Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Persepsi

2.1.1.1 Pengertian Persepsi

Persepsi berasal dari kata perception (Inggris) yang artinya menerima atau
mengambil. Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi
manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya.
Beberapa ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi,
walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan


(penerimaan) langsung dari sesuatu. Proses seseorang mengetahui beberapa hal
melalui panca inderanya.

Menurut Jalaludin Rachmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi (2004:51)


bahwan persepsi merupakan pengalaman tentang objek, atau hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Pengertian persepsi menurut Slameto (2003:102) menyatakan persepsi adalah


proses yang menyangkut masuknya pesan dan informasi di dalam otak manusia.
Informasi dan pesan yang diterima tersebut muncul dalam bentuk stimulus yang
merangsang otak untuk mengolah lebih lanjut yang kemudian mempengaruhi
seseorang dalam berperilaku.

Berdasarkan definisidiatas peneliti dapat menyimpulkan bahwapersepsi


adalah proses pengorganisasian dan penerapan dari stimulus yang diterima, baik
berupa informasi serta pesan yang diterima dan dirasakan oleh panca indera
manusia. Persepsi bukan hanya sebatas pada penginderaan tehadap obyek atau
lingkungan saja akan tetapi bagaimanaseseorang mengalami atau mengamati

7
8

obyek atau lingkungan yang memberikan kesan kepadanya. Kemudian dengan itu
ia dapat memberikan suatu penilaian pandangan atau pendapat.

2.1.1.2 Jenis-Jenis Persepsi

Menurut Irwanto, dalam Aneska Zoya Raveena (2017) setelah individu


melakukan interaksi dengan obyek-obyek yang di persepsikan maka hasil persepsi
dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Persepsi positif.
Persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan mengenaipengetahuan
yang ia peroleh dan menanggapi dengan upaya pemanfaatannya. Hal itu
akan kemudian di teruskan dengan menerima dan melakukan sesuatu
terhadap obyek yang dipersepsikan.
b. Persepsi negatif.
Persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan dan menaggapi yang
tidak selaras dengan obyek yang di persepsi. Hal itu akan di teruskan
dengan kepasifan atau menolak dan menentang terhadap obyek yang
dipersepsikan. Dengan demikian dapat di katakan bahwa persepsi itu baik
yang positif maupun yang negatif akan selalu mempengaruhi diri
seseorang dalam melakukan suatu tindakan. Dan munculnya suatu persepsi
positif ataupun persepsi negatif semua itu tergantung pada bagaimana cara
individu menggambarkan segala pengetahuannya tentang suatu obyek
yang dipersepsi.

2.1.1.3Prinsip-Prinsip Persepsi
Persepsi masing-masing individu timbul dan berkembang sejalan dengan
waktu berlangsungnya proses interaksi. Hal ini merupakan sarana dari individu
untuk memberlakukan prinsip-prinsip persepsi dengan baik. Menurut Zikri Neni
Iska ada Beberapa prinsip-prinsip pengorganisasian persepsi adalah sebagai
berikut:
9

1) Wujud dan latar.


Obyek-obyek yang diamati disekitar kita selalu muncul sebagai wujud
(figure) dengan hal-hal lainnya sebagai latar (ground), misalnya : Jika kita
mendengarkan lagu, maka suara penyanyinya akan tampil sebagai wujud
dan iringan musik sebagai latar.
2) Pola Pengelompokkan.
Hal-hal tertentu sering kita kelompokkan dalam persepsi kita, dan
bagaimana cara kita mengelompokkan akan menentukan bagaimana kita
mengamati hal-hal tersebut.
Dari pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa manusia menggunakan
indranya untuk mengenal dunia luar. Dengan menggunakan indranya manusia
dapat mengenal dirinya dan keadaan sekitarnya yang merupakan konsep dari
persepsi.

2.1.1.4Faktor-Faktor Persepsi
Menurut Robbins (2003) persepsi pada umumnya dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu faktor internal dan faktor ekstenal. Faktor internal berasal dari dalam
diri individu misalnya sikap, kebiasaan dan kemauan. Sedangkan faktor eksternal
adalah faktor yang berasal dari luar individu.
Dijelaskan oleh Robbins (2003) bahwa meskipun individu-individu
memandang pada satu benda yang sama, mereka dapat mempersepsikannya
berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh:
1. Pelaku persepsi
Apabila seorang individu memandang suatu obyek dan mencoba
menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu itu, seperti sikap, motif,
kepentingan, minat, pengalaman dan harapan.
2. Obyek atau yang dipersepsikan
Karakteristik dari target yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang
dipersepsikan, sasaran itu mungkin berupa orang, benda atau peristiwa.
10

3. Keadaan dimana persepsi itu dilakukan.


Unsur lingkungan atau situasi yang terjadi saat seseorang menilai suatu
obyek.
2.1.2. Organisasi Nirlaba

2.1.2.1Pengertian dan Ruang Lingkup Organisasi Nirlaba

Organisasi non-profit atau organisasi nirlaba didefinisikan sebagai organisasi


yang melakukan kegiatan operasionalnya dengan tidak bertujuan untuk
memperoleh laba (profit), adapun surplus yang diperoleh dari kegiatan tersebut
kembali digunakan untuk tujuan pencapaian misi organisasi (Connolly dan Kelly,
2011).

Pengertian organisasi nirlaba berdasarkan Internal Revenue Code Section


501, dalam Anak Agung Adhy Wardhana (2014) organisasi nirlaba adalah
organisasi yang tidak dapat mendistribusikan aset maupun pendapatannya untuk
kepentingan pegawainya, termasuk pimpinan dan anggotanya, untuk jasa maupun
produk yang disediakan.

Jadi menurut beberapa pandangan diatas, dapat disimpulkan organisasi


nirlaba merupakan organisasi non-profit, yang pendanaanya diperoleh melalui
sumbangan atau hibah. Orgasnisasi ini berbeda dengan organisasi lainnya yang
mana organisasi ini semua keuntungan yang diperoleh diperuntukkan untuk
kelangsungan pencapaian organisasi.

Kategori dari organisasi nirlaba ini, dapat di klasifikasikan kedalam dua


subklasifikasi yaitu:
1) Organisasi Nirlaba Pemerintah
Pada subklasifikasi ini organisasi nirlaba dikelola oleh pemerintah baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dan dimilik oleh seluruh
warga negara. Aktivitas organisasi nirlaba pemerintah biasanya berupa
pelayanan terhadap masyarakat. Dalam menjalankan aktivasnya organisasi
nirlaba pemerintah memiliki sumber pendanaan berasal dari APBN atau
APBD sesuai dengan wewenang pengelolaan organisasi tersebut berada.
11

2) Organisasi Nirlaba Non-Pemerintah


Organisasi nirlaba pada subklasifikasi ini sering dikenal dengan nama
Non-Govermental Organization (NGO) atau di Indonesia dikenal dengan
istilah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Organisasi nirlaba ini
merupakan organisasi non-profi yang dimilki dan dikelola oleh suatu
kelompok masyarakat tertentu yang mempunyai pandangan ataupun tujuan
yang sama. Organisasi nirlaba jenis ini dapat berbentuk yayasan
pendidikan, yayasan keagamaan, serta yayasan sosial. Organiasi ini sesuai
dengan karakteristik dari organisasi nirlaba yang bukan bertujuan mencari
keuntungan tapi lebih kepada pemberian layanan publik, pengembangan
ilmu pengetahuan serta aktifitas sosial lainnya. Pengelolaan organisasi ini
dipercayakan kepada pengurus yang berasal dari suatu kelompok
masyarakat. Kepemilikan organisasi ini dipegang oleh masyarakat
sehingga sumber pendanaan pun didapat dari donasi sukarela dari anggota
organisasi tersebut maupun pemerintah serta masyarakat umum lainnya.
Disisi lain, dalam beberapa hal, terdapat perbedaan mendasar antara
organisasi profit dan organisasi nirlaba. Seperti ditampilkan dalam tabel 2.1,
Gross Jr and William dalam Darmasari (2005:15) dalam Made Aristia Prayudi
(2011) menjabarkan secara ringkas perbedaan – perbedaan tersebut.

Tabel 2.1
Perbedaan Organisasi Bisnis dan Organisasi Nirlaba
Hal Perbedaan Organisasi Bisnis Organisasi Nirlaba
Tujuan Organisasi Menentukan laba bersih Menghimpun dana dan
(net income) dan untuk menggunakannya untuk
mendapatkan laba per masyarakat secara
lembar saham(earning keseluruhan.
per share) yang setinggi
- tingginya.
12

Hal Perbedaan Organisasi Bisnis Organisasi Nirlaba


Sumber Dana Perseorangan atau Berbagai sumber yang
sekelompok orang yang digunakan untuk
berbentuk sejumlah berbagai macam tujuan
modal yang disetor tanpa adanya penekanan
(invested capital) untuk pada penentuan laba.
memperoleh
pendapatan.

Peraturan dan Barang dan jasa Menyediakan barang dan


Pengendalian ditawarkan kepada jasa yang tidak ada harga
Barang dan Jasa konsumen umum, dan pasarnya dan ini dapat
barang dan jasa tersebut digunakan sebagai
akan ditarik kembali pengukur kepuasan
apabila tidak konsumen karena barang
menguntungkan lagi. dan jasa tersebut bersifat
unik.

Sumber: Darmasari, Shinta. 2005. Manfaat Akuntansi Dana Dalam


Meningkatkan Efektifitas Pelaporan Keuangan Gereja. Skripsi diterbitkan.
Bandung: Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.
Ditengah perbedaan – perbedaan yang dimiliki, organisasi bisnis dan
organisasi nirlaba, bersama – sama dengan elemen pemerintah dan masyarakat,
merupakan media yang seharusnya dapat saling bersinergi guna menyongsong
pembangunan di Indonesia (Gunawan, dkk, 2005) dalam Made Aristia Prayudi
(2011). Keduanya adalah sebuah bagian yang terikat kuat dan saling
mempengaruhi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.

2.1.2.2 Karakteristik Organisasi Nirlaba

Perbedaan prinsip antara organisasi nirlaba yang mengenyampingkan laba


sebagai tujuan utama dengan Organisasi bisnis secara umum mengedepankan laba
sebagai tujuan utama organisasi. Perbedaan ini juga memberikan perbedaan
terhadap karakteristik organisasi diantara keduanya.
13

Menurut SFAC No. 4 yang dialih bahasakan oleh Sabeni dan Gozali (2001:4)
dalam Shinta Darmasari (2005) menyatakan beberapa karakteristik organisasi
nirlaba yaitu:
1. Organisasi non profit tidak mempunyai motif mencari laba atau dengan
kata lain motif mendapatkan keuntungan bukanlah tujuan utama bagi
organisasi jenis itu.
2. Organisasi non profit ini, dimiliki secara kolektif, artinya adalah hak
kepemilikan tidak ditujukan oleh saham yang dapat dimilki secara
perorangan yang dapat diperjual belikan.
3. Pihak-pihak yang memberikan sumber keuangan kepada organisasi non
profit ini, tidak harus menerima imbalan langsung baik, berupa barang,
uang dan jasa.

Di dalam PSAK No. 45 (Revisi 2011) (IAI, 2011: 45.2-45.3) terdapat


penjelasan mengenai karakteristik organisasi nirlaba yaitu sebagai berikut:
1. Sumber daya organisasi berasal dari para penyumbang yang tidak
mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang
sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.
2. Menghasilkan barang dan jasa tanpa bertujuan memperoleh laba. Dan jika
organisasi menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan
kepada pendiri atau pemilik organisasi tersebut.
3. Tidak ada kepemilikan seperti halnya dalam organisasi bisnis dalam arti
bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan,
atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan
proporsi pembagian sumber daya organisasi pada saat likuidasi atau
pembubaran organisasi.
Berdasarkan atas paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa organisasi
nirlaba merupakan sebuah organisasi yang didirikan secara sukarela dan swadaya
oleh suatu kelompok masyarakat yang memiliki kesamaan tujuan sosial tertentu.
Organisasi nirlaba mengedapankan pencapaian tujuan sosial demi kepentingan
umum.
14

2.1.2.3 Jenis-Jenis Organisasi Nirlaba

Organisasi nirlaba memiliki banyak jenis tergantung dengan tujuan organisasi


itu didirkan. Menurut Nainggolan (2005:3-4) mengutip dari Siti Azizah (2016)
lembaga nirlaba di Indonesia membaginya menjadi empat golongan besar sebagai
berikut:
1. Lembaga Keagamaan : termasuk disini lembaga yang bergerak dibidang
keagamaan seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan lain
sebagainya.
2. Organisasi kesejahteraan sosial : termasuk disini yang berskala nasional
seperti BKKKN (Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Nasional)
hingga Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS)
3. Organisasi kemasyaraktan : termasuk dalam golongan ini adalah
organisasi sosial berdasarkan profesi seperti LP3ES, organisasi
kemasyarakatan biasa seperti Organisasi Keluarga Berencana Indonesia,
dan lain sebagainya.
4. Lembaga Swadaya Masyarakat : bentuk ini mencakup yayasan-yayasan
amal dan filantropis, asosiasi kepentingan khusus, koperasi dan
sebagainya.
Menurut Sabeni dan Gozali (2001:4-5) dari kutipan Shinta Darmasari (2005)
jenis - jenis organisasi nirlaba terbagi menjadi :
1. Pemerintahan (Govermental) yang teridiri dari pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.
2. Lembaga pendidikan (Education) yang terdiri dari pendidikan kanak-
kanak, sekolah dasar, sekolah menengah tingkat pertama, sekolah
menengah tingkat atas, dan perguruan tinggi.
3. Kesehatan dan kesejahteraan (Hospital and Welfare) terdiri dari rumah
sakit, puskesmas, poliklinik, PMI, dan panti asuhan yatim piatu.
4. Keagamaan (Religional) terdiri dari masjid, pondok pesantren, gereja,
vihara dan kuil.
5. Lembaga amal (Charitable) seperti yayasa jantung sehat, yayasa ginjal,
yayasan amal lainya.
15

6. Lembaga dana (Foundation) seperti lembaga yang dikelola untuk


memberikan dana bagi lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, dan
lembaga amal.

2.1.2.4 Standar Akuntansi Keuangan Bagi Entitas Nirlaba


Stadar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor (PSAK No.
45)merupakan standar khusus yang diterbitkan oleh DSAK-IAI yang ditujukan
bagi entitas nirlaba yang berkedudukan di Indonesia. Karakteristik organisasi
nirlaba sangat berbeda dengan organisasi bisnis yang berorientasi untuk
memperoleh laba. Perbedaan terletak pada cara organisasi memperoleh sumber
daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasionalnya.
Organisasi memperoleh sumber daya dari donasi para anggota maupun donatur
lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun secara langsung dari organisasi
yang bersangkutan.

Sebagai akibat dari karakteristik tersebut, dalam organisasi nirlaba timbul


transaksi tertentu yang jarang atau bahkan tidak pernah terjadi dalam
organisasibisnis, contohnya penerimaan donasi. Pada beberapa bentuk organisasi
nirlaba walaupun tidak terdpat kepemilikan yang terorganisir secara formal,
organisasi tersebut mencukupi modalnya dari hutang dan mendanai kegiatan
operasionalnya dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada publik. Akibatnya
pengukuran jumlah, saat dan kepastian aliran pemasukan kas menjadi ukuran
kinerja yang penting bagi para pengguna laporan keuangan organisasi tersebut,
seperti kreditur dan pemasok dana lainnya. Berikutini adalah pengertian-
pengertian menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 45:
a. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan Iaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan
untuk memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota organisasi,
kreditur dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi organisasi
nirlaba. Pihak pengguna Iaporan keuangan organisasi nirlaba memiliki
kepentingan bersama dalam rangka menilai (IAI, 2014):
16

1) Jasa yang diberikan oleh organisasi nirlaba dan kemampuannya untuk


terus memberikan jasa tersebut.
2) Cara manajer melaksanakan tanggung jawabnya dan aspek lain dari
kinerja mereka.
Secara rinci, tujuan laporan keuangan termasuk catatan atas laporan
keuangan, adalah untuk menyajikan informasi mengenai:
1) Jumlah dan sifat aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih suatu organisasi.
2) Pengaruh transaksi, peristiwa, dan situasi lainnya yang mengubah nilai
dan sifat aktiva bersih.
3) Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam suatu
periode dan hubungan antara keduanya.
4) Cara suatu organisasi mendapatkan dan membelanjakan
kas,memperoleh pinjaman dan melunasi pinjaman, dan faktor lainnya
yang berpengaruh pada likuiditasnya.
5) Usaha jasa suatu organisasi.
b. Unsur-Unsur Laporan Keuangan Nirlaba
Laporan keuangan organisasi nirlaba menurut Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No. 45 meliputi (IAI : 2014) :
1) Laporan posisi keuangan pada akhir periode laporan
Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi
mengenai aktiva, kewajiban dan aktiva bersih, serta mengetahui
hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Laporan
posisi keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan,
menyediakan informasi yang relevan mengenai likuiditas, fleksibilitas
keuangan, dan hubungan antara aktiva dan kewajiban. Informasi
tersebut umumnya disajikan dalam pengumpulan aktiva dan
kewajiban yang memiliki aktivitas serupa dalam suatu kelompok yang
relatif homogen.
Klasifikasi Aktiva Bersih atau Tidak Terikat:
Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing
kelompok aktiva bersih berdasarkan ada tidaknya pembatasan oleh
17

penyumbang, yaitu terikat secara permanen, terikat secara temporer,


dan tidak terikat.
Pengertian istilah yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Pembatasan permanen adalah pembatasan penggunaan sumber
daya yang ditetapkan oleh penyumbang agar sumber daya tersebut
dipertahankan secara permanen, tetapi organisasi diizinkan untuk
menggunakan semuanya atau sebagian atau manfaat ekonomi
lainnya yang berasal dari sumber daya tersebut.
b. Pembatasan temporer adalah pembatasan penggunaan sumber
daya oleh penyumbang yang menetapkan, agar sumber daya
tersebut dipertahankan sampai periode tertentu atau sampai
dengan terpenuhinya keadaan tertentu.
c. Sumbangan terikat adalah sumber daya yang penggunaannya
dibatasi untuk tujuan tertentu oleh penyumbang. Pembatasan
tersebut dapat bersifat permanen atau temporer.
d. Sumbangan tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya
tidak dibatasi untuk tujuan tertentu oleh penyumbang.
Aktiva bersih tidak terikat umumnya meliputi pendapatan jasa,
penjualan barang, sumbangan dan deviden atau hasil investasi,
dikurangi beban untuk memperoleh pendapatan tersebut. Batasan
terhadap penggunaan aktiva bersih tidak terikat dapat berasal dari sifat
organisasi, lingkungan operasional, dan tujuan organisasi yang
tercantum dalam akta pendirian dan dari perjanjian kontrak dengan
organisasi lain. Informasi mengenai batasan-batasan tersebut
umumnya disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.
2) Laporan aktivitas
Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih terikat
permanen, terikat temporer dan tidak terikat dalam suatu periode. Tujuan
utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai: Tujuan
utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai pengaruh
transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aset bersih,
18

hubungan antar transaksi, dan peristiwa lain, dan bagaimana penggunaan


sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa. Perubahan
aset bersih dalam laporan aktivitas biasanya melibatkan 4 jenis transaksi,
yaitu (1) pendapatan, (2) beban, (3) gains and losses, dan (4) reklasifikasi
aset bersih. Seluruh perubahan aset bersih ini nantinya akantercermin pada
nilai akhir aset bersih yang disajikan dalam laporan posisi
keuangan.Adapun informasi dalam laporan ini dapat membantu
para stakeholdersuntuk:

a. mengevaluasi kinerja organisasi nirlaba dalam suatu periode,


b.  menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi dan
memberikan jasa, dan
c. menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer.
3) Laporan arus kas untuk satu periode laporan
Tujuan umum laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai
penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Laporan ini
digunakan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menggunakan arus tersebut. Penilaian atas kemampuan menghasilkan kas
dikaitkan dengan aktivitas yang dijalankan pusahaan, yaitu aktivitas
operasi, investasi, dan pendanaan.
a) Aktivitas operasi
b) Mencakup penjualan dan pembelian atau produksi barang dan jasa,
termasuk penagihan pelanggan, pembayaran kepada pemasok atau
karyawan dan pembayaran item-item seperti sewa, pajak, dan bunga.
c) Aktivitas investasi
d) Mencakup perolehan dan penjualan aktiva jangka panjang untuk
berbagai investasi jangka panjang.
e) Aktivitas pendanaan
f) Mencakup pengadaan sumber daya dari pemilik serta kreditur dan
pengembalian jumlah yang dipinjam.
4) Catatan atas laporan keuangan
19

Tujuan Penyajian catatan atas laporan keuangan (CALK) untuk


meningkatkan transparansi Laporan Keuangan dan penyediaan
pemahaman yang lebih baik atas informasi keuangan pemerintah.

1) Akuntansi berdasarkan kas (cash basis)


2) Pendapatan dicatat hanya bila kas diterima dan beban dicatat hanya
bila kas keluar.
3) Akuntansi berdasar akrual (accrual basis)
4) Mengakui dampak transaksi terhadap laporan keuangan dalam periode
waktu ketika pendapatan dan beban terjadi. Oleh karena itu pendapatan
dicatat pada waktu diterima dan beban dicatat pada waktu terjadi, tidak
perlu ketika kas berpindah tangan
5) Akuntasi berdasarkan kas yang dimodifikasi
6) Merupakan campuran atas dasar kas dan akrual, yaitu metode yang
digunakan oleh perusahaan jasa. Pengeluaran yang mempunyai umur
ekonomis lebih dari satu tahun dikapitalisasi sebagai harta dan
disusutkan selama tahun-tahun mendatang. Beban dibayar di muka dan
ditangguhkan, dan dikurangi hanya dalam tahun saat hal itu digunakan,
sedangkan beban yang dibayar sesudah tahun terjadinya (beban yang
masih harus dibayar) dikurangi hanya dalam tahun dibayarkan.

2.1.3.Pelaporan Keuangan

2.1.3.1 Pengertian Pelaporan Keuangan


Pelaporan keuangan berbeda dengan laporan keuangan, pelaporan keuangan
adalah meliputi segala aspek yang berkaitan dengan penyediaan dan peyampaian
informasi keuangan. Aspek-aspek tersebut antara lain lembaga yang terlibat
(misalnya penyusunan standar, badan pengawas dari pemerintah atau pasar modal,
organisasi profesi, dan entitas pelapor). Peraturan yang berlaku termasuk PABU
(Prinsip Akuntansi Berterima Umum atau Generally Accepted Accounting
Principles/GAAP). Sedangkan laporan keuangan hanyalah salah satu medium
dalam penyampaian informasi.
20

1) Laporan keuangan adalah informasi keuangan yang disajikan dan


disiapkan oleh manajemen dari suatu perusahaan kepada pihak internal
dan eksternal, yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari sutu kesatuan usaha
yang merupakan salah satu alat pertanggungjawaban dan komunikasi
manajemen kepada pihak pihak yang membutuhkannya. Laporan
keuangan merupakan seperangkat laporan keuangan formal (full set) yang
terdiri dari:
a) Neraca (balance sheet) yang menggaambarkan posisi keuangan dari
satukesatuan usaha yang merupakan keseimbangan antara aktiva
(assets), utang (liabilities), dan modal (equity) pada suatu tanggal
tertentu.
b) Laporan laba rugi ( income statement) merupakan ikhitisar dari
seluruh pendapatan dan beban dari sutu kesatuan usaha untuk satu
periode tertentu.
c) Laporan perubahan ekuitas (statement of change of equity) adalah
perubahan modal dari suatu kesatuan usaha selama satu periode
tertentu, yang meliputi laba komprenhensif, investasi, dan distribusi
dan kepada pemilik (investment by and distributions to owner’s).
d)  Laporan arus kas (cash flow statement) berisi seluruh penerimaan
dan pengeluaran kas bai yang berasl dari aktivitas operasional,
investasi dan pendanaan dari satu usaha selama satu periode tertentu.
e) Catatan atas pelaporan keuangan (notes of financial statement) berisi
informasi yang tidak dapat diungkapkan dalam keempat laporan
keuangan diatas yang mengungkapkan seluruh prinsip, prosedur,
metode, dan teknik yang diterapkan dalam penyusunan laporan
tersebut.
2) Pelaporan Keuangan (Financial Reporting) 
Pelaporan keuangan adalah laporan keuangan yang ditambah dengan
informasi-informasi lain yang berhubungan baik langsung maupun tidak
langsung dengan informasi yang disediakan oleh system akuntansi keuangan,
seperti informasi tentang sumber daya perusahaan, earnings, current cost,
21

informasi tentang prospek perusahaan yang merupakan bagian integral dengan


tujuan untuk memenuhi tingkat pengungkapan yang cukup.

Dewan Standar Akuntansi Keuangan Internasional atau yang lebih dikeal


dengan Financial Accounting Standart Board (FASB) didalam SFAC Nomor 1
tentang Objective of Financial Reporting by Business Enterprises menjelaskan
tujuan suatu perusahaan harus membuat dan menyajikan laporan keuangan di
setiap akhir periode. Tujuan tersebut antara lain:
1. Menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan
pengguna potensial lainnya dalam membantu proses pengambilan
keputusan yang rasional atas investasi, kredit dan keputusan lain yang
sejenis.
2. Menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan
pengguna potensial lainnya yang membantu dalam menilai jumlah, waktu,
dan ketidakpastian prospek penerimaan kas dari dividen atau bunga dan
pendapatan dari penjualan, penebusan atau jatuh tempo sekuritas atau
pinjaman. Menaksir aliran kas masuk (future cash flow) pada perusahaan.
3. Memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi, klaim atas sumber
daya tersebut dan perubahannya
Berdasarkan uraian diatas, diketahui bahwa laporan keuangan adalah suatu
proses yang sistematis dalam menyusun, menganalisa, menginterpretasi serta
memberikan informasi yang terkait dengan kondisi keuangan kepada pihak interal
maupun ekternal yang memiliki kepentingan dengan perusahaan dalam rangka
mencapai tujuan entitas.

2.1.3.2 Pelaporan Keuangan Bagi Organisasi Nirlaba

Pelaporan keuangan pada awalnya merupakan suatu keharusan bagi


organisasi bisnis yang melakukan aktivitas untuk menghasilkan laba bagi
organisasi, maka dari itu laporan keuangan digunakan untuk menginformasikan
kondisi keuangan kepada pihak yang berkepentingan tersebut. Pelaporan
keuangan merupakan bentuk pertangggung jawaban perusahaan bagi pihak-pihak
yang menitipkan modalnya untuk diolah perusahaan dan menjadi indikator
22

pencapaian perusahaan. Seiring berjalannya waktu dan tumbuhnya organisasi-


organisasi yang berlatarbelakang non-profit oriented atau lebih dikenal dengan
organisasi nirlaba, pelaporan keuangan yang awalnya merupakan keharusan bagi
organisasi profit saat ini juga menjadi kewajiban bagi organisasi non-profit.
Organisasi non-profit atau organisasi nirlaba juga perlu membuat laporan
keuangan yang digunakan sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban
khususnya mengenai pengelolaan sumber daya keuangan yang dimiliki.

Laporan keuangan ini ditujukan bagi pengurus internal organisasi nirlaba


tersebut termasuk didalamnya pembina dan pengawas organisasi nirlaba serta
ditujukan pula bagi donatur yang memberikan donasinya demi kelancaran aktifitas
sosial organisasi nirlaba. Laporan keuangan merupakan bentuk akuntabilitas
organisasi nirlaba yang merupakan organisasi yang dibangun oleh masyarakat,
aktifitas yang dilakukan pun merupakan bentuk pelayanan kepada masyarakat
serta laporan pertanggungjawaban juga merupakan menjadi hak bagi masyarakat
untuk mengetahuinya. Perbedaan yang cukup jauh antara organisasi bisnis dengan
organisasi nirlaba membuat perbedaan yang cukup mendasar dalam pebuatan
laporan keuangan diantara keduanya. Salah satu perbedaan yang ditimbulkan
yaitu pada pos penerimaan atau sumber pendapatan. Pada organisasi bisnis
sumber dana didapatkan dari penjualan barang dan jasa atau bisa juga didapat dari
modal yang ditanamkan oleh investor, sedangkan pada entitas nirlaba sumber
dana didapatkan dari donasi atau sumbangan maupun sumber-sumber dana lain
yang bersifat sukarela dari para donatur yang tidak mengharapkan balasan
langsung dari entitas yang menerima donasi tersebut.

Walaupun para donatur tersebut tak pernah mengharapkan balasan dari apa
yang telah dikorbankannya, namun para donatur yang merupakan stokeholder dari
entitas nirlaba tersebut tentu perlu mendapatkan informasi pengelolahaan dana
yang telah didapatkan oleh entitas nirlaba. Informasi berupa laporan keuangan
harus dibuat oleh entitas nirlaba baik diminta oleh donatur maupun tidak diminta.
Para donatur ingin mengetahui sistem pengelolaan atas dana yang diberikan dan
23

aktifitas sosial yang dilakukan oleh entitas nirlaba dengan menggunakan donasi
itu memberikan manfaat yang dirasakan oleh khalayak ramai.

Pemaparan diatas memberikan gambaran pentingya bagi organisasi nirlaba


untuk menyusun laporan keuangan. Umumnya bagi seluruh organisasi nirlaba
lebih khususnya lagi yang masih memiliki bentuk yang belum terlalu kompleks
baik dari segi stuktur organisasi maupun kinerja lebih sering mengedepankan atas
aktifitas yang akan dilakukan dibanding dengan mengurusi administrasi. Namun
hal itu tentunya tidak boleh dijadikan alasan oleh pengurus organisasi nirlaba
untuk tidak menyusun laporan keuangan sesuai dengan standar yang berlaku.
Organisasi nirlaba tidak boleh hanya mengandalkan atas kepercayaan dari para
donaturnya, tetapi akuntabilitas saat ini dipandang perlu untuk diperhitungkan
oleh organisasi nirlaba. Akuntabilitas dari organisasi nirlaba dilakukan agar dapat
informasi yang relevan dan dapat diandalkan kepada donatur, regulator, dan
masyarakat secara umum yang menerima manfaat atas aktifitas organisasi nirlaba
tersebut.
2.1.3.3 Tujuan Pelaporan Keuangan Bagi Organisasi Nirlaba
Menurut Belkaoui dan Riahi (2000:145) dalam Ardian (2017) para pengguna
laporan keuangan organisasi nirlaba memiliki kepetingan bersama yang tidak
berbeda dengan organisasi bisnis. Para pengguna laporan keuangan organisasi
nirlaba membutuhkan laporan keuangan untuk megukur:
1. Kemampuan organisasi untuk dapat menyediakan jasa.
2. Kemampuan para pengelola organisasi untuk mengelola sumber daya.
3. Kemampuan entitas untuk terus dalam memberikan jasa dikomunikasikan
atau dapat dilihat dari laporan posisi keuangan yang menggambarkan
informasi mengenai aset, liabilitas, dan aset neto.
Pertanggungjawaban pengelola mengenai pengelolaan atas sumber daya
entitas yang diterima dari para penyumbang disajikan melalui laporan aktivitas
dan laporan arus kas. Laporan aktivitas harus menyajikan informasi mengenai
perubahan yang terjadi dalam kelompok aset neto. Secara lebih lengkap PSAK
NO.45 (revisi 2011:45.4-5) menyatakan bahwa laporan posisi keuangan
24

organisasi nirlaba, termasuk catatan atas laporan keuangan, adalah untuk


menyajikan informasi mengenai:
1. Jumlah dan sifat aset, liabilities, dan asset neto entitas nirlaba.
2. Pengaruh transaksi, peristiwa dan situasi lainnya yang mengubah nilai dan
sifat asset neto.
3. Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam satu
periode dan hubungan antara keduanya.
4. Cara entitas nirlaba mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh
pinjaman dan melunasi pinjaman, dan faktor lainnya yang mempengaruhi
pada likuidasinya.
5. Usaha jasa entitas nirlaba .
Lebih lanjut tujuan pelaporan keuangan eksternal entitas nirlaba secara umum
dirumuskan oleh FASB dalam SFAC No.4 yang dialihbahasakan oleh Belkaoui
dan Riahi (2000:146) yang menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat
seharusnya memberikan informasi yang berguna untuk menyajikan sumber daya
yang potensial sebagai pemakai dapat:
1. Membuat keputusan yang rasional mengenai pengalokasian sumber daya
yang dimiliki organisasi.
2. Memperkirakan jasa yang dapat dilayani dan kemampuan organisasi untuk
menyediakan jasa-jasa.
3. Memperkirakan bagaimana manajer atau pengelola memberi
pertangguangjawabannya dengan memperkirakan aspek-aspek kinerja
lainnya.
Demikian laporan keuangan harus memuat informasi sumber daya ekonomi,
kewajiban dan sumber daya bersih serta pengaruh transaksi atau kejadian yang
berkaitasan dengan sumber daya tersebut, kinerja entitas selama periode tertentu
yaitu dengan pengukuran secara periodik terhadap perubahan jumlah sumber daya
yang dimiliki, dan informasi tentang jasa atau produk yang dihasilkan serta cara
pengelolaannya untuk menilai kinerja dan informasi mengenai cara entitas
memperoleh dan membelanjakan sumber daya yang likuid, peminjaman dan
pembayaran dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
25

2.1.4. Masjid

2.1.4.1Pengertian Masjid
Masjid merupakan suatu institusi utama dan paling besar dalam Islam, serta
merupakan salah satu institusi yang pertama kali berdiri. Masjid adalah rumah
tempat ibadah umat Muslim. Masjid artinya tempat sujud, tempat beribadah
kepada Allah SWT. Akar kata dari Masjid adalah sajadah dimana berarti sujud
atau tunduk.
Selain tempat ibadah Masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas
muslim. Kegiatan-kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah
dan belajar Al Qur'an sering dilaksanakan di Masjid. Bahkan dalam sejarah Islam,
Masjid turut memegang peranan dalam aktivitas sosial kemasyarakatan.
2.1.4.2 Fungsi Masjid
Masjid di zaman Rasulullah SAW mempunyai banyak fungsi. Itulah sebabnya
Rasulullah SAW membangun Masjid terlebih dahulu. Masjid menjadi simbol
persatuan umat Islam. Selama sekitar 700 tahun sejak Nabi mendirikan Masjid
pertama, fungsi Masjid masih kokoh dan original sebagai pusat peribadatan dan
peradaban yang mencerdaskan dan mensejahterakan umat manusia. (Supardi dkk:
2001:1)
Menurut dewan masjid indonesi (DMI) terdapat tiga fungsimasjid yaitu:
Pertama masjid sebagai ibadah (mdlahah) jugamerupakan tempat ibadah secara
luasa (ghairu madhlah)selama dilakukan dalam batas – batas syariah. Kedua
masjidsebagai wadah pengembangan masyarakat melalui berbagaisarana dan
prasarana yang dimiliki masjid yangbersangkutan dan ketiga masjid sebagai pusat
komunikasidan persatuan umat.
Di antara kegiatan yang tergolong memakmurkan Masjid saat ini adalah
(Supardi dkk: 2001:26)
1. Pengelolaan Masjid yang professional
2. Menyemarakkan Majelis taklim
3. Taman pendidikan Al-Qur’an
4. Memberdayakan remaja Masjid
26

5. Mengelola perpustakaan
6. Mengelola keuangan Masjid sesuai prinsip-prinsip Islam
7. Unit pelayanan zakat
8. Baitul Maal
9. Bimbingan penyelenggaraan haji dan umrah, dll.
Selain kegiatan-kegiatan di atas, pengurus Masjid harus tanggap terhadap
kondisi sosial yang terjadi di masyarakat. Kendala-kendala maupun masalah-
masalah sosial yang dialami warga sekitarnya, misalnya kelaparan, musibah,
kesusahan, kefakiran, deviasi sosial, kenakalan remaja, musafir (pendatang yang
kesusahan), ketiadaan air, dan lain sebagainya. Masjid melalui pengurusnya harus
bertindak sebagai, pengayom, pencegah, pengobat dan konseling. Dalam hal
peristiwa-peristiwa besar, pengurus Masjid perlu bekerja sama dengan lembaga-
lembaga di atasnya, dengan organisasi terkait lain, ataupun dengan Pemerintah.
Oleh karena Masjid merupakan instrumen pemberdayaan umat, yang memiliki
peranan sangat strategis dalam upaya peningkatan kualitas masyrakat dan
kesejahteraan umat, maka pengelolaan manajemen Masjid harus professional.
(pendatang yang kesusahan), ketiadaan air, dan lain sebagainya. Masjid melalui
pengurusnya harus bertindak sebagai, pengayom, pencegah, pengobat dan
konseling. Dalam hal peristiwa-peristiwa besar, pengurus Masjid perlu bekerja
sama dengan lembaga-lembaga di atasnya, dengan organisasi terkait lain, ataupun
dengan Pemerintah. Seorang pengelola Masjid yang mendapat amanah Allah
SWT untuk mengurus Masjid, haruslah seorang yang ikhlas, jujur, amanah, adil,
disiplin,bertanggung jawab, peduli, bisa bekerja sama, bahkan dia seharusnya
seorang visioner, berfikir maju bagaimana Masjid bisa memberi manfaat yang
banyak kepada umat.
Allahberfirman dalam QS. At Taubah : 18 yang artinya :
“Hanya yang memakmurkan Masjid-Masjid Allah ialah orangorang yang beriman
kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat
dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-
orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”.
2.1.4.3Masjid sebagai Organisasi Nirlaba
27

Masjid merupakan salah satu organisasi non-profit atau nirlaba, sehingga


bentuk laporan arus kas maupun laporan keuangannya harus mengacu pada PSAK
(Pernyataan Standar Akuntansi) No. 45. Dalam PSAK No. 45 diatur mengenai
bagaimana bentuk format dari laporan keuangan yang terdapat pada yayasan yang
berisi mengenai laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas serta
catatan atas laporan keuangan. Standar ini juga mengatur bagaimana model
pencatatan dan pelaporannya (Rizky, 2013). Pada praktiknya dilapangan masih
belum terealisasi, kebanyakan Masjid masih menggunakan metode pencatatan
sederhana dan manual. Tetapi bentuk laporan keuangan yang dihasilkan sudah
dapat menjadi gambaran pengelolaan dana pada Masjid tersebut.
Pembuatan laporan keuangan yang sesuai dengan standar yaitu PSAK 45
dirasa penting bagi organisasi nirlaba. Khususnya organisasi nirlaba seperti masjid
yang merupakan organisasi yang bergerak pada aktivitas keagamaan dipandang
perlu untuk membuat laporan keuangan sesuai standar yang berlaku dalam rangka
memoderenisasi keuangan organisasi nirlaba pada masjid.
2.1.5.Model Theory Reasoned Action (TRA)
Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali dikembangkan oleh Icek
Ajzen dan Martin Fishbein (1980). Teori ini diderivasi dari penelitian-
penelitian sebelumnya yang dimulai dari teori sikap (theory of attitude) yang
mempelajari sikap (attitude) dan perilaku (behavior). Theory Reasoned Action
(TRA) menjelaskan bahwa perilaku (behavior) dilakukan karena individual
mempunyai minat atau keinginan untuk melakukannya (behavioral intention).
Minat perilaku (behavioral intention) akan menentukan perilakunya
(behavioral).

Dalam teori ini, minat merupakan suatu fungsi dari dua penentu dasar, yang
satu berhubungan dengan faktor pribadi yang lainnya berhubungan dengan
faktor sosial. Penentu pertama yang berhubungan dengan faktor pribadi adalah
sikap terhadap perilaku (attitude toward the behavior) individual. Sikap ini
adalah evaluasi kepercayaan atau perasaan positif atau negatif individual jika
harus melakukan perilaku tertentu yang dikehendaki.
28

Penentu yang kedua dari minat yang berhubungan dengan pengaruh sosial
adalah norma subyektif (subjective norm). Disebut dengan norma subyektif
karena berhubungan dengan preskripsi normatif persepsian, yaitu persepsi atau
pandangan seseorang terhadap tekanan sosial (kepercayaan-kepercayaan orang
lain) yang akan mempengaruhi minat untuk melakukan atau tidak melakukan
perilaku yang sedang dipertimbangkan.

Untuk melihat model theory reasoned action perhatikan Gambar 2.1. berikut ini.

Sikap
(Attitude)
Minat Perilaku
Norma (Intention)
Subyektif (Behavior)
(Subjective Norm)

Gambar 2.1. Model Theory of Reasoned Action


Sumber: Jogiyanto (2007).

Gambar 2.1. menunjukkan model theory of reasoned action. Model ini


menunjukkan bahwa sikap (attitude) seseorang, misalnya sikap terhadap belajar,
digabung dengan norma-norma subyektif (subjective norms), misalnya
kepercayaan-kepercayaan orang lain terhadap belajar akan mempengaruhi minat
(behavioral intention) terhadap belajar dan akhirnya akan menentukan belajar atau
tidak (behavior).

Theory of Reasoned Actionini menjelaskan tahapan-tahapan manusia


melakukan perilaku. Pada tahap awal, perilaku (behavior) diasumsikan ditentukan
oleh minat (intention). Pada tahap berikutnya minat-minat (intentions) dapat
dijelaskan dalam bentuk sikap-sikap terhadap perilaku (attitude toward the
behavior) dan norma-norma subyektif (subjective norms). Tahap ketiga
29

mempertimbangkan sikap-sikap (attitudes) dan norma-norma subyektif


(subjective norms) dalam bentuk kepercayaan-kepercayaan tentang konsekuensi
melakukan perilakunya dan tentang ekspektasi-ekspektasi normatif dari orang
yang direferensi yang relevan. Secara keseluruhan, berarti perilaku seseorang
dapat dijelaskan dengan pertimbangan kepercayaan-kepercayaannya. Karena
kepercayaan-kepercayaan seseorang mewakili informasi yang mereka peroleh
tentang dirinya sendiri dan tentang dunia disekeliling mereka, ini berarti bahwa
perilaku terutama ditentukan oleh informasi ini.

2.2. Kajian Empiris

Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya berkaitan dengan


variabel yang diteliti dan dijadikan sumber referensi dalam penelitian ini, yaitu:
Tabel 2.2.
Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Hasil Penelitian
Endi Romadhoni Minat Individu dan Hasil penelitan ini diuji
(2018) Pengaruhnya Terhadap dengan model theory of
Perilaku Penggunaan reasoned action yang
Sistem Untuk Pembayaran menunjukkan bahwa sikap
Autodebet Biaya Semester. berpengaruh positif
terhadap minat, norma
subyektif tidak berpengaruh
terhadap minat dan minat
berpengaruh positif
terhadap perilaku
penggunaan sistem.
Fina Khillah Determinat Minat Individu Penelitian ini diuji dengan
Fathinah dan Zaki dan Pengaruhnya model theory of reasoned
Baridwan (2013) Terhadap Perilaku actionyang menjelaskan
Penggunaan Sistem bahwa bahwa sikap
30

Peneliti Judul Hasil Penelitian


Informasi Berbasis tidakberpengaruh signifikan
Teknologi Di Bank terhadap minat penggunaan
Syariah. sistem informasi berbasis
teknologi.Norma subyektif
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap minat
penggunaan sisteminformasi
berbasis teknologi. Minat
berpengaruh positif
terhadap perilaku aktual
penggunaansistem informasi
berbasis teknologi di Bank
Syariah.
Fitri Purnamasari Analisis Penerapan Hasil penelitian ini
(2013) PSAK Nomor 45 Pada menyatakan bahwa salah
Yayasan di Kota satu kendala yayasan tidak
Malang menerapkan PSAK 45
adalah yayasan belum
merasa memerlukan adanya
sistem sesuai PSAK 45.
Penelitian tersebut
menunjukkan pengaruh
norma subyektif yang
berhubungan dengan
persepsi atau pandangan
seseorang terhadap tekanan
sosial (kepercayaan-
kepercayaan orang lain)
yang akan mempengaruhi
minat untuk melakukan atau
31

Peneliti Judul Hasil Penelitian


tidak melakukan perilaku
yang sedang
dipertimbangkan sehingga
penelitian ini mendukung
model theory of reasoned
action.
Dewi Sulistiani Faktor-Faktor yang Hasil penelitian ini
(2012) Mempengaruhi Niat menguji faktor-faktor
Mahasiswa Akuntansi dengan model theory of
Untuk Berkarier Sebagai reasoned action yang
Akuntan Publik. menunjukkan faktor
persepsi dan sikap pada
profesiakuntan publik tidak
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap niat
mahasiswaakuntansi
untukberkarier sebagai
akuntan publik. Sedangkan,
faktor normasubjektif dan
kontrol perilaku persepsian
memiliki pengaruh yang
signifikanterhadap niat
mahasiswa akuntansi untuk
berkarier sebagai akuntan
publik.
Monica Tirza Faktor-Faktoryang Hasil penelitian diuji
Dreana (2012) Mempengaruhi dengan menggunakan
Penggunaan Sistem Web model theory of reasoned
di Fakultas Ekonomi dan action yang menunjukkan
Bisnis Universitas sikap berpengaruh positif
32

Peneliti Judul Hasil Penelitian


Diponogoro. terhadap niat perilaku
penggunaan sistem, norma
subyektif akan berpengaruh
positif terhadap niat
perilaku penggunaan sistem
dan niat perilaku akan
berpengaruh positif
terhadap perilaku
penggunaan sistem.
Made Arista (2011) Persepsi Penyusun dan Hasil penelitian
Pengguna Laporan menyimpulkan bahwa
Keuangan Terhadap terdapat perbedaan persepsi
Penerapan Pernyataan antara kelompok penyusun
Standar Akuntansi dan pengguna laporan
Keuangan Nomor 45 keuangan terhadap
(PSAK 45) Tentang penerapan PSAK 45,
Pelaporan Keuangan dimana kelompok penyusun
Organisasi Nirlaba Pada laporan keuangan
Palang Merah Indonesia memberikan persepsi
Se-Provinsi Bali kurang baik/kurang setuju
sedangkan kelompok
pengguna laporan keuangan
memberikan persepsi yang
baik/ setuju terhadap
penerapan PSAK 45 pada
PMI Se-Provinsi Bali.
Penelitian tersebut
menunjukkan sikap
terhadap perilaku dengan
mengevaluasi kepercayaan
33

Peneliti Judul Hasil Penelitian


atau perasaan positif atau
negatif dari individual jika
harus melakukan perilaku
tertentu yang dikehendaki
sehingga penelitian ini
mendukung model theory of
reasoned action.

2.3.Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian

2.3.1. Kerangka Berpikir

Penelitian ini dengan judul “Aplikasi Theory of Reasoned Action


PadaPersepsi Penyusun Laporan Keuangan Dalam Adopsi PSAK Nomor 45 Pada
Masjid Di Kota Pontianak” ini untuk mengukur variabel yang mempengaruhi
minat(intention) dan perilaku penerapan PSAK 45(variabel terikat atau dependent
variable), dengan menggunakan persepsi yang dipengaruhi variabel sikap
(attitude) dan norma-norma subyektif (subjective norms) (variabel bebas atau
independent variable).

Alur kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Persepsi :
Sikap
H1
(Attitude)
HMinat
3
Perilaku Penerapan
(Intention) PSAK 45
H2
Norma Subyektif
(Subjective Norm)

Gambar 2.2. Bagan Kerangka Pemikiran


34

2.3.2.Hipotesis Penelitian

2.3.2.1Hubungan Sikap dengan Minat dalam Penerapan PSAK 45

Theory of Reasoned Action (TRA) menjelaskan bahwa perilaku (behavior)


dilakukan karena individual mempunyai minat atau keinginan untuk
melakukannya (behavioral intention). Minat perilaku (behavioral intention) akan
menentukan perilakunya (behavioral). Dalam teori ini, minat-minat merupakan
suatu fungsi dari dua penentu dasar, salah satu diantaranya berhubungan dengan
faktor pribadi. Penentu yang berhubungan dengan faktor pribadi adalah sikap
terhadap perilaku (attitude toward the behavior) individual. Sikap ini adalah
evaluasi kepercayaan atau perasaan positif atau negatif individual jika harus
melakukan perilaku tertentu yang dikehendaki.

Dari penjelasan diatas, sikap dapat mempengaruhi minat terhadap perilaku.


Dalam hal ini dapat menguji sikap penyusun laporan keuangan yang dapat
mempengaruhi minat dalam penerapan PSAK 45. Penelitian sebelumnya Endi
Romadhoni (2018), mengenai minat individu dan pengaruhnya terhadap perilaku
penggunaan sistem untuk pembayaran autodebet biaya semester. Hasil penelitan
35

ini diuji dengan model theory of reasoned action yang menunjukkan bahwa sikap
berpengaruh positif terhadap minat.

Sesuai dengan uraian tersebut diatas, hipotesis yang akan diuji dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1: Sikap (attitude)berpengaruh terhadap minat (intention) penyusun laporan


keuangan dalam penerapan PSAK 45 pada Masjid di Kota Pontianak.

2.3.2.2 Hubungan Norma Subyektif dengan Minatdalam Penerapan PSAK


45

Theory of Reasoned Action (TRA) menjelaskan bahwa perilaku (behavior)


dilakukan karena individual mempunyai minat atau keinginan untuk
melakukannya (behavioral intention). Minat perilaku (behavioral intention) akan
menentukan perilakunya (behavioral). Dalam teori ini, minat-minat merupakan
suatu fungsi dari dua penentu dasar, salah satu diantaranya berhubungan dengan
faktor sosial. Penentu yang kedua dari minat yang berhubungan dengan pengaruh
sosial adalah norma subyektif (subjective norm). Disebut dengan norma subyektif
karena berhubungan dengan preskripsi normatif persepsian, yaitu persepsi atau
pandangan seseorang terhadap tekanan sosial (kepercayaan-kepercayaan orang
lain) yang akan mempengaruhi minat untuk melakukan atau tidak melakukan
perilaku yang sedang dipertimbangkan.

Dari penjelasan diatas, norma subyektif dapat mempengaruhi minat terhadap


perilaku. Dalam hal ini dapat menguji sikap penyusun laporan keuangan yang
dapat mempengaruhi minat dalam penerapan PSAK 45. Penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh oleh Fina Khillah Fathinah dan Zaki Baridwan (2013),
36

mengenai determinat minat individu dan pengaruhnya terhadap perilaku dalam


penggunaan informasi berbasis syariah. Penelitian ini diuji dengan model theory
of reasoned actionyang menjelaskan bahwa Norma subyektif memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap minat penggunaan sisteminformasi berbasis teknologi.

Sesuai dengan uraian tersebut diatas, hipotesis yang akan diuji dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :

H2: Norma Subyektif (subjective norm) berpengaruh terhadap minat


(intention) penyusun laporan keuangan dalam penerapan PSAK 45 pada
Masjid di Kota Pontianak.

2.3.2.3 Hubungan Minatdenngan Perilaku Penerapan PSAK 45

Dalam hal ini Theory of Reasoned Action (TRA) merupakan model penelitian
yang menjelaskan bahwa perilaku aktual (actual behavior) dilakukan karena
individu mempunyai minat (intention) atau keinginan untuk melakukannya. Ini
berarti bahwa minat seseorang untuk melakukan perilaku (behavioral intention)
diprediksi oleh sikap terhadap perilakunya dan bagaimana orang lain akan
menilainya jika dia melakukan perilaku itu yang termasuk dalam norma-norma
subyektif. Sikap (attitude) seseorang dikombinasikan dengan norma-norma
subyektifnya (subjective norms) akan membentuk minat perilakunya.

Dari penjelasan diatas, menjelaskan bahwa minat dapat mempengaruhi


perilaku yang dalam hal ini minat penyusun laporan keuangan terhadap perilaku
penerapan PSAK 45. Dalam penelitian Endi Romadhoni (2018), mengenai minat
individu dan pengaruhnya terhadap perilaku penggunaan sistem untuk
pembayaran autodebet biaya semester. Hasil penelitan ini diuji dengan model
37

theory of reasoned action yang menunjukkan bahwa minat berpengaruh positif


terhadap perilaku penggunaan sistem.

Sesuai dengan uraian tersebut diatas, hipotesis yang akan diuji dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :

H3: Minat (intention) berpengaruh terhadap perilaku aktual (actual behavior)


penyusun laporan keuangan dalam penerapan PSAK 45 pada Masjid di
Kota Pontianak.

Anda mungkin juga menyukai