Anda di halaman 1dari 14

Ending Berkesan

Oleh: Nara Lahmusi

Moderator: Amilia
Notulis: Wawa
Pelaksanaan: 20 April 2022
Tempat: Aula Cameba The WWG

Tentang Penulis

Nara Lahmusi🔊:

Oke, aku Nara. Bisa dipanggil Mas, Kak, Mbah, Bang, asal
jangan Mbak aja ya! Soalnya namanya kayak cewek. Aku pasien
gagal ginjal kronis sejak tahun 2010.

Di tahun itu juga, berangkat dari seorang Chemical Engineer


yang doyan baca, aku bermetamorfosis menjadi penulis, Dek.
Alhamdulillah, sudah 10 novel, Dek. Tiga novel yang paling baru
diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama: Things about Him, A Sky
Full of Stars, dan Inisial K. Novel Gagal Cinta Kronis yang akan
terbit adalah novelku mengangkat tema tentang gagal ginjal. Lalu
Factory Reset adalah novel low fantasi pertamaku. Dek, jangan
sungkan tanya-tanya aku di akun media sosialku ya, Dek,
@naralahmusi

MATERI

Merumuskan ending yang melekat kuat di hati dan kepala


pembaca.

Dek, sebelum kita menulis novel, kita perlu membuat struktur


cerita terlebih dahulu. Ini penting, agar cerita kita bisa fokus, tajam,
dan tidak melebar ke mana-mana. Sederhananya, cerita dibagi
menjadi tiga bagian (babak), Dek. Babak pertama terdiri dari tahapan
pengenalan. Babak kedua adalah pengembangan konflik. Terakhir,
babak ketiga atau ending adalah penyelesaian dari konflik dan
resolusi tokoh. Nah, babak terakhir ini yang akan kita bahas malam
ini, Dek.
Dek, babak ketiga/ending dibagi menjadi dua bagian penting,
ya:

Pertama, berisi tentang penyelesaian konflik.

Di ending, si tokoh utama akhirnya menemukan jalan


untuk menyelesaikan semua masalah yang dia hadapi di babak
sebelumnya.

Dek, Jangan pernah membuat penyelesaian konflik yang


MUDAH! Jangan membuat penyelesaian konflik yang terlalu
CEPAT! Karena itu akan mengecewakan dan kurang nendang.
Akhir novelmu akan mudah dilupakan.

Kedua, berisi resolusi tokoh atau perubahan tokoh setelah terjadi


konflik, Dek.

Dek, di awal cerita tokoh utamamu yang penuh dengan


kekurangan, setelah melalui serentetan konflik dan masalah di
babak dua, harus berubah lebih baik di ending! Atau setidaknya
apa yang dia butuhkan dari awal cerita tercapai di babak ending.

Sehingga dalam novelmu akan terlihat grafik


perkembangan karakter dari awal sampai akhir.

Dek, mengutip kata editorku, novel yang buruk adalah


novel yang KARAKTERNYA STATIS! TIDAK
BERKEMBANG! Ibarat proses produksi membuat kue, babak
satu adalah bahan-bahannya. Babak dua adalah prosesnya, dan
babak ketiga atau ending adalah produk akhirnya. Kue kamu
bisa disebut gagal total, jika bahan-bahan di awal tidak
mengalami perubahan sama sekali menjadi produk. Atau bisa
dibilang nggak ada before dan after.

Lalu, bagaimana cara membuat ending yang baik dan melekat kuat di
hati pembaca?

Nah, Dek, dalam membuat ending cerita itu perlu dirumuskan


strukturnya jauh-jauh sebelum menulis. Karena ending yang
terencana akan lebih bisa menarik ulur pembaca. Itu akan
menghadirkan sensasi penasaran dalam kepala pembaca tentang akhir
ceritamu. Juga menghindari ending yang terlalu cepat, mlempem, dan
kurang nendang!

Untuk itu, kita belajar dulu yuk, Dek, struktur ending dalam novel.

Struktur babak tiga (ending) meliputi:

a. Kesadaran tokoh utama.

Setelah tokoh utama novel Adek pontang-panting dengan


masalah di babak dua, saatnya di ending, tokoh kalian sadar dan
menemukan solusi yang benar untuk masalahnya!
Mungkin, di awal cerita mereka salah melangkah, mungkin
mereka salah mengambil keputusan, tapi di titik ini, hal itu tidak akan
terjadi lagi. Tokoh utamamu mulai mengoreksi kesalahan-
kesalahannya di awal, menyelami dirinya sendiri untuk berubah dan
bertekad mengambil sikap benar.

Nah, proses tokohmu mulai sadar akan masalah sebenarnya dan


mulai mencari solusinya ini harus ada di awal ending.

b. Setelah tokohmu sadar, Dek, baru dia menempuh jalan untiuk


menyelesaikan konflik yang terjadi di babak dua.

Ingat, penyelesaian konflik dilakuikan dengan bertahap. Kenapa


bertahap? Ini penting, agar endingmu tidak terlalu cepat dan
mlempem. Perlu tarik ulur biar ceritamu seru. Untuk itu,
menyelesaikan konflik perlu disusun tahapan-tahapannya. Bisa banget
lho, Dek, kalian list dulu rencana penyelesaian atas konflik yang
terjadi di babak sebelumnya.

Ini tahap-tahapan membuat penyelesaian konflik di ending, Dek

1. Mengumpulkan Tim.

Tokoh utamamu perlu bantuan tim. Baik secara harfiah (teman,


saudara, pacar, sahabat), atau tim diartikan dengan sebuah rencana,
alat, persiapan matang. Intinya tokohmu perlu bantuan untuk
menyelesaikan konflik. Jika di babak dua tokohmu sudah membuat
kehancuran hubungan-hubungan dengan orang lain, dia harus sadar,
meminta maaf, dan memohon bantuan. Tim ini juga bisa meliputi
kesiapan mental tokohmu lho, Dek. Intinya persiapan sebelum
menyelesaikan masalah. Atau kalau di cerita action, persiapan
menyerang musuh.

2. Mengeksekusi

Saatnya tokohmu dan tim mengeksekusi rencana. Di tahap ini, buatlah


tokoh utamamu bersinar. Jika ada tim, atau teman, atau bala bantuan,
buatlah keputusan tetap ada pada tokoh utamamu. Dia yang pegang
kendali!

Ingat, kamu perlu membuat rencana yang sulit (serasa mustahil) untuk
menyelesaikan konflik. Buatlah tokohmu sampai membatin apakah
ini benar-benar akan berhasil?

Namun, di tahap ini Adek perlu merancang tokoh kalian dan timnya
TAMPAK membuat kemajuan. Konflik di babak dua TAMPAK akan
selesai. Rencana mereka TAMPAK berhasil.

Ingat hanya TAMPAK yaaa, jadi nggak benar-benar berhasil dulu,


kita tipu pembaca dulu.

Nah, Baru setelah itu kita buat ….

3. Kejutan
Apa yang tampaknya mudah dan tampaknya berhasil ternyata tidak
seperti penampakannya. Tokohmu mendapat kejutan, bahwa
rencananya tidak berhasil. Ternyata tak semudah itu menyelesaikan
masalahnya!

Nah, kejutan inilah yang disebut plot TWIST. Sebuah tantangan lain
yang memaksa tokoh utamamu untuk membuktikan nilai mereka.

Terus gimana dong, Kak? Tokohnya salah langkah lagi dong?

Tenang, di ending tidak boleh salah langkah. Masalah harus selesai!

So, masuk ke tahap berikutnya, Dek.

4. Menggali lebih dalam

Dengan ada kejutan, si tokoh utamamu kembali di titik TAMPAK


gagal dan tidak memiliki apa-apa lagi. Tidak punya rencana. Tidak
punya harapan. Namun, di tahap ini tokohmu masih memiliki sesuatu.
Mungkin tokohmu belum menyadarinya. Sesuatu dalam dirinya
sendiri yang akan menjadi senjata dan solusi. Yaitu; tema dari cerita,
Kekurangan yang tokohmu taklukkan, dan bukti bahwa tokohmu telah
berubah.

Tokoh utamamu kembali merenungkan apa yang telah terjadi,


menggali dirinya lebih dalam dan menyadari dirinya telah menjadi
lebih baik dan menemukan semua jawaban itu.

Ingat, ya, Dek, itu hanya TAMPAK GAGAL. Kita tipu lagi pembaca.
Kuterangin sedikit tentang tema ya. Tema ini adalah nilai atau sesuatu
yang ingin adek angkat di dalam cerita adek. Misal tema tentang
mencintai diri sendiri, tentang menerima diri sendiri, tentang
kesetiaan, tentang kepercayaan, penerimaan, Tema ini semacam moral
value yang udah ada Dek, dari babak satu. Tapi, belum disadari si
tokoh utamamu. Buat tokoh utamamu salah langkah aja selama di
awal. Nah, di ending baru dia menyadari tema itu. Setelah kamu kasih
banyak masalah, ujian, konflik, baru dia sadar.

Dek, ingat, kamu ini TUHAN dalam novelmu. Kamu kasih cobaan
berat sama tokohmu agar mereka sadar, tobat, dengan tema yang
sudah kamu siapkan buat mereka. Jadi, di ending tokohmu mulai
sadar tema atau nilai atau value dari dirinya. Wis tobat pokokmen,
Dek. Hehehehe.

Baru setelah itu, masuk tahap ….

5. Eksekusi rencana baru

Setelah tampak gagal, di titik inilah tokohmu merasakan keberhasilan


setelah berjuang pontang-panting. Rencana baru pun berhasil!

Setelah bikin tegang pembaca (ditipu berkali-kali dengan kata


TAMPAK) akhirnya pembaca bisa lega, Dek ….

Ini akan memberikan efek yang luar biasa. Setelah semua konflik atau
masalah udah selesai, terakhir jangan lupa ….
c. Penutup
Closing adalah sebuah tahap paling akhir di mana kamu
harus menggambarkan perubahan tokohmu dari awal novel
hingga ending, Dek. Pembaca harus bisa mengidentifikasikan
dengan sangat jelas betapa cerita ini telah mengubah tokoh
utamamu menjadi lebih baik.
Selesai deh, novel Adek. Alhamdulillah ….

Tanya-Jawab

Zaskia Putri [Green Room]

Tadi kakak menyebutkan : 'Nah, proses tokohmu mulai sadar akan


masalah sebenarnya dan mulai mencari solusinya ini harus ada di
awal ending.' Pertanyaan saya, awal ending ini diletakkan pada bab
berapa ya, Kak? Misalkan dalam atau novel ada tiga puluh bab. Kira-
kira permulaan menuju ending ini diletakkan pada bab ke berapa?
Lalu bagaimana tarik-ulur yang kakak maksud agar ending-nya tidak
melempem? Dan, apakah saat penutup penulis perlu menjelaskan
perkembangannya tokohnya secara tersurat, Kak?

Jadi, untuk ending itu letaknya 80% dari total cerita Adek, berarti
tahap ending ini 20% akhir dari jumlah total bab cerita Adek. Jadi
kalau tiga puluh bab, di 6 bab terakhir, mulai bab 25, Dek. Tokohmu
harus mulai sadar. Babak tiga ini, atau ending tidak boleh hanya satu
bab. Ini akan terlalu singkat, pendek, dan tergesa-gesa.

Vallencia [Red Room]


Aku izin bertanya terkait topik ending nih, ya. Tadi struktur ending
ada tiga. Nah, bagaimana jika struktur pertama dan kedua itu dibalik,
Mas?

Misal, tokoh tersebut menyelesaikan konflik yang terjadi dulu,


menurut jalan pikirannya, baru setelah itu sadar?

Jadi, penyelesaian konflik yang diberikan oleh tokoh utama itu adalah
penyelesaian yang ibaratnya masih melibatkan emosi.

Jadi, di babak tiga ini, sudah nggak lagi membuat tokoh Adek salah
jalan. Kenapa? Karena itu harusnya sudah dilakukan di babak dua
(babak tengah). Di babak tengah, kamu boleh banget pontang
pantingin tokoh kamu. Nah, kalau sudah masuk ending atau 20% lagi
tamat, langsung buat tokohmu sadar ya, Dek. Kasihan atuh :(

tapi nggak dipermudah juga sih jalannya. Kan sesuai tahapan tadi
masih bisa nipu pembaca. Hehehe.
MJ Bruunow [Blue Room]
Apakah cerita di mana tokoh protagonisnya tokoh baik dan menang di
endingnya jenis cerita yang paling bagus dari segi menarik minat
pembaca? Bagaimana jika tokoh protagonisnya jahat tapi dia menang,
atau tokoh protagonisnya baik tapi dia kalah?

Perlu diingat dulu nih, Dek. Protagonis ini nggak selalu baik lho.
Protagonis ini adalah tokoh utama. Misal film Joker. Joker di film itu
menjadi protagonis, tokoh utamanya. Sedangkan Antagonis adalah
tokoh yang menghalanginya.

Menjadi menarik ketika tokoh utamamu bisa mengalami perubahan


karakter. Bisa menyadari temanya. Novel yang baik adalah ketika
value yang ingin kamu sampaikan ke pembaca lewat karakter tokoh
utamamu terdeliver dengan baik.

Hafshah Widya [Blue Room]

Yang mau saya tanyakan, kalau untuk bagian “1. Mengumpulkan


Tim”, kalau di genre romance, contohnya kayak gimana ya?
Gambaran kasarnya aja nggak papa, Kak, soalnya saya belum
kebayang.

Bener banget, ini adalah metode save the cat.

Mengumpulkan tim contoh dalam novelku ya A Sky Full of Stars.


Di babak 2 Raya merasa gagal menjadi guru privat murid bad boy
kayak Dirga. Endingnya dia sadar. Lalu mengumpulkan timnya, dia
mencoba meminta maaf kepada Dirga. Mencoba memahami dia
kenapa bisa sebadung itu dan sulit untuk belajar. Dia menyiapkan
juga cara belajar yang pas dan cocok buat Dirga yang termasuk orang
visual dan pandai menggambar.

Rui [Green Room]

Kira-kira berapa batas minimal dan maksimal memberi kejutan


berupa plot twist dalam satu cerita? Lalu, bagaimana dengan cerita
yang endingnya menggantung?

Plot twist cukup satu saja, Dek, biar efek mengejutkannya demage
parah. Tapi ingat, untuk membuat plot twist, harus nyebar dulu kode-
kode atau sinyal-sinyal halus yang nggak kentara. Agar pembaca
tidak merasa ditipu mentah-mentah ya ….

Azza Fatime [Green Room]

Kak Nara sudah menjelaskan tahap demi tahap ending dengan detail.
Saya jadi merasa bias, per tahapan itu terlihat panjang. Jadi,
bagaimanakah durasi yang baik untuk setiap tahapan ending? Apa
harus panjang supaya rinci? Juga, misal bisa fast pace, bagaimana tips
supaya poin2 di setiap tahap ending itu bisa tetap tersampaikan agar
ending tetap jadi berkesan?
Jujur, awal menulis kelemahanku adalah PENYELESAIAN
TERLALU TERBURU-BURU. Hampir semua novelku dikomentar
itu sama editor. Karena setelah hampir tamat, aku terlalu semangat
biar cepet kelar. Ternyata itu nggak bagus, Dek. Akhirnya aku revisi.

Tadi kan ada 6 tahap ya.

1. Sadar

2. Mengumpulkan tim

3. Eksekusi

4. Kejutan

5. Menggali lebih dalam

6. Eksekusi rencana baru

Ini pas banget buat 6 bab akhir, Dek jika total bab 30 seperti yang
ditanyakan di awal tadi. Pas banget menurutku. Satu bab, satu tahap.
Closing bisa epilog, atau diletakkin di bab terakhir.

Pipo [Green Room]

Saya mau bertanya tentang bagian closing ini. Kalau misalkan bagian
closing ini diserahkan ke imajinasi pembaca kita apakah akan
berkesan? Atau akan membuat pembaca marah karena justru terlihat
seperti menggantung. Misalkan saya ingin membuat akhir cerita
romance saya dengan tokoh pria yang hanya melamar tokoh utama
wanita. Tapi saya tidak memberitahukan apa jawaban tokoh utama
tersebut, endingnya hanya berakhir sampai disana saja kak.

Halal banget ya, ending menggantung. Bebas kok, Dek. Asal masalah
atau konflik di tengah cerita semua sudah terjawab. Tema yang ingin
disampaikan juga sudah disadari si tokoh utama. Jadi, boleh banget
dibuat menggantung.

Ikaann [Green Room]

Bagaimana agar ending yang kita buat itu bisa diterima pembaca?
Dalam artian logis, ga bikin pembaca nanya, “hah? Kok gini?”

Ending tidak hanya di akhir bab ya, Dek. Ending ini sebuah kumpulan
bab penyelesaian yang menjawab dari konflik atau masalah di babak
dua. Jadi, asal ending kamu logis dan menjawab (menjadi solusi) atas
konflik yang adek bangun di awal, insyaAllah pembaca akan puas.

Efek kaget, biasanya terjadi pada twist. Ini positif jika kita berhasil
menabur kode-kode dari awal. Kita telah menyebar sinyal tentang
twist itu. Namun, bisa berubah negatif, saat twist endingnya tiba-tiba.
Ngagetin sih iya, tapi ya nggak gini juga. Biasanya membuat pembaca
terkejut kesal.

Anda mungkin juga menyukai