Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN EVALUASI PROGRAM KERJA

PENDERITA HIPERTENSI YANG MENDAPATKAN


PELAYANAN KESEHATAN SESUAI STANDAR DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEKURA KABUPATEN
SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Oleh:
dr. Auliyah Tania Alkadrie
dr. Erni
dr. Verra Apriawanti
dr. Zulfa Khairunnisa Ishan

Pembimbing:
dr. Khok Khiang

Puskesmas Sekura
Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat
Program Dokter Internsip Periode Februari 2021 – Februari 2022

i
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN EVALUASI PROGRAM KERJA


PENDERITA HIPERTENSI YANG MENDAPATKAN PELAYANAN
KESEHATAN SESUAI STANDAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SEKURA KABUPATEN SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Telah disetujui dan disahkan sebagai Laporan Mini Project Program Dokter
Internsip Periode Februari 2021 – Februari 2022

Sekura, Mei 2021

Pembimbing Puskesmas,

dr. Khok Khiang

NIP. -

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkah dan rahmatNya, penulis bisa menyelesaikan “Laporan Evaluasi Program
Kerja Penderita Hipertensi Yang Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Sesuai
Standar Di Wilayah Kerja Puskesmas Sekura Kabupaten Sambas Provinsi
Kalimantan Barat” dengan lancar. Laporan evaluasi program ini disusun sebagai
salah satu tugas wajib untuk menyelesaikan Program Dokter Internsip Periode
Februari 2021 – Februari 2022 di Puskesmas Sekura Kabupaten Sambas, dengan
harapan dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu yang bermanfaat bagi
pengetahuan penulis maupun pembaca.
Dalam penulisan dan penyusunan Laporan Evaluasi Program ini tidak
lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan
terima kasih kepada:
1. dr. Elvira Ismail selaku Kepala Puskesmas Sekura yang telah memberikan
kesempatan dan kemudahan untuk memanfaatkan berbagai fasilitas
belajar.
2. dr. Khok Khiang selaku pembimbing dokter internsip yang telah
memberikan arahan dan bimbingan bagi dokter internsip.
3. Para pegawai di Puskesmas Sekura yang telah membantu hingga
terselesaikannya Laporan Hasil Mini Project ini.
4. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Laporan
Evaluasi Program ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa Laporan Hasil Mini Project yang penulis susun ini
masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun dari
semua pihak sangat diharapkan. Semoga Laporan Hasil Mini Project ini dapat
memberi manfaat.

Sekura, Mei 2021

iii
Penyusun

iv
DAFTAR ISI

LAPORAN..................................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.....................................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................................viii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Pernyataan Masalah.....................................................................................................3
1.3 Tujuan..........................................................................................................................3
1.4 Manfaat........................................................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................5
2.1 Penyakit Tuberculosis......................................................................................................5
2.1.1 Definisi Penyakit Tuberkulosis............................................................................5
2.1.2 Penularan..............................................................................................................5
2.1.3 Penemuan dan Gejala Klinis Pasien TB..............................................................7
2.1.4 Diagnosis TB paru...............................................................................................9
2.1.5 Pengobatan.........................................................................................................11
2.1.6 Pedoman kerja Puskesmas dalam P2TB paru....................................................17
2.2 Gambaran Umum Puskesmas Kanor.............................................................................18
2.2.1 Keadaan Geografis Dan Administrasi..................................................................18
2.2.2 Topografi............................................................................................................19
2.2.3 Kependudukan/Demographi..............................................................................19
BAB 3 ANALISIS MASALAH..............................................................................................26
..................................................................................................................................................26
3.1. Ringkasan Proses Identifikasi Masalah.........................................................................26
3.2 Penentuan Prioritas Masalah..........................................................................................43
3. 3 Proses Penentuan Determinan Masalah Terpilih...........................................................44
BAB 4 PEMECAHAN MASALAH........................................................................................46
4.1 Usulan Strategi Kegiatan Pemecahan Masalah..............................................................46
4.1.1 Penggunaan Logbook KATOK (Kader TB Orang Kanor)......................................46

iv
4.1.2 Penghargaan Kader TB berprestasi........................................................................47
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................................48
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................................48
5.2 Saran...............................................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................49
LAMPIRAN.............................................................................................................................50

v
DAFTAR TABEL

vi
DAFTAR GAMBAR

vii
DAFTAR LAMPIRAN

viii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit tidak menular (PTM) telah menjadi masalah besar di masyarakat Indonesia.
Penyakit tidak menular cenderung terus meningkat secara global dan nasional telah
menduduki sepuluh besar penyakit penyebab kematian.1 Penyakit tidak menular (PTM)
merupakan masalah kesehatan utama di negara-negara maju. Pada tahun 2008 angka
kematian Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia mencapai 647 per 100.000 penduduk.
Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat 582.300 laki-laki dan
481.700 perempuan meninggal karena PTM.2
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular, penyakit degeneratif ini banyak terjadi
dan mempunyai tingkat mortalitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi kualitas hidup dan
produktifitas seseorang. Hipertensi sering diberi gelar The Sillent Killer karena penyakit ini
merupakan pembunuh tersembunyi. Penyakit tekanan darah atau hipertensi telah membunuh
9,4 juta warga di dunia setiap tahunnya.3
World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan
terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang meningkat. Pada tahun 2025
mendatang, diproyeksikan sekitar 29% warga di dunia terkena hipertensi. 3 Persentase
penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di negara berkembang seperti Indonesia.4
Data Global Status Report on Noncommunicable Disesases (2010) dari WHO menyimpulkan
bahwa 40% negara ekonomi berkembang memiliki jumlah penderita hipertensi, sedangkan
negara maju 35%. Kawasan Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi sebanyak
46%, sementara kawasan Amerika menempati posisi terakhir sebanyak 35%. Sedangkan di
kawasan Asia Tenggara 36% usia dewasa menderita penyakit hipertensi. Penyakit ini juga
telah membunuh 1,2 juta orang setiap tahunnya di kawasan Asia. WHO mencatat ada satu
miliar orang di dunia ini terkena hipertensi pada tahun 2011.4
Hipertensi juga merupakan penyebab kematian ke-3 di Indonesia pada semua umur
dengan 6,8% mengalami kematian. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018
menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi
1 di Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar

9
260 juta adalah 34.1% dibandingkan 27.8% pada Riskesdas tahun 2013. Kalimantan Barat
memiliki angka penderita hipertensi sebanyak 35% yang harus ditanggulangi dengan tepat.5

1.2 Pernyataan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa penyataan masalah, yaitu:

1. Faktor-faktor yang menyebabkan masih kurangnya angka penemuan kasus TB


dilingkungan Puskesmas Kanor

2. Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya pengetahuan kader TB di Puskesmas


Kanor

3. Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya pengawasan kader TB di Puskesmas


Kanor

1.3 Tujuan
1. Untuk mengidentifikasi masalah masih rendahnya angka penemuan kasus TB
dilingkungan Puskesmas Kanor

2. Untuk mengidentifikasi masalah masih kurangnya pengetahuan kader TB


dilingkungan Puskesmas Kanor

3. Untuk mengidentifikasi masalah masih kurangnya pengawasan kader TB


dilingkungan Puskesmas Kanor

4. Mencari upaya untuk menyelesaikan masalah atau alternatif lainnya agar angka
penemuan kasus TB meningkat hingga melebihi target yang ditentukan

5. Mencari upaya untuk menyelesaikan masalah atau alternatif lainnya agar dapat
meningkatan pengetahuan kader mengenai TB

6. Mencari upaya untuk menyelesaikan masalah atau alternatif lainnya agar


meningkatkan pengawasan terhadap kader TB

10
1.4 Manfaat
Manfaat untuk Puskesmas

1. Dapat meningkatkan angka penemuan kasus TB meningkat hingga melebihi target


yang ditentukan di lingkungan Puskesmas Kanor

2. Dapat meningkatan pengetahuan kader mengenai TB di lingkungan Puskesmas


Kanor

3. Dapat meningkatkan pengawasan terhadap kader TB di lingkungan Puskesmas


Kanor

Manfaat untuk Masyarakat

1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit tuberkulosis.

2. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya penyakit tuberkulosis.

3. Meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau berobat dan sembuh dari penyakit
tuberkulosis.

4. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berobat tanpa putus untuk mengurangi


kasus TB MDR

Manfaat untuk Dokter Internsip

1. Merupakan kesempatan untuk menambah pengalaman serta menerapkan ilmu


kedokteran terutama Ilmu Kesehatan Masyarakat.

2. Meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi di masyarakat.

3. Meningkatkan kemampuan analisa dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan


masalah pada dunia kesehatan.

4. Meningkatkan keilmuan dan pengalaman mengenai penyakit tuberkulosis

11
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Seseorang akan dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah
sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada
pemeriksaan yang berulang. Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran
utama yang menjadi dasar penentuan diagnosis hipertensi.6

2.1.2 Epidemiologi
Menurut American Heart Association {AHA}, penduduk Amerika yang
berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5
juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya.
Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-
masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya.7
Hipertensi juga merupakan penyebab kematian ke-3 di Indonesia pada
semua umur dengan 6,8% mengalami kematian. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi di
Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 260 juta adalah 34.1%
dibandingkan 27.8% pada Riskesdas tahun 2013.5

2.1.3 Faktor Risiko


Menurut Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular faktor risiko
hipertensi yang tidak ditangani dengan baik dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat
diubah.8

2.1.3.1 Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah


a. Umur
Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi
lebih besar. Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya
berupa kenaikan tekanan darah sistolik. Kejadian ini disebabkan oleh
perubahan struktur pada pembuluh darah besar.8

12
b. Jenis Kelamin
Pria mempunyai risiko sekitar 2 kali lebih banyak mengalami
peningkatan tekanan darah sistolik dibandingkan dengan perempuan,
karena pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung
meningkatkan tekanan darah. Namun setelah memasuki menopause,
prevalensi hipertensi pada perempuan meningkat.8
c. Keturunan
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor
keturunan) juga meningkatkan risiko hipertensi, terutama hipertensi
primer (essensial). Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme
pengaturan garam dan renin membran sel.8

2.1.3.2 Faktor Risiko yang Dapat Diubah


a. Kegemukan
Berat badan dan indeks masa tubuh (IMT) berkolerasi langsung
dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik dimana risiko
relatif untuk menderita hipertensi pada orang-orang gemuk 5 kali
lebih tinggi untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan seorang
yang badanya normal. Sedangkan, pada penderita hipertensi
ditemukan sekitar 20-30% memilki berat badan lebih (overweight).8
b. Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida
yang dihisap melalui rokok yang measuk melalui aliran darah dapat
mengakibatkan tekanan darah tinggi. Merokok akan meningkatkan
denyut jantung, sehingga kebutuhan oksigen otot-otot jantung
bertambah.8
c. Kurang Aktivitas Fisik
Olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan
darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan. Dengan
melakukan olahraga aerobik yang teratur tekanan darah dapat turun,
meskipun berat badan belum turun.8

d. Konsumsi Garam Berlebihan

13
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena
menarik cairan diluar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan
meningkatkan volume tekanan darah.8
e. Konsumsi Alkohol
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah
dibuktikan. Diduga peningkatan kadar kortisol, peningkatan volume
sel darah merah dan peningkatankekentalan darah berperan dalam
menaikan tekanan darah.8
f. Psikososial dan Stress
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, marah,
dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak
ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut
lebih cepat serta kuat, sehingga tekanan darah meningkat.8

2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi tekanan darah oleh JNC 7 untuk pasien dewasa (umur ≥18
tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran tekanan darah atau lebih pada dua
atau lebih kunjungan klinis. Klasifikasi tekanan darah mencakup 4 kategori,
dengan nilai normal pada tekanan darah sistolik (TDS) <120 mmHg dan
tekanan darah diastolik (TDD) <80 mmHg.7
Adapun pembagian derajat keparahan hipertensi pada seseorang
merupakan salah satu dasar penentuan tatalaksana hipertensi (dari A Statement
by the American Society of Hypertension and the International Society of
Hypertension tahun 2013), yaitu Tabel 2.1.7
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi

Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh


tekanan darah yang sangat tinggi yang kemungkinan dapat menimbulkan atau
telah terjadinyakelainan organ target. Biasanya ditandai oleh tekanan darah

14
>180/120 mmHg, dikategorikan sebagai hipertensi emergensi atau hipertensi
urgensi. Padahipertensi emergensi tekanan darah meningkat ekstrim
disertaidengan kerusakanorgan target akut yang bersifat progresif, sehingga
tekanan darah harus diturunkan segera (dalam hitungan menit hingga jam)
untuk mencegah kerusakan organ target lebih lanjut.9

2.1.5 Patofisiologi
Patofiologi hipertensi dimulai dengan atherosklerosis, gangguan struktur
anatomi pembuluh darah peripher yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh
darah. Kekakuan pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan
kemungkinan pembesaran plaque yang menghambat gangguan peredaran
darah peripher. Kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban
jantung bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan peningkatan
upaya pemompaan jantung yang memberikan gambaran peningkatan tekanan
darah dalam sistem sirkulasi.10

2.1.6 Manifestasi Klinis


Sebagian besar penderita hipertensi tidak merasakan gejala penyakit.
Ada kesalahan pemikiran yang sering terjadi pada masyarakat bahwa penderita
hipertensi selalu merasakan gejala penyakit. Kenyataannya justru sebagian
besar penderita hipertensi tidak merasakan adanya gejala penyakit.11
Hipertensi jarang menimbulkan gejala dan cara satu-satunya untuk
mengetahui apakah seseorang mengalami hipertensi adalah dengan mengukur
tekanan darah. Bila tekanan darah tidak terkontrol dan menjadi sangat tinggi
(keadaan ini disebut hipertensi berat atau hipertensi maligna).11
Tidak semua penderita hipertensi mengenali atau merasakan keluhan
maupun gejala, sehingga hipertensi sering dijuluki pembunuh dian-diam
(silent killer). Keluhan-keluhan yang tidak spesifik pada penderita hipertensi
antara lain sakit kepala, gelisah, jantung berdebar-debar, pusing, penglihatan
kabur, rasa sakit didada, mudah lelah.8

15
2.1.7 Diagnosis
2.1.7.1 Pengukuran Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan di klinik (atau
fasilitas kesehatan) atau di luar klinik (HBPM atau ABPM). Patut
menjadi perhatian, bahwa tekanan darah diukur secara hati-hati
menggunakan alat ukur yang tervalidasi.12
a. Persiapan Pasien
- Pasien harus tenang, tidak dalam keadaan cemas atau gelisah,
maupun kesakitan. Dianjurkan istirahat 5 menit sebelum
pemeriksaan.
- Pasien tidak mengkonsumsi kafein maupun merokok, ataupun
melakukan aktivitas olah raga minimal 30 menit sebelum
pemeriksaan.
- Pasien tidak menggunakan obat-obatan yang mengandung stimulan
adrenergik seperti fenilefrin atau pseudoefedrin (misalnya obat flu,
obat tetes mata).
- Pasien tidak sedang menahan buang air kecil maupun buang air
besar.
- Pasien tidak mengenakan pakaian ketat terutama di bagian lengan.
- Pemeriksaan dilakukan di ruangan yang tenang dan nyaman.
- Pasien dalam keadaan diam, tidak berbicara saat pemeriksan.
b. Spigmomanometer
- Pilihan spigmomanometer non air raksa: aneroid atau digital.
- Gunakan spigmomanometer yang telah divalidasi setiap 6-12 bulan.
- Gunakan ukuran manset yang sesuai dengan lingkar lengan atas
(LLA). Ukuran manset standar: panjang 35 cm dan lebar 12- 13 cm.
Gunakan ukuran yang lebih besar untuk LLA >32 cm, dan ukuran
lebih kecil untuk anak.
- Ukuran ideal: panjang balon manset 80-100% LLA dan lebar 40%
LLA.
c. Posisi
- Posisi pasien: duduk, berdiri, atau berbaring (sesuai kondisi klinik).
- Pada posisi duduk gunakan meja untuk menopang lengan dan kursi
bersandar untuk meminimalisasi kontraksi otot isometrik, posisi fleksi

16
lengan bawah dengan siku setinggi jantung, kedua kaki menyentuh
lantai dan tidak disilangkan.
d. Prosedur
- Letakkan spigmomanometer sedemikian rupa sehingga skala sejajar
dengan mata pemeriksa, dan tidak dapat dilihat oleh pasien.
- Gunakan ukuran manset yang sesuai.
- Pasang manset sekitar 2,5 cm di atas fossa antecubital.
- Hindari pemasangan manset di atas pakaian.
- Letakan bagian bell stetoskop di atas a. brachialis yang terletak tepat
di batas bawah manset. Bagian diafragma stetoskop juga dapat
digunakan untuk mengukur tekanan darah sebagai alternatif bell
stetoskop.
- Pompa manset sampai 180 mmHg atau 30 mmmHg setelah suara
nadi menghilang. Lepaskan udara dari manset dengan kecepatan
sedang (3 mmHg/detik).
- Ukur tekanan darah 3 kali dengan selang waktu 1-2 menit. Lakukan
pengukuran tambahan bila hasil pengukuran pertama dan kedua
berbeda >10 mmHg. Catat rerata tekanan darah, minimal dua dari
hasil pengukuran terakhir.
e. Catatan
- Untuk pasien baru, ukur tekanan darah pada kedua lengan. Gunakan
sisi lengan dengan tekanan darah yang lebih tinggi sebagai referensi.
- Lakukan juga pengukuran tekanan darah 1 menit dan 3 menit setelah
berdiri untuk menyingkirkan hipotensi ortostatik. Pemeriksaan ini
juga disarankan untuk dilakukan berkala pada pasien-pasien geriatri,
pasien diabetes dan pasien-pasien lain yang dicurigai memiliki
hipotensi ortostatik.
- Dinyatakan hipotensi ortostatik bila terdapat penurunan TDS sistolik
≥20 mmHg atau TDD ≥10 mmHg dalam kondisi berdiri selama 3
menit.
- Palpasi nadi untuk menyingkirkan aritmia.

17
2.1.7.2 Penapisan dan Deteksi Hipertensi
Penapisan dan deteksi hipertensi direkomendasikan untuk semua
pasien berusia >18 tahun. Pada pasien berusia >50 tahun, frekuensi
penapisan hipertensi ditingkatkan sehubungan dengan peningkatan
angka prevalensi tekanan darah sistolik. Perbedaan TDS >15 mmHg
antara kedua lengan sugestif suatu penyakit vaskular dan berhubungan
erat dengan tingginya risiko penyakit serebrokardiovaskular.12

Gambar 2.1. Penapisan dan Diagnosis Hipertensi.12

2.1.7.2 Konfirmasi Diagnosis Hipertensi


Konfirmasi diagnosis hipertensi tak dapat hanya mengandalkan
satu kali pemeriksaan, kecuali pada pasien dengan TD yang sangat
tinggi, misalnya hipertensi derajat 3 atau terdapat bukti kerusakan
target organ akibat hipertensi (HMOD, hypertension-mediated organ
damage) misalnya retinopati hipertensif dengan eksudat dan
perdarahan, hipertrofi ventrikel kiri, atau kerusakan ginjal. Sebagian
besar pasien, pengukuran berulang di klinik bisa menjadi strategi untuk
konfirmasi peningkatan TD persisten, juga untuk klasifikasi dan derajat
hipertensi. Jumlah kunjungan dan jarak pengukuran TD antar
kunjungan sangat bervariasi tergantung beratnya hipertensi. Pada
hipertensi derajat 1 tanpa tanda kerusakan organ target, pengukuran
tekanan darah dapat diulang dalam beberapa bulan. Selama periode ini,

18
dapat dilakukan penilaian TD berulang berdasarkan beratnya risiko
kardiovaskular.12

2.1.8 Tata Laksana


2.1.8.1 Intervensi Pola Hidup
Pola hidup sehat dapat mencegah ataupun memperlambat awitan
hipertensi dan dapat mengurangi risiko kardiovaskular. Pola hidup
sehat juga dapat memperlambat ataupun mencegah kebutuhan terapi
obat pada hipertensi derajat 1, namun sebaiknya tidak menunda inisiasi
terapi obat pada pasien dengan HMOD atau risiko tinggi
kardiovaskular. Pola hidup sehat telah terbukti menurunkan tekanan
darah yaitu pembatasan konsumsi garam dan alkohol, peningkatan
konsumsi sayuran dan buah, penurunan berat badan dan menjaga berat
badan ideal, aktivitas fisik teratur, serta menghindari rokok.12
a. Pembatasan Konsumsi Garam
Terdapat bukti hubungan antara konsumsi garam dan hipertensi.
Konsumsi garam berlebih terbukti meningkatkan tekanan darah dan
meningkatkan prevalensi hipertensi. Rekomendasi penggunaan natrium
(Na) sebaiknya tidak lebih dari 2 gram/hari (setara dengan 5-6 gram
NaCl perhari atau 1 sendok teh garam dapur). Sebaiknya menghindari
makanan dengan kandungan tinggi garam.
b. Perubahan Pola Makan
Pasien hipertensi disarankan untuk konsumsi makanan seimbang
yang mengandung sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan segar,
produk susu rendah lemak, gandum, ikan, dan asam lemak tak jenuh
(terutama minyak zaitun), serta membatasi asupan daging merah dan
asam lemak jenuh.
c. Penurunan Berat Badan dan Menjaga Berat Badan Ideal
Terdapat peningkatan prevalensi obesitas dewasa di Indonesia
dari 14,8% berdasarkan data Riskesdas 2013, menjadi 21,8% dari data
Riskesdas 2018. Tujuan pengendalian berat badan adalah mencegah
obesitas (IMT >25 kg/m2 ), dan mentargetkan berat badan ideal (IMT
18,5 – 22,9 kg/m2 ) dengan lingkar pinggang.

19
d. Olahraga Teratur
Olahraga aerobik teratur bermanfaat untuk pencegahan dan
pengobatan hipertensi, sekaligus menurunkan risiko dan mortalitas
kardiovaskular. Olahraga teratur dengan intensitas dan durasi ringan
memiliki efek penurunan TD lebih kecil dibandingkan dengan latihan
intensitas sedang atau tinggi, sehingga pasien hipertensi disarankan
untuk berolahraga setidaknya 30 menit latihan aerobik dinamik
berintensitas sedang (seperti berjalan, joging, bersepeda atau berenang)
5-7 hari per minggu.
e. Berhenti Merokok
Merokok merupakan faktor risiko vaskular dan kanker, sehingga
status merokok harus ditanyakan pada setiap kunjungan pasien dan
penderita hipertensi yang merokok harus diedukasi untuk berhenti
merokok.

2.1.8.2 Penentuan Batas Tekanan Darah untuk Inisiasi Obat


Penatalaksanaan medikamentosa pada penderita hipertensi
merupakan upaya untuk menurunkan tekanan darah secara efektif dan
efisien. Meskipun demikian pemberian obat antihipertensi bukan selalu
merupakan langkah pertama dalam penatalaksanaan hipertensi.12

Tabel 2.3. Ambang Batas TD untuk Inisiasi Obat.12

20
Gambar 2.2. Alur Panduan Inisiasi Terapi Obat Sesuai Klasifikasi Hipertensi. 12
HMOD=hypertension-mediated organ damage; PJK=penyakit jantung koroner;
PKV=penyakit kardiovaskular; TD=tekanan darah.
*Inisiasi terapi obat pada kelompok pasien ini disarankan untuk dikonsultasikan
kepada spesialis dengan target tatalaksana disesuaikan dengan panduan penyakit
spesifik.

2.1.8.3 Target Pengobatan Hipertensi


Salah satu pertimbangan untuk memulai terapi medikamentosa adalah
nilai atau ambang tekanan darah. Pada Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi
PERHI tahun 2016, disepakati bahwa target tekanan darah adalah <140/90
mmHg, tidak tergantung kepada jumlah penyakit penyerta dan nilai risiko
kardiovaskularnya. Pada konsesus penatalaksanaan hipertensi tahun 2019
disepakati target tekanan darah seperti pada tabel berikut.12

21
Tabel 2.4. Target TD di Klinik.12

2.1.8.4 Pengobatan Hipertensi – Terapi Obat


Strategi pengobatan yang dianjurkan pada panduan
penatalaksanaan hipertensi saat ini adalah dengan menggunakan terapi
kombinasi pada sebagian besar pasien, untuk mencapai tekanan darah
sesuai target. Bila memungkinkan dalam bentuk single pill
combination (SPC), untuk meningkatkan kepatuhan terhadap
pengobatan. Lima golongan obat antihipertensi utama yang rutin
direkomendasikan yaitu: ACEi, ARB, beta bloker, CCB dan diuretik.12

22
Tabel 2.6. Obat Antihipertensi Oral Lini Pertama.12

Tabel 2.7. Obat Antihipertensi Oral Lini Kedua.12

23
Tabel 2.8. Efek Samping Obat Antihipertensi.12

2.1.8.5 Algoritma Terapi Obat untuk Hipertensi


1) Algoritma farmakoterapi telah dikembangkan untuk memberikan
rekomendasi praktis pengobatan hipertensi. Beberapa rekomendasi
utama, yaitu: Inisiasi pengobatan pada sebagian besar pasien dengan
kombinasi dua obat. Bila memungkinkan dalam bentuk SPC, untuk
meningkatkan kepatuhan pasien.
2) Kombinasi dua obat yang sering digunakan adalah RAS blocker
(Renin-angiotensin system blocker), yakni ACEi atau ARB, dengan
CCB atau diuretik.
3) Kombinasi beta bloker dengan diuretik ataupun obat golongan lain
dianjurkan bila ada indikasi spesifik, misalnya angina, pasca IMA,
gagal jantung dan untuk kontrol denyut jantung.
4) Pertimbangkan monoterapi bagi pasien hipertensi derajat 1 dengan
risiko rendah (TDS) <150 mmHg), pasien dengan tekanan darah
normal-tinggi dan berisiko sangat tinggi, pasien usia sangat lanjut (≥80
tahun) atau ringkih.
5) Penggunaan kombinasi tiga obat yang terdiri dari RAS blocker (ACEi
atau ARB), CCB dan diuretik jika TD tidak terkontrol oleh kombinasi
dua obat.

24
6) Penambahan spironolakton untuk pengobatan hipertensi resisten,
kecuali ada kontraindikasi.
7) Penambahan obat golongan lain pada kasus tertentu bila TD belum
terkendali dengan kombinasi obat golongan di atas.
8) Kombinasi dua penghambat RAS tidak direkomendasikan..

Gambar 2.3. Strategi Penatalaksanaan Hipertensi Tanpa Komplikasi.12


ACEi = angiotensin-converting enzyme inhibitor; ARB = angiotensin
receptor blocker; CCB = calcium channel blocker; MI = myocardial
infarction.
Adaptasi dari ESC/ESH 2018 Hypertension Guidelines.

25
Gambar 2.4. Strategi Penatalaksanaan Hipertensi dan Penyakit Arteri
Koroner.12
ACEi= angiotensin-converting enzyme inhibitor; ARB = angiotensin
receptor blocker; CCB = calcium channel blocker; CVD = cardiovascular
disease; MI = myocardial infarction, BB=beta bloker
Dikutip dari ESC/ESH 2018 Hypertension Guidelines.

Gambar 2.5. Strategi Pengobatan pada Hipertensi dan PGK.12


ACEi = angiotensin-converting enzyme inhibitor; ARB =
angiotensin receptor blocker; CCB = calcium channel blocker; MI =
myocardial infarction.
Pertimbangkan angiotensin receptor/neprilysin inhibitor daripada
a

ACEi atau ARB sesuai ESC Heart Failure Guidelines.

26
2.1.8.6 Intervensi Pola Hidup
Beberapa jenis terapi intervensi menggunakan alat telah diteliti
sebagai pilihan terapi hipertensi, terutama jenis hipertensi yang resisten
dengan obat, antara lain:12
a) Stimulasi baroreseptor karotis (alat pacu dan stent)
b) Denervasi ginjal
c) Pembuatan fistula arteriovena
Penggunaan terapi intervensi menggunakan alat belum dapat
direkomendasikan sebagai modalitas terapi rutin untuk hipertensi,
kecuali pada konteks penelitian, hingga data-data yang lebih lengkap
mengenai efektivitas dan keamanan tersedia.12

2.1.9 Komplikasi
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel
arteri dan mempercepat atherosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk
rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak dan pembuluh darah
besar. Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskular
(stroke, transient ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard,
angina), gagal ginjal, dementia dan atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi
memiliki faktor-faktor resiko kardiovaskular maka akan meningkatkan
mortalitas dan morbiditas akibat gangguan kardiovaskularnya tersebut.
Menurut Studi Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan
resiko yang bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer,
gagal ginjal dan gagal jantung.12

2.2 Gambaran Umum Puskesmas Sekura


2.2.1 Keadaan Geografis Dan Administrasi
Puskesmas Sekura merupakan Pusat Kesehatan Masyarakat (PHC) yang ada di
Kecamatan Teluk Keramat terletak di jalan Kesehatan No. 41 Desa Sekura
Kecamatan Teluk Keramat, berjarak kurang lebih 20 Km dari Ibu kota Kabupaten
Sambas. Wilayah Puskesmas Sekura mencakup luas wilayah 252,46 Km2 yang terdiri
dari 10 desa yaitu : Desa Sekura, Desa Tri Mandayan, Desa Pedada, Desa Lela, Desa
Sungai Kumpai, Desa Sepadu, Desa Tanjung Keracut, Desa Tambatan, Desa
Kubangga dan Desa Sebagu.

27
Puskesmas Sekura terletak di Kecamatan Teluk Keramat Kabupaten Sambas
dengan batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas
Pimpinan dan Simpang Empat (Kecamatan Teluk
Keramat dan Kecamatan Tangaran)

b. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas


Sejangkung (Kecamatan Sejangkung)

c. Sebelah Timur : Berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas


Sungai Baru Kecamatan Teluk Keramat.

d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas


Galing (Kecamatan Galing).

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Sekura

28
2.2.2 Kependudukan/Demographi
Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di setiap desa hampir seimbang, rata-
rata penduduk laki-laki berjumlah 1.535 jiwa / Desa dan jumlah perempuan rata-rata
berjumlah 1.578 jiwa / Desa. Kesenjangan antara penduduk laki-laki dan perempuan
adalah 31 jiwa / Desa.
Tabel 2.1 Data Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Sekura
DATA JUMLAH PENDUDUK
KECAMATAN TELUK KERAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEKURA
DESEMBER TAHUN 2020

JUMLAH PENDUDUK JUMLAH LUAS JUMLAH


NO DESA
LK PR JMLH KK WILAYAH DUSUN RW RT
1 Sungai Kumpai 1868 1719 3587 938 26.85 2 4 8
2 Sekura 4693 4584 9277 2574 42.58 6 14 28
3 Tri Mandayan 1504 1424 2928 838 36.51 3 3 12
4 Pedada 796 772 1568 468 4 2 4 8
5 Lela 1441 1345 2786 681 25.1 3 4 11
6 Sepadu 1216 1150 2366 739 15.5 2 4 11
7 Tambatan 887 885 1772 517 17.28 2 2 6
8 Kubangga 1350 1268 2618 795 11.19 3 4 10
9 Tj. Keracut 1460 1371 2831 869 36.05 3 6 12
10 Sebagu 776 782 1558 453 37 2 4 8
JUMLAH 15352 15787 31139 8872 252.06 28 49 114

Sumber: Kantor Kecamatan Teluk Keramat,Tahun 2020


Berdasarkan angka hasil proyeksi, penduduk Kecamatan Teluk Keramat wilayah
kerja Puskesmas Sekura pada tahun 2020 dengan luas wilayah 252,46 km2 yang terdiri
dari 10 (Sepuluh) desa dan terbagi menjadi 28 dusun dengan jumlah penduduk sebanyak
31.139 jiwa, jumlah KK 8.872 dengan kepadatan penduduk 120 jiwa / Km ². Jarak rata-
rata dari desa ke Puskesmas 1 km – 12 km dengan waktu tempuh 0 - 55 menit.

2.2.3. Keadaan Sumber Daya


Jumlah sumber daya manusia Puskesmas Sekura adalah sebanyak 65 orang,
dengan status kepegawaian PNS 37 orang, 20 orang tenaga kontrak Daerah dan tenaga
kontrak BLUD sebanyak 9 orang dan 5 Orang tenaga Kontrak Sukarela. Sedangkan
menurut kompetensinya dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2.2 Data Jenis Pendidikan & Jenis Ketenagaan
Di Puskesmas Sekura Desember Tahun 2020
NO PENDIDIKAN PNS Kontrak Kontrak Kontrak Jumlah

29
Daerah BLUD Sukarela

1 KEDOKTERAN UMUM 2 - - - 2

2 KEDOKTERAN GIGI 1 - - - 1

2 S1 KEPERAWATAN 1 1 2 1 5

3 D3 KEPERAWATAN 9 3 2 1 14

4 D4 KEBIDANAN - - 1 - 1

5 D3 KEBIDANAN 13 8 - 2 23

7 D3 ANALIS 1 1 - - 2

8 S1 KESLING - 1 - - 1

9 D3 KESLING 1 1 - - 2

10 APOTEKER 1 - - - 1

11 D3 FARMASI 1 - 1 - 2

12 S1 KESMAS 1 - - - 1

13 D3 KEPERAWATAN GIGI 2 - - - 2

14 SPK 2 - - - 2

16 D3 GIZI 1 2 - - 3

17 SMK / SMA - 1 2 1 5

18 D3 AKUNTANSI - - 1 - 1

SMP / TENAGA
19 1 - - - 1
KEBERSIHAN

JUMLAH 37 18 9 7 71

2.2.4. Fasilitas Kesehatan


Puskesmas Sekura adalah Puskesmas rawat jalan dan rawat inap dengan
jejaring pelayanan kesehatan pemerintah terdiri dari 4 (Empat) Puskesmas Pembantu dan
10 (Sepuluh) Poskesdes. Sesuai dengan Kedudukannya Puskesmas Sekura membina
Usaha Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang terdiri dari 27 Posyandu di
28 Dusun yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas Sekura.

30
Adapun Sarana Kesehatan lainnya yang ada di wilayah Puskesmas Sekura
seperti pada Tabel berikut ini:

Tabel 2.3 Data Sarana Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas


Tahun 2020

Nama Fasilitas Kesehatan


No DESA
Dokter Toko Tukang PM Posyan Posyand
Poskesdes Pustu
Praktek Obat Gigi B du u Lansia

1 Sekura 4 4 2 2 1 - 6 4

2 Tri Mandayan - - - 1 1 - 3 3

3 Pedada - - - - 1 - 1 1

Sungai
4 - - - - 1 1 3 1
Kumpai

5 Lela - - - - 1 1 3 1

6 Sepadu - - - - 1 1 2 2

7 Tambatan - - - - 1 - 2 2

8 Kubangga - - - - 1 - 3 2

Tanjung
9 1 - - 1 1 - 3 3
Keracut

10 Sebagu - - - - 1 1 1 1

JUMLAH 4 3 2 4 10 4 27 20

31
BAB 3
ANALISIS MASALAH

3.1. Ringkasan Proses Identifikasi Masalah


Check list dan identifikasi masalah kesehatan sesuai PKP
PUSKESMAS : Sekura
PERIODE : 1 Januari – 31 Desember 2020

PENILAIAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT PUSKESMAS SEKURA


TAHUN 2020

CAKUPAN
NO. JENIS KEGIATAN SATUAN TARGET SASARAN PENCAPAIAN
SUB VARIABEL VARIABEL
(SV) (V)
UPAYA KESEHATAN WAJIB 1 2 3 4 5 6
A. PISPK           81,47%
1 Keluarga mengikuti program KB Keluarga 65%     58,30%  
2 Ibu melaksanakan persalinan di Faskes Keluarga 100%     92,56%  
3 Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap Keluarga 100%     93,55%  
4 Bayi mendapat ASI Ekslusif Keluarga 100%     96,08%  
5 Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan Keluarga 100%     93,28%  

32
6 Penderita TB Paru yang berobat sesuai standar Keluarga 100%     34,85%  
7 Penderita hipertensi yang berobat teratur Keluarga 100%     21,71%  
Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak
8 Keluarga 100%     19,51%  
ditelantarkan
9 Anggota keluarga tidak ada yang merokok Keluarga 70%     63,20%  
10 Keluarga sudah menjadi anggota JKN Keluarga 100%     19,71%  
11 Keluarga mempunyai akses sarana air bersih Keluarga 100%     71,46%  

12 Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat Keluarga 100%     91,84%  

B. KESEHATAN IBU DAN ANAK TERMASUK KB           69,08%


1 Pelayanan Kesehatan Ibu hamil Ibu Hamil 100% 623 442 70,95%  
2 Pelayanan Kesehatan Ibu bersalin Ibu Hamil 100% 584 485 83,05%  
3 Pelayanan Kesehatan bayi baru lahir Ibu Bersalin 100% 565 476 84,25%  
4 Pelayanan Kesehatan Balita Balita 100% 2.776 1.750 63,04%  
5 Pelayanan Kesehatan pada anak usia dasar Orang 100% 4.434 1.332 30,04%  
6 Jumlah kasus kematian Ibu Ibu Bersalin 0% 623 2 0,32%  
7 Jumlah kasus kematian bayi Bayi 0% 560 6 1,07%  
8 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 Ibu Hamil 100% 623 548 87,96%  
9 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Ibu Hamil 100% 623 442 70,95%  
10 Cakupan Persalinan Di tolong Oleh Nakes Ibu Bersalin 100% 584 484 82,88%  
11 Cakupan Pelayanan Kesehatan Remaja Orang 80% 1.890 69 3,65%  
12 Cakupan komplikasi Kebidanan Ditangani Ibu hamil 99% 125 207 165,60%  
13 Cakupan persalinan di fasilitas Kesehatan Ibu Hamil 80% 584 484 82,88%  
14 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Ibu Nifas 85% 584 406 69,52%  
15 Neonatus dengan Komplikasi yang ditangani Neonatus 95% 85 11 12,94%  
16 Cakupan Kunjungan Neonatus Neonatus 100% 565 463 81,95%  
17 Cakupan Kunjungan Bayi Bayi 85% 560 335 59,82%  

33
18 Cakupan Kepesertaan KB Aktif Orang 60% 4253 4.158 97,77%  
19 Cakupan Pelayanan Anak Balita Orang 100% 2214 1.715 77,46%  
20 Persentase ibu nifas mendapat kapsul vitamin A Orang 90% 584 485 83,05%  
21 Cakupan penjaringan Kesehatan Siswa SD dan SMP Sekolah 100% 4434 1.332 30,04%  
C. UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT           42,43%
1 Prevalensi desa bebas rawan Gizi Desa 45% 10 10 100,00%  

2 Prevalensi kekurangan Gizi ( Under weight pada anak balita) Balita 17,03% 2776 174 6,27%  
Prevalensi stunting ( Pendek dan sangat pendek) pada anak baduta
3 Baduta 34,44% 728 104 14,29%  
(<2 tahun)

4 Persentase kasus balita gizi buruk mendapat perawatan Balita 100% 2 2 100,00%  

5 Persentase Balita yang di timbang berat badannya Balita 80% 2776 66 2,37%  

6 Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI eksklusif Bayi 50% 421 194/421 52,10%  

7 Persentasi balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A Balita 100% 2216 1.884 85,02%  

8 Ibu hamil KEK yang mendapatkan makanan tambahan Ibu Hamil 95% 105 105 100,00%  

9 Persentase remaja putri mendapatkan TTD Orang 30% 1890 1.890 100,00%  
10 Persentase bayi dengan BBLR < 2500 gram Bayi 8% 482 31 5,71%  

11 Persentase balita mempunyai buku KIA/KMS Balita 100% 2776 79 2,86%  

12 Persentase balita ditimbang yang naik berat badannya Balita 80% 2776 43 62,10%  

13 Persentase balita ditimbang yang tidak naik berat badannya (T) Balita 20% 2776 19 28,30%  

34
Persentase balita ditimbang yang tidak naik berat badannya 2x
14 Balita 5% 2776 1 3,76%  
berturut-turut (2T)
15 Persentase balita di Bawah Garis Merah (BGM) Balita 1% 2776 5 0,18%  
16 Persentase ibu hamil Anemia Ibu Hamil 28% 623 101 16,00%  

D. KESEHATAN LINGKUNGAN               25,44%


1 Jumlah desa dengan sanitasi total berbasis masyarakat Desa ³ 70% 10 2 20,00%  
2 Cakupan Pelayanan Kesehatan Lingkungan TPUM ³ 40% 136 42 30,88%  
3 Persentase rumah sehat meningkat Rumah ³ 80% 6041 194 3,21%  
E. PROMOSI KESEHATAN               39,47%
1 Cakupan Desa Siaga Aktif Desa 87% 10 5 50,00%  
2 Jumlah institusi yang melaksanakan kawasan tanpa rokok   Desa 10% 38 11 28,95%  
3 Cakupan Rumah Tangga PHBS   Rumah 100% 3776 60 1,59%  
F. PENGENDALIAN PENYAKIT           61,91%
1 Pelayanan Kesehatan pada usia produktif   Orang 100% 15928 5970 37,48%  
2 Pelayanan Kesehatan pada usia lanjut Orang 100% 2790 1814 65,02%  
3 Pelayanan kesehatan pada penderita hipertensi   Orang 100% 7133 2390 33,51%  
4 Pelayanan Kesehatan pada penderita Diabetes Militus Orang 100% 375 310 82,67%  
5 Pelayanan kesehatan pada Penderita TB Orang 100% 215 192 89,30%  
6 Pelayanan orang dengan resiko terinfeksi HIV Orang 100% 722 562 77,84%  

7 Keberhasilan Pengobatan BTA Positif ( succes rate) Orang 97% 50 15 / 33 45,45%  

8 Prevalensi HIV per 100.000 % 3,5% 26579 1 0,00%  


9 Prevalensi Malaria per 1.000 penduduk Orang 100% 26579 229 0,86%  
10 Jumlah penduduk >2 tahun minum obat filaria Orang 85% 26579 24294 91,40%  
11 Inciden rate DBD per 100.000 Jiwa 52 26579 0 0,00%  
12 Cakupan Desa UCI Desa 92% 10 6 60,00%  

35
Cakupan penemuan dan pengobatan semua kasus TB ( case
13 Orang 65% 50 39 78,00%  
detection rate/CDR)

14 Angka Keberhasilan pengobatan pasien TB semua kasus Orang 90% 50 21 / 33 63,64%  

15 Persentase pasien TB yang mengetahui status HIV Orang 60% 50 39 78,00%  

16 Microfilariasis Rate % <1% 26579 24294 91,40%  

17 Jumlah Penduduk umur 1-12 tahun minum obat cacing % 75% 6232 5439 87,28%  
Persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar
18 Orang 92% 560 491 87,68%  
lengkap
G. UPAYA PENGEMBANGAN           84,66%

1 Pelayanan Kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat Orang 100% 47 51 108,51%  

2 Cakupan ketersediaan obat difasilitas kesehatan Puskesmas 86% 370 225 60,81%  

HASIL KINERJA UPAYA KESEHATAN WAJIB DAN PENGEMBANGAN 57,78%

( SEDANG )

36
Berdasarkan daftar masalah kesehatan pada tabel di atas, terdapat beberapa beberapa masalah kesehatan dengan capaian yang belum atau tidak
memenuhi target/harapan. Dari beberapa masalah kesehatan tersebut, telah dipilih tiga masalah kesehatan yang dijabarkan pada tabel 2.2
sebagai berikut:

Tabel 2.2 Daftar masalah kesehatan sesuai PKP 2020 di Puskesmas Sekura terpilih
No Masalah Capaian/Kenyataan Harapan/Target

Ibu Hamil mendapatkan


1.
pelayanan kesehatan sesuai 70,95% 100%
standar

Usia Produktif
2. mendapatkan pelayanan 37,48% 100%
kesehatan sesuai standar
Penderita Hipertensi
mendapatkan pelayanan
3. 34,51% 100%
kesehatan sesuai standar

Masalah yang kami pilih bukan berdasarkan pencapaian terendah, namun berdasarkan pertimbangan bisa tidaknya intervensi dan memungkin
diterapkan oleh puskesmas

37
3.2 Penentuan Prioritas Masalah
Berdasarkan table diatas, selanjutnya dilakukan penentuan prioritas masalah dengan
menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness, and Growth) yang ditampilkan
pada tabel 2.6, sebagai berikut:

Tabel 2.6 Penentuan prioritas masalah metode USG pada masalah terpilih di
Puskesmas Sekura pada tahun 2020

No Masalah Mean Value Score Summing

U+S+G
Urgency Serioussness Growth

1. Ibu hamil tidak 4 5 5 14


mendapatkan
pelayanan
kesehatan sesuai
standar
2. Usia produktif 4 4 5 13
tidak
mendapatkan
pelayanan
kesehatan
sesuai standar
3. Penderita 4 4 4 12
hipertensi tidak
mendapatkan
pelayanan
kesehatan
Hipertensi sesuai
standar

Urgency, yaitu dikaitkan dengan CFR (Case Fatality Rate) yang merupakan suatu
angka yang dinyatakan ke dalam persentase yang berisikan data orang yang mengalami
kematian akibat suatu penyakit tertentu. Rumus CFR adalah persentase hasil bagi

38
antara Jumlah kematian akibat penyakit dalam periode waktu tertentu dengan Jumlah
penyakit yang terdiagnosa dalam periode waktu yang sama. Seriuousness adalah jika
masalah tersebut dibiarkan akan terdapat gap antara capaian dan target. Growth adalah
Pertumbuhan dengan melihat trend. Dibagi menjadi 2 yaitu pertumbuhan horizontal
dan pertumbuhan vertikel. Pertumbuhan horizontal akan menyebabkan masalah lain
seperti jika kasus TB dibiarkan maka akan menyebabkan masalah kesehatan lain
seperti masakah gizi sedangan pertumbuhan vertikal akan menyebabkan capaian akan
menurun dari waktu ke waktu. Berdasarkan penghitungan prioritas masalah kesehatan
yang ditemukan dengan metode USG, didapatkan nilai USG terbesar adalah Semua
kasus TB yang ditemukan dan diobati yang belum memenuhi target.

3. 3 Proses Penentuan Determinan Masalah Terpilih


Untuk menentukan kemungkinan penyebab masalah yang sudah terpilih yaitu
Persentase Pelayanan orang terduga TBC mendapatkan pelayanan sesuai standar (SPM
11), digunakan diagram tulang ikan (fishbone diagram) di halaman berikut :

39
40
BAB 4

PEMECAHAN MASALAH

4.1 Usulan Strategi Kegiatan Pemecahan Masalah

4.1.1 Penggunaan Logbook KATOK (Kader TB Orang Kanor)

- Kegiatan: Pembuatan Logbook KATOK untuk kader TB


Tujuan : meningkatkan pelayanan orang terduga TBC
mendapatkan pelayanan sesuai standar
- Metode:
- Pembuatan media Logbook KATOK sebagai media kader Puskesmas kepada
kader untuk meningkatkan pelayanan orang terduga TBC mendapatkan
pelayanan sesuai standar
- Pembagian media Logbook KATOK untuk setiap kader di masing-masing
desa
- Kegiatan Follow-up setiap 3 bulan untuk pengisian Logbook
- Sasaran dan Target:
Sasaran dari program ini adalah Kader TB di wilayah kerja Puskesmas Kanor
setiap Desa di Kanor
A. Waktu :
 Pembuatan Logbook : Januari 2021
 Pemberian Logbook ke tiap kader : Maret 2020
 Follow-up : Tiap akhir triwulan
B. Penanggung Jawab: Pemegang Prorgam P2P TB Puskesmas Medokan Ayu
C. Indikator capaian:
- Terbentukan Logbook Katok
- Setiap Kader TB masing-masing Desa mendapatkan 1 Logbook
- -meningkatkan penemuan pasien suspek TB
D. Cara pengukuran:
- Meningkatnya penemuan pasien suspek TB di PKP 2021
E. Waktu Evaluasi:

41
Evaluasi dilakukan setiap akhir triwulan

4.1.2 Penghargaan Kader TB berprestasi.

- Kegiatan: Pemberian penghargaan kepada kader terbaik yang mampu


menemukan pasien Suspek TB
- Tujuan : Meningkatkan jumlah pasien Suspek TB
- Metode:
 Pencarian dan pendataan kontak erat BTA +.
 Pendataan progres capaian skrining yang telah didapatkan oleh setiap
kader.
 Penilaian kinerja terhadap capaian setiap kader.
 Pemberian penghargaan pada tiap triwulan.
- Sasaran dan Target:
Kader TB yang telah menjalani pelatihan.
A. Waktu :
 Pencarian dan pendataan kontak erat : Setiap adanya temuan
kasus baru
 Pendataan progress capaian : Akhir tiap triwulan
 Penilaian kinerja : Akhir tiap triwulan
 Pemberian penghargaan : Akhir tiap triwulan
B. Penanggung Jawab: Pemegang Prorgam P2P TB Puskesmas Medokan Ayu
C. Indikator capaian:
- Lengkapnya data suspek pasien TB.
- Terlaksananya pemberian penghargaan sebanyak 4 kali pada setiap tahun.
- Meningkatnya jumlah skrining pada tiap triwulan oleh masing-masing
kader.
D. Cara pengukuran:
- Menghitung jumlah pasien suspek TB yang ditemukan di setiap Desa
E. Waktu Evaluasi:
Evaluasi dilakukan pada akhir tiap triwulan.

42
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari berbagai hasil kinerja dan evaluasi puskesmas
serta berbagai analisis yang telah dilaksanakan, didapatkan bahwa cakupan penemuan
suspek penderita TB yang belum mencapai target menjadi masalah yang diprioritaskan
untuk segera dipecahkan. Beranjak dari hal tersebut penulis dalam hal ini memberi
alternative solusi dalam tiga bentuk program, yaitu: 1) Pembuatan Logbook KATOK untuk
kader TB 2) Penghargaan kader TB Berprestasi
Adanya peran aktif masyarakat secara luas dan peranan para stakeholders lintas
sektoral pada program ini diharapkan mampu menjadi solusi keterbatasan tenaga kader
maupun satgas TB yang dimiliki saat ini, sehingga target cakupan penemuan suspek
penderita TB di periode selanjutnya dapat tercapai.
5.2 Saran
Meskipun penentuan masalah serta pembentukan program ini telah
melalui serangkaian proses yang panjang, tidak menutup kemungkinan masih terdapat
kekurangan yang dapat terjadi selama pelaksanaannya. Oleh karenanya, diperlukan suatu
evaluasi berkala dan Analisa kendala yang ditemui selama pelaksanaan program ini baik dari
segi regulasi, administrasi, maupun kendala
teknis yang ditemui di lapangan. Sehingga dapat dilakukan suatu perbaikan dan
penyesuaian dalam pelaksanaan program ini untuk mencapai target yang
diinginkan.

43
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Angka
Kejadian Hipertensi di Indonesia Tahun 2008. Jakarta. 2008.
2. Kemenkes RI. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta : Kemenkes RI.
2011.
3. WHO. World Health Day 2013: Measure Your Blood Pressure, Reduce Your Risk.
diambil dari: http://www.who.int. 2013.
4. WHO. Global Status Report on Noncommunicable Disease 2010.
http://www.who.int/nmh/publication/ncd_report_chapter1.pdf. 2011
5. Riskesdas. Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
2013. Riset Kesehatan Daerah. Jakarta: Riskesdas: 2013.
6. Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular. Perhimpunan Dokter
Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2015.
7. Infodatin Hipertensi. Pusat Data dan Informasi Kementrian RI; Jakarta. 2014.
8. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit
Hipertensi, Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. 2013.
9. Muchid A. Buku Saku Hipertensi:Pharmacheutical Care Untuk Penyakit Hipertensi,
Jakarta: Depkes RI Ditjen Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. 2006.
10. Bustan. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta; Jakarta. 2007.
11. Palmer A dan Williams B. Tekanan Darah Tinggi. Penerbit Erlangga; Jakarta.2007.
12. Konsesus Penatalaksanaan Hipertensi. Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia.
2019.

44
LAMPIRAN

45

Anda mungkin juga menyukai