Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Didalam tubuh kita, darah ibarat angkutan umum yang kesana kemari
lewat jaringan pembuluh darah. Darah ini mengangkut zat makanan (nutrisi)
dan oksigen untuk dikirim keseluruh bagian tubuh. Adapun fungsi penggerak
darah hingga dapat mengalir terus menerus adalah jantung.
Ketika jantung memompa darah, timbul tekanan aliran terhadap dinding
pembuluh darah. Dalam keadaan normal tekanan pada saat jantung
berkontraksi( sistolik) berada dibawah 120 MmHg, sedangkan ketika jantung
bereaksi (diastolik) dibawah 20 MmHg. Namun, ada juga yang memberi
ancer-ancer, tekanan darah yang ideal itu (golb standar) 115/75 MmHg.
Orang dikatakan menderita penyakit darah tinggi kalo tekanan darahnya
140/90 MmHg atau lebih tinggi yang diukur di kedua lengan penderita
sebanyak tiga kali dalam jangka waktu beberapa minggu.satu dari tiga orang
yakit darah tinggi tidak menunjukakan tanda gejala apapun. Celakanya, bila
hipertensi ini tidak dikendalikan bisa merusak jantung dan pembulu darah
sehingga megarah pada timbulnya beberapa kondisi lain seperti stroke,
serangan jantung, gagal ginjal, atau gangguan pada mata.
Badan kesehatan dunia (WHO) menyebutkan jumlah penderita hipertensi
akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang bertambah pada
2025 mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia terkena hipertensi.
WHO menyebutkan negara ekonomi berkembang memiliki penderita
hipertensi sebesar 40% sedangkan negara maju hanya 35%, kawasan Afrika
memegang posisi posisi teratas untuk penderita hipertensi, yaitu sebesar 40%,
di kawasan Amerika sebesar 35% dan Asia Tenggara 36%. Sedangkan di
Indonesia cukup tinggi, yakni mencapai 32% dari total jumlah penduduk
(Widiyani, 2013)
Menurut laporan Kemenkes RI (2015), di Indonesia terdapat sekitar 65.048.110

1
2

jiwa penderita hipertensi (25 %), berdasarkan data pada profil Dinas Kesehatan
Provinsi Bengkulu tahun 2017 penyakit hipertensi menduduki urutan ke tiga
teratas sepuluh penyakit terbanyak. Terdapat 37.796 orang penderita hipertensi
di Provinsi Bengkulu (Lampiran 1). Hal yang sama terjadi di Kabupaten
Kepahiang, hipertensi menduduki peringkat tiga teratas dengan jumlah
penderita hipertensi pada tahun 2017 adalah 2.769 jiwa (12,61 %) data ini juga
diperkuat dengan data sepuluh penyakit teratas di RSUD Kepahiang, hipertensi
merupakan penyakit ketiga teratas dengan jumlah penderita 465 orang
Dari data pengkajian di Desa Pulogeto terdapat 367 KK terdiri dari
1162 Jiwa dengan komponen Ibu Hamil, Ibu Bersalin, Nifas,menyusui,bayi,
balita, Pra Sekolah , Sekolah, Remaja, Dewasa dan Lansia. Jumlah lansia di
Desa Pulogeto Sebanyak 176 Jiwa atau sebesar 15 % dari jumlah Penduduk.
Sebagian dari jumlah Lansia menderita Hipertensi.

B. Rumusan masalah
Penderita Hipertensi pada saat ini masih tinggi sehingga dianggap perlu
dibuat pengkajian Bagaimana cara memberikan penyuluhan kesehatan tentang
pemeriksaan tekanan darah secara rutin, dimana tempat pemeriksaan dan kapan
harus melakukan pemeriksaan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan asuhan kebidanan komunitas pada lansia dengan
Hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dimana tempat melakukan pemeriksaan tekanan darah
b. Mengetahui kapan perlu dilakukan pemeriksaan tekanan darah
c. Menambah pengetahuan tentang Hipertensi
d. Memberi informasi pentingnya kontrol tekanan darah pada penderita
hipertensi
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah suatu system sosial yang berisi dua atau lebih orang
yang hidup bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan atau
adopsi, tingga bersama dan saling menguntungkan, empunyai tujuan
bersama, mempunyai generasi peneus, saling pengertian dan saling
menyayangi. (Murray & Zentner, 1997) dikutip dari (Achjar, 2010)
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional dan social dari individu-individu yang ada
4

didalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk


mencapai tujuan bersama. (Friedman, 1998)
Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa Keluarga adalah unit terkecil dari mastarakat yang terdiri dari dua
orang atau lebih dengan ikatan perkawinan, kelahiran atau adopsi yang
tinggal di satu tempat/ rumah, saling berinteraksi satu sama lain,
mempunyai peran masing-masing dan mempertahankan suatu
kebudayaan.

2. Ciri-ciri Keluarga
a. Menurut Robert Iver dan Charles Horton yang di kutip dari (Setiadi,
2008).
1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan
2) Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan
hubungan perkawinan yang senganja dibentuk atau dipelihara.
3) Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur)
termasuk perhitungan garis keturunan.
4) Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh
anggota-anggotanya 3
berkaitan dengan kemampuan untuk
mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
5) Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau
rumah tangga.
b. Ciri keluarga Indonesia (Setiadi, 2008)
1) Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat
gotong royong.
2) Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran.

3) Umumnya dipimpim oleh suami meskipun proses pemutusan


dilakukan secara musyawarah.

3. Struktur Keluarga
Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas :
5

a. Pola dan proses komunikasi


1) Pola interaksi keluarga yang berfungsi :
a) bersifat terbuka dan jujur.
b) selalu menyelesaikan konflik keluarga.
c) berfikiran positif.
d) tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.
2) Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :
a) Karakteristik pengirim
Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat, apa yang
disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan menerima
umpan balik.
b) Karakteristik penerima
Siap mendengarkan, memberi umpan balik, dan melakukan
validasi.
c) Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :
a. Karakteristik pengirim
Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat, apa yang
disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan
menerima umpan balik.
b. Karakteristik penerima
Siap mendengarkan, memberi umpan balik, dan melakukan
validasi.
4. Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status
adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri,
anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh
masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa
mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain,
sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri di
rumah.
6

B. Struktur Kekuatan
kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu
untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain
kearah positif.
ada beberapa macam tipe struktur kekuatan :
1) Legimati power
primer yang merujuk pada kepercayaan bersama bahwa dalam
suatu keluarga satu orang mempunyai hak untuk mengontrol tingkah laku
anggota keluarga yang lain.
2) Referent power
Kekuasan yang dimilikiorang-orang tertentu terhadap orang lain
karena identifikasi positif terhadap mereka,seperti identifikasi positif
seorang anak dengan orang tua (role mode).

3) Reward power

Pengaruh kekusasaan karena adanya harapan yang akan diterima


oleh seorang dari orang yang mempunyai pengaruh karena kepatuhan
seseorang. Seperti ketaatan anak terhadap orang tua.
4) Coercive power
Sumber kekuasaan mempunyai kemampuan untuk menghukum
dengan paksaan, ancaman, atau kekerasan bila mereka tidak mau taat.
5) Affectif power
kekuasaan yang diberikan melalui manipulasi dengan memberikan
atau tidak memberikan afeksi atau kehangatan, cinta kasih misalnya
hubungan seksual pasangan suami istri.

C. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar
atau tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai
keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan
7

peraturan. Norma adalah perilaku yang baik, menurut masyarakat


berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola
perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk
menyelesaikan masalah.

D. Fungsi keluarga
Menurut Friedman (1986) mengidentifikasi lima fungsi keluarga, sebagai
berikut:
a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga,


yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi
afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota
keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang
positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi
dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil
melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat
mengembangkan konsep diri positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
fungsi afektif adalah:
1. Saling mengasuh : cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan
dukungan dari anggota yang lain. Maka kemampuannya untuk
memberikan kasih sayang akan meningkat, yang pada akhirnya
tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubbungan
intim didalam keluarga merupakan modal dasar dalam memeberikan
hubungan dengan orang lain diluar keluarga/ masyarakat.
2. Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan
tercapai.
8

3. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan


sepakat memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga
dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada
berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus
mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-
anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang tuanya.
Fungsi afektif merupakan “sumber energi” yang menentukan
kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah
keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak dapat
terpenuhi.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosial.
Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan
menatap ayah, ibu, dan orang-orang yang ada di sekitarnya Kemudian
beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar
meskipun demikian keluarga tetap berperan penting dalam bersosialisasi.
Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui
interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam
sosialisasi.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah,
selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk
membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan
makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat
9

dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri, hal ini
menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek


asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan
atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam
memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat
dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat
melaksanakana tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah
kesehatan.

E. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan


Menurut Freedman (1981) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang
kesehatan yang harus dilakukan, yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila
menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan erjadinya,
perubahan apa yang terjadi dan beberapa besar perubahannya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera
melakukan tindakan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau
bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan seyogyanya
meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.
c. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat
10

membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
Perawatan ini dapat dilakukan tindakan dirumah apabila keluarga
memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama
atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjjutan agar
masalah yang lebih parah tidak terjadi.
d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)

F. Pengertian hipertensi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana
terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama).
Penderita yangmempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah
yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan
darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu faktor risiko
untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan
penyebab utama gagal jantung kronis.Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat
dua angka. Angka yang lebihtinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi
( sistolik ), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi
(diastolik ). Tekanan darah kurang dari 120/80mmHg didefinisikan sebagai
"normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan
sistolik dan diastolik.

G. Etiologi Hipertensi

1. Hipertensi essensial

Hipertensi essensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan


dasar patologis yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi
essensial. Penyebab hipertensi meliputi faktor genetik dan lingkungan.
Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan
11

terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokontriktor,


resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor
lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas dan
lain-lain (Nafrialdi, 2009).

Pada sebagian besar pasien, kenaikan berat badan yang berlebihan


dan gaya hidup tampaknya memiliki peran yang utama dalam
menyebabkan hipertensi. Kebanyakan pasien hipertensi memiliki berat
badan yang berlebih dan penelitian pada berbagai populasi menunjukkan
bahwa kenaikan berat badan yang berlebih (obesitas) memberikan risiko
65-70 % untuk terkena hipertensi primer (Guyton, 2008).

2. Hipertensi sekunder

Meliputi 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder


dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan
tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit
ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang
paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak,
dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan
menaikkan tekanan darah (Oparil, 2003).

Hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, sering berhubungan


dengan beberapa penyakit misalnya ginjal, jantung koroner, diabetes dan
kelainan sistem saraf pusat (Sunardi, 2000).

H. Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi tekanan darah oleh JNC VII untuk pasien dewasa


berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau
lebih kunjungan klinis (Tabel 1). Klasifikasi tekanan darah mencakup 4
kategori, dengan nilai normal tekanan darah sistolik (TDS) <120 mmHg dan
tekanan darah diastolik (TDD) <80 mmHg. Prehipertensi tidak dianggap
sebagai kategori penyakit tetapi mengidentifikasikan pasien-pasien yang
12

tekanan darahnya cenderung meningkat ke klasifikasi hipertensi dimasa yang


akan datang. Ada dua tingkat (stage) hipertensi, dan semua pasien pada
kategori ini harus diterapi obat (JNC VII, 2003).

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC-VII 2003

Kategori Tekanan Tekanan Tekanan


Darah Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal ≤120 ≤ 80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi stadium 1 140-159 90-99

Hipertensi stadium 2 ≥160 ≥100

I. Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah


terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang
serabut saraf pascaganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norpinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah
(Brunner, 2002).

J. Tanda dan Gejala Hipertensi

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan


darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,
13

seperti perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus


berat dapat ditemukan edema pupil (edema pada diskus optikus).

Menurut Price, gejala hipertensi antara lain sakit kepala bagian


belakang, kaku kuduk, sulit tidur, gelisah, kepala pusing, dada berdebar-
debar, lemas, sesak nafas, berkeringat dan pusing (Price, 2005).

Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi


maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi yaitu
sakit kepala, gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung, sulit tidur, sesak
nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan
sering kencing di malam hari. Gejala akibat komplikasi hipertensi yang
pernah dijumpai meliputi gangguan penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal
dan gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan kejang dan pendarahan
pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan dan gangguan
kesadaran hingga koma (Cahyono, 2008).

K. Faktor- Faktor Risiko

1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah


Faktor risiko yang tidak dapat dirubah yang antara lain usia, jenis
kelamin dan genetik.
a. Usia
Usia mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan
bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar
sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi,
yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar di atas usia 65 tahun
(Depkes, 2006b).

Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa


kenaikan tekanan sistolik. Sedangkan menurut WHO memakai
14

tekanan diastolik sebagai bagian tekanan yang lebih tepat dipakai


dalam menentukan ada tidaknya hipertensi. Tingginya hipertensi
sejalan dengan bertambahnya umur yang disebabkan oleh
perubahaan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen
menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih
kaku, sebagai akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah sistolik.
Penelitian yang dilakukan di 6 kota besar seperti Jakarta, Padang,
Bandung, Yogyakarta, Denpasar dan Makassar terhadap usia lanjut
(55-85 tahun), didapatkan prevalensi hipertensi terbesar 52,5 %
(Depkes, 2006b).

b. Jenis kelamin

Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi,


dimana pria lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan
wanita, dengan rasio sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah
sistolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat
meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita (Depkes,
2006b).

Namun, setelah memasuki manopause, prevalensi hipertensi


pada wanita meningkat. Setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi
pada wanita lebih meningkat dibandingkan dengan pria yang
diakibatkan faktor hormonal. Penelitian di Indonesia prevalensi
yang lebih tinggi terdapat pada wanita (Depkes, 2006b).

c. Keturunan (genetik)

Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor


keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama
pada hipertensi primer (essensial). Tentunya faktor genetik ini juga
dipenggaruhi faktor-faktor lingkungan, yang kemudian
menyebabkan seorang menderita hipertensi. Faktor genetik juga
berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan renin
15

membran sel. Menurut Davidson bila kedua orang tuanya


menderita hipertensi, maka sekitar 45% akan turun ke anak-
anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi
maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya (Depkes, 2006b).

2. Faktor risiko yang dapat diubah

Faktor risiko penyakit jantung koroner yang diakibatkan


perilaku tidak sehat dari penderita hipertensi antara lain merokok,
diet rendah serat, kurang aktifitas gerak, berat badan
berlebihan/kegemukan, komsumsi alkohol, hiperlipidemia atau
hiperkolestrolemia, stress dan komsumsi garam berlebih sangat
berhubungan erat dengan hipertensi (Depkes, 2006b).

a. Kegemukan (obesitas)

Kegemukan (obesitas) adalah presentase abnormalitas


lemak yang dinyatakan dalam Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu
perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat
dalam meter. Kaitan erat antara kelebihan berat badan dan
kenaikan tekanan darah telah dilaporkan oleh beberapa studi.
Berat badan dan IMT berkorelasi langsung dengan tekanan
darah, terutama tekanan darah sistolik. Sedangkan, pada
penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33% memiliki berat
badan lebih (overweight) (Depkes, 2006b). IMT merupakan
indikator yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat
populasi berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa
(Zufry, 2010).

b. Psikososial dan stress

Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya


transaksi antara individu dengan lingkungannya yang
mendorong seseorang untuk mempersepsikan adanya perbedaan
16

antara tuntutan situasi dan sumber daya (biologis, psikologis dan


sosial) yang ada pada diri seseorang (Depkes, 2006b).

c. Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon
monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam
aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah
arteri yang mengakibatkan proses artereosklerosis dan tekanan
darah tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara
kebiasaan merokok dengan adanya artereosklerosis pada seluruh
pembuluh darah. Merokok juga meningkatkan denyut jantung
dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung.
Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin
meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri
(Depkes, 2006b).

d. Olahraga
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot
tubuh dan sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas
fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolisme untuk
bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan
tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen
ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh
(Supariasa, 2001).

e. Konsumsi alkohol berlebih

Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan.


Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas.
Namun, diduga peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel
darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikkan tekanan
darah. Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan
darah dan asupan alkohol dilaporkan menimbulkan efek terhadap tekanan
17

darah baru terlihat apabila mengkomsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas


ukuran standar setiap harinya (Depkes, 2006b).

f. Komsumsi garam berlebihan


Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena
menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan
meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus
hipertensi primer (essensial) terjadi respon penurunan tekanan darah
dengan mengurangi asupan garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan
darah rata-rata rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar
7-8 gram tekanan rata-rata lebih tinggi (Depkes, 2006b).

3. Komplikasi Hipertensi

Menurut Elisabeth J Corwin komplikasi hipertensi terdiri dari stroke,


infark miokard, gagal ginjal, ensefalopati (kerusakan otak) dan pregnancy-
included hypertension (PIH) (Corwin, 2005).

a. Stroke

Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut,


lebih dari 24 jam yang berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan
disebabkan oleh gangguan peredaran darah.

Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat


disebabkan oleh iskemia atau perdarahan otak. Stroke iskemik
disebabkan oleh oklusi fokal pembuluh darah yang menyebabkan
turunnya suplai oksigen dan glukosa ke bagian otak yang mengalami
oklusi (Hacke, 2003).

b. Infark miokardium (Jantung Koroner)

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang


arterosklerotik tidak dapat mensuplai cukup oksigen ke miokardium atau
apabila terbentuk trombus yang menyumbat aliran darah melalui pembuluh
18

tersebut. Akibat hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka


kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat
terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga,
hipertrofi dapat menimbulkan perubahaan-perubahan waktu hantaran
listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung dan
peningkatan risiko pembentukan bekuan (Corwin, 2005).

c. Gagal ginjal

Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang


progresif dan irreversible dari berbagai penyebab, salah satunya pada
bagian yang menuju ke kardiovaskular. Mekanisme terjadinya hipertensi
pada gagal ginjal kronik oleh karena penimbunan garam dan air atau
sistem renin angiotensin aldosteron (RAA) (Chung, 1995).

d. Ensefalopati (kerusakan otak)


Ensefalopati (Kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi
pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong ke dalam ruang intersitium diseluruh susunan saraf pusat.
Neuron-neuron disekitarnya kolaps yang dapat menyebabkan ketulian,
kebutaan dan tak jarang juga koma serta kematian mendadak. Keterikatan
antara kerusakan otak dengan hipertensi, bahwa hipertensi berisiko 4 kali
terhadap kerusan otak dibandingkan dengan orang yang tidak menderita
hipertensi (Corwin, 2005).

4. Penatalaksanaan Hipertensi

a. Pengendalian faktor risiko

Pengendalian faktor risiko penyakit jantung koroner yang dapat


saling berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi, hanya terbatas pada
faktor risiko yang dapat diubah, dengan usaha-usaha sebagai berikut :

a) Mengatasi obesitas/ menurunkan kelebihan berat badan


19

Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi


hipertensi pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk
menderita hipertensi pada orang-orang gemuk 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan sesorang yang badannya normal. Sedangkan,
pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33% memiliki berat
badan lebih (overweight). Dengan demikian, obesitas harus
dikendalikan dengan menurunkan berat badan (Depkes, 2006b).
Beberapa studi menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai
kelebihan berat badan lebih dari 20% dan hiperkolestrol mempunyai
risiko yang lebih besar terkena hipertensi (Rahajeng, 2009).

b) Mengurangi asupan garam didalam tubuh

Nasehat pengurangan garam harus memperhatikan kebiasaan


makan penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit
dirasakan. Batasi sampai dengan kurang dari 5 gram (1 sendok teh)
per hari pada saat memasak (Depkes, 2006b).

c) Mengurangi asupan garam didalam tubuh

Nasehat pengurangan garam harus memperhatikan kebiasaan


makan penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit
dirasakan. Batasi sampai dengan kurang dari 5 gram (1 sendok teh)
per hari pada saat memasak (Depkes, 2006b).

d) Melakukan olahraga teratur

Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45


menit sebanyak 3-4 kali dalam seminggu, diharapkan dapat
menambah kebugaran dan memperbaiki metabolisme tubuh yang
akhirnya mengontrol tekanan darah (Depkes, 2006b).

e) Berhenti merokok

Merokok dapat menambah kekakuan pembuluh darah sehingga


dapat memperburuk hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin
20

dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke


dalam aliran darah dapat merusak jaringan endotel pembuluh darah
arteri yang mengakibatkan proses arterosklerosis dan peningkatan
tekanan darah. Merokok juga dapat meningkatkan denyut jantung dan
kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada
penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan risiko
kerusakan pada pembuluh darah arteri. Tidak ada cara yang benar-
benar efektif untuk memberhentikan kebiasaan merokok. Beberapa
metode yang secara umum dicoba adalah sebagai berikut :

f) Mengurangi komsumsi alkohol

Hindari komsumsi alkohol berlebihan

Laki-laki : Tidak lebih dari 2 gelas per hari

Wanita : Tidak lebih dari 1 gelas per hari

Anda mungkin juga menyukai