*SEJARAH PERGOLAKAN TNI ANGKATAN DARAT (TNI AD) DAN PARTAI KOMUNIS INDONESIA (PKI)*
Sepanjang sejarah TNI AD, peristiwa paling menyedihkan dan paling menyakitkan adalah terbunuhnya 6
Jenderal TNI AD dalam tragedi G-30-S/PKI. Namun, mungkin banyak yang belum tahu, sejak awal antara TNI
AD dan PKI memang bersitegang, baik didalam maupun diluar kabinet parlemen. Perselisihan ini bukan
tentang perebutan kekuasaan, namun lebih kepada haluan ideologi negara. TNI AD mengusung _“Pancasila
Sebagai Filosofi Negara Indonesia”_, sementara PKI mengusung _“Pancasila Sebagai Alat Pemersatu Bangsa
Indonesia”_. Beberapa sejarah awal mula konflik antara TNI AD dan PKI menyebabkan hingga detik ini di
tahun 2020, para purnawirawan TNI AD selalu ‘keukeuh’ melawan paham Komunisme. Urutan sejarahnya
sebagai berikut:
1. tahun 1945
17 Desember 1945, Tentara Keamanan Rakyat XVII (cikal bakal TNI) terlibat kontak senjata dengan
massa PKI di daerah Slawi, Tegal, Brebes, dan Pemalang – Jawa Tengah. Hal ini terkait isu yang
disebarkan oleh massa PKI, yang menuduh bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17
Agustus 1945 tidak sah. Dengan demikian massa PKI berusaha mendirikan Negara Federasi Uni Sovyet
(masuk dalam USSR). Pemberontakan ini dapat dipatahkan dengan sangat mudah oleh TKR XVII.
2. Tahun 1947
Dalam konsep Komunisme Internasional “Zhdanov”, *Mr. Amir Sjarifuddin* menuduh TKR, yang
kemudian bulan Juli diubah nama menjadi TNI, adalah kaki-tangan sisa-sisa KNIL _(Koninklijk
Netherland Indische Leger)_. Bahkan PKI menjuluki *Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo* (KASAD
pertama) dan *Kolonel A.H Nasution* dengan julukan _“Demagog Overstee”_ yang dalam Bahasa
Belanda artinya _“Perwira penggerogot, perongrong, pengkhianat”_.
Di tahun yang sama, bulan Agustus 1947, *Mr. Amir Sjarifuddin* bahkan membuat “TNI tandingan”,
yaitu TNI Masyarakat (TNI Mas) dan Tentara Laut Republik Indonesia (TLRI).
Merasa tersaingi oleh TNI, saah seorang anggota PKI di KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat)
bernama *Baharoeddin*, bulan Desember 1947 mengusulkan _“Mosi rasionalisasi Angkatan Perang”_
kepada parlemen. Harapannya adalah agar PKI dapat memecat semua perwira tinggi di jajaran TNI AD
yang menolak eksistensi PKI. Namun usul ini dicegah oleh *Drs. Mohammad Hatta*.
3. Tahun 1948
Bulan September 1948 terjadi peristiwa kerusuhan oleh massa PKI di kota Surakarta (Solo). Dalam
tragedi ini, Perwira TNI Panglima Divisi IV Panembahan Senopati bernama *Kolonel Inf. Soetarto*
terbunuh. Lalu terbunuh juga *Dr. Moewardi*, seorang tokoh organisasi masyarakat “Barisan Banteng”
dan juga tokoh Kepanduan Jong Java Padvinderij.
17-18-19 September 1948. TNI Mas dan TLRI (tentara buatan PKI) menyerang posisi TNI AD di Madiun
tanggal 17 September pukul 03.00 WIB dinihari. TNI Mas dan TLRI dipimpin oleh *Soemarsono* dan
*Kolonel Inf. Djoko Soejono* (perwira TNI AD binaan PKI). Tanggal 18 September PKI
memproklamasikan _“Negara Soviet Republik Indonesia (NSRI)”_, dimana tanggal 19 September PKI
mulai membentuk struktur pemerintahan NSRI lengkap dengan menteri-menterinya. PKI menguasai
dan membunuh para personil TNI AD yang ada di Madiun, yakni di Markas Sub-Teritorial Komando
(MSTK AD) Madiun, Markas Polisi Militer (POM AD), dan Markas Staf Pertahanan Djawa Timur (SPDT).
Tanggal 30 September 1948, TNI AD berhasil menumpas NSRI Madiun. 4 Desember, tokoh PKI
bernama *Musso*, mati tertembak oleh operasi militer TNI AD dibawah komando *Kolonel Inf. Gatot
Soebroto* dan *Kolonel Inf. Soengkono*.
Tahun 1950
Bulan Juli 1950, *D.N Aidit* menuntut penggalian dan penguburan bagi anggota PKI yang mati
tertumpas oleh TNI AD pada pemberontakan Madiun tahun 1948. Bahkan *D.N Aidit* meminta
pemerintah untuk mengadili serta menghukum *Kolonel Inf. Gatot Soebroto* dan *Kolonel Inf.
Soengkono* yang dituduh melakukan pembantaian massal terhadap massa PKI. Hal ini ditolak mentah-
mentah oleh pemerintah melalui *Drs. Mohammad Hatta*.
Tahun 164
Tanggal 18 Oktober 1964, di Tasikmalaya-Jawa Barat, terjadi kecelakaan tergulingnya 20 (dua puluh)
rangkaian gerbong kereta api yang dipesan khusus oleh MBAD (Markas Besar Angkatan Darat). Adapun
20 gerbong kereta api yang disewa itu sedang mengangkut berbagai peralatan tempur militer milik
MBAD. Hasil interogasi Kepolisian bahwa kecelakaan itu adalah sabotase yang dilakukan oleh anggota
“Serikat Buruh Kereta Api (SBKA)” yang bernaung dibawah “Sentral Organisasi Buruh Seluruh
Indonesia (SOBSI)” atas perintah PKI.
Tahun 1965
14 Mei 1965, massa PKI membunuh seorang anggota TNI AD berpangkat *Pembantu Letnan Dua
(Pelda) Soedjono* yang bertugas di “Perusahaan Perkebunan Negara (PPN)”. Aksi dilakukan oleh
massa “Barisan Tani Indonesia (BTI) dan “Pemoeda Rakjat (PR)”.
26 Mei 1965, PKI menuduh *Jenderal A.H Nasution* dan *Letnan Jenderal Ahmad Yani* beserta
jajarannya di TNI AD akan melakukan kudeta terhadap Presiden Soekarno melalui isu “Dewan
Jenderal” yang berasal dari dokumen Sir Andrew Gilchrist (duta besar Kerajaan Inggris 1963-1966).
5 Juli 1965, dalam koran “Harian Rakjat” milik PKI, disebarkan isu bahwa *Jenderal A.H Nasution*,
*Letnan Jenderal Ahmad Yani*, dan *Mayor Jenderal Soeharto* selaku Panglima Komando Strategis
Angkatan Darat (Pangkostrad) adalah agen CIA _(Central Intelligency Agency)_ yang akan
mengkudeta Presiden Soekarno.
30 September 1965, peristiwa G-30-S/PKI terjadi. 6 (enam) Jenderal TNI AD dibunuh dan satu Perwira
Pertama (Pama) *Letnan Satu Czi. Pierre Andreas Tendean* yang kebetulan menjaga rumah * A.H
Nasution* ikut terbunuh. Anak perempuan *Jenderal A.H Nasution*, yaitu *Ade Irma Suryani*, ikut
terbunuh. Keenam Jenderal yang terbunuh di Lubang Buaya, Jakarta Timur adalah:
a) *Letnan Jenderal Ahmad Yani*
b) *Mayor Jenderal Soeprapto*
c) *Mayor Jenderal S. Parman*
d) *Mayor Jenderal M.T Haryono*
e) *Brigadir Jenderal Donald Izaacsus Pandjaitan*
f) *Brigadir Jenderal Soetojo*
1 Oktober 1965, PKI berhasil merebut Markas KODAM VII Diponegoro di Semarang, Jawa Tengah, atas
komando *Kolonel Inf. Sahirman*, salah satu anggota PKI. Pangdam VII Diponegoro, *Brigadir
Jenderal Soerjo Soempeno* terpaksa mundur untuk menyusun kekuatan. Tanggal 2 Oktober 1965
KODAM VII Diponegoro dapat dikuasai kembali oleh TNI AD melalui operasi militer Batalyon Kavaleri 2
Magelang dibawah komando *Letnan Kolonel Kav. Jasin Hoesein*.
2 Oktober 1965, di D.I Yogyakarta, anggota PKI atas nama *Mayor Inf. Wisnoeradji* membunuh
Komandan KOREM 072 Pamungkas atas nama *Kolonel Inf. Katamso* beserta asistennya *Letnan
Kolonel Inf. Soegijono* pada pukul 02.00 WIB dinihari di daerah yang bernama Kentungan.
19 Oktober 1965, massa PKI di Surakarta terlibat kontak senjata dengan Resimen Para Komando
Angkatan Darat (RPKAD – kelak akan menjadi Kopassus). RPKAD yang semula akan memberantas PKI
justru mendapat perlawanan bersenjata, namun dapat diredam oleh RPKAD dibawah pimpinan
*Kolonel Inf. Sarwo Edhie Wibowo*. 8 November 1965, *D.N Aidit* terbunuh di Boyolali, Jawa Tengah.
Tahun 1968
Blitar Selatan, Jawa Timur. Bulan Mei 1968, PKI melalui propaganda _”Perdjuangan Bersendjata
(Perdjuta)”_ menggerakkan massa untuk melawan TNI AD dibawah komando Operasi Trisula KODAM
VIII Brawijaya. Massa PKI saat itu dipimpin oleh *Kapten Inf. Achmad Soetjiptadi*, yang mana
kemudian ia sendiri mati tertembak oleh operasi militer tersebut.
Daftar nama oknum anggota TNI dan Kepolisian yang tercatat resmi sebagai anggota PKI dan yang terlibat
aktif (partisipatif) dalam proses pemberontakan G-30-S/PKI:
Notosusanto, Nugroho; Saleh, Ismail. 1989. _Tragedi Nasional Percobaan Kup G-30-S/PKI di Indonesia_.
Jakarta: CV Intermasa
Sekretariat Negara Republik Indonesia. 1994. _Gerakan 30 September, Pemberontakan Partai Komunis
Indonesia – Latar Belakang, Aksi, dan Penumpasannya_. Jakarta: Ghalia Indonesia, Ed. 1 Cet. 2 ISBN
97908300-02-5
Tjondronegoro, Purnawam. 1980. _Merdeka Tanahku Merdeka Negeriku – 1 dan 2_. Jakarta: CV Nugraha
Tjondronegoro, Purnawam. 1980. _Merdeka Tanahku Merdeka Negeriku – 3 dan 4_. Jakarta: CV Nugraha