Anda di halaman 1dari 21

PETUNJUK PRAKTIKUM

PRODUKSI BENIH

NENI MUSYAROFAH, SP., MSI Desember 2021 Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor
IDENTITAS PEMILIK

Nama :
NIRM :
Kelas :
Tempat, Tgl Lahir :
Asrama :
HP :
Email :
Catatan
PRAKATA
Buku praktikum matakuliah Produksi Benih ini memberikan petunjuk bagi mahasiswa untuk
menguasai materi yang diberikan.

Buku ini menjadi pegangan wajib bagi mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor yang
mengambil matakuliah Produksi Benih. Buku ini mengarahkan mahasiswa agar menguasai
teknologi produksi benih komoditas pertanian.

Bogor, Desember 2021


Penulis

Neni Musyarofah, SP., M.Si


NIP. 19810227 201101 2 012
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Buku : Buku Petunjuk Praktikum


Matakuliah : Produksi Benih
SKS : 1- 2
Semester : Gasal
Program Studi : Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan
Penulis : Neni Musyarofah, SP., M.Si

Buku ini dapat dijadikan pedoman pelaksanaan praktikum matakuliah Produksi Benih yang
diajarkan kepada mahasiswa program studi penyuluhan pertanian berkelanjutan Politeknik
Pembangunan Pertanian Bogor.

Telah Diperiksa Catatan Dilarang Kesesuaian


Bogor, Desember 2021
Pada tanggal : Des 2021 Perbaikan memperbanyak Materi dengan
Dibuat Oleh :
Oleh : (Jika Ada) sebagian atau Silabus/GBPP
seluruh isi
Ketua Jurusan Pertanian dokumen tanpa Dosen Pengampu
ijin tertulis dari
Sekolah Tinggi
Penyuluhan
Dr. Wahyu Trisnasari, SST., M.Si Pertanian Bogor Neni Musyarofah, SP., M.Si
NIP. 19831017 200604 2 002 NIP. 19810227 201101 2 012
PENANAMAN
1. Pokok Bahasan :
Penerapan Teknik Penanaman :
a. Membuat persemaian
b. Memelihara persemaian
c. Menyiapkan lahan dan/ atau media tanam
d. Melakukan penanaman
2. Indikator Pencapaian :
Setelah melakukan praktek teknik penanaman, mahasiswa akan terampil dalam
mengerjakan pembuatan persemaian, pengolahan tanah, dan melakukan penanaman untuk
memproduksi benih tanaman.
3. Teori :
Persemaian
Persemaian adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyemaikan benihatau bagian
vegetatif dari jenis tanaman tertentu sehingga dapat menghasilkan bibit yang memenuhi
persyaratan umur, ukuran dan pertumbuhan yang cukup baik untuk ditanam di lapangan.
Selanjutnya penyemaian biji adalah serangkaian kegiatan menaburkan/meletakkan biji di atas
media tanam yang disediakan, untuk menghasilkan semaian yang akan ditanam ditempat lainnya
yang terlebih dahulu diseleksi sebelumnya.
Persiapan Lahan
Pengolahan tanah dilakukan dengan menghancurkan bongkahan bongkahan tanah
menjadi halus. Disamping itu tanah menjadi remah sehingga pertukaran udara menjadi lebih
baik. Pengolahan tanah juga dapat mematikan gulma penganggu tanaman. Rahmad (2004)
menyatakan pengolahan tanah yang baik adalah yang menyisakan vegetasi tanaman diatas
tanah sehingga dapat mengurangi penguapan dan erosi. Pengolahan tanah konservasi dapat
berupa tanpa olah tanah; olah tanah strip; olah tanah minimum. Olah tanah strip (strip tillage)
pengolahan tanah yang hanya dilakukan pada strip-strip atau alur-alur yang akan ditanami.
Setelah lahan selesai diolah, dibuat bedengan, guludan, atau hamparan sesuai jenis tanaman yang
akan ditanam.
Pemupukan Dasar / Pengapuran
Pemberian pupuk dasar adalah pemberian pupuk organik atau pupuk kandang dan
anorganik sebelum penanaman. Pemberian pupuk kandang diperlukan untuk memperbaiki
struktur tanah dan meningkatkan jumlah organisme tanah yang berguna dalam proses
penguraian bahan organik menjadi bahan yang tersedia bagi tanaman. Selain itu, pupuk kandang
berguna menahan air dalam tanah.
Pemasangan Mulsa
Pemasangan mulsa plastik dilakukan pada pada siang hari agar memperoleh hasilyang
baik. Pemasangan mulsa dilakukan dengan cara membentangkan mulsa plastik di permukaan
bedengan. Ujung plastik diberi bambu sebagai pengunci. Setelah bantangan plastik selesai,
pinggir sisi kakan dan kiri plastik dipasak dengan bambu agar tidak mudah terangkat oleh angin.
Penanaman
Penanaman adalah serangkaian kegiatan persiapan media, pembuatan lubang tanam, dan
penanaman benih. (SKKNI No.186 Tahun 2018). Proses penanaman dilakukan apabila benih pada
persemaian telah tumbuh daun sempurna sesuai dengan jenis tanaman. Jarak tanam disesuaikan
dengan lebar tajuk tanaman. Jumlah benih pertanaman tergantung jenis tanaman, Untuk
meningkatkan populasi dapat menggunakan sitem tanam jajar legowo. Penanaman sebaiknya
dipagi hari atau sore. Penanaman dapat menggunakan alat mesin petanian transplenter, mesin
tanam jagung, atau manual, tergantung dari jenis tanaman.
4. Bahan dan Alat :
a. Bahan : benih tanaman pangan, benih tanaman hortikultura, benih tanaman perkebunan,
pupuk organik
b. Alat : alat ukur, mesin pengolah tanah, tray, polybag, lempak, cangkul.
5. Organisasi :
Mahasiswa membentuk kelompok praktek yang beranggotakan 5-6 mahasiswa. Dosen
menjelaskan tahapan kerja melakukan teknik penanaman sesuai dengan jenis tanaman.
6. Prosedur Kerja :
a. Lahan/media persemaian disiapkan berdasarkan jenis tanaman, jenis tanah,agroekologi, dan
kondisi iklim setempat.
b. Prasarana dan sarana disiapkan berdasarkan jenis tanaman, jenis tanah, agroekologi, dan
kondisi iklim setempat.
c. Benih disemai sesuai jenis tanaman.
d. Jadwal pemeliharan persemaian disusun sesuai dengan jenis tanaman, agroekologi dan
kondisi iklim setempat.
e. Persemaian dipelihara sesuai jadwal dan teknik pemeliharaan.
f. Jadwal pengolahan lahan dan/atau media tanam disusun berdasarkan jenistanaman.
g. Sarana pengolahan lahan dan/atau media tanam disiapkan sesuai kebutuhan.
h. Lahan dan/atau media tanam diolah sesuai jenis tanaman.
i. Jadwal tanam disusun sesuai dengan jenis tanaman, jenis tanah, agroekologi,dan kondisi iklim
setempat.
j. Jarak tanam ditentukan berdasarkan jenis tanaman.
k. Pola tanam ditentukan berdasarkan jenis tanaman.
l. Penanaman dilakukan sesuai jadwal, jarak tanam, dan pola yang ditentukan.
7. Tugas dan Pertanyaan :
a. Tugas : Laksanakan tahapan kerja teknik penanaman dalam memproduksi benih
b. Pertanyaan : Jelaskan tujuan pembibitan, pengolahan tanah, dan pemasangan mulsa
8. Hasil Praktikum :
a. Hasil praktek adalah terdapatnya hamparan tanaman untuk produksi benihyang dilakukan
oleh mahasiswa.
b. Laporan praktek mahasiswa.

ROGUING
1. Pokok Bahasan :
Pengelolaan Pertanaman : Melakukan seleksi (roguing) pemurnian
2. Indikator Pencapaian :
Setelah mengerjakan pengelolaan tanaman mahasiswa akan terampil dalam melakukan
pemurnian (roguing).
3. Teori :
Roguing
Rouging adalah tindakan membuang tanaman yang menyimpang dari tanaman utama
dengan tujuan untuk menjaga kemurnian tanaman (SKKNI No.186 Tahun 2018). Roguing adalah
langkah penting yang harus dilakukan dalam kegiatan produksi benih. Rouging bertujuan
melakukan proses pemeriksaan kondisi tanaman dilapangan dan pembuangan tanaman yang
tidak dikehendaki, yang memiliki ciri ciri berbeda dengan tanaman utama yaitu gulma, tanaman
species lain, tanaman varietas lain dalam satu spesies dan tanaman tipe simpang (off type).
Rouging dalam produksi benih dilakukan dengan tujuan untuk menjaga kemurnian varietas yang
dibudidayakan. Rouging dilakukan beberapa kali pada fase pertumbuhan yang berbeda secara
terus menerus sampai sebelum panen. Rouging sebaiknya dilakukan pagi hari sebelum matahari
terlalu panas agar pengenalan terhadap ciri-ciri kritis yang ada dapat lebih mudah dilakukan. Hal
yang harus diketahui dan dipahami sebelum melaksankan roguing/seleksi adalah Karakteristik
varietas yang ditanam. Setiap varietas unggul sudah dilepas oleh menteri pertanian melalui
sebuah surat keputusan dan pada surat tersebut tertuang karakteristik varitas. Berdasarkan
karakteristik tersebut maka pelaku roguing/seleksi dapat mengenali dan mengidentifikasi tipe
simpang. Syarat utama produsen benih atau pelaksana roguing sebelum melakukan kegiatan
roguing/seleksi adalah harus mengenali karakteristik varietas dengan baik, termasuk.
4. Prosedur Kerja :
Prosedur/cara roguing
Untuk Instruktur
a. Mengenali deskripsi kultivar yang di produksi dengan teliti
b. Membawa kantung tempat rogue atau kamera untuk dokumentasi
c. Berjalan perlahan-lahan di lahan produksi (tidak lebih dari 3 km/jam)
d. Berjalan di antara barisan tanaman secara sistematis
e. Mengamati tanaman secara teliti dengan jarak pandang selebar 2 meter
f. Cara berjalan lebih baik membelakangi sinar matahari
g. Jarak titik sampel dari pinggir 3 m
h. Roguing di lakukan sebelum matahari bersinar terik
i. Bila di temukan rogue, maka seluruh bagian rogue di cabut dan di masukan ke dalam
kantung (bila di lahan petani cukup di foto, jangan di cabut)
j. Jumlah dan tipe tanaman rogue yang di cabut di catat
k. Tanaman rogue yang telah di cabut di buang dan di bakar
l. Gulma terinfeksi penyakit di cabut, di buang dan di bakar

Jumlah contoh pemeriksaan untuk pertanaman > 2 Ha, dengan rumus :

X = (Y + 8) / 2

Dimana :
X = Jumlah sampel/jumlah contoh pemeriksaan
Y = Luas Pertanaman

Catatan : luas lahan 2 – 4 Ha : 5 titik sampel (1 titik sampel = 200 tanaman)

⅀ 𝑐𝑣𝑙 & 𝑡𝑖𝑝𝑒 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 1


% CVL = ⅀ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎
𝑥 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑥 100 %

Langkah Kerja
1. Setiap kelas ada 6 kelompok
2. Gunakan 4 petak lahan petani jika ada, dimana masing-masing petak untuk 1 kelompok
3. Anggap :
- Kelompok 1 dan 5 lahan sertifikasi adalah 2 Ha
- Kelompok 2 dan 6 lahan sertifikasi adalah 3 Ha
- Kelompok 3 dan 7 lahan sertifikasi adalah 4 Ha
- Kelompok 4 dan 8 lahan sertifikasi adalah 5 Ha
4. Langkah-langkah penentuan kemurnian
a. Menyiapkan K3 yang sesuai
b. Menyiapkan alat kerja
c. Menetukan jumlah titik sampel/m2
d. Menghitung titik sampel (sesuai rumus)
5. Menghitung luasan titik sampel
6. Menentukan jumlah tanaman yang di amati
7. Melakukan pengamatan
Karakter yang di amati :
- Keseragaman tanaman
- Warna pelepah (hijau, putih, ungu)
- Bentuk rumput padi
- Panjang helai daun (yang berbeda dengan deskripsi)
- Perbedaan sudut daun bendera
8. Menghitung tipe simpang dan CVL hasil pengamatan
9. Rekomendasi hasil pengamatan
10. Membuat laporan
Contoh :

No Titik Sampel CVL Tipe Simpang Terinfeksi Penyakit


1 a
2 b
3 c
4 d
5 e
6
7
Jumlah
Rata - rata

5. Hasil Praktikum :
a. Adanya roguing untuk memproduksi benih tanaman sesuai standar.
b. Laporan praktek mahasiswa.
PRODUKSI BENIH SECARA VEGETATIF
1. Pokok Bahasan :
Produksi Benih Secara Vegetatif :
a. Menyiapkan sarana dan prasarana produksi benih secara vegetatif
b. Menerapkan produksi benih secara vegetatif
2. Indikator Pencapaian :
Setelah melakukan praktek memproduksi benih secara vegetatif, mahasiswa akan
terampil menyiapkan sarana dan prasarana produksi benih secara vegetatif, dan mahasiswa
terampil dalam mengerjakan perbanyakan benih secara vegetatif.
3. Teori :
Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman tanpa melalui penyerbukan,tetapi
melalui organ tanaman baik secara konvensional (seperti stek, okulasi, sambung, cangkok, dan
lain-lain) maupun kultur in vitro (SKKNI no 186 tahun 2018). Pohon induk tunggal (PIT) adalah
satu pohon tanaman yang varietasnya telah terdaftar dan berfungsi sebagai sumber penghasil
bahan perbanyakan lebih lanjut dari varietas tersebut (Permentan 48 tahun 2012). Pohon induk
berdasarkan SKKNI (2108) adalah tanaman pilihan yang digunakan sebagai sumber
benih/batang atas (entres), baik itu tanaman kecil maupun tanamanbesar yang sudah produktif
berasal dari biji atau hasil perbanyakan vegetatif. Blok Fondasi (BF) adalah tempat
pertanaman pohon induk tanaman tahunan yang berasal dari PIT atau rumpun induk populasi
yang setara dengan kelas benih dasar dan sebagai penghasil benih sumber untuk kelas benih
pokok (Permentan 48 tahun 2012). Blok penggandaan mata tempel (BPMT) adalah pertanaman
pohon induk tanaman tahunan yang berasal dari pertanaman BF yang setara dengan kelas benih
Pokok dan sebagai penghasil benih sumber untuk kelas benihsebar (Permentan 48 tahun 2012).
Perbanyakan secara vegetatif menggunakan bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, atau
daun untuk menghasilkan tanaman baru yang sama dengan induknya.
Okulasi
Okulasi adalah serangkaian kegiatan penempelan entres pada batang bawahdengan cara
menempelkan sepotong kulit pohon yang bermata tunas dari batangatas pada suatu irisan dari
kulit pohon lain dari batang bawah sehingga tumbuh bersatu menjadi tanaman yang baru.
Grafting
Grafting adalah menggabungkan dua bagian tanaman (organ dan jaringannya) yang
masih hidup sedemikian rupa sehingga keduanya dapat bergabung menjadi satu tanaman yang
utuh yang memiliki sifat kombinasi antara dua organ atau jaringan yang digabungkan tadi.
4. Bahan dan Alat :
a. Bahan : Bahan perbanyakan benih secara vegetatif
b. Alat : alat hitung, alat ukur, alat mesin pertanian, piasu okulasi, dan gunting pangkas
5. Organisasi :
a. Mahasiswa membentuk kelompok yang beranggotakan 5-6 mahasiswa.
b. Dosen menjelaskan langkah kerja perbanyakan tanaman secara vegetatif.
6. Prosedur Kerja :
a. Sarana dan prasarana produksi secara vegetatif diidentifikasi sesuai jenistanaman dan
teknik produksi benih.
b. Prasarana dan sarana produksi ditentukan sesuai hasil identifikasi. Bahan produksi
diperiksa kelayakannya.
c. Produksi benih secara vegetatif dilakukan sesuai teknik produksi yangditentukan.
7. Hasil Praktikum :
a. Benih tanaman hasil perbanyakan secara vegetatif.
b. Laporan praktek mahasiswa.

PEMANENAN
1. Pokok Bahasan :
Panen :
a. Menyiapkan sarana dan prasarana panen
b. Menerapkan teknik panen
2. Indikator Pencapaian :
Setelah melaksanakan praktek panen, mahasiswa akan terampil dalam
a. Menyiapkan sarana dan prasarana panen.
b. Mengerjakan panen untuk keperluan produksi benih tanaman.
3. Teori :
Panen adalah proses pengambilan hasil tanaman yang sudah menunjukkan ciri (sifat
khusus/masak panen optimal) (SKKNI No.186 Tahun 2018). Panen hasil produksi untuk benih
dengan cara mengambil hasil tanaman (buah, biji, organ tanaman) yang dibudidayakan dalam
rangka menghasilkan benih sesuai SOP. Panen dilaksanakan setelah tanaman mencapai umur
panen sesuai jenis tanaman. Panen dilakukan menggunakan alat dan wadah yang sudah
dibersihkandari kotoran agar benih terjaga kemurniannya.
4. Bahan dan Alat :
a. Bahan: wadah hasil panen
b. Alat: alat hitung, alat ukur, mesin panen, alat angkut
5. Organisasi :
a. Mahasiswa membentuk kelompok yang beranggotakan 5-6 mahasiswa.
b. Dosen menjelaskan langkah kerja panen untuk produksi benih tanaman.
6. Prosedur Kerja :
a. Sarana dan prasarana panen diidentifikasi sesuai jenis tanaman.
b. Sarana dan prasarana panen ditetapkan sesuai jenis tanaman.
c. Jadwal panen ditentukan sesuai kriteria masak fisiologis atau kondisi optimalbenih.
d. Teknik panen ditetapkan sesuai dengan jenis tanaman.
e. Panen dilakukan sesuai jadwal dan prosedur.
7. Hasil Praktikum :
a. Hasil panen produksi benih.
b. Laporan praktek mahasiswa.

PENGUJIAN BENIH
a. Penetapan Kadar Air Benih
Kadar air merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi pemanenan, pengolahan,
penyimpanan dan pemasaran benih. Selama penyimpanan, benih mengalami kemunduran
viabilitas dan vigor, terutama berhubungan dengan kadar air benih. Tingkat kadar air aman untuk
penyimpanan benih tergantung pada jenis benih, metode penyimpanan, dan lama penyimpanan.
Berdasarkan hasil penelitian Kolo dan Anna (2016) bahwa benih tomat yang disimpan pada
perlakuan suhu kamar dapat meningkatkan kadar air benih tetapi dapat menurunkan viabilitas
serta vigor benih, sedangkan benih yang disimpan pada perlakuan suhu kulkas dapat
menurunkan kadar air benih tetapi dapat meningkatkan viabilitas serta vigor benih. Pengaruh
kadar air benih selama penyimpanan berkorelasi dengan suhu dan kelembaban.
Proses perkecambahan dapat terjadi jika kulit benih permeabel terhadap air dan tersedia
cukup dengan tekanan osmosis tertentu. Pada saat imbibisi sebagai tahap awal dari suatu
perkecambahan kadar air dalam biji tentunya meningkat dan kulit biji mulai lunak serta
terjadinya hidrasi dari protoplasma. Benih padi pada umumnya mempunyai kadar air kritis untuk
perkecambahan yaitu sebesar 32,35% (Delouche, 1972 Cit Wibisono et al., 2015).
1. Metode Pengukuran Kadar Air Benih
Metode pengukuran kadar air yang sering digunakan di LaboratoriumTeknologi Benih
adalah sebagai berikut:
a. Metode Oven
Pengukuran kadar air dilakukan dengan mengeringkan benih di dalamoven listrik selama
waktu yang telah ditentukan hingga benih mencapai bobot yang konstan (berat kering benih
tidak berubah lagi). Ketetapan suhu dan waktu pengovenan masing-masing benih berbeda.
Menurut Balai Besar PPMB-TPH (2010) bahwa suhu konstan rendah untuk pengovenan benih

adalah 101-1050C selama 17±1 jam, sedangkan untuk suhu konstan tinggi adalah 130-1330C
selama 4 jam ± 12 menit untuk jagung, 2 jam ± 6 menit untuk sereal dan 1 jam ± 3 menit
untuk benih lainnya.
b. Metode Penggunaan Alat Uji Langsung Kadar Air (Moisture Test)
Berbagai alat pengukur kadar air yang praktis dan sederhana telah banyak ditemukan
seperti Universal Moisture Tester, Burrow Moisture Recorder, dan Digital Moisture Teste.
Penggunaan alat-alat ini tentunya sangat memudahkan dalam pengukuran kadar air benih karena
beberapa keuntungan seperti pengerjaannya lebih mudah dan waktu yang diperlukan relatif
lebih pendek.

2. Prosedur Pelaksanaan
Benih yang digunakan benih padi
- Metode penetapan kadar air dengan oven :
a. Timbang cawan (BC) menggunakan timbangan analitik.
b. Ambil benih padi kemudian timbang sebanyak 5 gram (BB), kemudiandihancurkan
dengan menggunakan grinder selama 1 menit.
c. Setelah itu, masukkan benih yang sudah dihancurkan ke dalam cawan
d. Masukkan cawan yang telah berisi benih tersebut kedalam oven(sebelumnya atur

oven dengan suhu 1050C selama 18 jam.


e. Setelah itu benih dikeluarkan dari oven dan dimasukkan ke dalamdesikator selama
30 menit hingga dingin.
f. Timbang berat kering benih tersebut beserta cawan (BK).
g. Hitunglah kadar air dengan menggunakan rumus (ISTA, 2015) sebagai berikut :

(BB + BC) − (BK + BC)


% KA = 𝑥 100 %
(BB + BC) − (BC)

Keterangan :
KA : Kadar air (%)
BB : Berat basah (gram)
BK : Berat kering (gram)
BC : Berat cawan (gram)
h. Lakukan pengukuran kadar air benih sebanyak 3 kali ulangan.
i. Bandingkan hasil penetapan kadar air ketiga ulangan tersebut.
- Metode penetapan kadar air dengan salah satu alat Moisture Test
a. Ambil alat moisture test yang akan digunakan.
b. Timbang benih sebanyak 0,5 gram, kemudian dihancurkan menggunakan mortal.
c. Masukkan benih kedalam tempat yang telah tersedia pada alat.
d. Tekan tombol start (tergantung alat) dan tunggu hasil yang di dapatkan.
e. Lakukanlah sebanyak 3 kali ulangan.
b. Pengujian Viabilitas dan Vigor Benih
Viabilitas benih diperlukan untuk mengetahui kualiatas mutu benih tersebut pada kondisi
tumbuh optimumnya. Pengujian viabilitas benih yang sering dilakukan adalah dengan
mengecambahkan benih kemudian dihitung daya kecambahnya (Subantoro dan Rossi, 2013).
Vigor diukur berdasarkan kemampuan benih untuk dapat tumbuh normal dengan lingkungan
sub optimum. Faktor genetik dari suatu spesies, faktor fisik benih dan lingkungan penyimpanan
benih sangat menentukan laju kemunduran vigor dan viabilitas benih (Justice dan Bass, 2002).
Benih yang ditanam dengan kualitas genetik yang baik dan lingkungan yang sesuai untuk tumbuh
dan berkembang namun benih tersebut tidak dapat berkecambah dapat dikatakan benih tersebut
mengalami dormansi atau benih tidak viabel (Widajati et al., 2007).
Beberapa faktor yang menentukan keberhasilan perkecambahan menurut Schmidt
(2002) adalah kualitas benih (genetik, fisik, mutu patologis), perlakuan awal seperti pematahan
dormansi jika benih mengalami masa dormansi dan lingkungan perkecambahan seperti air, suhu,
media, cahaya serta bebas dari hama dan penyakit. Berdasarkan hasil penelitian Sari et al (2019)
yang menguji viabilitas dan vigor benih beberapa varietas padi pada taraf suhu tertentu bahwa
suhu optimum untuk perkecambahan padi yaitu suhu 28-32 0C untuk varietas Anak Daro,suhu

28-36 0C bagi varietas Cisokan dan suhu 28 0C untuk varietasBatang Piaman dan Inpari 30.
Pengujian mutu benih ini biasanya menggunakan media diantaranya adalah kertas
merang, kertas stensil, kertas saring atau kertaskoran dan kain perca bila benih dikecambahkan
dalam alat pengecambahan (germinator), media pasir, serbuk gergaji, arang sekam, pecahan batu
bata, dsb digunakan bila benih dikecambahkan diruang persemaian. Metode penanaman benih
dalam uji daya berkecambah yangmenggunakan media kertas diantaranya yaitu benih ditanam
diatas media kertas (UDK), diantara media kertas (UAK), diantara media kertaskemudian
digulung (UKD) dan UKDdp bila dilapisi plastik dibagian luarnya.
1. Viabilitas Benih
- Uji Cepat Viabilitas Benih dengan Tetrazolium
Pengujian tetrazolium menggunakan senyawa kimia indikator 2.3.5 Trifenil
tetrazolium klorida sehingga disebut juga dengan uji biokhemis. Uji tetrazolium
mendeteksi adanya proses biokimia yang berlangsung di dalam sel-sel benih khususnya
sel-sel embrio. Pengujian tetrazolium dikatakan sebagai uji cepat viabilitas karena
pengamatan berfokus pada pola pewarnaan embrio. Bila indikator diimbibisi oleh benih
kedalam sel-sel benih yang hidup dengan bantuan enzim dehidrogenase akan terjadi
proses reduksi sehingga terbentuk endapan formazan yang berwarna merah. Pada sel-
sel yang mati tidak terjadi reduksi, sehingga warnanya tetap. Adanya pola-pola warna
merah pada bagian-bagian penting pada embrio benih mengindikasikan benih mampu
menumbuhkan embrio menjadi kecambah yang normal.
- Daya Berkecambah Benih (DB)
Daya berkecambah (DB) dihitung dengan mengati pertumbuhan kecambah pada
hitungan atau pengamatan pertama dan pengamatan kedua yang mana waktu
penghitungan masing-masing benih berbeda dan telah ditetapkan ISTA, dihitung
persentase daya berkecambah (DB) normal dengan rumussebagai berikut :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 𝐼 + 𝐼𝐼


DB = 𝑥 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
Selain persentase daya berkecambah benih normal, pada pengujian ini juga dapat
ditentukan persentase kecambah abnormal, benih keras dan benih mati dengan rumus :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 𝐼 + 𝐼𝐼


Kecambah Abnormal = 𝑥 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑠


Benih Keras = 𝑥 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑡𝑖


Benih Keras = 𝑥 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
Beberapa kategori yang termasuk kecambah normal menurut Balai
Pengembangan Mutu Benih Tanaman Pangan dan Holtikultura (2005) yaitu kecambah
dengan pertumbuhan sempurna (sistem perakaran sempurna, proses kecambah
sempurna, kotiledon dengan jumlah tertentu, daun primer sempurna dengan jumlah
tertentu, tunas pucuk yang sempurna), kecambah dengan kerusakan ringan dan
kecambah dengan infeksi sekunder.
Kecambah tidak normal (abnormal) ditandai dengan kecambah yang rusak, tanpa
kotiledon, embrio yang pecah dan akar primer yang pendek, kecambah yang bentuknya
cacat, perkembangannya lemah atau kurang seimbang dari bagian-bagian lain yang
penting, kecambah yang tidak membentuk klorofil dan kecambah yang lunak (Tamin,
2007). Benih dorman ditandai dengan tidak tumbuhnya benih setelah dilakukan
pengujian fisiologinya, sedangkan benih yang diakhir pengujian tidak termasuk benih
keras atau segar yang ditandai dengan benih busuk, lunak, berubah warna atau
bercendawandan tidak menunjukkan tanda-tanda perkembangan kecambah dinyatakan
sebagai benih mati.
- Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)
Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan persentase benih yang mampu
berkecambah baik normal maupun abnormal yang diamati pada hari terakhir atau
hitungan kedua. Potensi tumbuh maksimum dapat ditentukan menggunakan rumus
berikut ini:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 + 𝑎𝑏𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
PTM = 𝑥 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
2. Vigor Benih
- First Count Test (FCT)
Perhitungan pertama atau FCT merupakan uji kekuatan tumbuh benih dengan
mengamati keseragaman benih berkecambah. FCT dihitung berdasarkan persentase
kecambah normal pada hitungan pertama (contoh hari ke-5 pada padi) (ISTA, 2020),
dihitung dengan rumus berikut :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 𝐼


FCT = 𝑥 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛

- Index Value Test (IVT)


Uji kecepatan berkecambah (Index Value Test) dilakukan untuk menentukan
kecepatan berkecambah benih yang dapat dinyatakan semakin cepat benih berkecambah,
maka vigor benih semakin tinggi. Pengujian dilakukan dengan mengamati jumlah
kecambah normal yang muncul setiap hari mulai hari pertama hingga pengamatan
kecambah hari terakhir dengan rumus sebagai berikut :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ


IVT = + −
𝐻𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ

3. Tujuan Praktikum
Untuk menentukan viabilitas dan vigor benih tanaman melalui pengujian daya
berkecambah, potensi tumbuh maksimum, first count test dan index value test.
4. Alat dan Bahan
Benih yang digunakan : jagung, padi dan kedelai. Media yang digunakan :kertas stensil segi
empat panjang berukuran 20X30 cm, kain perca, kain blacu, kapas, dsb. Adapun alat lain yang
digunakan adalah germinator (laboratorium), kotak plastik dan sejenisnya.
5. Tahapan Pelaksanaan
a. Siapkan 3 lembar kertas stensil yang telah dilembabkan, letakkan terhampar diatas meja
kerja (2 lembar untuk alas dan 1 untuk penutup benihnya).
b. Benih diletakkan diatas kertas yang telah dibasahi terlebih dahulu. Banyak benih yang
dikecambahkan untuk masing-masingnya sebanyak 50 biji, benih disusun secara teratur
sebanyak 5 baris.
c. Tutup benih tadi dengan satu lembar kertas stensil yang telah dilembabkan.
d. Gulung materi pengujian itu kearah panjang kertas, tempatkangulungan kertas itu dalam
kotak/wadah pengecambahan sebelum ditempatkan pada germinator (Laboratorium)
e. Hal yang sama dilakukan untuk perkecambahan pada petridish atau kotak plastik lainnya.
Potong kertas saring atau kapas sesuai dengan diameter lingkaran petridish/kotak plastik
yang digunakan
f. Amati kecambah normal mulai dari penetapan hitungan pertama hingga hitungan kedua
(hari terakhir) pengamatan sebagaimana ketentuan ISTA untuk masing-masing jenis benih.
Sebagai contoh hitungan pertama dan kedua untuk padi adalah hari ke-5 dan ke-14(dengan
catatan sudah dilakukan pematahan dormansi sebelumnya), jagung pada hari ke-4 dan
ke-7, kedelai pada hari ke-5 dan ke-8, dan cabai pada hari ke-7 dan ke-14.
g. Dalam waktu yang sama juga amati bentuk-bentuk kecambah yangabnormal, perhitungan
IVT yang dimulai sejak 1 hari setelah dikecambahkan dan pengamatan kecambah normal
hitungan pertama (FCT).
h. Jangan lupa menyemprot kecambah dengan air setiap hari (1-2kali sehari).
Contoh Hasil Pengamatan Daya Berkecambah
Jumlah benih
Jumlah
berkecambah normal Jumlah benih Jumlah benih
Jenis Benih kecambah
Hitungan Hitungan keras mati
abnormal
pertama Terakhir
Jagung
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Rata-rata
Persentase(%)

6. Output Kegiatan
Laporan Praktikum dengan melampirkan dokumentasipelaksanaannya
c. Soil Emergence Test
Mutu benih mencakup mutu genetis, mutu fisiologis dan mutu fisis. Mutu genetis
ditentukan oleh derajat kemurnian genetis sedangkan mutu fisiologis ditentukan oleh laju
kemunduran dan vigor benih. Benih dengan vigor tinggi akan tumbuh lebih cepat karena benih
tersebut berkecambahdalam waktu yang relatif singkat. Pengujian vigor atau kekuatan tumbuh
benih menggunakan campuran tanah dengan pasir dikenal sebagai uji muncul tanah atau Soil
Emergence Test (SET).
Benih dikecambahkan dengan media tanah dan pasir kemudian diamati pertumbuhan
dan daya kecambahnya. Menurut Kamil (1986) bahwa campuran tanah dan pasir yang biasanya
digunakan adalah 1 : 1 atau 1 : 2. Tanah dan pasir yang akan dipakai terlebih dahulu dibersihkan
dari kotoran, batuan dan sisa-sisa tumbuhan atau binatang. Keberhasilan produksi tanaman di
lapangan salah satunya ditentukan oleh penggunaan benih yang baik dan bermutu. Melalui
pengujian kekuatan tumbuh ini dapat diprediksi bagaimana pertumbuhan tanaman pada stadia
selanjutnya dilapangan.
1. Tujuan praktikum
Untuk menentukan kekuatan tumbuh benih pada media tanah.
2. Alat dan Bahan
Benih (jagung, padi dan kedelai), pasir dan tanah, bakpengecambahan (seed bed), hand
sprayer dan ATK.
3. Tahapan Pelaksanaan
a. Benih dikecambahkan didalam bak pengecambahan yang berisicampuran tanah dan
pasir dengan perbandingan 1 : 1.
b. Benih ditanam sedalam 2,5 cm sebanyak 50 biji untuk setiap bakpengecambahan, dengan
membuat tiga kali ulangan.
c. Pengamatan pertama dilakukan setelah 4 hari untuk jagung dan ke-5 untuk padi dan
kedelai serta Hitungan kedua pada 14 hari untuk padi, 8 hari untuk jagung dan 8 hari untuk
kedelai.
d. Apabila kecambah sudah mencapai tinggi 2 - 2,5 cm kecambah tersebut langsung dicabut.
Pada waktu yang sama, kecambah yang muncul dari permukaan tanah dihitung.
e. Jika benih yang anda gunakan tidak tersedia panduan perhitungan pertama dan keduanya
maka pengamatan dilakukan setiap hari (dimulai pada hitungan 3 hari setelah
dikecambahkan) sampai lima kali pengamatan atau sampai tidak ada lagi benih yang
tumbuh.
Persentase muncul tanah dihitung dengan rumus :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 𝐼 + 𝐼𝐼
% Muncul Tanah = 𝑥 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
Contoh Hasil pengamatan Uji Muncul Tanah
Jumlah benih berkecambahpada Jumlah
Persentase uji
No Jenis benih pengamatan ke- Kecambah
muncul tanah (%)
1 2 3 4 -- normal
1 Jagung
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Rata-rata

CATATAN
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….

Anda mungkin juga menyukai