Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah panduan standar keuangan dan akuntansi yang disetujui oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IKI). Agar persepsi nilai residu aktiva tidak berbeda-beda
tiap perusahaan, Anda perlu mematuhi metode penyusutan aktiva tetap sesuai standar tersebut. Selengkapnya tentang golongan penyusutan aktiva tetap menurut PSAK adalah sebagai berikut.
Metode penyusutan aktiva tetap yang pertama adalah metode penyusutan garis lurus (straight-line method). Jika Anda menggunakan metode ini untuk menghitung penyusutan, maka Anda wajib
menentukan estimasi nilai residu aktiva di akhir tahun pemakaian. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Perusahaan A ingin menjual 1 mesin produksi seharga Rp8 juta dalam 5 tahun mendatang, dengan estimasi nilai residu saat dijual adalah Rp1 juta. Jika menggunakan metode garis lurus, biaya
penyusutannya adalah:
Biaya Penyusutan =
= Rp7,000,000 / 5 tahun
= Rp1,400,000
Dengan demikian, jika ingin mesin produksi perusahaan A bisa dijual seharga Rp1 juta 5 tahun mendatang, biaya penyusutan per tahunnya harus Rp1,4 juta atau kurang dari itu.
Metode penyusutan aktiva tetap yang kedua adalah penyusutan saldo menurun ganda. Dibandingkan metode garis lurus, metode saldo menurun ganda lebih hati-hati dalam menentukan estimasi,
karena nominal penyusutannya sengaja dinaikkan 2 kali lipat. Rumusnya yaitu:
Perusahaan A ingin menjual 1 mesin produksi seharga Rp8 juta dalam 5 tahun mendatang, dengan estimasi nilai residu saat dijual adalah Rp1 juta. Jika menggunakan metode saldo menurun ganda,
biaya penyusutannya yaitu sebagai berikut:
Dengan demikian, berdasarkan metode saldo menurun ganda, mesin produksi perusahaan A tidak bisa dijual dengan harga Rp1 juta, tapi Rp622 ribu saja dalam 5 tahun mendatang.
Meski terkesan hati-hati, metode penyusutan aktiva tetap saldo menurun berganda sering tidak sesuai ekspektasi. Oleh karena itu sebagai pertimbangan kedua, Anda juga bisa menggunakan metode
penyusutan saldo menurun, dengan rumus:
Perusahaan A ingin menjual 1 mesin produksi seharga Rp8 juta dalam 5 tahun mendatang, dengan estimasi nilai residu saat dijual adalah Rp1 juta. Jika menggunakan metode saldo menurun ganda,
biaya penyusutannya yaitu sebagai berikut:
Dengan demikian, berdasarkan metode saldo menurun tunggal, mesin produksi perusahaan A bisa dijual dengan harga Rp2,3 juta, lebih tinggi daripada nilai residu estimasinya.
Biaya Penyusutan = [Umur Ekonomis X (Biaya Perolehan Aset - Nilai Residu)] / Jumlah Angka Tahun
Perusahaan A ingin menjual 1 mesin produksi seharga Rp8 juta dalam 5 tahun mendatang, dengan estimasi nilai residu saat dijual adalah Rp1 juta. Jika menggunakan metode jumlah angka tahun, biaya
penyusutannya yaitu sebagai berikut:
Dengan demikian, jika perusahaan A ingin nilai residu saat dijual adalah Rp1 juta, maka total biaya depresiasi wajib ada di angka Rp7 juta, dengan biaya penyusutan per tahun seperti tertera di atas.
Metode penyusutan aktiva tetap yang terakhir adalah berdasarkan satuan hasil produksi. Dengan menggunakan cara ini, Anda bisa mengetahui nilai depresiasi aktiva berdasarkan berapa banyak produk
dibuatnya. Rumus metode penyusutan berdasarkan satuan hasil produksi yaitu:
Biaya Penyusutan = (Jumlah Produksi / Total Produksi Usia Ekonomis) X (Biaya Perolehan - Nilai Residu)
Perusahaan A ingin menjual 1 mesin produksi seharga Rp8 juta berkapasitas kapasitas produksi 100 ribu kali, dengan estimasi nilai residu saat dijual adalah Rp1 juta. Adapun data produksi per tahunnya
adalah sebagai berikut:
Dengan demikian, jika perusahaan A ingin nilai residu saat dijual adalah Rp1 juta, maka total biaya depresiasi wajib ada di angka Rp7 juta, dengan biaya penyusutan dan jumlah produksi per tahun
seperti tertera di atas.