Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN KOMUNITAS

HIPERTENSI PADA KELUARGA NY T

Disusun Oleh :

NOVI TRIWANTO

18200100097

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN


HIPERTENSI PADA Ny. “T” DI KELUARGA TN ”P “ DI RT 01 RW 05
KELURAHAN BOJONG PONDOK TERONG KECAMATAN CIPAYUNG KOTA
DEPOK

Disusun Oleh :
NOVI TRIWANTO
18200100097

Telah disetujui pada


Hari :
tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

( ) (Ani Novitasari, Amd. Kep) (Nurma Shinta Sari)


LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN
HIPERTENSI

A. Teori Keluarga
1. Definisi
Beberapa definisi keluarga menurut para ahli:
a. Keluarga adalah sebagai sebuah sistem sosial kecil yang terdiri atas suatu
rangkaian bagian yang sangat saling bergantung dan dipengaruhi baik oleh
struktur internal maupun eksternalnya (Friedman, 2010).
b. Keluarga terdiri atas sekelompok orang yang mempunyai ikatan perkawinan,
keturunan atau hubungan sedarah dan ikatan adopsi. Anggota keluarga
biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga atau jika mereka
hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga sebagai
rumah mereka yang berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lainnya dalam
peran-peran sosial keluarga. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang
sama yaitu kultur yang diambil dari masyarakat dengan ciri unik tersendiri.
(Burgess. 1963 dalam Mubarak, 2011).
c. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan. (Jhonsons dan Leny, 2010)
d. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri dan
anaknya, atau ibu dan anaknya ( Suprayitno, 2009)
e. Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai peran masing-masing
yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 2010).

2. Tipe-Tipe Keluarga
Macam-macam tipe keluarga menurut Jhonsons dan Leny (2010)
Ada beberapa tipe keluarga yakni:
a. Menyatakan bahwa tipe-tipe keluarga dibagi atas keluarga inti, keluarga
orientasi, keluarga besar. Keluarga inti adalah keluarga yang sudah
menikah, sebagai orang tua, atau pemberi nafkah. Keluarga inti terdiri dari
suami istri dan anak mereka baik anak kandung ataupun anak adopsi.
b. Keluarga konjugal, yang terdiri dari pasangan dewasa ( ibu dan ayah ) dan
anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah
satu atau dua pihak orang tua atau Keluarga orientasi (keluarga asal) yaitu
unit keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan.
c. Selain itu terdapat juga Keluarga luas atau keluarga besar yang ditarik atas
dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya. Keluarga luas ini yaitu
keluarga inti ditambah anggota keluarga lainyang masih mempunyai
hubungan darah meliputi hubungan antara paman,bibi, keluarga kakek, dan
keluarga nenek.
Menurut Suprajitno (2009) Keluarga juga dibedakan menjadi keluarga
tradisional dan non tradisional.
a. Tradisional
⮚ Nuclear Family atau Keluarga Inti: Ayah, ibu, anak tinggal dalam
satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan
perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
⮚ Reconstituted Nuclear: Pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami atau istri. Tinggal dalam satu rumah
dengan anak-anaknya baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun
hasil dari perkawinan baru.
⮚ Niddle Age atau Aging Cauple: Suami sebagai pencari uang, istri di
rumah atau kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah
meninggalkan rumah karena sekolah atau perkawinan / meniti karier.
⮚ Keluarga Dyad / Dyadie Nuclear: Suami istri tanpa anak.
⮚ Single Parent: Satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak.
⮚ Dual Carrier: Suami istri / keluarga orang karier dan tanpa anak.
⮚ Commuter Married: Suami istri / keduanya orang karier dan tinggal
terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-
waktu tertentu.
⮚ Single Adult: Orang dewasa hidup sendiri dan tidak ada keinginan
untuk kawin.
⮚ Extended Family: 1, 2, 3 generasi bersama dalam satu rumah tangga.
⮚ Keluarga Usila: Usila dengan atau tanpa pasangan, anak sudah pisah.

b. Non Tradisional
⮚ Commune Family: Beberapa keluarga hidup bersama dalam satu
rumah, sumber yang sama, pengalaman yang sama.
⮚ Cohibing Coiple: Dua orang / satu pasangan yang tinggal bersama
tanpa kawin.
⮚ Homosexual / Lesbian: Sama jenis hidup bersama sebagai suami istri.
⮚ Institusional: Anak-anak / orang-orang dewasa tinggal dalam suatu
panti-panti.
⮚ Keluarga orang tua (pasangan) yang tidak kawin dengan anak.
3. Ciri – Ciri Struktur Keluarga
Ciri-ciri struktur keluarga ada 3 yaitu :
a. Terorganisasi: Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga.
b. Ada Keterbatasan: Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing -
masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan: Setiap anggota keluarga mempunyai peranan
dan fungsinya masing - masing.

4. Fungsi dan Peran Keluarga


a. Fungsi keluarga menurut Jhonsons dan Leny (2010):
1) Fungsi pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan
menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan
anak.
2) Fungsi sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan
anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
3) Fungsi perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak
sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
4) Fungsi perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif
merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam
berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota kelurga. Sehingga
saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan
dalam keluarga.
5) Fungsi agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga
menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan
lain setelah dunia.
6) Fungsi ekonomi dilihat dari bagaimana kepala kelurga mencari
penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga,
7) Fungsi rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam keluarga, seperti acara menonton TV bersama,
bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.
8) Fungsi biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan
sebagai generasi selanjutnya. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan
rasa aman diantara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian
anggota keluarga.

b. Peran Keluarga menurut Jhonsons dan Leny (2010)


Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam
keluarga adalah sebagai berikut:
1) Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
2) Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu
dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3) Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

5. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan


Suprajitno (2009) menyatakan bahwa fungsi pemeliharaan kesehatan,
keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan, meliputi:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan
keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu
tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber
daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan
dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil
apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian orang tua/keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga,
perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa
besar perubahannya.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini
merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadaan keluarga dengan pertimbangan siapa diantara
keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan
tindakan keluarga.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Seringkali keluarga
telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki
keterbatasan yang telah diketahui keluarga sendiri. Jika demikian, anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan
lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga untuk mendesain atau memodifikasi
lingkungan agar keluarga dimana mereka bertempat bisa menjaga dan
meningkatkan status keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.
Tugas keluarga ini ditekankan pada pemilihan dan pemanfaatan pelayanan
fasilaitas kesehatan disekitar keluarga saat ada keluarga yang sakit.
6. Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga menurut Friedman (2010):
a. Pasangan Baru
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan
perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa berarti
psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru yang masih tinggal
dengan orang tuanya.
Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran
dan fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan
kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi dan
sebagainya.
Tugas perkembangan
1) Membina hubungan intim danmemuaskan.
2) membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
3) mendiskusikan rencana memiliki anak.
4) Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga suami,
keluarga istri dan keluarga sendiri.

b. Keluarga “child bearing” kelahiran anak pertama


Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak
berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.
Tugas perkembangan keluarga yang penting pada tahap ini adalah:
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan
sexual dan kegiatan.
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaiaman orang
tuan berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan
orang tua dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang
antara bayi dan orang tua dapat tercapai.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun.
Tugas perkembangan:
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman.
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga
harus terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun
dengan masyarakat.
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.

d. Keluarga dengan anak sekolah


Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan berakhir
pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai
jumlah maksimal sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah,
masing-masing anak memiliki minat sendiri. Dmikian pula orang tua
mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga.
1) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan
pada anak untuk bersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di
luar sekolah.

e. Keluarga dengan anak remaja


Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun kemudian.
Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang lebih
besar untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.
Tugas perkembangan:
1) Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua.
Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan
membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang
tua dan remaja.

f. Keluarga dengan anak dewasa


Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah
anak dan ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal
bersama orang tua.
Tugas perkembangan:
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu orang tua memasuki masa tua.
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

g. Keluarga usia pertengahan


Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa
pasangan fase ini dianggap sulit karena masa usia lanjut, perpisahan dengan
anak dan perasaan gagal sebagai orang tua.
Tugas perkembangan
1) Mempertahankan kesehatan.
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak.
3) Meningkatkan keakraban pasangan.
4) Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang,
olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.

h. Keluarga usia lanjut


Dimulai saat pensiun sanpai dengan salah satu pasangan meninggal dan
keduanya meninggal.
Tugas perkembangan:
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik
dan pendapatan.
3) Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
5) Melakukan life review.
6) Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama
keluarga pada tahap ini.
HIPERTENSI

1. Pengertian/Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus lebih
dari suatu periode, dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik
diatas 90mmHg. (Aspiani, 2014)
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
darah sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.
Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg, dan tekanan diastolic 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama
gagal jantung, stroke, & gagal ginjal (Depkes, 2013).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg
(Smith Tom, 2014). Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan
tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan
diastolik sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2013). Hipertensi
dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95–104 mmHg, hipertensi
sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat
bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan
peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan
sistolik (Smith Tom, 2014).

2. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan menurut
(Aspiani, 2014) :
a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial Hipertensi primer atau hipertensi
esensial disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Faktor yang memengaruhi yaitu : (Aspiani, 2014)
1) Genetik Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak
dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang memliki tekanan
darah tinggi.
2) Jenis kelamin dan usia Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita
menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia bertambah
maka tekanan darah 11 meningkat faktor ini tidak dapat dikendalikan serta
jenis kelamin laki–laki lebih tinggi dari pada perempuan.
3) Diet Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita
dengan mengurangi konsumsinya, jika garam yang dikonsumsi berlebihan,
ginjal yang bertugas untuk mengolah garam akan menahan cairan lebih
banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh. Banyaknya cairan yang
tertahan menyebabkan peningkatan pada volume darah. Beban ekstra yang
dibawa oleh pembuluh darah inilah yang menyebabkan pembuluh darah
bekerja ekstra yakni adanya peningkatan tekanan darah didalam dinding
pembuluh darah dan menyebabkan tekanan darah meningkat.
4) Berat badan Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan
dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan
dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau hipertensi.
5) Gaya hidup Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola
hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu merokok,
dengan merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap dalam waktu
sehari dan dapat menghabiskan berapa putung rokok dan lama merokok
berpengaruh dengan tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol yang sering,
atau berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien
sebaiknya jika memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta untuk
menghindari alkohol agar tekanan darah pasien dalam batas stabil dan
pelihara gaya hidup sehat penting agar terhindar dari komplikasi yang bisa
terjadi.
b. Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder terjadiakibat penyebab yang jelas.salah
satu contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang
terjadiakibat stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau
akibat aterosklerosis.stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke
ginjalsehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasn
renin, dan pembentukan angiostenin II. Angiostenin II secara langsung
meningkatkan tekanan darahdan secara tidak langsung meningkatkan sintesis
andosteron danreabsorbsi natrium. Apabiladapat dilakukan perbaikan pada
stenosis,atau apabila ginjal yang terkena diangkat,tekanan darah akan kembalike
normal (Aspiani, 2014).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hipertensi
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi.
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
1) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
2) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
3) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
1) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
2) Kegemukan atau makan berlebihan
3) Stress
4) Merokok
5) Minum alkohol
6) Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)

4. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:
a. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi sakit kepala dan pusing, nyeri kepala berputar, rasa berat
di tengkuk, kadang mimisan, marah/emosi tidak stabil, mata berkunang –
kunang, telinga berdengung, sukar tidur, kesemutan, kesulitan bicara, rasa
mual/muntah
5. Patofisiologi penyakit
Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi ventrikel
kiri yang terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan
pembuluh darah perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang menentukan
hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan diastole. Pengaruh
beberapa faktor humoral seperti rangsangan simpato-adrenal yang meningkat dan
peningkatan aktivasi system renin-angiotensin-aldosteron (RAA) belum diketahui,
mungkin sebagai penunjang saja. Fungsi pompa ventrikel kiri selama hipertensi
berhubungan erat dengan penyebab hipertrofi dan terjadinya aterosklerosis primer.
Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus
(konsentrik). Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat
tanpa perubahan yang berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada
stadium selanjutnya, karena penyakir berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur,
dan akhirnya eksentrik, akibat terbatasnya aliran darah koroner. Khas pada jantung
dengan hipertrofi eksentrik menggambarkan berkurangnya rasio antara massa dan
volume, oleh karena meningkatnya volume diastolik akhir. Hal ini diperlihatkan
sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksi ejeksi),
peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistol dan konsumsi oksigen otot
jantung. Hal-hal yang memperburuk fungsi mekanik ventrikel kiri berhubungan
erat bila disertai dengan penyakit  jantung  koroner.
Walaupun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh koroner
juga meningkat. Jadi cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan-
perubahan hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat
dengan derajat hipertrofi otot jantung.
Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner, yaitu:
a. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos
pembuluh darah resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels) seluruh badan.
Kemudian terjadi retensi garam dan air yang mengakibatkan berkurangnya
compliance pembuluh-pembuluh ini dan mengakibatkan tahanan perifer.
b. Hipertrofi yang meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler per
unit otot jantung bila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak difusi
antara kapiler dan serat otot yang hipertrofik menjadi factor utama pada
stadium lanjut dari gambaran hemodinamik ini.
Pathway hipertensi

6. Klasifikasi
Klasifikasi atau derajat hipertensi menurut JNC VII, 2017
Tahap Sistolik (atas) Diastole (bawah)
Normal < 120 mmHg dan < 80 mmHg
Pre hipertensi 120 – 139 mmHg atau 80 – 89 mmHg
Hipertensi I 140 – 159 mmHg atau 90 – 99 mmHg
Hipertensi II ≥160 mmHg ≥100 mmHg

7. Pemeriksaan penunjang
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
b. Pemeriksaan retina
b. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal
dan jantung
a. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
b. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
c. Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan
fungsi
d. ginjal terpisah dan penentuan kadar urin
e. Foto dada dan CT scan.
8. Komplikasi
Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi, dalam jangka
panjang akan menyebabkan kerusakan ateri didalam tubuh sampai organ yang
mendapat suplai darah dari arteri tersebut.
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu : (Aspiani, 2014)
a. Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di otak dan
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan
darah tinggi.
b. Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila membentuk trombus yang
bisa memperlambat aliran darah melewati pembuluh darah. Hipertensi kronis
dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi
dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Sedangkan
hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel terjadilah disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko
pembentukan bekuan.
c. Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi. Penderita
hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor
dan berkurang elastisitasnya, disebut dekompensasi. Akibatnya jantung tidak
mampu lagi memompa, banyak cairan tertahan diparu yang dapat menyebabkan
sesak nafas (eudema) kondisi ini disebut gagal jantung.
d. Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal. Merusak sistem
penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat membuat zat-zat yang tidak
dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan
dalam tubuh.
9. Penatalaksanaan medis
Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi dalam dua
kategori—pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi dan pengobatan
penyakit jantung hipertensi. Tekanan darah ideal adalah kurang dari 140/90 pada
pasien tanpa penyakit diabetes dan penyakit ginjal kronik dan kurang dari 130/90
pada pasien dengan penyakit diatas. Berbagai macam strategi pengobatan penyakit
jantung hipertensi :
a. Pengaturan Diet
Dalam merencanakan menu makanan untuk penderita hipertensi ada beberapa
factor yang perlu diperhatikan yaitu keadaan berat badan, derajat
hipertensi,aktifitas dan ada tidaknya komplikasi. Sebelum pemberian nutrisi
pada penderita hipertensi , diperlukan pengetahuan tentang jumlah kandungan
natrium dalam bahan makanan. Makan biasa ( untuk orang sehat rata-rata
mengandung 2800 – 6000 mg per hari ). Sebagian besar natrium berasal dari
garam dapur.
Untuk mengatasi tekanan darah tinggi harus selalu memonitor kadaan tekanan
darah serta cara pengaturan makanan sehari-hari. Secara garis besar ada 4
(empat) macam diit untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan
tekanan darah yaitu:
1) Diet rendah garam
Diet rendah garam pada hakekatnya merupakan diet dengan
mengkonsumsi makanan tanpa garam.Garam dapur mempunyai
kandungan 40% Natrium. Sumber sodium lainnya antara lain makanan
yang mengandung soda kue, baking powder, MSG (Mono Sodium
Glutamat),Pengawet makanan atau natrium bensoat biasanya terdapat
dalam saos,kecap,selai,jelli,makanan yang terbuat dari mentega.
Penderita tekanan darah tinggi yang sedang menjalankan diet pantang
garam memperhatikan hal sebagai berikut :
a) Jangan menggunakan garam dapur
b) Hindari makanan awetan seperti kecap, margarie, mentega, keju, trasi,
petis, biscuit, ikan asin, sardensis, sosis dan lain-lain.
c) Hindari bahan makanan yang diolah dengan menggunakan bahan
makanan tambahan atau penyedap rasa seperti saos.
d) Hindari penggunaan beking soda atau obat-obatan yang mengandung
sodium.
e)  Batasi minuman yang bersoda seperti cocacola, fanta, sprit.

2) Diet rendah kolesterol / lemak


Di dalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu kolesterol, trigliserida,
dan pospolipid. Sekitar 25 – 50 % kolesterol berasal dari makanan dapat
diarsorbsi oleh tubuh sisanya akan dibuang lewat faeces. Beberapa
makanan yang mengandung kolestero tinggi yaitu daging, jeroan, keju
keras, susu, kuning telur, ginjal, kepiting, hati dan kaviar. Tujuan diet
rendah kolesterol adalah menurunkan kadar kolestero serta menurunkan
berat badan bila gemuk. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengatur
nutrisi pada hypertensi adalah :
a) Hindari penggunaan minyak kelapa, lemak, margarine dan mentega.
b) Batasi konsumsi daging, hati, limpa dan jenis jeroan.
c) Gunakan susu full cream.
d) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir per minggu.
e) Lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe, dan jenis kacang-kacang
lainnya.
f) Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis-manis seperti sirup,
dodol.
g) Lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah – buahan.
3) Diet kalori bila kelebihan berat badan
Hipertensi tidak mengenal usia dan bentuk tubuh seseorang. Meski
demikian orang yang kelebihan berat badan akan beresiko tinggi terkena
hypertensi. Salah satu cara untuk menanggulanginya dengan melakukan
diet rendah kalori, agar berat badannya menurun hingga normal. Dalam
pengaturan nutrisi perlu diperhatikan hal berikut:
a) Asupan kalori dikurangi sekitar 25 % dari kebutuhan energi atau 500
kalori untuk penurunan 0,5 kg berat badab per minggu.
b) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.
c) Contoh menu untuk penderita hipertensi :
1 piring nasi (100 gram), 1 potong daging (50 gram), 1 mangkok sup
(130 gram), 1 potong tempe (50 gram), 1 potong pepaya (100 gram),
(Sri Rahayu, 2007). 

b. Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan jantung.
Olaharaga isotonik dapat juga bisa meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi
perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30
menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dinjurkan untuk
menurunkan tekanan darah.
c. Penurunan Berat Badan
Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan
kejadian hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan adalah hal yang
sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.
Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat
badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus karena
umumnya obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung
simpatomimetik,sehingga dapat meningkatan tekanan darah, memperburuk
angina atau gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi aritmia.
Menghindari obat-obatan seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan MAO
yang dapat meningkatkan tekanan darah atau menggunakannya dengan obat
antihipertesni.
10. Pengkajian keperawatan
a. Penjajakan pertama
Tujuan penjajakan tahap pertama adalah untuk mengetahui masalah yang
dihadapi oleh keluarga.
1)  Pengumpulan data
Merupakan informasi yang diperlukan untuk mengukur masalah
kesehatan, status kesehatan, kesanggupan keluarga dalam memberikan
perawatan pada anggota keluarga .
a)   Struktur dan sifat anggota keluarga
✔ Anggota–anggota keluarga dan hubungan dengan kepala keluarga.
✔ Data demografi : umur,jenis kelamin, kedudukan dalam keluarga.
✔ Tempat tinggal masing-masing anggota keluarga,
✔ Macam struktur anggota keluarga apakah matrikat,patrikat
berkumpul atau menyebar.
✔ Anggota keluarga yang menonjol dalam pengambilan keputusan.
✔ Hubungan dengan anggota keluarga termasuk dalam perselisihan
yang nyata ataupun tidak nyata.
✔ Kegiatan dalam hidup sehari-hari,kebiasaan tidur,kebiasaan makan
dan penggunaan waktu senggang

b)   Faktor sosial budaya dan ekonomi


(1)   Pekerjaan
(2)   Penghasilan
(3)   Kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan primer
(4)   Jam kerja ayah dan ibu
(5)   Siapa yng menentukan keuangan dan penggunaannya
c)   Faktor lingkungan
(1)   Perumahan
(a)    Luas rumah
(b)   Pengaturan dalam rumah
(c)    Persediaan sumber air
(d)   Adanya bahan kecelakaan
(e)    Pembuangan sampah
(2)   Macam lingkungan / daerah rumah
(3)   Fasilitas social dan lingkungan
(4)   Fasilitas transportasi dan kesehatan
d)  Riwayat kesehatan
(1)   Riwayat kesehatan dari tiap anggota keluarga
(2)   Upaya pencegahan terhadap penyakit
(3)   Sumber pelayanan kesehatan
(4)   Perasepsi keluarga terhadap peran pelayanan dari petugas
kesehatan.
(5)   Pengalaman yang lalu dari petugas kesehatan.
e)   Cara pengumpulan data
(1)  Observasi langsung : dapat mengetahui keadaan secara langsung.
(a)    Keadaan fisik dari tiap anggota keluarga.
(b)   Komunikasi dari tiap anggota keluarga
(c)    Peran dari tiap anggota keluarga
(d)   Keadaan rumah dan lingkungan
(2)   Wawancara
Dapat mengetahui hal-hal :
(a)    Aspek fisik
(b)   Aspek mental
(c)    Sosial budaya
(d)   Ekonomi
(e)    Kebiasaan
(f)    Lingkungan
(3)   Studi dokumentasi antara lain
(a)    Perkembangan kesehatan anak
(b)   Kartu keluarga
(c)    Catatan kesehatan lainnya
(4)  Dilakukan terhadap angota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan dan keperawatan antara lain :
(a)    Tanda-tanda penyakit
(b)   Kelainan organ tubuh

11. Analisa data


Analisa data bertujuan untuk mengetahui masalah kesehatan yang dialami oleh
keluarga. Dalam menganalisis data dapat menggunakan Typologi masalah dalam
family healt care.
Permasalahan dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Ancaman kesehatan adalah keadaan yang dapat memungkinkan terjadinya
penyakit,kecelakaan atau kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan.
Contoh :
1) Riwayat penyakit keturunan dari keluarga seperti hipertensi
2) Masalah nutrisi terutama dalam pengaturan diet
b. Kurang atau tidak sehat adalah kegagalan dalam memantapkan kesehatan.
Contoh:
1) Adakah didalam keluarga yang menderita penyakit hipertensi
2) Siapakah yang menderita penyakit hipertensi
c. Krisis adalah : saat- saat keadaan menuntut terlampau banyak dari indivdu
atau keluarga dalam hal penyesuaian maupun sumber daya mereka.
Contoh : Adakah anggota keluarga yang meninggal akibat hipertensi.

12. Penentuan prioritas masalah


Didalam menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga menggunakan sistim
scoring berdasarkan tipologi masalah dengan pedoman sebagai berikut:

Kriteria Bobot
1. Sifat masalah 1
Skala : ancaman kesehatan 2
Tidak/kurang sehat 3
Krisis 1
2. Kemungikan masalah dapat diubah 2
Skala : Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk dicegah 1
Skala : Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 1
Skala : Masalah berat harus ditangani 2
Ada masalah tapi tidak perlu segera
ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0

Skoring :
1.Tentukan skor untuk tiap kriteria
2.Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot

Skor X bobot
Angka tertinggi

3. Jumlahkanlah skor untuk semua criteria ,skor tertinggi 5 sama dengan seluruh
bobot

13. Diagnosa yang mungkin muncul


a. Nyeri akut berhubungan dengan (lima fungsi keluarga)
b. Managemen regiment terapeutik tidak efektif berhubungan dengan (lima
fungsi keluarga)
c. Kurang pengetahuan tentang penyakit serta cara pencegahanya berhubungan
dengan (lima fungsi keluarga)

14. Rencana Keperawatan


a. Nyeri akut berhubungan dengan lima fungsi keluarga
NOC NIC

- Pain Control Pain Manajemen


Setelah dilkukan perawatan 1. Lakukan penilaian terhadap nyeri, lokasi,
selama 3 x kunjungan karakteristik dan faktor-faktor yang dapat
diharapkan nyeri berkurang menambah nyeri
berkurang dengan kriteria 2. Amati isyarat non verbal tentang kegelisahan
hasil: 3. Fasilitasi lingkungan nyaman
- Menggunakan skala 4. Jelaskan pada pasien dalam menemukan posisi
nyeri untuk nyaman
mengidentifikasi tingkat 5. Ajarkan penggunaan tehnik tanpa pengobatan (ct:
nyeri relaksasi, distraksi, massage, guidet imageri)
- Klien menyatakan nyeri 6. hilangkan/minimalkan aktifitas vasokontriksi yang
berkurang dapat meningkatkan sakit kepala, seperti : mengejan
- Klien mampu saat BAB, batuk panjang, membungkuk.
istirahat/tidur b. Kelola analgetik
- Menggunakan tekhnik c. Terapi relaksasi
non farmakologi d. Manajemen lingkungan

b. Managemen regiment teraupetik tidak efektif berhubungan lima fungsi


keluarga
NOC NIC

- Status Kesehatan Modifikasi Kebiasaan


Keluarga 1. Pastikan motivasi/keinginan klien untuk berubah.
Setelah dilakukan asuhan 2. Bantu klien untuk mengidentifikasi kekuatan dan beri
keperawatan selama 3 x reinforcmen positif.
kunjungan diharapkan 3. Berikan gambaran klien dengan orang-orang yang
pemenuhan kebiasaan berhasil mengatasi masalah yang sama dengan klien
managemen teraupetik 4. Dukung keputusan klien yang baik berhubungan
yang efektif dengan dengan kebutuhan kesehatan.
kriteria hasil: 5. Hindari penolakan/permusuhan kitika klien tidak
- Klien dapat percaya setuju dengan saran yang diberikan.
tentang informasi 6. Tawarkan alternatif-alternatif penyelesaian masalah
tentang kesehatan dan biarkan klien yang membuat keputusan.
- meminta aturan 7. Fasilitasi keterlibatan keluarga dalam perawatan klien
pengobatan 8. Evaluasi perubahan kebiasan klien berhubungan
- dilaporkan mengikuti dengan penyelesaian masalah kesehatannya.
aturan pengobatan
- menerima diagnosa
kesehatan
- mempunyai/membuat
kesepakatan terhadap
pelayanan kesehatan
- memodifikasi aturan
yang diarahkan dokter.

c. Kurang pengetahuan tentang Penyakit dan cara pencegahannya berhubungan


dengan (lima fungsi keluarga)
NOC NIC
- Knowlwdge: disease Teaching: disease process
process 1. Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya
Setelah dilakukan tindakan 2. Jelaskan tentang proses penyakit (tanda dan gejala),
keprawatan selama 3 x identifikasi kemungkinan penyebab. Jelaskan kondisi
kunjungan diharapkan tentangklien
pengetahuan tentang 3. Jelaskan tentang program pengobatan dan alternatif
penyakit hipertensi pengobatan
bertambah dengan kriteria 4. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
hasil: digunakan untuk mencegah komplikasi
- Klien mampu 5. Diskusikan tentang terapi dan pilihannya
menjelaskan kembali 6. Eksplorasi kemungkinan sumber yang bisa
tentang penyakit, digunakan/ mendukung
- Klien mampu mengenal 7. instruksikan kapan harus ke pelayanan
kebutuhan perawatan 8. Tanyakan kembali pengetahuan klien tentang
dan pengobatan tanpa penyakit, prosedur perawatan dan pengobatan
cemas.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2010). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.EGC: Jakarta.
Darmojo, Boedhi,et al. (2011). Beberapa masalah penyakit pada Usia Lanjut. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI

Depkes. (2007). Keperawatan Penyakit Dalam. Jakarta: Depkes RI.

Doengoes M.E. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 4 . EGC. Jakarta.

Friedman,M. Marilyn. (2010). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. Jakarta: EGC.

Jhonson & Leny. (2010). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.

Mansjoer, A. (2009). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid Satu, Media
Aeskulapius. Jakarta.

Smeltzer SC, Bare BG. (2008). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Suprajitno. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi Dalam Praktek. Jakarta:


EGC.

Sri Rahayu dkk. 2012. Nutrisi untuk klien hipertensi. Jakarta: Salemba Medika.

Price. SA. (2008). Patofisiologi Kosep klinis, Proses ppenyakit , alih bahasa Peter
Anugrah. EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai