Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Theo Semuel Simon Lewier

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043193322

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4403/Ilmu Perundang-Undangan

Kode/Nama UPBJJ : 86 / Ambon

Masa Ujian : 2021/22.1 (2021.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. a. Kapan penggunaan istilah “perundang-undangan” dan “peraturan

perundang-undangan” digunakan dalam Ilmu Perundang-Undangan?

Jawaban: A. Hamid S. Attamimi (1975) dengan istilah Ilmu Pengetahuan

Perundang-undangan.

b. Berikan analisa anda ciri dan batasan dari peraturan perundang-undangan di

Indonesia!

Jawaban: Di Indonesia, nomenklatur (istilah) ‘Perundang-undangan’ diartikan

dengan segala sesuatu yang bertalian dengan undang-undang, seluk beluk

undang-undang. Misalnya: ceramah mengenai Perundang-undangan pers

nasional, falsafah negara itu dilihat pula dari sistem Perundangundangannya.

Nomenklatur ‘Perundang-undangan’ dapat didahului dengan kata lain.

‘Peraturan’ misalnya, sehingga menjadi ‘peraturan Perundang-undangan’, yang

tediri dari kata ‘peraturan’ dan kata ‘Perundang-undangan’. Nomenklatur

‘peraturan’ adalah aturan-aturan yang dibuat oleh yang berkuasa untuk

mengatur sesuatu; misal peraturan gaji pegawai, peraturan pemerintah, aturan-

aturan (petunjuk, ketentuan dan sebagainya) yang dibuat oleh pemerintah, yang

salah satu bentuknya adalah undang-undang, sedangkan ‘aturan’ adalah cara

(ketentuan, patokan, petunjuk, perintah, dan sebagainya) yang telah ditetapkan

supaya diturut; misalnya, seseorang harus menurut aturan lalulintas, bagaimana

aturan minum obat ini, semuanya dikerjakan dengan aturan. Nomenklatur

‘aturan’ dalam bahasa Arab disebut ‘kaidah’ dan dalam bahasa Latin disebut

dengan ‘norma’. Dengan demikian nomenklatur ‘peraturan Perundang-

undangan’ mempunyai arti yang lebih terfokus yakni aturan (kaidah, norma)

yang dibuat oleh yang berkuasa untuk mengatur sesuatu


2. a. Norma primer :

Suatu norma hukum yang berisi aturan/patokan bagaimana cara kita harus

berperilaku di dalam masyarakat maka dapat melaporkan kepada pihak yang

berwajib dikarenakan sesuai dengan asal 38: Setiap orang dilarang

memanfaatkan ruang manfaat jalan sebagaimana dimaksud dalam pasal 34,

pasal 35, pasal 36 dan pasal 37 yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan.

b. Norma sekunder:

berisi tata cara penanggulangannya apabila norma hukum primer tidak dipenuhi

atau tidak dipatuhi. Bila sudah diperingati berkali-kali, maka bisa menggugat

bersangkutan secara perdata. Hal ini tercatat dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata, salah satunya adalah Pasal 671 KUH Perdata yang berbunyi

"Jalan setapak, lorong atau jalan besar milik bersama dan beberapa tetangga

yang digunakan untuk jalan keluar bersama, tidak boleh dipindahkan, dirusak

atau dipakai untuk keperluan lain dari tujuan yang telah ditetapkan kecuali

dengan izin semua yang berkepentingan."

c. Norma berpasangan:

• Norma hukum primer adalah norma hukum yang berisi aturan/patokan

bagaimana seseorang harus berperilaku dalam masyarakat. Biasanya

dirumuskan: “Jalan setapak, lorong atau jalan besar milik bersama dan

beberapa tetangga, yang digunakan untuk jalan keluar bersama, tidak

boleh dipindahkan, dirusak atau dipakai untuk keperluan lain dari tujuan

yang telah ditetapkan, kecuali dengan izin semua yang berkepentingan.”

• Norma hukum sekunder adalah suatu norma hukum yang berisi tata cara

penanggulangannya apabila norma hukum primer itu tidak terpenuhi

atau dipatuhi. Norma hukum sekunder ini mengandung sanksi bagi


seseorang yang tidak mematuhi suatu ketentuan dalam norma hukum

primer. Biasanya dirumuskan sesuai dengan Pasal 1365 KUHPer, yang

isinya sebagai berikut:“Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan

membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang

menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan

kerugian tersebut.”

Anda mungkin juga menyukai