Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PANCASILA

“Penerapan Sila Ke-4 Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan”

KELOMPOK 4
KETUA :
Anisya Aulia Lestari (2019710155)
ANGGOTA :
1. Clara Andayu Daemonika (2019710020)
2. Dhona Magfirah (2019710151)
3. Fanny Azhar Rafa Vicanty (2019710139)
4. Irheina Rizki Vernanda (2019710115)
5. Meiga Indah Sari (2019710153)
6. Nurnida Ashoffa (2019710125)
7. Nisrina Ayu Syafa Kamila (2019710124)
8. Syifa Tiara Nabila (2019710142)
9. Indah Febriza (2019710156)
10. Winalda Eka Pratiwi (2019710149)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah Pancasila ini dengan tepat
pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini kami mengupayakan sehingga dapat menghasilkan hasil yang
sesuai dengan harapan kami. Untuk itu, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini
Tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak
kekeurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, kami
meminta maaf dan membuka selebar-lebarnya pintu bagi Dosen Pengampu dan para pembaca
jika ingin memberikan kritik dan saran untuk makalah ini.

Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Dan kami
berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembacanya dan dapat memenuhi harapan
dari berbagai pihak. Aamiin.

Wassalammu’alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh

Tangerang Selatan, 26 Desember 2019

Kelompok 4

I
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………. I
Daftar Isi……..…………………………………………………………………………………. II
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan...................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

1. Hak dan Kewajiban Warga Negara.................................................................................... 2


2. Musyawarah untuk Mencapai Mufakat............................................................................... 3
3. Musyawarah Dilakukan dengan Akal Sehat dan Sesuai Hati Nurani ..................................... 3
4. Menyampaikan Aspirasi Masyarakat melalui DPR atau Lembaga Legislatif ......................... 4
5. Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) .................................................................................... 5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................................... 7
B. Saran.............................................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 8

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila adalah suatu ideologi dan dasar negara yang menjadi landasan dari segala
keputusan yang dihasilkan oleh bangsa Indonesia, serta mencerminkan kepribadian dari
bangsa Indonesia itu sendiri sebagai pandangan hidup bangsa, tujuan hidup bangsa, dan
pedoman bagi bangsa. Sebagai warga negara yang baik, seharusnya mempelajari dan
menghayati pancasila sebagai ideologi negara dan pandangan hidup bangsa adalah kewajiban
setiap warga negara Indonesia. Oleh karena itu, sudah menjadi hak dan kewajiban kita
mengamalkan atau mengimplementasikan pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Makalah ini membahas tentang sila ke-4 Pancasila, yakni “Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”. Sila ini mengutamakan
musyawarah dan perwakilan dalam mengambil keputusan atau sebuah rencana. Terdapat juga
Implementasi atau penerapan lain dari sila ke-4 Pancasila, yaitu mengakui persamaan hak dan
kewajiban sebagai warga negara, menyampaikan aspirasi masyarakat melalui lembaga
legislatif, dan implementasi-implementasi lainnya yang akan di bahas pada makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa makna Pancasila sila keempat?
2. Apa Implementasi dari sila keempat?
3. Bagaimana dampak dari Implementasi tersebut?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui makna Pancasila terutama sila keempat
2. Untuk mengetahui Pengamalan atau Implementasi Pancasila dari sila keempat

1
BAB 2
PEMBAHASAN

Pancasila berperan sebagai Ideologi Negara, Falsafah hidup, serta pedoman hidup pada era
demokrasi ini. namun, pada kenyataannya fungsi dan kedudukan Pancasila belum ter-implementasi
sepenuhnya pada kehidupan sehari-hari. Padahal sudah disebutkan bahwa sila keempat memiliki arti
sebagai berikut :

1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat

2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain

3. Mengutamakan budaya bermusyawarah dalam mengambil keputusan bersama

4. Bermusyawarah sampai mencapai kata “mufakat” dengan semangat kekeluargaan.

Dari keempat arti tersebut, memiliki penerapan atau implementasi nya masing-masing dalam
kehidupan sehari-hari, sebagai berikut :

1. Hak dan Kewajiban Warga Negara

Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan sesuatu yang mestinya kita terima atau bisa
dikatan sebagai hal yang selalu kita lakukan dan orang lain tidak boleh merampasnya entah secara
paksa atau tidak. Kewajiban adalah suatu hal yang wajib kita lakukan demi mendapat hak atau
wewenang kita. sebagai contoh implementasi dari hak dan kewajiban dalam kehidupans sehari-hari
yaitu berhak mendapatkan perlindungan hukum (pasal 27 ayat 1), bebas untuk memilih dan memeluk
agama yang dipercayai (Pasal 29 ayat 2), wajib berperan serta dalam membela, mempertahankan
kedaulatan negara Indonesia dari serangan musuh, (Pasal 30 ayat 1), wajib menghormati hak asasi
manusia orang lain (pasal 28 J ayat 1).

Contoh penyimpangan hak dan kewajiban dalam kehidupan sehari-hari:

1. Tidak mentaati peraturan lalu lintas

Banyak sekali pelajar yang memakai sepeda motor demi memudahkan perjalanan ke sekolah
namun kenyataannya, banyak pelajar yang belum mempunyai SIM tetap membawa kendaraan
pribadi.

2
2. Membayar pajak

Setiap orang yang tertanggung, wajib membayar pajak sesuai ketentuannya. Karena sudah ada
ketentuannya dalam UUD 1945.

3. Perlindungan hukum

Sebagai salah satu warga negara Indonesia, kita diberi hak dan jaminan perlindungan hukum
namun beberapa warga negara belum mendapatkan hak dan jaminan perlindungan yang seharusnya
didapatkan.

Penyebab dari penyimpangan hak dan kewajiban adalah sikap terlalu mementingkan diri,
rendahnya kesadaran akan berbangsa dan bernegara serta toeransi, penyalahgunaan kekuasaan, aparat
penegak hukum yang kurang tegas, dan penyalahgunaan teknologi.

2. Musyawarah untuk Mencapai Mufakat

Musyawarah adalah upaya dalam memecahkan permasalahan secara bersama dalam mengambil
keputusan atau mencari jalan keluar untuk mencapai mufakat atau saling setuju. Salah satu
implementasi atau penerapan musyawarah mufakat ini adalah pemilihan presiden Ir. Soekaro. Namun,
dalam penerapannya saat ini terdapat beberapa penyimpangan yang terjadi. Pertama, musyawarah-
mufakat untuk menjabat tetap membutuhkan dana triliunan. Penyebabnya karena musyawarah-
mufakat menjadi bagian dari Bargaining Position untuk menyelamatkan Interest politik dan ekonomi.
Selain itu, terdapat juga penyimpangan musyawarah-mufakat dalam pengambilan keputusan di DPR
yang dijadikan alat Delaying. Penyebabnya adalah karena mereka yang mengutamakan musyawarah-
mufakat biasanya mereka yang berada dalam posisi politik yang kalah. Sehingga, terus-menerus
memaksakan Delaying dalam pengambilan keputusan.

3. Musyawarah Dilakukan dengan Akal Sehat dan Sesuai Hati Nurani

Setiap pengambilan keputusan dalam melaksanakan suatu musyawarah haruslah sesuai dengan
akal sehat dan sesuai hati nurani agar keputusan tersebut dapat diterima oleh semua kalangan yang
berkaitan dengan musyawarah tersebut. Menggunakan akal sehat dan sesuai hati nurani ,erupakan
cerminan sikap takwa kepada tuhan sehingga keputusan tidak bertentangan dengan hukum tuhan.
Apabila musyawarah tidak dipatuhi maka tujuan dari keputusan tersebut tidak akan tercapai dan
disamping itu pula akan muncul banyak permasalahanyang lain bila kita melanggar keputusan
tersebut.

3
Berikut ini adalah bentuk sikap dan perilaku yang tidak mematuhi keputusan bersama atau
musyawarah :

a. Melanggar keputusan dengan cara tidak mau melaksanakan isi keputusan

b. Lari dari tanggung jawab yang harus dipikulnya

c. Tidak mau menghargai pendapat orang lain untuk tidak melaksanakan hasil keputusan

d. Memprovokasi orang lain untuk tidak melaksanakan hasil keputusan

e. Mensabotase hasil keputusan dengan cara licik dan sebagainya


Perilaku tersebut akan berakibat pada hancurnya keputusan yang telah disepakati bersama. Sikap
itupun bisa memicu terjadinya konflik berkepanjangan. Oleh karena itu kita sebagai manusia wajib
menghargai dan menghormati hasil keputusan dengan penuh tanggung jawab dan ikhlas.

4. Menyampaikan Aspirasi Masyarakat melalui DPR atau Lembaga Legislatif

Indonesia telah menunujukkan identitasnya sebagai negara demokrasi dengan tertulisnya


perundang-undangan yang mendukung masyarakatnya untuk beramai-ramai mengemukakan
pendapatnya. Hal penyampaian aspirasi itu telah diatur dalam perundang-undangan di antara lain :
Dalam pasal 28 UUD 1945 (Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan
lisan dan tulisan) dan UU No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan pendapat di Muka
Umum. Selain itu kebebasan menyampaikan pendapat telah tercantum pula secara hukum
internasional dalam Pasal 29 Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia.

Bentuk penyampaian pendapat di muka umum dapat dilaksanakan dengan:

1. Unjuk rasa atau demontrasi;

2. Pawai;

3. Rapat umum; dan atau

4. Mimbar bebas.

Berikut ini adalah pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan saat penyampaian aspirasi:

a. Menyatakan permusuhan, kebencian atau penghinaan terhadap suatu atau beberapa golongan rakyat
Indonesia;

4
b. Mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan yang bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau
penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia;

c. Menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan tulisan atau lukisan di muka umum yang
mengandung pernyataan permusuhan, kebencian atau penghinaan di antara atau terhadap
golongangolongan rakyat Indonesia;

d. Lisan atau tulisan menghasut supaya melakukan perbuatan pidana atau kekerasan terhadap
penguasa umum atau tidak menuruti ketentuan undang-undang maupun perintah jabatan;

e. Menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan yang menghasut supaya
melakukan perbuatan pidana, menentang penguasa umum dengan kekerasan.

5. Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN)

KKN merupakan suatu tindakan yang sangat merugikan bagi seluruh kalangan masyarakat atau
negara dan menguntungkan satu pihak tertentu yang berasal dari kalangan pemilik kekuasaan
berlebih. Korupsi sendiri merupakan suatu perbuatan buruk untuk memperkaya diri sendiri dan
biasanya berupa penggelapan uang yang merugikan keuangan negara. Contohnya kasus yang kerap
terjadi di jajaran pemerintah seperti kasus korupsi seorang bupati di Kabupaten Cianjur yang mana
bupati tersebut menggelapkan uang anggaran untuk masyarakat dan bupati tersebut dipilih dan
dipercayai oleh masyarakat tetapi melanggar hukum, melanggar janji, dan menghilangkan
kepercayaan masyarakat.

Kolusi merupakan tindakan seperti persekongkolan, persepakatan kedalam hal yang tidak baik.
Contohnya, melakukan kesepakatan atau bekeja sama ketika ujian yang jelas-jelas ujian itu bersifat
individu dan tidak boleh terikat kerjasama ketika sedang melaksanakanya.

Nepotisme berarti (bersifat selektif) atau privilege yang mana pihak yang memiliki hubungan
atau relasi akan relatif di untungkan dibandingkan orang yang memiliki kemampuan.

Akibat dari KKN :

1. Pemborosan sumber-sumber
2. Gangguan terhadap penanaman modal pihak yang dirugikan
3. Terbuangnya keahlian

5
Cara menanggulangi KKN :

1. Kesadaran individu
2. Pemerintah dan Perangkat Kenegaraan menegakkan peraturan perundang-undangan mengenai
KKN
3. Selalu dekat dengan Tuhan

Secara sedehana sila ke-4 memiliki makna demokrasi. Demokrasi dimana kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan adalah pemimpin yang di
pimpin oleh rakyat atas kesepakatan bersama,bersifat musyawarah, adil, cerdas, bijaksana, jujur,
serta dilakukan melalui tatanan dan tuntunan permusyawatan/perwakilan. Kesadaran bertanggung
jawab sesuai keyakinan keagamaan masing-masing, menghormati nilai-nilai keadilan sosial serta
beradab, dan menjunjung kesatuan nasional demi menuju persatuan Indonesia.

Sila ke-4, merujuk pada segala aspek harus berdasarkan hakekat rakyat tidak ada golongan atau
individu, negara berdasarkan atas permusyawaratan dan kerjasama berdasarkan atas kekuasaan
rakyat. Negara didirikan untuk kepentingan seluruh rakyat dan kebahagiaan masyarakat dijamin oleh
negara maka seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) akan terpenuhi kesejathteraannya.

6
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setiap warga negara Indonesia harus menghayati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia serta makna-makna dan nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam setiap sila salah satunya
sila ke-4 yang berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan.”

Kerakyatan yang berarti kekuasaan tertingi berada di tangan rakyat,oleh rakyat, dan untuk rakyat
seperti makna dari demokrasi. Hikmat kebijaksanaan berarti selalu mempertimbangkan persatuan dan
kesatuan bangsa. Permusyawaratan yang berarti memutuskan sesuatu melalui musyawarah untuk
mufakat. Perwakilan yang berarti atau merujuk pada badan perwakilan rakyat.

Adapun implementasi dari penerapan sila ke-4 sebagai berikut :

1. Hak dan Kewajiban Warga Negara


2. Musyawarah untuk mencapai mufakat
3. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai hati nurani
4. Menyampaikan aspirasi masyarakat melalui DPR atau lembaga legislatif
5. Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN)

B. SARAN

1. Selain mengetahui, menjunjung tinggi, dan mengimplementasikan makna dari sila ke-4,
sebaiknya menjauhi penyimpangan dari nilai pancasila dari sila ke-4
2. Selalu melakukan hal positif yang sesuai dengan sila ke-4

7
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2019. http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila : 11 Desember 2019

Anda mungkin juga menyukai