Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH ANALISIS KEPUTUSAN

“Pengambilan keputusan Karyawan Baru PTPN IV Sei Mangkei dengan


menggunakan Metode AHP”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Analisis Keputusan
yang di ampu oleh:

Ibu. Dr. Trisna,ST,.M.Eng

Oleh :
Kelompok 1
Abi Manyu Pamungkas (180130072)
Fara Anjelika (180130075)
Fadilla Audina Azhara Butar-Butar (180130099)
Koko Andika (180130120)

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Pengambilan
keputusan Karyawan Baru PTPN IV Sei Mangkei dengan menggunakan
Metode AHP”. Penulisan makalah ini secara khusus dimaksudkan untuk
menyelesaikan tugas dari salah satu mata kuliah Teknik Industri yaitu Analisis
Keputusan, sekaligus diharapkan mampu menjadi media pembelajaran yang
bermanfaat untuk para mahasiswa.
Selesainya makalah ini merupakan hasil dari kerja keras dan bantuan dari
berbagai pihak dan sumber informasi terpercaya lainnya. Namun tidak lepas dari
itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini. Akhir kata kami ucapkan
semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Lhokseumawe, 10 Juni 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................iv
DAFTAR RUMUS..............................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................1
1.3 Tujuan Masalah............................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Analisis Keputusan....................................................2
2.2 Metode – metode Analisis Keputusan.........................................2
2.3 Sudut Pandang Menganalisis Pengambilan Keputusan...............4
2.4 Alat Bantu Analisis Keputusan....................................................5
2.5 AHP ( Analytical Hierarchy Process).........................................7
2.5.1 Kegunaan AHP..................................................................7
2.5.2 Prinsip Pokok AHP............................................................8
2.5.3 Langkah-langkah Penggunaan AHP..................................9

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Metode Pengumpulan Data........................................................14
3.2 Sumber Data...............................................................................14
3.3 Analisis Data..............................................................................15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Penentuan Kriteria.....................................................................16
4.2 Penentuan Alternatif..................................................................16
4.3 Penyusunan Hirarki....................................................................16
4.4 Perhitungan Analytical Hierarchy Process...............................17

BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan................................................................................24
5.2 Saran..........................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 Skala Penilaian Perbandingan..................................................................11
3.1 Random Cosistency Index (RI).................................................................15
4.1 Skala Penilaian Perbandingan Antara Variable.......................................17
4.2 Tabel Matriks Perbandingan Antar Variable...........................................17

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar
Halaman
2.1 Struktur Hirarki AHP...............................................................................10
4.1 Struktur Hirarki pemilihan Karyawan baru..............................................16

iv
DAFTAR RUMUS

Pers. Halaman
1. Menghitung Eigenvector.............................................................................12
2. Menghitung Consistency index (CI)...........................................................12
3. Menghitung Consistency Ratio (CR) .........................................................15

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan dengan situasi yang kompleks. Metode ini dianggap lebih
mempermudah peneliti dalam mengambil keputusan dibandingkan dengan metode
yang sudah ada. Metode AHP (Analytical Hierarchy Proces) pertama kali
dikemukakan oleh Saaty (1980). Metode AHP digunakan untuk menentukan
alternatif terbaik dari suatu permasalahan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.
Metode ini dianggap sangat efektif untuk membandingkan alternatif yang ada.
Metode AHP (Analytical Hierarchy Proces) biasanya menggunakan
matriks pairwise comparison untuk menentukan alternatif yang dilakukan secara
berkelompok. Pairwise Comparison dalam AHP merupakan kegiatan pembobotan
kriteria dan alternatif. Hasil pembobotan tersebut kemudian akan dibandingkan
antara satu dengan yang lainnya untuk mendapatkan solusi terbaik. Salah satu
sarana yang dapat digunakan untuk melakukan pengambilan keputusan adalah
dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel.
AHP adalah sebuah metode pengambilan keputusan yang berusaha
menutupi kelemahan dari metode pembuat keputusan sebelumnya dengan input
utama persepsi manusia.
Hal unik dari AHP adalah data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Pada sisi lain, kekurangan AHP adalah metode tersebut tidak mampu
menyelesaikan permasalahan ketika terdapat nilai kosong dalam matriks pairwise
comparison. Nilai yang kosong tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor
yang disengaja maupun tidak disengaja. Permadi (1992) menjelaskan bahwa
ketidaktahuan atau keragu-raguan narasumber dalam memberikan informasi dapat
mengakibatkan pertanyaan tidak terjawab.
Pada kondisi tertentu, pertanyaan juga tidak terjawab karena narasumber
yang terlalu sibuk dan sulit untuk ditemui. Nilai kosong pada kejadian tersebut
tergolong dalam kejadian tidak disengaja. Adapula kejadian yang dilakukan
secara disengaja ketika narasumber tidak ingin menjawab terlalu banyak
pertanyaan. Pengurangan pertanyaan kemudian harus dilakukan untuk mengatasi
hal tersebut. Hal itu mengakibatkan munculnya nilai kosong pada matriks
pairwise comparison.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan metode AHP ?
2. Apa Kegunaan dari metode AHP ?
3. Bagaimana cara menentukan karyawan baru dengan metode AHP ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui apa itu metode AHP.
2. Untuk mengetahui apa kegunaan dari metode AHP.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara untuk menentukan karyawan baru
dengan menggunakan meted AHP.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Analisis Keputusan
Keputusan (decision) ialah : ”a dicision is an act of choice where in an
executive forms a conclusion about what must or must not be done in a given
situation,” (keputusan ialah suatu tindakan pemilihan di mana pimpinan
menentukan suatu kesimpulan tentang apa yang harus atau tidak harus dilakukan
dalam situasi yang tertentu).[Maringan, 2004]
Analisis keputusan adalah disiplin ilmiah yang menggunakan instrumen
statistikal dan matematikal yang digabung dengan pendekatan kesisteman dalam
membantu para pimpinan menganalisis keputusan yang diambilnya.[Sondang,
1997]
Analisis keputusan sebagai proses rasional, dengan perhatian khusus pada
penilaian alternatif dari sudut tujuan yang hendak dicapai. Analisis keputusan itu
dimaksudkan antara lain untuk lebih menjamin, bahwa keputusan yang diambil
mempunyai kaitan langsung dan relevansi tinggi dengan kenyataan yang ada.

2.2 Metode-Metode Analisa Pengambilan Keputusan


1. Kewenangan Tanpa Diskusi
Metode pengambilan keputusan ini seringkali digunakan oleh para
pemimpin otokratik atau dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki
beberapa keuntungan, yaitu cepat, dalam arti ketika organisasi tidak mempunyai
waktu yang cukup untuk memutuskan apa yang harus dilakukan. Selain itu,
metode ini cukup sempurna dapat diterima kalau pengambilan keputusan yang
dilaksanakan berkaitan dengan persoalan-persoalan rutin yang tidak
mempersyaratkan diskusi untuk mendapatkan persetujuan para anggotanya.
Namun demikian, jika metode pengambilan keputusan ini terlalu sering
digunakan, ia akan menimbulkan persoalan-persoalan, seperti munculnya ketidak
percayaan para anggota organisasi terhadap keputusan yang ditentukan
pimpinannya, karena mereka kurang bahkan tidak dilibatkan dalam proses
pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang
lebih bermakna, apabila dibuat secara bersama-sama dengan melibatkan seluruh
anggota kelompok,daripada keputusan yang diambil secara individual.

2. Pendapat Ahli
Kadang-kadang seorang anggota organisasi oleh anggota lainnya diberi
predikat sebagai ahli (expert), sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan dan
kekuasaan untuk membuat keputusan. Metode pengambilan keputusan ini akan
bekerja dengan baik, apabila seorang anggota organisasi yang dianggap ahli
tersebut memang benar-benar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam hal
tertentu oleh anggota lainnya.
Dalam banyak kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut
bukanlah masalah yang sederhana, karenasangat sulit menentukan indikator yang
dapat mengukur orang yang dianggap ahli (superior). Ada yang berpendapat
2
3

bahwa orang yang ahli adalah orang yang memiliki kualitas terbaik; untuk
membuat keputusan, namun sebaliknya tidak sedikit pula orang yang tidak setuju
dengan ukuran tersebut. Karenanya, menentukan apakah seseorang dalam
kelompok benar-benar ahli adalah persoalan yang rumit.

3. Kewenangan Setelah Diskusi


Sifat otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila
dibandingkan dengan metode yang pertama. Karena metode authority rule after
discussion ini pertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu anggota
organisasi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, keputusan
yang diambil melalui metode ini akan mengingkatkan kualitas dan tanggung
jawab para anggotanya disamping juga munculnya aspek kecepatan (quickness)
dalam pengambilan keputusan sebagai hasil dari usaha menghindari proses
diskusi yang terlalu meluas. Dengan perkataan lain, pendapat anggota organisasi
sangat diperhatikan dalam proses pembuatan keputusan, namun perilaku otokratik
dari pimpinan, kelompok masih berpengaruh.
Metode pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu
pada anggota organisasi akan bersaing untukmempengaruhi pengambil atau
pembuat keputusan. Artinya bagaimana para anggota organisasi yang
mengemukakan pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan, berusaha
mempengaruhi pimpinan kelompok bahwa pendapatnya yang perlu diperhatikan
dan dipertimbangkan.

4. Kesepakatan
Kesepakatan atau konsensus akan terjadi kalau semua anggota dari suatu
organisasi mendukung keputusan yang diambil. Metode pengambilan keputusan
ini memiliki keuntungan, yakni partisipasi penuh dari seluruh anggota organisasi
akan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang diambil, sebaik seperti
tanggung jawab para anggota dalam mendukung keputusan tersebut. Selain itu
metode konsensus sangat penting khususnya yang berhubungan dengan persoalan-
persoalan yang kritis dan kompleks.
Namun demikian, metodepengambilan keputusan yang dilakukan melalui
kesepakatn ini, tidak lepas juga dari kekurangan-kekurangan. Yang paling
menonjol adalah dibutuhkannya waktu yang relatif lebih banyak dan lebih lama,
sehingga metode ini tidak cocok untuk digunakan dalam keadaan mendesak atau
darurat.
Keempat metode pengambilan keputusan di atas, menurut Adler dan
Rodman, tidak ada yang terbaik dalam arti tidak ada ukuran-ukuran yang
menjelaskan bahwa satu metode lebih unggul dibandingkan metode pengambilan
keputusan lainnya. Metode yang paling efektif yang dapat digunakan dalam
situasi tertentu, bergantung pada faktor-faktor:
a. Jumlah waktu yang ada dan dapat dimanfaatkan,
b. Tingkat pentingnya keputusan yang akan diambil oleh kelompok, dan
c. Kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin kelompok dalam
mengelola kegiatan pengambilan keputusan tersebut.
4

2.3 Sudut Pandang Menganalisis Pengambilan Keputusan


Ada empat sudut pandang dalam menganalisis pengambilan keputusan.
Pertama sudut pandang ekonomis, kedua sudut pandang pasif, ketiga sudut
pandang kognitif, dan yang ke empat adalah sudut pandang emosional.
[Ristiayanti, Jhon, 2005]
1. Sudut Pandang Ekonomis
Pandangan ini melihat konsumen sebagai orang yang membuat keputusan
secara rasional. Ini berarti bahwa konsumen harus mengetahui semua alternatife
yang tersedia dan harus mampu membuat peringkat dari setiap alternatife yang
ditentukan, dilihat dari kegunaan dan kerugiannya serta dapat harus
mengidentifikasi satu alternatife yang terbaik. Menurut para ahli sosial, model
economic men ini tidak realistis. Alasan yang mereka kemukakan adalah
a. Manusia memliki keterbatasan kemampuan, kebiasaann dan gerak. Orang
yang tidak terampil berkomunikasi akan malas bertanya. Orang yang tidak
suka pergi jauh, membeli warung disebalah rumah
b. Manusia dibatasi oleh nilai-nilai tujuan. Sesorang yang ingin
menghangatkan badan dimalam yang dingin, tidak membeli ronde ke kota.
Alasan pertama karena dia perempuan dan perempuan tidak pantas pergi
malam-malam di negeri ini, karena tujuannya hanya menghangatkan
badan. Jadi kopi panas buatan sendiripun bisa memenuhi tujuan.
c. Manusia dibatasi oleh pengetahuan yang mereka miliki. Tidak semua
informasi yang mereka pahami. Jadi, kriteria evaluasi yang ingin mereka
bentukpun tidak akan setepat economic men.
Sehubungan itu, konsumen tidak membuat keputusan yang rasional, tetapi
keputusan yang memuaskan adalah keputusan yang cukup baik.
2. Sudut Pandang Pasif
Sudut pandang ini berlawanan dengan sudut economis. Pandangan ini
mengatakan bahwa konsumen pada dasarnya pasrah kepada kepentingannya
sendiri dan menerima secara pasif usaha-usaha promosi dari para pemasar.
Kenyataannya, bentuk-bentuk promosi yang dilakukan pemasar juga mengenai
sasaran. Konsumen dianggap sebagai pembeli yang impulsive dan irasional.
Kelemahan pandangan ini adalah bahwa pandangan ini tidak mempertimbangkan
kenyataan bahwa konsumen memainkan peran penting dalam setiap pembelian
yang mereka lakukan, baik dalam hal mencari informasi tentang berbagai
alternative produk, maupun dalam menyeleksi produk yang dianggap akan
memberikan kepuasan terbesar.
3. Sudut Pandang kognitif
Sudut pandang ini menganggap konsumen sebagai cognitive men atau
sebagai problem solver. Menurut pandangan ini, konsumen merupakan pengolah
infirmasi yang senantiasa mencari dan mengevaluasi informasi tentang produk
dan gera.pengolah informasi selalu berujung pada pembentukan pilihan,
selanjutnya terjadi inisiatif untuk membeli atau menolak produk. Jadi, kognitif
men dapat diibaratkan berdiri diantara economic men dan passive men. Cognitive
men juga sering kali mempunyai pola respon tertentu terhadap informasi yang
berlebihan dan seringkali pula mengambil jalan pintas untuk memfasilitasi
5

pengambilan keputusannya untuk sampai pada keputusan yang memuaskan.


Sesorang yang menginginkan parfum untuk memenuhi kebutuhan sosialisasinya
akan mencari informasi sebanyak mungkin dan menentukan alternative, tetapi
bisa saja dia menentukan pilihan berdasarkan harga.
4. Sudut Pandang Emosional
Pandangan ini menekankan emosisebagai pendorong pertama sehingga
konsumen membeli suatu produk. Favoritism merupakn salah satu buktu bahwa
seseorang berusaha mendapatkan prouk favoritnya, apapun yang terjadi. Benda-
benda yang menimbulkan kenangan juga dibeli berdasarkan emosi. Orang suka
sekali membeli stiker sepak bola, kartu baseball, dan sebagainya, dengan harga
tidak murah, karena didorong oleh emosi belaka.
Jadi, perasaan dan suasana hati sangat berperan dalam pembelian yang
emosional. Dekorasi gerai, cahaya, warna, aroma, music, dan sebagainya dipakai
pemasar untuk mempengaruhi perasaan dan suasana hati. Tetapi jangan sampai
terperangkap pada anggapan bahwa emotional man itu tidak rasional.
Mendapatkan produk yang membuat perasaanya lebih baik merupakan keputusan
yang rasio.

2.4 Alat Bantu Analisis Keputusan


Analisis keputusan memerlukan alat bantu yang mendukung tercapainya
tujuan, yaitu analisis instrumen statistik dan analisis instrumen matematikal.
Instrumen statistikal dan matematikal digunakan dalam penciptaan
berbagai model dan simulasi yang menggambarkan dengan tepat hal-hal yang
sesungguhnya terjadi dalam praktek , yaitu :
1. Penciptaan model
Berbagai model diciptakan dan digunakan untuk menggantikan
pengambilan keputusan dengan coba-coba. Suatu model dengan berbagai
programnya biasanya memang mampu mengidentifikasikan pilihan terbaik dari
berbagai alternatif yang telah dikaji dengan matang. Berbagai model tersebut
diciptakan pada umumnya berdasarkan model matematikal. Sebenarnya hampir
setiap orang menggunakan model matematikal dalam menghadapi masalah yang
dihadapinya sehari-hari. Misalnya, apabila seseorang hendak berpergian, ia
biasanya melakukan perhitungan tentang berapa lama ia menempuh perjalanannya
dari tempat kediamannya sampai tiba di tempat tujuan. Faktor-faktor yang
diperhitungkannya antara lain terdiri dari jarak yang harus ditempuh, kecepatan
kendaraan, kondisi lalu lintas, dan faktor-faktor lain yang relevan.
Dewasa ini dikenal dua jenis model, yaitu model kuantitatif dan model
kualitatif. Masing-masing model mempunyai ciri-ciri sendiri-sendiri. Di satu
pihak model-model kuantitatif biasanya menuntut logika dan tingkat ketepatan
yang tinggi, akan tetapi dengan sering mengorbankan realisme. Model-model
kuantitatif tidak menyediakan tempat untuk sesuatu yang mengambang dan tidak
jelas. Segala sesuatu yang berhubungan dengan keputusan yang akan diambil
telah diidentifikasikan dengan jelas. Di pihak lain model-model kualitatif tidak
didasarkan pada rumus yang menghasilkan jalan keluar yang sederhana. Dalam
model kualitatif hal-hal yang diketahui hanya dinyatakan secara implisit, dan
6

kendala-kendala yang akan dihadapi pun sering tidak didefenisikan dengan jelas.
Model-model kualitatif biasanya lebih realistis dibandingkan dengan model-
model kuantitatif.
Dalam analisis keputusan, manfaat utama dari model-model ini biasanya
disumbangkan oleh model-model tertutup, karena tuntutan akan ketepatan dan
kuantifikasi sebagai pertimbangan utama dapat dipenuhinya. Begitu besar manfaat
yang dapat diperoleh dari penggunaan model-model ini, sehingga model-model
itu digunakan untuk pengambilan keputusan yang sifatnya strategis seperti :
a. Penentuan sasaran organisasi.
b. Perumusan kebijaksanaan dasar.
c. Pemilihan lokasi pabrik.
d. Perencanaan dampak lingkungan.
e. Penyusunan anggaran yang tidak bersifat rutin.

2. Berbagai teknik penggunaan model


Karena tidak mungkin mengidentifikasi dan membahas semua teknik yang
kini telah dikenal, hanya beberapa yang akan dibahas di bawah ini karena teknik-
teknik itulah yang paling banyak digunakan.[Sondang, 1997]
Pertama, teknik yang didasarkan pada teori keputusan statistikal. Teknik
ini berusaha untuk memanfaatkan preferensi pengambil keputusan yang
bersangkutan. Tanpa mengurangi pentingnya gagasan, pendapat, dan saran orang
lain, model yang diciptakan dan teknik penggunaannya lebih banyak disesuaikan
dengan keinginan pengambil keputusan yang bersangkutan, yang karena
pendidikan dan pengalamannya telah memiliki preferensi tertentu dalam proses
pengambilan keputusan.
Kedua, programming matematikal, yaitu satu teknik yang berusaha
memperhitungkan jalan pemecahan yang optimal meskipun kondisi yang dihadapi
tidak jelas, dan bahkan mengandung tingkat ketidakpastian yang tinggi.
Ketiga, teknik yang dikenal dengan nama game theory, yang dalam prakteknya
berupa pengambilan keputusan kolektif, yang di dalamnya dicoba diperhitungkan
jalan pemecahan yang paling optimal dengan mengkaji berbagai hal seperti :
a. Tujuan yang ingin dicapai.
b. Kekuatan organisasi.
c. Kelemahan organisasi.
d. Berbagai peluang yang mungkin timbul.
e. Gangguan, hambatan, dan bahkan ancaman, yang mungkin harus dihadapi.
Keempat, pengambilan keputusan dengan kriteria ganda. Yaitu
berdasarkan rumus maksimalisasi, diperkirakan manfaat apa yang mungkin
diperoleh, dan dengan rumus minimalisasi memperkirakan kerugian apa yang
harus dipikul.
Perlu ditekankan, bahwa agar suatu teknik mendatangkan manfaat yang
sebesar-besarnya, ketetapan dalam memilih dan menggunakan teknik itu mutlak
sifatnya. Agar tingkat ketepatan yang tinggi terpenuhi, enam persyaratan harus
terpenuhi terlebih dahulu, yaitu :
7

a. Aspek-aspek penting dari suatu situasi problematik harus dikenal dengan


baik.
b. Variabel-variabel yang berpengaruh tidak saja harus diidentifikasikan
dengan tepat, akan tetapi juga harus dikuantifikasikan.
c. Komponen utama suatu permasalahan dinyatakan dalam angka-angka.
d. Keterbatasan suatu model harus dikenal dengan membuat perkiraan
apabila diperlukan.
e. Kemampuan model yang diciptakan dan dipilih harus sesuai dengan alat
bantu matematis yang tersedia.
f. Waktu yang harus dikorbankan untuk membuat kalkulasi yang diperlukan,
harus dapat diterima oleh pengambil keputusan yang bersangkutan.
Arti dari semua itu ialah, bahwa meskipun bagi para manajer tersedia
berbagai alat bantu untuk mengambil keputusan yang tepat dan efektif, peranan
alat-alat itu hanyalah sebagai pembantu. Bermanfaat tidaknya alat-alat itu pada
analisis terakhir sangat tergantung pada pemilihan, dan penggunaannya yang tepat
digabung dengan daya pikir yang kreatif, inovatif, dan intuitif.
2.5 AHP (Analytical Hierarchy Process)
Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty
pada tahun 1970-an. Metode ini merupakan salah satu model pengambilan
keputusan multi kriteria yang dapat membantu kerangka berpikir manusia di mana
faktor logika, pengalaman, pengetahuan, emosi, dan rasa dioptimasikan ke dalam
suatu proses sistematis. AHP adalah metode pengambilan keputusan yang
dikembangkan untuk pemberian prioritas beberapa alternatif ketika beberapa
kriteria harus dipertimbangkan, serta mengijinkan pengambil keputusan (decision
makers) untuk menyusun masalah yang kompleks ke dalam suatu bentuk hirarki
atau serangkaian level yang terintegrasi. Pada dasamya, AHP merupakan metode
yang digunakan untuk memecahkan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur
ke dalam kelompok-kelompoknya, dengan mengatur kelompok tersebut ke dalam
suatu hirarki, kemudian memasukkan nilai numerik sebagai pengganti persepsi
manusia dalam melakukan perbandingan relatif. Dengan suatu sintesis maka akan
dapat ditentukan elemen mana yang mempunyai prioritas tertinggi.
2.5.1 Kegunaan AHP
AHP banyak digunakan untuk pengambilan keputusan dalam
menyelesaikan masalah-masalah dalam hal perencanaan, penentuan alternatif,
penyusunan prioritas, pemilihan kebijakan, alokasi sumber daya, penentuan
kebutuhan, peramalan hasil, perencanaan hasil, perencanaan sistem pengukuran
performansi, optimasi, dan pemecahan konflik.
Keuntungan dari metode AHP dalam pemecahan persoalan dan
pengambilan keputusan adalah:
a. Kesatuan: AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti,
luwes untuk aneka ragam persoalan tak terstruktur.
b. Kompleksitas: AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan
berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks.
8

c. Saling ketergantungan AHP dapat menangani saling ketergantungan


elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran
linier.
d. Penyusunan hirarki: AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran
untuk memilah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat
berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.
e. Pengukuran: AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan
wujud suatu model untuk menetapkan prioritas.
f. Konsistensi AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan
pertimbangan yang digunakan dalam menentukan prioritas.
g. Sintesis: AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan
setiap alternatif.
h. Tawar-menawar: AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari
berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik
berdasarkan tujuan mereka.
i. Penilaian dan konsensus AHP tidak memaksakan konsensus tetapi
mensintesis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang
berbeda-beda.
j. Pengulangan proses AHP memungkinkan orang memperhalus definisi
mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan
pengertian mereka melalui pengulangan.
Di samping kelebihan-kelebihan di atas, terdapat pula beberapa kesulitan
dalam menerapkan metode AHP ini. Apabila kesulitan kesulitan tersebut tidak
dapat diatasi, maka dapat menjadi kelemahan dari metode AHP dalam
pengambilan keputusan.
a. AHP tidak dapat diterapkan pada suatu perbedaan sudut pandangyang
sangat tajam/ekstrim di kalangan responden.
b. Metode ini mensyaratkan ketergantungan pada sekelompok ahli sesuai
dengan jenis spesialis terkait dalam pengambilan keputusan.
c. Responden yang dilihatkan harus memiliki pengetahuan dan pengalaman
yang cukup tentang permasalahan serta metode AHP.
2.5.2 Prinsip Pokok AHP
Pengambilan keputusan dalam metodologi AHP didasarkan atas4 prinsip
dasar, yaitu:
a. Decomposition
Setelah persoalan didefinisikan, tahapan yang perlu dilakukan adalah
decomposition yaitu memecah persoalan-persoalan yang uruh menjadi
unsur-unsunya. Jika ingin mendapatkan hasil akurat, pemecahan juga
dilakukan terhadap unsur-unsumya sehingga didapatkan beberapa
tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini maka proses analisis ini
dinamakan hirarki. Ada dua jenis hirarki yaitu lengkap dan tak lengkap.
Disebut hirarki lengkap jika semua elemen ada pada tingkat berikutnya,
jika tidak demikian, hirarki yang terbentuk dinamakan hirarki tidak
lengkap.
b. Comparative Judgement
9

Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua


elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan kriteria di
atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan
berpengaruh dalam menentukan prioritas dari elemen-elemen yang ada
sebagai dasar pengambilan keputusan. Hasil dari penilaian ini disajikan
dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pertandingan berpasangan
(pairwise comparison).
c. Synthesis of Priority
Dari setiap matriks pairwise comparison (perbandingan berpasangan)
kemudian dicari eigenvector dari setiap matriks perbandingan berpasangan
untuk mendapatkan local priority karena matriks perbandingan
berpasangan terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global
priority harus dilakukan sintesis di antara local priority. Prosedur
melakukan sintesis berbeda menurut hirarki. Pengurutan elemen-elemen
menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesis dinamakan priority
setting. Global priority adalah prioritas/bobot subkriteria maupun alternatif
terhadap tujuan hirarki secara keseluruhan/level tertinggi dalam hirarki.
Cara mendapatkan global priority ini dengan cara mengalikan local
priority subkriteria maupun altematif dengan prioritas dari parent criterion
(kriteria level di atasnya).
d. Logical Consistency
Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah objek-objek yang serupa
dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi.
Contohnya, anggur dan kelereng dapat dikelompokkan sesuai dengan
himpunan yang seragam jika "bulat" merupakan kriterianya. Tetapi tidak
dapat jika "rasa" sebagai kriterianya. Arti kedua adalah menyangkut
tingkat hubungan antara objek-objek yang didasarkan pada kriteria
tertentu. Contohnya jika manis merupakan kriteria dan madu dinilai 5 kali
lebih manis dibanding gula, dan gula 2 kali lebih manis dibanding sirup,
maka seharusnya madu dinilai 10 kali lebih manis dibanding sirup. Jika
madu dinilai 4 kali manisnya dibanding sirup, maka penilaian tidak
konsisten dan proses harus diulang jika ingin memperoleh penilaian yang
lebih tepat.

Dalam menggunakan keempat prinsip tersebut, AHP menyatukan dua


aspek pengambilan keputusan yaitu:
a. Secara kualitatif AHP mendefinisikan permasalahan dan penilaian untuk
mendapatkan solusi permasalahan.
b. Secara kuantitatif AHP melakukan perbandingan secara numerik dan
penilaian untuk mendapatkan solusi permasalahan.

2.5.3 Langkah-langkah Penggunaan AHP


a. Penyusunan struktur hirarki masalah
10

Sistem yang kompleks dapat dengan mudah dipahami kalau sistem


tersebut dipecah menjadi berbagai elemen pokok kemudian elemen-elemen
tersebut disusun secara hirarkis.

Gambar 2.1 Struktur Hirarki AHP


Sumber: Thomas L, Saaty,1994

Hirarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan


dengan memperhatikan seluruh elemen keputusan yang terlibat dalam sistem
Sebagian besar masalah menjadi sulit untuk diselesaikan karena proses
pemecahannya dilakukan tanpa memandang masalah sebagai suatu sistem dengan
suatu struktur tertentu.
Pada tingkat tertinggi dari hirarki, dinyatakan tujuan, sasaran dari sistem
yang dicari solusi masalahnya. Tingkat berikutnya merupakan penjabaran dari
tujuan tersebut. Suatu hirarki dalam metode AHP merupakan penjabaran elemen
yang tersusun dalam beberapa tingkat, dengan setiap tingkat mencakup beberapa
elemen homogen. Sebuah elemen menjadi kriteria dan patokan bagi elemen-
demen yang berada di bawahnya. Dalam menyusun suatu hirarki tidak terdapat
suatu pedoman tertentu yang harus diikuti. Hirarki tersebut tergantung pada
kemampuan penyusun dalam memahami permasalahan. Namun tetap harus
bersumber pada jenis keputusan yang akan diambil.
Untuk memastikan bahwa kriteria-kriteria yang dibentuk sesuai dengan
tujuan permasalahan, maka kriteria-kriteria tersebut harus memiliki sifat-sifat
berikut:
1. Minimum
Jumlah kriteria diusahakan optimal untuk memudahkan analisis.
2. Independen
Setiap kriteria tidak saling tumpang tindih dan harus dihindarkan
pengulangan kriteria untuk suatu maksud yang sama.
3. Lengkap
Kriteria harus mencakup seluruh aspek penting dalam permasalahan.
4. Operasional
11

Kriteria harus dapat diukur dan dianalisis baik secara kuantitatif maupun
kualitatif dan dapat dikomunikasikan.

b. Penentuan Prioritas
1. Relative Measurement
Yang pertama dilakukan dalam menetapkan prioritas demen-elemen
dalam suatu pengambilan keputusan adalah membuat perbandingan
berpasangan, yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan
seluruh kriteria untuk setiap subsistem hirarki. Dalam perbandingan
berpasangan ini, bentuk yang lebih disukai adalah matriks karena
matriks merupakan alat yang sederhana yang biasa dipakai, serta
memberi kerangka untuk menguji konsistensi. Rancangan matriks ini
mencerminkan dua segi prioritas yaitu mendominasi dan didominasi.
Tabel 2.1 Skala Penilaian Perbandingan
Skala Tingkat
Definisi Keterangan
Kepentingan
1 Sama Penting Kedua elemen mempunyai pengaruh
yang sama
3 Sedikit lebih Penting Pengalaman dan penilaian sedikit
memihak satu elemen dibandingkan
dengan pasangannya
5 Lebih Penting Pengalaman dan penilaian sangat
memihak satu elemen dibandingkan
dengan pasangannya
7 Sangat penting Satu elemen sangat disukai dan
secara praktis dominasinya sangat
nyata dibandingkan dengan
pasangannya
9 Mutlak lebih penting Satu elemen terbukti mutlak lebih
disukai dibandingkan dengan
pasangannya, pada tingkat keyakinan
yang tertinggi
2,4,6,8 Nilai tengah Diberikan bila terdapat keraguan
penilaian antara dua penilaian yang
berdekatan
Kebalikan Aij=1/Aij Bila aktivitas i memperoleh suatu
angka bila dibandingkan dengan
aktivitas j, maka j memiliki nilai
kebalikannya biladibandingkan i
Sumber : thomas L saaty, 1994
2) Eigenvalue dan Eigenvektor
Apabila seseorang yang sudah memasukkan persepsinya untuk setiap
perbandingan antara kriteria-kriteria yang berada dalam satu level atau yang dapat
diperbandingkan maka untuk mengetahui kriteria mana yang paling disukai atau
yang paling penting, disusun sebuah matriks perbandingan. Bentuk matriks ini
12

adalah simetris atau biasa disebut dengan matriks bujur sangkar. Apabila ada 3
kriteria yang dibandingkan dalam satu level matriks maka disebut matriks 3x3.
Ciri utama dari matriks perbandingan yang dipakai model AHP adalah kriteria
diagonalnya dari kiri atas ke kanan bawah adalah 1 (satu) karena yang
dibandingkan adalah dua kriteria yang sama. Selain itu sesuai dengan sistematika
berpikir otak manusia, matriks perbandingan yang dibentuk bersifat matriks
resiprokal misalnya kriteria A lebih disukai dengan skala 3 dibandingkan kriteria
B maka dengan sendirinya kriteria B lebih disukai dengan skala 1/3 dibandingkan
A.
Setelah matriks perbandingan untuk sekelompok kriteria telah selesai
dibentuk maka langkah berikutnya adalah mengukur bobot prioritas setiap kriteria
tersebut dengan dasar persepsi seorang ahli yang telah dimasukkan dalam matriks
tersebut. Hasil akhir perhitungan bobot prioritas tersebut merupakan suatu
bilangan desimal di bawah satu dengan total prioritas untuk kriteria kriteria dalam
satu kelompok sama dengan satu. Dalam penghitungan bobot prioritas dipakai
cara yang paling akurat untuk matriks perbandingan yaitu dengan operasi
matematis berdasarkan operasi matriks dan vector yang dikenal dengan nama
eigenvector.
Eigenvector adalah sebuah vector yang apabila dikalikan sebuah
matriks hasilnya adalah vector itu sendiri dikali dengan sebuah bilangan scalar
atau parameter yangbtidak lain adalah eigenvalue.
Bentuk persamannya sebagai berikut:
A.w = λ.w..............................................................................(Pers. 1)
Dengan :
W = eigenvector
λ = eigenvalue
A = matriks bujursangkar
c. Konsistensi
Salah satu asumsi utama model AHP yang membedakannya dengan
model-model pengambilan keputusan lain adalah tidak adanya syarat konsistensi
mutlak. Dengan model AHP yang memakai persepsi manusia sebagai inputnya
maka ketidakkonsistenan mungkin terjadi karena manusia memiliki keterbatasan
dalam menyatakan persepsinya secara konsisten terutama kalau harus
membandingkan banyak kriteria. Berdasarkan kondisi ini maka manusia dapat
menyatakan persepsinya tersebut akan konsisten nantinya atau tidak.
Pengukuran konsistensi dari suatu matriks itu sendiri didasarkan atas
eigenvalue maksimum Dengan eigenvalue maksimum, inkonsistensi yang biasa
dihasilkan matriks perbandingan dapat diminimumkan.
Rumus dari indeks konsistensi (consistency index/CI) adalah
CI=( λ max -1)/(n-1).........................................................................(Pers.2)
Dengan
CI = indeks konsistensi
λ max = eigenvalue maksimum
n = orde matriks
13

d. Sintesis Prioritas
Untuk memperoleh perangkat prioritas yang menyeluruh bagi suatu
persoalan keputusan, diperlukan suatu pembobotan dan penjumlahan untuk
menghasilkan suatu bilangan tunggal yang menunjukkan prioritas suatu elemen
Langkah yang pertama adalah menjumlahkan nilai-nilai dalam setiap
kolom kemudian membagi setiap entri dalam setiap kolom dengan jumlah pada
kolom tersebut untuk memperoleh matriks yang dinomalisasi. Nommalisasi ini
dilakukan untuk mempertimbangkan unit kriteria yang tidak sama. Yang terakhir
adalah merata-ratakan sepanjang baris dengan menjumlahkan semua nilai dalam
setiap baris dari matriks yang dinommalisasi tersebut dan membaginya dengan
banyaknya entri dari setiap baris sehingga sintesis ini menghasilkan persentase
prioritas relatif yang menyeluruh.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini ingin menguraikan perkembangan manajemen pengambilan
keputusan dan contoh penerapannya. Pada point intruduction dan literature
reviews dipaparkan seputar manajemen pengambilan keputusan dan beberapa
terminology yang terkait dengan riset ini. Selanjutnya dipaparkan contoh aplikasi
dari manajemen pengambilan keputusan. Kasus yang diambil adalah pengambilan
keputusan pada Rekrutmen karyawan baru PKS Sei Mangkei dengan pendekatan
kualitatif, peneliti melakukan Focus Group Discussion dengan manajemen
fakultas untuk memetakan kebutuhan dan permasalahan yang ada serta
mendiskusikan model terbaik untuk memutuskan kandidat yang diterima dengan
menggunakan analitical hierarchy process. Penelitian ini mirip yang dilakukan
oleh Fikri Dweiri, dkk tentang bagaimana menggunakan AHP untuk pengambilan
keputusan dalam menentukan karyawan baru.

3.1 Metode Pengumpulan Data


Metode yang dilakukan dalam proses penelitian dengan cara melakukan
pendekatan pada teknik pengumpulan data yaitu:
1. Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang akan dilakukan
dengan melihat dan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap
perusahaan. Observasi dilakukan secara mendalam untuk mengetahui
secara detail proses pemilihan kriteria kolektor terbaik pada PKS Sei
Mangkei
2. Wawancara
Merupakan suatu cara untuk mendapatkan data atau informasi dengan
tanya jawab secara langsung pada orang yang mengetahui tentang objek
yang diteliti di PKS Sei Mangkei khususnya departemen administrasi.
3. Kuesioner
Kuesioner digunakan dalam mengukur sejauh mana peranan objek
penelitian untuk dapat menunjang proses pengambilan keputusan. Adapun
tujuan ini yaitu mencari informasi dari responden mengenai suatu masalah
penelitian. Kuesioner disebarkan untuk memberikan pembobotan terhadap
kriteria dan alternatif pembanding. Jenis daftar kuesioner yang
disebarkankepada responden adalah daftar pertanyaan tertutup (kuesioner
berstruktur) yang didalamnya disajikan sedemikian rupa sehingga
responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan
analisisnya.
4. Studi Literature
Studi literature dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran
dengan menelusuri sumber-sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya
seperti jurnal ilmiah dari hasil penelitian mahasiswa lainnya.

3.2 Sumber Data


Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Menurut Umar (2003, p.56), data primer merupakan data yang diperoleh langsung
di lapangan oleh peneliti sebagai objek penulisan. Sedangkan sumber data
14
15

sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan sumber data


kepada pengumpul data. Metode wawancara dan kuesioner dipergunakan untuk
memperoleh data. Data yang diambil dari kuesioner akan disebarkan pada kepala
administrasi, inkaso dan supervisor yang merupakan karyawan PKS Sei Mangkei.

3.3 Analisa Data


Analisa data dilakukan dengan menghitung consistensy ratio (CR) dengan
rumus yaitu:
CI
CR= ....................................................................................................... Pers (3)
IR
Keterangan :
CR = Consistensy Ratio
CI = Consistensy Index
IR = Index Random Consistensy

Tabel 3.1 Random Consistency Index (RI)


N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
Sumber : Thomas L. Saaty, 1994
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Kriteria


Dengan menggunakan metode AHP, terlebih dahulu harus menentukan
kriteria-kriteria sebagai pertimbangan apakah calon karyawan dapat dipandang
layak atau tidak untuk bisa diterima di perusahaan. Pada model ini perusahaan
menentuka 5 kriteria yang harus dinilai dari calon karyawan, yaitu sebagai
berikut:
1. Kompetensi, meliputi kemampuan teori, praktik, kemampuan berbahasa asing
dan ketetrampilan berkomunikasi/beradaptasi. Variabel ini dinotasikan
sebagai C1.
2. Usia, apakah caLon pegawai tersebut dalam kategori usia produktif atau
tidak. Kalau dilihat dari segi umur. Apakah usianya 25 tahun kebawah, atau
sudah “kepala” tiga, dan seterusnya. Dalam kasus ini yang lebih muda
dianggap yang lebh baik. Variable ini didiagnosa dengan C2.
3. Pengalaman Kerja, lama kerja sebelumnya serta instansi mana saja, prestasi
kerja yang pernah diraih, serta kesesuaian antara pengalaman kerja
sebelumnya dengan job baru yang akan ditempati. Variable ini dinotasikan
dengan C3.
4. Lulusan sekolah/perguruan tinggi. hal ini bisa dilihat degan, misalnya apakah
sekolah/PT tersebut sudah terakreditasi. Disisi lain terkadang instansi
perekrutan tenaga kerja masih memandang lulusan tersebut sekolah/PT negeri
atau swasta. Dan yang terakhir yang perlu diperhatikan adalah kesuaian ijasah
dengan posisi kerja yang mau ditempati. Variable ini dinotasikan dengan C4.

4.2 Penentuan Alternatif


Merupakan tahapan menentukan pilihan diantara dua atau beberapa
kemungkinan yang ada, serta ukuran yang menjadi dasar penilaian dalam
menentukan alternative priorits yang digunakan dalam penelitian yaitu:
1. Syafa Lutfi
2. Ahmad Habibi
3. Amirruddin
4.3 Penyusunan Hirarki

16
17

ANALITICAL HIERARCKY PROCESS (AHP)


Pemilihan Karyawan Baru PKS Sei Mangkei

Usia Pengalaman Lulusan


Kompetensi
Kerja

Syafa Lutfi
Ahmad Habibi Amirruddin
Gambar 1. Struktur Hirarki

Berdasarkan hirarki pada gambar diatas dapat digambarkan goal (tujuan)


dalam penelitian ini, adapun goal (tujuan) penelitian ini adalah untuk penentuan
karyawan baru pada PKS Sei Mangkei.

4.4 Perhitungan Analytical Hierarchy Process (AHP)


1. Penilaian Kriteria
Tabel 4.1 Skala Penilaian Perbandingan Antar Variable
Intensitas Kepentingan Keterangan Penjelasan
1 Kedua variable sama sama penting
Variabel perbandingan sedikit lebih penting dari
3
variabel yang dibandingan
Variabel pembanding lebih penting dari pada
5
variabel yang dibandingkan
Variabel pembanding lebih mutlak penting dari
7
variable yang dibandingan
Variabel pembanding sangat mutlak penting
9
daripada variabel yang dibandingkan
Berarti bobotnya atau nilainya diantaranya.
Contoh: kalau 2, berarti “nilai tengah” antara 1 dan
Sedangkan 2,4,6,8
3. Misalnya diartikan, sama namun sedikit lebih
penting
Dari hasil diskusi maka nilai pembobotan setelah diparbandingan antar
variabel tersebut dihasilkan kesimpulan:
1. C1 lebih penting dari C2 poin 5
2. C1 sama pentingnya dengan C3 poin 1
3. C1 lebih mutlak penting dari C4 poin 7
4. C3 lebih penting dari C2 poin 5
5. C2 sedikit lebih penting dari C4 poin 3
6. C3 lebih mutlak penting dari C4 poin 7

Tabel 4.2 Tabel Matriks Perbandingan Antar Variable


18

Kriteria C1 C2 C3 C4
C1 1 5 1 7
C2 1/5 1 1/5 3
C3 1 5 1 7
C4 1/7 1/3 1/3 1

2. Menghitung Eigen
1,00 5,00 1,00 7,00
0,20 1,00 0,20 3,00
A= 1,00 5,00 1,00 7,00
0,14 0,33 0,14 1,00
2,34 11,33 2,34 18,00

0,43 0,44 0,43 0,39


A= 0,09 0,09 0,09 0,17
0,43 0,44 0,43 0,39
0,06 0,03 0,06 0,06

0,42
X= 0,11
0,42
0,05

3. Perhitungan CR
AX = λmax X 0,42
1,00 5,00 1,00 7,00 0,11
0,20 1,00 0,20 3,00 0,42
0,42 = λmax
1,00 5,00 1,00 7,00 0,11
0,42 0,53 0,42 0,05
0,36 0,42
0,14 0,42
0,08 0,33 0,11
0,14 1,00
0,08 0,16 0,11
0,05
= λmax
0,42 0,53 0,42 0,36 0,42
0,06 0,04 0,06 0,05 0,05

1,74
0,43 = λmax 0,42
1,74 0,11
0,21 0,42
0,05
1,74 0,43 1,74 0,21
+ + +
λmax = 0,42 0,11 0,42 0,05
4
16,30
λmax =
4
λmax = 4,07
19

λmax−n
CI =
n−1
4,07−4
=
4−1
0,07
= = 0,02
3
IR = 0,90 (karena ada 4 aternatif)
0,02
CR = = 0,02
0,90
(Karena CR>0,1, maka evaluasi konsisten)

4. Perangkingan Alternatif
1. Kompetensi
Alternati
A B C
f
A 1 1 3
B 1 1 3
C 1/3 1/3 1
a. Menghitung Eigen
1,00 1,00 3,00
A= 1,00 1,00 3,00
0,33 0,33 1,00
Jumlah 2,33 2,33 7,00

0,43 0,43 0,43


A= 0,43 0,43 0,43
0,14 0,14 0,14

0,43
X= 0,43
0,14
b. Perhitungan CR
AX = λmax X
1,00 1,00 3,00 0,43 0,43
1,00 1,00 3,00 0,43 = λmax 0,43
0,33 0,33 1,00 0,14 0,14

0,43 0,43 0,43 0,43


0,43 0,43 0,43 = λmax 0,43
0,14 0,14 0,14 0,14

= λmax
20

1,29 0,43
1,29 0,43
0,43 0,14

1,29 1,29 0,43


+ +
λmax= 0,42 0,43 0,14
3
9
λmax =
3
λmax = 3

λmax−n
CI =
n−1
3−3
=
2
0
= =0
2
IR = 0,58 (karena ada 4 aternatif)
0
CR = = 0 (Karena CR>0,1, maka evaluasi konsisten)
0,58

2. Usia
Alternati
f A B C
A 1 2 3
B ½ 1 3
C 1/3 1/3 1
a. Menghitung Eigen
1,00 2,00 3,00
A= 0,50 1,00 3,00
0,33 0,33 1,00
Jumlah 1,83 3,33 7,00
0,55 0,60 0,43
A= 0,27 0,30 0,43
0,18 0,10 0,14

0,54
X= 0,34
0,14

a. Perhitungan CR
AX = λmax X
0,54
= λmax 0,34
0,14
21

1,00 2,00 3,00 0,54


0,50 1,00 3,00 0,34
0,33 0,33 1,00 0,14

0,52 0,67 0,42 0,54


0,26 0,33 0,42 0,34
= λmax
0,17 0,11 0,14 0,14

1,62 0,54
1,02 0,34
0,43 0,14
λmax = 1,61 1,02 0,43
+ +
0,54 0,34 0,14
= λmax 3
9,16
λmax =
3
λmax = 3,05
λmax−n
CI =
n−1
3,05−3
=
2
0,05
= = 0,03
2
IR = 0,58 (karena ada 4 aternatif)
0,03
CR = = 0,05 (Karena CR>0,1, maka evaluasi konsisten)
0,58

3. Pengalaman Kerja
Alternati
A B C
f
A 1 2 3
B 1/5 1 3
C 1/3 1/3 1
a. Menghitung Eigen
1,00 2,00 3,00
A= 0,20 1,00 3,00
0,33 0,33 1,00
Jumlah 1,53 3,33 7,00

0,65 0,60 0,43


A= 0,13 0,30 0,43
0,22 0,10 0,14

0,56
X= 0,29
22

0,15
b. Perhitungan CR
1,00 2,00 3,00 0,56 0,56
= λmax
0,20 1,00 3,00 0,29 0,29
0,33 0,33 1,00 0,15 0,15

0,56 0,57 0,46 0,56


0,11 0,29 0,46 = λmax 0,29
0,19 0,10 0,15 0,15

1,59 0,56
0,86 = λmax 0,29
0,44 0,15

1,59 0,86 0,44


+ +
λmax = 0,56 0,29 0,15
3
8,68
λmax =
3
λmax = 2,89
λmax−n
CI =
n−1
2,89−3
=
2
−0,11
= = -0,05
2
IR = 0,58 (karena ada 4 aternatif)
−0,05
CR = = -0,09 (Karena CR>0,1, maka evaluasi konsisten)
0,58
4. Lulusan
Alternatif A B C
A 1 1/5 1/3
B 5 1 2
C 3 ½ 1
a. Menghitung Eigen
1,00 0,20 0,33
A= 5,00 1,00 2,00
3,00 0,50 1,00
Jumlah 9,00 1,70 3,33

0,11 0,12 0,10


A= 0,56 0,59 0,60
23

0,33 0,29 0,30

0,11
X= 0,58
0,31

b. Perhitungan CR
0,11
= λmax 0,58
1,00 0,20 0,33 0,11
0,31
5,00 1,00 2,00 0,58
3,00 0,50 1,00 0,31

0,11 0,12 0,10 0,11


0,55 0,58 0,62 = λmax 0,58
0,33 0,29 0,31 0,31

0,33 0,11
1,75 = λmax 0,58
0,93 0,31
24

0,33 1,75 0,93


+ +
λmax = 0,11 0,58 0,31
3
9,01
λmax =
3
λmax = 3,00
λmax−n
CI =
n−1
3,00−3
=
2
0
= =0
2
IR = 0,58 (karena ada 4 aternatif)
0
CR = = 0 (Karena CR>0,1, maka evaluasi konsisten)
0,58
Pemilihan Karyawan Baru PKS Sei Mangkei

Kompetensi Usia Pengalaman Kerja Lulusan


0,42 0,11Pengalaman Kerja 0,42 0,05
Syafa = 0,43 Syafa = 0,54 Syafa = 0,56 Syafa = 0,11
Kompetensi
Ahmad = 0,43 AhmadUsia
= 0,34 LulusanAhmad = 0,29 Ahmad = 0,58
Amiruddin = 0,14 Amiruddin = 0,14 Amiruddin = 0,15 Amiruddin = 0,31
0,4 0,5 0,42
Syafa 0,54 0,11 0,48
3 6 0,11
0,4 0,2 = λmax 0,37
Ahmad 0,34 0,58 0,42
3 9 0,15
0,05
0,1 0,1 Kesimpulan:
Amiruddin 0,14 0,31
4 5 Jika PKS Sei Mangkei membutuhkan
1 karyawan baru, maka pilihan yang
terbaik adalah Syafa Lutfi dengan bobot terbesar yaitu 0,48.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Salah satu permasalahan manajemen yang penting adalah pengambilan
keputusan. Kesalahan dalam pengambilan keputusan dapat berpengaruh pada
eksistensi dan kinerja organisasi.
Ada beberapa nama dan istilah yang merujuk pada manajemen
pengambilan keputusan. Termasuk menggunakan istilah Sistem pendukung
keputusan atau decision support system. Penulis berpendapat bahwa sistem
pendukung keputusan adalah bagian dari manajemen pengambilan keputusan
yang berguna untuk membantu para pengambil keputusan untuk menghasilkan
keputusan secara lebih baik. Karena hanya alat bantu, maka penentu keputusan
tetap orang (users) yang memakai sistem. Sistem hanya menyarankan /
merekomendasikan keputusan sesuai model yang telah dirancang sebelumnya
Model AHP merupakan metode analisis secara bertingkat terhadap
variabel masukan yang ada yang digunakan untuk menentukan solusi optimum.
Pada kasus ini diangkat tentang pemilihan karyawan baru. Hasil desain model
memperlihatkan bagaimana proses penentuan kandidat karyawan baru dengan
kriteria yang ada yaitu; kompetensi, usia, pengalaman kerja dan lulusan calon
karyawan. Pada kasus diatas kandidat yang terpilih sebagai karyawan baru, adalah
Syafa Lutfi dengan bobot terbesar yaitu 0,48.

5.2 Saran
Tantangan pengambilan keptusan adalah bagaimana menyelesaikan
persoalan yang dalam kategori permasalahan yang tidak terstruktur, yang sulit
diestimasikan kemunculannya dan masalah tersebut dapat mengakibatkan akses
yang lebih besar bagi organisasi jika tidak segera ditanggulangi..
Sistem pendukung pengambilan keputusan yang penulis sampaikan ini
adalah sistem manajemen yang didukung dengan perangkat teknologi informasi,
dan oleh karenanya menjadi salah satu alternatif terbaik dalam mengatasi
tantangan pengambilan keputusan.
Karena trend saat ini pengambilan keputusan dilakukan secara
berkelompok dantersebar (disegala penjuru dimana organisasi itu beroperasi),
maka pengembangan sistem kedepan harus dititik tekankan pada “komunikasi
pengambilan keputusan”. Ini yang penulis sarankan untuk riset lanjutan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Maringan Masry. 2004. Dasar-dasar Administrasi dan Manajemen. Jakarta:


Ghalia.
Ristiayanti Prasetijo dan Jhon J.I.O Ihalauw. 2005. Perilaku Konsumen.
Yogyakarta: ANDI.
Sondang P.Siagian. 1997. Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan. Jakarta:
Tema Baru
Saaty, Thomas L. 1988. Multi Criteria Decision Methode: The Analitycal
Hierarchy Process. University of Pittsburgh.
Saaty, Thomas L. 1994. Fundamentals of Decision Making and Priority Theory
with the Analytic Hierarchy Process. RWS Publications: Pittsburgh USA.

Anda mungkin juga menyukai