Disusun Oleh:
Kelas: AB
Program Studi: Agroekoteknologi
Kelompok: Kopi
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2017
i
ii
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Kelompok : Kopi
Kelas : AB
Disetujui Oleh :
iii
iv
RINGKASAN
Kelas AB. Penanaman dan Perawatan Tanaman Kopi (Coffea sp.). Dibawah
bimbingan Anggi Saraswati dan Akbar Saitama SP.MP.
Kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu komoditas unggulan dalam sektor
perkebunan Indonesia. Kopi secara umum dibagi menjadi dua jenis yang dihasilkan
di Indonesia, yaitu kopi robusta dan kopi arabika. Total produksi kopi di Indonesia
mulai dari tahun 2011 sebesar 638.646 ton yang kedua terbesar ada pada tahun
2012, yaitu sebesar 691.163 ton lalu setelah tahun 2012 tingkat produksi kopi
mengalami penurunan. Penurunan produksi diakibatkan oleh adanya pembaharuan
pohon kopi, penggunaan pupuk yang berlebihan pada tahun sebelumnya, kemarau
panjang, atau kesalahan pada pemotongan cabang kopi, sedangkan penurunan luas
lahan dapat terjadi karena adanya alih fungsi lahan. Peningkatan produktivitas dan
mutu hasil kopi dapat dilakukan dengan cara memperhatikan teknik budidaya
tanaman kopi mulai dari penanaman hingga perawatan. Perawatan tanaman kopi
dilakukan dengan cara pemangkasan batang yang tidak produktif dan pemupukan.
Praktikum Teknologi Produksi Tanaman di lakukan di lahan percobaan UB
Forest Dusun Sumbersari, Desa Tawang Argo dan Dusun Sumberwangi, Desa
Donowarih, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Penanaman dan
pemangkasan dilakukan pada tanggal 4 – 5 November 2017. Alat yang digunakan
pada kegiatan tanam, alat yang digunakan yaitu roll meter, tali, ajir (bambu setinggi
1 m), cangkul, timba, timbangan, gunting pangkas dan sabit. Adapun bahan-bahan
yang dibutuhkan adalah bibit tanaman kopi, pupuk kandang serta pupuk anorganik
Urea dan SP36.
Hasil praktikum menunjukkan daya dukung lingkungan terhadap
pertumbuhan dan produktivitas tanaman kopi ditentukan oleh faktor biotik dan faktor
abiotik. Faktor biotik utama yang berkaitan dengan pertumbuhan tanaman kopi
adalah serangga, sedangkan cendawan merupakan faktor biotik kedua setelah
serangga. Serangan cendawan pada biji kopi dapat menyebabkan penurunan daya
kecambah, perubahan warna, bau apek, pemanasan pada biji-bijian, pembusukan,
perubahan komposisi kimia, peningkatan kadar asam lemak dan penurunan
kandungan nutrisi. Sedangkan, faktor abiotik yang terkait dengan daya dukung
lingkungan tumbuh tanaman kopi adalah curah hujan rata-rata tahunan dan rata-rata
lama bulan keringnya. Curah hujan kurang atau lebih daripada kisaran tertentu dapat
berdampak negatif terhadap pertumbuhan tanaman.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayat-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan
Besar Teknologi Produksi Tanaman “Penanaman dan Perawatan Tanaman Kopi
(Coffea L.)” dengan tepat waktu. Tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih
kepada Anggi saraswati selaku asisten kelas pada mata kuliah Teknologi Produksi
Tanaman.
Kami sangat berharap semoga laporan ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan bagi penulis maupun pembaca. Pada
penyusunan laporan ini kami sudah berusaha untuk bisa menyelesikan laporan ini
walaupun tersusun sangat sederhana dan masih banyak kekurangan. Sehingga
kami mengharapkan agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
RINGKASAN
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... v
1. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................ 2
2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 3
2.1 Sejarah dan Perkembangan Kopi di Indonesia ................................................ 3
2.2 Tanaman Kopi ................................................................................................... 5
2.3 Budidaya Tanaman Kopi ................................................................................... 9
3. BAHAN DAN METODE ...................................................................................... 12
3.1 Waktu dan Tempat .......................................................................................... 12
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................................ 12
3.3 Metode ............................................................................................................. 12
3.3.1 Tanam ...................................................................................................... 12
3.3.2 Pemangkasan .......................................................................................... 13
3.3.3 Pemupukan Anorganik ............................................................................. 13
4. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 14
4.1 Identifikasi Umum ............................................................................................ 14
4.2 Penanaman Tanaman Kopi ............................................................................ 15
4.3 Perawatan Tanaman Kopi............................................................................... 17
4.3.1 Penyiangan .............................................................................................. 17
4.3.2 Pemangkasan .......................................................................................... 18
4.3.3 Pemupukan .............................................................................................. 18
4.4 Hubungan Faktor Lingkungan dengan Pertumbuhan Tanaman .................... 19
5. KESIMPULAN ..................................................................................................... 23
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 24
LAMPIRAN ................................................................................................................. 27
ii
iii
DAFTAR GAMBAR
iii
iv
DAFTAR TABEL
iv
iv
DAFTAR LAMPIRAN
iv
1
1. PENDAHULUAN
Kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu komoditas unggulan dalam sektor
perkebunan Indonesia. Kopi secara umum dibagi menjadi dua jenis yang dihasilkan
di Indonesia, yaitu kopi robusta dan kopi arabika. Kopi jenis arabika dapat tumbuh
dengan baik didaerah yang memiliki ketinggian diatas 1.000 – 2.100 meter di atas
permukaan laut, sedangkan kopi robusta dapat tumbuh di ketinggian yang lebih
rendah daripada ketinggian penanaman kopi arabika, yaitu pada ketinggian 400-
800m di atas permukaan laut. Kopi di Indonesia memiliki luas areal perkebunan
yang mencapai 1,2 juta hektar. Dari luas areal tersebut, 96% merupakan lahan
perkebunan kopi rakyat dan sisanya 4% milik perkebunan swasta dan Pemerintah.
Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI, 2015).
Total produksi kopi di Indonesia mulai dari tahun 2011 sebesar 638.646 ton
yang kedua terbesar ada pada tahun 2012, yaitu sebesar 691.163 ton lalu setelah
tahun 2012 tingkat produksi kopi mengalami penurunan. Penurunan produksi
tersebut didasarkan oleh faktor cuaca dimana sering terjadi hujan. Namun pada
tahun 2015 Indonesia kembali mampu meningkatkan produktivitas kopinya dengan
total produksi yang mencapai 739.005 ton, jauh lebih besar daripada total produksi
kopi tahun 2012 (Kementerian Pertanian, 2015). Selain itu faktor penurunan
produksi dapat terjadi karena adanya pembaharuan pohon kopi, penggunaan pupuk
yang berlebihan pada tahun sebelumnya, kemarau panjang, atau kesalahan pada
pemotongan cabang kopi, sedangkan penurunan luas lahan dapat terjadi karena
adanya alih fungsi lahan (Indreswari, 2015).
Peningkatan produktivitas dan mutu hasil kopi dapat dilakukan dengan cara
memperhatikan teknik budidaya tanaman kopi mulai dari penanaman hingga
perawatan. Kegiatan penanaman diawali dengan pemiliahan varietas yang sesuai
dengan kondisi lahan, serta penentuan jarak tanam kopi yang disesuaikan dengan
kemiringan tanah. Pemupukan dilakukan dengan memperhatikan waktu, dosis dan
jenis pupuk serta cara pengaplikasiannya. Selain itu, perlu adanya pemangkasan
agar tanaman kopi tetap rendah sehingga mudah dalam perawatan, pembentukan
cabang-cabang produktif, mempermudah masuknya cahaya, serta mempermudah
pengendalian hama dan penyakit (Prastowo, 2010).
1
2
1.2 Tujuan
2
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah kopi di Indonesia dimulai pada tahun 1696 ketika Belanda membawa
kopi dari Malabar, India, ke Jawa. Mereka membudidayakan tanaman kopi tersebut
di Kedawung, sebuah perkebunan yang terletak dekat Batavia. Namun, upaya ini
gagal kerena tanaman tersebut rusak oleh gempa bumi dan banjir. Upaya kedua
dilakukan pada tahun 1699 dengan mendatangkan stek pohon kopi dari Malabar.
Pada tahun 1706 sampel kopi yang dihasilkan dari tanaman di Jawa dikirim ke
negeri Belanda untuk diteliti di Kebun Raya Amsterdam. Hasilnya sukses besar, kopi
yang dihasilkan memiliki kualitas yang sangat baik. Selanjutnya, tanaman kopi ini
dijadikan bibit bagi seluruh perkebunan yang dikembangkan di Indonesia. Belanda
pun memperluas areal budidaya kopi ke Sumatera, Sulawesi, Bali, Timor dan pulau-
pulau lainnya di Indonesia. Pada tahun 1878, hampir seluruh perkebunan kopi yang
ada di Indonesia terutama di dataran rendah rusak terserang penyakit karat daun
atau Hemileia vastatrix (HV). Pada saat itu semua tanaman kopi yang ada di
Indonesia merupakan jenis arabika (Coffea arabica). Untuk menanggulanginya,
Belanda mendatangkan spesies kopi liberika (Coffea liberica) yang diperkirakan
lebih tahan terhadap penyakit karat daun. Sampai beberapa tahun lamanya, kopi
liberika menggantikan kopi arabika di perkebunan dataran rendah. Di pasar Eropa
kopi liberika saat itu dihargai sama dengan arabika. Namun, tanaman kopi liberika
juga mengalami hal yang sama, rusak terserang karat daun. Kemudian pada tahun
1907, Belanda mendatangkan spesies lain yakni kopi robusta (Coffea canephora).
Usaha kali ini berhasil, hingga saat ini perkebunan-perkebunan kopi robusta yang
ada di dataran rendah bisa bertahan. Pasca kemerdekaan Indonesia tahun 1945,
seluruh perkebunan kopi Belanda yang ada di Indonesia di nasionalisasi dan sejak
itu Belanda tidak lagi menjadi pemasok kopi dunia (Nasution, 2006).
Saat ini perkembangan kopi di Indonesia terus mengalami kemajuan yang
cukup signifikan (Nuril, 2003). Beberapa daerah di Indonesia dikenal sebagai
penghasil kopi terbaik dunia. Lampung dikenal sebagai penghasil kopi terbesar di
Indonesia yang memiliki jenis kopi robusta. Di Pulau Sumatera saja misalnya banyak
jenis kopi berkualitas yang juga sudah dikenal hingga ke mancanegara. Seperti kopi
sidikalang dari Sumatera Utara, kopi mandailing dan kopi gayo dari Aceh dan
3
4
sebagainya. Di Jawa misalnya juga dikenal kopi malang yang mirip dengan yang
ada di Lampung, kopi bali dan masih banyak lagi jenis kopi yang lainnya. Indonesia
sebagai negara kepulauan nusantara memiliki pesona rasa kopi nusantara yang
sangat beragam dan rasanya pun merupakan rasa yang berstandar kualitas ekspor.
Salah satu keistimewaan kopi yang ada di Indonesia, seperti kopi sumatera adalah
perawatan dan pengelolaanya dilakukan dengan sangat intensif sehingga rasa dan
aroma yang dihasilkan bisa lebih baik. Selain itu, beberapa daerah di Indonesia juga
sudah mulai mengembangkan teknik budidaya tanaman kopi secara organik. Saat
ini jenis tanaman organik yang lebih sehat ternyata lebih diminati oleh para pecinta
kopi di tingkat dunia. Hal ini merupakan cara yang dilakukan oleh para petani kopi di
Indonesia untuk mempertahankan daya jual kopi Indonesia di tingkat dunia. Kopi
nusantara yang tersebar di beberapa kawasan di Indonesia umumnya memiliki
kualitas rasa yang cukup baik. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan
negara beriklim tropis dimana tanaman kopi akan sangat cocok tumbuh di kawasan
yang beriklim tropis. Kawasan pegunungan di Indonesia dengan curah hujan yang
cukup serta penetrasi cahaya matahari yang baik dan suhu tropis yang mendukung
membuat tanaman kopi yang ada di Indonesia bisa tumbuh dengan kualitas yang
baik. Bahkan untuk jenis kopi luwak misalnya, Indonesia bahkan diakui sebagai kopi
luwak terbaik di tingkat dunia.
Tidak heran apabila kopi merupakan salah satu komoditas unggulan yang
dikembangkan di Indonesia karena tergolong di dalam kategori komoditi penting
dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Peran kopi sebagai salah satu komoditas
ekspor yang menguntungkan telah dimulai sejak masa kolonial. Pada masa kolonial,
perkebunan menjadi penopang kehidupan perekonomian yang berbasis pada
ekonomi perkebunan. Berdasarkan pangsa pasar yang terus mengalami
peningkatan, kopi tidak hanya dibudidayakan oleh pemerintah kolonial, tetapi juga
oleh rakyat (Ekadinata, 2002). Kopi merupakan salah satu jenis tanaman
perkebunan yang sudah lama dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang
lumayan tinggi. Konsumsi kopi dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi
arabika dan 26% berasal dari spesies kopi robusta. Kopi berasal dari Afrika, yaitu
daerah pegunungan di Etopia. Namun, kopi baru dikenal oleh masyarakat dunia
setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya yaitu Yaman di
bagian selatan Arab, melalui para saudagar Arab (Rahardjo, 2012).
4
5
5
6
b) Batang
Kopi merupakan tumbuhan berkayu, memiliki batang yang tumbuh tegak ke
atas, dan berwarna putih keabu-abuan. Pada batang, terdapat dua macam tunas
yaitu tunas seri (tunas reproduksi) yang selalu tumbuh searah dengan tempat
tumbuh asalnya dan tunas legitim yang hanya dapat tumbuh sekali dengan arah
tumbuh yang membentuk sudut nyata dengan tempat aslinya (Arief, 2011).
6
7
d) Bunga
Pada umumnya, tanaman kopi berbunga setelah berumur sekitar dua tahun.
Bunga kopi berukuran kecil, mahkota berwarna putih dan berbau harum. Kelopak
bunga berwarna hijau, bunga tersusun dalam kelompok, masing-masing terdiri dari
4-6 kuntum bunga. Tanaman kopi yang sudah cukup dewasa dan dipelihara dengan
baik dapat menghasilkan ribuan bunga. Bila bunga sudah dewasa, kelopak dan
mahkota akan membuka, kemudian segera terjadi penyerbukan. Setelah itu bunga
akan berkembang menjadi buah. Waktu yang diperlukan sejak terbentuknya bunga
hingga buah menjadi matang ± 8-11 bulan, tergantung dari jenis dan faktor
lingkungannya (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009).
a b
7
8
Buah kopi umumnya mengandung dua butir biji tetapi ada juga buah yang
tidak menghasilkan biji atau hanya menghasilkan satu butir biji. Biji kopi terdiri atas
kulit biji dan lembaga. Secara morfologi, biji kopi berbentuk bulat telur, bertekstur
keras, dan berwarna putih kotor (Najiyati, 2012).
3. Syarat Tumbuh Tanaman Kopi
Kopi adalah suatu jenis tanaman yang terdapat di daerah tropis dan subtropis
yang dapat hidup di dataran rendah dan dataran tinggi. Kondisi lingkungan tumbuh
tanaman kopi yang berpengaruh terhadap produktivitas tanaman kopi adalah tinggi
tempat dan curah hujan. Menurut Ryan (2016), faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan kopi antara lain, ketinggian tempat, curah hujan, kondisi tanah,
intensitas cahaya, dan angin agar pertumbuhan tanaman kopi bisa optimal. Secara
garis besar, di Indonesia terdapat dua jenis kopi yang keduanya tumbuh dan
berkembang secara optimal pada dua kondisi iklim yang berbeda. Kedua jenis kopi
tersebut yaitu kopi arabika untuk dataran tinggi dan kopi robusta untuk dataran
menengah sampai rendah.
Kopi arabika merupakan jenis tanaman kopi yang dapat tumbuh optimal di
dataran tinggi. Kopi arabika tumbuh baik dengan citarasa yang bermutu pada
ketinggian di atas 1000 meter dari permukaan laut. Menurut Rahardjo (2012), kopi
arabika adalah jenis tanaman dataran tinggi antara 1250-1850 meter dari
permukaan laut dengan suhu sekitar 17-21 ˚C. Kopi jenis lain yang berkembang di
Indonesia dalah kopi robusta. Kopi robusta merupakan jenis tanaman kopi yang
dapat tumbuh di daerah dataran menengah sampai rendah. Kopi robusta dapat
tumbuh optimal pada ketinggian dibawah 1000 meter dari permukaan laut. Menurut
Ryan (2016), tanaman kopi robusta tumbuh di dataran dengan ketinggian 400-700
meter di atas permukaan laut. Tanaman kopi robusta menghendaki curah hujan
2000-3000 mm per tahun.
Pada kopi, curah hujan sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman,
terutama selama proses pembungaan dan pembentukan buah. Pada umumnya,
tanaman kopi dapat tumbuh di area dengan kondisi tanah yang gembur dan subur
dengan pH sekitar 4,5-6,0. Pertumbuhan tanaman kopi dapat ditunjang dengan
penyinaran secara teratur. Tanaman kopi dapat tumbuh optimal apabaila mendapat
intensitas cahaya matahari secara langsung. Tanaman kopi termasuk tanaman yang
tidak tahan terhadap goncangan angin kencang. Selain merusak percabangan dan
8
9
9
10
1. Persiapan Lahan
Kondisi lahan menjadi salah satu faktor utama yang berpengaruh dalam
budidaya tanaman tak terkecuali untuk budidaya kopi, maka penting untuk terlebih
dahulu dalam mempersiapkan lahan yang nantinya digunakan sebagai kegiatan
budidaya tanaman kopi. Persiapan lahan dilakukan dengan pembersihan lahan dari
rumput serta tumbuhan liar. Rumput maupun tumbuhan liar sebaiknya dibabat dan
hasil pembabatan tidak dibakar melainkan ditumpuk dalam satu barisan sesuai
dengan barisan tanaman kopi, hal tersebut dilakukan bertujuan agar memberikan
stok humus pada tanah.
2. Pembuatan Lubang Tanam
Dalam pembuatan lubang tanam digunakan ukuran panjang, lebar serta
kedalaman sekitar 30 cm x 30 cm x 30 cm agar memberikan pertumbuhan yang baik
bagi perakaran tanaman kopi. Jarak yang digunakan antar tanaman kopi adalah 2
hingga 3 meter. Untuk kondisi lahan yang terjal atau memiliki kondisi lahan dengan
derajat kemiringan diatas 100 sebaiknya dibuat teras serta digunakan tanaman
naungan atau pelindung untuk mencegah terjadinya longsor yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada tanaman kopi. Agar lebih optimal, setelah lubang
tanam telah dibuat sebaiknya lubang tanam tersebut dibiarkan beberapa hari dan
kemudian diberikan pupuk kompos, hal tersebut bertujuan agar meminimalisir
adanya penyakit serta unsur berbahaya yang ada pada tanah.
3. Cara Penanaman
Penanaman tanaman kopi, dapat dilakukan dengan mengaduk kompos
dengan tanah dalam lubang kemudian membuat lubang seukuran polybag dan
masukkan bibit kopi yang akan ditanam secara hati-hati agar tanah yang berasal
dari polybag tidak pecah ataupun hancur dan pastikan agar leher akar tidak
tertanam karena mampu menghambat pertumbuhan tanaman kopi. Agar
pertumbuhan kopi dapat optimal maka sebaiknya penanaman dilakukan pada awal
musim hujan serta dilakukan penambahan kompos 0,5 kg per pohon setelah tiga
bulan penanaman.
4. Pemangkasan
Pemangkasan pada tanaman kopi bertujuan untuk mempertahankan
keseimbangan kerangka tanaman yakni dengan cara menghilangkan cabang-
cabang tidak berproduktif. Cabang tersebut meliputi cabang tua yang telah berbuah
10
11
2-3 kali, cabang balik, cabang liar, cabang yang saling tindih, tunas cacing, serta
cabang yang telah terserang hama dan penyakit tanaman.
a) Pemangkasan Bentuk
Dilakukannya pemangkasan bentuk agar membentuk kerangka pohon yang
diinginkan, dimana percabangan yang ditinggalkan letaknya lebih teratur, memiliki
arah yang menyebar dan juga produktif sehingga pertumbuhan cabang dapat lebih
kuat. Pemangkasan bentuk pada tanaman kopi dapat dilakukan dua kali yakni pada
usia tanaman 8-12 bulan dan pada tanaman berusia 1-2 tahun.
b) Pemangkasan Pemeliharaan
Pada pemangkasan pemeliharaan dapat dilakukan pada tanaman kopi yang
telah berusia 2-3 tahun dimana cabang yang harus dipangkas adalah percabangan
dibawah 40 cm supaya mampu mengurangi kelembaban di sekitar tanaman,
tanaman yang memiliki ketinggian lebih dari dua meter, tunas air agar tidak
menggangu pertumbuhan tanaman, tunas baru (wiwilan).
c) Pemangkasan Produksi
Pemangkasan produksi dilakukan pada tanaman kopi yang berada dalam
keadaan sudah siap berproduksi tinggi yakni dengan usia tanaman diatas 3 tahun.
5. Pemupukan
Pemberian pupuk sangat penting untuk pertumbuhan tanaman kopi karena
mampu menambah nutrisi bagi tanaman yang bertujuan untuk peningkatan hasil
produksi, meningkatkan kemampuan tanaman untuk tahan terhadap serangan hama
serta penyakit, memperbaiki kondisi tanah serta menambah kesuburan tanaman.
Pemupukan dalam budidaya tanaman kopi dapat menggunakan pupuk
organik maupun anorganik, keduanya memiliki tujuan yang sama yakni memenuhi
kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Waktu yang tepat untuk
dilakuannya pemupukan adalah pada awal musim hujan dan pada akhir musim
hujan agar pupuk mudah diserap oleh akar tanaman dan dilakukan setelah
selesainya kegiatan pemangkasan serta dibersihkan dari rumput dan tumbuhan liar.
Dalam pemberian pupuk organik dapat menggunakan pupuk kompos, pupuk
kandang maupun pupuk organik cair (POC).
11
12
Alat yang digunakan dalam kegiatan fieldtrip ini dibedakan berdasarkan jenis
kegiatannya. Pada kegiatan tanam, alat yang digunakan yaitu roll meter, tali, ajir
(bambu setinggi 1 m), dan cangkul. Kegiatan pemupukan anorganik digunakan alat
yaitu cangkul, timba, dan timbangan. Pada kegiatan pemangkasan digunakan
gunting pangkas dan sabit. Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan
tanam yaitu bibit tanaman kopi dan pupuk kandang. Pada kegiatan pemupukan
dibutuhkan pupuk Urea, SP36 dan KCl, dan pada kegiatan pemangkasan
dibutuhkan tanaman kopi menghasilkan (TM).
3.3 Metode
Pada kegiatan filedtrip komoditas kopi terdapat beberapa metode yang
dilakukan. Adapun metode-metode tersebut adalah tanam, pemupukan pupuk
anorganik dan pemangkasan.
3.3.1 Tanam
Penanaman kopi menggunakan bibit yang sudah disemai terlebih dahulu
yang berumur sekitar 6-8 bulan dan mempunyai tinggi 30 cm. Kemudian
menetapkan titik awal untuk membuat jarak tanam dan mengatur jarak tanam
dengan pola tunggal 2,5 x 2,5 m. Lubang tanam dibuat menggunakan cangkul pada
tempat yang telah ditandai ajir dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm dengan posisi
ajir tepat berada di tengah lubang tanam. Tanah hasil galian lapisan atas (top soil)
pada kedalam 0 – 20 cm diletakkan di sebelah kanan lubang, kemudian tanah hasil
galian lapisan bawah (sub soil) pada kedalaman 20 - 40 cm tersebut diletakkan di
12
13
sebelah kiri lubang. Setelah itu, tanah hasil galian lapisan atas (top soil) dicampur
dengan pupuk kandang sebanyak 1 - 2 kg atau 1 timba kecil. Kemudian tanah top
soil dimasukkan terlebih dahulu kedalam lubang tanam. Setelah lubang tanam terisi
tanah lapisan atas, lalu memasukkan tanah lapisan bawah (sub soil) pada lubang
tanam. Setelah lubang tanam terisi penuh, beri tanda ajir tepat ditengah. Selanjutnya
melepaskan bibit tanaman kopi yang sudah di siapkan dari polibagnya dengan hati-
hati sehingga akar bibit tetap terbungkus dengan tanah. Jika akar tunggang terlalu
panjang maka dapat dipotong. Lalu membuat lubang tanam dengan cangkul kecil
atau tangan sesuai dengan tanah yang membungkus akar, tepat ditengah ajir.
Kemudian meletakkan bibit dengan pangkal batang berada diatas permukaan tanah.
Setelah bibit tertanam, tanah di sekeliling bibit dipadatkan menggunakan telapak
tangan agar bibit tidak tergerus air hujan dan tidak mudah roboh. Langkah terakhir
adalah dengan meletakkan ajir dengan panjang 10 cm di sisi tanaman untuk
menandai bahwa tanaman baru di tanam.
3.3.2 Pemangkasan
Kegiatan pemangkasan dilakukan agar tanaman kopi dapat tumbuh dengan
baik dan produktif. Pemangkasan yang dilakukan yaitu pemangkasan pemeliharan.
Kemudian kopi TM yang telah dipilih dipangkas pada bagian cabang tidak produktif
menggunakan sabit atau gunting pangkas. Cabang tidak produktif meliputi tunas
air/wiwilan, tunas balik dan tunas cabang kering terserang hama/penyakit.
3.3.3 Pemupukan Anorganik
Pemupukan pada tanaman kopi diberikan pada saat pertumbuhan vegetatif
dan generatif pada tanaman kopi yang sudah menghasilkan umur diatas 4 tahun
(TM). Pemupukan di lakukan dengan memilih tanaman yang akan dipupuk terlebih
dahulu, kemudian menetapkan kriteria dan umur tanaman kopi tersebut. Pupuk yang
akan digunakan ditimbang terlebih dahulu yaitu dengan dosis pupuk: 90 kg N Ha-1
dan 72 kg P2O5 Ha-1 dengan hasil penimbangan disesuaikan dengan lahan yang
tersedia. Sebelum mengaplikasikan pupuk, daerah piringan pada tanaman kopi
dibersihkan terlebih dahulu dari gulma yang ada baru setelah itu dibuat alur
menggunakan cangkul di sekeliling piringan atau keliling kanopi kemudian pupuk
ditaburkan sesuai takaran lalu tutup dengan tanah.
13
14
14
15
Curah hujan juga termasuk salah satu faktor penting dalam penanaman kopi
selain kesesuaian ketinggian tempat. Berdasarkan data hasil praktikum lapang
diketahui curah hujan rata-rata di Dusun Sumbersari mencapai 1500-2000 mm.
Jumlah curah hujan di kedua tempat tersebut sudah mencukupi kebutuhan curah
hujan untuk mengoptimalkan pertumbuhan kopi. Pernyataan tersebut sesuai dengan
pernyataan Kandari (2013) bahwa tanaman kopi arabika tumbuh dengan optimal
dengan curah hujan antara 1300-2000 mm.
4.2 Penanaman Tanaman Kopi
Pada Penanaman bibit kopi, kegiatan yang dilakukan adalah persiapan
bahan tanam, pembuatan lubang tanam, pencampuran pupuk kandang, dan
penanaman bibit. Penanaman bibit kopi dilakukan pada 2 lokasi yaitu pada UB
Forest dan Dsn. Sumberwangi. Pada persiapan bahan tanam, hal pertama yang
dilakukan adalah memilih bibit kopi yang sehat. Hal ini karena pemilihan bibit dapat
menentukan hasil tingkat produksi tanaman. Bibit yang digunakan pada lahan di
Dusun Sumbersari adalah jenis kopi arabika. Bibit kopi yang dipakai merupakan bibit
yang masih kedalam fase vegetative. Menurut Edi (2014) bahwa pada fase vegetatif,
karakter tinggi tanaman kopi dan diameter batang kopi dapat digunakan sebagai
kriteria seleksi untuk produksi tinggi. Hal tersebut dijelaskan oleh Alnopri (2011)
bahwa kriteria seleksi genotipe tanaman kopi berdaya hasil tinggi dapat ditempuh
melalui pendekatan morfologi tanaman kopi yang digunakan sebagai kriteria seleksi
adalah sifat batang, sifat percabangan dan sifat buah.
Bibit kopi yang digunakan pada UB forest dan Dsn. Sumberwangi
menggunakan bibit yang digunakan dari perbanyakan yang berbeda. Pada UB forest
menggunakan bibit yang berasal dari okulasi, sedangkan bibit yang digunakan pada
Dsn. Sumberwangi menggunakan bibit stek. Pada bibit yang digunakan pada UB
forest menggunakan pembibitan melalui teknik vegetatif okulasi yang memiliki
banyak keuntungan dalam peningkatan produksi, diantaranya sifatnya akan sama
dengan induknya, lebih cepat berbiji, dan hasilnya akan lebih seragam. Hal ini
diperkuat dengan pernyataan Suwandi (2012) menyatakan bahwa perbanyakan
tanaman secara okulasi dapat memperbaiki jenis – jenis tanaman yang telah
tumbuh, sehingga jenis yang tidak diinginkan diubah menjadi jenis yang dikehendaki
dan dapat mempercepat berbuahnya tanaman.
15
16
16
17
pertumbuhan bibit kopi arabika.Tanah yang dicampur dengan pupuk kandang akan
menjadi lebih subur dan gembur.
Langkah terakhir adalah peletakan bahan tanam berupa bibit kopi dilakukan
dengan cara memasukkan tanah bagian atas (top soil) kedalam lubang meletakkan
bibit kopi kedalam lubang diatas tanah yang telah dicampurkan dengan pupuk
kandang dan kemudian menutupnya dengan tanah di bagian bawah (sub soil).
Tujuan peletakkan tanah dibalik adalah untuk menekan gulma yang tumbuh di
sekitar lubang tanam tanaman kopi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Umiyati dan
Kurniadi (2016) bahwa pembalikan tanah merupakan salah satu sistem olah tanah
sempurna dimana sistem olah tanah ini bertujuan untuk memberikan peluang bagi
biji gulma yang dorman untuk berkecambah yang kemudian gulma yang tumbuh
akibat sistem olah tanam sempurna ini dapat dengan segera dikendalikan dengan
cara pengendalian mekanis ataupun menggunakan cara pengendalian kimia berupa
aplikasi pestisida.
17
18
18
19
nutrisi pada tanaman. Pada tanaman kopi, pupuk anorganik diberikan pada saat
pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman kopi yang sudah menghasilkan
umur diatas 4 tahun (TM).
Pentingnya pemupukan untuk Tanaman kopi adalah menjaga daya tahan
tanaman, meningkatkan produksi dan mutu hasil serta menjaga agar hasil produksi
stabil tinggi. Seperti pada tanaman lainnya pemberian pupuk harus tepat waktu,
dosis, dan jenis pupuk serta cara pemberiannya. Semuanya tergantung pada Jenis
Tanah, iklim dan umur Tanaman. Pemberian pupuk dapat diletakkan secara
melingkar disekitar akar Tanaman yang menyesuaikan dengan Lebar Kanopi
(Prastowo, 2010).
Tabel 1. Kebutuhan pupuk tanaman kopi
19
20
20
21
satu pertimbangan dalam budidaya kopi arabika. Faktor tanah yang biasa dievaluasi
terkait pertumbuhan tanaman kopi meliputi tinggi tempat, kemiringan lahan, drainasi
tanah, kondisi fisik dan kimia tanah, serta toksisitas tanahnya. Terkait dengan peran
air pada metabolisme tanaman, maka dapat dipahami bahwa ketersediaan air
sepanjang tahun, baik dalam hal volumenya maupun sebarannya, dapat
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman (Erwiyono,
2006).
Secara alami dinamika ketersediaan air dalam lingkungan tertentu secara
makro ditentukan oleh pola curah hujan setempat, yang meliputi naik turunnya
kuantitas hujan yang turun dan sebarannya sepanjang tahun setiap tahun. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa kekurangan air oleh karena datangnya musim
kemarau panjang menyebabkan turunnya produksi kopi tahun berikutnya, kerusakan
tanaman dan dampak paling ekstrim pada kematian pertanaman kopi. tergantung
pada intensitas musim kemarau. Sebaliknya, turunnya hujan yang relatif lebat dan
terus-menerus, serta curah hujan yang lebih tinggi daripada biasanya juga dapat
berdampak pada kerusakan tanaman, khususnya mengganggu pembungaan,
pembuahan, dan pertumbuhan buah kopi, sehingga berdampak pada turunnya
produksi kopi (Erwiyono, 2006).
Selain itu, yang menentukan pertumbuhan tanaman kopi juga terdapat faktor
cahaya matahari, cahaya matahari secara keseluruhan mempengaruhi
pertumbuhan, reproduksi dan hasil tanaman. Hal tersebut dikarenakan cahaya
matahari berperan dalam proses fotosintesis tanaman. Kopi memerlukan intensitas
cahaya matahari sebesar 40% dan dengan naungan sebesar 60%. Menurut Balai
Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (BALITRI, 2012), tanaman kopi
merupakan tanaman yang membutuhkan naungan sepanjang hidupnya. Tingkat
naungan tersebut berbeda-beda sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman kopi,
pada fase pembibitan atau umur muda tingkat naungan yang dibutuhkan lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan pada fase dewasa atau fase pertumbuhan
generatif. Tingkat naungan yang tidak sesuai pada fase pembibitan akan
menghasilkan kualitas benih kopi yang rendah. Intensitas cahaya adalah jumlah
sinar matahari yang sampai pada permukaan tanaman, biasanya satuan yang
digunakan persentase, sedangkan naungan bertolak belakang dengan intensitas
cahaya, bila tingkat naungan semakin tinggi. Ditinjau dari besarnya intensitas
21
22
22
23
5. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Praktikum Teknologi Poduksi Tanaman pada komoditas kopi dilaksanakan
pada dua lokasi, yaitu di Dusun Sumbersari dan Dusun Sumberwangi. Bibit yang di
gunakan di Desa Sumbersari adalah jenis kopi arabika, sedangkan di Dusun
sumberwangi menggunakan jenis kopi arabika dengan varietas Komasti C1. Jenis
kopi ini cocok di dua lokasi penanam kopi tersebut. Kegiatan yang dilakukan di
Dusun Sumberwangi adalah penanaman, sedang di Dusun Sumbersari adalah
penanaman dan perawatan.
Kegiatan penaman diawali dengan pemilihan bibit. Bibit kopi yang dipilih
berumur 6-8 bulan dengan tinggi 30 cm. Jarak tanam yang digunakan adalah 2,5 m
x 2,5 m dengan ukuan lubang tanam 40 cm x 40 cm x 40 cm. Kemudian
memisahkan antara top soil dan sub soilnya. Perawatan tanaman kopi meliputi
kegiatan pemupukan dan pemangkasan. Pemupukan bertujuan untuk
menambahkan unsur hara bagi tanaman. Pemangkasan tanaman kopi adalah
pemangkasan pemelihaaan yang dilakukan untuk membentuk cabang produtif yang
baik. semakin tinggi jumlah gulma dan hama di lingkungan pada disekitar tanaman
kopi akan mempengaruhi petumbuhan tanaman kopi. selain itu faktor kerapatan
naungan, ketinggian tempat, dan suhu lingkungan disekitar tanaman kopi juga
mempengaruhi produktivitas tanaman kopi. Apabila proses budidaya dilakukan
dengan baik dan faktor lingkungan mendukung, maka pertumbuhan tanaman kopi
akan maksimal sehingga produktifitas serta mutu tanaman kopi akan meningkat.
23
24
DAFTAR PUSTAKA
24
25
25
26
26
27
LAMPIRAN
Tabel 2. Log Book Kegiatan Praktikum Lapang TPT Kelompok Kopi Kelas AB
27
28
a) Populasi Tanaman
b) Kebutuhan pupuk
28
29
1 1 0 1 12 14
2 0 0 2 2 4
3 0 0 2 3 5
4 4 7 3 0 7
5 13 3 7 2 25
6 12 6 0 0 18
Rata-rata 5 2 2 3 12
29
30
1 165 126
2 101 133
3 141 61
4 142 290
5 118 320
6 141 280
30
31
Nama Serangga
Peran Dokumentasi
Nama Lokal Nama Ilmiah
31
32
Nama Serangga
Peran Dokumentasi
Nama Lokal Nama Ilmiah
Kumbang daun
Aulacophora sp. Hama
32
33
Nama Gulma
Dokumentasi
Nama Lokal Nama Ilmiah
33