Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MYASIS

DISUSUN OLEH :

NAMA : NANDA NURSABRINA

NIM : P07134118033

KELAS :A

PRODI/JURUSAN : D-IV ANALIS KESEHTAN

TINGKAT/SEMESTER : II/ IV

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

TAHUN PELAJARAN 2019-2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Myasis”.

Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pembelajaran mata kuliah
Parasitologi III semester IV tahun 2020. Adapun tujuan utama penyusunan makalah ini adalah
untuk memahami jenis-jenis lalat penghisap darah dan yang tidak menghisap darah beserta
myasis dan mekanisme infeksinya pada manusia, sebagai sumber dan media pembelajaran
kepada mahasiswa untuk meningkatkan kualitas pengetahuan dan pengalaman melalui tugas
yang dosen berikan.

Dengan tersusunnya makalah ini kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Erna Kristinawati, S.Si, M.Sc selaku pembimbing mata kuliah Parasitologi III
2. Kepada kedua orang tua kami yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan sehingga
bisa menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk
perbaikan makalah ini.Atas kritik dan sarannya saya ucapkan terimakasih. Dan semoga karya
tulis ini dapat memberi manfaat bagi masyarakat luas dan khususnya kita sebagai pelajar.

Mataram, 28 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................1
C. TUJUAN.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3

A. DEFINISI MYASIS ....................................................................................3


B. PENYEBAB MYASIS.................................................................................5
C. MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP.......................................................6
D. GEJALA KLINIS........................................................................................7
E. DIAGNOSIS.................................................................................................7
F. PENGOBATAN...........................................................................................7

BAB III PENUTUP..................................................................................................9

A. KESIMPULAN.............................................................................................9
B. SARAN..........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................10

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Serangga dalam hidupnya sebagai parasit, dapat pula menimbulkan penyakit pada hospes
yang dihinggapinya. Penyakit ini disebabkan karena kehadiran serangga dewasa atau larva yang
menimbulkan iritasi atau kerusakan pada hospes dimana parasit ini hidup. Pada paper ini akan
dibahas mengenai penyakit Myasis yang disebabkan oleh lalat Chrysomya bezziana.

Myasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infestasi larva lalat kedalam suatu jaringan
hidup manusia dan hewan. Penyakit ini sering ditemukan pada Negara-negara dengan
masyarakat golongan sosial ekonomi kelas rendah. Diantara lalat penyebab myasis di dunia,
Chrysomya bezziana mempunyai nilai medis yang penting karena bersifat obligatif parasit.
Infestasi myasis pada jaringan akan mengakibatkan berbagai gejala tergantung pada lokasi yang
dikenai.

Larva yang menyebabkan myasis dapat hidup sebagai parasit di kulit, jaringan subkutan, soft
tissue, mulut, traktus gastrointestinal, system urogenital, hidung, telinga dan mata. Higiene yang
buruk dan bekerja pada daerah yang terkontaminasi, melatarbelakangi infestasi parasit ini.
Manifestasi klinik termasuk pruritus, nyeri, inflamasi, demam, eosinofilia dan infeksi sekunder.
Penyakit ini jarang menyebabkan kematian.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi myasis?


2. Apa saja penyebab myasis?
3. Bagaimana morfologi dan siklus hidupnya?
4. Bagaimana gejala klinis, diagnosis, dan pengobatannya?

1
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi myasis
2. Untuk mengetahui penyebab myasis
3. Untuk mengetahui morfologi dan siklus hidup
4. Untuk mengetahui gejala klinis, diagnosis dan cara pengobatannya

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI MYIASIS

Myiasis atau belatungan adalah infestasi larva lalat pada jaringan tubuh hewan
hidup dan manusia. Larva atau biasa disebut dengan nama belatung ini hidup dari
makanan yang berupa jaringan hidup, jaringan nekrotik, atau bahan makanan yang
sedang dicerna di dalam saluran pencernaan induk semang pada kasus myiasis saluran
pencernaan. Dari banyak jenis lalat penyebab myiasis terdapat beberapa diantaranya
sebagai penyebab myiasis obligat atau myiasis dimana belatungnya hanya dapat hidup di
dalam jaringan induk semang yang hidup saja. Larva atau belatung dari jenis ini dikenal
dengan nama screwworm, sedangkan lalatnya dikenal dengan nama lalat screwworm atau
screwworm fly. Ada dua kelompok besar lalat screwworm di dunia yang masing-masing
menempati belahan dunia yang berbeda ialah the new world screwworm fly atau dikenal
dengan nama spesiesnya sebagai Cochliomyia hominivoraxyang terdapat di benua
Amerika dan the old world screwworm fly yang dikenal dengan nama spesiesnya sebagai
Chrysomya bezziana yang terdapat di Afrika dan Asia termasuk di Malaysia, Indonesia,
Philipina dan Papua New Guinea.

Di Indonesia sendiri terdapat dua jenis myiasis obligat ialah klawmyiasis atau
hoofmyiasis yang disebabkan oleh larva lalat Booponus intonsus Aldrich, 1923
(Kraneveld dan Schaaf, 1937), yang menurut penulisnya dikatakan bahwa myiasis pada
kuku sapi di daerah Minahasa ini telah dilaporkan oleh dinas peternakan sejak 1926, dan
myiasis yang lebih penting adalah yang disebabkan oleh larva lalat C. bezziana
(Kraneveld dan Pettinga, 1948) yang terdapat di seluruh wilayah di Indonesia.

3
Untuk dapat berkembang menjadi larva kemudian lalat dewasa, telur lalat
membutuhkan waktu sekitar 9-21 hari. Lalat dapat menempelkan telurnya melalui
makanan, bangkai, ternak, maupun kulit manusia.

Beberapa kondisi yang memungkinan telur lalat berkembang di dalam tubuh antara lain:

1. Makanan yang terpapar lalat

Mengonsumsi makanan yang terpapar lalat secara terus-menerus, bisa mengakibatkan


perkembangan telur lalat. Kondisi ini dapat terjadi pada individu yang menetap di
kawasan dengan tingkat kebersihan yang buruk.

2. Daya tahan tubuh yang lemah

Saat memiliki daya tahan tubuh yang lemah, sistem pertahanan tubuh tak mampu
menghancurkan telur lalat yang kemudian berkembang di dalam tubuh. Selain daya tahan
tubuh lemah, telur lalat juga dapat berkembang di dalam tubuh pengidap diabetes dan
penderita penyakit kardiovaskular.

3. Luka terbuka

Lalat hijau juga dapat memasukkan telurnya melalui luka terbuka yang tak diobati. Telur
lalat yang masuk melalui lapisan kulit, dapat berkembang di dalam tubuh.

4. Ternak sapi dan kambing

Hewan ternak seperti sapi dan kambing merupakan “sarang” berkembangnya lalat hijau.
Tak heran, peternak memiliki risiko mengalami myiasis.

Beberapa istilah myiasis yang terjadi pada mamalia disesuaikan dengan lokasi
tempat terjadinya infestasi larva lalat. Sebagai contoh, dalam tubuh hewan atau manusia
dapat terjadi miasis lambung, miasis perut, miasis dubur, miasis saluran kencing, miasis
telinga, miasis mata, miasis kulit, miasis hidung (Hardwood dan James, 1979)

4
Dari aspek paratisme, miasis dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu miasis fakultatif
dan miasis obligat. Bentuk miasis yang terjadi secara tidak sengaja disebt accidental
miasys atau miasis yang terjadi secara kebetulan. Bentuk miasis yang terjadi secara
kebetulan dapat terjadi pada manusia bilamana seseorang secara tidak sengaja menelan
atau memakan buah atau makanan yang di dalamnya terpapar telur larva.

B. PENYEBAB MYASIS

Miasis adalah infestasi larva lalat ke dalam jaringan atau alat tubuh manusia atau binatang
vertebrae. Larva itu hidup dari jaringan mati dan atau jaringan hidup, cairan badan atau makanan di
dalam usus hospes.

Menurut sifat larva lalat sebagai parasit, miasis dibagi menjadi :

1.         Miasis spesifik ( obligat ). Pada miasis ini larva hanya dapat hidup pada jaringan tubuh
manusia dan binatang. Telur diletakkan pada kulit utuh, luka, jaringan sakit atau rambut hospes.
Contoh : larva Callitroga macellaria, Chrysomyia bezziana.

2.         Miasis semispesifik (fakultatif). Pada miasis ini larva lalat selain dapat hidup pada bagian
busuk dan sayuran busuk, dapat hidup juga pada jaringan tubuh manusia, misalnya : larva
Wohlfahrtia magnifica.

3.         Miasis aksidental. Pada miasis ini telur tidak diletakkan pada jaringan tubuh hospes, tetapi
pada makanan atau minuman, yang secara kebetulan tertelan lalu di usus tumbuh menjadi larva.
Contoh : larva Musca domestica dan Piophila casei.

Secara klinis miasis dibagi menjadi :

1.      Miasis kulit/ subkutis. Larva yang diletakkan pada kulit utuh atau luka mampu membuat
teerowongan yang berkelok-kelok sehingga terbentuk ulkus yang luas. Contoh : larva
Chrysomyia bezziana.

5
2.      Miasis nasofaring. Biasanya terjadi pada anak dan bayi, khususnya mereka yang mengeluarkan
secret dari hidungnya dan yang tidur tanpa kelambu. Larva mampu menembus kulit dan
menembus ulkus. Dari seorang dewasa pernah dikeluarkan 200 ekor larva lalat. Contoh : larva
Chrysomyia bezziana dan larva Hypoderma lineatum.

3.      Miasis intestinal. Sebagian besar terjadi secara kebetulan karena menelan makanan yang
terkontaminasi telur atau larva lalat. Telur menetas menjadi larva di lambung dan menyebabkan
rasa mual, munta, diare dan spasme abdomen. Larva juga dapat menimbulkan luka pada dinding
usus. Contoh : larva Musca domestica dan Piophila casei.

4.      Miasis urogenital . Beberapa spesies lalat pernah ditemukan dalam vagina dan urin. Miasis ini
dapat menyebabkan piuria, uretritis, dan sistitis. Contoh : larva Musca domestica dan larva
Chrysomyia bezziana.

5.      Miasis mata ( oftalmomiasis ). Larva dapat mengembara di jaringan dan bagian lain dari mata.
Contoh : Chrysomyia bezziana.

C. MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP

Lalat termasuk dalam kelompok serangga yang berasal dari subordo Cyclorrapha dan


ordo Diptera. Secara morfologi, lalat mempunyai struktur tubuh berbulu, mempunyai antena yang
berukuran pendek dan mempunyai sepasang sayap asli serta sepasang sayap kecil (berfungsi menjaga
kestabilan saat terbang). Lalat mampu terbang sejauh 32 km dari tempat perkembangbiakannya.
Meskipun demikian, biasanya lalat hanya terbang 1,6-3,2 km dari tempat tumbuh dan berkembangnya
lalat.

Lalat juga dilengkapi dengan sistem penglihatan yang sangat canggih, yaitu adanya mata
majemuk. Sistem penglihatan lalat ini terdiri dari ribuan lensa dan sangat peka terhadap gerakan.
Bahkan ada beberapa jenis lalat yang memiliki penglihatan tiga dimensi yang akurat. Model
penglihatan lalat ini juga menjadi “ilham” bagi ilmuwan kedokteran untuk menciptakan sebuah alat
pencitraan (scan) baru.

Mata lalat dapat mengindra getaran cahaya 330 kali per detik. Ditinjau dari sisi ini, mata lalat
enam kali lebih peka daripada mata manusia. Pada saat yang sama, mata lalat juga dapat mengindra
frekuensi-frekuensi ultraviolet pada spektrum cahaya yang tidak terlihat oleh kita. Perangkat ini
memudahkan lalat untuk menghindar dari musuhnya, terutama di lingkungan gelap.

6
Siklus hidup semua lalat terdiri dari 4 tahapan, yaitu telur, larva, pupa dan lalat dewasa. Lalat
dewasa akan menghasilkan telur berwarna putih dan berbentuk oval. Telur ini lalu berkembang
menjadi larva (berwarna coklat keputihan) di feses yang lembab (basah). Setelah larva menjadi
dewasa, larva ini keluar dari feses atau lokasi yang lembab menuju daerah yang relatif kering untuk
berkembang menjadi pupa. Dan akhirnya, pupa yang berwarna coklat ini berubah menjadi seekor lalat
dewasa. Pada kondisi yang optimal (cocok untuk perkembangbiakan lalat), 1 siklus hidup lalat
tersebut (telur menjadi lalat dewasa) hanya memerlukan waktu sekitar 7-10 hari dan biasanya lalat
dewasa memiliki usia hidup selama 15-25 hari.

D.  GEJALA KLINIS

Gejala klinis myasis sangat bervariasi dan tidak spesifik tergantung pada bagian tubuh yang
diinfestasi larva, yaitu demam, inflamasi, pruritus, pusing, vertigo, pembengkakan, dan
hipereosinofilia. Kondisi tersebut dapat diperparah dengan adanya infeksi sekunder oleh bakteri.
Penanganan myasis pada hewan cukup praktis dibandingkan dengan manusia yang umumnya
dilakukan dengan pembedahan (operasi) pada bagian tubuh yang terserang (Ardhana, 2005).

E. DIAGNOSIS

Diagnosis dibuat dengan menemukan larva lalat yang dikeluarkan dari jaringan tubuh, lubang
tubuh atau tinja dilanjutkan dengan diagnosis spesies dengan cara melakukan identifikasi spirakel
posterior larva. Cara lain adalah dengan memelihara larva hingga menjadi lalat dewasa lalu
diidentifikasi.

F. PENGOBATAN

Tindakan medis yang akan dilakukan pada kondisi myasis adalah membersihkan luka dari
kotoran dan belatung. Kemudian dilakukan kuretasi untuk membersihkan jaringan yang mati, baru
kemudian dijahit bila memungkinkan. Tentu terlebih dahulu diberikan antibiotika seperlunya untuk
menghentikan infeksi dan mempercepat kesembuhan. Apabila kerusakan hanya tebatas pada jaringan
otot, tingkat kesembuhannya cukup tinggi. Dalam waktu kurang lebih seminggu setelah dilakukan
tindakan medis biasanya luka sudah sembuh. Namun apabila kerusakan mengenai organ tubuh yang

7
lain, misalnya organ dalam ( rongga dada atau rongga perut ), tingkat kesembuhannya tergantung
pada tingkat kerusakan organ tersebut. Apabila mengenai bola mata bisa menjadi buta. Jika
menyerang telinga bisa menjadi tuli (Mahmud, 2008).

Pengobatan myasis dapat dilakukan dengan cara perendaman (dipping) rutin dua kali seminggu
dengan mencampur 6 liter Ecoflee dengan 3 m3 air. Larutan ini dapat digunakan selama 1,5 tahun dan
dilaporkan cukup efektif untuk pengendalian penyakit myasis. Berbagai preparat telah dicoba untuk
mengobati ternak yang menderita myasis yaitu asuntol, lezinon, rifcord 505 dan campuran kapur,
bensin serta vaselin. Ramuan yang dilaporkan cukup efektif untuk pengobatan myiasis di Makasar,
yaitu campuran dari 50 gr Iodium, 200 ml alkohol 75% dan 5 ml Ecoflee yang selanjutnya ditambah
air hingga 1 liter. Ramuan ini langsung dioleskan pada luka yang mengandung larva sehingga larva
keluar dan luka menjadi mengecil. Pengobatan ini dilakukan dua kali dalam seminggu (Mahmud,
2008). Sedangkan yang pengobatan yang diterapkan di BPTU Indrapuri adalah dengan membersihkan
luka, selanjutnya dilakukan pemberian antibiotik Penstrep dan atau Vet-Oxy, dan disemprot dengan
Gusanex dan atau Limoxsin spray.

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Myasis (belatung) merupakan infestasi larva lalat ke dalam suatu jaringan hidup hewan
berdarah panas. Penyakit ini sering ditemukan pada Negara-negara tropis dan sering
menyerang hewan ternak dan juga hewan kesayangan. Lalat Chrysomya bezziana merupakan
salah satu vector penyebab penyakit myasis dikarenakan mempunyai nilai medis yang
penting dan bersifat obligat parasit dan menimbulkan kerugian ekonomis. Kasus myasis pada
hewan sering terjadi akibat pasca partus (myasis vulva) yang diikuti oleh pemotongan tali
pusar anaknya (myasis umbilikus) atau akibat luka traumatika.

Gejala klinis myasis sangat bervariasi yaitu hewan menjadi tidak tenang, nafsu makan
menurun, lemah, letih, lesu, suka bersembunyi menghindari lalat. Kondisi ini diperparah
dengan adanya infeksi sekunder. Cara pencegahan dari myasis adalah dengan menghindari
terjadinya kelukaan pada hewan dan menurunkan angka populasi lalat penyebab myasis serta
pengobatannya dengan memberikan antibiotik, antiseptik, dan minyak ikan.

B. SARAN

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/9852161/miasis

http://repository.unimus.ac.id/356/3/13.%20BAB%202.pdf

http://www.atlm.web.id/2016/10/makalah-myasis.html

10

Anda mungkin juga menyukai