Anda di halaman 1dari 3

Biorgafi Imam Ashim

Nama lengkapnya adalah Ashim bin Abi Najud al-Asadi. Nama panggilannya (kuniyah),
Abu bakar. Sebagian riwayat mengatakan bahwa nama bapaknya adalah Bahdalah, sebagian
riwayat yang lain mengatakan bahwa Bahdalah adalah nama ibunya, sebagian riwayat yang
lain juga mengatakan bahwa nama ayahnya adalah Abdulllah sedangkan Abi Najud adalah
kuniyahnya.
Secara garis keturunan, ia termasuk marga al-Asadi al-Kufi. Kata “al-Asadi” dinisbatkan
kepada marganya, sedangkan “al-Kufi” dinisbatkan kepada tempat tinggalnya, yaitu Kufah.  
Beliau adalah salah satu imam qira’at sab’ah dari kalangan ulama Kufah, dan termasuk
tabi’in yang agung. Setelah gurunya, Abdurrahman al-Sullami, wafat, ia menggantikan
posisinya sebagai masyikhah iqra’ di Kufah, sehingga banyak para pelajar datang dari
berbagai negara untuk belajar kepadanya. 
Secara profesionalitas keilmuan, beliau merangkap dua keahlian, yaitu fashahah-tajwid
dan teliti-mutqin. Beliau tidak hanya memiliki penguasaan dalam bidang fashahah dan
mutiqin, namun beliau juga memilikii suara yang indah saat membaca al-qura’an. Hal ini
dibuktikan oleh persaksiannya Imam Syu’bah: Saya berulangkali mendengar Abi Ishaq al-
Sabi’i berkata: “Saya tidak pernah melihat seseorang yang lebih bagus membaca al-Qur’an
dibandingkan Ashim bin Najud. Ia alim dalam bidang sunnah, bahasa, nahwu dan fiqih”.
Perjalanan Intelektual Imam Ashim
Dalam bidang ilmu al-Qur’an dan qira’atnya, beliau belajar kepada tiga orang guru, yaitu
Abu Abdurrahman al-Sullami, Zir bin Hubaisy, Sa’ad bin Ilyas al-Syaibani. Secara transmisi
sanad beliau menempati posisi ketiga setelah Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.

Berikut adalah transmisi sanadnya yang bersambung secara muttasil kepada Nabi
Muhammad ‫ﷺ‬:
1. Al- Sullami belajar kepada lima sahabat; Ustman, Abdullah bin Mas’un, Ubay bin
Ka’ab, Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Tsabit. Mereka belajar langsung dari Nabi
Muhammad ‫ﷺ‬.
2. Zir bin Hubaisy belajar kepada Abdullah bin Mas’ud dari Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.
3. Al-Syaibani belajar kepada Abdullah bin Mas’ud dari Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.

Dalam bidang hadis, beliau meriwayatkan dari Abi Ramatsah Rifa’ah al-Tamimi dan Harits
bin Hassan al-Bakri. Keduanya bersahabat. Adapun hadis yang diriwayatkan dari Abi
Ramatsah dapat djumpai di Musnad Ahmad bin Hambal, sedangkan hadis yang diriwayatkan
dari Harits bin Hasan dapat dijumpai di kitabnya Abu Ubaid al-Qasim bin Sallam.

Imam Ashim termasuk ulama yang diperhitungkan dalam bidang hadis, ia termasuk personal
yang memiliki predikat tsiqah (terpercaya). Imam Ahmad menyatakan bahwa Imam Ashim
adalah laki-laki saleh, baik juga tsiqah, senada dengan Imam Ahmad, Imam Zar’ah dan para
ulama hadis menyatakan bahwa Imam Ashim adalah orang yang tsiqah. Imam Abu Hatim
juga menyatakan bahwa Imam Ashim adalah (mahalluhu al-shidq) dan hadi-hadis dapat
dijumpai di kutub sittah.
Keistimewaan Imam Ashim
Setiap manusia yang beriman dengan benar, beramal saleh dan konsisten dalam
beramal (istiqamah), maka Allah akan mengangkat derajatnya. Imam Ashim merupakan
salah satu ulama yang konsisten berkhidmah terhadap kalam-Nya. Salah satu karomahnya
adalah ia membaca Al-Qur’an dengan sangat mutqin atau lancar walau ditinggal beberapa
tahun tanpa murajaah (membaca ulang agar tetap hafal). 
Imam Ashim berkata kepada Imam Syu’bah: “Saya mengalami sakit selama dua tahun,
(selama dua tahun itu, saya tidak muraja’ah hafalan Al-Qur’an saya), setelah saya
sembuh,kemudian saya membaca Al-Qur’an dan tidak ada satupun kesalahan dan
kekeliruan pada bacaan saya”.
Imam Abu Bakar berkata: “Ashim jika shalat ia tegak seperti kayu, dan ia mendirikan
shalat pada hari jumat sampai menjelang shalat ashar. Ia adalah seorang abid (ahli ibadah),
baik, selalu mendirikan shalat. Jika ia punya keperluan, kemudian melihat sebuah masjid,
maka akan berkata: mari kita mampir ke masjid, karena keperluan kita tidak akan habis. Ia
pun masuk ke masjid dan malaksanakan shalat. 

Murid-murid Imam Ashim


Setelah kepergian Imam Abu Abdurrahman al-Sullami kepangkuan Tuhannya, Imam
Ashim menduduki posisinya sebagai ganti dari apa yang dirintis oleh gurunya sebagai syakh
qira’at Al-Qur’an. Oleh karena itu, dengan kepakaran dan keahlian yang dimiliki oleh Imam
Ashim ini, banyak para pelajar yang berdatangan untuk belajar kepadanya, salah satunya
adalah: Hafs bin Sulaiman, Abu Bakar Syu’bah bin Ayyasy, Abban bin Taghlib, Hammad bin
Salamah, Sulaiman bin Mahran al-A’masy, Abu Mundzir Sallam bin Sulaiman, Sahal bin
Syuaib, Syaiban bin Muawiyah. 
Selain nama-nama murid Imam Ashim di atas, ada beberapa murid Imam Ashim yang
hanya belajar beberapa huruf (bacaan), yaitu: Abu Amr bin al-Ala’, Khalil bin Ahmad dan
Hamzah bin Zayyat.  
Setelah mendarma-baktikan diri berkhidmah kepada kalam-Nya, beliau kembali kepada
pangkuan Tuhannya pada tahun 127 H di Kufah.  

Anda mungkin juga menyukai