) menjelaska bahwa konseling individual mempunyai

makna spesifik dalam arti pertemuan konselor dengan konseli secara

individual, dimana terjadi hubungan konseling bernuansa rapport, dan

konselor berupaya memberikan bantuan untuk pengembangan pribadi

konseli serta konseli dapat mengantisipasi masalah-masalah yang

dihadapinya. Jadi konseling individual adalah pertemuan antara konselor

dan konseli untuk memberi bantuan pengembangan potensi konseli guna

mencapai suatu tujuan yaitu penyelesaian sebuah masalah.

10
11
30

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Setting PTL

Sutja, dkk (2017:140) menyatakan bahwa PTL adalah usaha

penemuan perbaikan atau pemantapan praktik layanan Bimbingan dan

Konseling yang dilakukan secara sistematis, berdaur ulang (siklus) dan

bersifat reflektif yang dilakukan oleh praktisi BK secara mandiri atau

kolaboratif dengan setting kelas, kelompok atau individual.

Penelitian ini direncanakan dan akan dilaksanakan dalam tiga (3)

siklus. Setelah dilaksanakan siklus satu maka akan dilaksanakan siklus dua

(2) dengan berpedoman pada evaluasi dan refleksi yang telah dilakukan

pada siklus satu (1) begitu juga selanjutnya pada siklus tiga. Setelah

didapatkan hasil dan proses yang baik maka peneliti membuat laporan.

Sasaran penelitian ini akan dilakukan pada salah satu siswa di SMK N 4

Kota Jambi, dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2021/2022.

B. Subjek penelitian

Sutja, dkk (2017:148) subjek penelitian adalah pihak atau kelompok

individu yang terlibat atau dikenai secara langsung oleh tindakan/layanan,

sama halnya dengan populasi dan sampel dalam penelitian konvesional.

Adapun penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling, yaitu menetapkan sampel berdasarkan tujuan tertentu

atau ditetapkan karena terdekat dan mengetahui informasi yang diteliti

(Sutja dkk, 2017:71).


30
31

Subjek dalam penelitian ini disesuaikan dengan kebutuhan

penelitian yaitu salah satu siswa di SMK N 4 Kota Jambi dengan tingkat

kepercayaan diri yang

Anda mungkin juga menyukai