Anda di halaman 1dari 14

Laporan Pengamatan Mikroskopik Fungi

Anisha Nurul Hapsari

P27903119058

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA

2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................4

B. Tujuan Praktikum....................................................................................4

C. Menfaat Praktikum..................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Fungi........................................................................................................5

B. Trichophyton sp.......................................................................................6

C. Penicillium...............................................................................................7

D. Microsporum canis..................................................................................8

BAB III METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan........................................................................................9

B. Cara Kerja..............................................................................................10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan..................................................................................11

B. Pembahasan...........................................................................................12

2
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan............................................................................................13

B. Saran......................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diantara tumbuhan – tumbuhan rendah ( bercahaya ), maka golongan ganggang alga
dan golongan jamur merupakan kelanjutan daripada golongan bakteri. Apakah golongan
ganggang itu langsung menjadi golongana bakteri ataukah jamur yang menjadi
kelanjutan langsung dari bakteri. Hali ini sangat sukar ditentukan. Peninjauan secara
morfologi dan fisiologi menemukan suatu golongan bakteri , yaitu ordo
chlamydobacterialos, yang dapat dipandang sebagai pangkal pertumbuhan golongan
ganggang , hal mana dapat diketahui dari sifat – sifatnya mengenai adanya lapisan lendir
yang mengelubungi tubuh organisme tersebut, akan tetapi pembiakannya dengan
menggunakan konidia itu lebih menggenangkan kepada sifat jamur ( Dwidjoseputro,
2005 ).
Selanjutnya golongan jamur itu demikian luasnya sehingga penguasaannya dibidang
ilmu pengetahuan memerlukan keahlian tersendiri bidang itu disebut mikologi. Hanya
jamur – jamur tingkat rendah masuk dalam bidang mikrobiologi ( Dwidjoseputro,
2005 ).
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukan praktikum ini yaitu :
a. Untuk mengetahui ciri-ciri mikroskopis jamur
b. Untuk mengidentifikasi jenis-jenis jamur
C. Manfaat Praktikum
a. Menjadikan pengetahuan dan keterampilan seorang mahasiswa ATLM
b. Menambah wawasan mengenai ciri dan karakteristik fungi
c. Mengetahui Bentuk Mikroskopis jenis fungi

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Fungi
Fungi merupakan organisme eukariotik berdinding sel dari kitin, tidak berklorofil,
bersifat heterotrof. Anggota fungi ada yang uniseluler (berukuran mikroskopis) dan ada
juga yang multiseluler (berukuran mikrooskopis dan makroskopis). Bentuk tubuh dari
jamur bervariasi dari berbentuk oval (jamur uniseluler) sampai berbentuk benang atau
membentuk tubuh buah (jamur multiseluler). Jamur yang berupa benang membentuk
lapisan seperti kapas, bercak atau embun tepung (mildew) pada permukaan subtrat tempat
hidupnya pada buah dan makanan. Jamur multiseluler memiliki sel memanjang berupa
benang-benang yang disebut hifa dan pada jamur tertentu hifa memiliki sekat yang
disebut septum. Jamur yang hifanya tidak bersekat disebut hifa senositik. Tubuh jamur
tersususn dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut
meselium. Meselium memyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.
Karakteristik fungi jamur adalah sebagai berikut ;
1. Kandungan air
Pada umumnya jamur benang lebih tahan terhadap kekeringan dibanding khamir
atau bakteri. Namun demikian, batasan ( pendekatan ) kandungan air totol pada
makanan yang baik untuk pertumbuhan jamur dapat diestimasikan, dan dikatakan
bahwa kandungan air dibawah 14 – 15 % pada biji – bijian atau makanan kering dapat
mencegah atau memperlambat pertumbuhan jamur.
2. Suhu
Kebanyakan jamur termasuk dalam kelompok mesofilik, yaitu dapat tumbuh pada
suhu normal. Suhu optimum untuk kebanyakan jamur sekitar 25O C – 30O C, namun
beberapa tumbuh baik pada suhu 25O C – 37O C atau lebih, misalnya pada spesies
Aspergilis.s.p
3. Kebutuhan oksigen dan derajat keasaman
Jamur benang biasanya bersifat aerob, yang membutuhkan oksigen untuk
pertumbuhannya. Kebanyakan jamur dapat tumbuh pada interval PH yang luas ( PH
2.0 – 8.5 ), walaupun pada umumnya jamur lebih suka pada konidia asam.
4. Kebutuhan makanan ( Nutrisi )
Jamur pada umumnya mampu menggunakan bermacam – macam makanan dari
yang sederhana sampai yang kompleks. Kebanyakan jamur memiliki bermacam –
macam enzim hidrolit, yaitu amylase, pektinose, proteinose, dan lipase.
B. Tricophyton sp.
Trichophyton sp. merupakan jamur yang termasuk dalam golongan
Deuteromycetes atau jamur tidak sempurna (fungi imperfecti), karena selama
hidupnya hanya memiliki fase vegetatif (fase aseksual) saja, yaitu melalui
pembentukan konidia. Fase generatifnya (fase seksual) tidak ditemukan (Prianto,
2001).
Secara mikroskopis, Trichophyton sp. memiliki hifa dengan beberapa
percabangan, umumnya cabang-cabang yang dimiliki pendek dan merupakan hasil
dari pertunasan hifa. Hifa atau miselium tersebut umumnya tidak bersekat, kecuali
pada hifa yang akan membentuk atau menghasilkan konidia.
Konidia yang dimiliki Trichophyton sp. dapat berbentuk makrokonidia
maupun mikrokonidia. Makrokonidia yang dimiliki berbentuk pensil dan terdiri dari
beberapa sel, sedangkan mikrokonidia berbentuk lonjong dan berdinding tipis. Jamur
Trichophyton sp. pada media pertumbuhan memperlihatkan hifa atau miselium yang
halus berwarna putih dan tampak seperti kapas, meskipun kadang dapat juga berwarna
lain tergantung dari pigmen yang dimilikinya (Saputra, 2014).
1. Trichophyton rubrum
Koloni tipikal Trichophyton rubrum mempunyai permukaan seperti kapas
yang berwarna putih dan mempunyai pigmen tidak dapat berdifusi
berwarna merah pekat bila dilihat dari sisi koloni sebaliknya.
Mikrokonidia berukuran kecil dan piriformis (berbentuk buah pir) (Jawetz,
2008:641).

Gambar . (sumber : Mekkes, 2014)


2. Trichophyton mentagrophytes

6
Koloni Trichophyton mentagrophytes dapat berbentuk seperti kapas dan
granula, kedua tipe memperlihatkan kelompok mikrokonidia sferis yang
berbentuk seperti anggur. Hifa yang melingkar atau berbentuk spiral
(Jawetz, 2008:641).

Gambar . (sumber : Mekkes, 2014)

C. Penicillium
Penicillium sp. adalah genus fungi dari ordo Hypomycetes, filum Ascomycota.
Penicillium sp. memiliki ciri hifa bersepta dan membentuk badan spora yang disebut
konidium. Konidium berbeda dengan sporangim, karena tidak memiliki selubung
pelindung seperti sporangium.

Penicillium sp. merupakan jamur yang berkembang biak secara aseksual dengan
membentuk konidium yang berada di ujung hifa. Setiap konidium akan tumbuh menjadi

7
jamur baru. Konidium berwarna kehijauan dan dapat hidup di makanan, roti, buah -
buahan busuk, kain, atau kulit. Penicillin juga banyak tersebar di alam secara alami dan
penting dalam mikrobiologi pangan. Kapang ini sering menyebabkan kerusakan pada
sayuran, buah-buahan dan serealia. Penicillium juga digunakan dalam industri untuk
memproduksi antibiotik.
Beberapa spesies Penicillium memproduksi racun pada makanan/pakan ternak yang
menyebabkan keracunan pada manusia dan binatang. Konidia Penicillium menyerupai
manik-manik kaca jika dilihat dengan mikroskop (Dube, 1990). Banyaknya konidia yang
berwarna hijau, biru, atau kuning sangat berpengaruh pada warna dari berbagai spesies
Penicillium.

D. Microsporum canis
Microsporum canis merupakan salah satu genus penyebab dermatofitosis atau
tinea yang paling banyak menginfeksi kulit kepala (Tinea capitis). Seperti halnya
dermatofit lainnya, Microsporum canis mampu memecah keratin sehingga dapat
hidup pada kulit dalam keadaan tidak infasif. Seperti keratinase, enzim proteinase,
dan elastase jamur merupakan faktor virulensinya (Soedarto, 2015).
Microsporum canis termasuk kedalam organisme fungi dermatofit zoofilik
yaitu organisme fungi yang menyerang terutama kulit kepala dan kulit rambut yang
umumnya hidup dan tumbuh pada hewan (kucing dan anjing). Penyebaran meluas
diseluruh dunia. Microsporum canis merupakan fungi dan memiliki hifa yang
bersepta, dan maksokonidia serta mikrokonidia sebagai alat reproduksinya.
Koloni dalam Agar Sabouraud berbentuk datar, menyebar, berwarna putih
hingga krem,dengan permukaan seperti kapas yang padat yang dapat menunjukkan
beberapa alur radial. Koloni biasanya memiliki strain emas kuning kecoklatan dan
pigmen kuning terbalik, tetapi koloni yang tidak memiliki pigmen juga dapat terjadi.
Makrokonidia biasanya berbentuk gelendong dengan 5-15 sel, verrucose, berdinding

8
tebal dan sering memiliki tombol terminal, 35-110 x 12-25 μm. Beberapa
mikrokonidia berbentuk pyriform hingga clavate. Makrokonidia atau mikrokonidia
sering tidak diproduksi pada media isolasi primer dan dianjurkan sub-kultur dibuat
menjadi lacrimal Agar atau direbus dengan memoles di atas butir beras untuk
merangsang sporulasi (Watanabe, 1937).

Gambar . (Sumber : IR Nabwiyah, 2019)

9
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


a. Alat
• Objek glass
• Mikroskop
• Minyak emersi
b. Bahan
• Sampel

B. Cara Kerja
a. Siapkan alat dan bahan
b. Siapkan mikroskop
c. Letakkan objek glass yang sudah ditanam jamur pada meja objek
d. Lakukan pengamatan mikroskopis

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan

11
B. Pembahasan
Jamur yang berupa benang membentuk lapisan seperti kapas, bercak atau embun
tepung (mildew) pada permukaan subtrat tempat hidupnya pada buah dan makanan.
Jamur multiseluler memiliki sel memanjang berupa benang-benang yang disebut hifa
dan pada jamur tertentu hifa memiliki sekat yang disebut septum. Jamur yang hifanya
tidak bersekat disebut hifa senositik. Tubuh jamur tersususn dari komponen dasar
yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut meselium. Meselium
memyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.
Secara mikroskopis, Trichophyton sp. memiliki hifa dengan beberapa
percabangan, umumnya cabang-cabang yang dimiliki pendek dan merupakan hasil
dari pertunasan hifa. Hifa atau miselium tersebut umumnya tidak bersekat, kecuali
pada hifa yang akan membentuk atau menghasilkan konidia.
Penicillium sp. adalah genus fungi dari ordo Hypomycetes, filum Ascomycota.
Penicillium sp. memiliki ciri hifa bersepta dan membentuk badan spora yang disebut
konidium. Konidium berbeda dengan sporangim, karena tidak memiliki selubung
pelindung seperti sporangium. Microsporum canis merupakan fungi dan memiliki hifa
yang bersepta, dan maksokonidia serta mikrokonidia sebagai alat reproduksinya.

12
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Pengamatan mikroskopis beberapa jenis fungi ini, didapatkan jika
mikroskopis fungi yang didapatkan sama seperti yang kita lihat pada beberapa
literatur. Fungi yang didapatkan pada pengamatan ini yaitu, Trichophyton
rubrum, Trichophyton mentagrophytes, Penicillium,dan Microsporum canis.
B. SARAN
Semoga untuk praktikum selanjutnya, bisa dilakukan untuk masing-
masing mahasiswa membuat sediaan preparatnya agar dapat melatih
keterampilan. Dan membuat mahasiswa untuk mengamati bentuk mikroskopis
fungi tersebut.

13
DAFTAR PUSTAKA

D Alfiana.2018.Trichophyton sp. diakses http://repository.unimus.ac.id dilihat


pada 17 juni 2021 pada pukul 11.04 WIB
Sunartatie, Titiek.2019.Trichophyton mentagrophytes Sebagai Agen Penyebab
Dermatofitosis Pada Kambing. Institut Pertanian Bogor
Larasati Maris, Z. Alma.2019.Trichophyton rubrum dan Trichophyton
mentagrophytes. Diakses pada http://repository.poltekkes-tkj.ac.id dilihat
pada 17 juni 2021 pada pukul 11.17 WIB
Majidah, Lilis.2020.Identifikasi Microsporum canis pada Kucing Liar.STIKes
Insan Cendekia Medika Jombang

14

Anda mungkin juga menyukai