DITETAPKAN DI : SUKADANA
PADA TANGGAL : //2020
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH SULTAN MUHAMMAD
JAMALUDIN I
A. Kebijakan Umum
1. Peralatan di unit harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.
3. Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
5. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur operasinal
yang berlaku, etika profesi, etiket, dan menghormati hak pasien.
6. Pelayanan unit dilaksanakan dalam 24 jam.
7. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
8. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin bulanan
minimal satubulan sekali.
9. Setiap bulan wajib membuat laporan.
B. Kebijakan Khusus
1. Ruang intensif penerimaan rujukan pasien dari rumah sakit lain sesuai dengan standar
dan fasilitas yang dimiliki dan bila pasien memerlukan perawatan insentif yang lebih
tinggi tingkatannya dapat dirujuk kerumah sakit lain sesuai dengan kondisi pasien.
2. Setiap tindakan kedokteran (medis) yang akan dilakukan harus ada informed consent.
3. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, dokter jaga ICU atau dokter
spesialis anestesi dapat melakukan tindakan kedokteran yang diperlukan dan informasi
dapat diberikan pada kesempatan pertama.
4. Apabila pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resusitasi diketahui tidakakan
menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidup pasien, dokter dapat membuat
keputusan untuk tidak melakukan resusitasi.
5. Dalam menghadapi tahap terminal, dokter ICU harus mengikuti pedoman penentuan
kematian batang otak dan penghentian peralatan life – supporting.
6. Tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis tetapi dengan
pertimbangan yang memperhatikan keselamatan pasien tindakan – tindakan tertentu
dapat di delegasikan ke pada tenaga kesehatan non medis yang terlatih
7. Kriteria dokter ICU adalah telah mengikuti pelatihan / pendidikan perawatan ICU dan
telah mendapat sertifikat Intensive care Medicine (KIC/ Konsultan Intensive Care)
melalui program pelatihan dan pendidikan yang diikuti oleh perhimpunan profesi yang
terkait.
8. Mampumelakukan prosedur Critical Care biasa, antara lain :
a. Mempertahankan jalan nafas termasuk intubasi tracheal dan ventilasi mekanis.
b. Fungsi arteri untuk mengambil sampel arteri.
c. Memasang kateter intravascular dan peralatan monitoring, termasuk :
1) Kateterarteri
2) Kateter vena perifer
3) Kateter vena central (CVP)
4) Kateter arteri pulmonalis
d. Pemasangan kabel pacu jantung transvenoustemporer
e. Resuitasi kardio pulmoner
f. Pipa thoracostomy
9. Fungsi dan kewenangan Kepala unit intensif sebagai coordinator pengelolaan pasien
a. Fungsi :
Melakukan evaluasi menyeluruh, mengambil kesimpulan, member instruksi terapi
dan tindakan secara tertulis dengan mempertimbangkan usulan anggota team.
b. Kewenangan / peran :
Mampu berperan sebagai pimpinan tim dan memberikan pelayanan di ICU,
menggabungkan dan titrasilayanan pada pasien berpenyakit komplek satau cedera
termasuk gagal organ multi sistem. Intervis member pelayanan sendiri atau
dapat berkolaborasi dengan dokter pasien sebelumnya. Mampu mengelola pasien
dalam kondisi yang biasa terdapat pada pasien sakit kritis seperti :
1) Haemodinamik tidak stabil
2) Gangguan atau gagal nafas, dengan atau tanpa memerlukan tunjangan
ventilasi mekanis.
3) Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi cranial
4) Gangguan atau gagalginjal akut
5) Gangguan endokrin dan / metabolic akut yang mengancam nyawa
6) Kelebihan dosis obat, reaksi obat atau keracunan obat
7) Gangguan koagulasi
8) Infeksi serius
9) Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi
10. Tata cara dan indikasi masuk / keluar ICU dari dalam rumah sakit dan luar rumah sakit:
a. Tata cara pasien masuk / keluar ICU
Penanggungjawab pasien melakukan register/ pendaftaran di bagian
admission.
b. Indikasi pasien masuk ICU
Pasien saat kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti bantuan
ventilasi, infusobat-obatvaso aktif kontinyu dan lain-lainnya
c. Indikasi pasien keluar ICU
Bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi atau bila terapi intensif
telah gagal atau tidak bermanfaat sehingga prognosis jangka pendekjelek
11. Setiap pengguanaan peralatan medisdi informasikan kepada penanggungjawab pasien
12. Seluruh fasilita spelayanan yang ada di ICU baik medis maupun non medismen jadi
tanggungjawab kepala ruang termasuk pemeliharaan dan perbaikan berkoordinasi dengan
bagian teknisi.
13. Untuk pencegahan infeksi nosokomial, setiap petugas diwajibkan mencucitangan
sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
14. Indikasi pemeriksaan laboratorium dan radiologi berdasarkan permintaan dari DPJP
(Dokter Penanggung Jawab Pasien) atau dokter konsulen lain berkoordinasi dengan
dokter penanggung jawab ICU
15. Setiap permintaan laboratorium dan radiologi dituliskan pada formulir yang sudah
ditentukan lalu di input oleh petugas administrasi untuk selanjutnya di informasikan pada
bagian terkait
16. Prosedur konsul antar spesialis / konsulen :
a. Pada dasarnya DPJP pasien yang dirawat di ICU adalah dokter spesialis
anestesi yang bertugas di ICU
b. Bila ada lebih dari satu DPJP, maka DPJP utamaadalahdokterspesialis
yangbertugas di ICU
c. DPJP pasien yang dirujuklangsungke ICU oleh dokterjaga IGD ialah dokter
spesialis anestesi yang bertugas di ICU
d. Bila dokter spesialis anestesi memerlukan rawat bersama dengan dokter spesialis
lain, maka sebagai DPJP utama adalah dokter spesialis anestesi yang bertugas di
ICU
e. Pasien yang dirujuk oleh dokter spesialis untuk d rawat di ICU harus jelas apakah
akan rawat bersama atau di rujuk. Bila rawat bersama, maka DPJP utamanya ialah
dokter spesialis anestesi yang bertugas di ICU
f. DPJ utama berwenang dalam melaksanakan praktek kedokteran yang dibantu
sepenuhnya oleh seluruh perawat dan staf ICU yang bertugas. Kewenangan
tersebut harus dengan tetap memperhatikan dan mempertimbangkan saran dari
DPJP atau dokter spesialis lain yang terkait dengan parawatan pasien
g. Bila ada keberatan DPJP lain atas pelayanan medis yang diberikan oleh DPJP
utama, maka masukan / keberatan harus dikomunikasikan langsung ke DPJP
utama atau ditulis dalam Intensif Care Unit pasien
h. Bila tidak dicapai kesepakatan antara DPJP utama dengan DPJP lain yang
menangani pasien sejak awal perawatan, maka dapat ditetapkan ulang siapan
DPJP utama pasien tersebut. Hal tersebut harus di catat dalam Intensif Care Unit
i. Bila terjadi masalah dalam penepatan DPJP utama, maka hal tersebut
dilaporkan kepada Manajer Pelayanan sesegera mungkin
j. Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, setiap hal yang terkait dengan
mutu pelayanan dan kepentingan pasien akan diajukan untuk dilakukan audit
medis oleh Sub Komite Audit pasien.