Gagal jantung iskemik adalah sindroma klinis dengan karakteristik adanya gejala
tipikal (sesak nafas, bengkak kaki, dan cepat lelah) yangdisertai dengan tanda fisik
(peningkatan tekanan vena jugular, ronki paru, edema perifer), karena abnormalitas jantung
baik struktural ataupun fungsional, yang mengakibatkan penurunan cardiac outputdan/atau
peningkatan tekanan intrakardiak pada saat beristirahat ataupun beraktivitas (Ponikowski et
al, 2016).
penyakit kardiovaskular.
PsP merupakan polisakarida peptida yang diekstrak dari dinding sel miselia jamur
Ganoderma lucidum (GL) yang ditemukan di Jawa Timur, Indonesia. Miselia tersebut
dikembangkan melalui kultur jaringan dan hasil ekstraksi ini mengandung senyawa bioaktif
yaitu β-1,3/1,6-D-Glukan yang bekerja sebagai imunomodulator. β-1,3/1,6-D-Glukan dapat
berikatan dengan reseptor-reseptor yang dimiliki oleh sel-sel imun seperti makrofag, sel
dendritik, neutrophil, sel limfosit T dan B serta sel Natural Killer (NK). Reseptor-reseptor
tersebut antara lain Dectin-1, Complement Receptor-3 (CR-3), Toll-like Receptor (TLR),
Scavenger Receptor, Lactosylceramide, dan Langerin Receptor. Ikatan antara β-1,3/1,6-D-
Glukan dengan reseptor-reseptor tersebut akan mempengaruhi aktivitas sel-sel imun
sehingga menimbulkan modulasi respon imun, baik innate maupun adaptive (humoral dan
selular). Dalam hal ini PsPmengatur (menyeimbangkan) proses inflamasi sehingga
digunakan sebagai terapi komplementerpada beberapa macam penyakit termasuk penyakit
kardiovaskular.
Hasil analisa kuantitatif dengan metode spektrofotometri UV – Vis terhadap sampel
PsPmenunjukkan bahwa PsP mengandung beberapa komponen aktif sebagai berikut :
(1) Polisakarida dengan kadar 75-80 %
(2) Protein dengan kadar 2-4 %
(3) β–1,3/1,6-D-Glukan dengan kadar 45-50 %
Analisa karakterisasi struktur β–1,3/1,6-D-Glukan dalam PsP dilakukan melalui
kerjasama PT. Sahabat Lingkungan Hidup dengan Complex Carbohydrate Research
Centre (CCRC) – University of Georgia, USA. Laporan hasil karakterisasi struktur β–
1,3/1,6-D- Glukan dari CCRC menunjukkan beberapa hasil sebagai berikut:
(1) Hasil analisa komposisi glikosil menggunakan Gas Chromatography - Mass
Spectrometry (GC-MS) menunjukkan bahwa kandungan monosakarida terbanyak
dalam PsP adalah glukosa (97,2 %)
(2) Hasil analisa ikatan glikosil dengan GC-MS bahwa PsP mengandung 2 jenis ikatan
yang dominan yaitu ikatan 1,3-glukan (34,4 %) dan 3,6-glukan (15,7 %) dimana rantai
cabang β- 1,6 terletak pada setiap 2 unit molekul glukosa (1 : 2). Ini menunjukkan
bahwa percabangan PsP cukup kompleks sehingga memiliki potensi yang tinggi
sebagai imunomodulator seperti yang tertulis dalam suatu literatur bahwa semakin
kompleks percabangan suatu β- Glukan maka semakin besar pula potensi
imunomodulatornya (Chan, et al. 2009).
(3) Hasil analisa konfigurasi absolut dengan GC-MS bahwa PsPjuga mengandung
3
(4) hasil analisa spektroskopi NMR 1D-Proton dari sampel PsP (peak 1) menunjukkan
profil spektrogram yang mirip dengan standard referensi Beta-Glukan dari USP
(United States Pharmacopeia, No. Katalog 1048288, No. Lot. F0K129). Hasil analisa
inilah yang memastikan bahwa komponen utama PsP adalah β-1,3/1,6-D-Glukan.
Gambar 3. Struktur Polimer β-1,3/1,6-D -Glukan dalam PsP dengan Rumus Molekul
[C12H20O10]n (Properti PT. Sahabat Lingkungan Hidup)
5
(5) Analisa karakterisasi struktur merupakan suatu hal yang penting untuk
dilakukan, karena afinitas (kekuatan ikatan) antara β–1,3/1,6-D-Glukan dengan
reseptor sel imun dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : BM,
kompleksitas percabangan dan solution conformation. Afinitas tersebut
selanjutnya akan mempengaruhi bioaktivitas sel imun dan pada akhirnya
menentukan efektivitas terapi. Dari hasil karakterisasi struktur β–1,3/1,6-D-
Glukan tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa PsP merupakan
imunomodulator kuat karena memiliki BM besar dengan percabangan yang
kompleks. Selain itu disebutkan dalam literatur bahwa β–1,3/1,6-D-Glukan
yang berasal dari GL memiliki solution conformationtriple helix, dimana
solution conformation tipe ini mempunyai afinitaspada reseptor sel imun lebih
kuat dibandingkan dengan jenis single helix.