Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH EKONOMI MAKRO

NERACA PEMBAYARAN DAN KURS VALUTA ASING

NAMA : RIZKY FADILLA LUBIS

NIM : 1929041008

MATKUL : EKONOMI MAKRO

UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan karunia NYA, saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Neraca Pembayaran

dan Kurs Valuta Asing” Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Simon Patar Rizky

Manalu, S.E., MSP dosen mata kuliah Ekonomi Makro yang telah memberikan tugas ini

kepada saya. Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna menambah wawasan dan

pengetahuan kita mengenai Neraca Pembayaran dan Kurs Valuta Asing. Saya juga

menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata

sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan

makalah yang telah saya buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang

sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang

membacanya sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata kata yang tidak

berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa

depan.

Medan,7 Juli 2020

Penulis

Rizky Fadilla Lubis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………1

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….....2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………………4

B. Rumusan Masalah..........……………………………………………………….5

C. Tujuan Pembuatan Makalah…………………………………………………...5

BAB II PEMBAHASAN/ISI

A. Apa yang dimaksud dengan Neraca Pembayaran ……....…………………….6

B. Apa yang dimaksud dengan Kurs Valuta Asing..............……………………..6

C. Bagaimana Pengaruh Neraca Pembayaran Terhadap Kurs Valuta Asing….....7

BAB III PENUTUP

Kesimpulan…………………………………………………………………….17

3
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Neraca Pembayaran merupakan Pencatatan secara sistematis semua transaksi

ekonomi antara penduduk suatu negara dan penduduk negara lain yang menimbulkan

pembayaran antarnegara dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun; suatu

neraca pembayaran dikatakan surplus apabila terdapat kelebihan dana dan

perdagangan dan investasi dibandingkan dengan kewajiban-kewajiban yang

dibayarkan kepada negara lain; akibatnya, terjadi suatu apresiasi nilai mata uang

negara tersebut terhadap nilai mata uang negara lain; sebaliknya, neraca pembayaran

dikatakan defisit apabila terdapat kelebihan impor terhadap ekspor, suatu

ketergantungan terhadap investor asing, dan terjadi penilaian terlalu tinggi terhadap

mata uang negara tersebut (overvalued) negara yang mengalami neraca pembayaran

defisit wajib menutupi defisit atau kekurangan itu dengan mengekspor emas atau

cadangan mata uang kuat (hard currency reserves), misalnya dolar AS, yang diterima

sebagai alat pembayaran utang luar negeri (balance of payment).Sedangkan Kurs

ialah harga atau nilai mata uang suatu negara yang diukur dengan mata uang luar

negeri ketika berbelanja atau membeli barang di luar negeri.Hal yang perlu

diperhatikan dan dijadikan hal terpenting adalah nilai tukar, karena kurs akan

menginformasikan harga dari berbagai negara ke mata uang negara kita.Valuta

AsingValuta asing adalah mata uang negara lain. Mata uang yang dipertukarkan

dengan mata uang lain disebut transaksi valas (foreign exchange / forex), yaitu nilai

4
mata uang dibandingkan dengan mata uang lain disebut nilai tukar atau nilai tukar

mata uang.Forex adalah mata uang suatu negara yang dikeluarkan dan ditukar

menjadi instrumen pembayaran yang sah di negara lain.Jika suatu mata uang dapat

ditukar dengan mata uang lain tanpa batas, pertukaran mata uang asing akan memiliki

nilai.Tempat pertemuan antara penawaran dan permintaan valuta asing disebut Bursa

Valuta Asing (Foreign Exchange Market).Harga mata uang yang akan ditukar dengan

mata uang lain disebut nilai tukar mata uang asing.Jadi Kurs Valuta Asing adalah

perbandingan nilai atau harga antara mata uang asing yang dinyatakan atau ditukar

dengan nilai mata uang domestik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan neraca pembayaran ?

2. Apa yang dimaksud dengan Kurs Valuta Asing?

3. Bagaimana pengaruh Neraca Pembayaran terhadap Kurs Valuta Asing ?

C. Tujuan pembuatan Makalah

1. Untuk Memenuhi Tugas Ekonomi Makro

2. Menambah wawasan mahasiswa mengenai Neraca Pembayaran dan Kurs

Valuta Asing

3. Menambah pengetahuan bagaimana pengaruh Neraca Pembayaran terhadap

Kurs Valuta Asing.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Neraca Pembayaran

Neraca pembayaran merupakan suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi

antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain selama jangka waktu

tertentu (biasanya satu tahun). Neraca pembayaran mencakup pembelian dan

penjualan barang dan jasa, hibah dari individu dan pemerintah asing, dan transaksi

finansial. Umumnya neraca pembayaran terbagi atas neraca transaksi berjalan (yang

terdiri dari neraca perdagangan, neraca jasa dan transfer payment) dan neraca lalu

lintas modal dan finansial, dan item-item finansial.

Transaksi dalam neraca pembayaran dapat dibedakan dalam dua macam transaksi.

1. Transaksi debit, yaitu transaksi yang menyebabkan mengalirnya arus uang

(devisa) dari dalam negeri ke luar negeri. Transaksi ini disebut transaksi

negatif (-), yaitu transaksi yang menyebabkan berkurangnya posisi cadangan

devisa.

2. Transaksi kredit adalah transaksi yang menyebabkan mengalirnya arus uang

(devisa) dari luar negeri ke dalam negeri. Transaksi ini disebut juga transaksi

6
positif (+), yaitu transaksi yang menyebabkan bertambahnya posisi cadangan

devisa negara

B. Pengertian Kurs Valuta Asing

Valuta asing adalah mata uang dari negara lain. Suatu mata uang yang ditukarkan

dengan mata uang lainnya disebut dengan transaksi valas (foreign

exchange atau forex), yaitu nilai suatu mata uang dibandingkan dengan mata uang

lainnya disebut dengan kurs atau nilai tukar mata uang/exchange

rate.Jadi forex adalah mata uang suatu negara yang di keluarkan dan ditukarkan untuk

dijadikan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Jika suatu valuta dapat

ditukarkan dengan valuta lainnya secara tak terbatas maka valuta asing tersebut akan

mempunyai suatu nilai.Tempat bertemunya penawaran dan permintaan akan valuta

asing disebut dengan Bursa Valuta Asing atau Foreign Exchange Market.Harga

suatu mata uang yang akan dipertukarkan dengan mata uang lain disebut dengan kurs

valuta asing.Kurs valuta asing adalah perbandingan nilai atau harga antara mata

uang asing yang dinyatakan atau ditukarkan dengan nilai mata uang dalam negeri.

C. Pengaruh Neraca Pembayaran Terhadap Kurs Valuta Asing

Neraca pembayaran atau balance of payment merupakan ringkasan yang disusun

secara sistematis untuk seluruh transaksi ekonomi dari suatu negara dengan negara

lainnya selama periode tertentu, biasanya dalam kurun waktu satu tahun. Neraca

pembayaran disusun berdasarkan sistem pencatatan ganda (double entry-

bookkeeping). Setiap transaksi yang dicatat sebagai kredit diimbangi dengan transaksi

yang dicatat sebagai debit atau sebaliknya.

Transaksi yang menghasilkan devisa atau mata uang asing dicatat sebagai kredit dan

diberi tanda positif. Sebaliknya transaksi yang mengeluarkan mata uang asing dicatat

7
sebagai debit dan diberi tanda negatif. Dengan memakai sistem pencatatan ganda,

maka jumlah antara kredit dan debit akan sama dengan nol. Walaupun pada

kenyataannya neraca pembayaran mungkin tidak sama dengan nol.

Neraca perdagangan dan neraca pembayaran sering menjadi faktor yang dapat

mendorong naik atau turunnya kurs mata uang suatu negara. Kenaikan atau surplus

dari neraca perdagangan dan neraca pembayaran akan diinterpretasikan sebagai

indikasi awal kemungkinan terjadinya apresiasi suatu mata uang. Sebaliknya

penurunan atau defisit neraca perdagangan dan neraca pembayaran akan

diterjemahkan sebagai indikasi awalnya terjadi depresiasi mata uang suatu negara.

Dengan adanya neraca pembayaran ini dapat diketahui kapan suatu negara mengalami

surplus maupun defisit.

Laporan neraca pembayaran terdiri dari beberapa komponen utama. Adapun

komponen neraca pembayaran yang banyak menjadi perhatian para pelaku

perdagangan mata uang asing adalah rekening berjalan, rekening modal dan rekening

cadangan resmi.

Rekening berjalan (current account) menunjukkan transaksi internasional yang terdiri

dari barang, jasa dan transfer unilateral yang dihasilkan dalam periode tertentu.

Selisih nilai antara barang-barang ekspor dan impor disebut neraca perdagangan

(balance of trade). Transaksi ekspor impor barang dan jasa dicatat dalam neraca

barang dan jasa (balance on goods and service). Bantuan atau hibah luar negeri

dicatat dalam transfer unilateral. Jika total barang impor lebih besar daripada barang

ekspor, maka disebut defisit perdagangan. Jika nilai barang ekspor lebih besar

daripada impor disebut surplus perdagangan.

Rekening modal (capital account) merupakan penerimaan bersih dari transaksi modal.

Misalkan pembelian saham, obligasi, pinjaman bank dan lain-lain. Rekening modal

8
menunjukkan besarnya investasi asing di dalam negeri dan investasi domestik di luar

negeri.

Penjualan aset ke luar negeri dicatat sebagai kredit, bertanda positif karena

menghasilkan aliran modal masuk (capital inflow). Pembelian aset dicatat sebagai

debit, bertanda negatif karena mengakibatkan aliran modal ke luar (capital outflow).

Jika aliran modal masuk lebih besar dibandingkan aliran modal ke luar, maka

rekening modal akan mengalami surplus.

Rekening cadangan (reserve account) merupakan rekening yang mencatat seluruh

transaksi pembelian atau penjualan yang melibatkan aset-aset cadangan resmi negara.

Intervensi bank sentral di pasar valuta asing dengan membeli atau menjual mata uang

domestik merupakan transaksi yang dicatat pada rekening cadangan.

Jumlah antara neraca berjalan dengan neraca modal adalah neraca transaksi cadangan

resmi (official reserve transaction balance). Surplus atau defisit pada neraca

pembayaran mencerminkan surplus atau defisit pada neraca transaksi cadangan resmi.

Neraca pembayaran dapat diformulasikan sebagai berikut:

BOP = (X – M) + (CI – CO) + (F

 BOP = neraca pembayaran

 X – M = neraca transaksi berjalan yang merupakan selisih antara ekspor dan

impor barang dan jasa.

 CI – CO = neraca transaksi modal yang merupakan selisih antara capital

inflow CI dan capital outflow CO.

 FB = neraca cadangan resmi negara.

Jika dalam keadaan kesetimbangan, maka neraca pembayaran sama dengan nol.

Jumlah antara neraca transaksi berjalan dengan neraca modal adalah neraca cadangan

9
resmi negara dengan tanda yang berlawanan. Neraca cadangan resmi menunjukkan

jumlah bersih dari cadangan internasional yang harus bergerak antar pemerintah untuk

membiayai transaksi internasionalnya.

Pada keadaan kesetimbangan BOP = 0, maka cadangan resmi negara adalah:

O = (X – M) + (CI – CO) + (FB)


(X – M) + (CI – CO) = – (FB)
Jika jumlah neraca transaksi berjalan dan neraca modal lebih besar daripada nol.

Artinya ada surplus permintaan terhadap mata uang domestik. Adanya surplus

permintaan terhadap mata uang domestik berdampak pada apresiasinya mata uang

domestik dan depresiasinya mata uang asing.

Negara yang menganut sistem kurs mengambang tidak berkewajiban untuk ikut

menentukan kurs mata uang negaranya. Sehingga tidak terjadi transaksi penjualan

maupun pembelian terhadap cadangan devisa resmi negara. Dengan demikian

cadangan devisa resmi dapat dianggap nol.

Jika FB = 0, maka BOP dapat diformulasikan sebagai berikut:

BOP = (X – M) + (CI – CO)

Pada kondisi tidak dalam kesetimbangan, BOP akan surplus atau defisit. Neraca

transaksi berjalan dan neraca modal tidak sama dengan nol, maka secara otomatis

kurs mata uang asing akan berubah untuk penyesuaian agar BOP menjadi nol. Misal

neraca berjalan defisit dan neraca modal sama dengan nol, maka BOP akan kurang

daripada nol, atau BOP mengalami defisit. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

BOP = (X – M) + (CI – CO) + (FB)

Jika X – M < 0 dan CI – CO = 0 sedangkan FB = 0,  maka

(X – M) + (0) + (0)  < 0 maka

10
BOP < 0 atau BOP mengalami defisit

Artinya ada kelebihan penawaran mata uang domestik atau ada kelebihan permintaan

mata uang asing. Dibutuhkan sejumlah mata uang asing untuk dapat menutupi defisit.

Namun pada negara yang menganut sistem kurs mengambang, neraca cadangan

devisa resmi sama dengan nol. Sehingga untuk menutupi defisit dapat diselesaikan

melalui mekanisme pasar.

Di pasar valuta asing akan terjadi perubahan nilai tukar mata uang domestik menjadi

lebih rendah atau mata uang domestik mengalami depresiasi. Perubahan nilai tukar ini

akan menyebabkan nilai BOP menjadi nol. Dalam hal ini kesetimbangan neraca

pembayaran tercapai dengan mekanisme perubahan kurs di pasar valuta asing.

Pengaruh Neraca Pembayaran Terhadap Kurs Valuta Asing

Pengaruh neraca pembayaran terhadap kurs valuta asing dapat dijelaskan sebagai

berikut:

 Kasus I.

Neraca transaksi berjalan yang merupakan selisih antara ekspor dan impor barang dan

jasa nilainya tidak sama dengan nol. Misal nilai ekspor lebih kecil daripada impor,

atau sebaliknya nilai ekspor lebih besar daripada impor.  Sedangkan nilai capital

inflow sama dengan capital outflow, dan nilainya selalu dalam satuan Dollar Amerika.

Misal untuk neraca pembayaran Indonesia, total nilai ekspor dalam Dollar Amerika

dinyatakan dengan $x dan total nilai impor dalam Dollar Amerika dinyatakan dengan

$m. Sedangkan total nilai capital inflow dalam Dollar Amerika dinyatakan dengan

11
$ci dan total nilai capital outflow dalam Dollar Amerika dinyatakan dengan $co. Nilai

tukar Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika dinyatakan  dengan kurs USD/IDR,

satuan unit Rupiah per satu Dollar Amerika. Kurs USD/IDR pada kondisi awal adalah

USD/IDR(1) dan kurs setelah mengalami perubahan untuk kesetimbangan BOP

adalah USD/IDR(2). Untuk mempersingkat penulisan, maka pembuktian

matematisnya tidak diturunkan pada bahasan ini.

Pengaruh neraca pembayaran terhadap kurs dapat dijelaskan dengan persamaan

berikut:

Kurs kesetimbangan USD/IDR(2) ditentukan oleh rasio antara nilai impor dan ekspor

Indonesia. Jika rasio $m/$x lebih besar daripada satu, maka rasio kurs

USD/IDR(2)/USD/IDR(1) lebih besar daripada satu. Artinya kurs USD/IDR menguat.

Jika kurs USD/IDR mengalami penguatan, maka Dollar Amerika mengalami apresiasi

sedangkan Rupiah Indonesia mengalami depresiasi.

 Kasus II.

Ketika nilai ekspor tidak sama dengan impor dan nilai capital inflow tidak sama

dengan capital outflow, maka neraca pembayaran dalam kondisi ketidaksetimbangan.

Neraca pembayaran dapat mengalami surplus atau BOP lebih besar daripada nol. Atau

sebaliknya, neraca pembayaran dapat mengalami defisit atau BOP lebih kecil

daripada nol.

Pengaruh neraca pembayaran terhadap kurs dapat dijelaskan dengan persamaan

12
Kondisi BOP akan  surplus, jika rasio ($m + $co)/($x + $ci) kurang daripada satu.

Dengan demikian rasio USD/IDR(2)/USD/IDR(1) memiliki nilai kurang daripada

satu. Artinya kurs USD/IDR melemah. Jika kurs USD/IDR melemah artinya Dollar

Amerika mengalami depresiasi dan Rupiah Indonesia mengalami apresiasi.

Analisis Hubungan Neraca Perdagangan dengan Depresiasi Rupiah

Kalangan pengamat ekonomi dan akademisi menilai, dampak depresiasi rupiah yang

berkelanjutan akan mempengaruhi defisit neraca perdagangan dan mengurangi

cadangan devisa di tengah turbulensi ekonomi global yang tak menentu. Pemerintah

diminta tetap membuka peluang masuknya investasi langsung (foreign direct

investment-FDI) tanpa menambah beban impor pada jangka pendek.

Menurut guru besar ekonomi UGM Prof Dr Sri Adiningsih, untuk menyelamatkan

cadangan devisa yang semakin menyusut. Pemerintah perlu menerapkan kebijakan

nilai tukar yang mengambang bebas (free floating) sebagai pengganti kebijakan nilai

tukar yang mengambang terkendali (managed floating).

13
"Menurunnya penerimaan ekspor juga dapat menyebabkan mata uang negara tersebut

mengalami penurunan nilai tukarnya relatif terhadap mata uang negara-negara lain.

Penurunan ini akan menyebabkan harga barang-barang negara yang bersangkutan

menjadi lebih murah dinilai dengan mata uang negara asing terjadi depresiasi nilai

tukar rupiah,"ujarnya kepada Neraca, Senin (23/2).

Dampak depresiasi nilai tukar mata uang terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dilihat

melalui pengaruhnya terhadap pendapatan nasional. Secara sepintas nampaknya

depresiasi akan mendorong kenaikan volume ekspor dan menekan volume impor

negara yang mengalami depresiasi sehingga akan meningkatkan pendapatan.

Namundalam kenyataannya, dampak depresiasi tersebutdapat mempengaruhi neraca

perdagangan melalui perubahan pada terms of trade, dan pengaruh ini tidak

selamanya bersifat positif.

Pengaruh depresiasi terhadap neraca perdagangan sangat tergantung pada elastisitas

permintaan terhadap ekspor dan permintaan terhadap impor. Semakin elastis

permintaan impor dan permintaan ekspor, maka pengaruh neraca perdagangan akan

semakin stabil (positif). Selain itu, depresiasi mungkin akan memperburuk nilai tukar

perdaganganinternasional. Memburuknya nilai tukar perdagangan ini akan

menyebabkan pengurangan cadangan devisa dan pada akhirnya akan menurunkan

pendapatan nasional.

Krisis nilai tukar ini dapat memberikan pelajaran yang sangat berharga dalam

menentukan kebijakan di masa depan, maka upaya yang paling utama dan mendesak

bagi Indonesia dewasa ini, adalah program penyelamatan yang bisa mengembalikan

kepercayaan masyarakat serta menstabilkan kurs rupiah pada nilai tukar yang riil.

Hingga akhir 2014 defisit neraca perdagangan Indonesia tercatat US$1,89 miliar,

lebih rendah ketimbang akhir 2013 yang mencapai US$4 miliar lebih. Apabila belanja

14
negara tak berkurang, maka kebijakan depresiasi kurs justru hanya akan menambah

tekanan pada harga-harga domestik, hingga intensitas dampaknya terhadap perubahan

kurs dapat mereda, akibat tekanan laju inflasi lanjut dimana tren neraca perdagangan

juga cenderung membaik.

Guru besar ekonomi Universitas Brawijaya Prof Dr Ahmad Erani Yustika

mengatakan, pengaruh depresiasi rupiah menjadi faktor pemicu inflasi dari sisi impor.

Impor Indonesia masih cukup tinggi untuk keperluan bahan baku dan itu

menyebabkan harga barang menjadi mahal. Jika ini terus terjadi, maka tingkat suku

bunga kredit tidak bisa diturunkan sehingga makin menekan investasi. Pemerintah

harus berjuang menjaga inflasi agar tidak lebih tinggi dari 7%.

“Nilai tukar rupiah sepanjang 2015 diperkirakan akan berada di kisaran Rp 11.800 –

Rp 12.250. Pemerintah punya ruang untuk memerkuat rupiah asalkan defisit transaksi

berjalan bisa ditekan (baik dari sumber neraca barang, jasa, maupun modal), inflasi

dapat dimitigasi secara baik, dan instabilitas sektor keuangan dihindari. Ini tentu saja

pekerjaan yang tak mudah di tengah awan turbulensi ekonomi global,”

Dia pun menambahkan pergerakan rupiah masih berfluktuasi bergantung pada

publikasi berbagai data ekonomi domestik maupun global. Namun, dalam tren jangka

menengah hingga jangka panjang, rupiah tidak memiliki faktor-faktor yang kuat

untuk mendorong penguatan. Kurs rupiah masih berisiko besar untuk kembali

terdepresiasi karena berbagai masalah masih mengadang, antara lain perubahan

kebijakan ekonomi di negara maju seperti Amerika Serikat.

Pokok pangkal kemerosotan nilai rupiah sebenarnya karena suplai dolar AS yang

masuk lebih rendah ketimbang US$ yang keluar dari Indonesia. Hal ini disebabkan

oleh defisit neraca perdagangan yang cukup tinggi, ini akibat tingginya nilai impor

dibandingkan ekspor nasional, terutama untuk komoditas bahan bakar minyak (BBM)

15
dan pangan. Padahal, pelemahan ekspor berarti pengurangan devisa masuk.

Akibatnya, kemampuan membayar barang impor pun melemah, cadangan devisa

terkuras, sementara kebutuhan US$ terus meningkat yang akhirnya menguatkan nilai

tukar dolar AS terhadap valuta lain di pasar global.

“Jika pemerintah serius menyelesaikan terpuruknya rupiah, penguatan fundamental

ekonomi harusnya tegas memutus pembelian BBM impor. Ketergantungan kepada

BBM impor, meskipun harganya saat ini terus anjlok tetap menguras persediaan US$

dalam negeri. Kedua, pemerintah harus konsisten melepaskan Indonesia dari

cengkeraman pangan impor. Ketiga, menguatkan sisi suplai valuta asing agar ekspor

kita memiliki daya saing, seperti efisiensi kelembagaan ekonomi pasar yang berbiaya

murah. Selama nilai rupiah tetap tenggelam dibandingkan US$, pertanda

perekonomian bangsa masih berpotensi melemah”

Pemerintah perlu mengeluarkan suatu kebijakan di sektor rill agar mendorong

pertumbuhannya. Neraca perdagangan defisit mengakibatkan transaksi berjalan

defisitnya semakin melebar, karena biasanya defisit di sektor jasa, pendapatan dan

sebagainya itu bisa diatasi dengan surplus neraca perdagangan. Namun, dengan

perkembangan nilai komoditas saat ini, sepertinya susah mengharapkan surplus di

neraca perdagangan karena ekspor kita masih melambat sedangkan impor dan

kebutuhan investasi semakin tinggi,

Neraca perdagangan Indonesia di sektor gas tidak bagus, karena harus mengimpor

banyak dari luar karena gas di domestik tidak bisa mencukupi kebutuhan dalam

negeri. Permasalahan tersebut menciptakan sentimen negatif ke pasar Selain itur,

karena di satu sisi yang diandalkan oleh Indonesia yaitu kebijakan moneter seperti

intervensi maupun kebijakan suku bunga.

16
Meski ada depresiasi kurs tapi belum bisa mampu memperbaiki neraca perdagangan

nasional. Mengingat 60% ekspor nasional berupa barang non migas barang komoditas

yang notabene harganya sedang jatuh. Sedangkan dari sisi manufaktur sendiri bahan

bakunya mayoritas impor, jadi depresiasi kurs tidak banyak menguntungkan bagi

Indonesia.

Oleh karenanya jika memang pemerintah ingin memanfaatkan momen depresiasi kurs

ini lebih menguntungkan, maka pendekatan yang harus dibuat pemerintah yaitu

dengan bagaimana mendorong agar industri hilir dan menengah ini bisa berkembang

agar impor bahan baku bisa ditekan. "Ekspor kita masih terbatas komoditas bahan

mentah yang nilainya tidak besar, sedangkan impor kita juga tinggi sehingga sulit

untuk bisa menekan defisit neraca perdagangan nasional.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

17
Neraca pembayaran sangat berpengaruh terhadap kurs valuta asing. Neraca

perdagangan dan neraca pembayaran sering menjadi faktor yang dapat mendorong

naik atau turunnya kurs mata uang suatu negara. Kenaikan atau surplus dari neraca

perdagangan dan neraca pembayaran akan diinterpretasikan sebagai indikasi awal

kemungkinan terjadinya apresiasi suatu mata uang. Sebaliknya penurunan atau defisit

neraca perdagangan dan neraca pembayaran akan diterjemahkan sebagai indikasi

awalnya terjadi depresiasi mata uang suatu negara.

DAFTAR PUSTAKA

Coreaccounnting indonesia.blogspot.com

18
https://id.m.wikipedia.org. Wiki

19

Anda mungkin juga menyukai