Anda di halaman 1dari 24

Identifikasi Jamur Dermatofit Pada Potongan Kuku Dengan

Pengecetan Koh 20%

Dosen Pengampu: A.R.Pratiwi Hasanuddin.,S.Si.,M.Biomed

RECREATED OLEH :
KELOMPOK V
KELAS B

Musdalifa E.20.05.049

Ummi Zarmila E.20.05.075

Dewi Kumala Sari E.20.05.042

Nur Aina E.20.05.054

Sindy Putri Maharani E.20.05.070

PRODI DIII ANALIS KESEHATAN

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
limpahan rahmat-Nya jugalah kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
yang berjudul “Identifikasi Jamur Dermatofit Pada Potongan Kuku Dengan
Pengecetan KOH 20%” tepat pada waktunya. Dalam pembuatan makalah ini,
kami tak lupa pula mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Ibu
A.R.Pratiwi Hasanuddin.,S.Si.,M.Biomed selaku Dosen Mata kuliah Mikologi
yang memberikan arahan dan motivasi kepada penulis dan kepada semua pihak
yang telah ikut andil dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Mikologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan kita
tentang identifikasi jamur dermatofit pada potongan kuku dengan pengecetan
KOH 20%. Baik itu dari segi pra-analitik, analitik, maupun pasca analitiknya.

Kami sadar sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna.Oleh karena itu, kami siap menerima saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata, kami
mengharapkan agar makalah ini dapat berguna bagi peningkatan mutu ilmu
pengetahuan khususnya bagi kami selaku penulis.

Bulukumba, 21 Mei 2022

Kelompok V

i
DAFTAR ISI

Sampul ..................................................................................................................

Kata Pengantar..........................................................................................................i

Daftar Isi..................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi kuku...............................................................................................3

B. Pertumbuhan kuku........................................................................................5

C. Histologi kuku.............................................................................................. 6

D. Flora normal kuku........................................................................................ 6

E. Efek dari kolonisasi jamur pada kuku........................................................12


BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian............................................................................................13
B. Tempat dan waktu penelitian......................................................................13
C. Populasi dan sampel....................................................................................13
D. Metode pengumpulan data..........................................................................13
E. Cara pelaksanaan pemeriksaan...................................................................14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian...........................................................................................16
B. Hasil analisis data ......................................................................................16
C. Pembahasan ...............................................................................................18
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................20

B. Saran...........................................................................................................20

Daftar Pustaka........................................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Flora normal adalah sekumpulan mikroorganisme yang menempati daerah
superfisial kulit dan selaput lendir (mukosa) pada manusia normal tanpa menimbulkan
penyakit. Daerah superfisial kulit dan selaput lendir (mukosa) biasanya dihuni oleh
berbagai macam mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut dibagi menjadi dua
kelompok yaitu flora tetap (resident flora) dan flora sementara (transient flora). Flora
tetap adalah flora normal yang menetap di tubuh badan pada sebagian besar orang
sehat pada kondisi tertentu. Sedangkan flora sementara adalah flora yang tinggal di
superfisialis kulit dan selaput lendir. Flora ini terdiri atas mikroorganisme potensial
patogen atau non patogen. Pada saat flora tetap berubah maka flora sementara akan
berbiak, menimbulkan penyakit dan berkolonisasi pada daerah tersebut. (Baron S,
1996).
Kuku adalah bagian dari tubuh manusia yang tumbuh di ujung jari tangan dan
kaki. Menurut Association for European Safety & Infection Control in Dentistry ,
mikroorganisme yang berkolonisasi di daerah superfisial kulit disebut sebagai flora
normal atau flora tetap daerah superfisial kulit. Mikroorganisme ini umumnya terdiri
dari golongan bakteri dan jamur golongan yeast seperti Candida albicans.
Dermatofita dan Nondermatofita adalah jamur yang sering menginfeksi daerah
superfisial kulit. Jamur dermatofita bisa membentuk molekul yang berikatan dengan
keratin untuk mendapatkan sumber nutrisi untuk kolonisasi. Jamur ini dibagi dalam
tiga genus antara lain Epidermophyton, Trichophyton dan Microsporum. Jamur
nondermatofita meliputi semua jenis jamur yang menyerang jaringan zat tanduk
seperti golongan candida. Kolonisasi jamur pada kuku akan memberikan gambaran
struktur kuku yang berwarna kuning dan bercak putih, perubahan warna pada kuku,
perubahan struktur tekstur dan bentuk. Perubahan pada struktur kuku akibat jamur ini
dapat menjadi salah satu sumber infeksi jamur. (Sri wahyuningsih.2015).
Menurut penelitian di Czech Republic jamur dermatofita terhadap infeksi
daerah superfisial kulit serta kuku pada pasien dari daerah Moravian-Silesian, jamur
Scopulariopsis brevicaulis merupakan jamur golongan saprofit menjadi penyebab
utama penyakit Onikomikosis berbanding jamur dermatofita. Ini karena sampel yang

1
digunakan pada penelitian ini adalah pasien yang mempunyai immunocompetent.
Onikomikosis adalah penyakit dermatofitosis pada kuku dan ditandai dengan
perubahan warna putih kekuningan pada kuku, akumulasi kotoran subungual dan
penebalan lempeng kuku. Infeksi ini disebabkan oleh jamur golongan dermatofita dan
non dermatofita atau yeast. Jamur dermatofita yang sering menyebabkan infeksi ini
adalah Trichophyton verrucosum, Trichophyton soudanacea, Trichophyton tonsurans,
Microsporum gypseum, Trichophyton violaceum, Epidermophyton floccosum,
Trichophyton mentagrophytes dan Trichophyton rubrum, sedang jamur non
dermatofita adalah Epiccocum, Fusarium, Aspergillus, Alternaria dan Cladiosporium.
Dijumpai kolonisasi jamur pada kuku jari dapat mempengaruhi kualitas
kehidupan manusia dalam melakukan kegiatan, sehingga dapat memberikan dampak
yang tidak baik. Misalnya, perubahan warna pada kuku jari dan terhirup spora dari
kuku sehingga bisa terjadi infeksi pada saluran pencernaan. (Raj Navin.2017).

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah identifikasi jamur dermatofit pada potongan kuku dengan
pengecetan KOH 20% ?

C. Tujuan
Untuk mengetahui cara identifikasi jamur dermatofit pada potongan kuku
dengan pengecetan KOH 20%

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Kuku
Kuku adalah lapisan keratin yang keras dan sedikit cembung jika dilihat secara
melintang maupun membujur. Lapisan ini menancap pada jaringan lunak yang
dipisahkan oleh periungual grooves (proksimal, distal dan lateral) dan batang matriks
kuku terletak pada bagian proksimal kuku. Kuku juga merupakan lempeng tanduk
yang melindungi ujung-ujung jari tangan dan kaki. Batang matriks kuku dan
lempengan kuku sebagian tertutupi oleh lipatan kuku proksimal (lipatan kulit). Selain
itu, pada bagian ini terdapat half moon atau lunula, bagian yang terlihat seperti bulan
sabit pada kuku. Lunula terlihat pada kuku ibu jari tangan dan kaki pada orang
dewasa serta menghubungkan lipatan kuku dengan matriks bagian bawah dimana
pertumbuhan kuku bermulai.
Sepanjang evolusi kehidupan manusia, fungsi kuku adalah untuk sensitifitas,
menggaruk serta pertahanan dan untuk fungsi tangan optimal. Tanpa kuku, keupayaan
untuk memegang sesuatu dapat berkurang karena tidak ada tekanan kuku terhadap
jari.(Rao, S.et.al.2011).
Kutikula juga merupakan bagian dari kuku dan merupakan lapisan tanduk
transparan yang melekat pada permukaan kuku serta bertugas sebagai penutup antara
lapisan kuku dan lipatan kuku proksimal. Lapisan kuku halus pada bagian permukaan
atas dan berkerut pada bagian permukaan bawah. Dasar kuku mengandung lapisan-
lapisan dermis dan epidermis serta terdapat rabung memanjang di bawahnya. Kelenjar
keringat dan folikel yang terdapat di lapisan ini banyak mengandung fibril sitoplasma
yang akan hilang pada tahap akhir sel menjadi homogen lalu menjadi zat tanduk serta
menyatu dengan lempeng kuku. Selain itu, kandungan melanosit dalam matriks kuku
menyebabkan lempeng kuku mungkin berpigmen pada ras hitam. Sel-sel yang
terdapat dalam lapisan stratum korneum meluas hingga ke permukaan lempeng kuku
sebagai kutikula atau epikondrium.
Penuaan kuku terjadi disebabkan karena peningkatan kadar kalsium dan
penurunan kadar besi. Selain itu, perubahan kuku umumnya terjadi pada orang tua
termasuk perubahan dari segi kontur, warna, permukaan, pertumbuhan, ketebalan dan
gambaran histologi. Lapisan kuku terdiri dari lapisan-lapisan keratin, datar dan sel-sel

3
yang terdifferensiasi sempurna dan tidak mempunyai inti. Lapisan kuku umumnya
dibedakan menjadi tiga zona, yaitu lapisan bagian atas, lapisan bagian bawah dan
keratin subungual. (Baran, R.2003).
Anatomi mikroskopis kuku adalah sebagai berikut:
1. Lipatan Kuku (Nail Fold)
Kelenjar sebasea tidak dijumpai pada bagian ini dan lipatan kuku proksimal
ini mirip dengan struktur kulit. Kutikula mencerminkan atau menggambarkan
permukaan lempeng kuku dari distal hingga ke proksimal lipatan kuku. Kutikula
berfungsi untuk melindungi struktur di dasar kuku (matriks germinativum) dari
jamur patogen dan bakteri serta lingkungan yang tidak baik seperti alergi dan
iritasi. Selain itu, kutikula juga berfungsi dalam modifikasi stratum korneum.
2. Matriks Kuku (Nail Matrix)
Dorsal (proksimal) dan intermediate (distal) dari matriks kuku menghasilkan
bagian yang penting bagi kuku. Misalnya di epidermis kulit, matriks kuku
memiliki lapisan pemisah basal yang menghasilkan keratinosit. Pada saat
keratinosit ini mengeras dan mati, maka keratinosit akan memberikan kontribusi
pada lempeng kuku. Kandungan melanosit pada matriks kuku ini menyebabkan
pigmentasi pada keratinosit. Pigmen tidak terlihat pada kulit orang berkulit putih
pada keadaan normal. Tetapi melanogenesis yang tidak sempurna biasanya terjadi
pada kebanyakan orang yang berkulit hitam.
3. Palung Kuku (Nail Bed)
Area ini terdiri dari epidermis dan dermis. Bagian dermis ini mendasari
penutupan periosteum falang distal. Palung kuku memiliki pembuluh darah,
limfatik dan sel-sel lemak.
4. Badan Kuku atau Lempeng (Nail Plate)
Mempunyai tiga lapisan horizontal, yaitu: lapisan ventral dari palung kuku,
lamina dorsal tipis dan intermediet tebal. Lempeng kuku ini mengandungi kalsium
yang dijumpai sebagai fosfat dalam Kristal hidroksiapatit. Selain itu, terdapat juga
unsur-unsur yang lain dalam jumlah kecil, seperti tembaga, mangan, besi dan
seng. Kekerasan kuku disebabkan adanya protein belerang yang padat dari
matriks. (Ravi,VA.2014).
Penjelasan tentang jaringan-jaringan yang membatasi kuku, yaitu:
1. Palung Kuku
Bagian ini mengandungi banyak urat syaraf dan pembuluh darah serta

4
menyediakan makanan untuk pertumbuhan secara berterusan bagi kuku.
2. Kandungan Kuku
Bagian ini berada di bawah akar kuku. Terdapat urat syaraf, getah bening dan
pembuluh darah.
3. Kulit Kuku
Bagian dari epidermis kulit yang menutupi pinggir sekeliling kuku.
4. Eponychium
Merupakan sambungan dari badan kuku yang menutupi lanula (cusificle).
5. Hyponichium
Bagian ini berada di bawah ujung lepas.
6. Mantel
Jaringan ini juga disebut penutup kuku yang berada di tempat akar kuku dan di
superfisialis kulit.
7. Dinding Kuku
Dinding Kuku merupakan lipatan-lipatan kecil pada lapisan kulit yang
menutupi pinggir-pinggir kuku.
8. Alur Kuku
Lipatan yang dalam di kedua samping badan kuku. (Ahmadi, B.2012).

Gambar bagian-bagian kuku


(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46536/7/Cover.pdf)

B. Pertumbuhan Kuku

Penambahan sel-sel baru dalam akar kuku menghasilkan lambat pada


lempeng kuku. Pada normalnya, laju pertumbuhan kuku rata-rata 0,5mm dalam
seminggu. Pertumbuhan kuku biasanya dengan arah ke depan dan

5
pertumbuhannya lebih pesat pada kuku jari tangan berbanding kuku jari kaki.
Menurut suatu penelitian, pertumbuhan kuku berkurang sekitar 0,5% setiap
tahun dari usia 20 tahun. (Ravi,VA.2014).
C. Histologi Kuku

Kuku terbentuk dari sel-sel epitel terkeratinasi yang dijumpai pada


permukaan dorsal setiap falang distal. Akar kuku merupakan bagian dari
proksimal kuku yang berada di alur kuku. Kutikula dan eponichium dibentuk
oleh stratum korneum. Pada dasar kuku terdapat stratum basal dan stratum
spinosum. (Ravi,VA.2014).
D. Flora Normal Kuku

Mikrobiologi kuku normal umumnya sama dengan mikrobiologi


yang ada pada kulit. Golongan jamur yang menjadi flora normal adalah
Candida Albicans serta golongan jamur yang sering menginfeksi kuku
merupakan golongan jamur dermatofita dan jamur nondermatofita. (Baron
S, 1996).

1) Dermatofita

Jamur ini disebut sebagai jamur keratinofilik karena kelompok


jamur ini menginfeksi jaringan keratin superfisial. Misalnya pada rambut,
kuku dan kulit. Jamur dermatofita bisa mencerna dan memanfaatkan
keratinin yang berukuran besar dengan kapasitasnya. Golongan jamur ini
yang menginfeksi manusia terdiri dari 41 spesis serta dibagi dalam 3 genus,
yaitu jamur Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton. Jamur
dermatofita terdiri dari :

 Microsporum :

M. racemosum, M. praecox, M. nanum, M. persicolor, M. gypseum, M.


amazonicum, M. audouinii, M. boullardii, M. canis, M. cookie, M.
distortum, M. equinum, M. ferrugineum, M. fulvum, M. gallinae.

 Trichophyton :

T. schoenleinii, T. simii, T.soudanense, T. terrestre, T.tonsurans, T.


verrucosum, T. violaceum, T. yaoundei, T. ajelloi, T. concentricum, T.
equinum, T. fiavescens, T. georgiae, T. gloriae, T. gourvilii, T.

6
longifusus, T. phaseoliforme, T. rubrum.

 Epidermophyton :

E. floccosum, E. stockdaleae.
2) Microsporum
 Microsporum gypseum

M.gypseum berkolonisasi secara menyebar pada permukaan


yang mendatar dan bertumbuh dengan cepat. Dalam permukaan koloni
terdapat makrokonidia dalam jumlah yang besar. Dinding makrokonidia
tipis dengan ketebalan 8-16 x 20 µm, memiliki 4-6 septa, kasar dan
berbentuk oval. Selain itu, makrokonidia tumbuh mudah tumbuh pada
subkultur setelah beberapa kali berganti media.

Gambar M.gypseum berkolonisasi di permukaan media


(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46536/7/Cover.pdf)

 Microsporum canis

Jamur ini secara umumnya menyerang kulit kepala dan


rambut. Habitat jamur ini adalah pada hewan seperti anjing dan
kucing. Selain itu, jamur ini memiliki hifa yang bersepta dan
makrokonidia sebagai alat reproduksinya.

7
Gambar M.canis berkolonisasi di permukaan media
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46536/7/Cover.pdf)

 Microsporum gallinae

Jamur ini berkolonisasi secara menyebar pada permukaan


yang mendatar dan berwarna putih bercampur merah muda.
Makrokonidia pada jamur ini mempunyai 5-6 sel, berdinding tipis
menjadi tebal dan berukuran 15-60 x 6-10 µm.

Gambar M. gallinae berkolonisasi di permukaan media


(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46536/7/Cover.pdf)

 Microsporum audouinii

Jamur ini berkolonisasi lambat pada permukaan yang


mendatar padat serta mempunyai hifa dan mikrokonidia.

8
Makrokonidia jarang dijumpai dan jika dijumpai, bentuknya adalah
bulat telur. Perubahan warna koloni dari putih keabu-abuan menjadi
putih.

3) Trichophyton

 Trichophyton Mentagrophytes

Koloni jamur ini seperti putih hingga krem dengan permukaan


seperti tumpukan kapas pada Potato Dextrose Agar (tidak berpigmen).
Pada gambaran mikroskopis terdapat makrokonidia yang
bergerombolan, dan hifa yang berbentuk spiral. Selain itu, jamur ini
menyerang kulit yang menggunakan keratin sebagai nutrisinya.
Misalnya, kulit, kuku dan rambut.

Gambar richophyton Mentagrophytes di permukaan media PDA


(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46536/7/Cover.pdf)

 Trichophyton rubrum

Jamur ini adalah penyebab umum infeksi kronis pada kuku dan
kulit manusia. Tekstur koloni dari jamur ini adalah lunak. Koloni yang
putih bertumpuk di tengah dan maroon pada tepinya berwarna merah
cheri pada PDA (Potato Dextrose Agar).

9
Gambar richophyton rubrum di permukaan media PDA
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46536/7/Cover.pdf)

 Trichophyton verrucosum

Kolonisasi jamur ini pada Potato Dextrose Agar agak lambat,


kecil, berbentuk tombol, dan pinggiran datar yang pertumbuhan
menjorok ke dalam. Terdapat banyak chlamydospore terminal pada
hifa. Hifa pada jamur ini tidak teratur dan berluas. Makrokonidia pada
jamur ini memiliki ekor khas atau berbentuk kacang tetapi jarang
diproduksi.

Gambar richophyton verrucosum di permukaan media PDA


(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46536/7/Cover.pdf)

 Trichophyton ajelloi

Merupakan jamur geofilik dengan distribusi di seluruh dunia


yang bisa terjadi kontaminan saprophytic pada hewan dan manusia.
Kolonisasi jamur ini biasanya datar dan berwarna cokelat.

10
 Trichophyton soudanense

Merupakan jamur antropofilik yang sering menyebabkan Tinea


Capitis di Afrika. Kolonisasi jamur ini pada Sabouraud Dextrose Agar
agak lambat.

Gambar richophyton soudanense di permukaan media PDA


(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46536/7/Cover.pdf)

 Trichophyton schoenleinii

Kolonisasi jamur ini pada Sabouraud Dextrose Agar agak


lambat. Pada kultur rutin, tidak ditemukan makrokonidia dan
mikrokonidia tetapi pada kultur yang lebih lama banyak
chlamydoconidia ditemukan.

4) Epidermatophyton

 Epidermatophyton floccusom

Kolonisasi jamur ini biasanya rata dan seperti beludru dengan


warna cokelat sampai kuning kehijauan serta jamur ini tidak
menginfeksi rambut.

5) Nondermatofita

Jamur ini hanya bisa menginfeksi hingga lapisan luar dari stratum
korneum. Jamur ini tidak mencerna keratin kuku dan menyerang lapisan
yang paling luar serta dibagi menjadi 2 kelompok utama jamur yaitu yeast
dan mould.
1. Moulds

11
Aspergillus flavus, Hendersonu Latoruloide, Fusarium spp,
Scopulariopsis brevicaulis, Geotrichum candidum, Scytalidium
hyalinum.
2. Yeast (candida spp)

Candida Parapsilosis, Candida albicans, Candida Tropicalis

E. Efek Dari Kolonisasi Jamur pada Kuku

Onikomikosis merupakan suatu infeksi jamur yang sering pada


kuku. Infeksi ini juga merupakan dermatomikosis superfisial dan
penyebabnya adalah golongan dermatofita, jamur yang keratinolitik.
Golongan jamur dermatofita dilaporkan sebagai penyebab utama
onikomikosis. Terdapat lima tipe onikomikosis yang dapat dibedakan
berdasarkan gambaran klinis yaitu:
1. Onikomikosis subungual distal (OSD)

2. Onikomikosis subungual proksimal (OSP)

3. Onikomikosis subungual superfisial putih (OSPT)

4. Onikomikosis Kandida (OK)

5. Onikomikosis Distrofi Total (ODT)

12
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan studi experimental deskriptif dan data diolah secara
manual serta menggunakan uji laboratorium untuk mengetahui jamur-jamur yang
terdapat di kuku jari tangan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


 Tempat Penelitian
1. Lokasi Penelitian : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Tempat Pemeriksaan Kultur untuk Identifikasi Jamur dilakukan di Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.
 Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 10 bulan yaitu dari bulan Maret 2016
sampai bulan Desember 2016. Penelitian ini dimulai dari penelusuran daftar pustaka,
penyusunan proposal, konsultasi dengan dosen pembimbing, seminar proposal dan
dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data serta melakukan
pengolahan dan analisa data, penyusunan laporan penelitian dan penulisan skripsi.

C. Populasi dan Sampel


 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh angkatan 2013 di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. Universitas Sumatera Utara.
 Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah subyek yang dipilih dari
populasi mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Oleh karena populasinya besar, jadi dilakukan pengambilan sampel dengan cara
Simple Random Sampling.

D. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data primer dilakukan dengan observasi secara langsung dengan
mengambil sampel kuku jari tangan mahasiswa dan melakukan uji laboratorium

13
sehingga diperoleh data jumlah kuku jari tangan yang terkontaminasi jamur.
1) Teknik Pengambilan Sampel

1. Persiapkan berbagai alat, seperti beaker glass sebagai tempat sampel,


yakni kuku jari tangan mahasiswa.

2. Persiapkan catatanpada formular pemeriksaa tentang lokasi tempat


pengambilan sampel dan tanggal pengambilan.
3. Kuku jari mahasiswa diambil dan dikeruk menggunakan scalpel pada
bagian dasarnya.
4. Kuku jari yang mempunyai kutex dan kuku jari yang pendek tidak
diambil sebagai sampel.
5. Sampel dimasukkan ke dalam beaker glass yang sudah disterilkan dan
diberi kode penanda.
6. Sampel dikirim segera ke Laboratorium Mikrobiologi dengan
secepatnya, maksimal 24 jam.
2) Alat dan Bahan
Alat dan Bahannya :
Alat yang digunankan dalam penelitian ini adalah spidol, object glass,
mikroskop, cawan petri, incubator, sengkelit/ose, tabung reaksi, Bunsen dan rak
tabung. Sedangkan bahan yang diperlukan adalah sampel potongan kuku, larutan
KOH 20%, lugol, air kran, lactophenol cotton blue, Saboraud Dextrose Agar
(SDA).
E. Cara Pelaksanaan Pemeriksaan
 Pemeriksaan mikroskop menggunakan kalium hidroksida (KOH) 20%
1) Diukur 10% KOH atau sebanyak 10g dengan menggunakan Mettler Taledo.
2) Masukkan 10g KOH tersebut dalam 100cc aquabidest dan didinginkan selama
50 menit hingga 1 jam.
3) Dilunakkan sampel kuku dan dijernihkan menggunakan larutan KOH 20%
sebelum diperiksa dibawah mikroskop, bisa juga menggunakan larutan
Dimetil sulfoksida (DMSO) sebanyak 40%.
4) Kemudian specimen diletakkan diatas objek glass dan ditetesi larutan KOH
10%.
5) Ditutup dengan deck penutup, lalu dilewatkan diatas api bunsen untuk
mempercepat proses penghancuran keratin sekaligus menghilangkan

14
gelembung udara pada objek glass.
6) Diamati dibawah mikroskop maka akan terlihat elemen-elemen jamur seperti
hifa dan spora.
7) Diperjelas gambaran jamur menggunakan tinta parker biru atau Chlorazol
black E.
8) Diperiksa spesimen untuk identifikasi elemen-elemen jamur, yakni hifa atau
arthospora jamur.

 Kultur

1) Disiapkan specimen dalam cawan petri

2) Diambil menggunakan ose/sengkelit yang telah disterilkan diatas api


bunsen.
3) Ditanam bahan kuku pada media terdiri dari media PDA (Potato
Dextrose Agar) yang mengandung antibiotik.
4) Diinokulasikan specimen ke media dalam keadaan steril, lalu
diinkubasi pada suhu 24°- 28°C selama 4-6 minggu.
5) Dilihat Koloni dermatofita akan tampak setelah 2 minggu,
sedangkan non dermatofita terlihat dalam seminggu, dan hasil
negatif jika tidak tampak pertumbuhan setelah 3-6 minggu.

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini, proses pengambilan data dimulai pada bulan Oktober
2016. Dengan menggunakan metode simple random sampling, diberikan lembar
penjelasan kepada 80 mahasiswa/i dan sebanyak 72 mahasiswa/i bersedia untuk
menjadi sampel. Setelah itu, hanya sampel yang cocok (60 sampel) dibawa ke
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK
USU) dan sampel tersebut dianalisa untuk mengidentifikasi jamur dengan
mengunakan kalium hidroksida 20% dan sampel yang positif (31 sampel) ditanam
pada media perbenihan Saboraud Dextrosa Agar (SDA).
B. Hasil Analisis Data
1. Distribusi Hasil Pemeriksaan KOH
Pemeriksaan KOH 20% dilakukan untuk mengetahui apakah terdapatnya
jamur (spora atau hifa) pada kuku jari tangan dan mengamati struktur jamur.

Tabel 1 Distribusi Hasil Pemeriksaan KOH 20%


Jenis Kelamin n(sampel) %
Hifa (+) 7 11,7
Spora (+) 5 8,3
Hifa dan Spora (+) 19 31,7
Tidak dijumpai Hifa dan Spora (-) 29 48,3
Total 60 100,0

Tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat 31 sampel kuku jari tangan (51,7%)
mahasiswa FK USU mendapat hasil positif pemeriksaan KOH 20% dan 29 sampel
kuku jari tangan (48,3%) mempunyai hasil negatif pemeriksaan KOH 20%.
Seterusnya dari hasil pemeriksaan KOH 20% dapat diketahui bahwa terdapat hifa
pada 7 sampel (11,7%), spora 5 (8,3%), hifa dan spora pada 19 sampel (31,7%).

16
Gambar Sampel Kuku Jari Tangan Dalam KOH 20%
(https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20387/130100328.pdf?
sequence=1&isAllowed=y)

Gambar Hifa dan Spora pada Mikroskop


(https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20387/130100328.pdf?
sequence=1&isAllowed=y)

2. Hasil Kultur
Sebanyak 31 sampel kuku jari tangan yang mendapat nilai positif pada
pemeriksaan KOH 20% telah dikultur untuk identifikasi jamur. Peneliti telah
menggunakan Saboraud Dextrose Agar sebagai media untuk melakukan kultur
jamur. Setelah 3 minggu, peneliti dapat membaca jamur yang terdapat pada kuku
jari tangan secara makroskopis dan mikroskopis.

17
Tabel 2 Distribusi Hasil Kultur Golongan Dermatofita
Spesies n(sampel) %
Trichophyton Violaceum 1 100,0
Total 1 100,0

Tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat jamur dermatofita Trichophyton


Violaceum pada kuku jari tangan mahasiswa sebanyak 1 sampel (100,0%).

C. Pembahasan
1. Hasil Pemeriksaan Kalium Hidroksida (KOH 20%)
Sampel kuku jari tangan dikumpul dari 72 mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara yang bersetuju untuk menandatangani lembar
Informed Consent dan hanya 60 sampel yang cocok diperiksa menggunakan
kalium hidroksida (KOH 20%) karena akurasi hasil pemeriksaan KOH 20%
sangat tergantung dari beberapa faktor yaitu tempat pengambilan sampel, panjang
kuku, bentuk dari matriks kuku yang bisa menyebabkan kesalahan pada hasil
analisis kalium hidroksida (KOH 20%). Data ini sejajar dengan penelitian yang
dilakukan oleh F.Rizal pada tahun 2011 yang mengatakan bahwa akurasi hasil
KOH 20% sangat dipengaruhi oleh cara pengambilan spesimen.8 Seterusnya
sampel dibiarkan selama 24 jam dan diamati dibawah mikroskop untuk
mengetahui apakah adanya struktur jamur (spora atau hifa). Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa terdapat 31 sampel (51,7%) dengan nilai yang positif dan 29
sampel (48,3%) dengan nilai negatif.
- Hasil KOH 20%

Hasil KOH 20% : Positif


(Gambaran Mikroskopis)

Keterangan:
Spora dan Hifa dijumpai

Hasil KOH 20% : Negatif


18
(Gambaran Mikroskopis)

Keterangan:
Spora dan Hifa tidak dijumpai
2. Pembahasan Hasil Kultur
Sampel yang positif pada pemeriksaan kalium hidroksida (KOH 20%)
ditanam pada media Saboraud Dextrose Agar untuk pembiakan kolonisasi
jamur. Dari hasil kultur didapatkan bahwa pertumbuhan jamur terjadi pada 23
sampel (74,2%) dan pertumbuhan jamur tidak terjadi pada 8 sampel (25,8%)
karena tidak adanya kolonisasi jamur pada observasi terakhir. Data ini setara
dengan penelitian yang dilakukan oleh R.Vivekananthan pada tahun 2014
mengatakan bahwa kegagalan pertumbuhan jamur terjadi apabila distal kuku
dimana kebanyakan jamur sudah mati diambil sebagai spesimen.

19
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah kami recreated, maka dapat disimpulkan tujuan dan
hasil penelitian sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa jamur golongan nondermatofita
mempunyai angka yang tertinggi sebanyak 74%, jamur golongan dermatofita dengan
angka yang terendah sebanyak 5,4% dan jamur golongan yeasts dengan angka
sebanyak 21,7%.
2. Dari hasil jenis kelamin didapatkan jumlah sampel yang terbanyak adalah perempuan
(37 sampel) dibanding laki-laki (23 sampel).
3. Dari hasil pemeriksaan KOH 20% didapatkan adanya 31 sampel (51,7%) kuku jari
tangan dengan hasil positif dan 29 sampel (48,3%) mempunyai hasil negative.
4. Dari hasil kultur didapatkan adanya pertumbuhan jamur pada 23 sampel (74,2%) dan
tidak ada pertumbuhan jamur pada 8 sampel (25,8%).
5. Dari hasil kultur jamur dermatofita, dijumpai jamur Trichophyton Violaceum
sebanyak 1 sampel (100,0%).
6. Dari hasil kultur jamur nondermatofita, jamur yang paling banyak dijumpai adalah
Aspergillus spp sebanyak 14 sampel (82,4%).
B. Saran
Saran yang ingin kami sampaikan yaitu:
1. Diharapkan untuk menjaga kebersihan kuku jari tangan demi mencegah flora normal
kuku berubah menjadi patogen yang bisa menyebabkan infeksi pada kuku jari tangan.
2. Diharapkan untuk meningkatkan pengetahuan terhadap hiegenitas kuku jari dengan
membiasakan untuk sering memotong kuku dan mencuci tangan sebelum makan.

20
DAFTAR PUSTAKA
Smith, E. B., & Lachapelle, J.-M. (1986). Onychomychosis, (Superficial Fungus Infection of
the Nail, Tinea Unguium, Ringworm of the Nails). (A.Rook, L. C. Parish, & J. M.
Beare, Eds.) Philadelphia: J.B Lippincott Company.

Raj Navin.2017. “Identifikasi Jamur Pada Kuku Jari Tangan Mahasiswa Angkatan 2013
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara”. Fakultas Kedokteran. Kedokteran.
Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sri wahyuningsih.2015. “Pemeriksaan Jamur Kuku (onikomikosis) Pada Kuku Pekerja Sawah
di Desa Candimulyo Jombang . STIKES Insan Cendekia Medika. Jombang.

Baran, R., Dawber, R. PR., Haneke, E., Tosti, A. and Bristow, I., 2003. A Text Atlas of Nail
Disorders. 3rd ed. USA: Taylor & Francis.

Baron S, 1996. Medical Microbiology. 4th edition : Chapter 6: Normal Flora

Ravi, VA., 2014. Gambaran Dermatofita Dan Nondermatofita Pada Kuku Jari Tangan
Penjual Minuman Dan Buah-buahan Yang Berjualan Di Lingkungan Universitas
Sumatera Utara, Medan. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46536/7/Cover.pdf

21

Anda mungkin juga menyukai