MATERNAL NEONATUS
“BENDUNGAN PAYUDARA”
Disusun oleh :
Dibimbing Oleh :
Elda Yusefni S.SiT, M.Keb
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang maha Esa, yang senangtiasa telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu yang berjudul “Bendungan Payudara”.
Penyusun menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan
karna tak ada gading yang tak retak, oleh karena itu jika ada kritik dan saran yang
membangun saangat diharapkan oleh penyusun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, bagi penyusun pada khususnya dan
para pembaca pada umum nya.
Terimakasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................................
C.Tujuan.................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Memberi ASI pada bayi merupakan proses alami sebagai kewajiban seorang ibu yang
mengasuh anaknya. Karena ASI merupakan makanan utama untuk bayi umur 0-6 bulan
pertama kehidupannya. Proses alami untuk memberikan ASI sudah dimulai saat terjadi
kehamilan, karena bersama dengan hamil, payudara telah disiapkan sehingga setelah bayi
lahir ibu bisa segera memberikan ASI pada bayinya.
Sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal
dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan
penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan
cepat. Namun keadaan ini bisa menjadi bendungan, pada bendungan payudara terisi sangat
penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena dan limfotik tersumbat, aliran susu
menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dan alveoli meningkat.
Payudara yang terbendung membesar, membengkak, dan sangat nyeri. Payudara dapat
terlihat mengkilat dan edema dengan daerah eritema difus. Puting susu teregang menjadi rata,
ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI, wanita
kadang- kadang menjadi demam akibat ASInya tidak keluar dengan baik.
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak, keras, panas
dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk
mencegah terjadinya kelainan.
B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian dari bendungan ASI?
2) Apa penyebab dari bendungan ASI?
3) Bagaimana tanda dan gejala bendungan ASI?
4) Bagaimana pencegahan bendungan ASI?
5) Bagaimana penatalaksanaan bendungan ASI?
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian dari bendungan ASI
2) Untuk mengetahui penyebab dari bendungan ASI
3) Untuk memahami tanda dan gejala bendungan ASI
4) Untuk mengetahui cara pencegahan terjadinya bendungan ASI
5) Untuk mengetahui penatalaksanaan terhadap bendungan ASI BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi
atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada
putting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena
peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri
disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005).
Payudara terasa lebih penuh tegang dan nyeri terjadi pada hari ketiga atau hari ke
empat pasca persalinan disebakan oleh bendungan vera edan pembuluh dasar bening. Hal ini
semua merupakan bahwa tanda asi mulai banyak di sekresi, namun pengeluaran belum lancar.
Bila nyeri ibu tidak mau menyusui keadaan ini akan berlanjut, asi yang disekresi akan
menumpuk sehingga payudara bertambah tegang. Gelanggang susu menonjol dan putting
menjadi lebih getar. Bayi menjadi sulit menyusu. Pada saat ini payudara akan lebih
meningkat, ibu demam dan payudara terasa nyeri tekan (oserty patologi: 196) Saluran
tersumbat = obstructed duct = caked brecs t. terjadi statis pada saluran asi (ductus akhferus)
secara local sehingga timbul benjolan local (Wiknjosastro, 2006).
D. Pencegahan
1. Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum 30 menit) setelah dilahirkan
2. Susui bayi tanpa dijadwal (on demand)
3. Keluarkan asi dengan tangga atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi
4. Perawawatan payudara pasca persalinan (obserti patologi 169)
5. Menyusui yang sering
6. Memakai kantong yang memadai
7. Hindari tekanan local pada payudara
(Wiknjosastro, 2006)
E. Penatalaksanaan
Gambar 3.
BAB 3 TINJAUAN KASUS
mengatasi keluhan
yang ibu rasakan, yaitu:
a. Sebelum menyusui,
pijat payudara dengan
lembut, mulailah dari
luar kemudian
perlahanlahan bergerak
ke arah puting susu dan
lebih
yang mengeras
b. Menyusu
i sesering
mungkin
dengan jangka
waktu selama
mungkin, susui
bayi dengan
payudara yang
kuat
menahannya,
karena bayi
akan menyusui
dengan penuh
semangat pada
awal sesi
menyususi,
sehingga bisa
mengeringkan
nya dengan
efektif
c. Lanjutka
n dengan
mengeluarkan
ASI dari
payudara itu
setiap kali
selesai
menyusui jika
bayi belum
benar-benar
menghabiskan
isi payudara
yang sakit
tersebut.
d. Tempelk
an handuk
halus yang
sudah
dibasahi dengan air
yang mengalami
penyumbatan kelenjar
perlahan-lahan turun ke
e. Kompres
dingin pada
payudara di
antara waktu
menyusui.
f. Pakai bra
yang
dapat menyangga
payudara.