NIM : 1104621057
Kelas : C/2021
2. Jelaskan analisis saudara mengapa dalam RPP jenis dan waktu pelaksanaan strategi
pembelajaran harus relevan dan sistematis!
Analisis:
Menurut analisis saya, jenis dan waktu pelaksanaan strategi pembelajaran
merupakan salah satu komponen dari identitas pembelajaran pada RPP, sedangkan
relevan dan sistematis merupakan salah satu prinsip dari penyusunan RPP. Oleh karena
itu, jenis dan waktu dalam strategi pembelajaran merupakan hal yang tidak dapat
terpisahkan dengan seluruh prinsip-prinsip dalam penyusunan RPP.
Dari definisinya, strategi pembelajaran merupakan cara inovatif dan terpadu dari
pendidik yang terdiri dari tujuan pembelajaran, alokasi waktu pembelajaran, pendekatan
pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan taktik pembelajaran.
Dalam pelaksanaannya, komponen strategi pembelajaran yang efektif tidak dapat
terpisahkan satu sama lain karena jenis strategi pembelajaran yang efektif adalah
strategi pembelajaran yang komponen-komponenennya harus relevan dan sistematis.
Sedangkan alokasi waktu merupakan identitas pembelajaran dalam penyusunan RPP
yang mementingkan dan mempertimbangkan kompetensi dasar yang akan dipenuhi
peserta didik yang dilihat dari keberagaman dan karakteristik setiap mereka.
Relevan yang dimaksud dalam penyusunan RPP adalah lingkup penyajian materi,
susunan penyajian materi, parameter kesulitan penyajian materi harus sesuai dan cocok
dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif, emosional, dan sosial dari
peserta didik atau warga belajar. Sistematis yang dimaksud dalam penyusunan RPP
adalah komponen-komponen RPP (identitas pembelajaran, tema pembelajaran, standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
metode, kegiatan pembelajaran, media pembelajaran, dan penilaian pembelajaran) yang
saling berkaitan secara fungsional harus disusun secara urut dan runtut agar dapat
memenuhi tujuan dan manfaat dari penggunaan RPP dalam proses pembelajaran, salah
satu tujuan dan manfaat penggunaan RPP adalah memberikan pedoman dan acuan kerja
jangka pendek. Dengan demikian, penyusunan jenis dan alokasi waktu strategi
pembelajaran dalam RPP harus memperhatikan prinsip relevan dan sistematis.
3. Jelaskan hasil analisis saudara tentang metode deduktif dan induktif dalam praktik
pelatihan pengolahan sampah menjadi kompos di Jakarta Timur!
Analisis:
Menurut analisis saya, metode deduktif adalah metode yang menetapkan
kebutuhan pembelajaran yang sama antara warga belajar satu dengan yang lainnya sesuai
dengan kebutuhan yang paling dominan yang dialami oleh warga belajar. Berikut ciri-ciri
dan karakteristik:
Identifikasi kebutuhan pelatihan yang dilakukan secara umum dengan
sasaran yang luas
menetapkan kebutuhan pelatihan (belajar) untuk peserta pelatihan yang
memiliki karakteristik yang sama, pelaksanaan identifikasinya dilakukan
pengajuan pertimbangan kepada semua peserta pelatihan (sasaran)
Hasil identifikasi diduga dibutuhkan untuk keseluruhan peserta pelatihan
(sasaran) yang memiliki ciri-ciri yang sama. Hasil identifikasi macam ini
digunakan dalam menyusun materi pelatihan (belajar) yang bersifat massal
dan menyeluruh. Hal ini sebagaimana telah dilakukan dalam menetapkan
kebutuhan pelatihan minimal untuk peserta pelatihan dengan sasaran
tertentu seperti melihat latar belakang pendidikan, usia, atau jabatan, dan
sebagainya. Kemudian, hasil identifikasi dikembangkan ke proses
pembelajaran dalam pelatihan yang lebih khusus.
Kelebihan dari metode deduktif dapat dilihat dari hasil identifikasi dapat
diperoleh dari sasaran yang luas, sehingga ada kecenderungan
penyelesaiannya menggunakan harga yang murah, dan relatif lebih efesien
dibanding dengan tipe induktif karena informasi kebutuhan belajar yang
diperoleh dapat digunakan untuk penyelenggaraan proses belajar dalam
pelatihan secara umum.
Kelemahan metode deduktif dapat dilihat dari segi keefektivitasannya.
Peserta pelatihan (sasaran) cenderung yang memiliki karakteristik yang
sama akan memanfaatkan dan membutuhkan hasil identifikasi tersebut.
Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa keanekaragaman peserta
pelatihan (sasaran) cenderung memiliki minat dan kebutuhan belajar yang
berbeda.
Kebutuhan belajar hasil identifikasi model deduktif termasuk jenis
kebutuhan terduga (expected needs) dalam pengertian bahwa peserta
pelatihan (sasaran) pada umumnya diduga membutuhkan jenis kebutuhan
belajar tersebut. Hal menarik bahwa, pernyataan jenis kebutuhan bisa
tidak diungkapkan oleh diri peserta pelatihan (sasaran) secara langsung,
tetapi oleh pihak lain yang diduga memahami tentang kondisi peserta
pelatihan (sasaran). Oleh karena itu, kebosanan belajar, tidak adanya
motivasi, malas, dapat terjadi dalam pelatihan karena bahan belajar yang
dipelajari oleh warga belajar kurang sesuai dengan kebutuhan belajar yang
dirasakannya.
Selain metode deduktif, terdapat metode induktif, yaitu metode yang cenderung
menekankan pada usaha yang dilakukan dari pihak yang terdekat, langsung, dan bagian-
bagian ke arah pihak yang luas, dan menyeluruh. Berikut ciri-ciri dan karakteristik dari
metode induktif:
Pendekatan ini diusahakan secara langsung pada kemampuan yang telah
dimiliki setiap Sasaran didik (pelatihan), kemudian membandingkannya
dengan kemampuan yang diharapkan atau harus dimiliki sesuai dengan
tuntutan yang datang kepada dirinya. Model ini digunakan untuk
mengidentifikasi jenis kebutuhan belajar yang bersifat kebutuhan terasa
(felt needs) atau kebutuhan belajar dalam pelatihan yang dirasakan
langsung oleh peserta pelatihan. Pelaksanaan identifikasinya pun harus
dilakukan secara langsung kepada peserta pelatihan itu sendiri. Oleh
karena itu, model pendekatan ini digunakan bagi peserta pelatihan yang
sudah pasti hadir pada proses pembelajaran dalam pelatihan.
Kelebihan model induktif adalah dapat diperoleh informasi yang langsung,
dan tepat mengenai jenis kebutuhan Peserta pelatihan, sehingga
memudahkan kepada tutor untuk memilih materi pelatihan (belajar) yang
sesuai dengan kebutuhan tersebut.
Kekurangan dari metode induktif adalah dalam menetapkan materi
pendidikan yang bersifat menyeluruh, dan umum untuk peserta pelatihan
yang banyak dan luas akan membutuhkan waktu, dana, dan tenaga yang
banyak karena setiap peserta pelatihan yang mempunyai kecenderungan
ingin atau harus belajar dimintai informasinya mengenai kebutuhan
pelatihan yang diinginkan.
Dalam pelatihan pembuatan pupuk kompos dari sampah di daerah Jakarta Timur,
penggunaan metode deduktif dan induktif adalah keputusan yang tepat untuk dilakukan
karena kedua metode tersebut saling memenuhi satu sama lain. Analisis yang dihasilkan
dari metode deduktif dapat dipakai untuk penggunaan metode induktif. Metode deduktif
dapat menghasilkan hasil identifikasi dalam pembelajaran yang rinci dan deskriptif
beserta analisisnya. Sedangkan metode induktif dapat digunakan selanjutnya bagi warga
belajar untuk merealisasikan hasil analisis dari kebutuhan pembelajaran dan hal terkait
lainnya agar dapat terimplementasi secara konkret dan dapat langsung berdampak bagi
kesejahteraan warga belajar, dalam hal ini warga belajar dapat diarahkan dan dibimbing
untuk langsung mempraktikkan ilmu dan pengetahuan yang telah dipelajari pada metode
deduktif. Sebagai contoh, ilmu dan pengetahuan dari pembelajaran terkait pengolahan
sampah organik menjadi pupuk kompos yang telah dipelajari menggunakan metode
deduktif dapat dipasarkan dan diperjualbelikan dengan tujuan pembangunan ekonomi di
Jakarta Timur. Oleh karena itu, metode bervariasi harus dikembangkan dan
diimplementasikan oleh tutor kepada warga belajar agar dapat menerapkan metode
deduktif dan induktif.
4. Jelaskan analisis saudara terkait jenis metode dan teknik pembelajaran dalam
pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui praktik pengelolaan pertanian anggur di
Tangerang!
Analisis:
Menurut analisis saya terhadap sumber-sumber yang ada, berkaitan dengan bonus
demografi yang dialami Indonesia di era ini, salah satu masyarakat daerah Neglasari,
Bapak Etnis Sutisna yang merupakan RT di daerah tersebut, mempelopori budidaya
tanaman anggur untuk dapat menjadi peluang pembangunan ekonomi masyarakat Kota
Tanggerang. Bapak Sutisna merupakan lulusan SMA, tetapi sumber edukasi Bapak
Sutisna terkait budidaya tanaman berasal dari Ibunya. Kemudian, pada tahun 2018, beliau
mulai mengenal Korda Tangerang. Mulai saat itu, Bapak Sutisna diajarkan bagaimana
teknik budidaya tanaman anggur yang dimulai dari cara menyemai bibit anggur serta
belajar stek dan grafting. Awalnya Bapak Sutisna mengedukasi di daerah kontrakan,
tetapi karena kesungguhan dan tekadnya, Pak Sutisna berhasil membuat Kampung
Anggur Sari. Beliau membagikan koleksi bibit anggur ke masyarakat sekitar untuk di
tanam. Penanaman di lorong kampung pun di lakukan pada pertengahan tahun 2019,
kontinu hingga saat ini.
Terkait edukasi masyarakat daerah Neglasari, Bapak Sutisna menjadi pendidik
atau tutor bagi warga atau masyarakat sekitar karena beliau sangat menyukai, peduli, dan
tertarik dengan tanaman. Bapak Sutisna memberikan edukasi menggunakan metode
bervariasi, dari mulai metode ceramah (memberikan dasar-dasar dan tahap-tahapan
budidaya anggur), metode demonstrasi (mempraktikkan tahapan demi tahapan terkait
budidaya anggur, dan metode tanya-jawab (memberikan kesempatan kepada masyarakat
untuk bertanya mengenai hal yang kurang dimengerti terkait budidaya tanaman anggur).
Terkait teknik yang dilakukan Beliau dalam memberikan edukasi kepada masyarakat
sekitar, beliau menggunakan teknik-teknik, seperti memotivasi dan mendorong warga
agar dapat mempraktikan budidaya tersebut di wilayah sekitar tempat tinggal setiap
warga.
5. Implementasi program-program RPTRA memerlukan pendekatan, metode dan teknik yg
relevan. Berikan contoh dari program-program RPTRA di wilayah saudara!
Analisis:
Saya tinggal di Kota Jakarta Timur, tepatnya di Jalan Malaka II/2 Nomor 29,
Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan Duren Sawit, 13460. Di jalan Bunga Rampai Raya,
Kelurahan Malaka Jaya, Kecamatan Duren Sawit, terdapat Ruang Publik Terpadu Ramah
Anak (RPTRA). RPTRA Bunga Rampai dibangun oleh pemerintah Kota Jakarta Timur
pada tahun 2019. Saya menganalisis program yang ada di RPTRA Bunga Rampai
tersebut.
Saat ini, program di RPTRA Bunga Rampai dibagi menjadi dua ragam layanan:
A. Layanan khusus Anak
a. Program Perpustakaan Ramah Anak
Pada program ini, anak-anak diberikan kesempatan secara luas untuk
membaca buku di ruang perpustakaan yang ada.
b. Program Posyandu
Pada program ini, balita dan lansia diperbolehkan untuk mengikuti
kegiatan posyandu. Namun, ketika pandemi sedang marak-maraknya,
kegiatan posyandu tidak dapat diadakan secara rutin. Pada saat ini
pandemi sudah tidak diberlakukan sepenuhnya, program posyandu sudah
mulai dilaksanakan.
c. Program Olahraga Ramah Anak
Pada program ini, anak-anak dari berbagai kalangan, seperti anak dari
PAUD, anak TK atau KB, atau masyarakat umum dibebaskan untuk
memakai fasilitas berupa tempat olahraga dn alat-alat bermain anak
dengan tujuan untuk dapat meningkatkatkan kecerdasan dan kemampuan
anak melalui kegiatan fisik dan juga menjadi sarana anak-anak untuk
bersosialisasi, bersilahturahmi dan bermain dengan teman sebayanya.
d. Program Kreatif Anak
Pada program ini, anak-anak diharapkan dapat menggunakan berbagai
fasilitas yang ada di RPTRA Bunga Rampai dengan sebaik-baiknya. Peran
orang tua atau pendidik sebagai pendamping, fasilitator, dan pembimbing
merupakan peran yang penting dan krusial dalam hal mendampingi anak-
anak ketika mereka bermain. Para pendamping anak dapat membentuk dan
menciptakan permainan dan pembelajaran, atau bahkan elaborasi dari
belajar dan bermain untuk anak-anak agar kegiatan mereka dapat
terkonsep dan bermanfaat bagi perkembangan kognitif, fisik, sosial, dan
moral anak.
e. Program Kelompok Bermain dan PAUD
Pada program ini, RPTRA Bunga Rampai menyediakan tempat
beraktivitas dan bermain bagi para peserta didik PAUD adan KB. Selain
itu, terdapat Program Bina Keluarga Balita melalui penyuluhan yang
disampaikan oleh kader BKB yamng merupakan Kepala PAUD.
B. Layanan Kepada Masyarakat Umum
a. 10 Program PKK
Pada program PKK ini, para kader PKK bertanggung jawab mengontrol
berbagai kegiatab yang mencakup 10 pokok dari program ini:
Pada program ini, masyarakat diharapkan untuk olahraga dengan baik dan
bebas. Sebagai contoh, terdapat salah satu program, yaitu senam lansia
untuk meningkatkan kesehatan masyarakat lansia dan mengembangkan
daya ingat atau mempertahankan dayar ingat dari lansia