Anda di halaman 1dari 28

BAB III

ANALISA PERMASALAHAN

A. PELAYANAN KESEHATAN

Jenis pasien yang menggunakan jasa Puskesmas di Puskesmas dibedakan atas

empat kelompok, yaitu :

1. Pasien umum, yaitu jika pasien tidak mempunyai KTP / tidak dapat menunjukkan

KTP, akan dipungut biaya yaitu membayar tarif pengobatan sesuai dengan Perda,

yaitu Rp 5,000 setiap kali berobat.

2. Pasien Gratis, yaitu jika pasien yang dapat menunjukkan KTP Tanah Laut atau

berumur diatas 55 tahun dikategorikan usila dan mempunyai KTP atau

pelajar/anak sekolah maka tidak dipungut biaya atau gratis biaya pengobatan.

3. Pasien BPJS, yaitu pasien yang menjadi peserta BPJS, PBI dan Non PBI seperti

Pegawai Negeri (Askes), Peserta Jamkesmas/KIS, Pegawai Swasta (Jamsostek) dan

Peserta BPJS Mandiri.

Jumlah pasien yang berkunjung ke Puskesmas

Kunjungan Pasien ini meningkat dari tahun berarti meningkatnya pemanfaatan

masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas seiring bertambahnya

kunjungan pasien per hari buka.

Berikut ini tabel kunjungan Pasien yang berkunjung dan memakai jasa

Puskesmas Takisung tahun 2017 :

Tabel 6. Jumlah kunjungan pasien

Bulan Umum BPJS Gratis Jumlah

B. HASIL PELAKSANAAN UPAYA KESEHATAN

1. PROMOSI KESEHATAN DAN PSM


12
Kebijakan pembangunan kesehatan sekarang ini adalah Paradigma Sehat yaitu

Paradigma pembangunan kesehatan yang lebih mengutamakan upaya-upaya promotif

dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitative.

Paradigma sehat ini merupakan modal pembangunan kesehatan yang dalam

jangka panjang akan mampu mendorong masyarakat untuk bersikap dan bertindak

mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri yaitu melalui kesadaran terhadap

pentingnya upaya-upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Arah

pembangunan nasional yang telah dilaksankan dalam tiap dasa warsa terakhir ini

menuntut reformasi total kebijakan pembangunan dalam segala bidang.

Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan maka pemberdayaan masyarakat

dan kemitraan lintas sektor, dilakukan melalui berbagai proses kegiatan yang pada

dasarnya mengupayakan adanya koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergisme

antar program-program pemerintah. Penyelengaraan upaya kesehatan harus diarahkan

pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat, kondisi lingkungan yang baik

maupun lingkungan fisik, biologic maupun sosial budaya, upaya kesehatan, tenaga

kesehatan, pembiayaan kesehatan serta kerjasama lintas sektor dan pemberdayaan

masyarakat.

Kegiatan Bidang Promosi Kesehatan tentunya tidak terlepas dari dukungan

pendanaan dari. Adapun kegiatan program Promkes pada tahun 2017 ini :

a. Refresing Kader Posyandu

b. Pembinaan desa siaga

c. PHBS Cuci Tangan Dengan Sabun

d. Penyuluhan Kesehatan

e. Pelatihan Kader Survei PHBS desa

f. Survei PHBS di Rumah Tangga

a. Pembinaan Desa Siaga

Melalui strategi seperti menggerakkan dan memberdayakan masyarakat

untuk hidup sehat, meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

13
yang berkualitas, meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi

kesehatan dan meningkatkan pembiayaan kesehatan yang ingin dicapai pada akhir

Tahun 2017, seluruh desa telah menjadi Desa Siaga. Desa siaga merupakan

gambaran masyarakat yang sadar,mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi

berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit

menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB),

kejadian bencana, kecelakaan dan lain-lain dengan memanfaatkan potensi setempat

secara gotong royong. Pengembangan Desa Siaga mencangkup upaya untuk lebih

mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa untuk siap

siagakan masyarakat menghadapi masalah-masalah kesehatan, memandirikan

masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat. Di wilayah

a. Posyandu Balita dengan kategori:

Madya

Purnama :

b. Posyandu

Tabel 7. Sarana UKBM per desa

Posyandu Balita Dana


N PO Tog
Desa Mady Purnam Posy. SBH Seha
o D a
a a Lansia t

14
9

10

11

12

b. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah perilaku kesehatan yang dilakukan

atas kesadaran sehingga anggota keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang

kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat. PHBS Itu

mencakup berbagai aspek, misalnya tentang gizi, tentang kesehatan lingkungan,

tentang kesehatan ibu dan anak, serta lain sebagainya. Pemberdayaan masyarakat

harus dimulai dari rumah tangga, karena rumah tangga yang sehat merupakan aset

atau modal pembangunan di masa depan yang perlu di jaga, ditingkatkan dan

dilindungi kesehatannya. Beberapa anggota keluarga mempunyai masa rawan

terkena penyakit infeksi, oleh karena itu untuk mencegahnya, anggota rumah tangga

perlu diberdayakan untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

Pembinaan PHBS di rumah tangga merupakan salah satu upaya startegis untuk

menggerakkan dan memberdayakan atau anggota rumah tangga untuk hidup bersih.

Melalui upaya ini setiap rumah tangga diberdayakan agar tahu, mau dan mampu

menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan mengupayakan lingkungan yang

sehat, mencegah dan menanggulangi masalah – masalah kesehatan yang dihadapi,

serta memnfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Di wilayah puskesmas rencana

akan dilaksanakan pembinaan

PHBS dirumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota

keluarga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat

serta berperan aktif dalam gerakan di masyarakat. PHBS di tatanan Rumah Tangga

meliputi :

15
a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

b. Memberi bayi ASI eksklusif

c. Menimbang bayi dan Balita setiap bulan

d. Menggunakan air bersih

e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

f. Menggunakan jamban sehat

g. Memberantas jentik dirumah

h. Makan buah dan sayur

i. Melakukan aktivitas fisik selama 30 menit setiap hari

j. Tidak merokok di dalam rumah

Adapun distribusi hasil survey PHBS jumlah perdesa dapat dilihat pada

Tabel berikut:

Tabel JUMLAH BER


JUMLAH %DIPANTAU %
8. PANTAU PHBS

c. Penyuluhan

Memberikan informasi/ pengetahuan kepada masyarakat yang disajikan secara

verbal,dan dibarengi dengan teknik bertanya yang efektif dan menggunakan berbagai

perangkat seperti lembar balik,slide,video. Metode yang digunakan dalam kegiatan

penyuluhan tersebut diatas adalah ceramah, diskusi, dan demonstrasi. Kegiatan ini juga

dilakukan dengan menggunakan media promkes yang antara lain berupa poster, leaflet,

stiker dan juga penggunaan LCD. Dengan cara demikian masyarakat setelah

mendapatkan ceramah atau penyuluhan promkes diharapkan dapat menerapkan dalam

kehidupan sehari hari.

Tabel 9. Pencapaian Program Upaya

16
JUMLAH
NO MASALAH/ BAHAN /MATERI
KEG

10

11

12

17
M

Metode yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan tersebut diatas adalah

ceramah, diskusi, dan demonstrasi. Kegiatan ini juga dilakukan dengan menggunakan

media promkes yang antara lain berupa poster, leaflet, stiker, banner dan juga

penggunaan LCD. Dengan cara demikian masyarakat setelah mendapatkan penyuluhan

promkes diharapkan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari hari.

Salah satu faktor yang sangat mendukung kegiatan dalam program promosi

kesehatan ini adalah alat penunjang. Kondisi Alat Penunjang Penyuluhan Kesehatan

yang ada di Puskesmas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 10. Jenis Alat Penunjang Penyuluhan Kesehatan di Puskesmas

No Jenis Jumlah Kondisi

1.

2.

3.

Sasaran dalam kegiatan program ini untuk tahun 2017 untuk umum, tokoh

masyarakat, kepala sekolah/dewan guru dan siswa/siswi sekolah. Kegiatan dilakukan

di luar gedung Puskesmas oleh petugas yang akan datang ketempat yang telah

ditentukan.

18
Adapun masalah yang dihadapi dalam mengelola program promosi kesehatan :

1. Petugas Promosi kesehatan banyak merangkap jabatan sehingga kurang

bisa fokus pada kegiatan program Promosi Kesehatan.

2. Masih kurangnya koordinasi lintas sektor

2. BIDANG KESEHATAN IBU DAN ANAK SERTA KELUARGA BERENCANA

a. KIA
Tabel 11. Sasaran KIA perbulan

Mempunyai

N buku
Bulan Bumil Bulin Bumil Bayi
o KIA/KMS
Resti Resti
(20%) (15%) Abs %

Grafik 1. Cakupan K1 dan K4 perbulan

19
Tabel 12. Capaian Kegiatan KIA Perbulan

TT5
K1 K4 TT1 TT2 (Long FE1 FE3
life)
N
Bulan
o

Ab Ab Ab Ab Ab
% Abs % % % Abs % %
s s s s s

Dapat dilihat dari tabel ibu hamil yang mempunyai buku KIA/KMS sebanyak

668 orang (110%) melebihi sasaran yaitu 607 orang ibu hamil. Namun, untuk pencapaian

K1 tidak memenuhi yaitu hanya 597 orang (98%) dari target pencapaian yang

seharusnya 100%. Sama halnya dengan pencapaian K4 yang masih rendah yaitu

sebanyak 465 orang (80%) dari target pencapaian 90%. Adapun untuk pemberian FE 1

sebanyak 578 orang (95%) dan FE 3 masih sangat rendah yaitu hanya 450 orang (74%).

Tabel 13. Capaian Deteksi Resiko dan Rujukan

Deteksi Resiko Rujukan

N Mas Kasus
Bulan Nakes Maternal Resti
o y

% Abs % Abs % Abs % Abs %

20
Dari hasil analisa tabel tersebut didapatkan bahwa masih rendahnya K1 yang

berdampak menurun pula pada K4, dikarenakan masih tingginya angka abortus, masih

ditemukan nya ibu hamil pendatang dan masih adanya kehamilan yang tidak

diinginkan seperti diluar pernikahan/sudah banyaknya anak/kegagalan kb. Namun

untuk pendeteksi resiko dan penanganan nya sudah melampaui dari target yang di

tentukan, hal ini karena terjalinnya kerjasama yang baik antara bidan, petugas lab, kader

dan masyarakat itu sendiri yang sudah memahami faktor resiko baik yang diperoleh

sendiri maupun dari kelas ibu hamil.

21
b. Mtbs

Tabel 14. Capaian MTBS Perbulan

Jumlah anak balita (12-59) punya buku KIA

Bulan lalu Bulan ini Kumulatif

Bulan Abs

Lk Pr Lk Pr
Lk Pr
Jlh Lk &
Pr

tua untuk menjaga kepemilikan buku KIA, misalnya ada yang hilang atau rusak. Sedangkan

untuk MTBS sudah sepenuhnya dilaksanakan karena dilihat dari pencapaian sudah

100% sesuai dengan jumlah kunjungan anak balita yang sakit, dan ditemukan sebanyak

9 orang balita yang telah di MTBS kemudian dirujuk kemungkinan karena memang

penyakit yg dialami harus dirujuk.

c. Keluarga Berencana

Pada program KB tahun 2017, akseptor KB baru sebanyak 422 orang, sedangkan

akseptor KB lama sebanyak 4403 orang dan yang melakukan perubahan metode KB

sebanyak 117 orang.

22
Grafik 2. Cakupan KB Baru

Grafik 3. Cakupan KB Lama

Sedangkan untuk metode kontrasepsi terdiri diberikan pada Akseptor KB aktif

yaorang yaitu

Grafik 4. Cakupan KB Pil dan Suntik

Grafik 5. Cakupan KB Implant, IUD, Kondom, Tubektomi/Mow,


Vasektomi/Mor

23
Dari analisis diatas terlihat bahwa masih tinggi nya akseptor KB suntik

dibandingkan dengan metode kontrasepsi lainnya, hal ini kemungkinan dikarenakan

karena faktor resiko yang rendah, keefektifan yang tinggi serta faktor psikologis dari

akseptor. Adapun untuk komplikasi dan kegagalan kb masih ditemukan, walaupun

sangat kecil.

3. PROGRAM GIZI

Dalam pelaksanaannya, program ini memproritaskan kegiatan untuk mengatasi

masalah gizi yang dihadapi oleh masyarakat Kecamatan yang pada umumnya masalah

gizi ganda yaitu kurang gizi dan kelebihan gizi. Masalah gizi kurang seperti KEP, KEK,

KVA, AGB dan GAKY. Sedangkan gizi lebih berhubungan dengan penyakit degeneratif

yaitu diabetes melitus, hipertensi, hiperkolesterol dan obesitas. Berangkat pada

permasalahan diatas, maka program gizi di Puskesmas adalah menanggulangi masalah

gizi melalui pelayanan gizi dan penyuluhan gizi dengan cara pemberdayaan keluarga

dan masyarakat. Berikut adalah hasil kegiatan puskesmas Takisung selama tahun 2017.

a. Upaya penanggulangan Anemia Gizi Besi (AGB)

Penanggulangan anemia gizi besi (AGB) adalah kegiatan menurunkan

prevalensi anemia melalui upaya meningkatkan konsumsi zat besi melalui

konsumsi bahan makanan sumber zat besi dan suplementasi tablet besi.

Kegiatannya terdiri dari :

a. Penyuluhan gizi intensif melalui penyuluhan tentang anemia gizi

b. Distibusi tablet besi minimal 90 tablet pada ibu hamil

c. Distribusi tablet besi pada ibu nifas (Depkes RI, 1996)

Selama tahun 2017, jumlah ibu hamil yang anemia di wilayah Puskesmas

Takisung dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik 6. Persentase Ibu Hamil Anemia

24
Dari grafik diatas terlihat persentase ibu hamil anemia cukup tinggi, dan telah

melebihi ambang hal ini disebabkan karena ketiadaan tenaga bidan desa di desa

tersebut.

Sedangkan cakupan pemberian zat besi selama tahun 2017 dapat dilihat pada

grafik berikut ini :

Grafik 7. Pencapaian Indikator FE1

Grafik 8. Pencapaian Indikator FE3

Dari grafik diatas terlihat bahwa pemberian

b. Upaya penanggulangan Kurang Vitamin A (KVA)

Penanggulangan KVA adalah kegiatan menurunkan prevalensi KVA melalui

upaya meningkatkan konsumsi vitamin A melalui makanan sumber vitamin A dan

suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi (Depkes RI, 2005).

bulan. Kegiatan program ini terdiri dari :

a. Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas

b. Distibusi Vitamin A dosis tinggi 2 kali setahun pada bulan Februari dan Agustus

pada bayi ( usia 6 – 11 bulan ) dan anak balita (usia 12 – 60 bulan)

c. Penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan konsumsi vitamin A

Hasil kegiatan pemberian vitamin A tahun 2017 dapat dilihat pada grafik

berikut :

Grafik 9. Pencapaian Vitamin A Bufas


25
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa pemberian vitamin A untuk ibu nifas

masih belum mencapai target. Hal ini disebabkan karena ada desa yang tidak

memiliki bidan desa yaitu desa ranggang dalam dan telaga langsat, sehingga

pencatatan pemberian vitamin a didesa tersebut tidak begitu tercatat.

Grafik 10. Pencapaian Vitamin A Balita Bulan Februari 2017

Grafik 11. Pencapaian Vitamin A Balita Bulan Agustus 2017

Setiap Bulan Februari dan Agustus dibagikan vitamin A dosis tinggi untuk

bayi dan balita. Untuk bayi usia 6-11

c. Upaya Penanggulangan Kep / Gizi Buruk

d. Konsultasi gizi

Konsultasi gizi dilakukan baik dipuskesmas maupun diposyandu. Untuk anak

balita konsultasi yang dilakukan sebagian besar adalah konsultasi balita kurang gizi /

bawah garis merah (BGM). Sedangkan untuk pasien dewasa, konsultasi dilakukan

pada ibu hamil terutama yang Kurang energi kronis (KEK), ibu hamil anemia dan

remaja calon pengantin yang KEK atau anemia serta ibu menyusui. Selain itu

konsultasi juga dilakukan pada penyakit degeneratif antara lain diabetes melitus,

hipertensi, gout dan hiperkolesterol.

Dari tabel dibawah ini dapat dilihat jumlah konsultasi gizi dipuskesmas

Takisung selama tahun 2017.

Tabel 18. Jumlah Kunjungan Konsultasi Gizi di Puskesmas

N JUMLAH PASIEN
BULAN
O ANAK DEWASA TOTAL

26
2

10

11

12

e. Penimbangan di posyandu

Pos pelayanan terpadu atau posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang

diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas

kesehatan. Posyandu diadakan terutama

Hasil penimbangan selama tahun 2017 dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik 12. Data SKDN

Grafik 13. Data D/S dan N/D

Dari grafik diatas terlihat bahwa cakupan penimbanan tertinggi ada pada

bulan februari dan agustus, hal ini dikarenakan pada bulan tersebut dilaksanakan

pemberian vitamin A untuk balita. Sedangkan cakupan terendah ada pada bulan

27
Juni, penyebabnya karena pada bulan tersebut merupakan bulan ramadhan dan

libur lebaran, sehingga banyak balita yang pada saat jadwal posyandu tidak berada

di desa nya karena mudik.

Permasalahan yang dihadapi antara lain :

1. Ada beberapa desa yang program gizi nya tidak mencapai target dikarenakan

ketidak adaan tenaga bidan didesa

2. Masih ada kader posyandu yang kurang aktif di dalam melaksakan tugas.

3. Kerja sama lintas sektor dan rasa memiliki posyandu yang masih kurang.

Analisa masalah :

1. Perlu duklungan dari masyarakat, lintas program dan lintas sektor terkait.

2. Perlu partisipasi dan kerjasama yang baik dalam rangka untuk meningkatkan

peranan posyandu di masyarakat.

Perencanaan / Pemecahan Masalah :

1. Memperbantukan tenaga bidan yang ada didesa terdekat untuk turut membantu

pelayanan gizi di desa yang tidak memiliki bidan.

2. Diadakan pembinaan kader posyandu / refresing kader kembali.

3. Diadakan pertemuan Lintas Sektor untuk membahas tentang kerjasama dalam

membina posyandu.

4. Perlu dukungan dan kerja sama berupa partisipatip, lintas sektor dalam hal

moril, dana untuk meningkatkan status posyandu.

4.PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN

Tabel 19. Data Sarana Jamban Keluarga

28
N Jaga (Leher Jaga (Leher
Desa Cemplung Sungai
o Angsa) Sendiri Angsa) umum

i. Pengetahuan masyarakat tentang Kesehatan Lingkungan yang masih rendah.

ii. Kader Kesehatan Lingkungan suadah tidak aktif lagi

iii. Desa program PAM-SIMAS belum bisa menjadi contoh untuk desanya

sendiri apalagi untuk desa lain.

iv. Kurangnya kerjasama lintas program dan lintas sektor dalam menangani

maslah kesehatan lingkungan.

Permasalahan ini juga bukan hanya tanggung jawab petugas kesehatan,

pendekatan dengan pemerintahan desa setempat agar turut serta menangggulanginya.

Petugas kesling yang masih merangkap sebagai petugas loket juga mengurangi

keberhasilan program ini, karena jarang turun kelapangan dan hanya sebatas menunggu

di poli kesling menerima rujukan dari Poli umum, KIA/MTBS untuk konsultasi

mengenai kesehatan lingungan.

Dampak dari sanitasi buruk yaitu kasus penyakit yang disebabkan sarana

sanitasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan masih menjadi salah satu dari 10

penyakit terbanyak.

Dari permasalahan yang paling utama pada program kesehatan lingkungan

adalah :

a. Cakupan SPAL masih sangat rendah

b. Penyuluhan sanitasi dan lingkungan masih sangat rendah

c. Klinik sanitasi tidak berjalan dengan baik

d. Cakupan TTU dan TPM yang memenuhi syarat kesehatan masih sangat

rendah.

3. PROGRAM PENCEGAHAN & PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR

A. PROGRAM IMUNISASI

1. Capaian UCI desa

Tabel 22. Hasil capaian UCI

29
Jumlah bayi
Total
N Menin Men sasara Capaia Persenta Ke
Desa Lahi Pinda
o g o n IDL si IDL t
r h n IDL
gal lak
BPKM, Tokoh Agama serta petugas kesehatan lainnya didesa.

C. PROGRAM DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

D. P2 DIARE

Kejadian penyakit diare di wilayah kerja Puskesmas Sementara itu

kasus diare mencapai puncak kasus tertinggi pada bulan Oktober.

Indikator tersebut menandakan masih kurangnya kesadaran dan

pengetahuan masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di

lingkungan masyarakat maupun di Rumah Tangga serta kurang

memadainya sarana sanitasi. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat grafik

berikut ini :

Grafik 14. Cakupan Penderita P2 Diare perbulan

Grafik 15. Cakupan Penderita P2 Diare perdesa

E. PROGRAM KUSTA

Penemuan penderita baru penyakit kusta dilakukan melalui beberapa

kegiatan diantaranya adalah kontak serumah, survey di sekolah, penyuluhan,

dan pemberitahuan sukarela. Pada tahun 2017 ini, petugas kusta Puskesmas

Takisung sudah dua kali melakukan pada kontak serumah dan tidak di

temukan suspect kusta. Pemeriksaan dilanjutkan pada tingkat sekolahan. Ada

tujuh sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Takisung dengan hasil tidak

ditemukan gejala penyakit kusta. Tahap selanjutnya barulah dilaksanakan

penyuluhan kesehatan tentang kusta di delapan desa wilayah kerja puskesmas

Takisung dengan tujuan memberikan pengetahuan tentang penyakit kusta

30
kepada masyarakat. Pada tahap ini petugas sekaligus mendapat pemberitahuan

dari masyarakat ditemukan dua pasien penderita Kusta tipe MB di desa

Ranggang Luar.

Untuk pengobatan dua pasien penderita kusta tipe MB sendiri satu

pasien masih dalam pengobatan dan pengawasan petugas sedang satu pasien

lainnya putus berobat disebabkan resesten obat.

Permasalahan yang dihadapi petugas adalah persediaan obat MDT

dari Dinas Kesehatan sering kosong. Selain itu, adanya resesten obat terhadap

penderita kusta juga menjadi masalah tersendiri, belum lagi pengetahuan

petugas kusta yang masih minim karena belum diikutkan dalam pelatihan

penyakit kusta.

Pemecahan masalahnya adalah ada baiknya sebelum adanya

penemuan kasus kusta, petugas mengamprahkan obat terlebih dahulu,

sehingga bisa memberikan waktu untuk Dinas Kesehatan dalam penyediaan

obat. Untuk pasien resesten obat agar dapat dirujuk ke rumah sakit saja untuk

mendapatkan perawatan lanjutan. Petugas kusta harus berinisiatif untuk

meminta kepada pimpinan untuk dapat diikutkan pada pelatihan penyakit

kusta sehingga tugas pada masa yang akan datang bisa lebih maksimal.

F. P2 ISPA

Penyakit infeksi saluran pernafasan masih menjadi kasus tertinggi

Puskesmas Takisung. Dari data tahun 2015 jumlah penemuan penderita ispa

sebanyak 4887 kasus naik ditahun

Tabel 29. Penemuan Penderita ISPA Tahun 2017

Kunjungan Jumlah

31
G. P2 MALARIA

kasus malaria yang ditemukan adalah kasus kiriman daerah lain atau

penduduk Kecamatan yang bekerja didaerah endemis malaria.

Pada tahun

Tabel. 30 Hasil Kegiatan Program Malaria

Tahun 2017

Jenis Parasit
No Desa Jumlah
P.falcifarum P.vivax P.malariae P.ovale Mix

Dari data diatas terlihat bahwa, jenis penyaskit saluran pernasafan paling

atas ( ISPA ) menduduki peringkat bagian atas, yang menandakan bahwa lebih

perlunya perbaikan lingkungan perumahan dan peningkatan penyuluhan terhadap


32
masyarakat akan perlunya perilaku hidup bersih dan sehat dengan menciptakan

lingkungan yang sehat.

a. POLI GIGI

Kunjungan rawat jalan pada

Tabel 32. Jenis kunjungan dan tindakan poli gigi

No Kasus Bulan Jumlah

Jan Feb Mar Apr Me Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
i

puti pelayanan semua resep yang masuk baik dari polim umum, poli

gigi dan KIA serta pelayanan gawat darurat. Adapun pemakaian jenis obat

terbanyak dapat kita lihat pada tabel berikut ini :

10

Sumber : Data Simpus Puskesmas Tahun 2017

b. LABORATORIUM

, Imunologi serta serologi.

Tabel 34. Laporan Hasil Kegiatan Laboratorium

Tahun 2017

Me
No Jenis kegiatan Jan Feb Mar Apr Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Jumlah
i

Tabel 35. Sasaran program UKS

N Nama JumlahSiswa Jumlah Jumlah Kader Guru

33
Perem Sekolah Sekolah UKS
o Sekolah Laki2
p sasaran UKS / Dokcil UKS

a. UPAYA KESEHATAN LANJUT USIA

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia

lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh

masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu

lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan

kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas

dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan

organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.

Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan

Kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu

Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita

(deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi.

Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di

Posyandu Lansia adalah:

1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam

kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun

tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.

34
2. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran

tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).

3. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta

penghitungan denyut nadi selama satu menit.

4. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau

ditemukan kelainan.

5. Penyuluhan Kesehatan dan konsultasi gizi.

35
Tabel 36. Pelayanan Posyandu Lansia

Ma Ap Me Ju Ag Sep No De Jumla
Desa Jan Feb Jul Okt
r r i n t t v s h

b. UPAYA KESEHATAN REMAJA

Kesehatan remaja merupakan determinan kesehatan masa depan. Status

kesehatan dan sumber daya yang dimiliki merupakan komponen utama yang

menentukan kesehatan remaja, keluarga dan generasi berikut.

Masalah morbiditas dan mortalitas pada remaja pada umumnya

disebabkan karena faktor perilaku dan lingkungan yang merupakan akibat dari

gangguan fungsi psikososial seperti kekerasan, kecelakaan, kenakalan remaja,

stres/ depresi, merokok, minum alkohol, dan penyalahgunaan obat. Berbagai

masalah perilaku berisiko tersebut bisa saling berkaitan atau masalah yang satu

berakibat pada masalah perilaku berisiko lainnya.

Program ini dilaksanakan dengan memberikan penyuluhan, konseling

kesehatan tentang kesehatan remaja, serta pengobatan di sekolah SLTA yaitu

SMA dan SMK serta SLTP bekerja sama dengan guru BK di sekolah masing-

masing.

c. UPAYA KESEHATAN OLAHRAGA

Upaya kesehatan olahraga ditujukan untuk meningkatkan kesehatan

dan kebugaran jasmani masyarakat, dilaksanakan melalui aktivitas fisik,

latihan fisik, dan atau olahraga. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam

program kesehatan olahraga adalah pembinaan kesehatan olahraga dan

pelayanan kesehatan olahraga.

1. Pembinaan kesehatan olahraga, melipuiti :

a) pendataan kelompok/klub OR

b) pemeriksaan kesehatan

c) penyuluhan kesehatan OR

2. Pelayanan kesehatan olahraga, meliputi :


36
a) konsultasi kesehatan olahraga,

b) pengukuran tingkat kebugaran jasmani,

c) penanganan cedera olahraga akut,

d) sebagai tim kesehatan pada event olahraga

Sejauh ini kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan di

adalah pendataan kelompok olahraga, melakukan pengukuran tingkat

kebugaran jasmani/tes kebugaran, penyuluhan kesehatan olahraga di

sekolah dan di posyandu lansia, melaksanakan senam lansia dan senam

bumil, serta melakukan pemeriksaan kesehatan.

Tabel 37. Hasil pendataan kelompok olahraga Puskesmas Takisung

NO URAIAN JUMLAH KETERANGAN

satu upaya yang dapat dilakukan yaitu kerjasama dengan pihak sekolah

untuk pembudayaan aktivitas fisik di sekolah contohnya pelaksanaan senam

pagi minimal satu kali seminggu, senam kapiten, senam barisan senam anak

bangsa, serta mengajak pihak sekolah dan program uks untuk mendukung

Gerakan Hdup Aktif Nasional.

Adapun masalah yang dihadapi dalam mengelola program kesehatan

olahraga :

a) Masih terbatasnya dana untuk pelaksanaan kegiatan kesehatan olahraga

b) Terbatasnya sarana dan prasarana untuk kegiatan kesehatan olahraga

f. UPAYA KESEHATAN MATA

Pelayanan kesehatan mata di dilakukan oleh petugas di poli umum yaitu

dokter umum, adapun kasus yang ditangani antara lain konjungtivitis, hordiolum,

trauma mata dan lain-lain. Permasalahan untuk kesehatan mata adalah seharusnya

ada pembekalan khusus untuk menangani kesehatan mata dengan melatih salah

satu petugas poli untuk mendapatkan keahlian khusus menangani kesehatan mata.

g. UPAYA KESEHATAN JIWA

37
Pelayanan kesehatan jiwa adalah melakukan pelayanan pengobatan dan

pendataan pasien jiwa yang dirujuk ke Sambang Lihum dan yang sudah pulang.

Pasien yang sudah pulang biasanya membawa surat rujuk balik dari RSJ Sambang

untuk menjalani rawat yang biasanya ditangani dengan diagnosa skizoprenia.

d. PELAYANAN KESEHATAN DI PUSTU DAN POLINDES

Pustu dan Polindes merupakan ujung tombak Puskesmas untuk

memberikan pelayanan kesehatan dilingkup wilayah yang lebih kecil yaitu desa.

Tentunya Pustu dan Polindes harus mampu menjalankan program-program

Puskesmas tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan dasar seperti

pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, konseling kesehatan dan pelayanan

rujukan. Tetapi juga mendekati masyarakat untuk mengenali program-program

puskesmas dan meningkatkan kemandirian masyarakat dibidang kesehatan

dengan :

 memberikan penyuluhan-penyuluhan kesehatan.

 Menjadi role model dan menggalakkan PHBS.

 Mengembangkan surveilen berbasis masyarakat dengan membina kader-

kader seperi kader diare, malaria atau DBD.

 Membina Posyandu serta UKBM-UKBM lainnya seperti DAS, POD, Toga,

Arisan Jaga dan yang lainnya meningkatkan stratanya ketingkat mandiri.

 Memantau dan memberikan pembinaan sarana Kesling serta Kadarzi.

Berikut ini data kunjungan pasien di Pustu dan Polindes :

Tabel 38. Jumlah kunjungan pasien di Pustu / Polindes di desa

38
TEMPAT PELAYANAN
TOTAL
No DESA
1

6
7

8
9

10

11

12

39

Anda mungkin juga menyukai