Anda di halaman 1dari 44

AnalisisSupply - Demandpada Hotel

AirBnb di Provinsi Banten


PL6213 - Pengembangan Lahan dan Perumahan
KELOMPOK 1

Ketua Kelompok
Arief Adhika Widyatama [25421020]

Anggota Kelompok
Muhammad Fajar Amanullah [15418204]
Nur Syaidah Zendrato [25421032]
Sefda Hadil [25421036]
Edi Setiawan [25421058]
Aurora Febrianti Naser [25421072]
Dhani Ruchimat Santika [24020315]
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sektor pariwisata juga merupakan salah satu industri paling besar dan perkembangannya
paling cepat di dunia, serta merupakan sumber pendapatan dan membuka lapangan pekerjaan
(Neto, 2003). Sektor pariwisata memiliki dampak yang sangat besar pada kehidupan
masyarakat baik itu pada kondisi perekonomian, lingkungan alam, penduduk lokal di tempat
tujuan, dan pada wisatawan itu sendiri. Berbagai macam dampak yang kemudian muncul
mulai dari pembaruan dari proses produksi yang diperlukan untuk memproduksi barang dan
jasa untuk pengunjung, serta pihak yang memiliki kepentingan yang terlibat di sektor
pariwisata menyebabkan perlunya melakukan pendekatan secara keseluruhan dalam hal
pengembangan destinasi pariwisata, manajemen pariwisata maupun monitoring kegiatan
pariwisata yang ada. Pendekatan ini sangat dianjurkan untuk diberlakukan pada kebijakan
pariwisata nasional dan lokal, serta perjanjian internasional. Sektor pariwisata sangat
berperan penting dalam mengembangkan ekonomi masyarakat dan sejalan dengan kebijakan
pemerintah untuk membangun ekonomi yang berkelanjutan di masa mendatang. Sektor
pariwisata telah memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi
suatu negara yang meliputi tempat rekreasi, hotel, restoran, angkutan, serta bentuk usaha
yang mendukung pertumbuhan industri pariwisata lainnya.

Adanya pandemi Covid-19 yang terjadi di seluruh dunia memberikan dampak terhadap
aktivitas perekonomian secara global. Salah satu kegiatan perekonomian yang mengalami
dampak paling parah menurut beberapa pakar di bidang ekonomi adalah industri sektor
pariwisata. Dengan diterapkannya kebijakan pembatasan sosial yang dibuat oleh pemerintah
telah membuat mobilitas masyarakat menjadi sangat terbatas. Hal tersebut terlihat seperti
adanya larangan untuk melakukan perjalanan keluar kota dan berkumpul dalam jumlah yang
besar, sehingga berdampak terhadap banyaknya calon wisatawan baik itu yang berasal dari
dalam negeri (domestik) maupun wisatawan yang berasal dari luar negeri (mancanegara)
yang membatalkan kunjungannya untuk melakukan wisata ke Objek Daya Tarik Wisata
(ODTW) pada beberapa daerah tertentu. Pihak pengelola ODTW kemudian lebih memilih
untuk menutup tempat usaha wisatanya dari kunjungan wisatawan baik itu dari dalam
maupun luar negeri sebagai usaha dalam membatasi bahkan untuk memutus rantai
penyebaran virus pandemi Covid-19.

2
Pariwisata merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam perekonomian
Indonesia, dan diharapkan pariwisata ini dapat menjadi leading sector yang nantinya dapat
menggerakan sektor lainnya (indonesia.go.id, 2019). Keberlanjutan perkembangan sektor
pariwisata di Indonesia mengalami penurunan, hal tersebut dikarenakan oleh terjadinya
bencana non-alam pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 tersebut telah masuk ke Indonesia
sekitar bulan Maret tahun 2020. Maka dengan itu, pemerintah telah menerapkan kebijakan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sampai dengan Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat (PPKM). Kebijakan ini telah berdampak terhadap banyak sektor
industri, salah satunya adalah industri sektor pariwisata. Hal ini berakibat terhadap penurunan
keterisian jumlah pengunjung hotel atau penginapan (akomodasi lainnya), serta terdapatnya
penutupan beberapa tempat wisata.

Menurut data World Travel & Tourism Council (WTTC) pada tahun 2019, sektor pariwisata
di Indonesia dapat berkontribusi sebesar 5,9% dari total GDP (Gross Domestic Product) dan
dapat menyerap tenaga kerja sebesar 13.180 jiwa atau 10,1% dari total lapangan pekerjaan di
tahun 2019. Berdasarkan data tersebut, sektor pariwisata berkontribusi cukup besar terhadap
kondisi perekonomian di Indonesia, baik dalam berkontribusi menyumbang Gross Domestic
Product (GDP), dan penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2020, sektor pariwisata di Indonesia
telah mengalami penurunan kontribusi terhadap kondisi perekonomian di Indonesia. Pada
tahun 2020, sektor pariwisata hanya berkontribusi sebesar 3,2% dari total Gross Domestic
Product (GDP), dan hanya dapat menyerap jumlah tenaga kerja sebesar 11.803 jiwa atau
9,1% dari total lapangan pekerjaan di tahun 2020. Sehingga dengan terjadinya pandemi
Covid-19 telah berdampak cukup besar terhadap keberlangsungan sektor pariwisata di
Indonesia.

Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki daya tarik pada sektor pariwisata, yaitu
Provinsi Banten. Provinsi Banten merupakan suatu daerah yang berada di ujung barat pulau
Jawa, daerah ini memiliki keindahan alam yang cukup menjanjikan dan memiliki taman
nasional yang cukup terkenal, yaitu Taman Nasional Ujung Kulon yang didalamnya terdapat
hewan asli Indonesia, yaitu badak jawa (badak bercula satu). Provinsi Banten merupakan
salah satu daerah yang memiliki berbagai macam objek wisata, destinasi yang paling banyak
dikunjungi oleh wisatawan adalah wisata religi. Selain Masjid Agung Banten, terdapat juga
beberapa objek wisata religi lainnya yang banyak dikunjungi oleh wisatawan yang datang ke
Provinsi Banten, diantaranya adalah Masjid Raya Tanara yang terdapat di Kabupaten Serang. 

3
Kondisi sektor pariwisata di Provinsi Banten tidak terlepas dari adanya pandemi Covid-19,
sehingga sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang terkena dampak paling luas dari
adanya pandemi Covid-19. Dampak tersebut dapat dilihat dari jumlah wisatawan baik itu
yang berasal dari dalam negeri (domestik) maupun wisatawan yang berasal dari luar negeri
(mancanegara) yang membatalkan kunjungannya untuk melakukan wisata ke Objek Daya
Tarik Wisata (ODTW) yang terdapat di Provinsi Banten sehingga jumlah wisatawan yang
berkunjung ke Provinsi Banten menjadi menurun. Hal tersebut juga dapat menyebabkan
akomodasi lainnya pada sektor pariwisata menjadi terganggu, salah satunya yaitu penginapan
pada platform Hotel AirBnb yang terdapat di Provinsi Banten.

1.2 TUJUAN DAN SASARAN


Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat penawaran (Supply) dan permintaan
(Demand) pada platform Hotel Airbnb pada saat sebelum dan selama terjadinya pandemi
Covid-19 di Provinsi Banten. Berdasarkan tujuan tersebut, maka sasaran pada penelitian ini
adalah.
1. Mengidentifikasi dinamika kasus dan kebijakan penanganan pandemi Covid-19 di
Provinsi Banten;
2. Menganalisis tingkat penawaran (Supply) dan permintaan (Demand) pada  platform
Hotel Airbnb pada saat sebelum dan setelah terjadinya pandemi Covid-19 di Provinsi
Banten;
3. Menganalisis tingkat penawaran (Supply) dan permintaan (Demand) pada platform Hotel
Airbnb yang dipengaruhi kasus dan kebijakan penanganan pandemi Covid-19 di Provinsi
Banten.

1.3 RUANG LINGKUP PENELITIAN


Ruang lingkup pada penelitian ini terdiri dari ruang lingkup materi dan ruang lingkup
wilayah. Ruang lingkup materi merupakan batasan pembahasan secara teoritik, sedangkan
ruang lingkup wilayah merupakan sebuah batasan lingkup wilayah studi yang menjadi objek
penelitian.
1.3.1 RUANG LINGKUP MATERI
Ruang lingkup materi pada penelitian ini adalah sebagai berikut, yaitu:
1. Teori penawaran dan permintaan;
2. Pengertian dan klasifikasi hotel;

4
3. Hotel Airbnb;
4. Pandemi Covid-19.
1.3.2 RUANG LINGKUP WILAYAH
Wilayah pengambilan data pada penelitian ini dibatasi pada wilayah Provinsi Banten, yang
terdiri dari 4 Kabupaten, 4 Kotamadya, 154 Kecamatan, 262 Kelurahan, dan 1.273 Desa.
Secara astronomis, Provinsi Banten terletak pada titik koordinat 105º1'11² - 106º7'12² BT dan
5º7'50² - 7º1'1² LS.

Sumber: (Analisis Penyusun, 2022).


Gambar 1.1 Peta Administrasi Provinsi Banten

Provinsi Banten merupakan salah satu daerah pemekaran yang termasuk dalam wilayah
Karesidenan Banten - Jawa Barat, yang dibentuk dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten. Provinsi Banten terdiri dari 4 (empat)
Kabupaten dan 4 (empat) Kotamadya. Provinsi Banten terletak pada garis lintang 5°7'50"-
7°1'1" selatan dan bujur 105°1'11"-10 6°7'12" bujur timur. Provinsi Banten terletak di ujung
barat Pulau Jawa, yaitu sekitar 90 km dari Provinsi DKI Jakarta dan memiliki luas 9.662,92
km2 yang mewakili sekitar 0,51% dari total luas daratan satu negara bagian di Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Wilayah Provinsi Banten berbatasan langsung dengan
Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat di bagian timur, serta berbatasan dengan Laut
Jawa di bagian utara, berbatasan dengan Samudera Hindia di bagian selatan, dan berbatasan
dengan Selat Sunda di bagian barat. Provinsi Banten merupakan posisi yang strategis karena
merupakan provinsi yang dilalui oleh jalur darat antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.

5
Kondisi topografi wilayah Provinsi Banten pada umumnya merupakan dataran rendah dengan
ketinggian yang berkisar antara 0 sampai 200 mdpl, yang terdapat di sebagian besar wilayah
Kota Cilegon, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kabupaten
Pandeglang, dan Kota Serang. Untuk wilayah Kabupaten Lebak Bagian Tengah, sebagian
kecil wilayah Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang berada pada ketinggian 201
hingga 2.000 meter di atas permukaan laut. Sedangkan untuk wilayah Kabupaten Lebak
Bagian Timur berada pada ketinggian 501 hingga 2.000 meter di atas permukaan laut, dan
berada di wilayah sekitar Puncak Gunung Sanggabuana dan Gunung Halimun.

Wilayah Provinsi Banten memiliki kawasan pantai, kawasan daratan, kawasan hutan, dan
kawasan pegunungan. Provinsi Banten berada pada posisi yang sangat strategis dan dapat
dicapai dari jalur laut, jalur darat, serta melalui jalur udara. Dilihat dari aspek pembangunan
ekonomi, industri, investasi, dan lapangan kerja, Provinsi Banten berada pada posisi yang
sangat strategis untuk dicapai melalui transportasi laut, darat dan udara. Wilayah Provinsi
Banten memiliki kawasan pantai, kawasan daratan, kawasan hutan, dan kawasan
pegunungan. Menurut data BPS Provinsi Banten 2019, diketahui penggunaan lahan di
provinsi banten terbagi atas lahan sawah, lahan bukan sawah, dan lahan bukan pertanian.
Lahan sawah seluas 193,92 ribu hektar, lahan bukan sawah seluas 510,72 ribu hektar, dan
lahan bukan pertanian seluas 192,11 ribu hektar. Provinsi Banten berada pada posisi yang
sangat strategis dan dapat dicapai dari jalur laut, jalur darat, serta melalui jalur udara. Dilihat
dari aspek pembangunan ekonomi, industri, investasi, dan lapangan kerja, Provinsi Banten
berada pada posisi yang sangat strategis untuk dicapai melalui transportasi laut, darat dan
udara.

Pada tahun 2020, jumlah penduduk Provinsi Banten berjumlah 11.904.562 jiwa. Penduduk
terbanyak menurut kabupaten/kota secara berurutan, Kabupaten Tangerang sebanyak
3.245.619 jiwa (27,26%), Kota Tangerang sebanyak 1.895.486 jiwa (15,92%), Kabupaten
Serang sebanyak 1.622.630 jiwa (13,63%), Kabupaten Lebak sebanyak 1.386.793 jiwa
(11,65%), Kota Tangerang Selatan sebanyak 1.354.350 jiwa (11,38%), Kabupaten
Pandeglang sebanyak 1.272.687 jiwa (10,69%), Kota Serang sebanyak 692.101 jiwa (5,81%),
dan Kota Cilegon sebanyak 434.896 jiwa (3,65%). Tenaga kerja di Provinsi Banten banyak
yang bekerja pada sektor perdagangan Besar Dan Eceran, Reparasi Mobil Dan Sepeda. Pada
tahun produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku (ADHB) Provinsi
Banten Tahun 2021 sebesar Rp 665.921,92 Milyar. Kontribusi/distribusi terbesar berasal dari

6
sektor industri pengolahan sebesar 31,48%. Sedangkan sektor penyediaan akomodasi dan
makan minum yang berkaitan dengan topik penelitian ini pada Hotel AirBnb yang terdapat di
Provinsi Banten, yaitu sebesar 2,39%.

BAB 2 KAJIAN LITERATUR


2.1 Teori Permintaan (Demand) dan penawaran (Supply)
Permintaan adalah jumlah dari barang yang dibelu dalam berbagai kemungkinan dari harga
yang ada di pasar dalam suatu periode tertentu (Goenadhi & Nobaiti, 2017). Secara lebih
simple, permintaan dapat diartikan sebagai hubungan antara jumlah permintaan atau kuantitas
barang yang diminta oleh pasar dengan harga (Kennedy, 2017). Faktor yang menentukan
jumlah permintaan, yakni harga barang, harga barang substitusi, pendapatan, kecenderungan
masyarakat, dan ramalan (Kennedy, 2017). Hukum permintaaan berdasarkan asumsi Ceteris
Paribus, yakni “Apabila harga suatu barang naik, maka jumlah barang yang dibeli menjadi
berkurang, dan sebaliknya apabila harga suatu barang turun, maka jumlah yang dibeli
bertambah” (Goenadhi & Nobaiti, 2017). Kurva permintaan berbentuk miring dari kiri atas
menuju kanan bawah, berikut merupakan contoh kurva permintaan.

Sumber: Goenadhi & Nobaiti, 2017.


Gambar 2.1.1 Kurva Permintaan

Penawaran adalah jumlah dari barang yang ditawarkan atau dijual dalam berbagai
kemungkinan harga yang ada di pasar dalam suatu periode tertentu (Goenadhi & Nobaiti,
2017). Dalam arti lain, penawaran dapat dikatakan sebagai hubungan anatara jumlah barang
yang ditawarkan atau dijual dengan harganya (Goenadhi & Nobaiti, 2017). Faktor yang
menentukan jumlah penawaran, yakni harga barang yang ditawarkan, harga barang substitusi,
biaya produksi barang, tujuan operasi perusahaan, dan teknologi (Kennedy, 2017). Hukum
penawaran berdasarkan asumsi Ceteris Paribus, yakni “Apabila harga suatu naik maka jumlah

7
yang dijual menjadi bertambah dan sebaliknya apabila harga suatu barang turun maka jumlah
yang dijual juga turun” (Goenadhi & Nobaiti, 2017). Kurva penawaran berbentuk miring dari
kiri bawah menuju kanan atas, berikut merupakan contoh kurva permintaan.

Sumber: (Goenadhi & Nobaiti, 2017)


Gambar 2.1.2 Kurva Penawaran

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa teori permintaan menerangkan tentang
sifat permintaan dari pembeli terhadap suatu barang, sedangkan teori penawaran
menerangkan tentang sifat para penjual dalam menawarkan barang yang dijualnya (Kennedy,
2017). Penggabungan antara permintaan oleh pembeli dengan penawaran oleh penjual, akan
membentuk suatu harga kesimbangan (equilibrium price) serta jumlah dari barang yang akan
dibeli dan dijual. Harga kesimbangan (equilibrium price) terjadi atau terbentuk Ketika jumlah
barang yang diminta sama dengan jumlah barang yang ditawarkan. Berikut merupakan kurva
dari permintaan dan penawaran yang membentuk suatu harga kesimbangan (equilibrium
price).

Sumber: (Kennedy, 2017).


Gambar 2.1.3 Kurva Permintaan dan Penawaran

8
2.2 Pengertian dan Klasifikasi Hotel
Hotel dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut, yaitu:
1. “Bangunan berkamar banyak yang disewakan sebagai tempat untuk menginap dan
tempat makan orang yang sedang dalam perjalanan”.
2. “Bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk
memperoleh pelayanan, penginapan, makan dan minum”.
Menurut Keputusan Menteri Pariwisata, Pos Dan Telekomunikasi Nomor: KM.
94/HK.103/MPPT - 87 tentang Ketentuan Usaha Dan Penggolongan Hotel Menteri
Pariwisata, Pos Dan Telekomunikasi, disebutkan bahwa “Hotel adalah salah satu jenis
akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa
pelayanan penginapan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara
komersial, serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan”. Dari pengertian tersebut
didapatkan informasi, bahwa dalam hotel sebenarnya melingkupi berbagai akomodasi
kepariwisataan. Hotel salah satu bagian dari industri pariwisata yang menyediakan
akomodasi kepariwisataan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif
Republik Indonesia Nomor PM.53/HM.001/MPEK/2013 tentang Standar Usaha Hotel Hotel
dapat dibedakan menjadi hotel bintang dan non-bintang. Masih menurut peraturan yang
sama, dijelaskan bahwa “Hotel Bintang adalah hotel yang telah memenuhi kriteria penilaian
penggolongan kelas hotel bintang satu, dua, tiga, empat, dan bintang lima.”, sedangkan
“Hotel Nonbintang adalah hotel yang tidak memenuhi kriteria penilaian penggolongan kelas
hotel sebagai hotel bintang satu.” Penilaian bintang pada hotel dilakukan berdasarkan, jumlah
kamar hotel, struktur bangunan hotel, perlengkapan dan fasilitas hotel, serta mutu pelayanan
(traveloka.com). Klasifikasi serta kriteria hotel bintang dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut, yaitu:

Tabel 2.3.1 Kriteria Hotel Bintang


Jenis Hotel Kriteria
1. Jumlah kamar standar minimal 15 kamar (luas minimal 20 m2);
Hotel Bintang 1
2. Fasilitas kamar mandi di dalam kamar.
1. Jumlah kamar standar minimal 20 kamar (luas minimal 22 m2);
2. Memiliki minimal 1 kamar suite (luas minimal 44 m2);
Hotel Bintang 2 3. Fasilitas kamar mandi, telepon, dan juga televisi di dalam kamar;
4. Bangunan hotel dilengkapi fasilitas olahraga serta lobby penerima
tamu.

9
Jenis Hotel Kriteria
1. Jumlah kamar standar minimal 30 kamar (luas minimal 24 m2);
2. Memiliki minimal 2 kamar suite (luas minimal 48 m2);
Hotel Bintang 3 3. Fasilitas kamar mandi, telepon, televisi, dan AC di dalam kamar;
4. Bangunan hotel dilengkapi fasilitas olahraga, rekreasi, restoran dan bar
serta menyediakan Concierge Staff.
1. Jumlah kamar standar minimal 50 kamar (luas minimal 24 m2);
2. Memiliki minimal 3 kamar suite (luas minimal 48 m2);
3. Fasilitas kamar mandi dengan instalasi air panas dan dingin, telepon,
Hotel Bintang 4 televisi, serta AC di dalam kamar;
4. Bangunan hotel dilengkapi lobby dengan luas minimum 100 m2,
fasilitas olahraga, rekreasi, restoran, rest area, toilet umum, dan bar
serta menyediakan Concierge Staff.
1. Jumlah kamar standar minimal 100 kamar (luas minimal 26 m2);
2. Memiliki minimal 4 kamar suite (luas minimal 52 m2);
3. Fasilitas kamar mandi dengan instalasi air panas dan dingin, telepon,
Hotel Bintang 5 televisi, serta AC di dalam kamar;
4. Bangunan hotel dilengkapi lobby dengan luas minimum 100 m2,
fasilitas olahraga, rekreasi, restoran, rest area, toilet umum, dan bar
serta menyediakan concierge staff dan room service 24 jam.
Sumber: https://www.traveloka.com/ (Analisis Penyusun, 2022).

2.3  Hotel Airbnb


Airbnb merupakan suatu perusahaan yang menerapkan prinsip bisnis sharing economy
(berbagi ekonomi). Dalam Airbnb juga menerapkan prinsip peer to peer (P2P), yang dapat
diartikan bahwa AirBnB ini merupakan penghubung antara pembeli dan penjual yang
nantinya akan bertransaksi dan menghasilkan suatu model tertentu (Bhaskara, 2018). Ini
merupakan salah satu fenomena yang menarik, yaitu dimana munculnya sebuah e-commerce
marketplace akomodasi dalam bentuk P2P (Peer to Peer) yang menjual berbagai jenis
akomodasi non hotel seperti apartemen, rumah, villa, kamar pribadi, dan akomodasi lainnya,
yang menarik bagi beragam orang dan menjadi pilihan fleksibel untuk kebutuhan pelanggan
yang berbeda (Lu & Kandampully, 2016).

Airbnb berbeda dengan platform penyedia jasa produk perjalanan seperti Booking.com,
Agoda, Pegipegi.com, Trivago, Traveloka, dan banyak lainnya. Airbnb merupakan platform
online marketplace berasal dari Amerika Serikat yang menawarkan penyewaan rumah,
apartemen, villa, kamar pribadi, dan properti sejenis lainnya, yang menghubungkan langsung
pelanggan dengan pemiliknya (host) yang sudah ada sejak tahun 2008. Konsep Airbnb
hampir sama dengan Uber ataupun beberapa ojek online lainnya, yaitu dengan menerapkan

10
sharing economy (Hadian, 2017). Notabene pemilik rumah, kamar, villa maupun apartemen
merupakan warga setempat, dan siapapun dapat menyewakan properti pribadi miliknya
sendiri melalui Airbnb. Secara garis besar, Airbnb memiliki konsep yang sama dengan
penyewaan hotel, namun pada umumnya fasilitas penginapan yang terdapat di Airbnb lebih
lengkap seperti dapur, mesin cuci, hingga kolam renang pribadi, tergantung fasilitas yang
disediakan oleh tuan rumah (host). Selain itu, Airbnb mengharuskan setiap pengguna baik
calon tamu maupun host untuk menyertakan kartu kredit sebagai metode pembayaran.

2.4 Pandemi Covid-19 


Pada akhir tahun 2019 tepatnya pada bulan Desember tahun 2019, dunia dihebohkan dengan
sebuah kejadian yang membuat banyak masyarakat menjadi resah, yaitu dengan munculnya
sebuah virus yang dikenal dengan virus corona (Covid-19). Kejadian tersebut bermula di
Tiongkok, Wuhan (Yuliana, 2020). Penyakit ini dengan cepat menyebar di dalam negeri ke
bagian lain China (Dong et al., 2020). Sejak 31 Desember 2019 hingga 3 Januari 2020, kasus
pandemic Covid-19 terus mengalami peningkatan yang pesat, hal tersebut ditandai dengan
dilaporkannya sebanyak 44 kasus (Susilo et al., 2020). Penambahan jumlah kasus Covid-19
berlangsung dengan sangat cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara. Sampai dengan
akhirnya pada tanggal 25 Maret 2020, dilaporkan total kasus konfirmasi 414.179 dengan
18.440 kematian (CFR 4,4%), dimana kasus dilaporkan di 192 negara/wilayah. Diantara
kasus tersebut, sudah ada beberapa petugas kesehatan yang dilaporkan terinfeksi pandemic
Covid-19 (Kemenkes RI, 2020).

Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) adalah salah satu penyakit jenis baru yang belum
pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Berdasarkan bukti ilmiah, Covid-19 dapat
menular dari manusia ke manusia melalui percikan batuk ataupun bersin (droplet).
Sedangkan orang yang paling berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang melakukan
kontak erat dengan pasien positif Covid-19, termasuk diantaranya adalah yang merawat
pasien Covid-19 (Kemenkes RI, 2020). Tanda dan gejala umum ketika mengalami infeksi
Covid-19 termasuk diantaranya adalah mengalami gejala gangguan pernapasan akut seperti
demam, batuk, dan sesak napas. Untuk masa inkubasi rata-rata yang dialami oleh pasien yang
terkena Covid-19 adalah 5-6 hari dengan masa inkubasi demam, batuk, dan sesak napas. Pada
kasus yang parah, penderita Covid-19, akan dapat menyebabkan pneumonia, sindrom
pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan akan mengalami kematian (Tosepu et al., 2020).

11
Indonesia adalah negara berkembang dan terpadat keempat di dunia, dengan demikian
diperkirakan akan sangat menderita dan dalam periode waktu yang lebih lama. Ketika
Coronavirus Novel SARS-CoV2 melanda China dimana merupakan masa yang paling parah
yaitu sekitar pada bulan Desember 2019 hingga pada bulan Februari 2020. Sedangkan pada
27 Januari 2020, Indonesia telah mengeluarkan pembatasan perjalanan dari Provinsi Hubei,
yang pada saat itu merupakan pusat dari terjadinya pandemic Covid-19 secara global ini,
sementara pada saat yang sama juga Indonesia telah melakukan evaluasi sebanyak 238 orang
Indonesia yang berasan dari Wuhan China. Hal tersebut merupakan salah satu langkah yang
dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk menekan virus pandemi Covid-19 (WHO, 2020).

Wabah pandemi Covid-19 ini telah ditetapkan sebagai darurat kesehatan secara global. Virus
ini sempat membuat semua kegiatan sehari-hari manusia menjadi terhambat. Karantina saja
mungkin tidak cukup untuk dapat mencegah penyebaran virus pandemic Covid-19 ini, dan
dampak global dari infeksi virus ini adalah salah satu yang semakin memprihatinkan (Sohrabi
et al., 2020). Pemerintah Indonesia telah melakukan banyak langkah dan kebijakan untuk
dapat mengatasi berbagai permasalahan dari adanya pandemi Covid-19 ini. Salah satu
langkah awal yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, yaitu dengan melakukan sosialisasi
gerakan Social Distancing kepada masyarakat. Langkah ini bertujuan untuk dapat memutus
mata rantai penularan pandemi Covid-19, karena langkah-langkah tersebut mengharuskan
masyarakat untuk dapat menjaga jarak aman dengan manusia lainnya minimal sejauh 2
meter, serta tidak melakukan kontak langsung dengan orang lainnya, maupun dengan
menghindari pertemuan yang dilakukan secara massal (Buana D.R, 2020).

Pemerintah Indonesia juga telah menerapkan langkah social distancing bagi masyarakat,
serta telah memberikan prinsip protokol kesehatan, yaitu dengan melakukan aktivitas
penggunaan masker, melakukan cuci tangan dan menggunakan hand sanitizer, menjaga jarak
dan hindari kerumunan, meningkatkan daya tahan tubuh, mengkonsumsi gizi seimbang,
mengelola penyakit comorbid, memperhatikan kelompok yang rentan, serta menerapkan
perilaku hidup yang bersih dan sehat. Dengan adanya penyebaran pandemic Covid-19 yang
begitu cepat, maka pemerintah telah mengeluarkan suatu kebijakan yang dinamakan PPKM
(Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) di beberapa wilayah Provinsi di Indonesia,
sehingga berbagai aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat menjadi dibatasi, seperti
diberlakukannya sistem WFH (Work From Home), PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh), serta
pemberlakukan sistem belajar daring atau system online. Indonesia pada saat ini (Februari

12
2022) sedang memasuki gelombang ketiga Covid-19, gelombang pandemi yang pertama pada
sekitar bulan Maret-Mei 2020, sedangkan gelombang kedua pandemi Covid-19 terjadi pada
sekitar bulan Juli-Agustus 2021. Secara historis, data Covid-19 di Indonesia sebagai berikut.

Sumber: https://covid19.go.id/ (Analisis Penulis, 2022).


Gambar 2.5.1 Grafik Perkembangan Kasus Pandemi Covid-19 di Indonesia

13
Bab 3 Dinamika Perkembangan Kasus dan Kebijakan Penanganan Pandemi Covid-19
di Provinsi Banten 

Berbagai kebijakan dan regulasi telah dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dalam rangka mengurangi laju pertumbuhan pandemi Covid-19 dengan
mengantisipasi dampak yang ditimbulkan oleh wabah ini pada berbagai sektor terutama
sektor pariwisata. Pada bagian ini akan menjabarkan mengenai kebijakan dan regulasi yang
telah ditempuh oleh pemerintah Indonesia dan khususnya Pemerintah Daerah Provinsi Banten
dalam menghadapi penanganan pandemi Covid-19. Pemerintah Daerah Provinsi Banten yang
dalam hal ini melalui Gubernur Banten, telah mengeluarkan Peraturan Daerah Provinsi
Banten Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Coronavirus Disease 2019 (Covid-
19). Sehingga segala aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat menjadi dibatasi, seperti
dengan diberlakukannya sistem WFH (Work From Home), PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh)
dan/atau sistem kegiatan daring ataupun online. Hal ini dikarenakan laju persebaran virus
Covid-19 ini belum menurun secara signifikan di beberapa daerah Kabupaten/Kota yang
terdapat di Provinsi Banten. Selain itu, terdapat juga beberapa faktor penyebab masih
meningkatnya persebaran virus Covid-19 di Provinsi Banten diantaranya sebagai berikut:
1. Belum efektifnya penegakan protokol kesehatan;
2. Belum optimalnya pelaksanaan pengetatan protokol kesehatan di perkantoran, dunia
usaha (sektor industri), dan sektor pariwisata;
3. Masyarakat menghindari dilakukannya testing dan tracing dalam penanganan pandemi
Covid-19; serta
4. Masyarakat tidak menghiraukan himbauan pemerintah untuk tetap dirumah dan tidak
berkerumun diluar rumah.

Pada Peraturan Daerah (Perda) yang telah disampaikan diatas, Pemerintah Daerah Provinsi
Banten telah mengeluarkan beberapa kebijakan terkait dengan penanganan pandemi Covid-
19 di Provinsi Banten, seperti dengan memberlakukan pemberian sanksi administratif untuk
pelaku usaha maupun masyarakat dengan berupa teguran tertulis, kerja sosial, pembekuan
izin usaha, rekomendasi pencabutan izin usaha, dan pemberian sanksi. Selain pemberian
sanksi juga terdapat regulasi terkait pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Jika diurutkan berdasarkan waktu, regulasi terkait pelaksanaan PSBB pusat dan penerapan
serta pelaksanaannya di level daerah setelah diterbitkan secara berkesinambungan dan dalam
waktu yang bersisian.

14
Sementara itu, mengenai data pandemi Covid-19 di Provinsi Banten yang bersumber dari
Dinas Kesehatan Provinsi Banten per tanggal 16 Februari 2022 menyatakan bahwa total
jumlah kasus masyarakat yang terkonfirmasi adalah sebanyak 223.953 jiwa. Untuk wilayah
Kabupaten/Kota yang terdapat di Provinsi Banten yang paling banyak terkonfirmasi pandemi
Covid-19 adalah Kota Tangerang dengan jumlah kasus terkonfirmasi nya adalah sebanyak
16.547 jiwa yang masih dirawat, 43.886 jiwa yang sembuh, dan 552 jiwa yang sudah
meninggal. Kemudian berikutnya adalah Kota Tangerang Selatan, dengan jumlah kasus
terkonfirmasi nya adalah 25.556 jiwa yang masih dirawat, 35.457 yang sembuh, dan 657
yang sudah meninggal. Selain korban jiwa, pandemi Covid-19 yang terjadi di Provinsi
Banten ini juga masih memberikan dampak terhadap beberapa sektor lainnya, seperti sektor
pariwisata. Provinsi Banten memiliki berbagai tempat pariwisata yang sangat menarik dan
beragam. Beberapa objek wisata yang terdapat di Provinsi Banten telah menjadi daya tarik
bagi masyarakat yang ingin menghabiskan waktunya untuk sekedar bersantai dan sekedar
menghabiskan waktu luangnya baik bersama keluarga maupun bersama sanak saudaranya.
Berikut ini merupakan Peta Sebaran Covid-19 di Provinsi Banten yang dapat dilihat pada
Gambar 3.1 dan Data Persebaran Covid-19 di Provinsi Banten yang dapat dilihat pada
Gambar 3.2 dibawah ini.

Gambar 3.1 Peta Sebaran Covid-19 di Provinsi Banten

Sumber: (Dinas Kesehatan Provinsi Banten, 2022).

15
Gambar 3.2 Data Persebaran Covid-19 di Provinsi Banten

Sumber: (Dinas Kesehatan Provinsi Banten, 2022).

Dengan adanya persebaran pandemi Covid-19 yang sangat begitu cepat terjadi pada seluruh
Kabupaten/Kota yang terdapat di Provinsi Banten, maka Pemerintah Daerah Provinsi Banten
telah mengeluarkan suatu kebijakan untuk dapat menangani pandemic Covid-19 di Provinsi
Banten, yaitu dengan menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat
(PPKM) pada semua Kabupaten/Kota di Provinsi Banten. Selain itu, Gubernur Banten juga
telah mengeluarkan Instruksi Gubernur Nomor: 1 Tahun 2021 tentang Pemberlakukan
Pembatasan Kegiatan untuk Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-
19) di Provinsi Banten. Sehingga segala aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat menjadi
dibatasi, seperti dengan diberlakukannya sistem WFH (Work From Home), PJJ
(Pembelajaran Jarak Jauh), pemberlakukan kegiatan rapat secara daring, serta penerapan
sistem belajar secara daring atau online. Selain itu, pemerintah juga telah menggalakkan dan
mempercepat program vaksinasi bagi seluruh masyarakat untuk dapat melakukan pencegahan
terhadap virus Covid-19 pada seluruh Kabupaten/Kota yang terdapat di Provinsi Banten.

16
BAB 4 Analisis Tingkat Penawaran (Supply) dan Permintaan (Demand) Hotel AirBnb
yang dipengaruhi kasus dan kebijakan penanganan Pandemi Covid-19 di Provinsi
Banten

4.1 Tingkat Penawaran (Supply) Hotel AirBnb di Provinsi Banten


Provinsi Banten menjadi salah satu wilayah yang cukup banyak dikunjungi oleh wisatawan
baik itu yang berasal dari dalam negeri (domestik) maupun wisawatan yang berasal dari luar
negeri (mancanegara) dengan berbagai macam tujuan kunjungan baik untuk berwisata,
pekerjaan, maupun tujuan lainnya. Hal ini juga didukung dengan letak geografis wilayah
Provinsi Banten yang berdekatan langsung dengan ibu kota negara Indonesia, yaitu Provinsi
DKI Jakarta, serta berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat. Provinsi Banten merupakan suatu
daerah yang memiliki berbagai destinasi wisata mulai dari wisata peninggalan sejarah hingga
wisata pantai dan pegunungan. Sehingga tidak dipungkiri bisnis perhotelan di Provinsi
Banten berkembang sangat pesat seperti halnya pada platform Hotel AirBnb. Hotel AirBnb
menjadi salah satu bisnis perhotelan yang lumayan banyak tersedia di wilayah Provinsi
Banten.

Saat ini, jumlah ketersediaan akomodasi Hotel AirBnb yang tersebar di wilayah Provinsi
Banten yaitu sebanyak 1.595 unit yang penyediaan akomodasinya bersifat variasi diantaranya
terdapat share room, private room, dan entire room. Tipe share room, yaitu tipe akomodasi
yang berbagi kamar serta seluruh fasilitas di rumah dengan orang lain, dan tipe ini merupakan
tipe yang paling jarang ditemukan di wilayah Provinsi Banten. Kemudian untuk tipe private
room, yaitu tipe akomodasi yang menyewakan satu kamar tidur pribadi dengan beberapa area
atau fasilitas yang mungkin berbagi dengan orang lain, contohnya adalah apartemen.
Sedangkan untuk tipe entire home, yaitu tipe akomodasi yang menggunakan seluruh tempat
sendiri seperti rumah maupun hotel yang memiliki banyak fasilitas di dalamnya. Tempat ini
biasanya sudah termasuk kamar tidur, kamar mandi, dapur, dan pintu masuk khusus yang
terpisah. Berikut ini merupakan diagram klasifikasi Hotel AirBnb di Provinsi Banten, yaitu
sebagai berikut:

17
Sumber : www.airdna.co.(2022), Sumber: (Analisis Penyusun, 2022).
Gambar 4.1.1 Diagram Klasifikasi Hotel AirBnb di Provinsi Banten

Berdasarkan diagram yang telah disampaikan diatas, dapat dilihat bahwa penyediaan
akomodasi yang paling banyak tersedia di wilayah provinsi Banten yaitu tipe entire home
sebesar 1231 unit. Kemudian diikuti oleh tipe private room sebesar 350 unit dan tipe paling
sedikit yaitu tipe share room sebesar 14 unit. Hal ini dapat disimpulkan bahwa wisatawan
lebih menyukai penginapan yang kamar dan fasilitas lainnya hanya digunakan oleh penyewa
itu sendiri.  Penyediaan akomodasi Hotel AirBnb dengan tipe entire home memiliki berbagai
macam pilihan mulai dari yang berbentuk studio, yang memiliki 1 bed, 2 bed, 3 bed, 4 bed,
hingan 5+ bed. Tipe ini sangat cocok digunakan untuk liburan bersama keluarga maupun
teman. Berikut ini merupakan data tipe entire home yang terdapat di wilayah Provinsi
Banten, yaitu sebagai berikut:

Sumber: www.airdna.co.(2022), Sumber: (Analisis Penyusun, 2022).


Gambar 4.1.2 Diagram Tipe Entire Home Hotel AirBnb di Provinsi Banten

18
Dari data tipe entire home pada grafik diatas, dapat dilihat bahwa jumlah paling banyak
akomodasi penginapan tipe entire home di wilayah Provinsi Banten yaitu tipe entire home
dengan 1 bed sebanyak 455 unit. Tipe ini dapat hampir sama dengan kamar hotel
konvensional yang hanya dapat digunakan 1-2 orang saja. Kemudian diikuti dengan tipe
studio sebanyak 372 unit. Tipe ini lebih ke apartemen yang memiliki fasilitas ruang tamu,
dapur, kamar mandi dalam dan sebagainya yang tersedia dalam satu ruangan. Selebihnya
merupakan tipe 2 bed, 3 bed, 4 bed dan +5 bed. Berikut ini merupakan persentase tipe entire
home yang terdapat di wilayah provinsi Banten, yaitu sebagai berikut: 

Sumber: www.airdna.co.(2022); dan Sumber: (Analisis Penyusun, 2022).


Gambar 4.1.3 Diagram Persentase Tipe Entire Home pada Hotel AirBnb di Provinsi Banten

4.2 Persebaran Akomodasi Hotel AirBnb di Provinsi Banten 


Berdasarkan data yang didapatkan dari airdna.co yang telah disampaikan pada tabel diatas,
walaupun perbandingan jumlah ketersediaan Hotel AirBnb di Provinsi Banten tidak merata,
namun ketersediaan Hotel AirBnb di Provinsi Banten menyebar pada seluruh wilayah
Kabupaten/Kota yang terdapat di Provinsi Banten. Hotel AirBnb yang paling banyak
beraglomerasi terdapat di sekitar Provinsi DKI Jakarta, yaitu yang berada pada wilayah
Tangerang Raya, yang meliputi wilayah administrasi Kota Tangerang Selatan terdapat
sebanyak 697 unit, Kota Tangerang terdapat sebanyak 602 unit, dan Kabupaten Tangerang
terdapat sebanyak 273 unit. Selanjutnya, pada wilayah yang lainnya yang terdapat di Provinsi
Banten, yaitu yang terdapat pada wilayah Kabupaten Pandeglang terdapat sebanyak 46 unit
akomodasi, Kabupaten Serang terdapat sebanyak 12 unit akomodasi, Kota Cilegon terdapat
sebanyak 7 unit akomodasi, Kota Serang terdapat sebanyak 3 unit akomodasi, dan Kabupaten
Lebak terdapat sebanyak 1 unit akomodasi.

19
Data Persebaran Hotel AirBnb di Provinsi Banten

Sumber: (Analisis Penyusun, 2022).


Gambar 4.2.1 Grafik Persebaran Hotel AirBnb di Provinsi Banten

Tabel 4.2.1 Persebaran Hotel AirBnb di Provinsi Banten

N Kota/Kabupaten Jumlah Hotel AirBnb Persentase (%)


o

1. Kabupaten Lebak 1 0%

2. Kabupaten Pandeglang 46 4%

3. Kabupaten Serang 12 1%

4. KabupatenTangerang 273 17%

5. Kota Cilegon 7 1%

6. Kota Serang 3 0%

7. Kota Tengerang 602 36%

8. Kota Tangerang Selatan 697 45%

Provinsi Banten 1595 100%


Sumber: www.airdna.co.(2022)

Persebaran Hotel AirBnb di Provinsi Banten cenderung mengelompok pada wilayah


Tangerang Raya yang meliputi Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan Kabupaten
Tangerang. Pada wilayah Tangerang Raya, Hotel Airbnb menyebar hampir merata diseluruh
wilayah Tangerang Raya. Di sisi yang lain, persebaran Hotel AirBnb juga memiliki
kecenderungan berada pada wilayah pesisir yang berada di sekitar pantai, seperti pada Kota

20
Cilegon, Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Lebak. Berikut ini
merupakan kondisi aglomerasi Hotel AirBnb di Provinsi Banten yang dapat dilihat pada
Gambar 4.2.2 dibawah ini.

Sumber: www.airdna.co.(2022); dan Sumber: (Analisis Penyusun, 2022).

Gambar 4.2.2 Peta Aglomerasi Hotel Airbnb yang terdapat di Provinsi Banten

Sumber: (Analisis Penyusun, 2022).


Gambar 4.2.3 Peta Persebaran Tingkat Supply Hotel AirBnb di Provinsi Banten Tahun 2018-2020

21
4.3 Fasilitas yang Tersedia di Hotel AirBnb di Provinsi Banten
Dalam berbagai kajian yang telah dilakukan mengenai hospitality, fasilitas merupakan salah
satu unsur terpenting dan krusial yang banyak dilakukan kajian. Secara umum, fasilitas
memiliki fungsi untuk dapat mendukung kegiatan utama maupun kegiatan lainnya yang
dilakukan oleh pengunjung. Akan tetapi, dengan adanya fasilitas yang berkembang dapat
berfungsi untuk dapat menciptakan nilai tambah pada sebuah akomodasi. Pada Provinsi
Banten, telah terdapat beragam jenis Hotel AirBnb yang terdapat di seluruh Kabupaten/Kota,
namun Hotel AirBnb tersebut menawarkan berbagai macam fasilitas yang berbeda-beda pada
setiap jenis akomodasinya. Berdasarkan data yang didapatkan dari Airdna.co, sebanyak 98%
akomodasi yang terdapat di Provinsi Banten telah memiliki fasilitas Air Conditioner,
kemudian 90% akomodasi telah memiliki fasilitas dapur, 84% akomodasi telah memiliki
fasilitas kolam renang, 71% akomodasi telah memiliki fasilitas internet. Selain itu, terdapat
pula fasilitas tempat parkir, washer, dan TV Cabel yang secara berturut-turut terdapat
sebanyak 34%, 21%, dan 12%. Namun, hanya sedikit akomodasi pada Hotel AirBnb yang
terdapat pada Provinsi Banten yang menyediakan fasilitas dryer, heating, dan Hot Tub, yaitu
dengan jumlah sebanyak kurang dari 10% dari total akomodasi yang terdapat di Provinsi
Banten. Berikut ini merupakan data Amenitas pada Hotel AirBnb yang terdapat di Provinsi
Banten, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.2.2 Amenitas pada Hotel AirBnb di Provinsi Banten

Nomor Amenities pada Hotel AirBnb Persentase (%)

1. AC 98%

2. Heating 6%

3. Washer 21%

4. Dryer 9%

5. Kitchen 90%

6. Parking 34%

7. Internet 71%

8. Cable TV 12%

9. Pool 84%

10. Hot Tub 2%

22
Sumber: www.airdna.co.(2022)

4.4 Tingkat Permintaan (Demand) Hotel AirBnb di Provinsi Banten


4.4.1 Rental Growth (Perkembangan sebelum dan setelah terjadinya Pandemi Covid-
19 di Provinsi Banten)
Berdasarkan data yang diperoleh dari airdna.co telah didapatkan data mengenai rental
growth AirBnb yang terdapat di Provinsi Banten, yang berupa data berdasarkan waktu per
kuartal tahun (4 kuartal) dengan data active rentals yang terdapat di Provinsi Banten. Berikut
ini merupakan penjelasan mengenai data tersebut, yaitu sebagai berikut: 

Tabel 4.4.1 Data Rental Growth AirBnb di Provinsi Banten

Time Active Rentals

Q4 2018 1.431

Q1 2019 1.527

Q2 2019 1.740

Q3 2019 1.985

Q4 2019 2.143

Q1 2020 1.521

Q2 2020 1.302

Q3 2020 1.335

Q4 2020 1.775

Q1 2021 2.003

Q2 2021 2.080

Q3 2021 2.029

Q4 2021 2.048
Sumber: https://www.airdna.co/, Sumber: (Analisis Penyusun, 2022).

Berdasarkan data yang telah disampaikan pada tabel diatas, telah disebutkan bahwa active
rentals tertinggi terjadi pada kuartal 4 tahun 2019 dengan active rentals sebanyak 2.143,
sedangkan data terendah pada kuartal 2 tahun 2020 dengan active rentals sebanyak 1.302.
Jika dimuat dalam grafik akan terlihat penurunan active rentals selama awal terjadinya

23
pandemi Covid-19 di Provinsi Banten. Berikut ini merupakan grafik rental growth AirBnb di
Provinsi Banten, yaitu sebagai berikut:

Sumber: https://www.airdna.co/; dan Sumber: (Analisis Penyusun, 2022).


Gambar 4.4.1 Grafik Rental Growth Airbnb di Provinsi Banten

Berdasarkan grafik yang telah disampaikan diatas, telah diketahui bahwa active rentals
AirBnb yang terdapat di Provinsi Banten sempat mengalami kenaikan yang cukup signifikan
dari kuartal 4 tahun 2018 sampai dengan kuartal 4 tahun 2019, dan pada kuartal tersebut
merupakan active rentals tertinggi, yaitu dari kuartal 3 tahun 2018 sampai dengan kuartal 4
tahun 2021. Sedangkan, pada kuartal 1 tahun 2020 telah mengalami penurunan yang cukup
signifikan, hal ini dikarenakan terjadinya pandemi Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia
pada awal tahun 2020. Berdasarkan data yang sama, selama terjadinya pandemi Covid-19
gelombang pertama pandemi Covid-19 yang terjadi sampai dengan kuartal 2 tahun 2020 telah
mengalami penurunan active rentals AirBnb di Provinsi Banten, akan tetapi pada kuartal 3
tahun 2020 sudah mengalami kenaikan kembali jika dibandingkan dengan kuartal
sebelumnya sampai dengan kuartal 2 tahun 2021. Sementara itu, pada kuartal 3 tahun 2021
active rentals AirBnb di Provinsi Banten telah mengalami penurunan, hal ini dapat dikaitkan
dengan terjadinya gelombang kedua pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia, yaitu pada
bulan Juni 2021 hingga bulan Agustus 2021. Berdasarkan data rental growth AirBnb yang
terdapat di Provinsi Banten berupa data active rentals, Hotel AirBnb di Provinsi Banten yang
terkena dampak dari adanya pandemi Covid-19, baik pada gelombang pertama (Kuartal 1
hingga kuartal 2 tahun 2020) maupun gelombang kedua (Kuartal 2 hingga kuartal 3 tahun
2021).

24
4.4.2 Tingkat Permintaan (Demand) Sektor Pariwisata di Provinsi Banten
Dalam pembahasan mengenai tingkat permintaan (demand) dari sektor pariwisata di Provinsi
Banten, terdapat beberapa data dan informasi mengenai permintaan (demand) dari sektor
pariwisata di Provinsi Banten, antara lain sebagai berikut, pada tahun 2020 terdapat 537 hotel
Bintang dan hotel Non Bintang di Provinsi Banten yang menyediakan sebanyak 12.337
kamar dan 27.090 tempat tidur. Hotel tersebut digunakan oleh tamu asing maupun tamu
domestik dengan rata-rata lama menginap selama 1,21 hari untuk tamu asing dan 1,37 hari
untuk tamu domestik. Sementara itu, tingkat penghunian kamar hotel selama tahun 2020
adalah 34,00 persen untuk hotel Bintang dan 16,39 persen untuk hotel Non Bintang.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Dinas Pariwisata Provinsi Banten, sepanjang tahun
2020 terdapat sebanyak 18,54 juta wisatawan yang mengunjungi lokasi wisata di Provinsi
Banten, yang terdiri dari 18,5 juta wisatawan domestik dan 37,92 ribu wisatawan
mancanegara.

Tabel 4.4.2 Rata-Rata Lama Menginap Tamu Asing dan Tamu Domestik di Provinsi Banten
Bulan Tamu Asing Tamu Domestik
Januari 1,11 1,33
Februari 1,39 1,24
Maret 1,43 1,49
April 2,46 1,73
Mei 1,98 2,15
Juni 1,31 1,43
Juli 1,26 1,36
Agustus 3,35 1,3
September 1,06 1,25
Oktober 1,31 1,37
November 1,06 1,34
Desember 1,29 1,36
abel Data Rata-rata Lama Menginap Tamu Asing dan Tamu Domestik Menurut Bulan
di Provinsi Banten (hari), Tahun 2020.
 Sumber: (BPS Provinsi Banten, 2021).

Sumber: (Analisis Penyusun, 2022).

25
Gambar 4.4.2 Grafik Rata-Rata Lama Menginap Tamu Asing dan Tamu Domestik Menurut Bulan di
Provinsi Banten (hari), Tahun 2020.
Berdasarkan data pada tabel dan grafik yang telah disampaikan diatas, dapat diketahui
bahwa pada tahun 2020, hotel di Provinsi Banten yang digunakan oleh tamu asing
maupun tamu domestik dengan rata-rata lama menginap selama 1,21 hari untuk tamu
asing dan 1,37 hari untuk tamu domestik. Untuk tamu asing mengalami fluktuasi
peningkatan maupun penurunan jumlah rata-rata lama menginap di Provinsi Banten, hal
tersebut terlihat pada bulan Januari hingga April 2020 mengalami peningkatan jumlah
rata-rata lama menginap di Provinsi Banten, namun pada bulan Mei hingga Juli tahun
2020 telah mengalami penurunan jumlah rata-rata lama menginap di Provinsi Banten,
kemudian pada bulan Agustus 2020 mengalami peningkatan jumlah rata-rata lama
menginap, namun pada bulan September 2020 mengalami penurunan jumlah rata-rata
lama menginap, sedangkan pada bulan Oktober hingga Desember mengalami fluktuasi
peningkatan maupun penurunan jumlah rata-rata lama menginap di Provinsi Banten. Hal
tersebut merupakan dampak dari adanya kebijakan penanganan pandemi Covid-19 di
Provinsi Banten.

Tabel 4.4.3 Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur Tahun 2020 di Provinsi Banten
Klasifikasi Akomodasi Kamar/ Tempat Tidur/Beds
Rooms

Hotel Bintang 129 4.315 17.755

Hotel Non Bintang dan Akomodasi Lainnya 408 8.022 9.335


Sumber: (BPS Provinsi Banten, 2021).

Sumber: (Analisis Penyusun, 2022).

26
Gambar 4.4.3 Grafik Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur Tahun 2020 di Provinsi
Banten

Berdasarkan data pada tabel dan grafik yang telah disampaikan diatas, dapat diketahui bahwa
pada tahun 2020, pada Hotel Bintang di Provinsi Banten terdapat sebanyak 129 Akomodasi,
sedangkan pada Hotel Non Bintang dan Akomodasi Lainnya di Provinsi Banten terdapat
sebanyak 408 Akomodasi. Selain itu, pada tabel dan grafik tersebut, juga didapatkan
informasi bahwa pada Hotel Bintang di Provinsi Banten terdapat sebanyak 4.315 jumlah
Kamar/Rooms, sedangkan pada Hotel Non Bintang dan Akomodasi Lainnya di Provinsi
Banten terdapat sebanyak 8.022 jumlah Kamar/Rooms. Pada tabel dan grafik tersebut,
didapatkan informasi bahwa pada Hotel Bintang di Provinsi Banten terdapat sebanyak 17.755
Tempat Tidur/Beds, sedangkan pada Hotel Non Bintang dan Akomodasi Lainnya di Provinsi
Banten terdapat sebanyak 9.335 Tempat Tidur/Beds.

Berdasarkan data tersebut, Hotel Non Bintang dan Akomodasi Lainnya di Provinsi Banten
memiliki jumlah Akomodasi dan Kamar/Rooms yang tertinggi, sedangkan untuk Hotel
Bintang di Provinsi Banten memiliki jumlah Tempat Tidur/Beds yang tertinggal. Berdasarkan
data yang terdapat pada tabel dan grafik diatas, terdapat informasi bahwa walaupun telah
terjadi pandemi Covid-19 di Provinsi Banten, namun jumlah Akomodasi dan jumlah Kamar
yang terdapat di Provinsi Banten pada tahun 2020 mengalami peningkatan, namun jumlah
Tempat Tidur di Provinsi Banten mengalami penurunan.

Penurunan jumlah tempat tidur di Provinsi Banten pada tahun 2020 tersebut, kemungkinan
disebabkan oleh terjadinya pandemi Covid-19, serta dengan telah diberlakukannya kebijakan
oleh Pemerintah Indonesia maupun Pemerintah Daerah Provinsi Banten seperti dengan
menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berlangsung di
sejumlah wilayah di Indonesia, yang dimana Pemerintah Daerah Provinsi Banten juga
menerapkan kebijakan tersebut pada seluruh Kabupaten/Kota dalam melakukan penanganan
pandemi Covid-19 di tahun 2020, sehingga berdampak terhadap jumlah pemesanan Tempat
Tidur yang terdapat pada perhotelan di Provinsi Banten.

27
Tabel 4.4.4. Data Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel
Bintang Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Tahun 2018.
Kabupaten/Kota Akomodasi Kamar Tempat Tidur
Kabupaten Pandeglang 10 827 1160
Kabupaten Lebak - - -
Kabupaten Tangerang 19 1841 2605
Kabupaten Serang 21 1864 3097
Kota Tangerang 32 3052 4280
Kota Cilegon 8 751 1137
Kota Serang 7 685 959
Kota Tangerang Selatan 16 1587 2269
Provinsi Banten 113 10.607 15.507
Sumber: (BPS Provinsi Banten, 2021).

T a hun 2 0 1 8
Akomodasi Kamar Tempat Tidur
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
g ak g g g n g n
l an b a n a n a n
g o a n ta
eg Le g er S er g er i le S er el
a
d . n . n C S
an ab Ta ab Ta a ot
a g
.
P K . K a ot K ra
n
ab ot
K
ge
ab K K n
K
Ta
ta
o
K

Sumber: (Analisis Penyusun, 2022).

Gambar 4.4.4. Grafik Data Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada
Hotel Bintang Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Tahun 2018.

Berdasarkan data pada tabel dan grafik yang telah disampaikan diatas, dapat diketahui
bahwa pada tahun 2018, jumlah akomodasi pada hotel bintang di Provinsi Banten yang
tertinggi terdapat di Kota Tangerang dengan jumlah 32 akomodasi, sedangkan Kota
Serang merupakan daerah yang memiliki jumlah akomodasi pada hotel bintang di
Provinsi Banten yang terendah dengan jumlah 7 akomodasi. Untuk secara keseluruhan di
Provinsi Banten terdapat sebanyak 113 jumlah akomodasi pada hotel bintang di Provinsi
Banten. Dengan catatan untuk Kabupaten Lebak, data jumlah akomodasi tidak
28
dicantumkan atau tidak diperoleh dari BPS Provinsi Banten Tahun 2021. Berdasarkan
data pada tabel dan grafik yang telah disampaikan diatas, dapat diketahui bahwa pada
tahun 2018, jumlah kamar pada hotel bintang di Provinsi Banten yang tertinggi terdapat
di Kota Tangerang dengan jumlah 3.052 kamar, sedangkan Kota Serang merupakan
daerah yang memiliki jumlah kamar pada hotel bintang di Provinsi Banten yang terendah
dengan jumlah 685 kamar. Untuk secara keseluruhan di Provinsi Banten terdapat
sebanyak 10.607 jumlah kamar pada hotel bintang di Provinsi Banten. Dengan catatan
untuk Kabupaten Lebak, data jumlah kamar tidak dicantumkan atau tidak diperoleh dari
BPS Provinsi Banten Tahun 2021.

Berdasarkan data pada tabel dan grafik yang telah disampaikan diatas, dapat diketahui
bahwa pada tahun 2018, jumlah Tempat Tidur pada hotel bintang di Provinsi Banten
yang tertinggi terdapat di Kota Tangerang dengan jumlah 4.280 Tempat Tidur,
sedangkan Kota Serang merupakan daerah yang memiliki jumlah Tempat Tidur pada
hotel bintang di Provinsi Banten yang terendah dengan jumlah 959 Tempat Tidur. Untuk
secara keseluruhan di Provinsi Banten terdapat sebanyak 15.507 jumlah Tempat Tidur
pada hotel bintang di Provinsi Banten. Dengan catatan untuk Kabupaten Lebak, data
jumlah Tempat Tidur tidak dicantumkan atau tidak diperoleh dari BPS Provinsi Banten
Tahun 2021.

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel dan grafik yang telah disampaikan diatas,
terdapat informasi bahwa telah terjadi fluktuasi (kenaikan dan penurunan) terhadap
jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang tersedia pada Hotel Bintang menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2018. Hal tersebut kemungkinan besar
dipengaruhi oleh kurangnya peran dari Pemerintah Daerah Provinsi Banten dalam
mempromosikan sektor pariwisata kepada masyarakat, baik itu wisatawan yang berasal
dari dalam negeri (domestik), maupun wisatawan yang berasal dari luar negeri
(mancanegara). Selain itu, kemungkinan wisatawan kurang tertarik untuk mengunjungi
atau melakukan wisata ke Provinsi Banten.
Tabel 4.4.5. Data Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel
Bintang Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Tahun 2019.
Kabupaten/Kota Akomodasi Kamar Tempat Tidur

Kabupaten Pandeglang 9 479 770

Kabupaten Lebak - - -

29
Kabupaten Tangerang 19 2.411 3.474

Kabupaten Serang 22 1.512 2.401

Kota Tangerang 36 4.363 6.046

Kota Cilegon 11 701 930

Kota Serang 10 649 1.131

Kota Tangerang Selatan 18 1.979 2.922

Provinsi Banten 125 12.094 17.674


Sumber: (BPS Provinsi Banten, 2021).

Tahun 2019
Akomodasi Kamar Tempat Tidur
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
g ak g g g n g n
an b a n a n a n o a n ta
l g a
eg Le g er S er g er i le S er el
d . n . n C S
ab a
an Ta ab Ta a ot
g
P K . K a ot K ra
n
. ab K
ab K ot ge
K K n
Ta
ta
o
K

Sumber: (Analisis Penyusun, 2022).

Gambar 4.4.5 Grafik Data Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada
Hotel Bintang Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Tahun 2019.

Berdasarkan data pada tabel dan grafik yang telah disampaikan diatas, dapat diketahui bahwa
pada tahun 2019, jumlah akomodasi pada hotel bintang di Provinsi Banten yang tertinggi
terdapat di Kota Tangerang dengan jumlah 36 akomodasi, sedangkan Kabupaten Pandeglang
merupakan daerah yang memiliki jumlah akomodasi pada hotel bintang di Provinsi Banten
yang terendah dengan jumlah 9 akomodasi. Untuk secara keseluruhan di Provinsi Banten
terdapat sebanyak 125 jumlah akomodasi pada hotel bintang di Provinsi Banten. Dengan
catatan untuk Kabupaten Lebak, data jumlah akomodasi tidak dicantumkan atau tidak
diperoleh dari BPS Provinsi Banten Tahun 2021. Berdasarkan data pada tabel dan grafik yang
telah disampaikan diatas, dapat diketahui bahwa pada tahun 2019, jumlah kamar pada hotel
bintang di Provinsi Banten yang tertinggi terdapat di Kota Tangerang dengan jumlah 4.363
kamar, sedangkan Kabupaten Pandeglang merupakan daerah yang memiliki jumlah kamar

30
pada hotel bintang di Provinsi Banten yang terendah dengan jumlah 479 kamar. Untuk secara
keseluruhan di Provinsi Banten terdapat sebanyak 12.094 jumlah kamar pada hotel bintang di
Provinsi Banten. Dengan catatan untuk Kabupaten Lebak, data jumlah kamar tidak
dicantumkan atau tidak diperoleh dari BPS Provinsi Banten Tahun 2021.

Berdasarkan data pada tabel dan grafik yang telah disampaikan diatas, dapat diketahui bahwa
pada tahun 2019, jumlah Tempat Tidur pada hotel bintang di Provinsi Banten yang tertinggi
terdapat di Kota Tangerang dengan jumlah 6.046 Tempat Tidur, sedangkan Kabupaten
Pandeglang merupakan daerah yang memiliki jumlah Tempat Tidur pada hotel bintang di
Provinsi Banten yang terendah dengan jumlah 770 Tempat Tidur. Untuk secara keseluruhan
di Provinsi Banten terdapat sebanyak 17.674 jumlah Tempat Tidur pada hotel bintang di
Provinsi Banten. Dengan catatan untuk Kabupaten Lebak, data jumlah Tempat Tidur tidak
dicantumkan atau tidak diperoleh dari BPS Provinsi Banten Tahun 2021. Berdasarkan data
yang terdapat pada tabel dan grafik yang telah disampaikan diatas, terdapat informasi bahwa
telah terjadi fluktuasi (kenaikan dan penurunan) terhadap jumlah Akomodasi, Kamar, dan
Tempat Tidur yang tersedia pada Hotel Bintang menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten
Tahun 2019. Hal tersebut kemungkinan besar dipengaruhi oleh kurangnya peran dari
Pemerintah Daerah Provinsi Banten dalam mempromosikan sektor pariwisata kepada
masyarakat, baik itu wisatawan yang berasal dari dalam negeri (domestik), maupun
wisatawan yang berasal dari luar negeri (mancanegara), selain itu juga kemungkinan
wisatawan kurang tertarik untuk mengunjungi atau melakukan wisata ke Provinsi Banten.

Tabel 4.4.6 Data Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel
Bintang Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Tahun 2020.

Kabupaten/Kota Akomodasi Kamar Tempat Tidur

Kabupaten Pandeglang 7 224 568

Kabupaten Lebak - - -

Kabupaten Tangerang 18 468 3.508

Kabupaten Serang 23 581 2.510

Kota Tangerang 40 1.040 6.180

Kota Cilegon 11 286 1.279

Kota Serang 10 260 1.025

Kota Tangerang 20 1456 2.685

31
Selatan

Provinsi Banten 129 4.315 17.755


Sumber: (BPS Provinsi Banten, 2021).

TAHUN 2020
Akomodasi Kamar Tempat Tidur
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
g ak g g g n g n
l an b r an r an r an go r an a ta
eg Le ge Se ge il
e
Se el
d . n . n C S
ab a
an K Ta ab Ta ta ot n
g
P . K o K ra
. ab ta K
ab K K
o ge
K n
Ta
a
ot
K

Sumber: (Analisis Penyusun, 2022).

Gambar 4.4.6 Data Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel
Bintang Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Tahun 2020.

Berdasarkan data pada tabel dan grafik yang telah disampaikan diatas, dapat diketahui
bahwa pada tahun 2020, jumlah akomodasi pada hotel bintang di Provinsi Banten yang
tertinggi terdapat di Kota Tangerang dengan jumlah 40 akomodasi, sedangkan
Kabupaten Pandeglang merupakan daerah yang memiliki jumlah akomodasi pada hotel
bintang di Provinsi Banten yang terendah dengan jumlah 7 akomodasi. Untuk secara
keseluruhan di Provinsi Banten terdapat sebanyak 129 jumlah akomodasi pada hotel
bintang di Provinsi Banten. Dengan catatan untuk Kabupaten Lebak, data jumlah
akomodasi tidak dicantumkan atau tidak diperoleh dari BPS Provinsi Banten Tahun
2021. Berdasarkan data pada tabel dan grafik yang telah disampaikan diatas, dapat
diketahui bahwa pada tahun 2020, jumlah kamar pada hotel bintang di Provinsi Banten
yang tertinggi terdapat di Kota Tangerang Selatan dengan jumlah 1.456 kamar,
sedangkan Kabupaten Pandeglang merupakan daerah yang memiliki jumlah kamar pada
hotel bintang di Provinsi Banten yang terendah dengan jumlah 224 kamar. Untuk secara
keseluruhan di Provinsi Banten terdapat sebanyak 4.315 jumlah kamar pada hotel
bintang di Provinsi Banten. Dengan catatan untuk Kabupaten Lebak, data jumlah kamar
tidak dicantumkan atau tidak diperoleh dari BPS Provinsi Banten Tahun 2021.

32
Berdasarkan data pada tabel dan grafik yang telah disampaikan diatas, dapat diketahui
bahwa pada tahun 2020, jumlah Tempat Tidur pada hotel bintang di Provinsi Banten
yang tertinggi terdapat di Kota Tangerang dengan jumlah 6.180 Tempat Tidur,
sedangkan Kabupaten Pandeglang merupakan daerah yang memiliki jumlah Tempat
Tidur pada hotel bintang di Provinsi Banten yang terendah dengan jumlah 568 Tempat
Tidur. Untuk secara keseluruhan di Provinsi Banten terdapat sebanyak 17.755 jumlah
Tempat Tidur pada hotel bintang di Provinsi Banten. Dengan catatan untuk Kabupaten
Lebak, data jumlah Tempat Tidur tidak dicantumkan atau tidak diperoleh dari BPS
Provinsi Banten Tahun 2021. Berdasarkan data yang terdapat pada tabel dan grafik yang
telah disampaikan diatas, terdapat informasi bahwa telah terjadi fluktuasi (kenaikan dan
penurunan) terhadap jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang tersedia pada
Hotel Bintang menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2020. Hal tersebut
kemungkinan besar dipengaruhi oleh terjadinya pandemi Covid-19 untuk pertama
kalinya di Indonesia, yaitu pada bulan Maret tahun 2020, sehingga menyebabkan seluruh
Kabupaten/Kota yang terdapat di Provinsi Banten juga terkena dampak dari adanya
pandemi Covid-19. Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Daerah Provinsi Banten telah
menerapkan kebijakan untuk menangani pandemi Covid-19, pada tahun 2020,
Pemerintah telah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada
seluruh Kabupaten/Kota dalam melakukan penanganan pandemi Covid-19, sehingga
kebijakan tersebut kemungkinan besar berdampak terhadap penurunan jumlah
Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang di seluruh
Kabupaten/Kota di Provinsi Banten pada tahun 2020.

Tabel 4.4.7 Data Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Non
Bintang Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Tahun 2018.

Kabupaten/Kota Akomodasi Kamar Tempat Tidur

Kabupaten Pandeglang 77 957 1.660

Kabupaten Lebak 109 812 1.056

Kabupaten Tangerang 6 508 390

Kabupaten Serang 60 534 1.019

Kota Tangerang 23 961 2.610

Kota Cilegon 27 836 1.086

33
Kota Serang 16 298 535

Kota Tangerang Selatan 11 484 594

Provinsi Banten 329 5.390 8.950


Sumber: (BPS Provinsi Banten, 2021).
Sumber: (BPS Provinsi Banten, 2021).

Tahun 2018
Akomodasi Kamar Tempat Tidur
3000
2000
1000
0
ng ak ng ng ng on ng ta
n
la eb ra ra ra eg ra la
eg b.
L g e S e
ng
e Ci l S e
S e
nd Ka an b. Ta a ot
a
ng
Pa .T Ka a Kot K ra
b. Ka
b
Ko
t e
Ka ng
Ta
ta
Ko

Sumber: (Analisis Penyusun, 2022).

Gambar 4.4.7 Data Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel
Non Bintang Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Tahun 2018.

Berdasarkan data dan grafik yang telah disampaikan diatas, diketahui bahwa pada
Provinsi Banten terdapat jumlah akomodasi yang tersedia pada Hotel Non Bintang yang
tertinggi terdapat pada Kabupaten Lebak yaitu dengan jumlah 109 akomodasi, sedangkan
untuk daerah yang memiliki jumlah akomodasi yang tersedia pada Hotel Non Bintang
yang terendah terdapat pada Kabupaten Tangerang yaitu dengan jumlah 6 akomodasi.
Untuk jumlah kamar yang tersedia pada Hotel Non Bintang yang tertinggi terdapat pada
Kota Tangerang yaitu dengan jumlah 957 kamar, sedangkan daerah yang memiliki
jumlah kamar yang tersedia pada Hotel Non Bintang yang terendah terdapat pada Kota
serang yaitu dengan jumlah 298 kamar. Selanjutnya, mengenai data jumlah tempat tidur
yang tersedia pada Hotel Non Bintang yang tertinggi terdapat pada Kota Tangerang yaitu
dengan jumlah 2.610 tempat tidur, sedangkan daerah yang yang memiliki jumlah tempat
tidur yang tersedia pada Hotel Non Bintang yang terendah terdapat pada Kabupaten
Tangerang yaitu dengan jumlah 390 tempat tidur. 

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel dan grafik yang telah disampaikan diatas,
terdapat informasi bahwa telah terjadi fluktuasi (kenaikan dan penurunan) terhadap
jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang tersedia pada Hotel Non Bintang

34
menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2018. Hal tersebut kemungkinan
besar dipengaruhi oleh kurangnya peran dari Pemerintah Daerah Provinsi Banten dalam
mempromosikan sektor pariwisata kepada masyarakat, baik itu wisatawan yang berasal
dari dalam negeri (domestik), maupun wisatawan yang berasal dari luar negeri
(mancanegara), selain itu juga kemungkinan wisatawan kurang tertarik untuk
mengunjungi atau melakukan wisata ke Provinsi Banten.

Tabel 4.4.8 Data Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Non
Bintang Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Tahun 2019.

Kabupaten/Kota Akomodasi Kamar Tempat Tidur

Kabupaten Pandeglang 79 1321 1.926

Kabupaten Lebak 84 1383 1.385

Kabupaten Tangerang 22 361 443

Kabupaten Serang 59 1071 1.451

Kota Tangerang 68 704 859

Kota Cilegon 23 623 760

Kota Serang 16 308 479

Kota Tangerang Selatan 14 714 1.046

Provinsi Banten 365 6485 8.349


Sumber: (BPS Provinsi Banten, 2021).

Tahun 2019
Akomodasi Kamar Tempat Tidur
2500
2000
1500
1000
500
0
g k ng ng ng n ng an
an ba ra ra ra go ra at
gl Le e e e le e l
de b. g S g Ci S Se
n a an b. an ta ta ng
Pa K
b.
T Ka ta
T
Ko Ko ra
a b. Ka Ko g e
K
T an
ta
Ko

Sumber: (Analisis Penyusun, 2022).

Gambar 4.4.8 Data Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel
Non Bintang Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Tahun 2019.

35
Berdasarkan data dan grafik yang telah disampaikan diatas, dapat diketahui bahwa pada
Provinsi Banten di tahun 2019, jumlah akomodasi yang tersedia pada Hotel Non Bintang
yang tertinggi terdapat pada Kabupaten Lebak yaitu dengan jumlah 84 akomodasi, sedangkan
untuk daerah yang memiliki jumlah akomodasi yang tersedia pada Hotel Non Bintang yang
terendah terdapat pada Kota Tangerang Selatan yaitu dengan jumlah 14 akomodasi. Untuk
jumlah kamar yang tersedia pada Hotel Non Bintang yang tertinggi terdapat pada Kabupaten
Lebak yaitu dengan jumlah 1.383 kamar, sedangkan daerah yang memiliki jumlah kamar
yang tersedia pada Hotel Non Bintang yang terendah terdapat pada Kota serang yaitu dengan
jumlah 308 kamar. Selanjutnya, mengenai data jumlah tempat tidur yang tersedia pada Hotel
Non Bintang yang tertinggi terdapat pada Kabupaten Pandeglang yaitu dengan jumlah 1.926
tempat tidur, sedangkan daerah yang memiliki jumlah tempat tidur yang tersedia pada Hotel
Non Bintang yang terendah terdapat pada Kota Serang yaitu dengan jumlah 479 tempat
tidur. 

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel dan grafik yang telah disampaikan diatas, terdapat
informasi bahwa telah terjadi fluktuasi (kenaikan dan penurunan) terhadap jumlah
Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang tersedia pada Hotel Non Bintang menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2019. Hal tersebut kemungkinan besar
dipengaruhi oleh kurangnya peran dari Pemerintah Daerah Provinsi Banten dalam
mempromosikan sektor pariwisata kepada masyarakat, baik itu wisatawan yang berasal dari
dalam negeri (domestik), maupun wisatawan yang berasal dari luar negeri (mancanegara),
selain itu juga kemungkinan wisatawan kurang tertarik untuk mengunjungi atau melakukan
wisata ke Provinsi Banten.

Tabel 4.4.9 Data Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Non Bintang
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Tahun 2020.

Kabupaten/Kota Akomodasi Kamar Tempat Tidur

Kabupaten Pandeglang 89 1.623 2.363

Kabupaten Lebak 121 1.156 1.910

Kabupaten Tangerang 22 572 507

Kabupaten Serang 57 1.374 1.346

Kota Tangerang 70 1.820 1.012

Kota Cilegon 20 390 719

36
Kota Serang 15 390 389

Kota Tangerang Selatan 14 567 1.089

Provinsi Banten 408 8.022 9.335


 Sumber: (BPS Provinsi Banten, 2021).
Sumber: (BPS Provinsi Banten, 2021).

tahun 2020
Akomodasi Kamar Tempat Tidur
2500
2000
1500
1000
500
0
g k g ng ng n ng an
an ba an ra ra go ra at
gl Le er Se ge le Se
l
de b. g Ci Se
n Ka an b. an ta ta ng
Pa .T Ka ta
T
Ko Ko ra
a b. Ka
b
Ko g e
K
T an
ta
Ko

Sumber: (Analisis Penyusun, 2022).

Gambar 4.4.9 Data Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel
Non Bintang Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Tahun 2020.

Berdasarkan data dan grafik yang telah disampaikan diatas, dapat diketahui bahwa pada
Provinsi Banten di tahun 2020, jumlah akomodasi yang tersedia pada Hotel Non Bintang
yang tertinggi terdapat pada Kabupaten Lebak yaitu dengan jumlah 121 akomodasi,
sedangkan untuk daerah yang memiliki jumlah akomodasi yang tersedia pada Hotel Non
Bintang yang terendah terdapat pada Kota Tangerang Selatan yaitu dengan jumlah 14
akomodasi. Untuk jumlah kamar yang tersedia pada Hotel Non Bintang yang tertinggi
terdapat pada Kota Tangerang yaitu dengan jumlah 1.820 kamar, sedangkan untuk daerah
yang memiliki jumlah kamar yang tersedia pada Hotel Non Bintang yang terendah terdapat
pada Kota Tangerang Selatan yaitu dengan jumlah 567 kamar. Selanjutnya, untuk data
jumlah tempat tidur yang tersedia pada Hotel Non Bintang yang tertinggi terdapat pada
Kabupaten Pandeglang yaitu dengan jumlah 2.363 tempat tidur, sedangkan untuk daerah
yang memiliki jumlah tempat tidur yang tersedia pada Hotel Non Bintang yang terendah
terdapat pada Kota Serang yaitu dengan jumlah 389 tempat tidur. 

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel dan grafik yang telah disampaikan diatas, terdapat
informasi bahwa telah terjadi fluktuasi (kenaikan dan penurunan) terhadap jumlah
37
Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang tersedia pada Hotel Non Bintang menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2020. Hal tersebut kemungkinan besar
dipengaruhi oleh terjadinya pandemi Covid-19 untuk pertama kalinya di Indonesia, yaitu
pada bulan Maret tahun 2020, sehingga menyebabkan seluruh Kabupaten/Kota yang terdapat
di Provinsi Banten juga terkena dampak dari adanya pandemi Covid-19. Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah Provinsi Banten telah menerapkan kebijakan untuk menangani
pandemi Covid-19, pada tahun 2020, Pemerintah telah menerapkan kebijakan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) pada seluruh Kabupaten/Kota dalam melakukan penanganan
pandemi Covid-19, sehingga kebijakan tersebut kemungkinan besar berdampak terhadap
penurunan jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Non
Bintang di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Banten pada tahun 2020.

4.4.10 Tingkat Permintaan (Demand) Sektor Pariwisata Pada Tingkat Penghunian


Kamar dan Akomodasi Lainnya di Provinsi Banten
Berikut ini akan dilakukan analisa mengenai tingkat penghunian kamar hotel dan akomodasi
lainnya untuk melihat seberapa besar atau seberapa tinggi hunian kamar hotel yang terisi oleh
wisatawan baik itu di hotel berbintang maupun hotel non bintang sehingga diketahui berapa
perkiraan persenan kamar yang berhasil diisi atau direntalkan.
Tabel Data Tingkat Penghunian Kamar Hotel dan Akomodasi Lainnya Menurut 
Jenis Hotel di Provinsi Banten (Persen)
Tabel 4.4.10 Data Jumlah Hotel Berbintang dan Hotel Nonberbintang di Provinsi Banten, Tahun 2017-2020.
Tahun Hotel Berbintang Hotel Nonbintang

2017 52,59 28,62

2018 54,11 25,44

2019 49,99 19,73

2020 34,00 16,39


            Sumber: (BPS Provinsi Banten, 2021).
Sumber: (BPS Provinsi Banten, 2021).

38
Sumber: (BPS Provinsi Banten, 2021); dan (Analisis Penyusun, 2022).

Gambar 4.4.10 Data Tingkat Penghunian Kamar Hotel dan Akomodasi Lainnya Menurut
Jenis Hotel di Provinsi Banten (Persentase)

Berdasarkan tabel dan grafik yang telah disampaikan diatas, dapat diketahui bahwa tingkat
penghunian kamar hotel di Provinsi Banten telah mengalami penurunan baik itu pada hotel
berbintang maupun pada hotel non-bintang. Diketahui berdasarkan pada data yang
didapatkan pada tabel dan grafik diatas, bahwa pada hotel bintang yang terdapat di Provinsi
Banten sempat mengalami peningkatan pada tahun 2017 yaitu 52,59% ke tahun 2018 yaitu
54,11%, akan tetapi selanjutnya mengalami penurunan pada tahun 2019 menjadi 49,09%, dan
pada tahun 2020 yaitu 34%, namun kejadian serupa juga terjadi pada hotel non-bintang yang
telah mengalami penurunan tingkat penghunian kamar dari tahun 2017 yaitu 28,62% menjadi
hanya 16,39% pada tahun 2020. Peristiwa penurunan ini adalah akibat terjadinya pandemi
Covid-19, yaitu dimulai awal tahun 2020 di Indonesia terutama dari tingkat penghunian tamu
asing atau mancanegara.

Akan tetapi, tingkat penghunian kamar hotel di Provinsi Banten kembali mengalami
peningkatan yang dimulai pada bulan Juli 2020 yang disebabkan oleh sedikit meredanya
tingkat penularan virus Covid-19 akibat diberlakukannya kebijakan oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah Provinsi Banten seperti dengan menerapkan kebijakan Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang merupakan kebijakan Pemerintah Indonesia
untuk menangani pandemi Covid-19 di Indonesia. Sebelum pelaksanaan PPKM, pemerintah
telah melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berlangsung di sejumlah
wilayah di Indonesia, yang dimana Pemerintah Daerah Provinsi Banten juga menerapkan

39
kebijakan tersebut pada seluruh Kabupaten/Kota dalam melakukan penanganan pandemi
Covid-19.

4.4.11 Tingkat Permintaan (Demand) Sektor Pariwisata Pada Jumlah Wisatawan di


Provinsi Banten

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Provinsi Banten Tahun 2021, didapatkan data
mengenai jumlah wisatawan baik itu yang berasal dari dalam negeri (domestik) dan juga
yang berasal dari luar negeri (mancanegara) yang menunjukkan besaran tingkat permintaan
(demand) yang akan diterima oleh Provinsi Banten. Jumlah wisatawan tersebut dapat
dikategorikan menjadi 2 (dua), yaitu wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik.

Tabel 4.4.11 Data Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Domestik


Tahun 2014-2020 di Provinsi Banten

Tahun Wisatawan Mancanegara Wisatawan Domestik

2014 171.821 17.432.652

2015 187.951 20.596.642

2016 176.928 18.418.984

2017 405.198 22.487.256

2018 327.003 17.982.140

2019 311.131 19.353.727

2020 37.926 18.507.170


Sumber: (BPS Provinsi Banten, 2021).

40
  Sumber: (BPS Provinsi Banten, 2021), (Analisis Penyusun, 2022).
Sumber: (Analisis Penyusun, 2022).

Gambar 4.4.11 Grafik Data Jumlah Wisatawan Mancanegara di Provinsi Banten Tahun 2014-
2020

 Sumber: (BPS Provinsi Banten, 2021), (Analisis Penyusun, 2022).


Gambar 4.4.12 Grafik Data Jumlah Wisatawan Domestik di Provinsi Banten 

Berdasarkan data dan grafik yang telah disampaikan diatas, maka dapat diketahui bahwa
jumlah wisatawan mancanegara mengalami fluktuasi, hal tersebut terlihat dengan terjadinya
penurunan yang signifikan pada tahun 2019 dengan jumlah 311.926 jiwa ke tahun 2020 yang
menjadi hanya 37.926 jiwa. Hal tersebut disebabkan oleh terjadinya pandemi Covid-19 yang
melanda di seluruh dunia termasuk Indonesia, yang menyebabkan terjadinya penurunan
wisatawan mancanegara di Provinsi Banten. Selanjutnya, berdasarkan data tersebut juga
diketahui bahwa jumlah wisatawan domestik di Provinsi Banten telah mengalami fluktuasi
dan mengalami penurunan pada tahun 2020 akibat terjadinya pandemi Covid-19, namun
dalam penerapannya penurunan tersebut tidak terlalu drastis yaitu dari 19.353.727 jiwa pada
tahun 2019 menurun menjadi 18.507.170 jiwa pada tahun 2020.

BAB 5 KESIMPULAN

1. Berdasarkan interpretasi data dan analisis yang telah dilakukan pada tingkat penawaran
(Supply) dan permintaan (Demand) pada platform Hotel  Airbnb pada saat sebelum dan
setelah terjadinya pandemi Covid-19 di Provinsi Banten, menunjukkan bahwa jumlah
penawaran akomodasi Hotel AirBnb yang tersedia sebanyak 1.595 unit yang terdiri dari 3
(tiga) tipe, yaitu entire home, private room, dan share room dan tersebar pada hampir
semua Kabupaten/Kota yang terdapat di Provinsi Banten. Sedangkan, untuk tingkat

41
permintaan (Demand), dapat dilihat bahwa rental growth Hotel AirBnb di Provinsi
Banten terus mengalami peningkatan sebelum terjadinya pandemi Covid-19 yang
melanda Indonesia dan Provinsi Banten, dan sempat menyentuh angka active rentals pada
Q4 (Kuartal 4) tahun 2019 yaitu sebesar 2.143, kemudian mengalami penurunan selama
tahun 2020 dan kembali naik pada tahun 2021. 
2. Untuk data tingkat permintaan (Demand) pada sektor pariwisata di Provinsi Banten,
dengan melihat tingkat hunian kamar hotel, tempat tidur/beds, dan akomodasi lainnya
baik itu Hotel Bintang maupun Hotel Non Bintang yang terdapat di Provinsi Banten telah
mengalami peningkatan pada saat sebelum terjadinya pandemi Covid-19, kemudian juga
mengalami penurunan pada saat tahun 2019 dan tahun 2020 yaitu selama terjadinya
pandemi Covid-19 yaitu sejak bulan Maret tahun 2020.
3. Tingkat permintaan (Demand) pada jumlah wisatawan baik itu yang berasal dari dalam
negeri (domestik) maupun yang berasal dari luar negeri (mancanegara) juga telah
mengalami penurunan tingkat permintaan selama terjadinya pandemi Covid-19
khususnya pada wisatawan yang berasal dari luar negeri (mancanegara) yang secara
drastis mengalami peningkatan dari tahun 2019 menuju tahun 2020, sedangkan untuk
wisatawan yang berasal dari dalam negeri (domestik) juga telah mengalami penurunan
selama terjadinya pandemi Covid-19. Hal tersebut menunjukkan bahwa dampak dari
terjadinya pandemi Covid-19 telah mempengaruhi trend yang positif pada tingkat
permintaan (Demand) Hotel Airbnb yang terdapat di Provinsi Banten, yang diakibatkan
dari adanya penurunan jumlah wisatawan baik itu yang berasal dari dalam negeri
(domestik) maupun yang berasal dari luar negeri (mancanegara) yang menyebabkan telah
terjadi penurunan tingkat permintaan (Demand) pada Hotel AirBnb di Provinsi Banten. 
4. Berdasarkan data dan analisa yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa tingkat
penghunian kamar hotel di Provinsi Banten telah mengalami penurunan baik itu pada
Hotel Bintang maupun pada Hotel Non Bintang. Pada Hotel Bintang yang terdapat di
Provinsi Banten sempat mengalami peningkatan pada tahun 2017 menuju ke tahun 2018,
akan tetapi selanjutnya mengalami penurunan pada tahun 2019 menuju ke tahun 2020.
Hal tersebut juga pada Hotel Non Bintang yang telah mengalami penurunan tingkat
penghunian kamar dari tahun 2017 menuju ke tahun 2020. Peristiwa penurunan ini adalah
sebagai akibat dari terjadinya pandemi Covid-19, yaitu dimulai pada awal tahun 2020 di
Indonesia terutama dari tingkat penghunian tamu asing atau mancanegara. Namun,
tingkat penghunian kamar hotel di Provinsi Banten kembali mengalami peningkatan yang
dimulai pada bulan Juli 2020 yang disebabkan oleh sedikit meredanya tingkat penularan

42
virus Covid-19 akibat dengan diberlakukannya kebijakan oleh Pemerintah Indonesia
maupun Pemerintah Daerah Provinsi Banten seperti dengan menerapkan kebijakan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang merupakan kebijakan
Pemerintah Indonesia untuk menangani pandemi Covid-19 di Indonesia. Sebelum
pelaksanaan PPKM, pemerintah telah melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) yang berlangsung di sejumlah wilayah di Indonesia, yang dimana Pemerintah
Daerah Provinsi Banten juga menerapkan kebijakan tersebut pada seluruh
Kabupaten/Kota dalam melakukan penanganan pandemi Covid-19.

BAB 6 DAFTAR PUSTAKA

Airdna. (2022). Banten Vacation Rental Data. Airdna.Com. https://www.airdna.co/vacation-


rental-data/app/id/banten/banten/overview
Badan Pusat Statistik Provinsi Banten. (2019). LUAS LAHAN MENURUT
PENGGUNAANNYA PROVINSI BANTEN 2019.
Badan Pusat Statistik Provinsi Banten. (2021). Provinsi Banten dalam Angka 2021.
Goenadhi, L., & Nobaiti. (2017). Pengantar Ekonomi Mikro (1st ed.). Scripta Cendekia.
Guttentag, D. (2015). Airbnb: disruptive innovation and the rise of an informal tourism
accommodation sector. Current Issues in Tourism, 18(12), 1192–1217.
https://doi.org/10.1080/13683500.2013.827159
Indra Bhaskara, G. (2018). Airbnb Di Bali: Identifikasi Ulasan Online Wisatawan Asing
Melalui Metode Netnography. Jurnal Master Pariwisata (JUMPA), 05, 27.
https://doi.org/10.24843/jumpa.2018.v05.i01.p02
Kennedy, P. S. J. (2017). Modul ekonomi mikro. 0–29.
Keputusan Menteri Pariwisata, Pos Dan Telekomunikasi Nomor : KM. 94/HK.103/MPPT -
87 Tentang Ketentuan Usaha Dan Penggolongan Hotel Menteri Pariwisata, Pos Dan
Telekomunikasi
Malailak, V. O., & Harapan, U. P. (2021). Perkembangan airbnb dari masa ke masa di era
pandemi. April.
Neto, Frederico. 2003. A New Approach to Sustainable Tourism Development: Moving
Beyond Environmental Protection. Desa Discussion Paper, no. 29, United Nations.
Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor
PM.53/HM.001/MPEK/2013 Tentang Standar Usaha Hotel
Priyarsono, D., & Sahara, S. P. (2007). Dasar Ilmu Ekonomi Regional. Modul Ekonomi
Regional, 1–35.
World Travel & Tourism Council (WTTC). (2021). INDONESIA 2021 Annual Research:
Key Highlights.
Yohannes, M. (2020). Mengetahui Klasifikasi Hotel Berdasarkan Bintang. Traveloka.Com.
https://www.traveloka.com/id-id/explore/tips/klasifikasi-hotel-berdasarkan-bintang-
acc/27253

43
44

Anda mungkin juga menyukai