Anda di halaman 1dari 164

MODUL PANUM

TA 2020/2021

PS SARJANA KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
KEHAMILAN NORMAL

1
SOP HISTORY TAKING
NO KOMPONEN KINERJA

1. KOMUNIKASI :
• Memberi salam dengan ramah pada ibu dan keluarga yang menemani
• Memperkenalkan diri bahwa Anda petugas yang berwenang melakukan suatu tindakan
• Menjelaskan prosedur dan tujuan
• Melakukan informed consent (lisan)
2. Persiapan Alat :
• Meja Kursi
• Kartu Pemeriksaan, Kohort Ibu Hamil, Buku KIA, Surat Pengantar/ Rujukan
• Buku Catatan Pemeriksaan
• Alat Tulis lain sesuai kebutuhan
3 Persiapan Pasien :
• Menyapa klien dengan sopan dan rasa hormat dengan memperkenalkan diri dan menawarkan klien
duduk
• Siapkan Klien dan alat yang diperlukan

Persiapan Lingkungan :
• Memastikan tempat bersih, nyaman dan tenang
• Menutup pintu, menutup tirai untuk menjaga privasi ibu

4 HISTORY
Catatan: Fleksibilitas dapat digunakan sehubungan dengan urutan pertanyaan diminta. Sebagai contoh,
mungkin lebih baik untuk menghubungkan beberapa pertanyaan dengan aspek-aspek tertentu dari
pemeriksaan fisik wanita. Dalam melakukan history ANC dan pemeriksaan fisik, mahasiswa harus mampu
meminta menindaklanjuti pertanyaan yang diperlukan
Informasi Pribadi (Kunjungan Pertama)
5* Menanyakan nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, dan nomor telepon
wanita (jika tersedia).
6* Tanyakan apakah alasan kunjungan klien dan keluhan utama datang ke bidan.

7* Menanyakan apakah dia telah menerima perawatan antenatal dari petugas lain selama kehamilan ini.

Riwayat Kesehatan (Kunjungan Pertama)


8* Riwayat kesehatan sekarang (yang berhubungan dengan keluhan dan masalah utama) :
• Riwayat penyakit yang sedang diderita
• Tanggal dan waktu penyakit terjadi
• Factor pencetus atau latar belakang yang berhubungan dengan timbulnya penyakit
• Perjalanan penyakit sejak awal, termasuk frekuensi kekambuhan
• Bantuan medis dan pengobatan sebelumnya

Riwayat medis terdahulu dan perawatan primer (termasuk riwayat social)


• Penyakit pada masa anak-anak/imunisasi, seperti campak, gondongan dan cacar air.
• Uji laboratorium yang pernah dilakukan dalam waktu dekat ini untuk penyakit infeksi
• Pernah dilakukan rawat inap
• Pernah mengalami pembedahan

2
• Tranfusi darah : tanggal, alasan, reaksi
• Alergi : makanan, debu, lingkungan, binatang, asma
• Alergi obat : (jenis, reaksi yang ditimbulkan)
• Riwayat penyakit spesifik : diabetes, penyakit jantung, asma, TBC, hepatitis, infeksi saluran
kemih/ginjal, varises/tromboflebitis, hipertensi, kanker, kelenjar endokrin, gastrointestinal, HIV/AIDS,
penyakit jiwa, epilepsy, kelainan makan (anoreksia, bulimia)
• Apakah klien pernah didiagnosis anemia (3 bulan terakhir)
• Apakah mempunyai tattoo/tindik (klien dan suami)

Riwayat kesehatan keluarga :


• Kanker, penyakit jantung, hipertensi, diabetes, penyakit ginjal, asma, kehamilan lebih dari 1, alergi,
retardasi mental, penyakit kejiwaan, kelainan genetic, kelainan autoimun (lupus)
Menstruasi (Kunjungan Pertama)
9* Menanyakan riwayat menstruasi :
• Menarche
• HPHT
• Siklus Haid teratur/ tidak
• Lama menstruasi
• Perkiraan volume : berapa kali ganti pembalut (pembalut panjang/pendek)
• Warna
• Bau
• Keluhan terkait menstruasi : dismenorhe
Kehamilan (Kunjungan Pertama + Ulang)
10 * Riwayat kehamilan sekarang :
• Periksa hamil pertama kali (pada kehamilan berapa minggu/bulan)
• Imunisasi TT
• Gerakan janin : kapan pertama kali merasakan gerakan janin, apakah tetap merasakan gerakan di
hari pemeriksaan (UK ≥ 16 minggu)*
• Tanda bahaya yang timbul atau penyakit yang dialami*
• Keluhan umum tentang kehamilannya sekarang*
• Tanyakan bagaimana perasaannya seputar kehamilan ini
• Tanyakan bagaimana perasaan suami dan keluarga seputar kehamilan ini
11 Tanyakan apakah klien memiliki akses transportasi yang mudah.
12 Tanyakan klien/ sumber pendapatan keluarga/ dukungan keuangan.

Obstetric History (Kunjungan Pertama)


13* Riwayat obstetric :
• Gravid/Para
• Golongan darah RH dan ABO
• Pada kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :
✓ Tanggal kelahiran
✓ Usia gestasi saat persalinan terjadi
✓ Tempat persalinan
✓ Lama persalinan
✓ Jenis persalinan (spontan, bedah sesar, forsep atau ekstraksi vacuum)
✓ Berat badan lahir
✓ Jenis kelamin bayi
✓ Menangis/tidak
• Tanyakan apakah klien memiliki masalah selama kehamilan, persalinan dan nifas sebelumnya
✓ Kehamilan : pre eklamsia, eklamsia, ISK, abortus spontan

3
✓ Persalinan malpresentasi, malposisi, induksi pitosin, laserasi jalan lahir, rupture uterus, robekan
perineum sampai dengan sfingter ani dan atau rectum saat melahirkan
✓ Nifas : perdarahan, ISK, depresi
✓ Bayi : bayi lahir mati, premature, BBLR, bayi meninggal sebelum umur 1 bulan, kelainan
kongenital atau komplikasi neonatus
• Tanyakan apakah klien telah menyusui sebelumnya? Jika iya, tanyakan berapa lama klien
memberikan ASI dan apakah dia punya masalah.
Riwayat ginekologi (Kunjungan Pertama + Ulang)
14* Menanyakan tentang gangguan alat reproduksi :
• Keputihan*
• Perdarahan diluar siklus menstruasi
• Gatal-gatal di kemaluan*
• Infeksi vagina*
• Penyakit menular seksual (klamidia, sifilis, gonorhoe, trikomonas, herpes, kondiloma akuminata)*
• Servisitis kronis
• Penyakit radang panggul
• Kista, mioma
• Massa pada payudara
• Pap smear yang abnormal
• Pembedahan ginekologi
Riwayat kontrasepsi (Kunjungan Pertama)

15* Menanyakan tentang riwayat kontrasepsi :


• Jenis kontrasepsi yang pernah digunakan
• Lama pemakaian
• Tempat pelayanan
• Keluhan dan masalah selama pemakaian
• Pengetahuan tentang pilihan penggunaan kontrasepsi
• Metode lain yang pernah digunakan
• Alasan penghentian kontrasepsi
• Berapa banyak anak yang direncanakan untuk dimiliki
Tanyakan apakah klien berencana menggunakan metode keluarga berencana setelah bayi lahir? Jika
ya, menggunakan metode apa? Dan apakah klien menyukai metode tersebut?
Riwayat seksual (Kunjungan Pertama + Ulang)
16* Menanyakan tentang riwayat seksual :
• Frekuensi hubungan seksual dan kepuasan seksual
• Masalah seksual : nyeri, vaginismus, takut menyakiti janin, masalah pasangan (ejakulasi dini),
perdarahan pasca coitus, kekerasan seksual
• Apakah klien pernah terluka, terkena, atau dipaksa untuk berhubungan seks dengan seseorang
yang ditakuti
Riwayat sosial (First Visit)
17* Status perkawinan & Sosial
• Usia pertama kali menikah
• Pernikahan ke…
• Lama perkawinan
• Ini adalah suami ke…., klien adalah istri ke…
• Tanyakan ke klien siapa saja yang tinggal di rumah
• Tanyakan pengambil keputusan dalam keluarga oleh siapa
• Adakah adat istiadat yang dipercaya seputar kehamilan
• Apakah klien pernah mengalami penganiayaan fisik maupun seksual (KDRT)
• Apakah ada masalah keluarga yang sampai mengganggu kehamilannya sampai mengancam
hidupnya

4
• Kekhawatiran khusus berkaitan dengan kehamilan
18* Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi :
• Menu/jenis makanan/minuman
• Frekuensi
• Jumlah
• Pantangan*
• Apakah pernah makan junk food atau mie instan selama hamil*
• Apakah klien merokok, minum alcohol, atau zat berbahaya lainnya
• Apakah klien mengkonsumsi kafein (kopi, teh, soda, coklat)
• Obat-obatan yang dikonsumsi termasuk jamu
19* Pola istirahat/tidur :
• Istirahat/tidur siang
• Tidur malam
• Gangguan
• Keluhan
20* Aktivitas sehari-hari :
• Apakah klien bekerja di luar rumah, dimana, sebagai apa
• Adakah bahaya pajanan (lingkungan kerja) : posisi berdiri, ketegangan, ventilasi, zat kimia.
• Adakah bahaya pajanan (lingkungan tempat tinggal) : udara, air, pembuangan limbah, ventilasi,
hewan peliharaan
• Apakah klien berjalan jarak jauh, membawa beban berat atau beban fisik yang berat
• Apakah klien berolahraga
• Apakah klien masih melakukan pekerjaan rumah yang berat
21* Perawatan kebersihan diri :
• Mandi
• Sikat gigi
• Ganti baju
• Ganti celana dalam
• Bahan celana dalam, celana dalam ibu hamil
• Memotong kuku
• Pola eliminasi : Frekuensi, jumlah, konsistensi, warna,
cara membersihkan kemaluan saat BAB dan BAK
22* Melanjutkan pemeriksaan

5
SOP PEMERIKSAAN FISIK
NO KOMPONEN KINERJA

1. KOMUNIKASI :
• Memberi salam dengan ramah pada ibu dan keluarga yang menemani
• Memperkenalkan diri bahwa Anda petugas yang berwenang melakukan suatu tindakan
• Menjelaskan prosedur & tujuan
• Melakukan informed consent
2. PERSIAPAN ALAT :
1. Pemeriksaan fisik/luar, meliputi:
▪ Tempat tidur yang memadai
▪ Meja kursi
▪ Bantal
▪ Timbang berat dan pengukur tinggi badan
▪ Stetoscop/fetoscope untuk pemeriksaan kehamilan (Laenec)
▪ Penghitung nadi/jam dg skon
▪ Tensi meter
▪ Thermometer
▪ Tongue spatel
▪ Speculum hidung
▪ 3 botol pembersih thermometer berisi air sabun, air kloring 0,5% dan air bersih (bisa digantikan
dengan alcohol swab)
▪ Korentang dan tempat
▪ Tissue
▪ Kapas DTT & kassa
▪ Troli
▪ Jangka panggul
▪ Kain penutup/selimut
▪ Pita pengukur/mid line
▪ Reflek hammer
▪ Alat cuci tangan (air desinfektan, sabun, handuk)
▪ Kartu status, kartu ibu, KMS ibu hamil, surat pengantar rujukan
▪ Buku catatan pemeriksaan
▪ Alat tulis lain sesuai kebutuhan
▪ Senter
▪ Kom berisi sarung tangan
▪ Kom tutup (wadah kapas)
▪ Bengkok tempat bekas pakai
▪ Larutan klorin dalam tempatnya
▪ Tempat sampah medis dan non medis beserta kantong plastik
3 Persiapan pasien (Px)
• Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandumg kemih
• Membantu ibu berbaring pada tempat tidur pemeriksaan dalam posisi yang nyaman
• Meminta ibu untuk melonggarkan pakaiannya atau membuka kancing pakaian atas
• Menutupi bagian tubuh yang sedang tidak diperiksa dengan selimut
4 Persiapan petugas :
▪ Perhatikan kesehatan, kebersihan, kerapian diri
▪ Perhatikan cara berbusana, berbicara, keramahan dan kewibawaan (sentuhan kasih sayang)
▪ Ucapkan do’a sebelum dan sesudah bekerja
▪ Beri salam dan beritahukan kepada ibu setiap tindakan yang akan diberikan
▪ Mencuci tangan dengan sabun
▪ Membilas dengan air yang mengalir

6
▪ Mengeringkan dengan handuk / tissue
▪ Pemeriksa berada disebelah kanan ibu

5 Persiapan lingkungan :
• Tempat bersih, nyaman dan tenang
• Menutup pintu
• Menutup tirai untuk menjaga privasi ibu
6 Pemeriksaan Keadaan Umum dan TTV
▪ Kesesuaian penampakan usia.
▪ Status gizi umum : kurus, ideal, gemuk
▪ Penampakan status kesehatan.
▪ Tingkat emosi, kesesuaian mood (ansietas, depresi), orientasi waktu, tempat, orang, ingatan, proses
logika, perilaku umum (seperti bersahabat, kooperatif, menolak).
▪ Keadaan Umum : Baik, Lemah
▪ Postur tubuh, gaya berjalan, dan gerakan tubuh.
Bentuk Tubuh : Tinggi, Pendek, Kifosa, Lordose, Skoliosa
Cara Berjalan : Biasa, Pincang, Diseret
▪ Kesadaran : Compos mentis, apatis, delirium, somnolen, stupor, coma

▪ Ukur Tinggi Badan


✓ Meminta pasien melepaskan alas kaki
✓ Memberitahu pasien untuk berdiri tegak dengan pandangan lurus ke depan, kaki dirapatkan
dan tumit menempel dinding

▪ Timbang Berat Badan :


✓ Meletakkan timbangan pada tempat rata dan aman
✓ Memastikan jarum timbangan menunjukkan angka nol (bila belum, atur timbangan sebelum
digunakan)
✓ Meminta pasien melepaskan alas kaki
✓ Membantu pasien naik ke atas timbangan dan meminta pasien tidak bergerak
✓ Melihat angka pada skala timbangan
✓ Menanyakan BB sebelum hamil, atau pada pemeriksaan sebelumnya

▪ Ukur tekanan darah :


✓ Posisikan pasien semi fowler
✓ Tempatkan kantong balon di tengah arteri brakialis. Bagian tepi bawah manset 2,5 cm di atas
lipatan antekubital. Lingkarkan manset dengan tepat.
✓ Palpasi arteri distal dari manset dengan ujung jari yang nondominan sambil mengembangkan
kantung manset sampai tekanan 30 mmHg di atas nilai denyut nadi menghilang. Kempiskan
manset dan tunggu 30 detik.
✓ Pasang stetoskop di telinga, cari kembali lokasi arteri brakialis atau popliteal, letakkan bel
stetoskop di atasnya. Manset tidak boleh menyentuh pakaian.
✓ Tutup katup searah jarum jam sampai erat.
✓ Kembangkan kantung manset dengan cepat sampai 30 mmHg di atas tekanan sistolik yang
dipalpasi.
✓ Lepaskan katup dengan perlahan. Lihat titik manometer saat Anda mendengar suara pertama.
Teruskan pengempisan kantung manset, lihat titik di saat suara menghilang. Biarkan 10-20
detik setelah suara terakhir, lalu biarkan semua udara keluar
✓ Tekanan darah ibu hamil tidak boleh mencapai 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolic dan
15 mmHg diatas tensi sebelum hamil.

▪ Ukur Suhu badan :


✓ Tentukan alat dan lokasi pengukuran yang sesuai dg kondisi pasien
✓ Gunakan sarung tangan bersih bila mengukur suhu rectal
✓ Untuk thermometer kaca, goyangkan thermometer hingga nilai 35°C

7
✓ Termometer aksila, angkat lengan pasien menjauhi tubuh. Periksa adanya lesi atau keringat
yang berlebihan (keringkan dengan tisu sebelum pengukuran). Letakkan termometer ke tengah
aksila dan minta pasien menahan selama 5 menit (lengan berada di dada pasien)
✓ Kemudian baca hasil pengukuran pada termometer.
✓ Bersihkan sekresi dengan tisu dan simpan termometer di wadah penyimpanan

▪ Ukur nadi :
✓ Bantu pasien mengambil posisi duduk atau berbaring.
✓ Jika berbaring, letakkan lengan atas pasien lurus sejajar tubuh dan jika pasien duduk, tekuk
siku pasien 90 derajat dan sandarkan lengan bawah di kursi atau tangan Anda.
✓ Letakkan ujung dua atau tiga jari tengah di atas lekukan sepanjang sisi radial atau ibu jari
pergelangan tangan klien.
✓ Tekan sedikit pada radius, awalnya denyut akan hilang. Rilekskan tekanan sehingga denyut
mudah teraba.
✓ Tentukan kekuatan denyut nadi. Kemudian lihat pada jam tangan dan hitung.
✓ Jika denyut teratur, hitung selama 30 detik dan dikalikan 2. Jika tidak teratur, hitung selama 1
menit

▪ Ukur pernafasan :
✓ Pastikan klien berada dalam posisi nyaman, terutama duduk atau berbaring dengan kepala
elevasi 45-60ᵒ. Pastikan dada klien terlihat.
✓ Letakkan lengan klien di abdomen atau dada bagian bawah atau letakkkan atangan pemeriksa
tepat diatas abdomen bagian atas dari klien.
✓ Perhatikan siklus pernapasan lengkap (satu inspirasi dan satuu ekspirasi).
✓ Setelah siklus diamati, laihat jarum detik pada jam dan mulai menghitung; satu dianggap
sebagai satu siklus pernapasan penuh.
✓ Jika ritmenya teratur, hitung jumlah pernapasan selama 30 detik dan kalikan 2. Jika tidak
teratur, kurang dari 12 atau lebih dari 20, hitung selama 1 menit.

7 Kepala dan leher


• Apakah ada edema pada wajah, wajah pucat/tidak, adakah chloasma gravidarum.
• Pada mata: adakah pucat pada kelopak mata bawah, adakah kuning/ikterus pada sclera.
• Hidung: adakah pernapasan cuping hidung, adakah pengeluaran sekret.
• Mulut : kering, sariawan, kelainan bentuk/sumbing, caries, gigi palsu, bersih/kotor, berbau/tidak,
keadaan lidah, adakah gigi yang berlubang, epulis
• Telinga: ketajaman pendengaran secara umum, dan pengeluaran dari saluran luar telinga (bentuk
dan warna).
• Leher: adakah pembesaran kelenjar tiroid, adakah pembesaran pembuluh limfe, bendungan vena
jugularis

8
8 Payudara
• Memeriksa bentuk, ukuran.
• Putting payudara menonjol, datar atau masuk ke dalam.
• Adakah kolostrum yang keluar pada TM III atau cairan lain dari puting susu.
• Pada saat klien mengangkat tangan di atas kepala, periksa payudara untuk mengetahui adanya
retraksi atau dimpling.
• Pada saat klien berbaring, lakukan palpasi secara sistematis dari arah payudara dan aksila,
kemungkinan terdapat: massa atau pembesaran pembuluh limfe.

9 Abdomen
• Bentuk pembesaran perut (perut membesar ke depan atau ke samping)
• Umbilikus : menonjol/datar
• Tampakkah gerakan anak atau kontraksi rahim.
• Penampakan pembuluh vena
• Adakah bekas operasi.
• Linea nigra, striae abdomen.

9
• Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU).

UK TFU cm

12 mgg 1/3 di atas simfisis atau 3 jari di atas simfisis

16 mgg ½ simfisis – pusat

20 mgg 2/3 di atas simfisis atau 3 jari di bawah pusat 20 cm

24 mgg Setinggi pusat 23 cm


28 mgg 1/3 di atas pusat atau 3 jari di atas pusat 26 cm
32 mgg ½ pusat-procesus xifoideus 30 cm
36 mgg Setinggi procesus xifoideus 33 cm
40 mgg Dua jari (4cm) di bawah px

Pengukuran TFU sebaiknya dilakukan dalam posisi pasien yang konsisten.


•TFU dihubungkan dengan simfisis pubis, umbilicus dan procesus xipoideus. Pemeriksaan ini
menggunakan jari-jari pemeriksa sebagai alat ukurnya. Penggunaan jari memiliki kelemahan karena
perbedaan besarnya jari setiap orang, tetapi sangat berguna jika tidak mempunyai pita pengukur.
• TFU diukur dengan menggunakan pita pengukur (metylen). Pengukuran ini dilakukan akurat pada usia
kehamilan 22-24 minggu dengan satuan cm. Pita diletakkan pada garis atas simfisis pubis dan yang lain
pada fundus.
• TFU diukur menggunakan pita pengukur, tetapi dengan metode yang berbeda. Titik 0 (nol) pita
diletakkan pada garis atas simfisis pubis pada garis tengah perut. Tangan bidan yang lain diletakkan
secara vertical dengan jempol di atas pada bagian atas perut ibu, dan tepi jari kelingking menyentu
puncak fundus. Kemudian pita dijepit diantara jari pada atas fundus. Efeknya pita mengikuti bentuk perut
ibu hanya sejauh apex, dan berikutnya lurus pada jari bidan, tidak mengikuti lekukan anterior fundus.

Hasilnya:
Jika fundus belum melewati pusat: UK (minggu)= hasil ukur + 4 cm
Jika fundus sudah melewati pusat: UK (minggu)= hasil ukur + 6 cm

10
• Ukur Tafsiran Berat Janin :
Untuk menentukan TBJ ini dapat menggunakan rumus dari Johnson Thusak yang didasarkan pada TFU.
TBJ (gram)= (TFU-12 cm) x 155 gram. Yang dapat dibuat variasi berdasarkan turunnya bagian terendah
pada panggul.

• Letak, presentasi, posisi, dan penurunan kepala janin

Palpasi uterus dengan cara Leopoid I


LEOPOLD I
Tujuan:
1) menentukan umur kehamilan (berdasarkan TFU)
2) Menentukan Bagian apa yang terdapat di fundus.
Langkah:
1) Liat wajah ibu. Letakkan tangan di atas simfisis pada sisi
kanan dan kiri. Ketengahkan uterus perlahan-lahan sampai
menemukan puncak fundus uteri. Ukur dari fundus uteri
sampai tepi atas simfisis dengan menggunakan jari atau
dengan metylen.
2) Tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan dan
menentukan tafsiran berat janin.
3) Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus
(bokong atau kepala atau kososng). Normalnya akan teraba
bokong, teraba lunak, dan kurang melenting.
4) Pada kehamilam aterm, TFU tidak boleh lebih dari 40 cm

Temuan:
1) Jika bagian janin bulat dan keras, mudah digoyangkan, berarti
kepala dan posisi janin membujur.
2) Jika bagian janin teraba tidak beraturan, agak bulat, lebih
lunak dari kepala, sulit untuk digoyang, berarti bokong dan
letaknya membujur. Normalnya akan teraba bokong.
3) Jika tidak teraba apapun di fundus atau kosong, berarti posisi
janin melintang.

Palpasi uterus dg cara Leopold II


Tujuan:
Menentukan bagian apa yang ada di kanan dan kiri perut ibu.
Langkah:
1) Tetap lihat wajah ibu.
2) Letakkan kedua tangan pada kedua sisi uterus pada
pertengahan antara simfisis pubis dan fundus.
3) Satu tangan menekan satu sisi uterus sampai mendorong
janin ke sisi lainnya untuk membuatnya tidak bergerak
(stabil). Pertahankan tekanan ini sampai tangan satunya
selesai meraba sisi lain uterus.

11
4) Tangan yang lain melakukan pemeriksaan pada area lateral
perut, dari simfisis pubis ke arah fundus. Lakukan dengan
lembut dan tekanan yang halus.
5) Lakukan hal yang sama pada sisi lain uteru
▪ Mendorong perut bagian kiri ibu kearah kanan dg hati-hati
▪ Menentukan bagian janin pada sisi kanan perut ibu (punggung bag/kecil)
▪ Mendorong perut ibu bagian kanan kearah kiri dg hati-hati
▪ Menentukan bag. Janin pada sisi kiri perut ibu dg benar (punggung /bag.
Kecil )
▪ Meraba perut ibu bagian bawah dg hati-hati

Temuan:
1) Jika teraba kokoh, cembung, panjang, dan tertahan oleh
massa yang dianggap kepala atau bokong maka berarti
punggung janin. Posisi punggung janin pada kanan atau kiri
abdomen menunjukkan posisi janin membujur.
2) Jika teraba kecil, menonjol, bentuk tidak beraturan dan
bergerak jika ditekan, menendang atau memukul tangan
pemeriksa, berarti bagian kecil janin yaitu tangan, kaki, lutut
dan siku. Ini biasanya berada pada sisi berlawanan dengan
punggung janin.
3) Jika bagian-bagian kecil banyak pada seluruh abdomen,
punggung sulit dirasakan berarti posisi posterior (punggung
posterior).

Melakukan Palpasi Leopoid III :


Tujuan:
1) Menentukan bagian apa yang berada di bawah
2) Apakah bagian bawah anak ini sudah atau belum terpegang
oleh pintu atas panggul.

Langkah:
1) Tetap melihat wajah ibu.
2) Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat
menyebabkan perasaan tak nyaman bagi klien. Berfungsi
untuk menentukan bagian terbawah dan sudah engage.
3) Penting untuk menekuk lutut ibu untuk mengurangi
ketidaknyamanan saat pemeriksaan.
4) Pegang bagian perut bawah ibu, tepat diatas simfisis pubis
dengan jempol dan jari tengah. Lakukan penekanan dengan
lembut tapi kuat untuk merasakan bagian presentasi.

12
5) Anda akan merasakan bagian yang bergerak jika bagian
presentasi belum engaged (masuk PAP). Seperti pada
Leopold I raba bentuk, ukuran, konsistensi, dan mobilitas
untuk membedakan antara bokong dan kepala.

Temuan:
1) Hasil temuan sama dengan Leopold I
2) Jika bagian presentasi adalah kepala, dan mungkin agak sulit
untuk digoyang berarti kepala sudah engaged.

Melakukan Palpasi Leopoid IV


Tujuan:
Berapa masuknya bagian terbawah ke dalam rongga panggul.
Langkah:
1) Putar pandangan ke kaki ibu.
2) Pastikan lutut ibu menekuk untuk menghindari nyeri.
3) Letakkan kedua tangan pada sisi-sisi uterus dengan jari-jari
pada daerah bawah pusat diarahkan pada simfisis pubis.
4) Tekan dengan dalam dengan menggunakan ujung jari ke
abdomen bawah dan gerakkan menuju pintu panggul.
Temuan:
1) Jika jari-jari tangan bertemu (konvergen) berarti kepala belum
masuk PAP.
2) Jika jari-jari tangan sejajar berarti kepala sudah masuk rongga
panggul.
3) Jika jari-jari kedua tangan saling menjauh (divergen) berarti
ukuran kepala terbesar sudah melewati PAP.

Menurut WHO

13
Pemeriksaan Auskultasi
▪ Tujuan:
1) menentukan hamil atau tidak
2) anak hidup atau mati
3) membantu menentukan habitus, kedudukan punggung anak,
presentasi, anak tunggal atau kembar yaitu terdengar pada
dua tempat dengan perbedaan 10 detik, umur kehamilan yaitu
mulai terdengarnya DJJ.

Faktor-faktor yang mempengaruhi auskultasi:


1) Dari petugas pendengaran kurang, cara mendengarkan
kurang tepat.
2) Dari kehamilan: hamil muda belum jelas, hamil tua anak sehat
DJJ terdengar jelas, bila kurang sehat DJJ terdengar lemah.
3) Dari klien: dinding perut ibu tebal dan ibu yang sensitive.
4) Dari lingkungan: bila ramai mendengarkan kurang jelas.

Lokasi untuk mendengarkan DJJ:


1) Kedudukan fleksi: di daerah punggung janin.
2) Kedudukan defleksi: di dada janin.
3) Letak kepala: daerah kiri kanan bawah pusat.
4) Letak bokong: daerah kiri kanan atas pusat.
5) Letak lintang: daerah pusat

Langkah-langkah:
1) Tentukan letak janin dengan Leopold II dan III.
2) Tempelkan stetoskop pada lokai dimana perkiraan letak
punggung atau pada janin dengan posisi stetoskop gerak
lurus.
3) Dengarkan DJJ dengan stetoskop tidak boleh dipegang dan
bedakan DJJ dengan denyut nadi ibu.
4) Hitung DJJ 3x5 detik dikalikan 4 untuk mendapatkan hasil DJJ
1 menit.

Interpretasi DJJ:
1) Frekuensi normal 120-160 x/menit.
2) Kekuatan normal kuat, atau lemah (terdengar jauh).
3) Teratur, misalkan 11 12 11, dan tidak teratur jika 10 14 10.

Kesimpulan hasil auskultasi:


1) Adanya DJJ berarti pasti hamil dan janin hidup.
2) Dari tempat DJJ, menentukan kedudukan janin, kedudukan
punggung, dan adanya janin kembar.

14
9 Genetalia eksterna
• Lihat adanya tukak/luka, varises, cairan (warna, konsistensi, jumlah, bau).
• Dengan mengurut uretra dan skene: adakah cairan atau nanah.
• Kelenjar Bartholini adakah: pembengkakan, massa atau kista, dan cairan.
• Hemorrhoid (posisi sims)

10 Tangan dan kaki/ekstremitas


• Pengukuran LILA
a. Buka lengan baju ibu bagian atas yang dominan tidak digunakan untuk beraktivitas
b. Minta ibu menekuk siku kearah perut
c. Dengan pengukur LILA, ukur panjang mulai sendi ( akromnion ) sampai dengan olikranon
d. Dari jumlahpanjang lengan tersebut dibagi dua
e. Lingkarkan LILA pada lengan dengan posisi lengan diluruskan kebawah

• Memeriksa edema, seharusnya tidak ada dalam pengkajian awal, tetapi dapat terjadi ketika
kehamilan berlanjut. Edema fisiologis terjadi setelah bangun pagi dan makin parah pada siang
hari.
• Apakah kuku jari pucat.
• Varises.
• Suhu/kehangatan.
• Refleks patella.
a. Ibu dipersilahkan duduk ditepi tempat tidur dengan tungkai difleksikan posisi kedua kaki
menggantung dan pandangan lurus ke depan ( rileks)
b. Kemudian diketuk pada tendon musculus kuadriseps femoris, dibawah atau diatas patella,
bila ada kontraksi berarti reflek otot baik pada kaki kiri dan kanan

11 WAKTU
Kecepatan
12 SIKAP
▪ Teliti ,Sabar, Sopan
13 Merapihkan klien kembali dan mebereskan peralatan

14 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir

15 Mengeringkan dengan tissue

16 Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu

17 Melakukan kegiatan pomosi kesehatan

18 Melakukan pendokumentasian

19 Menyampaikan bahwa pemeriksaan telah selesai

15
SOP PEMERIKSAAN PANGGUL
NO KOMPONEN KINERJA

1. KOMUNIKASI :
• Memberi salam dengan ramah pada ibu dan keluarga yang menemani
• Memperkenalkan diri bahwa Anda petugas yang berwenang melakukan suatu tindakan
• Menjelaskan prosedur
• Melakukan informed consent
2. PERSIAPAN ALAT :
▪ Jangka panggul
▪ Meteran
▪ Catatan dengan kelengkapannya
▪ Alat-alat cuci tangan Persiapan pasien (Px) Pasien berbaring/berdiri
Tempat / Ruangan :
Tertutup / bersih
3. LANGKAH-LANGKAH
1. Jelaskan maksud & tujuan dg jelas
2. Mencuci tangan
3. Mengatur posisi pasien tidur/ berdiri
4. Meminta izin untuk memulai bekerja memeriksa panggul luar :
a. Distantia Spinarum
▪ Menentukan letak spina illiaca anterior superior
(SIAS) kiri dan kanan dg tepat
▪ Memegang jangka panggul dg benar & meletakkan pada SIAS dg tepat
▪ Menentukan scala jangka panggul dg tepat
b. Distantia Cristarum
▪ Menentukan letak crista iliaca kanan & kiri yang terjauh (dg cara menggeser kebelakang
▪ Meletakkan ujung jangka panggul dg benar
▪ Menentukan scala jangka panggul dg tepat
c. Distantia Tuberum
▪ menentukan letak luber ischiadica kiri dan kanan dg tepat
▪ meletakkan jangka panggul dg benar
▪ menentukan scala jangka panggul dg tepat
d. Konjugata Externa (Baudeloque) :
▪ menentukan jarak pinggir atas symphisis dan ujung procesus spinosus ruas tlg lumbal ke V
▪ meletakkan ujung jangka panggul dg tepat
e. Ukuran lingkar Panggul
▪ menentukan jarak antara pinggir atas symphisis ke pertengahan antara spina iliaca anterior
superior dan trokhanter mayor kiri kembali ke tempat yang sama sebelah kanan
▪ meletakkan pita pengukur dg tepat diatas tepi tulang panggul mulai dari tepi atas symphisis
▪ menentukan ukuran angka dg tepat
▪ mencatat hasil

16
5 Waktu : kecepatan
6 Sikap : Teliti, Sabar dan Sopan
7 PENYELESAIAN
▪ Merapikan alat
▪ Merapikan pasien
▪ Pencatatan dan pelaporan

17
SOP PEMERIKSAAN HB (SAHLI)
NO KOMPONEN KINERJA
NILAI
1. KOMUNIKASI :
• Memberi salam dengan ramah pada ibu dan keluarga yang menemani
• Memperkenalkan diri bahwa Anda petugas yang berwenang melakukan suatu tindakan
• Menjelaskan prosedur
• Melakukan informed consent

2. PERSIAPAN ALAT :
▪ Hb meter lengkap
▪ HCl 0,1 N dalam tempatnya
▪ Kapas alcohol
▪ Aquadest
▪ Lancet/jarum steril
▪ Pipet
▪ Bengkok
▪ Larutan klorin
▪ Hand schoen
PERSIAPAN PASIEN
▪ Membantu ibu mengatur posisi yang nyaman
▪ Meminta kerjasama ibu untuk menekan sendiri bekas tusukan dengan kapas alcohol ketika telah
dilakukan penusukan agar darah berhenti
PERSIAPAN PETUGAS
▪ Mencuci tangan dengan sabun
▪ Membilas dengan air mengalir
▪ Mengeringkan dengan handuk/tissue
▪ Pemeriksa berada di sebelah ibu
PERSIAPAN LINGKUNGAN
• Tempat bersih, nyaman dan terang
• Menutup pintu
3.. LANGKAH-LANGKAH
1. Mendekatkan alat ke dekat ibu
2. Memakai sarung tangan
3. Hisap HCI 0,1 N & masukkan kedalam tabung Hb sampai angka 2 gr% (HCI 0,1)
4. Hapus hamakan jari yang akan ditusuk dengan kapas alkohol
5. Tusuk ujung jari dengan lancet steril
6. Hapus darah yang keluar pertama dg kapas kering. Ambil pipet sahli
7. Tekan ujung jari untuk mengeluarkan darah dan letakkan pada posisi lebih rendah dari jantung
untuk memudahkan pengeluaran darah
8. Hisap darah dg pipet sahli hingga batas 0,02 ml
9. Hentikan penekanan pada ujung jari dan tutup bekas tusukan dg kapas alcohol
10. Masukkan darah dari pipet/ penghisap sahli kedalam tabung Hb
11. Angkat pipa sedikit, lalu hisap HCl yang jernih 2-3 kali untuk membersihkan darah yang masih
menempel pada dinding pipet
12. Kocoklah darah dalam tabung Hb secara perlahan-lahan dengan pengocok kaca yg tersedia,
sampai berwarna coklat tua, tunggu kurang lebih 3-5 menit
13. Encerkan darah dlm tabung Hb dg aquadest sedikit tetes demi tetes sampai warnanya sama
dengan pembanding/ standart warna
14. Bila sudah tercampur baca dan catat hasilnya
15. Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu

18
16. Bersihkan dan rapikan alat
17. Masukkan semua alat dalam klorin
18. Cuci tangan
4. WAKTU
Kecepatan

5. SIKAP
▪ Teliti
▪ Sabar
▪ Sopan

6. PENYELESAIAN
▪ Merapikan alat
▪ Merapikan pasien
▪ Pencatatn dan pelaporan

19
SOP PEMERIKSAAN HB (HB meter)
NO KOMPONEN KINERJA
1. KOMUNIKASI :
• Memberi salam dengan ramah pada ibu dan keluarga yang menemani
• Memperkenalkan diri bahwa Anda petugas yang berwenang melakukan suatu tindakan
• Menjelaskan prosedur
• Melakukan informed consent
2. PERSIAPAN ALAT :
▪ Easy Touch
▪ Stik HB
▪ Kapas alcohol
▪ Aquadest
▪ Lancet/jarum steril
▪ Pipet
▪ Bengkok
▪ Larutan klorin
▪ Hand schoen
PERSIAPAN PASIEN
▪ Membantu ibu mengatur posisi yang nyaman
▪ Meminta kerjasama ibu untuk menekan sendiri bekas tusukan dengan kapas alcohol ketika telah
dilakukan penusukan agar darah berhenti
PERSIAPAN PETUGAS
▪ Mencuci tangan dengan sabun
▪ Membilas dengan air mengalir
▪ Mengeringkan dengan handuk/tissue
▪ Pemeriksa berada di sebelah ibu
PERSIAPAN LINGKUNGAN
• Tempat bersih, nyaman dan terang
• Menutup pintu
3. LANGKAH-LANGKAH
1. Mendekatkan alat ke dekat ibu
2. Memakai sarung tangan
3. Buka lanset dan masukkan ke dalam alat
4. Masukkan indicator pemeriksaan Hb pada bagian belakang Hb meter
5. Masukkan strip Hb pada alat Hb meter
6. Mendekontaminasi ujung jari yang akan digunakan untuk pengambilan darah dan menusukkan
lanset pada ujung jari
7. Membersihkan darah yang pertama kali keluar dengan kapas kering
8. Tekan ujung jari untuk mengeluarkan darah dan letakkan pada posisi lebih rendah dari jantung
untuk memudahkan pengeluaran darah
9. Ambil darah berikutnya masukkan ke dalam strip Hb tunggu dan baca hasil dalam 10-20 detik dalam
monitor Hb meter
10. Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu
11. Bersihkan dan rapikan alat
12. Masukkan semua alat dalam klorin
13. Cuci tangan
4. WAKTU
Kecepatan

20
5. SIKAP
▪ Teliti
▪ Sabar
▪ Sopan

6. PENYELESAIAN
▪ Merapikan alat
▪ Merapikan pasien
▪ Pencatatan dan pelaporan

21
SOP PEMERIKSAAN PROTEIN URINE
NO KOMPONEN KINERJA
1. KOMUNIKASI :
• Memberi salam dengan ramah pada ibu dan keluarga yang menemani
• Memperkenalkan diri bahwa Anda petugas yang berwenang melakukan suatu tindakan
• Menjelaskan prosedur
• Melakukan informed consent

1. PERSIAPAN ALAT :
▪ Acidum aciticum 6% (asam asetat)
▪ Tabung reaksi dan raknya
▪ Kertas saring
▪ Spuit 5cc, pipet
▪ Korek api
▪ Penjepit tabung
▪ Hand schoen
▪ Larutan klorin
▪ Bengkok

PERSIAPAN PASIEN
▪ Urin pasien dalam tempat yang sudah di beri nama

PERSIAPAN PETUGAS :
▪ Mencuci tangan dengan sabun
▪ Membilas dengan air yang mengalir
▪ Mengeringkan dengan handuk / tissue

PERSIAPAN LINGKUNGAN :
▪ Tempat yang bersih, nyaman dan tenang
▪ Menutup pintu
2. LANGKAH-LANGKAH
1. Mencuci tangan
2. Keringkan dg handuk dan pakai hand schoen
3. Beritahu ibu
4. Saring urin dalam tempatnya
5. Masukkan dalam 2 tabung reaksi masing-masing 5 cc
6. Tabung 1 dipanaskan diatas lampu spirtus dipegang miring dan digoyangkan sampai mendidih
7. Perhatikan apakah ada kekeruhan atau tidak dan bandingkan dengan tabung ke-2
8. Kemudian tetesi urin yang telah dipanaskan dg asam asetat 2-3 tetes, kemudian panaskan kembali
9. Amati apabila ada perubahan, bila urin tetap jernih maka hasilnya negative, bila urin menjadi keruh
hasilnya positive
10. Cara membaca :
▪ Negative (-) : urin jernih
▪ Positif 1 (+) : urin keruh minimal (0,001-0,05 gr%)
▪ Positif 2 (++) : keruh dan ada endapan halus (0,05-0,2 gr%)
▪ Positif 3 (+++) ; ada endapan yang jelas terlihat (gumpalan) (0,2-0,5 gr%)
▪ Positif 4 (++++) : urin sangat keruh disertai endapan menggumpal besar/membeku (>0,5 gr%)

22
11. Bersihkan dan rapikan alat-alat
12. Cuci tangan
13. Catat hasilnya pada buku catatan

3. WAKTU
Kecepatan

4. SIKAP
▪ Teliti
▪ Hati-hati

5. PENYELESAIAN
▪ Merapikan alat
▪ Pencatatn dan pelaporan

23
SOP PEMERIKSAAN PROTEIN URINE (ALAT)
NO KOMPONEN KINERJA
1. KOMUNIKASI :
• Memberi salam dengan ramah pada ibu dan keluarga yang menemani
• Memperkenalkan diri bahwa Anda petugas yang berwenang melakukan suatu tindakan
• Menjelaskan prosedur
• Melakukan informed consent
1. PERSIAPAN ALAT :
▪ Urin
▪ Wadah urin
▪ Kemasan urin/wadah standart
▪ Hand schoen
▪ Larutan klorin
▪ Bengkok
PERSIAPAN PASIEN
▪ Urin pasien dalam tempat yang sudah di beri nama

PERSIAPAN PETUGAS :
▪ Mencuci tangan dengan sabun
▪ Membilas dengan air yang mengalir
▪ Mengeringkan dengan handuk / tissue

PERSIAPAN LINGKUNGAN :
▪ Tempat yang bersih, nyaman dan tenang
▪ Menutup pintu
2. LANGKAH-LANGKAH
1. Mencuci tangan
2. Keringkan dg handuk dan pakai hand schoen
3. Beritahu ibu
4. Urine ditampung dalam wadah yang kering bersih
5. Mecelupkan stik pemeriksaan urine lengkap pada sampel urin
6. Mendiamkan sesaat sampai sampel urin naik berdasarkan gaya kapilaritasnya
7. Mengamati dan membandingkan dengan warna standart pada kemasan

24
8. Bersihkan dan rapikan alat-alat
9. Cuci tangan
10. Catat hasilnya pada buku catatan

3. WAKTU
Kecepatan

4. SIKAP
▪ Teliti
▪ Hati-hati

5. PENYELESAIAN
▪ Merapikan alat
▪ Pencatatan dan pelaporan

25
SOP PEMERIKSAAN REDUKSI URINE
NO KOMPONEN KINERJA
1. KOMUNIKASI :
• Memberi salam dengan ramah pada ibu dan keluarga yang menemani
• Memperkenalkan diri bahwa Anda petugas yang berwenang melakukan suatu tindakan
• Menjelaskan prosedur
• Melakukan informed consent
2. PERSIAPAN ALAT :
▪ Fehling A dan B
▪ Tabung reaksi dan rak-raknya
▪ Semprit/spuit
▪ Lampu sipiritus, korek api
▪ Kertas saring
▪ Penjepit tabung
▪ Hand schoen
▪ Larutan klorin
▪ Bengkok
PERSIAPAN PASIEN
▪ Urin pasien dalam tempatnya dg namanya
3. LANGKAH-LANGKAH
1. Mencuci tangan
2. Keringkan dg handuk dan pakai hand schoen
3. Saring urin
4. Masukkan dalam tabung tambahkan fehling A dan B dg perbandingan yang sama
Fehling A 2cc
Fehling B 2 cc
Urin 1 cc
5. Kemudian tabung dipanaskan diatas api dipegang miring sambil digoyang-goyangkan sampai
mendidih
6. Diamkan kurang lebih 2 menit kemudian lihat perubahan warnanya, bila :
▪ Biru kehijauan : negative
▪ Hijau kekuningan : positif 1 (+)
▪ Kuning kehijauan dengan endapan kuning: positif 2 (++)
▪ Kuning kemerahan dengan endapan kuning merah : positif 3 (+++)
▪ Merah bata : positif 4 (++++)

7. Beritahukan hasilnya pada klien


8. Tulis hasilnya
9. Mencuci tangan

26
4. WAKTU
Kecepatan

5. SIKAP
▪ Teliti
▪ Hati-hati

6. PENYELESAIAN

27
SOP PEMERIKSAAN URINE (Glukometer)
NO KOMPONEN KINERJA
1. KOMUNIKASI :
• Memberi salam dengan ramah pada ibu dan keluarga yang menemani
• Memperkenalkan diri bahwa Anda petugas yang berwenang melakukan suatu tindakan
• Menjelaskan prosedur
• Melakukan informed consent

2. PERSIAPAN ALAT :
▪ Easy Touch
▪ Stik Glukosa
▪ Kapas alcohol
▪ Aquadest
▪ Lancet/jarum steril
▪ Pipet
▪ Bengkok
▪ Larutan klorin
▪ Hand schoen
PERSIAPAN PASIEN
▪ Membantu ibu mengatur posisi yang nyaman
▪ Meminta kerjasama ibu untuk menekan sendiri bekas tusukan dengan kapas alcohol
ketika telah dilakukan penusukan agar darah berhenti
PERSIAPAN PETUGAS
▪ Mencuci tangan dengan sabun
▪ Membilas dengan air mengalir
▪ Mengeringkan dengan handuk/tissue
▪ Pemeriksa berada di sebelah ibu
PERSIAPAN LINGKUNGAN
• Tempat bersih, nyaman dan terang
• Menutup pintu
3. LANGKAH-LANGKAH
1. Mendekatkan alat ke dekat ibu
2. Memakai sarung tangan
3. Buka lanset dan masukkan ke dalam alat
4. Masukkan indicator pemeriksaan glukosa pada bagian belakang Glukometer
5. Masukkan stik glukosa pada alat Glukometer
6. Mendekontaminasi ujung jari yang akan digunakan untuk pengambilan darah dan
menusukkan lanset pada ujung jari
7. Membersihkan darah yang pertama kali keluar dengan kapas kering
8. Tekan ujung jari untuk mengeluarkan darah dan letakkan pada posisi lebih rendah dari
jantung untuk memudahkan pengeluaran darah
9. Ambil darah berikutnya masukkan ke dalam strip glukosa tunggu dan baca hasil dalam
10-20 detik dalam monitor glukometer
10. Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu
11. Bersihkan dan rapikan alat
12. Masukkan semua alat dalam klorin
13. Cuci tangan

28
4. WAKTU
Kecepatan

5. SIKAP
▪ Teliti
▪ Sabar
▪ Sopan

6. PENYELESAIAN
▪ Merapikan alat
▪ Merapikan pasien
▪ Pencatatan dan pelaporan

29
KEHAMILAN PATOLOGIS

30
SOP PEMBERIAN OBAT MELALUI SUNTIKAN
Protap Prosedur injeksi IM, IC dan SC pada orang dewasa
Pengertian Merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan menyuntikan obat tersebut
ke jaringan tubuh (jaringan dermis, jaringan otot dan jaringan subkutan) dengan
menggunakan spuit
Tujuan 1. Untuk mendapatkan reaksi yang lebih cepat dibandingkan dengan cara
yang lain
2. Untuk memperoleh reaksi setempat (tes alergi)
3. Membantu menegakkan diagnosa (zat kontras)
4. Memberikan zat imunolog
Pelaksana Mahasiswa kebidanan
Persiapan Minta persetujuan ibu dan menandatangani persetujuan tindakan
lingkungan dan Jaga privasi ibu
klien
Persiapan alat Siapkan alat
• Jarum dan spuit steril dengan ukuran yang benar (IC spuit 1ml, IM spuit 2-
5ml, SC spuit 2ml )
• Bak spuit
• Sarung tangan non steril
• Kapas suntik
• Obat yang sesuai
• Baki obat
• Kassa steril
• Plester
• Bengkok
• Pulpen/spidol
Pelaksanaan Periksa kembali kebenaran pemberian obat
Beri penjelasan pada ibu dan menandatangani lembar persetujuan, jaga privasi
ibu
Dekatkan alat
Pasang jarum pada spuit dan kencangkan
Kendurkan penutup jarum dan tarik plunger ke belakang untuk menyiapkan
spuit
Ketuk-ketuk bagian atas ampul/vial untuk meyakinkan bahwa semua obat
berada di dalam ampul/vial,patahkan/buka bagian atasnya
Isap larutan obat sesuai yang diperlukan
Tarik plunger sedikit lagi, keluarkan spuit dan periksa adanya udara
Ketuk-ketuk spuit secara perlahan agar udara keatas, kemudian tekan spuit
untuk mengeluarkan udara dari spuit dan jarum, berhati-hatilah agar obat tidak
ikut terbuang dan dosis di dalam spuit adalah benar
Secara hati-hati tutupi kembali jarum tersebut dan letakkan jarum dan spuit
yang telah diisi obat ke dalam baki,kemudian bawa kedekat ibu
Konfirmasi identitas ibu dan tentukan daerah yang akan disuntik
• IM : deltoid, gluteus maximus, vastus lateralis dan rectus femoris
• IC : lengan bawah bagia dalam, dada bagian atas, punggung di bawah
scapula
• CS : lengan bagian atas luar, paha depan, daerah abdomen, area scapula
pada punggung bagian atas, ventrogluteal dan dorsogluteal bagian atas
Pasang sarung tangan
Identifikasi tempat spesifik yang akan ditusuk dan topang daerah tersebut
dengan tangan yang tidak akan menginjeksi

31
Bersihkan area penusukan dengan kapas alkohol dengan gerakan sirkuler dan
arah keluar dengan diameter 5cm, tunggu sampai kering
Tusukkan jarum dengan sudut yang benar (IM 90˚, IC10-15˚dan SC 30˚.dan di
pertengahan daerah yang akan disuntik
Bila
• Injeksi (IM) : tarik plunger,(tunggu minimal 5 detik), bila tidak terlihat
apapun (darah), dorong plunger untuk memasukkan obat secara perlahan
dengan kecepatan rata-rata 10 detik/ml
• Injeksi (IC) : dengan ujung jarum menghadap ke atas masukkan jarum
tepat dibawah kulit,kemudian masukkan obat perlaha-lahan perhatikan
sampai ada benjolan (benjolan harus terbentuk) cabut jarum. Jangan
melakukan masase pada area penusukan,buat lingkaran dengan diameter
2,5 cm.
• Injeksi (SC) : tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari tangan
yang non dominan, tusukkan jarum dengan lubang jarum menghadap
keatas, lepaskan tarikan tangan non dominan. Tarik plunger dan observasi
adanya darah pada spuit, jika tidak ada masukkan obat secara perlahan.
Tunggu 10 detik, kemudian cabut jarum secara perlahan, tekan sedikit daerah
tusukan dengan kapas suntik, jika terdapat perdarahan tekan menggunakan
kassa steril sampai perdarahan berhenti
Letakkan kembali jarum dan spuit kedalam baki tanpa menutup jarum kembali
Bantu ibu ke posisi yang nyaman, anjurkan ibu untuk melatih otot daerah injeksi
secara perlahan agar absorbsi obat lebih cepat
Bereskan alat dengan benar
Buka sarung tangan dan cuci tangan
Dokumentasikan pemberian obat yang telah dilakukan, kemudian lakukan
tindakan yang sesuai

32
SOP PEMBERIAN OBAT PERVAGINAM
Protap Pemberian Obat Pervaginam
Pengertian Memberikan sejumlah obat kedalam vagina
Tujuan 1. Mengobati infeksi pada vagina
2. Untuk menghilangkan nyeri, rasa terbakar dan ketidaknyamanan pada vagina
3. Untuk mengurangi peradangan
Pelaksana Mahasiswa kebidanan
Persiapan 1. Identifikasi ibu dengan tepat dan tanyakan namanya
lingkungan 2. Minta persetujuan dan menandatangani informed concent
dan klien 3. Jaga privasi dan minta ibu untuk berkemih
4. Atur posisi ibu hamper recumbent
5. Tutup dengan selimut dan ekspose daerah perineal saja
Persiapan Siapkan alat
alat • Sarung tangan steril
• Underpad
• Pembalut
• Pelumas/KY jelli
• Aplikator untuk krim vagina
• Obat (cream, jelly, foam atau supositoria)
Pelaksanaan Dekatkan alat ke ibu
Minta ibu melakukan posisi hampir recumbent,dengan lutut ditekuk dan dibuka,
pasang kain sekali pakai di bawah bokong ibu
Lepaskan pakaian dalam dan pembalut yang dipakai ibu, jaga agar bagian
genetalia tetap tertutup
Buka sarung tangan, letakkan lubrikan atau spiral dibagian kertas yang steril
(dapat juga digunakan paket pemeriksaan vagina)
Cuci tangan dan pakai sarung tangan
Minta ibu untuk membuka penutup genetalianya
Untuk pemberian prostin E₂ buka labia dengan ibu jari dan jari telunjuk dari
tangan yang tidak melakukan pemeriksaan
• Lubrikasi dua jari yang akan melakukan pemeriksaan,kemudian secara
perlahan masukkan kedalam vagina, dengan arah ke bawah dan ke belakang
sepanjang dinding vagina anterior untuk mencari letak serviks,jaga agar ibu
jari tangan yang sedang memeriksa tidak menyentuh klitoris atau anus
• Bila menggunakan gel : selipkan aplikator diantara dinding vagina dan tangan
yang memeriksa, sambil didorong masuk ke forniks vagina posterior.
Kemudian plunger ditekan dengan tangan lain nya untuk mengeluarkan gel,
pelumas dapat juga dioleskan pada ujung aplikator untuk membantu insersi
obat
• Pemasangan spiral dapat dilakukan dengan menyelipkan spiral diantara dua
jari yang digunakan untuk memeriksa, kemudian arahkan ke fornik seperti
yang telah dibahas sebelumnya atau masukkan spiral dengan tangan yang
tidak memeriksa, pelumas juga dapat digunakan untuk mempermudah insersi
Keluarkan jari, bersihkan vulva
Untuk memasang spiral dengan aplikator khusus, buka labia dengan jari telunjuk
dan ibu jari dari tangan yang tidak memeriksa (pemeriksaan vagina tidak perlu
dilakukan bila pemasangan spiral tidak sulit )
• Masukkan aplikator dengan menyusuri dinding vagina sampai spiral berada
dibagian atas vagina
• Tekan plunger dan keluarkan aplikatornya
Bantu ibu ke posisi semi recumbent yang nyaman (selama waktu yang diperlukan
) 5-10 menit

33
Bereskan alat dengan benar dan cuci tangan
Dokumentasikan proses pemberian dan hal-hal yang ditemukan serta lakukan
tindakan yang sesuai

34
SOP PEMBERIAN OBAT PER RECTAL
Protap Pemberian Obat Perectal
Pengertian Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus
atau rectum dalam bentuk supositoria
Tujuan 1. Untuk memperoleh efek obat local atau sistemik
2. Untuk melunakkan feses sehingga mudah dikeluarkan
Pelaksana Mahasiswa kebidanan
Persiapan 1. Identifikasi ibu dengan tepat dan tanyakan namanya
lingkungan 2. Minta persetujuan dan menandatangani informed concent
dan klien 3. Jaga privasi dan minta ibu untuk berkemih
4. Atur posisi ibu hamper recumbent
5. Tutup dengan selimut dan ekspose daerah perineal saja
Persiapan Siapkan alat
alat • Supositoria atau enema (dengan sejumlah air hangat bila diperlukan )
• Sarung tangan steril
• Underpad
• Pelumas misal : jelly
• Tissue
• Troli untuk tempat alat
Pelaksanaan Beri inform concent dan jaga privasi ibu
Dekatkan alat
Ibu miring kekiri dengan kedua lutut ditekuk, pasang underpad dibawah
bokong ibu
Buka sarung tangan dan letakkan supositoria yang telah dibuka dan jelly
pada permukaan diatas kertas pembungkus sarung tangan
Cuci tangan dan pakai sarung tangan
Beri jelly pada supositoria atau slang enema, keluarkan udara dari slang
dan enema dengan mengalirkan cairan sampai ke ujung slang
Minta ibu menarik nafas dalam ( agar sfingter ani rilek )
Angkat bokong ibu sebelah kanan dengan tangan kiri, masukkan supositoria
atau enema , cairan enema masukkan sedikit demi sedikit
Masukkan supositoria kedua dengan cara yang sama, jika perlu
Bersihkan perineum dan bantu ibu kembali ke posisi yang nyaman
Bila perlu, bantu ibu ke toilet
Bereskan alat dengan benar lepas sarung tangan dan cuci tangan
Dokumentasikan pemberian obat/enema dan efeknya serta lakukan tindakan
yang sesuai

35
SOP PEMBERIAN INFUS INTRAVENA DENGAN
KANTONG CAIRAN
No LANGKAH/KEGIATAN
1 Beri penjelasan pada ibu dan menandatangani lembar persetujuan, jaga privasi ibu
2 Siapkan alat
• Abocath sesuai ukuran
• Plester
• infuse set
• Larutan infuse
• Wadah steril
• Sarung tangan bersih
• Bengkok
• Gunting plester
• Standar infuse
• Pompa infuse bila perlu
• Kapas alkohol
• Perlak dan pengalasnya
• Set balutan bila perlu, lebih baik jika menggunakan balutan bening agar daerah
kanulasi mudah dilihat
• Jam tangan
3 Atur posisi senyaman mungkin, pasang perlak dan pengalas dibawah daerah yang
akan dipasang infus
4 Cuci tangan dan pakai sarung tangan
5 Buka set infuse dan kencangkan klem penutup yang berada dibawah tabung tetes
6 Buka penutup bagian atas selang dan pembungkus kantong cairan infuse tanpa
menyentuh bagian yang dibuka
7 Tusukkan trocar kedalam kantong cairan
8 Gantung kantong cairan di standar infuse
9 Secara perlahan tekan tabung tetes agar terisi cairan sampai setengah bagian tabung
terisi
10 Buka penutup ujung slang lainnya dan masukkan kedalam wadah steril
11 Lepaskan klem pengontrol aliran secara perlahan sampai slang infuse terisi cairan
12 Hilangkan semua gelembung udara dalam slang dengan mengalirkan cairan kedalam
wadah steril
13 Tutup klem pengontrol aliran
14 Pasang kembali penutup ujung slang sampai siap untuk dihubungkan dengan kanula
15 Pasang tourniquet 10-12 cm atas daerah yang akan ditusuk, antisepsis daerah
pemasangan secara sirkuler
16 Tusukkan jarum abocath dengan lubang menghadap keatas bila berhasil darah akan
keluar dan dapat dilihat pada pipa abocath,dorong pelan masuk ke dalam vena sambil
menarik pelan jarum abocath sehingga plastic abocath masuk semua ke dalam vena.
Tekan ujung pipa abocath.
17 Buka penutup dan hubungkan slang infuse ke kanula/ abocath, lepaskan tourniquet
18 Atur tetesan sesuai kebutuhan dengan klem pengontrolan tetesan
19 Pasang balutan
20 Bereskan alat dengan benar dan cuci tangan
21 Buat catatan keseimbangan cairan
22 Dokumentasikan dan lakukan tindakan yang sesuai

36
SOP PEMBERIAN TRANFUSI DARAH
No LANGKAH /KEGIATAN
1 Beri penjelasan pada ibu dan menandatangani lembar persetujuan, jaga privasi
ibu
2 Ambil dari lemari pendingan khusus darah
3 Bilas tranfusi set dengan larutan NaCl 0,9% (kantong 50 ml) dan sambungkan ke
kanula, pastikan bahwa ibu merasa nyaman dan ifus mengalir dengan baik
4 Lakukan dan catat hasil observasi tanda-tanda vital
5 Cuci tangan dan pasang sarung tangan non steril
6 Periksa darah dengan bidan lainnya , cocokkan kembali identitas ibu, jika sudah
benar, ganti kantong NaCl 0,9% dengan tehnik aseptic dan sambungkan darah
dengan slang
7 Pastikan bahwa ibu merasa nyaman, dengan bel panggil terletak dalam
jangkauan ibu
8 Tranfusikan 50 ml pertama selama 5-10 menit berikutnya sambil melakukan
observasi ibu secara ketat
9 Lakukan pencatatan
10 Setelah 15 menit periksa kembali tanda-tanda vital dan periksa aliran tranfusi
11 Periksa kembali tanda-tanda vital setelah 30 menit, kemudian setiap jam
12 Observasi ibu selama tranfusi dan panggil dokter obstetric jika terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan
13 Bila tranfusi sudah selesai,pakai sarung tangan, lepas set tranfusi, buang dengan
benar : dan kirim kembali kantong darah yang telah kosong ke bank darah
14 Kaji kembali tanda-tanda vital dan lakukan pencatatan
15 Pemeriksaan darah ulang dilakukan hari berikutnya

37
SOP PEMASANGAN PISPOT
PENGGUNAAN PISPOT
Persiapan Klien 1 Beri penjelasan pada ibu dan menandatangani lembar persetujuan,
jaga privasi ibu
Persipan Alat 2 Siapkan alat
• Pispot
• Pengalas bila digunakan
• Kertas toilet
• Fasilitas cuci tangan
• Sarung tangan bersih dan celemek
• Penutup pispot
• Pembalut wanita (bila perlu) dan kantong pembungkus pembalut
kotor
Pelaksanaan 3 Cuci tangan ,pakai sarung tangan dan celemek
4 Bila mungkin, hangatkan pispot sebelum digunakan
5 Bawa pispot ke dekat ibu dan jaga privasinya
6 Bantu ibu membuka pakaian dalam dan pembalut wanitanya
7 Letakkan pispot di bawah bokong ibu,bantu ibu memperoleh posisi
yang nyaman,dianjurkan untuk menggunakan posisi tegak
8 Bila perlu, tetaplah bersama ibu : bila tidak, siapkan bel
9 Bila telah selesai, beri waktu padanya untuk membersihkan daerah
genetalia
10 Angkat dan tutup pispot
11 Bantu ibu mengenakan kembali pakaiannya,agar ibu merasa nyaman
12 Sediakan peralatan untuk mencuci tangan
13 Bila perlu lakukan urinalisasi dan ukur jumlahnya
14 Cuci pispot bila tidak sekali pakai dan kembalikan ketempatnya
15 Bereskan peralatan dengan benar
16 Cuci tangan
17 Dokumentasikan dan lakukan tindakan yang sesuai

38
SOP PEMASANGAN DAN PELEPASAN KATETER
PEMASANGAN KATETER MENETAP PADA WANITA
Persiapan Beri penjelasan pada ibu dan menandatangani lembar persetujuan, jaga
pasien privasi ibu
Persiapan Siapkan alat
alat • Kateter folley steril
• Kantong urine steril
• Sarung tangan steril dan celemek plastic
• Paket balutan atau kateter steril (pinset anatomis 1, spuit 5-10 cc, kapas,
kassa, kateter sesuai ukuran)
• Aquadest
• Gel lubrikan
• Air steril dalam spuit 10 cc
• Standar kantong urine
• Underpad 1
• Kain steril 1
• Bengkok
• Plester
• Tempat sampah
• Penggantung urobag
Pelaksanaan Bersihkan daerah perineum dengan salah satu metode pembersih vulva
Tempatkan ibu diatas kain sekali pakai,buka pakaian dalam ibu, beri posisi
semirecumben pada ibu,pergelangan kaki rapat,lutut dibuka
Ibu harus tetap diselimuti pada saat mempersiapkan tindakan
Pakai celemek dan cuci tangan,kemudian membuka paket kateter
Gunakan sarung tangan steril pada salah satu tangan dominan, dan hisaplah
aquadest sebanyak 10 cc pada spuit. Buka selimut ibu dan dekatkan
bengkok ke ibu
Pakai sarung tangan secara keseluruhan dan sambungkan urobag dengan
pangkal kateter
Buat daerah steril dengan membentangkan duk lubang steril di vulva ibu
Bila perlu, bersihkan vulva dengan tangan kanan,pastikan bahwa satu kapas
hanya boleh digunakan untuk satu kali usapan,untuk membersihkan dari
depan kebelakang
Dengan tangan kiri,buka labia dengan kasa steril (untuk megurangi tekanan
pada labia,memperjelas penglihatan dan memudahkan insersi kateter
Cari lubang uretra dengan pasti

Dengan tangan kanan,masukkan kateter secara perlahan-lahan dan hati-hati


kedalam uretra, sampai urine mulai keluar, jaga sterilitas dengan menarik
kantong plastik pada saat kateter dimasukkan
Begitu urine mulai keluar, kateter harus dimasukkan lagi 5cm agar balon
benar-benar berada didalam kandung kemih
Kembangkan balon dengan cara memasukkan cairan tidak lebih 10ml
melalui lubang khusus balon, dan klem selang
Bersihkan kembali daerah tersebut, bantu ibu mengganti pembalut dan
memakai pakaiannya kembali dan beri posisi senyaman mungkin
Gantung kantong urine pada standard dan letakkan standar tersebut dengan
aman disamping tempat tidur
Diskusikan cara perawatannya secara rutin, prinsip pencegahan infeksi dan
mobilitas

39
Lakukan urinalisis jika perlu
Buang alat dengan benar
Cuci tangan
Lakukan pendokumentasian dan intervensi yang sesuai
PELEPASAN KATETER MENETAP PADA WANITA
Persiapan Beri penjelasan pada ibu dan menandatangani lembar persetujuan, jaga
pasien privasi ibu
Persiapan Siapkan alat
alat • Bengkok
• Sarung tangan steril dan celemek plastik
• Underpad
Pelaksanaan Siapkan ibu seperti pada saat insersi, letakkan bengkok diantara kedua
tungkai
Pakai celemek, cuci tangan dan pakai sarung tangan
Kempeskan balon dengan menghisap cairan didalamnya menggunakan
spuit melalui lubang khusus balon
Minta ibu untuk menarik nafas dalam, keluarkan kateter dengan cermat dan
cepat, kemudian letakkan di bengkok
Bantu ibu mengganti pembalut dan memakai kembali pakaian dalam , serta
atur posisi senyaman mungkin
Beri penjelasan tentang
• Kemungkinan sering kencing dan urgensi kencing akibat irritabilitas uretra
• Setelah 6-8 jam perlu kencing dengan jumlah yang adekwat
• Kemungkinan terjadi retensi urine
• Asupan cairan 2-3 liter untuk membilas kandung kemih dan mengurangi
resiko infeksi
Ukur dan catat pengeluaran urine
Buang alat bekas dengan benar
Lakukan pendokumentasian dan intervensi yang sesuai, pastikan bahwa
pengeluaran urine berikutnya juga diukur

40
SOP URINALISIS
PROSEDUR URINALISIS
Persiapan alat Siapkan specimen urine segar untuk pemeriksaan (jika didinginkan, biarkan
dan bahan berada dalam suhu kamar untuk menghangatkannya sebelum diperiksa,
kocok sampel urine agar urine tercampur
Siapkan alat
• Strip reagen
• Sarung tangan tidak steri
• Celemek
Pelaksanaan Periksa strip reagen untuk memastikan bahwa alat tersebut tidak
terkontaminasi
Cuci tangan,pakai sarung tangan dan celemek
Observasi warna , kejernihan dan bau urine
Masukkan strip reagen ke dalam urine sampai membasahi seluruh area
reagen,angkat segera
Ketukkan ujung strep yang berlawanan dengan daerah yang dicelupkan ke
urine untuk menghilangkan urine yang terlalu banyak,pertahankan posisi
horizontal untuk mencegah aliran kebawah dan bercampurnya warna
Bila strip reagen dibaca secara manual,ikuti petunjuknya,pegang strip
sedekat mungkin dengan chart warna dan baca hasilnya diruangan yang
memiliki pencahayaan baik
Buang urine dan bereskan peralatan dengan benar
Cuci tangan
Diskusikan hasilnya dengan ibu
Lakukan pendokumentasian dan intervensi yang sesuai

41
SOP PENGAMBILAN SPECIMEN URINE DARI KATETER
PENGAMBILAN SPECIMEN URINE DARI KATETER
Persiapan Beri penjelasan pada ibu dan menandatangani lembar persetujuan, jaga
pasien privasi ibu
Persiapan alat Persiapan alat
• Wadah specimen steril (harus yang sesuai dengan tes yang dilakukan)
• Sarung tangan steri
• Spuit dan jarum steril
• Kapas alkohol
• Klem penjepit
Pelaksanaan Jaga privasi ibu
Periksa selang untuk melihat ada tidaknya urine segar, bila tidak ada pasang
klem di bawah port, dan tunggu beberapa menit sampai urine terkumpul
Cuci tangan dan pakai sarung tangan
Hapus daerah pengeluaran dengan kapas alcohol selama 30 detik
(Wilson,1998)
Tusukkan jarum ke port karet, sedot sejumlah urine yang diperlukan dan
masukkan ke wadah specimen
Gosok port dengan kapas alcohol selama 30 menit
Buka klem
Beri label wadah specimen dengan benar kemudian kirim ke laboratorium (bila
ada penundaan masukkan ke dalam lemari pendingin)
Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai

PENGAMBILAN SPECIMEN URINE PORSI TENGAH


Persiapan Beri penjelasan pada ibu dan menandatangani lembar persetujuan, jaga
pasien privasi ibu
Persiapan alat Siapkan alat
• Wadah specimen steril (yang sesuai dengan pemeriksaan)
• Wadah steril : biasanya mangkok timah sekali pakai atau paket urine porsi
tengah yang berisi corong dengan wadah dan kasa pembersih
• Kasa atau kapas pembersih vulva sekali pakai
Pelaksanaan Minta ibu membersihkan vulva dengan air dan sabun menggunakan kasa atau
kapas, buka labia dan bersihkan dengan sekali usapan dari depan ke belakang
Minta ibu untuk mengeluarkan urine awal ke toilet,menahan aliran,tamping
urine porsi tengah dengan corong dan wadah specimen,atau mangkok
timah,kemudian keluarkan sisanya kedalam toilet
Bila perlu pindahkan urine dari mangkok ke wadah
Beri label specimen tersebut dan kirim ke laboratorium
Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai

42
SOP TINDAKAN RUJUKAN PASIEN DENGAN
PERDARAHAN ANTEPARTUM (KETERAMPILAN DI
KOMUNITAS)
PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF
Persiapan 1. Menjaga privasi
Bidan 2. Memahami tentang pengkajian riwayat terfokus pada kasus antepartum
bleeding
Persiapan 1. Alat tulis
Alat 2. Kertas/buku/form dokumen klien
Pelaksanaan 1. Sapa dan perkenalkan diri anda kepada klien
2.* Tanyakan keluhan yang dirasakan klien saat ini:
• Mulai terjadinya perdarahan
• Sebab terjadinya perdarahan
• Berapa banyak darah yang keluar
• Warna darah yang keluar
• Ada tidaknya rasa sakit
• Waktu keluarnya darah (intermitten atau setiap saat)

Pastikan indikasi, tanda dan gejala perdarahan antepartum


Solusio plasenta:
• Terjadi pada umur kehamilan > 28 minggu sampai dengan menjelang
persalinan
• Perdarahan dengan rasa nyeri
• Perdarahan sedikit
• Terjadi karena adanya trauma
• Mendadak
• Uterus teraba tegang
• Warna darah merah kehitaman
Plasenta Previa
• terjadi pada umur kehamilan > 28 minggu
• perdarahan berulang dan perlahan
• perdarahan banyak
• tidak ada nyeri
• tidak didahului trauma
• warna darah merah segar
3.* Kaji riwayat obstetri klien
• Gravida dan umur kehamilan
• PARA
• HPHT dan HTL
• Riwayat obstetri yang lalu
• Riwayat kehamilan saat ini

4. Dokumentasikan semua hasil pengkajian subyektif


PENGKAJIAN DATA OBYEKTIF
Persiapan 1. Cuci tangan
Bidan 2. Gunakan perlengkapan perlindungan diri
3. Gunakan sarung tangan
1. Peralatan Perlindungan diri (PPD)

43
Persiapan 2. Handuk kecil / tissue
Alat 3. Sarung tangan steril dan non steril
4. Bak instrument steril dan non steril
5. Tensimeter
6. Thermometer
7. Stetoskope
8. Doppler
9. Kom berisi kapas dengan air DTT
10. Spekulum
11. Lampu sorot
12. Bengkok
13. Baskom berisi larutan Cl 0,5%
14. Tempat sampah medis dan non medis
Pelaksanaan 1.* Berikan penjelasan pada pasien dan atau keluarga tentang pemeriksaan
yang akan dilakukan dan minta persetujuan.
2. Gunakan perlengkapan perlindungan diri
3. Cuci tangan 7 langkah dibawah air mengalir dan menggunkan sabun
4. Keringkan tangan dengan handuk dengan sekali usap pada masing masing
sisi handuk atau menggunakan tissue
5. Gunakan sarung tangan bersih
6.* Lakukan pemeriksaan fisik , tanda vital (DJJ dan Leopold)
Solusio Plasenta
• Keadaan Umum tidak sesuai dengan perdarahan
• Anemis
• Vital sign tidak sesuai dengan perdarahan
• Perdarahan sering disertai dengan preeklampsia atau eklamsia
• Abdomen tegang
• Nyeri
• Bagian janin sulit diraba
• DJJ abnormal (fetal distress sampai dengan mati) dan sulit didengar
• Warna darah lebih tua (kehitam-hitaman)
Plasenta Previa
• Keadaan umum sesuai perdarahan
• Abdomen lembek
• Tanpa nyeri
• Bayi mengalami fetal distress
• Darah berwarna merah segar
• Bagian terendah janin belum masuk PAP (pintu atas panggul)
7. Posisikan ibu dengan posisi litotomi
8.* Ganti sarung tangan steril
9.* Lakukan pemeriksaan speculum ( jangan lakukan pemeriksaan dalam )
pada plasenta previa perdarahan berasal dari ostium uteri eksterna
MENENTUKAN DIAGNOSIS
10.* Tentukan diagnose yang paling mungkin pada ibu sesuai hasil pengkajian
subyektif dan obyektif
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI SESUAI DIAGNOSA
Persiapan 1. Tetap gunakan PPD
bidan 2. Celupkan sarung tangan kotor dalam clorin 0.5%
3. Gunakan sarung tangan bersih
Persiapan 1. Peralatan Perlindungan diri (PPD)
Alat 2. Sarung tangan non steril
3. Bak instrument steril dan non steril

44
4. Kom berisi kapas dengan air DTT
5. Standart infus Infuse set dan cairan
6. Plester
7. Hypafix
8. Gunting plester
9. Darah (kalau perlu)
10. Kateter
11. Spuit 3 cc
12. Bengkok
13. Baskom berisi larutan Cl 0,5%
14. Tempat sampah medis dan non medis
Pelaksanaan 1. Pastikan keadaan umum klien, jika keadaan umum baik tegakkan diagnose,
jika keadaan umum buruk, segera lakukan penghentian perdarahan dan
stabilisasi kondisi, komunikasikan persiapan merujuk pada keluarga.
2*. Lakukan pemasangan infuse kalau diperlukan pasang dua jalur (tergantung
keadaan umum)
3. Periksa golongan darah dan siapkan donor darah transfuse (jika fasilitas
memungkinkan)
4. Lakukan vulva hiegine dan pasang kateter ( tergantung keadaan umum dan
tingkat perdarahan.
5* Lakukan pemasangan Oksigen
6. Lepaskan sarung tangan dan celupkan dalam larutan clorin 0,5%
7. Cuci tangan dan keringkan
9.* Lakukan rujukan dengan terus mengobservasi kondisi ibu dan DJJ, harus
diantar dan membawa surat rujukan
8. Berikan informasi pada tempat rujukan tentang hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan

45
SOP PERSIAPAN KURETASE (KETERAMPILAN KOLABORASI DI
RUMAH SAKIT)
PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF
Persiapan 1. Menjaga privasi
Bidan 2. Memahami tentang pengkajian riwayat terfokus pada kasus antepartum
bleeding
Persiapan 1. Alat tulis
Alat 2. Kertas/buku/form dokumen klien
Pelaksanaan 1. Sapa dan perkenalkan diri andakepada klien
2.* Tanyakan keluhan yang dirasakan klien saat ini:
• Mulai terjadinya perdarahan
• Berapa banyak darah yang keluar
• Ada tidaknya jaringan dan atau stosel
• Warna darah yang keluar
• Ada tidaknya rasa nyeri
• Area dimana nyeri dirasakan
• Waktu keluarnya darah (intermitten atau setiap saat)
3.* Kaji riwayat obstetri klien
• Gravida dan umur kehamilan
• PARA
• HPHT dan HTL
• Riwayat obstetri yang lalu (abortus berulang)
• Riwayat kehamilan saat ini
4. Dokumentasikan semua hasil pengkajian subyektif
PENGKAJIAN DATA OBYEKTIF
Persiapan 1. Cuci tangan
Bidan 2. Gunakan perlengkapan perlindungan diri
3. Gunakan sarung tangan steril
Persiapan 1. Perlengkapan Perlindungan diri (PPD)
Alat 2. Handuk kecil / tissue
3. Sarung tangan steril
4. Tensimeter
5. Thermometer
6. Stetoskope
7. Kom berisi kapas dengan air DTT
8. Bengkok
9. Baskom berisi larutan Cl 0,5%
10. Tempat sampah medis dan non medis
Pelaksanaan 1. Berikan penjelasan pada pasien dan atau keluarga tentang pemeriksaan
yang akan dilakukan dan minta persetujuan.
2. Gunakan perlengkapan perlindungan diri
3. Cuci tangan 7 langkah dibawah air mengalir dan menggunkan sabun
4. Keringkan tangan dengan handuk dengan sekali usap pada masing
masing sisi handuk atau menggunakan tissue
5.* Lakukan pemeriksaan fisik , tanda vital dan DJJ (jika memungkinkan)
6. Gunakan sarung tangan steril
7. lakukan vulva hiegine
8* Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan ada tidaknya pembukaan
serviks, dan eskplorasi adanya sisa darah/stosel/jaringan dalam vagina

46
9. Lepaskan sarung tangan dan celupkan sarung tangan kotor dalam clorin
0.5%
10. Cuci tangan dan keringkan, lepaskan PPD
11. Kolaborasi untuk melakukan USG
MENENTUKAN DIAGNOSIS
10.* Tentukan diagnose yang paling mungkin pada ibu sesuai hasil pengkajian
subyektif dan obyektif
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI SESUAI DIAGNOSA DAN WEWENANG
BIDAN
Persiapan 1. Oksigen dengan regulator
Alat 2. Spuit 5 cc : 2
3. Spuit 3 cc : 1
4. Set infuse dan cairan (RL)
5. Povidon iodine 10% dalam mangkok logam
6. Perlengkapan perlindungan diri (PPD)
7. Duk steril
8. Perlak untuk alas bokong
9. Lampu sorot
10. Penampung darah dan jaringan (Bengkok, pispot atau kendil)
11. Kassa steril dan kapas alcohol
12. Sarung tangan bersih
13. Sarung tangan steril
14. Cunam tampon : 1
15. Cunam peluru atau tenakulum : 1
16. Klem ovum (Foerster/Fenster clamp) lurus dan lengkung: 2
17. Sendok kuret : 1 set
18. Penera kavum uteri (Uterine Sound/Sondage): 1
19. Spekulum Sim’s atau L: 2
20. Dilatator : Busi, Laminaria stiff, mesoprostol tab
21. Kateter foley : 1
22. Botol steril : 1
23. Kom berisi kapas dengan air DTT
24. Troli
Persiapan 25. Analgetika (pethidin 1-2 mg/KgBB, Ketamin HCL 0,5 mg/KgBB, Tramadol
obat (1-2 mg/KgBB)
26. Sedativa (Diazepam 10 mg)
27. Atropin Sulfas 0,25-0,50 mg/ml
28. Uterotonika (oxytocin, metergin)
29. Antibiotik
Pelaksanaan 1.* Siapkan dan atur penempatan alat sesuai urutan penggunaan dan
sterilitas
2. Minta persetujuan tindakan medis pada ibu jika memungkinkan atau
keluarga
3. Anjurkan ibu untuk BAK dan membersihkan genitalianya dengan sabun
jika memungkinkan
4. Gunakan perlengkapan perlindungan diri
5. Cuci tangan 7 langkah dibawah air mengalir
6. Keringkan tangan dengan handuk atau tissue
7. Mengukur TTV pasien
8.* Pasang infuse
9. Posisikan ibu litotomi

47
SOP HIPEREMESIS GRAVIDARUM (KETERAMPILAN
KOLABORASI DI RUMAH SAKIT)
PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF
Persiapan 1. Menjaga privasi
Bidan 2. Memahami tentang pengkajian riwayat terfokus pada kasus
hyperemesis gravidarum
Persiapan Alat 1. Alat tulis
2. Kertas/buku/form dokumen klien
Pelaksanaan 1. Sapa dan perkenalkan diri andakepada klien
2.* Tanyakan keluhan yang dirasakan klien saat ini:
• Mulai terjadinya muntah
• Frekuensi muntah (I: 3-4x/hari, II: >4 kali/hari, III: muntah sudah
berhenti)
• Waktu muntah
• Pemicu muntah
3.* Kaji riwayat obstetri klien
• Gravida dan umur kehamilan
• PARA
• HPHT dan HTL
• Riwayat obstetri yang lalu
• Riwayat kehamilan saat ini
4. Dokumentasikan semua hasil pengkajian subyektif
PENGKAJIAN DATA OBYEKTIF
Persiapan 1. Cuci tangan
Bidan 2. Gunakan perlengkapan perlindungan diri
Persiapan Alat 1. Perlengkapan Perlindungan diri (PPD)
2. Handuk kecil / tissue
3. Tensimeter
4. Thermometer
5. Stetoskope
6. Baskom berisi larutan Cl 0,5%
7. Tempat sampah medis dan non medis
Pelaksanaan 1. Berikan penjelasan pada pasien dan atau keluarga tentang
pemeriksaan yang akan dilakukan dan minta persetujuan.
2. Gunakan perlengkapan perlindungan diri
3. Cuci tangan 7 langkah dibawah air mengalir dan menggunkan sabun
4. Keringkan tangan dengan handuk dengan sekali usap pada masing
masing sisi handuk atau menggunakan tissue
5.* Lakukan pemeriksaan fisik , tanda vital dan DJJ (jika memungkinkan)
Derajat hyperemesis gravidarum:
Derajat 1:
• Muntah 3-4 kali/hari
• Kondisi umum lemah
• Nafsu makan dan minum menurun
• Berat badan sedikit menurun (2-3 kg dalam 2 minggu)
• Nadi meningkat s/d 100x/menit
• Tekanan sistolik menurun
• Mata sedikit cekung
• Lidah kering

48
• Turgor kulit sedikit menurun
• Nyeri epigastrium
Derajat 2
• Wajah pucat
• Apatis
• Muntah setiap kali makan dan minum bias bercampur darah
• Rasa haus yang hebat
• Penurunan BB >5% perminggu
• Nadi 100-140x/menit dan nadi teraba kecil
• Subfebris 37,50 – 380C
• Tekanan Sistolik <80mmHg
• Lidah kering dan kotor
• Terkadang icterus
• Oliguria sampai anuria
• Konstipasi
• Nafas bau aceton
Derajat 3
Tanda dan gejala hampir sama dengan derajat 2 ada perbedaan
berupa::
• muntah sudah berhenti
• kesadaran delirium sampai koma
• terdapat enselopati Wernicke yang ditandai dengan:
nistagmus (gerakan mata yang cepat dari kiri ke kanan atau bawah
ke atas), diplopia (penglihatan ganda), gangguan mental.
• icterus
• sianosis
• dalam urin terdapat bilirubin dan protein
8. Cuci tangan dan keringkan, lepaskan PPD
MENENTUKAN DIAGNOSIS
10.* Tentukan diagnose yang paling mungkin pada ibu sesuai hasil
pengkajian subyektif dan obyektif
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI SESUAI DIAGNOSA DAN
WEWENANG BIDAN
Persiapan Alat 1. Perlengkapan perlindungan diri (PPD)
2. Set infuse dan cairan infuse (Glukosa 5-10% dan RL, NS)
3. Standar infuse
4. Hypafix, plester, gunting plester
5. Spuit 3 cc
6. Vitamin B1 dan B6 Injeksi
7. Primperan/phenotiazin
8. Antihistamin (doxylamine 25mg, dimenhydrinate 50-100 mg/ 4-6 jam.
9. Set kateter (Kateter folley steril, Kantong urine steril, Sarung tangan
steril dan celemek plastic, Paket balutan atau kateter steril (pinset
anatomis, spuit 5-10 cc, kapas, kassa, kateter sesuai ukuran) Aquadest,
Gel anestesi, Air steril, Standar kantong urine, Underpad, Kain steril,
Bengkok
10. Handuk
11. Set TTV ( tensi meter, stetoskop, thermometer)
12. Dopler
13. Larutan Cl 0,5%
14. Sarung tangan steril
15. Sarung tangan bersih
16. Bengkok

49
Pelaksanaan HIPEREMESIS DERAJAT 1
1. Berikan KIE pada ibu bahwa hiperemesis kemungkinan akan berkurang
sampai umur kehamilan 4 bulan
2. Jelaskan tentang kondisi ibu dan tindakan apa yang akan dilakukan,
rehidrasi NS
3* Lakukan rehidrasi dengan larutan NS
4. Mintalah persetujuan tindakan medis
5. Anjurkan ibu untuk istirahat dan menghindari makanan yang
merangsang muntah (pedas, berlemak atau mengandung Fe)
6. Ajarkan tentang pola diet sederhana, yaitu mengkonsumsi makanan
dan minuman dalam porsi kecil namun sering. (makanan yg
direkomendasikan: produk susu, kacang-kacangan, makanan ringan
dan biscuit kering, dan makanan tinggi protein)
7. Ajarkan ibu untuk memanajemen stress jika, stress juga sebagai
pemicu.
8. Kolaborasi dalam pemberian antiemetic dan vitamin B1 / B6 oral
HIPEREMESIS DERAJAT 2
1. Jelaskan tentang kondisi ibu dan tindakan apa yang akan dilakukan
2. Mintalah persetujuan tindakan medis
3.* Tempatkan ibu pada ruang isolasi (ruang khusus yang tenang)
4.* Berikan rehidrasi dengan pemberian cairan berupa:
• Normal saline (kondisi awal)
• Glukosa/dektrosa 5-10% sekitar 3000 cc/24 jam (setelah
kondisi stabil)
5. Anjurkan ibu untuk tidak makan dan minum pada hari pertama untuk
mengurangi muntah lalu dilanjutkan diet bertahap.
6. Posisikan ibu litotomi
7. Pasang sarung tangan steril
8.* Lakukan pemasangan kateter
9. Kolaborasi tentang pemberian antiemetic intravena
10. Kolaborasi tentang pemberian vitamin (B1, B6 dan vit C)
11. Kolaborasi tentang pemberian antihistamin intravena
12 Berikan minum setiap 2 jam dan tidak melebihi 100 cc tiap minum
13 Pantau kesadaran, tensi, nadi, pernafasan, sesuai indikasi
14* Pantau berat badan tiap 2 hari sekali
15* Kolaborasi dengan tim Gizi untuk pemberian Diet
16* Pantau dan catat cairan yang masuk dan keluar dengan teliti
17 Rapikan pasien
18 Lakukan dekontaminasi, buang sampah ke tempat sampah yang sesuai
19 Lepas sarung tangan dan Cuci tangan
20 Berikan informasi pada ibu tentang hasil tindakan
21 Dokumentasi hasil tindakan
HIPEREMESIS DERAJAT 3
1. Penatalaksanaan terapi konservatif hampir sama dengan derajat 2,
namun dipertimbangkan untuk terapi radikal terminasi kehamilan
dengan adanya gejala sebagai berikut:
• Ensefalopati Wernicke
• Perdarahan retina
• Gangguan kardiovaskuler ( nadi>120x/menit, suhu >38C,
tekanan systole < 80mmHg)
• Gangguan liver (icterus)
• Gangguan ginjal (oliguria-anuria, uremia dan proteinuria)

50
SOP PENGELOLAAN PRE EKLAMPSIA BERAT/EKLAMPSIA
(KETERAMPILAN KOLABORASI DI RUMAH SAKIT
PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF
Persiapan 1. Menjaga privasi
Bidan 2. Memahami tentang pengkajian riwayat terfokus pada kasus hipertensi
dalam kehamilan
Persiapan 1. Alat tulis
Alat 2. Kertas/buku/form dokumen klien
Pelaksanaan 1. Sapa dan perkenalkan diri andakepada klien
2.* Tanyakan keluhan yang dirasakan klien saat ini:
• Ada tidaknya rasa sakit kepala
• Sifat sakit kepala
• Ada tidaknya nyeri epigastrium
• Mual dan muntah
• Gangguan visual
• Oliguria
• Riwayat tekanan darah tinggi diastolic >110mmHg
• Peningkatan BB >= 1,5 kg/minggu
3.* Kaji riwayat obstetri klien
• Gravida dan umur kehamilan
• PARA
• HPHT dan HTL
• Riwayat obstetri yang lalu (preeklamsia berulang)
• Riwayat kehamilan saat ini
4. Dokumentasikan semua hasil pengkajian subyektif
PENGKAJIAN DATA OBYEKTIF
Persiapan 1. Cuci tangan
Bidan 2. Gunakan perlengkapan perlindungan diri
3. Gunakan sarung tangan non steril
Persiapan 1. Perlengkapan Perlindungan diri (PPD)
Alat 2. Handuk kecil / tissue
3. Sarung tangan steril
4. Tensimeter
5. Thermometer
6. Stetoskope
7. Metlin, dopler, jam tangan
8. Bengkok
9. Baskom berisi larutan Cl 0,5%
10. Tempat sampah medis dan non medis
11. Set pemeriksaan albumin urine
Pelaksanaan 1. Berikan penjelasan pada pasien dan atau keluarga tentang pemeriksaan
yang akan dilakukan dan minta persetujuan.
2. Gunakan perlengkapan perlindungan diri

51
3. Cuci tangan 7 langkah dibawah air mengalir dan menggunkan sabun
4. Keringkan tangan dengan handuk dengan sekali usap pada masing masing
sisi handuk atau menggunakan tissue
5.* Lakukan pemeriksaan fisik , tanda vital dan DJJ
PREEKLAMSIA BERAT
• TD diastolic >110 mmHg dalam kondisi istirahat
• Protein uria >3+ (>5gram/24 jam)
• Hiperrefleksia
• Gangguan pernafasan sampai Edema pulmonal
• Ada impending eklamsia: Nyeri epigastrium, mual, muntah, Nyeri
kepala dan pandangan kabur
• Oliguria< 400 cc/24 jam, < 0,5 cc/KgBB/Jam
• trombositopenia
EKLAMSIA
• sama dengan preeklamsia berat namun sudah ada konvulsi
6.* Lakukan pemeriksaan odema pada wajah, perut dan eksterimitas
7. Gunakan sarung tangan
8.* Lakukan pemeriksaan albumin
10. Lepaskan sarung tangan dan celupkan sarung tangan kotor dalam clorin
0.5%
11. Cuci tangan dan keringkan, lepaskan PPD
MENENTUKAN DIAGNOSIS
10.* Tentukan diagnose yang paling mungkin pada ibu sesuai hasil pengkajian
subyektif dan obyektif
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI SESUAI DIAGNOSA DAN WEWENANG BIDAN
Persiapan 1. Tensi meter
Alat 2. Jam tangan
3. Stetoskop
4. Metlin
5. Perlengkapan perlindungan diri (PPD)
6. Doppler
7. Tong spatel
8. Set pemeriksaan protein urine
9. Sarung tangan bersih
10. Kapas alcohol
11. Infuse set dan cairan infuse (RL dan NaCl)
12. Standar infuse
13. Ventilator dan oksigen
14. Set kateter
15. Hammer (reflek patella)
16. Spuit 3 cc : 2
Persiapan 17. MgSO4 40% atau 20%
obat 18. Kalsium bikarbonas 10% (1 gr)
19. Antihipertensi: Nifediphine 5 -10 mg
Pelaksanaan PRE EKLAMSIA BERAT

52
1. Baringkan ibu pada sisi kiri untuk mengurangi risiko aspirasi ludah, muntahan
dan darah
2.* Pastikan bahwa jalan napas ibu terbuka
3. Mulai lakukan tindakan resusitasi, bila terdapat kesulitan bernapas
4.* Berikan Oksigen 4-6 liter/menit melalui sungkup atau kanula
5.* Pasang infuse intravena dengan menggunakan larutan Ringer Laktat
6. Lakukan pemeriksaan pembekuan darah
PEMBERIAN DOSIS AWAL MgSO4
7.* Kaji syarat pemberian MgSO4 ulangan
• Reflek patela positif
• Respirasi >16 kali/menit
• Produksi urine >30 cc/jam
8. Beritahu ibu tindakan yang akan dilakukan dan ibu akan merasakan panas
pada saat magnesium sulfat serta sakit.
9.* Dosis awal
Berikan MgSO4 4 gr IV sebagai larutan 20% secara perlahan-lahan selama
10 menit.
Diikuti dengan MgSO4 (40%) 10 gr IM dengan 1 ml Lignokain 2% (dalam
semprit yang sama)
Atau MgSO4 (40%) 10 gr di drip dengan RD5%/NS selama 6 jam (28 tetes
/menit)
Dosis pemeliharaan
MgSO4 (40%) 5 gr + lignokain 2% 1 ml IM setiap 6 jam
Lanjutkan sampai 24 jam pascapersalinan atau kejang terakhir.
Alternatif I
Berikan 4 gr MgSO4 (10 ml) larutan 40% IV secara perlahan-lahan selama
5 menit.
Segera dilanjutkan dengan 6 gr MgSO4 40% (15 ml) dalam larutan Ringer
Asetat/Ringer Laktat selama 6 jam
Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4 (40%) 2 gr IV
selama 5 menit
Alternatif II
Berikan 4 gr MgSO4 40% (10 ml) melalui infuse intravena secara perlahan-
lahan dalam 5 menit.
Diikuti dengan MgSO4 (40%) 5 gr IM di bokong kiri/kanan
Apabila kejang berulang SETELAH 15 menit:
- Ambil 2 gr Magnesium Sulfat 40% (5ml)
- Berikan melalui IV secara perlahan-lahan selama 5 menit
DOSIS PEMELIHARAAN MgSO4
10.* Masukkan 5 gr MgSO4 40% (12,5 ml) melalui infuse Ringer Asetat/ Ringer
Laktat untuk 6 jam, yang diberikan sampai 24 jam postpartum
Awasi:
a. Kesadaran setiap 30 menit
b. Tensi setiap 30 menit
c. Nadi setiap 30 menit
d. Nafas setiap 30 menit
e. Produksi urine tiap 2 jam

53
f. DJJ tiap 30 menit
Bila tekanan diastole > 110 mmHg berikan antihipertensi: nifedipin (pilihan
utama) 5-10 mg oral yang dapat diulang sampai 8 kali/24 jam. Jika setelah
10 menit belum membaik, tambahkan 5 mg secara sublingual.
Bila terjadi henti nafas:
- Bebaskan jalan nafas
- Berikan Kalsium glukonat 1 gr (10 ml dari larutan 10%) melalui suntikan IV
dalam 10 menit, perlahan-lahan sampai terjadi pernafasan spontan
kembali.
- (pemberian dosis lanjutan MgSo4 jika intoksikasi telah hilang).
PEMANTAUAN KERACUNAN MAGNESIUM SULFAT
11*. a. Hitung nafas selama 1 menit setiap jam
b. Periksa reflex patella setiap jam
c. Pasang kateter menetap dan lakukan pengukuran urine setiap 4 jam
d. Catat pemberian obat dan temuan dalam catatan medik untuk itu

54
PERSALINAN NORMAL

55
SOP HISTORY TAKING PERSALINAN NORMAL
Data Manfaat

Anamnesis awal harus mencakup data pribadi secara lengkap, riwayat obstetric ginekologi
(semua informasi yang berhubungan kehamilan). Pastikan status klien (baru pertama kali
periksa ataukah kunjungan ulang). Tanyakan apakah klien memiliki buku KIA. Apabila pasien
baru, lakukan anamnesis keseluruhan.
Umur Usia < 16 tahun atau > 35 tahun, antisipasi sejumlah komplikasi

Gravida dan Identifikasi masalah potensial saat ini, pengaruh durasi persalinan,
paritas pengalaman dan kesiapan (psikologis) persalinan

Kehamilan saat Tafsiran persalinan, usia kehamilan, hasil pemeriksaan terakhir (USG jika
ini ada)

Riwayat Identifikasi lama persalinan, penolong, penyulit/ komplikasi, metode


persalinan persalinan dan berat janin
sebelumnya

Gerakan janin Kesejahteraan janin dapat dikaji dari gerakan janin (gerakan janin aktif,
menurun dan tidak bergerak). Apakah ada perubahan gerakan janin seiring
dengan timbulnya kontraksi

Kontraksi Waktu timbulnya kontraksi, frekuensi, durasi dan intensitasnya. Bedakan


Braxton hick dan kontraksi sejati

Braxton hick Kontraksi sejati

1. Terjadi hanya atau tidak 1. Kontraksi terjadi 10-15


lebih dari 2 kali/jam menit, dapat meningkat setiap
2-3 menit
2. Tidak teratur, prekuensi dan
intensitas tetap/ tidak 2. Kontraksi teratur dan
meningkat berlangsung lama. Minimal
20-30 detik
3. Tidak ada perubahan
dilatasi 3. Diikuti progresivitas dilatasi
servik
4. Hilang dengan perubahan
aktivitas 4. Tidak hilang dengan
perubahan aktivitas

Deskripsi nyeri Kontraksi pada persalinan palsu biasanya dirasakan pada bagian bawah
saat timbulnya dan lipatan paha sedangkan persalinan sejati dirasakan sebagai nyeri yang
kontraksi melebar dari fundus ke punggung

Pengeluaran Identifikasi lendir dan darah (bloody show), darah atau cairan lainnya
pervaginam
Status ketuban Identifikasi apakah ketuban sudah pecah, spontan atau merembes dan
warnanya (jernih, keruh, darah)

Kebutusan Mengkaji apakah kebutuhan tidur klien terpenuhi selama periode timbulnya
istirahat dan tidur kontraksi

56
Kebutuhan Mengkaji cadangan energy dan cairan
makan dan
minum
Penapisan Apabila terdapat salah satu atau lebih penyulit dibawah ini, harus DIRUJUK

57
SOP PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum ▪ TD (hipertensi/ pre eklamsi, syok), peningkatan sistol dengan
dan TTV diastole dalam batas normal dapat mengidentifikasi
kecemasan/ nyeri. Lakukan TD setelah his mereda
▪ Nadi meningkat pada syok, kecemasan, infeksi dan dehidrasi
▪ Suhu meingkat pada infeksi, dehidrasi
▪ Pernafasan, meningkat pada syok & kecemasan
Berat badan Dilakukan jika periksa terakhir > 2 minggu. memperoleh kenaikan
BB total selama kehamilan
Kontraksi ▪ Frekuensi dihitung dari waktu permulaan satu kontraksi ke
permulaan kontrkasi selanjutnya. dihitung dalam 10 menit.
▪ Durasi adalah lama kontraksi berlangsung. Dinilai melalui
perabaan fundus. Ketika kontraksi fundus akan terasa keras.
Kontraksi pada wal persalinan berkisar 15-20 detik dan
meningkat pada fase aktif mencapai 45-60 detik
▪ Intensitas merupakan kekuatan ketika kontraksi mencapai
puncak. Kriteria intensitas meliputi kuat, cukup dan ringan.
Intensitas dinilai dari kuat ketika teraba keras pada fundus.
Pemeriksaan ▪ Jaringan parut
abdomen ▪ Palpasi abdomen : TFU, punggung janin, presentasi,
penurunan bagian terendah janin
▪ Penurunan kepala dinilai dengan perlimaan
TBJ Makrosomi, IUGR

Kesejateraan Identifikasi frekuensi dan keteraturan. periksa DJJ ketika his


janin mereda. DJJ < 120 x/ menit atau > 160 x/ menit, gawat janin

Pemeriksaan ▪ Inspeksi pemgeluaran pervaginam : bloody show, dara,


genetalia dan ketuban atau cairan yang lain. identifikasi jaringan parut,
vaginal toucher varises dan tanda IMS
▪ VT : pembukaan (dilatasi), ketuban, penipisan (effacement),
presentasi, denominator, bagian kecil janin dan penurunan
Pemeriksaan ▪ Promontorium tidak teraba, arcus pubis > 90 derajat,
panggul konjugata vera > 10 cm
▪ Jika ditemukan sebaliknya, waspada CPD
Ektrimitas ▪ Odem : fisiologis atau patologis (pre ekslamsi)
▪ Reflek : hiperfleksi, curiga pre eklamsi

58
SOP PEMERIKSAAN DALAM
Pembukaan ▪ Dilatasi adalah pelebaran os servik eksterna dari muara
dengan diameter millimeter sampai muara tersebut cukup
lebar dilewati janin
▪ Kriteria : 0-10 cm. Saat pembukaan lengkap tidak teraba lagi
bibir porsio, segmen bawah rahim, servik, vagina telah
merupakan satu muara
Penipisan ▪ penipisan terjadi karena saluran servik yang semula memiliki
panjang 2-3 cm memendek sampai pada titik saluran servik
menghilang sehingga menyisakan os eksterna sebagai
muara sirkuler dengan tepi tipis
▪ Kriteria : 0-100 %. Ketika servik tidak teraba maka
penipisannya 100%
▪ Pada primigravida biasanya penipisan 50-60% dan dilatasi 1
cm. Servik pada multigravida yang memasuki persalinan
biasanya berdilatasi 1-2 cm atau lebih tergantung paritasnya
Ketuban ▪ Utuh (tidak teridentifikasi cairan) dan saat kontraksi tersa
menonjol. Ketuban yang berdekatan dengan kepala akan
terasa halus dan liscin bukan teraba rambut yang agak tidak
teratur dan lebih kasar
▪ Teridentifikasi cairan : cek dengan lakmus merah. jika
berubah warba biru, maka ketuban negative/ pecah
▪ Ketuban pecah : identifikasi warna ketuban (jernih, mekoneal,
darah)
▪ ketuban habis/ kering
Presentasi dan ▪ Presentasi adalah bagian pertama janin yang masuk PAP :
denominator kepala/ bokong/ bahu/ bagian janin lainnya
▪ Denominator : bagian terkecil sebagai penanda (kepala :
UUK/ ubun- ubun kecil, UUB/ ubun-ubun besar, Dahi, mulut)
▪ Normal : letak belakang kepala (UUK, berbentuk segitiga)
▪ Arah denominator : kanan/ kiri, depan/ belakang

Arah UUK
Bagian terkecil tali pusat, ekstrimitas
janin

Penurunan Penurunan kepala dapat dinilai dari bidang hodge dan stasiun
Station ▪ Jarak spina iskiadika ke PAP : 5 cm
▪ Bagian paling bawah dari bagian presentasi janin yang sejajar
denga spina ischiadika disebut station nol (0)
▪ Ukur berapa sentimeter bagian terendah dari spina
ischiadika. jika diatas spina iskiadika ditulis -1 sampai -5
sedang dibawahnya, +1 sampai +5.

59
▪ Hodge 1 : bidang datar yang dibentuk pada lingkaran PAP
▪ Hodge II : sejajar hodge 1 setinggi tepi bawah simpisis
▪ Hodge III : sejajar hodge 1, II setinggi spina ischiadika
▪ Hodge IV : sejajar hodge 1, II, III setinggi os koksigis
Hodge

60
SOP ASSESMENT AWAL

NO LANGKAH KEGIATAN

1 ALAT, OBAT, BAHAN YG SENANTIASA TERSEDIA DI KAMAR BERSALIN


A. Alat dan obat
▪ Tensimeter, stetoskop, thermometer
▪ Metelin, Stetoskop pinard, Doppler jika ada
▪ Partus set (amniotom, gunting episiotomi, 2 buah klem, gunting tali pusat,
kateter, sarung tangan DTT/steril)
▪ Heacting set dan cutgut
▪ Bengkok (2 buah)
▪ Sarung tangan panjang steril/ DTT, Sarung tangan pendek steril/ DTT
▪ Kapas DTT dalam kom tutup
▪ Oksitosin (8 ampul)
▪ Metilergometrin 0,2 mg (1 ampul)
▪ Lidokain 2 % (20 mg/ ml) : 2 ampul
▪ Spuit 3 cc, 5 cc, 1 cc
▪ RL/NS (3 buah), tranfusi set, abokat ukuran 16 atau 18
▪ Torniquet
▪ Kapas antiseptik & plester
▪ Salep mata : oxytetrasiclin 1 %, Vitamn K, Vaksin Hepatis B
B. Perlengkapan & Peralatan lain
▪ PPD (sepatu boot, clemek, topi, masker, kacamata)
▪ Larutan klorin 0,5% ( 2 buah)
▪ Larutan DTT
▪ Tempat sampah medis dan non medis
▪ Handuk cuci tangan
▪ Tempat pakaian kotor ibu
▪ Tempat plasenta
▪ Handuk cuci tangan
C. Dokumen
▪ Buku penerimaan pasien baru
▪ Status pasien
▪ Alat tulis
▪ Lembar Observasi & Partograf
PENGKAJIAN PASIEN DATANG
2 Sampaikan salam dan berjabat tangan
3 Mempersilahkan klien duduk atau berbaring*
Sebelum berbaring pastikan klien sudah buang air kecil*
Mengganti pakaian pasien dengan blouse khusus untuk kamar bersalin
4 Mengkaji alasan datang dan keluhan utama secara verbal
kontraksi, pengeluaran cairan pervaginam (lendir darah, darah, ketuban)
5 Tanyakan apakah klien pernah periksa di tempat ini sebelumya dan memiliki buku
KIA
Klien pertama kali periksa* :
▪ Mengkonfirmasi data yang ada di buku KIA
▪ Mengkaji riwayat kehamilan, persalinan dan KB
▪ Mengkaji riwayat obstetrik dan gynekologi
▪ Mengkaji riwayat medis dan bedah
▪ Mengkaji psikologi, social budaya dan spiritual klien
6 Memeriksa keadaan umum, TTV, status nutrisi dan hidrasi
7 Memberikan Privasi dan mendapatkan persetujuan (informed consent)

61
8 Melakukan palpasi abdominal : TFU, punggung janin, bagian terendah janin dan
penurunan.
9 Menilai kontraksi uterus (frekuensi, durasi dan intensitas) : letakkan tangan di
fundus klien. Rasakan fundus mulai tegang hingga keras dan ibu biasanya
mengeluh sakit. Hitung:
▪ Frekuensi kontraksi dalam 10 menit (berapa banyak kontraksi yang timbul
dalam 10 ment)
▪ Durasi kontraksi dalam detik (lama setiap kontraksi berlangsung, dari
waktu permulaan satu kontraksi ke permulaan kontraksi selanjutnya)
▪ Intensitas (kekuatan ketika kontraksi mencapai puncak). Kriteria : kuat,
cukup dan ringan.
10 Auskultasi detak jantung janin (frekuensi, irama, intensitas) dan respon saat
kontraksi
11 Mengkaji pengeluaran pervaginam (lendir darah, darah, ketuban)
PEMERIKSAAN DALAM
12 Jelaskan perlunya dan langkah pemeriksaan dalam
13 Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dan keringkan dengan handuk
bersih
14 Dekatkan alat-alat :
Kapas DTT dalam kom tertutup, Bengkok, Sarung tangan DTT/ steril
15 Atur posisi pasien berbaring dengan posisi dorsal recumbent dan tutupi bagian
tubuh yang lain
16 Pakai Kedua Sarung Tangan
17 Lakukan vulva higient:
▪ Ambil kapas DTT
▪ Bersihkan dari atas ke bawah labia mayor dengan satu kali usap, kapas
dibuang. Lakukan yang sama pada labia minor
▪ Telunjuk dan Ibu Jari (tangan kiri ) Membuka Labia Mayor. Bersihkan Labia
Minor. Bersihkan kebawah sampai anus
18 Inspeksi vulva dan vagina (pengeluaran cairan abnormal vagina, inflamasi, IMS,
odem vulva, luka bekas episiotomi)
19 Buka labia dengan dua jari non domain. Masukkan Jari Tengah Tangan Kanan
dengan lembut ke Introitus Vagina Searah Sumbu Panggul, Kemudian Disusul
Dengan Jari Telunjuk. Bersamaan dengan tindakan tersebut, minta klien rileks dan
tarik nafas panjang. Setelah dua jari masuk kedalam vagina raba dan rasakan :
keadaan vagina (derajat suhu vagina, adanya tumor /oedema vagina), raba porsio
(pembukaan serviks, penipisan) :
▪ Pembukaan (pelebaran os servik eksterna yang dinyatakan dalam
diameter berkuran sentimeter)

(Hanretty, 2003)
▪ Penipisan servik yang dinilai dalam persentase (0-100 %)
20 Jari masuk lebih dalam meraba selaput ketuban janin, apakah masih utuh atau
sudah pecah, ketuban menonjol atau tidak
21 Menentukan presentasi dan denominator janin:
▪ Presentasi (kepala, bokong, atau yang lain, bila kepala akan teraba :
keras, bulat, dan ada garis sutura/teraba ubun besar atau kecil)

62
▪ Apakah ada moulage (tumpang tindih sutura sagitalis)
▪ Tentukan apa yang menjadi denominator/penunjuk letak anak dalam
rahim
▪ Seberapa Jauh Masuk Kebidang Hodge (H-I, H-II, H-III, H-IV)
▪ Apakah teraba bagian kecil janin yang menumbung (tangan, kaki, tali
pusat)
22 Melakukan pemeriksaan panggul dalam : promontorium teraba atau tidak, bila
teraba dapat diukur conjugate diagonalis (cd), conjugate vera (cv) : cd – 1 ½ cm.
Normal cv 11cm, linea inominata teraba berapa bagian, n= teraba 2/3 bagian,
spina ischiadica menonjol/tidak , sacrum cekung/tdk, arcus pubis lebih
besar/kurang dari 900, distantia tuberosum (dt) lebih besar/ kurang dari satu tinju.
23 Keluarkan jari dari vagina dan perhatikan apakah ada air ketuban : bagaimana
warna dan baunya, apakah show/perdarahan.
Basuh sarung tangan dalam cairan klorin 0,5 % dan lepas secara terbalik.
D. DOKUMENTASI
24 Tulis tanggal, jam bersalin dan hasil pemeriksaan dilembar observasi apabila
belum memasuki inpartu fase aktif.
25 Tulis tanggal, jam bersalin dan hasil pemeriksaan dilembar partograf apabila
sudah memasuki inpartu fase aktif.

26 Jelaskan hasil pemeriksaan dan informed consent pertolongan persalinan

63
SOP PERTOLONGAN PERSALINAN

NO LANGKAH KEGIATAN

A. PERSIAPAN PASIEN : dilakukan dikala 1


1 Mempersiapkan peralatan yang digunakan
2 Mempersiapkan tempat (Bersih, aman, nyaman, rapi dan tenang)
3 Mempersiapkan lingkungan (Menutupi pintu dan jendela, Memasang sampiran)
4 Mempersiapkan pasien (informed consent)
B. PERTOLONGAN PERSALINAN
1*) Mengenali gejala dan tanda pasti kala II
2 Menyiapkan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong
persalinan
3 Pakai celemek plastik yang bersih
4 Mencuci kedua tangan dan mengeringkan
5* Mematahkan ampul oksitosin 10 unit, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat
tinggi (DTT) atau steril pada satu tangan
6* Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung
tangan DTT atau steril) dan meletakan kembali kedalam partus set, pastikan tidak
terjadi kontaminasi alat suntik.
7 Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas DTT
8* Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan servik
sudah lengkap : pembukaan, ketuban, penipisan, bagian terendah, denominator,
penurunan, bagian kecil janin dan moulage. Jika pembukaan lengkap tetapi
ketuban masih utuh lakukan amniotomi (evaluasi jumlah, warna, penurunan
bagian terendah dan apakah ada bagian kecil janin yang teraba)
9 Dekontaminasi sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5 % dan mencuci kedua
tangan dengan air DTT
10* Periksa DJJ diantara kedua kontraksi untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas
normal (120-160 kali per menit).
11 Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu berada dalalm posisi yang nyaman sesuai keinginannya
12 Meminta kepada keluarga untuk membantu menyiapkan posisi ibu untuk
meneran
13* Melakukan bimbingan meneran saat ibu merasa ada dorongan yang kuat untuk
meneran : pujian, evaluasi
14 Tindakan yang tepat jika ibu tidak ada keinginan untuk meneran : motivasi, hidrasi,
RPS (rangsangan puting susu, ganti posisi dan evaluasi DJJ)
15* Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, meletakan
handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
16* Meletakan kain yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu
17* Buka tutup partus set
18* Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan
19* Saat kepala bayi tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm melindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, meletakan tangan yang
lain dikepala bayi, melakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat kepala
bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan
20* Memeriksa lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi,
teruskan segera proses kelahirannya
21* Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22* Setelah kepala melakukan putaran paksi luar memegang secara biparental.
Dengan lembut menggerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu

64
anterior muncul dibawah arkus pubis kemudian menggerakan dengan lembut ke
arah atas dan distal untuk melahirkan bahu posterior.
23* Setelah kedua bahu lahir. Menggunakan tangan kanan untuk menyanggah kepala
dan bahu. Menggunakan tangan kiri untuk menelusuri dan memegang lengan dan
siku sebelah atas.
24* Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan anterior berlanjut dari
punggung, bokong, tungkai dan kaki bayi. Memegang kedua mata kaki bayi dan
dengan hati-hati memasukan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing
mata kaki dan ibu jari dan jari-jari lainnya
C. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25* Melakukan penilaian bayi dengan cepat
26* Mengeringkan tubuh bayi dengan segera kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan verniks, mengganti handuk basah dengan handuk kering,
membiarkan bayi diatas perut ibu.
27* Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28* Memberitahu ibu akan di suntik oksitosin 10 unit IM di sepertiga paha kanan atas
ibu bagian luar/ bokong.
29* Menyuntikan oksitosin 10 unit IM disepertiga paha kanan atas ibu bagian luar/
bokong, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
30* Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong
isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat dari klem kedua dengan
jarak 2 cm dari klem pertama (ke arah Ibu)
31* Dengan satu tangan, memegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi)
dan melakukan pengguntingan tali pusat di antara kedua klem tersebut.
MengIkat tali pusat dengan benang DTT atau steril. Melepaskan klem dan
masukkan ke dalam wadah yang telah disediakan.
32 Meletakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi.
33 Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
34* Memindahkan klem pada tali pusat 5 – 10 cm dari vulva
35* Meletakkan tangan kiri diatas kain yang ada diperut ibu, tepat diatas simfisis,
menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan
uterus. Pegang tali pusat dan klem dengan tangan kanan
36* Setelah uterus berkontraksi kemudian meregangkan tali pusat kearah bawah
dengan lembut. Sambil mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso kranial)
dengan hati-hati. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
peregangan talil pusat dan tunggu hingga kontraksi berikutnya dan ulangi cara
diatas
37* Setelah plasenta terlepas, menganjurkan ibu untuk meneran sambil menarik tali
pusat kearah sejajar lantai, dan kemudian ke arah atas ikuti kurva jalan lahir
sambil meneruskan dorongan ke arah dorso kranial.
38* Saat plasenta terlihat di introitus vagina, menyambut plasenta dengan dua tangan
dan dengan hati–hati memutar plasenta searah jarum jam hingga selaput plasenta
terpilin. Dengan lembut dan perlahan lahirkan selaput ketuban tersebut.
39* Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan massase uterus,
meletakan telapak tangan di fundus dan lakukan massase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras)
40* Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Memasukkan Plasenta di dalam kantung
plastik atau tempat khusus.
41* Melakukan evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
42* Melakukan penilaian ulang uterus dan pastikan uterus berkontraksi dengan baik.
Melakukan evaluasi perdarahan pervaginam.
43 Memfasilitasi IMD. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit dada
ibu paling sedikit satu jam

65
44 Menginformasikan, “setelah satu jam melakukan pemeriksaan fisik bayi baru
lahir”.
45 Menginformasikan, ”setelah satu jam pemberian injeksi Vitamin K1, memberikan
suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral”
46* Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam
47 Mengajarkan ibu atau keluarga melakukan massage uterus dan menilai kontraksi
uterus
48* Mengevaluasi dan mengestimasi kehilangan darah
49* Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pasca persalinan dan 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan.
50* Memeriksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk memastikan bahwa
bayi bernafas dengan baik 40-60 kali per menit serta suhu tubuh normal 36’5 –
37’50C

51 Memasukan semua peralatan ke dalam larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi


(selama 10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
52 Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam tempat sampah yang
sesuai.
53 Membersihkan ibu dengan air DTT, membersihkan cairan ketuban, lendir dan
darah dan membantu ibu untuk mengenakan pakaian yang bersih dan kering.
54 Memastikan bahwa ibu merasa aman, membantu ibu untuk memberikan ASI dan
menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minum/makan yang diinginkan.
Memberikan ucapan selamat atas kelahiran bayi.
55 Melakukan dekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan
larutan klorin 0,5 % ( tempat tidur, meja persalinan dan clemek) dan segera bilas
dengan air bersih.
56 Memasukkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %, balik bagian
dalam keluar dan rendam kedalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.
57 Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
D. DOKUMENTASI
58* Melengkapi partograf (Memeriksa tanda-tanda vital dan asuhan kala empat)

66
SOP EPISIOTOMI

NO LANGKAH KEGIATAN

1 Bak instrument berisi: Gunting episiotomi, Kassa steril, Spuit steril 5 cc, Kapas DTT
2 Obat-obatan : Lidocain 2 %, Aquadest
3 Beritahu tindakan yg akan dilakukan
4 Melakukam anastesi local : Membuka ampul lidokain 2 %, Pakai sarung tangan,
Hisap lidokain 2% kedalam spuit 5cc, Oplos dengan aquadest dengan perbandingan
yang sama sehingga menjadi 1%, Letakkan kembali dalam bak instrument,
Membersihkan perineum dengan air DTT, Suntikan lidokain 1% pada perineum
dengan satu tusukan kearah lateral, semi lateral, medial.
5 Melakukan episiotomi, jari kedua dan ketiga dimasukkan antara kepala bayi dan
dinding vagina menghadap perineum.
6 Gunting dimasukkan terbuka dengan dilindungi jari-jari yang ada didalam
7 Bertepatan dengan his dan diameter vulva 4-5 cm dilakukan episiotomi dengan
sudut antara 10-80 derajat samping kiri atau kanan perineum
8 Buka luka robekan ditekan dengan kassa steril
9 Lanjutkan pertolongan persalinan
10 Catat

67
SOP PENJAHITAN LASERASI PERINEUM
NO LANGKAH KEGIATAN

1 Mempersiapkan alat
2 Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% dan melepaskan dalam keadaan
terbalik
3 Menyiapkan peralatan untuk melakukan penjahitan
4 Posisikan bokong ibu pada sudut ujung tempat tidur, dengan posisi litotomi
5 Atur lampu sorot/ senter kearah vulva/ perineum ibu
6 Pakai sarung tangan DTT/ steril pada 1 tangan
7 Pasang duk steril dibawah bokong ibu
8* Isi tabung suntik 10 ml dengan larutan lidocain 1% tanpa epinefrin
9 Lengkapi pemakaian sarung tangan pada kedua tangan
10 Gunakan kassa/ kapas DTT/ steril untuk membersihkan daerah luka dari darah/ bekuan
darah, dan nilai kembali luas dan dalamnya robekan pada daerah perineum
11 Beritahu ibu akan disuntik dan mungkin timbul rasa kurang nyaman
12 Tusukkan jarum suntik pada ujung luka/ robekan perineum secara subkutan sepanjang tepi
luka, Aspirasi
13 Suntikkan cairan lidokain 1% sambil menarik jarum suntik pada tepi luka daerah perineum
14 Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka, arahkan jarum suntik sepanjang tepi luka pada
mukosa vagina, lakukan aspirasi, suntikkan cairan lidokain 1% sambil menarik jarum suntik.
15 Lakukan langkah no 12 s/d 15 untuk kedua tepi robekan
16 Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan untuk mendapatkan hasil optimal dari
anestesi
17 Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat robekan
18 Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka episiotomi, pasang tampon atau kassa
kedalam vagina
19 Tempatkan jarum jahit pada pemegang jarum, kemudian kunci pemegang jarum
20 Pasang benang jahit (chromic 2-0) pada mata jarum
21 Lihat dengan jelas batas luka episiotomy
22 Lakukan penjahitan pertama ± 1 cm diatas puncak robekan didalam vagina, ikat jahitan
pertama dengan simpul mati. Potong ujung benang yang bebas (ujung benang tanpa jarum)
hingga tersisa ± 1 cm
23 Jahit mukosa vagina dengan menggunakan jahitan jelujur hingga tepat di belakang lingkaran
hymen. Bila menggunakan benang plain cat gut, buat simpul mati pada jahitan jelujur di
belakang lingkaran hymen
24 Tusukkan jarum pada mukosa vagina dari belakang lingkaran hymen hingga menembus luka
robekan bagian perineum.
25 Teruskan jahitan jelujur pada luka jahitan perineum sampai kebagian bawah luka robekan.
Bila menggunakan benang plain cat gut, buat simpul mati pada jahitan jelujur paling bawah
26 Jahit jaringan subkutis kanan – kiri ke arah atas hingga tepat di muka lingkaran hymen
27 Tusukkan jarum dari depan lingkaran hymen ke mukosa vagina di belakang lingkaran
hymen. Buat simpul mati di belakang lingkaran hymen dan potong benang hingga tersisa ±
1 cm
28 Bila menggunakan tampon/ kassa di dalam vagina, keluarkan tampon/ kassa. Masukkan jari
telunjuk ke dalam rectum dan rabalah dinding atas rectum
30 Memberikan KIE kepada Ibu tentang cara perawatan luka perineum dan tindakan yang harus
dilakukan apabila terdapat tanda-tanda infeksi

68
PERSALINAN PATOLOGIS

69
SOP PERTOLONGAN PERSALINAN SUNGSANG
NO LANGKAH KEGIATAN

A. PERSIAPAN KALA 1 dan KALA 2


1 Stabilisasi dan memberikan KIE serta telah informed consent
2 Pastikan kembali bahwa prasyarat persalinan sungsang terpenuhi :
• Multipara
• Letak bokong murni
• Ukuran rongga panggul yang normal
• Bayi tidak terlalu besar (TBJ > 2500 gram - < 3500 gram)
• Tidak ada riwayat SC karena CPD
2 Menyiapkan kelengkapan peralatan yang digunakan (Partus set, Hecting set, Resusitasi set,
serta obat – obatan yang dibutuhkan)
3 Mempersiapkan tempat dan lingkungan
4 • Evaluasi tanda gejala kala 2 : dorongan meneran, tekanan anus, vulva membuka dan
perineum menonjol
• Pastikan DJJ normal
B. TINDAKAN PRA PERTOLONGAN PERSALINAN SUNGSANG
1 Memakai pertolongan persalinan lengkap (APD)
2 Mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk yang bersih
3 Memakai sarung tangan panjang DTT atau steril
4 Memasang duk
5 Mengecek kandung kencing, (Jika diperlukan, lakukan kateterisasi kandung kemih)
6 Melakukan pemeriksaan dalam (VT) ulang untuk penilaian terakhir
Pembukaan,ketuban , denominator, arah dominator, bagian terkecil janin, penurunan.
7 Ibu diatur dalam posisi lithotomi dan memimpin ibu meneran dengan benar
8 Penolong berdiri didepan vulva
C. TEHNIK MELAHIRKAN BAYI
1 Cara BRACHT (Memakai Tenaga Mengejan Ibu)
1. Jika bokong telah mencapai vagina dan vulva serta pembukaan lengkap, suruh ibu
meneran bersamaan dengan his
2. Saat bokong membuka vulva, berikan injeksi oksitosin 5 unit/IM
3. Lakukan episiotomi saat bokong crowning (bila diperlukan)
4. Memegang bokong secara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang
paha, jari–jari lain memegang panggul (Pegang bokong dengan hati-hati, jangan lakukan
penarikan)
5. Saat tali pusat terlihat, longgarkan
6. Biarkan bokong sampai skapula lahir dan kelihatan di vagina
7. Ketika scapula lahir, melakukan hiperlordosis ke arah ibu (asisten memulai Kristeller)
8. Nilai apakah kedua bahu dapat lahir spontan. Bila kedua bahu lahir spontan, Bracht
dilanjutkan
9. Dengan gerakan hiperlordosis berturut–turut lahirlah pusar, perut, bahu, lengan, dagu,
mulut, dan akhirnya seluruh kepala.
10. Letakkan bayi di perut ibu.
11. Memotong tali pusat bayi
12. Melakukan penatalaksanaan bayi baru lahir (melakukan resusitasi bayi baru lahir
bila terjadi afiksia)
2 Cara Klasik/ Deventer (Melahirkan Bahu Belakang Lalu Bahu Depan)
1. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya dan
dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu.
2. Tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk
menelusuri bahu janin sampai fosa kubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan
gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin.

70
3. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin dan ditarik curam
ke bawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu.
4. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan
5. Bila lengan depan sulit dilahirkan, lengan depan harus diputar menjadi lengan
belakang. Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicengkam dengan kedua tangan
penolong , kedua ibu jari tangan penolong terletak di punggung dan sejajar dengan sumbu
badan janin sedang jari-jari lain mencengkam dada. Putaran diarahkan ke perut dan dada
janin, sehingga lengan depan terletak di belakang. Kemudian lengan belakang dilahirkan
dengan cara yang sama.

3 Cara Muller (Melahirkan Bahu Depan Dulu Baru Bahu Belakang)


1. Bokong janin dipegang secara femuro-pelviks yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan
sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada krista iliaka dan jari-jari lain
mencengkam paha bagian depan.
2. Badan janin ditarik curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di bawah
simpisis, dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya.
3. Setelah bahu depan dan lengan depan lahir, badan janin yang masih dipegang secara
femuro-pelvik ditarik ke atas sampai bahu belakang lahir.
4. Bila bahu belakang tidak lahir dengan sendirinya, maka lengan belakang dilahirkan
dengan mengait lengan bawah dengan kedua jari penolong.
4 Cara LOVSET
1. Setelah bokong dan kaki bayi lahir, badan bayi dipegang secara femuro-pelvik dengan
kedua tangan.
2. Memutar bayi 180° sehingga bahu belakang menjadi bahu depan.
3. Memutar kembali 180° ke arah yang berlawanan ke kiri/ kanan beberapa kali hingga bahu
belakang tampak di bawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan.
4. 4. Bila lengan tidak dapat lahir dengan sendirinya, maka lengan janin dapat dilahirkan
dengan mengait lengan bawah dengan jari penolong.
5 BILA TERJADI KEMACETAN KEPALA
CARA MAURICEAU
1. Badan bayi diletakan diatas lengan bawah penolong, seolah – olah bayi menunggang
kuda. Jari telunjuk dan jari tengah diletakan pada fosa canina dan jari keempat
mencengkam fosa kanina. Jari telunjuk dan jari ketiga tangan yang lain mencengkam
leher janin dari arah punggung.
2. Minta asisten menekan fundus uteri secara Kristeler.
3. Bersamaan dengan his dan asisten menekan fundus uteri, penolong melakukan tarikan ke
bawah sesuai arah sumbu jalan lahir dibimbing jari yang dimasukkan untuk menekan
dagu/ mulut. Bila sub oksiput tampak di bawah simpisis kepala janin dielevasi ke atas
dengan sub oksiput sebagai hipomoklion sehingga lahir dagu, mulut, dan keseluruhan
kepala.
4. Pengeluaran kepala bayi dengan forsep Piper dikerjakan bila pengeluaran kepala bayi
gagal. Caranya tangan dan badan bayi dibungkus kain steril, diangkat ke atas, atau minta
asisten untuk memegang kaki bayi. Forsep Piper dipasang melintang terhadap panggul
dan kepala kemudian ditarik.

6 Menolong kelahiran bayi


7 Memotong dan mengikat tali pusat
8 Melakukan penanganan awal pada BBL
9 Menyuntikan sisa oksitosin 5 IU
10 Melahirkan placenta secara spontan atau manual ( bila ada indikasi)
11 Menjahit luka jalan lahir bila ada
12 Mengajari ibu untuk melakukan masase fundus uteri sendiri
D. TINDAKAN SETELAH PERSALINAN SUNGSANG
1 Merapikan ibu
2 Membereskan alat – alat

71
3 Sebelum melepaskan sarung tangan, buang terlebih dahulu kapas atau kassa dan sampah lainnya
ke dalam tempat sampah yang sesuai
4 Rendam instrumen ke dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit untuk dekontaminasi
5 Bilas kedua sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% :
• Lepaskan sarung tangan dengan arah dari dalam keluar
• Jika sarung tangan yang digunakan adalah sarung tangan disposibel buang ke dalam tempat
sampah yang tidak bocor/kantong plastik
• Jika sarung tangan akan digunakan kembali dekontaminasi terlebih dahulu keadaan larutan
klorin 0,5 % selama 10 menit
6 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Kemudian keringkan dengan handuk bersih
7 Dokumentasi

72
SOP PENANGANAN PERSALINAN DENGAN DISTOSIA BAHU
N LANGKAH KEGIATAN
O

A. PERSIAPAN AWAL
1 Identifikasi tanda distosia
2 Memberikan KIE dan lakukan informed choice
B. PELAKSANAAN CONTEN
1 Minta bantuan (ask for help), pastikan kandung kemih kosong
2 Melakukan episiotomi
3 TEKANAN SUPRAPUBIC
Melakukan penekanan pada daerah supra pubik (dengan meletakan kedua tangan tegak lurus
atau 90° dan tangan dominan di bawah disusul tangan yang tidak dominan) untuk membantu
penekanan supra pubik untuk melahirkan bahu (mendorong bahu keposisi depan) dan ini
harus dilakukan oleh asisten / orang lain
4 MANUVER MC'ROBERT
a) Ibu berbaring terlentang
b) Dengan posisi ibu berbaring, meminta ibu untuk melipat kedua pahanya, menarik kedua
lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya, sehingga kedua lututnya berada sedekat
mungkin dengan dada (paha sampai menyentuh perut).
c) Menggunakan kedua tangan untuk membantu fleksi maksimal paha
d) Melahirkan bahu anterior dengan menarik kepala bayi ke arah caudal (bawah), dan
melahirkan bahu posterior dengan menarik kepala bayi ke atas
4 Jika bahu masih tetap tidak lahir, maka menggunakan tehnik :
MANUVER WOODS CORK SCREW
a) Memasukkan dua jari tangan kanan (tangan dominan)ke arah bahu anterior, dan kedua
jari tangan ada di depan bahu anterior, kemudian masukan dua jari tangan kiri (tangan
non dominan) berada di belakang bahu posterior janin (untuk memutar bahu bayi
kedepan untuk mengurangi diameter bahu)
b) Memutar bahu kearah obliq secara bersamaan.
5 Cara GASKIN :
Jika bahu masih tetap tidak lahir setelah melakukan manuver-manuver di atas, minta ibu untuk
berganti posisi menungging atau merangkak. Coba bantu kelahiran bayi tersebut dalam posisi
ini dengan cara melakukan tarikan perlahan-lahan pada bahu posterior ke arah bawah dengan
hati-hati; segera setelah bahu posterior lahir, lahirkan bahu anterior dengan tarikan perlahan-
lahan ke arah atas dengan hati-hati.
6 DEKONTAMINASI DAN PENCEGAHAN INFEKSI PASCA TINDAKAN
a) Kumpulkan semua peralatan, rndam dalam larutan klorin 0,5%
b) Melakukan aspirasi larutan klorin 0,5% ke dalam tabung suntik
c) Merendam tabung suntik dan semua alat dalam larutan klorin 0,5%
d) Melepas dan memasukkan sarung tangan secara terbalik, kemudian rendam dalam
larutan klorin 0,5%
e) Melakukan cuci tangan dan mengeringkan dengan handuk bersih dan kering
7 Dokumentasi

73
SOP MANUAL PLASENTA
NO LANGKAH KEGIATAN

A. PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN


1 Jelaskan kondisi klien dan lakukan informed consent
2 Identifikasi pelepasan placenta sebagian
3 Mencuci tangan
4 Memasang infus RL dan diisi oksitosin 10 IU
B. TINDAKAN MANUAL PLACENTA KE KAVUM UTERI
1 BPM : Melakukan anestesia verbal sehingga perhatian ibu teralihkan dari rasa nyeri atau
sakit dan memberikan analgesik suppositoria/ perrectal
RS : Memberikan sedativa dan analgetik serta antibiotik melalui karet infus dan
memasukan misoprostol 400mg perrectal
2 Pakai sarung tangan panjang DTT.
3 Melakukan kateterisasi kandung kemih
4 Tegangkan tali pusat dengan kiri, memasukkan satu tangan secara obstetrik (punggung
tangan ke bawah) kedalam vagina dengan menelusuri bagian bawah tali pusat
5 Setelah tangan mencapai pembukaan servik, meminta asisten untuk memegang klem tali
pusat (untuk PTT), kemudian tangan penolong yang lain menahan fundus uteri
6 Sambil menahan fundus uteri, memasukkan tangan dalam ke kavum uteri sehingga
mencapai tempat implatasi plasenta
7 Membuka tangan obstetrik menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat ke pangkal
jari telunjuk).
C. MELEPAS PLASENTA DARI DINDING UTERUS
8 Menentukan tempat implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah
• Bila implantasi berada di korpus belakang, tangan tetap pada sisi bawah tali pusat.
Bila implantasi dikorpus bagian depan, pindahkan tangan ke bagian depan tali pusat
dengan punggung tangan menghadap ke atas
• Bila implantasi plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat
implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari di antara plasenta dan dinding
uterus, dengan punggung tangan pada dinding dalam uterus bagian belakang
(menghadap sisi bawah tali pusat)
• Bila implantasi plasenta di korpus bagian depan, lakukan penyisipan ujung jari
diantara plasenta dan dinding uterus dengan punggung tangan pada dinding dalam
uterus bagian depan (menghadap sisi atas tali pusat)
9 Kemudian menggerakkan tangan dalam (kanan) ke kiri dan kanan sambil bergeser ke
kranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan
Catatan : Sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu (pasien), lakukan
penanganan yang seuai bila terjadi penyulit
D. MENGELUARKAN PLASENTA
10 Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi ulang untuk
memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus
11 Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus saat plasenta dikeluarkan
12 Instruksikan asisten yang memegang klem untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam
menarik plasenta keluar (hindari percikan darah)
13 Letakkan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan

74
14 Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke dorsokranial setelah
plasenta lahir
15 Masukan tangan dominan dengan 2-3 jari dibalut kasa, lakukan pembersihan tempat
implantasi, dan tangan yang tidak dominan melakukan massage
16 Massage uterus (Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang keluar)
17 Memeriksa kelengkapan plasenta
E. PENCEGAHAN INFEKSI PASCA TINDAKAN
18 a. Sementara masih menggunakan sarung tangan, kumpulkan semua barang, bahan atau
instrumen bekas pakai dan bersihkan tubuh ibu dan ranjang tindakan.
b. Lakukan dekontaminasi sarung tangan dan semua peralatan yang tercemar darah
atau cairan tubuh lainnya dalam wadah berisi klorin 0,5 %
c. Lepaskan sarung tangan dan segera cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
d. Keringkan tangan dengan handuk pribadi yang bersih dan kering
F. PERAWATAN PASCA TINDAKAN
19 a. Memonitor perdarahan pervaginam dam memeriksa tanda-tanda vital :
• setiap 15 menit pada jam pertama
• setiap 30 menit pada jam kedua
b. Meyakinkan bahwa uterus tetap berkontraksi
c. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan
d. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting untuk dipantau
e. Beritahukan kepada ibu dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai tetapi ibu
masih memerlukan perawatan
f. Ajarkan ibu dan keluarga tentang asuhan mandiri dan tanda-tanda bahaya yang
mungkin terjadi. Minta keluarga segera melapor pada penolong jika terjadi
gangguan kesehatan ibu atau timbul tanda-tanda bahaya tersebut
20 Dokumentasi

75
SOP MANAJEMEN HPP DI PELAYANAN DASAR (BPM/PKM)
NO LANGKAH KEGIATAN

A. AWAL TINDAKAN
1 a. Setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uteri maksimal 15 detik
b. Jika uterus tidak berkontraksi
▪ Bersihkan bekuan darah vagina dan serviks
▪ Periksa cavum uteri dari selaput ketuban /bekuan darah/ kotiledon yang
menyebabkan uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh
▪ Minta ibu melakukan stimulasi puting susu,
▪ Pastikan kandung kemih kosong, jika penuh dikateter
c. Identifikasi perdarahan ini disebabkan atonia uteri
2 Jelaskan kondisi klien dan informed choice
B. KOMPRESI BIMANUAL INTERNA (KBI) SELAMA 5 MENIT
1. Pakai sarung tangan DTT /steril, masukkan tangan secara obstetrik kedalam vagina
2. Pastikan kembali pada cavum uteri TIDAK ADA kotiledon/ selaput ketuban /bekuan
darah.
3. Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan dinding anterior
uterus ke arah tangan luar yang menahan dan mendorong dinding posterior uterus ke
arah depan sehingga uterus ditekan ke arah depan dan belakang.
4. Tekan kuat uterus di antara kedua tangan. Kompresi uterus ini memberikan tekanan
langsung pada pembuluh darah yang terbuka (bekas implantasi plasenta) di dinding
uterus dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.
5. Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI ± 2 menit kemudian keluarkan tangan dan
lakukan pemantauan kala IV dgn ketat..
6. Bila KBI belum berhasil maka dilakukan tindakan KBE
C. KOMPRESI BIMANUAL EKSTERNAL (minta keluarga pasien untuk membantu KBE)
1. Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan korpus uteri dan di
atas simphysis pubis.
2. Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang korpus uteri,
sejajar dengan dinding depan korpus uteri. Usahakan memegang bagian belakang
uterus seluas mungkin.
3. Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan depan dan
belakang agar pembuluh darah di dalam anyaman miometrium dapat dijepit secara
manual. Cara ini dapat menjepit pembuluh darah uterus dan membantu uterus
berkontraksi.
4. Keluarkan tangan perlahan-lahan.
5. Berikan ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 600-1000 mcg per rektal.
6. Infus dgn jarum ukuran 16 atau 18 & berikan RL+ 20 UI oksitosin, habiskan secepat
mungkin (grojok).
7. Ulangi KBI
8. Jika uterus sudah berkontraksi, lakukan pemantauan Kala IV dengan ketat.
9. Jika tidak berkontraksi, Segera rujuk dengan BAKSOKUDA.
10. Dampingi ibu ke tempat rujukan sambil tetap melakukan KBI.
11. Lanjutkan infus RL+ 20 UI oksitosin dalam 500 cc larutan dengan laju 500 cc/jam
sampai di tempat rujukan atau hingga menghabiskan 1,5 liter. Lalu 125 ml/jam. Jika

76
cairan tidak cukup, berikan 500ml kedua dengan kecepatan sedang dan berikan
minuman untuk rehidrasi
D. KOMPRESI AORTA ABDOMINALIS
1. Baringkan ibu, tungkai diletakan pada dasar yang rata (tanpa penopang)
2. Raba pulsasi arteri femoralis dengan cara meletakkan ujung jari telunjuk dan jari
tengah pada perpotongan garis lipat paha sejajar tepi atas simpisis pubis.
3. Kepalkan tangan, tekankan bagian punggung jari telunjuk sampai kelingking pada
umbilikus agak ke kiri dengan arah tegak lurus. Tangan lain meraba pulsasi arteri
femoralis. Lakukan kompresi 5 – 7 menit.
4. Lepaskan tekanan sekitar 30 – 60 detik sehingga bagian lain tidak kekurangan darah.
5. Jika pulsasi/ denyutan masih teraba, tekanan kompresi belum kuat
6. Jika berkurang/berhenti maka kompresi sudah mencapai aorta abdominalis.
7. Perdarahan berhenti, pertahankan posisi tersebut lakukan pemijatan uterus (asisten)
sampai uterus berkontraksi dengan baik.
E. DEKONTAMINASI DAN PENCEGAHAN INFEKSI PASCA TINDAKAN
1. Dekontaminasi alat dan tempat
2. Observasi kala IV
3. Beritahukan kepada pasien dan keluarganya tentang tindakan dan hasilnya serta
perawatan lanjutan yang masih diperlukan.
Dokumentasi

77
NIFAS

78
SOP PEMERIKSAAN FISIK IBU NIFAS
LANGKAH KERJA
Persiapan 1 Menyambut ibu dan keluarga yang menemaninya
Bidan 2 Memperkenalkan diri pada ibu
3 Menanyakan nama dan tujuan kedatangan
Persiapan • Alat tulis
Alat • Jam tangan dengan detik/stopwatch
• Bantal
• Selimut & Sprei/alas tempat tidur
• Troli
• Sarung tangan bersih
• Bak Instrument sedang : Sarung tangan DTT, pinset anatomis, kassa
steril
• Betadin
• Thermometer axilla
• Alkohol swab
• Stetoskope
• Tensimeter
• Lampu Senter/ penlight
• Kom tutup + kapas DTT
• Cucing untuk antiseptik
• Metelin
• Timbangan berat badan dewasa
• Pita pengukur LILA
• Hammer
• Bengkok
• 2 Tempat sampah untuk sampah medis dan non medis
• Baskom untuk larutan klorin
Pelaksanaan LAKUKAN PENGKAJIAN RIWAYAT
4 Tanyakan biodata ibu secara lengkap
5 Tanyakan apa yang dikeluhkan ibu
- Nyeri, sakit kepala, demam, perdarahan sejak persalinan
- Masalah terkait pengeluaran urine
- Perasaan ibu saat menyusui dan apa sudah menyusui
- Keluhan lain
6 Tanyakan riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sekarang
- Keluhan umum tentang kehamilan dan penanganan
- Imunisasi TT
- Terapi yang didapat beserta dosisnya selama kehamilan,
persalinan dan nifas
- Riwayat persalinan : waktu, tempat, penolong, proses persalinan :
kala I, kala II, plasenta dan perdarahan. Jenis persalinan , usia
kehamilan, penyulit saat persalinan, jenis kelamin bayi, berat badan
dan kondisi
- Riwayat nifas : perdarahan, kontraksi, pengeluaran pervaginam,
laktasi dan penyulit lainnya
7 Tanyakan riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
- Jumlah kehamilan
- Jumlah anak yang lahir hidup
- Jumlah anak lahir aterm, premature

79
- Jumlah keguguran
- Tempat persalinan
- Berat badan anak
- Usia anak terkecil
- Persalinan dengan tindakan
- Adanya riwayat perdarahan pada persalinan, pasca persalinan atau
penyulit lainnya
- Riwayat depresi atau kecemasan yang pernah dialami
8 Tanyakan tentang riwayat dan rencana kontrasepsi
- Jenis kontrasepsi yang pernah digunakan
- Lama pemakaian
- Keluhan dan masalah selama pemakaian
- Rencana kontrasepsi yang digunakan, tujuan reproduksi
9 Tanyakan riwayat kesehatan / penyakit yang pernah diderita sekarang
dan dulu
- Masalah kardiovaskuler
- Hipertensi
- Diabetes
- Malaria
- Penyakit menular seksual /HIV AIDS (menggunakan instrument)
10 Tanyakan riwayat kesehatan keluarga
- Penyakit yang diderita keluarga (penyakit menurun)
- Riwayat kembar
11 Tanyakan tentang riwayat social/dukungan social
- Status perkawinan
- Respon ibu dan keluarga terhadap nifas ini
- Dukungan keluarga
- Adat yang dipercaya/ pantangan dll
- Gizi yang dikonsumsi dan kebiasaan makan
- Pola istirahat
- Beban kerja dan aktivitas sehari-hari
- Kebiasaan hidup sehat, merokok, minum minuman keras,
penggunaan obat terlarang
12 Tanyakan pola sehari-hari
- Gizi yang dikonsumsi & kebiasaan makan
- Pola istirahat
- Beban kerja & aktivitas sehari-hari
- Pola eliminasi
- Personal hygiene
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik disesuaikan dengan kemampuan mobilisasi ibu nifas
Memperhatikan keadaan umum, emosi dan postur selama dilakukan
13
pemeriksaan.
Menjelaskan tujuan dan prosedur dilakukannya pemeriksaan fisik.
14
Persilahkan ibu berkemih
15 Mencuci tangan
Mengukur berat badan Ibu dan lingkar lengan atas ibu, jaga selalu privasi
16
ibu
Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital : Tekanan darah. Nadi, suhu,
17
pernapasan
Membantu ibu berbaring pada tempat tidur pemeriksaan dan minta ibu
18
untuk melonggarkan pakaiannya
19 Memeriksa kepala:
- Memeriksa adanya edema pada wajah

80
- Memeriksa mata (konjungtiva dan sclera)
- Memeriksa gigi apakah ada caries dan epulis
20 Memeriksa leher:
Memeriksa dengan meraba leher untuk mengetahui pembesaran kelenjar
tiroid, bendungan vena jugularis dan pembesaran kelenjar limfe
Memeriksa dada dan payudara
- Inspeksi kebersihan, ukuran, kesimetrisan, pembengkakan, tanda
infeksi

- Inspeksi putting : menonjol/datar/masuk ke dalam, iritasi-memerah,


nyeri, pecah-pecah, luka, pengeluaran: ASI sudah keluar/belum,
ada/tidak perdarahan

- Palpasi adakah kolostrum atau cairan lain


- Palpasi payudara secara sistematis : lunak, tegang-terisi, kepadatan
meningkat, pembesaran, pemembengkakan, keras, memerah,
mengkilat, suhu kulit meningkat, nyeri, retraksi

22 Memeriksa abdomen
Inspeksi
- Inspeksi adakah bekas luka operasi (Bila ada : adakah tanda-
tanda infeksi, kebersihan, darah/pus, keadaan
luka(basah/kering)

81
- Striae, perut kendor

Palpasi
- Fundus uteri: tinggi, posisi, kontraksi, adakah nyeri tekan

- Diastasis abdominalis :

- Atur posisi berbaring terlentang datar tanpa batal di kepala


- Tempatkan ujung-ujung jari salah satu tangan pada garis tengah
abdomen dengan ujung jari telunjuk tepat dibawah umbilicus dan
jari-jari lain berbaris longitudinal ke bawah (ke simpisis pubis)
- Minta wanita menaikkan kepala dengan dagu di dada sehingga
perut mengendor (otot abdomen kontraksi), kemudian tekan
abdomen dengan ujung jari seperti diatas
- Ukur jarak antara dua otot rektus. Catat lebar jari antara sisi median
dua otot rektus
- Selanjutnya tempatkan ujung-ujung jari satu tangan sepanjang
salah satu median otot rektus abdominal

82
- Minta ibu untuk menurunkan kepalanya secara perlahan ke posisi
bersandar di tempat tidur
- Ketika ibu menurunkan kepalnya, otot rektus akan bergerak jauh
memisah dan kurang dapat dibedakan ketika otot relaksasi
- Ukur jarak kedua otot rektus ketika relaksasi
- Catat hasil peneriksaan. Diastasis saat otot abdomen kontraksi dan
relaksasi (cm)

23 Memeriksa nyeri tekan sudut kostovertebra (CVA) : Sudut kosto


vertebra merupakan gabungan iga ke-12 (iga yang paling bawah)
dengan otot-otot paravertebral yang terletak pararel dengan kedua sisi
kolumna vertebra
METODE A :
o Minta ibu duduk dengan punggung dan tubuh terbuka
o Genggamkan tangan dan pukul-pukul dengan permukaan ulnar
perlahan ke arah bawah sisi punggung ibu dari bagian tengah
skapula ke bagian tengah arah bokong sedikit lateral terhadap
otot para vertebra. Ulangi pada sisi yang lain
o Perhatikan apakah ibu mengalami nyeri. Jika nyeri (+) catat CVAT
kanan/kiri

METODE B
o Minta ibu duduk dengan punggung dan tubuh terbuka
o Tempatkan salah satu telapak tangan pada sudut kostovertebra
o Pukul bagian punggung tangan yang berada diatas kostovertebra
dengan genggaman tangan ulnar yang lain
o perhatikan apakah ibu mengalami nyeri. Jika nyeri (+) catat CVAT
kanan/kiri

83
METODE C
o Minta ibu baring, melihat ketas
o Letakkan tangan disekitar pinggang ibu dan tetapkan lokasi
dengan palpasi sudut kostovertebra menggunakan bagian datar
jari telunjuk dan jari tengah
o Pukul sudut kostovertebra dengan jari-jari secara mendadak ke
atas tangan anda
o perhatikan apakah ibu mengalami nyeri. Jika nyeri (+) catat CVAT
kanan/kiri
24 Memeriksa genitalia
- Jaga privasi ibu
- Gunakan sarung tangan dan gunakan bantuan lampu untuk melihat
:
• Pengeluaran pervaginam : perdarahan, darah segar /
gumpalan darah, warna, jumlah, bau lokhea

• Perineum dan vagina : robekan perineum, luka jahitan,


tanda-tanda infeksi, keadaan luka jahitan
• Adakah edema, varises vulva, atau tanda IMS

- Periksa apakah terdapat hemoroid


- Lepaskan sarung tangan dan masukkan dalam larutan klorin

84
25 Memeriksa Tangan dan Kaki
• Memeriksa apakah tangan dan kaki terdapat edema, pucat pada
kuku jari

• Memeriksa dan meraba adanya varises


• Memeriksa tanda homan : Kaki pasien dalam posisi lurus (Tungkai
ekstensi). Tempatkan satu tangan pada lutut pasien, tekan pelan
agar kaki pasien tetap pada posisi lurus, sementara tangan yang lain
mendorong telapak kaki ke arah kepala pasien dan pasien
dianjurkan untuk mendorong ke arah yang berlawanan.
• Tanda homan positif (+) jika saat pemeriksaan pasien
merasakan sakit pada daerah betis
• Tanda homan negatif (-) jika saat pemeriksaan pasien tidak
merasakan sakit

- Memeriksa reflek patella (dilakukan setelah ibu bangun dari tempat


pemeriksaan)
26 Membantu ibu untuk bangun dari tempat pemeriksaan
Mengucapkan terima kasih atas kerjasama ibu dan membantu ibu
27
mengenakan pakaiannya kembali
28 Mencuci tangan
MENENTUKAN DIAGNOSA DAN KESIMPULAN DAN PEMERIKSAAN
29 Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
30 Memberikan pembelajaran dan pendidikan kesehatan sesuai kondisi dan
hasil temuan dalam pemeriksaan, tentang:
• Nutrisi ibu nifas
• Mobilisasi dan senam nifas

85
• Istirahat
• Kebersihan diri
• Perawatan luka
• Tanda bahaya nifas : HPP, infeksi puerperium, sakit kepala,
pembengkakan wajah, penglihatan kabur, depresi
• Tindakan untuk meredakan ketidaknyamanan
• Perawatan payudara, asi eksklusif, cara menyusui yang benar
• Perawatan bayi
• KB
31 Melakukan kegiatan promosi kesehatan berdasarkan masalah & tujuan
kunjungan post partum
32 Menjadwalkan kunjungan berikutnya dan mempersilahkan ibu pulang
33 Memberikan terapi pada klien
34 Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan tindakan pada kartu status
ibu nifas

86
SOP PERAWATAN LUKA PERINEUM

LANGKAH KERJA

Ø Kapas dengan air DTT dalam kom bertutup


Ø Alas bokong / perlak (bila tempat tidur penderita tidak ada perlaknya)
Ø Air DTT dalam botol
Ø Pot untuk menampung air kemih
Persiapan Alat 1 Ø Pinset
Ø Sarung tangan
Ø Bengkok (nierbekken)
Ø Kasa steril
Ø Betadin
Persiapan Pasien 2 Pasien berbaring
Persiapan Lingkungan tertutup
3
Lingkungan
Berikan salam dengan ramah dan kenalkan bahwa anda petugas
4
kesehatan yang diberikan wewenang untuk melakukan suatu tindakan.
5 Menjelaskan maksud dan tujuan dari tindakan yang dilakukan

6 Mencuci tangan dan mengeringkannya dengan handuk kering dan bersih

7 Gunakan sarung tangan steril


Nilai kondisi luka : kering/basah, adakah tanda infeksi, darah/pus, tingkat
8
penyembuhan luka, bau
Jika luka kering : berikan KIE perawatan luka sehari-hari
Pelaksanaan 9 Luka kotor / terdapat tanda-tanda infeksi : bersihkan dengan NS dan
keringkan. Jika luka basah dan terdapat pus dapat berikan antibiotik
tabur/salep sesuai advice dokter
10 Pastikan luka tetap bersih dan kering

11 Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan pada tempatnya

12 Merapikan pasien
Memberi tahu pada pasien bahwa tindakan sudah selesai dilakukan dan
13
KIE personal higient genetalia.
14 Mencuci tangan.

87
SOP PERAWATAN LUKA SC

LANGKAH KERJA

Persiapan Alat Ø Bak Instrument : sarung tangan, pinset, kassa steril


Ø Kom steril
Ø Penutup anti air (Oppsite)
Ø Antibiotik tabur/ salep menurut advice dokter
1
Ø Plester
Ø Normal salin
Ø Penghilang perekat (alkohol)
Ø Bengkok (nierbekken)
Persiapan Pasien 2 Pasien berbaring
Persiapan 3 Lingkungan tertutup
Lingkungan
Pelaksanaan 4 Berikan salam dengan ramah dan kenalkan bahwa anda petugas
kesehatan yang diberikan wewenang untuk melakukan tindakan.
5 Menjelaskan maksud dan tujuan dari tindakan yang dilakukan
6 Mencuci tangan dan mengeringkannya dengan handuk kering dan bersih
7 Gunakan sarung tangan steril
8 Nilai kondisi luka : adakah tanda-tanda infeksi, darah/pus dan tingkat
penyembuhan luka
9 Buka dan bersihkan luka jahitan dengan NS satu arah
10 Jika luka basah : lakukan penekanan luka untuk mengeluarkan pus yang
ada dalam jaringan, pastikan sampai tidak ada pus
11 Bersihkan ulang dengan NS dan keringkan. Jika luka basah dan terdapat
pus dapat berikan antibiotik tabur/ salep sesuai advice dokter
12 Luka ditutup secukupnya dengan kain kasa steril / penutup anti air
(oppsite)
13 Peralatan dibersihkan, diberekan dan dikembalikan pada tempatnya
14 Sesudah selesai pasien dirapikan
15 Memberi tahu pada pasien bahwa tindakan sudah selesai dilakukan dan
mengucapkan salam.
16 Mencuci tangan.
17 Melakukan pencatatan dan pelaporan

88
SOP CARA MENYUSUI
LANGKAH KERJA
Persiapan Mempersiapkan alat yang dibutuhkan: kapas,bengkok, bantal, pijakan kaki,
alat tulis untuk mencatat
Mempersiapkan lingkungan
Menjaga privasi klien: menutup pintu / jendela / memasang sekat
Pelaksanaan 1. Memberi salam dan memperkenalkan diri sebagai petugas kesehatan yang
diberikan wewenang untuk melakukan suatu tindakan
2. Menjelaskan maksud dan tujuan dari perawatan payudara
3. Meminta persetujuan ibu untuk dilakukan perawatan payudara. Pastikan ibu
menanatangani informed consent
4. Mendekatkan alat-alat yang akan digunakan
5. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, lalu mengeringkan dengan
handuk
6. Membantu ibu melepas baju bagian atas
7. Membersihkan daerah payudara, terutama putting sebelum memulai
menyusui dengan kapas yang dibasahi air hangat
8. Mengeluarkan ASI sedikit lalu mengoleskan pada puting dan areola
9. Mengatur posisi ibu dan bayi
• Ibu duduk santai dengan badan tegak, kaki ibu tidak boleh menggantung
• Bayi diletakkan mengahadap perut ibu / payudara
• Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
• Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu di
depan
• Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung
siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh
tengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu
• Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
(tidak hanya membelokkan kepala bayi)
10. Minta ibu memegang payudara seperti huruf “C”. ibu jari di bagian atas
payudara dan jari lainnya di bagian bawah
11. Merangsang bayi untuk membuka mulut :
• Menyentuh pipi /sisi mulut bayi dengan puting susu
• Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut
bayiSetelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau
disangga lagi (jika sudah yakin hidung bayi tidak tertutup payudara ibu)

12. Mengamati bayi posisi dan perlekatan bayi. Jika bayi belum cukup menyusu
paa satu payudara, maka pindahkan ke payudara yang satunya

89
13. Melepas isapan bayi dengan cara:
• Memasukkan jari kelingking ibu melalui sudut mulut bayi
• Menekan dagu bayi ke bawah

14. Setelah bayi selesai menyusu, ASI dikeluarkan seikit lalu mengoleskan ke
sekitar puting dan areola.
15. Membimbing ibu menyendawakan bayinya :
➢ Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian
punggungnya ditepuk perlahan – lahan sampai bayi mengeluarkan suara
sendawa atau
➢ Bayi didudukkan di pangkuan ibu kemudian punggungya ditepuk
perlahan-lahan sampai bayi mengeluarkan suara sendawa atau
➢ Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk
perlahan – lahan sampai bayi mengeluarkan suara sendawa

16. Membimbing ibu untuk membersihkan mulut dan pipi bayi dengan kapas
yang dibasahi air masak
17. Membantu ibu menggunakan BH dari bahan katun yang sesuai dengan
besarnya payudara / menopang payudara. Membantu ibu untuk mengenakan
pakaian kembali.
18. Memastikan kembali bahwa ibu dapat melakukan cara menyusui yang benar
19. Membersihkan peralatan
20. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir lalu mengeringkn dengan
handuk
21. Melakukan pencatatan dan pelaporan

90
SOP CARA MENYUSUI BAYI KEMBAR

LANGKAH KERJA

Persiapan 1 Ø Kapas yang dibasahi air hangat


Alat
Ø Bengkok
Ø Bantal
Ø Pijakan kaki
Ø Alat tulis untuk pencatatan
Persiapan 2 Lingkungan tertutup
Lingkungan
3 Berikan salam dengan ramah dan kenalkan bahwa anda petugas
kesehatan yang diberikan wewenang untuk melakukan suatu tindakan.

4 Menjelaskan maksud dan tujuan dari tindakan yang dilakukan


5 Alat-alat didekatkan ke pasien
Pelaksanaan
6 Mencuci tangan dan mengeringkannya dengan handuk kering dan bersih
7 Melepas baju ibu bagian atas
8 Sebelum menyusui bersihkan payudara dengan kapas yang dibasahi air
hangat
9 ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting susu dan areola
sekitarnya
10 Mengatur posisi ibu dan bayi :
Bayi dapat disusui keduanya secara bersamaan pada kedua payudara ibu.
Dengan kedua posisi secara bergantian tergantung posisi mana yang
dianggap nyaman oleh ibu.

Tiga posisi tersebut, yang dapat dilakukan pada kedua bayi secara
bersamaan adalah :
1. Tiap bayi menyusu dengan posisi Foot ball
2. Tiap bayi menyusu dengan posisi sejajar dengan tubuh ibu
3. Kedua bayi menyusu saling menyilang di depan tubuh ibu

11 Bagi ibu yang terpaksa menyusui bayinya secara bergantian, mulailah


lebih dahulu dengan menyusui bayi yang lebih kecil.

91
Bayi kembar sering tumbuh pada tingkatan yang berbeda, yang satu lebih
gemuk dari yang lain, tergantung frekuensi menyusui oleh asing-masing
bayi.
12 Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut :
• Menyentuh pipi / sisi mulut bayi dengan puting susu
13 Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi :
• Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke mulut bayi
• Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau
disangga lagi (jika sudah yakin hidung bayi tidak tertutup payudara
ibu)
14 Melepas isapan bayi :
• Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau
• Dagu bayi ditekan ke bawah
15 Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan
pada puting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan
sendirinya.
16 Membimbing ibu menyendawakan bayinya :
• Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian
punggungnya ditepuk perlahan – lahan sampai bayi mengeluarkan
suara sendawa atau
• Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya
ditepuk perlahan – lahan sampai bayi mengeluarkan suara sendawa
17 Membimbing ibu untuk membersihkan mulut dan pipi bayi dengan kapas
yang dibasahi air masak
18 Membantu ibu menggunakan BH dari bahan katun yang sesuai dengan
besarnya payudara/menopang payudara dan mengenakan pakaiannya
kembali.
19 Memastikan kembali bahwa ibu dapat melakukan cara menyusui yang
benar
20 Merapikan peralatan

23 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir lalu mengeringkan


dengan handuk
24 Melakukan pencatatan dan pelaporan

92
SOP PERAWATAN PAYUDARA
LANGKAH KERJA
Persiapan Mempersiapkan alat yang dibutuhkan: 2 buah handuk bersih dan kering, 2 buah
waslap/handuk kecil, baskom berisi air hangat, baskom berisi air dingin, gayung
dan waskom tempat air kotor, minyak kelapa/baby oil, kapas kering, bengkok,
alat tulis untuk pencatatan
Mempersiapkan ibu:
Ibu dalam kondisi duduk
Mempersiapkan lingkungan:
Menjaga privasi ibu
Pelaksanaan 1. Memberi salam dan memperkenalkan diri sebagai petugas kesehatan
yang diberikan wewenang untuk melakukan suatu tindakan
2. Menjelaskan maksud dan tujuan dari perawatan payudara
3. Meminta persetujuan ibu untuk dilakukan perawatan payudara. Pastikan
ibu menanatangani informed consent
4. Mendekatkan alat-alat yang akan digunakan
5. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, lalu mengeringkan
dengan handuk
6. Membantu ibu melepas baju bagian atas
7. Menutup punggung dan sebagian dada pasien bagian depan dengan
handuk
8. Memasang handuk kedua di bawah payudara sampai pada pangkuan
pasien
9. Melakukan pembersihan puting susu :
Letakkan kapas yang telah diberi minyak kelapa / baby oil pada puting
susu sampai areola mammae selama ± 2 menit, bersihkan dengan cara
melingkar dari arah dalam keluar
10. Melakukan perawatan puting jika terdapat masalah puting susu datar /
tenggelam
11. Melakukan pengurutan payudara:
➢ Membasahi kedua telapak tangan dengan minyak, letakkan antara
kedua payudara
➢ Pengurutan 1 :
Kedua telapak tangan diurut dari tengah ke atas, ke samping, ke
bawah, payudara diangkat terus dilepas, lakukan 20-30 x tiap
payudara

➢ Pengurutan 2
Telapak tangan kiri menopang payudara kiri, dengan jari – jari tangan
kanan sisi kelingking urut payudara dari pangkal payudara ke arah
puting susu, lakukan 20-30 x tiap payudara

93
➢ Pengurutan 3
➢ Telapak tangan kiri menopang payudara kiri, tangan kanan
menggenggam dan dengan tulang sendi / buku – buku jari, payudara
diurut dari pangkal payudara ke arah puting susu, lakukan 20-30 x tiap
payudara.

➢ Memegang pangkal payudara dengan kedua tangan lalu urut dari


pangkal payudara ke arah putting susu sebanyak 1 kali untuk setiap
payudara
12. Melakukan pengetukan payudara :
Telapak tangan kiri menopang payudara kiri, kelima ujung jari tangan
kanan mengetuk payudara kiri dengan arah melingkar, lakukan 20-30 x
tiap payudara. Lakukan juga pada payudara sebelah kanan
13. Membersihkan payudara :
➢ Mengguyur payudara dengan air hangat lalu air dingin secara
bergantian sampai bersih dan diakhiri dengan guyuran air hangat atau
➢ Membersihkan payudara dengan waslap hangat lalu waslap dingin
secara bergantian sampai bersih dan diakhiri dengan waslap air
hangat

14. Mengeringkan payudara dengan handuk bersih dan kering


15. Membantu ibu menggunakan BH dari bahan katun yang sesuai dengan
besarnya payudara/menopang payudara dan mengenakan pakaiannya
kembali.
16. Memastikan kembali bahwa ibu dapat melakukan cara menyusui yang
benar
17. Merapikan peralatan
18. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir lalu mengeringkan
dengan handuk
19. Melakukan pencatatan dan pelaporan

94
BAYI BARU LAHIR

95
SOP RESUSITASI BAYI BARU LAHIR
No PROSEDUR RESUSITASI BAYI BARU LAHIR
LANGKAH DAN KEGIATAN

1 Siapkan peralatan, pastikan penolong sudah mencuci tangan dan mengenakan sarung
tangan DTT/steril sebelum melakukan resusitasi
2*) Lakukan penilaian awal bayi baru lahir :
• Sebelum bayi lahir
• Segera setelah bayi lahir (jika cukup bulan)

3 Lakukan langkah awal resusitasi:


Beritahu ibu dan keluarga bahwa bayi mengalami masalah dan perlu dilakukan tindakan
resusitasi
4*) Hangatkan bayi dan letakkan pada meja resusitasi
5*) Atur posisi bayi
6*) Hisap lendir pada mulut dan hidung bayi
7*) Keringkan bayi dan berikan rangsang taktil
8*) Reposisi kepala bayi
9 Nilai hasil langkah awal resusitasi
10 Pastikan bagian dada bayi tidak terselimuti untuk penilaian perkembangan dada bayi waktu
dilakukan peniupan udara/peremasan balon
11*) Pasang sungkup melingkupi hidung, mulut, dan dagu
12*) Remas balon 2 kali dengan tekanan 30 cm air (perhatikan gerakan dinding dada)
13*) Setelah melakukan ventilasi percobaan berhasil maka lakukan ventilasi definitive dengan
meremas balon dengan tekanan 20 cm air, frekuensi 20 kali dalam 30 detik
14 Lakukan penilaian hasil ventilasi, buat keputusan dan lakukan tindakan sesuai keputusan
15 Lakukan penilaian sekali lagi tentang hasil ventilasi pada no. 14 buat keputusan dan
lakukan tindakan sesuai keputusan
16 Jika resusitasi berhasil, lakukan asuhan pasca resusitasi
17 Jika perlu rujukan, lakukan persiapan rujukan

18 Jika resusitasi tidak berhasil, lakukan konseling pada keluarga, pencatatan dan pelaporan
19 Lakukan pencegahan infeksi pada seluruh peralatan resusitasi yang digunakan
20 Lakukan pendokumentasian tindakan yang telah dilakukan

96
SOP PEMERIKSAAN FISIS BAYI BARU LAHIR

PEMERIKSAAN FISIS BAYI BARU LAHIR


NO
LANGKAH KEGIATAN
1 Setelah 1 jam bayi dilakukan IMD, beritahu pada ibu dan keluarga bahwa bayi akan dilakukan
pemeriksaan fisis dan selanjutnya disuntik vitamin K1 dan Hb0
2 Minta persetujuan keluarga
3 Siapkan peralatan yang digunakan
4 Cuci tangan
5 Pakai sarung tangan
6 Letakkan bayi dengan tepat dan jaga lingkungan
7*) Kaji keadaan umum bayi: Posisi bayi, gerakan bayi, genggaman telapak tangan bayi, tangisan bayi
8*) Lakukan pemeriksaan kulit: warna kulit, kelembaban kulit, vernik kaseosa, lanugo, milia, eritema
toksikum
9*) Lakukan pemeriksaan antropometri (berat badan, panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada)
10 Ukur tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan
11*) Lakukan pemeriksaan kepala :
• kontur tulang tengkorak: bentuk kepala, fontanel anterior dan posterior, moulage, caput
succedaneum, chepal hematoma.
• mata: posisi dan kesejajaran dengan telinga, jumlah bola mata, refleks mengedip.
• hidung: lebar hidung, nares paten, respon terhadap bau
• rongga mulut: kesimentrisan, bentuk, kelainan (labioskisis, palatoskisis, labiopalatoskisis)
• telinga: kesejajaran, reaksi pada suara
12 Lakukan pemeriksaan leher: Leher, kelenjar tyroid, nodus limfe, vena jugularis, klavikula
13 Lakukan pemeriksaan dada :
• kesimetrisan tulang iga
• tarikan sternum dan interkostal saat bernafas
• kondisi payudara
• Krepitus
• Bunyi nafas
• Bunyi jantung
14 Lakukan pemeriksaan abdomen:
• Kesimentrisan abdomen
• Bising usus
• Palpasi abdomen
• Tali pusat
• Pengukuran lingkar perut
15*) Lakukan pemeriksaan genetalia:
• Genetalia laki-laki : panjang penis, meatus urinarius, testis dan skrotum.
• Genetalia perempuan : labia mayora, labia minora, klitoris, meatus uretra, pengeluaran rabas
16*) Lakukan pemeriksaan bahu, lengan, tangan:
• Panjang proporsional dan simetris
• Gerakan sendi
• Jumlah jari
• Perlekatan jari

97
17 Lakukan pemeriksaan tungkai dan kaki:
• Panjang proporsional dan simetris
• Gerakan sendi
• Jumlah jari
• Perlekatan jari
18*) Lakukan pemeriksaan punggung dan anus:
• Kolumna spinalis lurus
• Tanda abnormalitas punggung
• Lubang anus
• Refleks torso
19 Lakukan pemeriksaan refleks pada bayi
20*) Berikan salep mata oksitetrasiklin 1% atau salep eritromicyn 0,5% pada bayi
21*) Lakukan injeksi vitamin K1 1mg
22 Satu jam setelah pemberian vitamin K1, lakukan injeksi Hb0 uniject
23 Jelaskan pada orangtua tentang hasil pemeriksaan
24 Rapikan bayi
25 Bereskan alat dan dikembalikan ke tempat semula
26 Cuci tangan
27 Melakukan pendokumentasian tindakan yang telah dilakukan

98
SOP MEMANDIKAN BAYI
Persiapan Membaca rekam mediS
Mempersiapkan peralatan: bak mandi berisi air hangat, washlap, shampoo, sabun
mandi, handuk, pakaian bayi, kapas DTT, cotton buds, bengkok, sarung tangan,
scort, perlak, pakaian bayi (topi, baju, gurita, popok, celana , sarung tangan dan kaki),
kassa steril, minyak telon
Mempersiapkan lingkungan: bersih, aman, nyaman, rapi, tenang
Pelaksanaan 1. Memberi salam dan memperkenalkan diri sebagai petugas kesehatan yang
diberi wewenang untuk melakukan tindakan
2. Menjelaskan maksud dan tujuan memandikan bayi serta meminta
persetujuan dari ibu
3. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
4. Memakai sarung tangan dan skort
5. Meletakkan bayi di meja mandi dengan posisi berbaring
6. Membuka pakaian bayi dan tetap menjaga kehangatan bayi (diletakkan di atas
handuk kering dan diselimuti)
7. Membersihkan daerah genitalia atau anus jika bayi BAK atau BAB
8. Membersihkan area wajah bayi:
Mata: dibersihkan dari dalam ke luar.
Hidung: dibersihkankan perlahan an hati-hati
Mulut: dibersihkan dengan cara ambil satu buah kapas mulut dan peras
kemudian lingkarkan di kelingking kanan, tangan kiri memegang dagu bayi
dan kelingking kanan dimasukkan kemulut bayi dan bersihkan secara
perlahan
9. Waslap dibasahi air hangat. Menyeka bayi dengan washlap basah dari kepala,
leher, dada, tangan, perut, punggung, kaki, bokong dan genetalia
10. Waslap dibasahi dan diberi sabun. Menyeka dengan waslap yang telah diberi
sabun mulai dari kepala, leher, dada, tangan, perut, punggung, kaki, bokong
dan genetalia
11. Mengangkat tubuh bayi dengan cara memasukkan tangan kiri kebawah leher
bayi hingga pergelangan tangan berada dibawah leher, tiga jari berada
dibawah ketiak kiri bayi dan ibu jari serta telunjuk dibagian bahu kiri. Tangan
kanan memegang bokong bayi melalui kedua paha bayi
12. Memasukkan bayi kedalam bak mandi dengan hati-hati dengan posisi
setengah duduk
13. Membersihkan bekas sabun yang ada ditubuh bayi mulai dari kepala,
leher,dada, tangan, perut dengan tangan kanan penolong
14. Menelungkupkan bayi diatas tangan kiri, jari-jari dibawah ketiak kanan bayi
15. Membersihkan sabun yang ada ditubuh bayi mulai dari punggung, bokong,
kaki dengan tangan kanan penolong
16. Mengembalikan bayi keposisi telentang
17. Mengangkat bayi dan letakkan diatas handuk bersih, lembut dan kering
18. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari kepala, leher, dada, tangan, perut,
punggung, kaki, bokong
19. Melakukan perawatan tali pusat: membersihkan tali pusat dan pastikan area
sekitarnya tidak basah. Tali pusat dapat dibungkus dengan kassa steril
20. Mengusapkan minyak telon pada dada, perut, dan punggung bayi lalu
mengenakan pakaian pada bayi
21. Meletakkan bayi dibox bayi/ditempat yang aman atau berikan kepada
ibu/keluarga
22. Membereskan peralatan
23. Membuka sarung tangan serta skort

99
24. Mencuci tangan dengan sabun air mengalir, mengeringkan dengan handuk
bersih
25. Menjelaskan pada ibu/keluarga bahwa tindakan telah selesai dilakukan
26. Melakukan pendokumentasian

100
SOP PERAWATAN METODE KANGURU
Persiapan Petugas kesehatan mempersiapkan diri:
1. Memastikan identitas bayi dengan tindakan yang akan dilakukan
2. Periksa intruksi dokter, kondisi bayi, dan riwayat kesehatan bayi
3. Memastikan kesiapan untuk melakukan tindakan PMK

Mempersiapkan peralatan: waslap, baju untuk ibu, tutup kepala, popok, selendang
kanguru/naju khusus PMK, thermometer, stetoskop

Mempersiapkan lingkungan: bersih, aman, nyaman, rapi, tenang, privacy terjaga

Mempersiapkan ibu atau pengganti ibu:


1. Ibu atau pengganti ibu telah membersihkan dada dan perut
2. Kuku dan tangan ibu atau pengganti ibu harus bersih
3. Selendang kanguru dan baju harus bersih dan hangat sebelum dipakai

Mempersiapkan bayi
1. Bayi jangan dimandikan, cukup dibersihkan dengan kain/handuk
2. Bayi memakai tutup kepala/topi dan popok
3. Setiap popok basah harus segera diganti
Pelaksanaan 1. Memberi salam dan memperkenalkan diri sebagai petugas kesehatan yang
diberi wewenang untuk melakukan tindakan
2. Menjelaskan maksud dan tujuan PMK serta meminta persetujuan dari ibu
3. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir lalu mengeringkan dengan
handuk bersih
4. Mengukur suhu tubuh dan menghitung frekuensi pernafasan bayi
5. Membuka pakaian bayi dan menyerahkan pada ibu/pengganti ibu
6. - Bayi telanjang dada (hanya memakai popok, topi,
kaus tangan, kaus kaki), diletakkan telungkup di dada
dengan posisi tegak atau diagonal. Tubuh bayi
menempel/kontak langsung dengan ibu.
- Atur posisi kepala, leher dan badan dengan baik untuk
menghindari terhalangnya jalan napas. Kepala
menoleh ke samping di bawah dagu ibu (ekstensi
ringan).
- Tangan dan kaki bayi dalam keadaan fleksi seperti
posisi “katak”

7. Fiksasi dengan selendang atau gunakan pakaian


khusus untuk PMK. Jangan mengikat kain terlalu keras
terutama di bagian perut agar bayi leluasa bernafas.

101
8. Ibu mengenakan pakaian/blus longgar sehingga bayi
berada dalam 1 pakaian dengan ibu. Jika perlu,
gunakan selimut. Selain ibu, ayah dan anggota
keluarga lain bisa melakukan metoda kanguru.

9. Memantau kondisi bayi dengan cara:


a. Mendengarkan bunyi jantung bayi per menit. Normal : 120-160 kali per menit
dengan irama reguler.
b. Mengukur suhu aksila bayi. Suhu ubuh normal bayi 36,5˚C – 37,5˚C.
c. Menghitung frekuensi pernafasan bayi per menit. Frekuensi pernafasan
normal bayi : 40-60 kali/menit.
d. Memeriksa kondisi kesehatan (secara umum): gerakan spontan, warna kulit,
pernafasan normal dan teratur, tonus otot, berat badan
10. Mengajari ibu/ pengganti ibu agar memperhatikan:
a. Pernafasan bayi jika terlalu pelan atau susah atau kurang teratur. Jika hal ini
terjadi, hentikan metode kanguru dan hubungi perawat/bidan.
b. Suhu aksila bayi setiap 6 jam. Suhu tubuh normal bayi 36,5˚C – 37,5˚C.
c. Gerakan bayi. Jika bayi lesu dan gemetar, hentikan metode kanguru dan
hubungi perawat/bidan.
d. Berat badan bayi. Berat badan bayi naik (sedikitnya 15 g/kg/per hari paling
sering dalam 3 hari berturut-turut).
e. Setiap popok bayi yang basah akibat buang air kecil atau buang air besar
segera diganti
f. Bayi gelisah tidak mau minum
11. Memberi bayi ASI. Untuk bayi dengan usia kehamilan kurang dari 30-32
minggu, ASI diberikan melalui selang nasogastrik. Bayi dengan usia kehamilan
lebih dari 32 minggu bisa belajar dengan menghisap puting sehingga bayi tetap
dalam posisi kanguru ketika menyusui.
12. Mengevaluasi keadaan bayi setelah PMK dilakukan
13. Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun lalu mengeringkan dengan
handuk
14. Menanyakan pada ibu/ pengganti ibu tentang perasaannya setelah melakukan
PMK
15. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
16. Memberikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
17. Melakukan dokumentasi meliputi kuantitas dan kualitas hasil yang diperoleh
selama pemeriksaan berlangsung: catat lamanya metode kanguru dilakukan,
respon bayi/toleransinya selama prosedur, respon ibu/ ibu pengganti terhadap
metode kanguru dan pengajaran pada keluarga, nama dan tanda tangan
petugas yang melakukan prosedur

102
SOP PEMASANGAN OGT
Persiapan Petugas kesehatan mempersiapkan diri:
1. Memastikan identitas bayi dengan tindakan yang akan dilakukan
2. Periksa intruksi dokter, kondisi bayi, dan riwayat kesehatan bayi
3. Memastikan kesiapan untuk melakukan tindakan

Mempersiapkan peralatan: cottonbuds, handscoen steril, serbet makan/doek, plester,


gunting, spuit 3cc, OGT ukuran 6Fr, stetoskop, bengkok

Mempersiapkan lingkungan: bersih, aman, nyaman, rapi, tenang, privacy terjaga


Pelaksanaan 1. Memberi salam dan memperkenalkan diri sebagai petugas kesehatan yang diberi
wewenang untuk melakukan tindakan

2. Menjelaskan maksud dan tujuan pemasangan OGT serta meminta persetujuan dari
ibu/ keluarga bayi
3. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir lalu mengeringkan dengan handuk
4. Mengatur posisi bayi dengan cara dibedong dan diposisikan semifowler
5 Doek / serbet makan dipasang di atas dada. Bengkok diletakkan di samping pipi
bayi
6 Memakai handscoen steril
7 Mengukur panjang selang yang akan dimasukkan dengan menggunakan :
- Metode tradisional
Mengukur jarak dari tepi mulut ke telinga bawah lalu ke prosesus xiphoideus di
sternum
- Metode Hanson
Mula-mula tandai 50 cm pada selang kemudian lakukan pengukuran dengan
metode tradisional. Slang yang akan dimasukkan pertengahan antara 50 cm dan
tanda tradisional
8 Memasukkan pipa lambung melalui mulut sampai batas yang telah ditentukan
dengan perlahan dan hati-hati
9 Jika terasa ada tahanan, putar selang dan jangan memaksa untuk dimasukkan.
Meminimalkan ketidaknyamanan akibat pemasangan OGT dan memudahkan pipa
masuk ke faring.
10 Memeriksa ketepatan pipa masuk ke dalam lambung untuk mencegah selang masuk
ke sistem pernafasan dengan cara:
- Menghisap cairan lambung dengan spuit
- Mendengarkan melalui stetoskop sementara melalui pipa dimasukkan udara 1.5-
2 cc dengan spuit
11 Spuit dipasang pada pangkal pipa kemudian udara dihisap kembali
12 Memasukkan nutrisi kebutuhan bayi. Menuangkan sedikit air matang (1 cc) setelah
selesai memberikan ASIP atau makanan cair melalui pinggir spuit
13 Memperhatikan keadaan dan kenyamanan bayi selama pemberian makan. Memberi
kenyamanan dapat mengurangi kecemasan.
14 Setelah selesai memberi ASIP, bayi diangkat dan punggungnya ditepuk-tepuk
kemudian dibaringkan miring untuk meminimalisir terjadinya muntah.
15 Membereskan peralatan
16 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir lalu mengeringkan dengan handuk
17 Melakukan observasi keadaan umum pada bayi
18 Melakukan dokumentasi: mencatat waktu pemberian, jumlah ASIP yang diberikan,
respon bayi, keadaan bayi, nama dan tanda tangan petugas

103
BAYI DAN BALITA

104
SOP DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG
(SDIDTK)
1. Pengertian Stimulasi Deterksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang adalah
pemantauan dan pengelolaan tumbuh kembang anak secara komprehensif
dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang pada masa 5 tahun pertama kehidupan
yang dilakukan oleh tenaga yang sudah dilatih SDIDTK.
2. Tujuan Agar semua balita umur 0–5 tahun dan anak prasekolah umur 5-6 tahun
tumbuh dan berkembang secara optimal.
3. Persiapan pasien 1. Menjelaskan kepada orang tua mengenai prosedur dan tindakan yang
akan dilakukan kepada anak
2. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
4. Persiapan Memberikan lingkungan yang nyaman, tenang dan aman.
lingkungan
5. Persiapan alat 1. Timbangan
2. Microtoise/infantometer
3. Pita ukur untuk lingkar kepala, LILA
4. Buku KIA/media dokumentasi lain
5. Grafik pertumbuhan (WHO Growth Charts); lingkar kepala (WHO)
5. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) sesuai umur anak & alat
ujinya
6. Lembar DENVER II & alat ujinya
7. Instrumen tes daya dengar (TDD)
• Instrumen TDD menurut umur anak
• Gambar binatang (ayam, anjing, kucing, manusia)
• Mainan (boneka, kubus, cangkir,bola)

8. Instrumen tes daya lihat

• Ruangan yang bersih,tennag, penyinaran baik


• 2 buah kursi, 1 untuk anak; 1 untuk pemeriksa
• Poster “E” untuk digantung dan kartu “E” untuk dipegang
• Alat penunjuk

9. Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME)

10. Check list for autism in toddlers (CHAT)

11. Check list gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)


6. Prosedur
6.1 Menimbang a. Persiapan pasien
Berat Badan • Beritahukan pasien tindakan-tindakan yang akan dilakukan
• Lakukan informed conscent
b. Langkah kerja:
1. Letakkan timbangan pada meja/lantai yang datar dan tidak mudah
bergoyang
2. Pastikan posisi jarum menunjuk angka “0”
3. Sambut bayi/anak dengan sikap ramah sambil memperhatikan
kondisi fisiknya

105
4. Lepaskan pakaian anak/bayi yang tebal, sisakan pakaian setipis
mungkin yang menempel pada tubuh. Lepaskan pula topi, alas &
kaos kaki serta benda-benda yang dipegang/dibawa anak.
5. Bimbing anak naik ke atas timbangan, setelah itu lepaskan tanpa
berpegangan
6. Lihat jarum timbangan sampai berhenti, baca angka yang ditunjuk
oleh jarum timbangan
7. Catat hasil penimbangan pada media dokumentasi/buku KIA
8. Interpretasikan hasil pemeriksaan BB/U pada KMS atau grafik WHO

6.2 Pengukuran Langkah kerja:


tinggi badan 1. Sambut bayi/anak dengan sikap ramah sambil memperhatikan
kondisi fisiknya
2. Minta orangtua/pendamping membantu melepaskan alas kaki anak
3. Posisikan anak tegak lurus membelakangi alat pengukur tinggi
badan/menghadap ke depan. Bagian belakang kepala, punggung
bagian atas, pantat dan tumit menempel pada dinding
4. Turunkan batas atas pengukur hingga menempel pada ubun-ubun
5. Baca angka pada alat pengukur

6. Catat hasil pengukuran pada media dokumentasi/buku KIA


7. Interpretasikan hasil pemeriksaan TB/U dan BB/TB pada KMS atau
grafik WHO

6.3 Pengukuran Langkah kerja:


Lingkar Kepala 1. Sambut bayi/anak dengan sikap ramah sambil memperhatikan
kondisi fisiknya
2. Lepaskan aksesoris yang ada di kepala anak (topi, bando, ikat
rambut, pita)
3. Lingkarkan pita ukur pada kepala anak dengan melewati dahi
(glabella), kemudian ke bagian atas telinga, ke bagian belakang
kepala yang menonjol (protuberantia occipital externa) dan kembali
ke arah dahi (glabella)
4. Baca angka pada pertemuan dengan angka “0” dan catat hasil
pengukuran pada media dokumentasi/buku KIA
5. Interpretasikan hasil pengukuran lingkar kepala menggunakan kurva
lingkar kepala WHO

106
6.4 Pengukuran Langkah kerja :
Lingkar Lengan 1. Lingkarkan pita ukur pada lengan atas (pada titik tengah lengan atas)
Atas (LILA) 2. Baca angka pada pertemuan dengan titik “0”
3. Catat hasil pengukuran
6.5 Penilaian Pengertian: KPSP adalah alat/instrumen yang digunakan untuk
Perkembangan mengetahui dini perkembangan anak normal atau menyimpang
dengan KPSP
Indikasi: dilakukan pada usia 3,6,9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54,
60, 66, dan 72 bulan

Persiapan:
1. Menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
2. Mengatur posisi pasien/klien senyaman mungkin
3. Menjaga lingkungan nyaman, aman dan tenang

Persiapan alat:
1. Kuesioner sesuai usia anak
2. Kertas, pensil
3. Bola plastik atau karet seukuran bola tenis
4. Kerincingan
5. Kubus ukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah
6. Benda-benda kecil seukuran kismis/potongan biskuit kecil

Langkah kerja:
1. Menghitung usia anak (tanggal, bulan, tahun). Bila usia anak lebih dari
15 hari maka dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh usia 3 bulan 1 hari
maka dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila usia 3 bulan 15 hari maka
dibulatkan menjadi 3 bulan.
2. Memilih kuesioner KPSP sesuai usia anak
3. Menjelaskan tujuan KPSP pada orangtua
4. Menanyakan isi KPSP sesuai urutan atau anak melaksanakan tugas
perkembangan dalam KPSP
5. Menginterpretasikan hasil KPSP
Hitung jawaban “Ya” (bila dijawab “bisa” atau “sering” atau “kadang-
kadang”
Hitung jawaban “Tidak” (bila dijawab “belum pernah” atau “tidak bisa”)

Bila jawaban “Ya” = 9-10, perkembangan anak sesuai engan usia (S)
Bila jawaban “Ya” = 7-8, perkembangan anak meragukan
Bila jawaban “Ya” = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan
perkembangan
Rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa saja.

Tindak Lanjut:
1. Untuk anak dengan perkembangan sesuai usianya (S)
• Orangtua/pengasuh anak sedah mengasuh dengan baik, berikan
apresiasi
• Lanjutkan pola asuh yang sudah diterpakan
• Lanjutkan stimulasi sesuai tahap perkembangan berikutnya
• Ikutkan adak setiap ada kegiatan Posyandu
2. Untuk anak dengan perkembangan meragukan (M)
• Beri dukungan pada orangtua
• Konsultasikan nomer jawaban TIDAK, mintalah jenis stimulasi
tersebut diberikan lebih sering

107
• Lakukan stimulasi intensif selama 2 minggu untuk mengejar
ketertinggalan
• Bila anak sakit, lakukan pemeriksaan kesehatan pada dokter,
apakah ada penyakit yang menghambat perkembangan anak
tersebut
• Lakukan penilaian KPSP ulang setelah 2 minggu menggunakan
daftar yang sama seperti saat anak dnilai pertama kali
• Bila usia anak seudah berpindah golongan dan KPSP
3. Untuk anak dengan perkembangan menympang (P)
• Segera rujuk ke rumah sakit
• Tuliskan jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (misal
gerak kasar, bicara & bahasa)
6.6 Penilaian DENVER II II merupakan revisi utama dari Denver Developmental
Perkembangan Screening Test (DENVER II) dan Revised Denver Developmental
dengan DENVER Screening test (DENVER II-R). Adalah suatu metode skrining terhadap
II II kelainan perkembangan anak. Tes ini bukan merupakan tes diagnostik
atau ter IQ. Waktu yang diperlukan antara 15-20 menit.

Aspek yang dinilai :


1. Perilaku sosial (personal social)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungannya
2. Gerakan motorik halus (fine motor adaptive)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi
cermat
3. Gerakan motorik kasar (gross motor)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh
4. Bahasa (language)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti
perintah & berbicara spontan

Alat peraga (menyesuaikan usia kronologis anak):


1. benang wol merah
2. kismis/manik-manik
3. peralatan makan
4. peralatan gosok gigi
5. pakaian
6. buku gambar/kertas
7. pensil
8. kubus warna merah, kuning, hijau, biru
9. Lembar DENVER II II

Prosedur DENVER II terdiri dari 2 tahap:


• Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada semua anak yang
berusia: 3-6 bulan, 9-12 bulan, 18-24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5
tahun
• Tahap kedua : dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya
hambatan perkembangan pada tahap pertama. Kemudian
dilanjutkan denganevaluasi diiagnostik yang lengkap.

Langkah kerja:
1. Menentukan usia kronologis anak (tanyakan tanggal, bulan dan tahun
kelahiran anak). Gunakan patokan 30 hari untuk 1 bulan dan 12 bulan

108
untuk 1 tahun. Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari maka
dibulatkan ke bawah, jika sama dengan atau lebih dari 15 hari maka
dibulatkan keatas.
2. Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis
horizontal tugas perkembangan pada formulir DENVER II
3. Penilaian masing-masing tugas perkembangan:
• Lulus, gagal atau tidak mendapat kesempatan melakukan tugas
4. Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: normal,
abnormal, meragukan atau tidak dapat dites
• Abnormal
• Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan pada 2 sektor
atau lebih
• Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih
keterlambatan, plus 1 sektor atau lebih dengan
keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak
ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis
vertikal usia
• Meragukan
• Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
• Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan
dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak
yang berpotongan dengan garis vertikal usia
• Tidak dapat dites
• Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes
menjadi abnormal atau meragukan
• Normal
• Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas
6.7 Tes Daya Dengar Indikasi: Mulai usia 3 bulan
• Setiap 3 bulan sampai usia 12 bulan
• Setiap 6 bulan usia 1 – 6 tahun
• Usia < 24 bulan dijawab ibu/pengasuh
• Usia > 24 bulan perintah melalui ibu/pengasuh agar dikerjakan
oleh anak
Alat:
1. Daftar pertanyaan : 0-6 bulan, 6-9 bulan, 9-12 bulan, 12-24 bulan, 2-3
tahun, > 3 tahun
2. Gambar binatang (ayam, anjing, kucing), manusia
3. Mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola)

Langkah kerja:
1. Menghitung usia anak (tanggal, bulan, tahun). Bila usia anak lebih dari
15 hari maka dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh usia 3 bulan 1 hari
maka dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila usia 3 bulan 15 hari maka
dibulatkan menjadi 3 bulan.
2. Memilih kuesioner TDD sesuai usia anak
3. Menjelaskan tujuan TDD pada orangtua
4. TDD usia < 24 bulan:
• Bacakan pertanyaan kepada ibu/pengasuh dengan lambat, jelas &
nyaring, satu per satu
• Semua pertanyaan harus dijawab oleh ibu/pengasuh
• Tunggu jawaban dari orangtua/pengasuh
• Jawaban “Ya” jika menurut orangtua anak dapat melakukan dalam
1 bulan terakhir

109
• Jawaban “Tidak” jika menurut orangtua/pengasuh anak tidak
pernah, tidak tahu atau tidak dapat melakukan dalam 1 bulan
terakhir
5. TDD usia > 24 bulan :
• Berupa perintah melalui orangtua/pengasuh untuk dilakukan oleh
anak
• Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah
orangtua/pengasuh
• Jawaban “Ya” jika anak dapat melakukan perintah
orangtua/pengasuh
• Jawaban “Tidak” jika akan tidak dapat/tidak mau melakukan
perintah orangtua/pengasuh

Interpretasi Tes Daya Dengar:


1. bila ada satu atau lebih jawaban “Tidak”, kemungkinan anak mengalami
gangguan pendengaran
2. catat jumlah ketidakmampuan anak

Intervensi:
Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi
6.8 Tes Daya Lihat Indikasi : Mulai usia 3 tahun, diulang setiap 6 bulan

Alat & sarana:


1. Ruangan
2. 2 buah kursi
3. Poster huruf E dan penunjuk
4. Guntingan huruf E

Langkah kerja :
1. Gantungkan poster E berjarak 3 m dari anak, setinggi mata anak dalam
posisi duduk
2. Latih anak mengarahkan kartu E dengan benar ke atas, bawah, kanan,
kiri, sesuai yang ditunjuk pada poster
3. Tutup sebelah mata menggunakan kertas
4. Tunjuk huruf E pada poster satu per satu mulai baris 1-4
5. Puji bila anak dapat mencocokkan arah huruf E
6. Ulangi pada mata sebelahnya

Interpretasi:
Bila tidak dapat mencocokkan posisi huruf E sampai dengan baris ketiga,
maka terdapat gangguan daya lihat

Intervensi : rujuk bila ada gangguan daya lihat


6.9 Deteksi Dini Dilakukan apabila ada keluhan orangtua atau kecurigaan
Gangguan petugas/guru/kader (tidak rutin dikerjakan)
Perilaku

CHAT (Checklist for Indikasi: usia anak 18 bulan – 3 tahun dengan kecurigaan dari
Autism in Toddlers) orangtua/pengasuh/guru/petugas karena ada 1 atau lebih tanda:
1. keterlambatan bicara
2. gangguan komunikasi/interaksi sosial
3. perilaku yang berulang-ulang

Alat: lembar kuesioner CHAT

110
Langkah kerja :
1. Memperkenalkan diri kepada orangtua/pengasuh dan menjelaskan
pemeriksaan yang akan dilakukan
2. Menanyakan dan mengamati perilaku anak:
• 9 pertanyaan utuk ibu/pengasuh (A): jawaban “ya” atau “tidak”
• 5 perintah untuk anak (B) : jawaban “ya” atau “tidak”

Interpretasi dan intervensi CHAT:


• Risiko tinggi menderita autis: jawaban TIDAK pada pertanyaan A5,
A7, B2-4 ➔ Rujuk
• Risiko rendah menderita autis: jawaban TIDAK pada pertanyaan
A7, B4
• Kemungkinan gangguan perkembangan lain: jawaban TIDAK pada
3 atau lebih pertanyaan A1-4, A6, A8-9, B1, B5
• Normal

Kuesioner Masalah Indikasi: usia anak 3-6 tahun dengan kecurigaan dari
Mental Emosional orangtua/pengasuh/guru/petugas, dilakukan setiap 6 bulan
(KMEE)
Alat: lembar kuesioner KMEE

Langkah kerja :
1. Memperkenalkan diri kepada orangtua/pengasuh dan menjelaskan
pemeriksaan yang akan dilakukan
2. Menanyakan pada orangtua/pengasuh 12 pertanyaan dalam kuesioner
3. Catat jawaban “Ya” atau “Tidak”, hitung jumlah jawaban “Ya”

Interpretasi
Jika terdapat jawaban “Ya” > 1 : kemungkinan anak mengalami masalah
mental emosional

Intervensi :
1. Bila ditemukan 1 atau lebih masalah mental emosional:
• Lakukan konseling pada orangtua menggunakan Buku Pedoman
Pola Asuh yang mendukung perkembangan anak
• Evaluasi setelah 3 bulan
• Bila tidak ada perubahan, rujuk ke rumah sakit yang memiliki
fasilitas tumbuh kembang anak/kesehatan jiwa
2. Bila ditemukan >2 masalah mental emosional, rujuk anak ke rumah
sakit. Dalam surat rujukan harus dituliskan jumlah & masalah mental
emosional yang ditemukan.
Deteksi Dini Indikasi: usia anak ≥ 3 tahun dengan kecurigaan dari
Gangguan orangtua/pengasuh/guru/petugas
Pemusatan
Perhatian & Alat: lembar kuesioner GPPH
Hiperaktivitas
(GPPH) Langkah kerja :
1. Memperkenalkan diri kepada orangtua/pengasuh dan menjelaskan
pemeriksaan yang akan dilakukan
2. Menanyakan pada orangtua/pengasuh 10 pertanyaan dalam kuesioner
3. Memberikan nilai:
• “0” ➔ tidak pernah
• “1” ➔ kadang-kadang
• “2” ➔ sering
• “3” ➔ selalu

111
Interpretasi :
Total nilai > 13 kemungkinan GPPH

Intervensi:
• Nilai > 13 rujuk rumah sakit, tuliskan kelainan yang ada
• < 13 tapi ragu, periksa ulang 1 bulan kemudian

112
SOP IMUNISASI POLIO ORAL
Imunisasi polio diberikan pada bayi mulai usia 0-11 bulan dalam ruang
Pengertian lingkup KIA dan 0-59 bulan untuk kegiatan Pekan Imunisasi Nasional
(PIN)
Tujuan Agar anak memiliki daya tahan terhadap penyakit polio
Prosedur Alat & bahan
1. Alat
• Pinset/gunting kecil untuk membuka tutup vial OPV
2. Bahan
• Vaksin OPV
• Dropper polio

Langkah kerja :
1. Petugas mencuci tangan
2. Memastikan vaksin OPV dalam keadaan baik (perhatikan nomor
batch, kadaluwarsa dan VVM)
3. Membuka tutup vaksin menggunakan pinset/gunting kecil
4. Memasang dropper diatas botol vaksin
5. Letakkan anak pada posisi senyaman mungkin
6. Buka mulut anak & teteskan vaksin OPV sebanyak 2 tetes
7. Pastikan vaksin yang telah diberikan ditelan anak
8. Hindari ujung dropper menyentuh mulut/bibir anak atau tangan
petugas untuk menjaga sterilitas
9. Rapikan alat
10. Petugas mencuci tangan
11. Dokumentasikan dalam buku KIA

113
SOP IMUNISASI MR
Imunisasi campak diberikan pada bayi mulai usia 9-12 bulan dalam ruang
Pengertian
lingkup KIA
Tujuan Agar anak memiliki daya tahan terhadap penyakit campak
Prosedur Alat & bahan
a. spuit 3 cc, 5 cc & jarum
b. vaksin campak & pelarutnya
c. kapas DTT
d. bak instrumen
e. bengkok

Langkah kerja :
1. Petugas mencuci tangan
2. Memastikan vaksin campak dalam keadaan baik (perhatikan nomor
batch, kadaluwarsa dan VVM)
3. Buka tutup vaksin menggunakan Pinset
4. Larutkan dengan cairan pelarut campak yang sudah ada (5 cc)
5. Pastikan umur anak tepat untuk di imunisasi campak (9 bulan)
6. Ambil 0,5 cc vaksin campak yang telah dilarutkan tadi, kemudian ganti
jarum dengan jarum yang akan digunakan untuk menyuntik
7. Bersihkan lengan kiri bagian atas anak dengan kapas DTT
8. Suntikan secara subcutan (sc) dengan sudut 45-60 ◦
9. Rapikan alat, buang spuit ke dalam safetybox
10. Cuci tangan petugas
11. Dokumentasikan dalam buku KIA

114
SOP IMUNISASI PENTABIO
Imunisasi Pentabio diberikan pada bayi mulai usia 2-6 bulan dalam ruang
Pengertian
lingkup KIA
Tujuan Agar anak memiliki daya tahan terhadap penyakit Difteri, Petusis,
Tetanus, Hemofilus influensa tipe b dan Hepatitis B
Prosedur Alat & bahan
a. spuit 3 cc & jarum
b. vaksin Pentabio
c. kapas DTT
d. bak instrumen
e. bengkok

Langkah kerja :
1. Petugas mencuci tangan
2. Memastikan vaksin Pentabio dalam keadaan baik (perhatikan nomor
batch, kadaluwarsa dan VVM)
3. Buka tutup vaksin menggunakan Pinset
4. Larutkan dengan cairan pelarut campak yang sudah ada (5 cc)
5. Pastikan umur anak tepat untuk diimunisasi Pentabio
6. Ambil 0,5 cc vaksin Pentabio dari dalam vial, kemudian ganti jarumnya
dengan jarum yang akan digunakan untuk menyuntik
7. Bersihkan paha 1/3 anterolateral anak dengan kapas DTT
8. Suntikan secara intramuskular (i.m) dengan sudut 90 ◦
9. Rapikan alat, buang spuit ke dalam safetybox
10. Cuci tangan petugas
11. Dokumentasikan dalam buku KIA

115
SOP IMUNISASI BCG
Imunisasi BCG diberikan pada bayi mulai usia kurang dari 2 bulan dalam
Pengertian
ruang lingkup KIA
Tujuan Agar anak memiliki daya tahan terhadap penyakit tuberculosis berat
Prosedur Alat & bahan
a. spuit 1 cc, 5 cc & jarum
b. vaksin BCG & pelarutnya
c. kapas DTT
d. bak instrumen
e. bengkok

Langkah kerja :
1. Petugas mencuci tangan
2. Memastikan vaksin BCG dalam keadaan baik (perhatikan nomor
batch, kadaluwarsa dan VVM)
3. Larutkan vaksin dengan cairan pelarut BCG 1 ampul ( 4 cc )
4. Pastikan anak belum pernah di BCG dengan menanyakan pada orang
tua anak tersebut
5. Ambil 0.05 cc vaksin BCG yang telah dilarutkan tadi kemudian ganti
jarum dengan jarum yang akan digunakan untuk menyuntik
6. Bersihkan lengan dengan kapas yang telah dibasahi air bersih, jangan
menggunakan alkohol / desinfektan sebab akan merusak vaksin
tersebut
7. Suntikan vaksin tersebut sepertiga bagian lengan kanan atas (tepatnya
pada insertio musculus deltoideus) secara intrakutan (ic) / dibawah kulit
8. Rapikan alat, buang spuit ke dalam safetybox
9. Petugas mencuci tangan
10. Dokumentasikan dalam buku KIA

116
KONTRASEPSI

117
SOP KONSELING KB
Persiapan alat 1. Alat Bantu Pengambilan Keputusan Ber-KB (ABPK)
2. Model alat kontrasepsi
3. Lembar balik konseling KB
4. Roda kesuburan
5. Lembar observasi metode suhu basal
6. Spermisida
7. Phantom penis
8. Phantom Rahim + serviks
9. Kondom
10. IUD
11. Diafragma
12. Pil kombinasi, progestin/minipil
13. KB suntik kombinasi
14. KB suntik progestin/DMPA
15. Spuit 3 cc
16. Needle 23 G
17. Implant
18. Kartu KB
19. Lembar peserta KB
20. Alat tulis
21. Kalender
Pelaksanaan 1. Siapkan ruangan, tempat kerja (meja dan kursi) yang rapi dan bersih, serta
buku catatan dan ballpoint supaya memberikan kenyamanan selama proses
konseling berlangsung (Tempat senyaman mungkin dan menjamin privasi
klien)
2. Memanggil klien dengan nama yang sesuai
3. Meminta klien masuk ruangan
4. Salam dan berjabat tangan
5. Mempersilahkan klien untuk duduk
6. Memperkenalkan diri dengan sikap yang ramah dan penuh perhatian,
yakinkan klien membangun rasa percaya diri
7. Mengklarifikasi identitas klien dan tujuan kedatangan klien secara lengkap (
Perlihatkan bahwa kita memahami kebutuhan dan keinginan klien serta
kita dapat membantunya )
8. Kumpulkan informasi data-data pribadi klien (pengalaman KB dan Kesehatan
Reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan, dan
kehidupan keluarganya)
9. Menanyakan kontrasepsi yang diinginkan klien
10. Uraikan kepada klien mengenai pilihannya atau jika klien belum memiliki pilihan
beritahu apa pilihan kontrasepsi (jenis-jenis kontrasepsi)
11. Lakukan informed choice dan informed consent
12. Membantu klien menentukan pilihannya, dan jelaskan secara lengkap
bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya: (Pergunakanlah alat/media
peraga dalam konseling)
a. Bila klien memilih Metode Kalender, berikan penjelasan tentang:
• Pengertian Metode Kalender adalah salah satu metode kontrasepsi
alamiah dimana senggama dihindari pada masa subur yaitu dekat
dengan pertengahan siklus haid atau terdapat tanda-tanda adanya
kesuburan yaitu keluarnya lendir encer dari lubang kemaluan (liang
vagina)

118
• Perhitungan masa subur menggunakan rumus :
- Awal masa subur : siklus haid terpendek dikurangi 18 hari
- Akhir masa subur : siklus haid terpanjang dikurangi 11 hari
(Berikan contoh perhitungan masa subur dan masa berpantang untuk
berhubungan)
• Manfaat Metode Kalender:
- Menghindari atau mencegah kehamilan
- Tidak ada resiko kesehatan
- Tidak ada efek samping sistemik
- Murah atau tanpa biaya
- Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana
• Yang dapat menggunakan kontrasepsi Metode Kalender adalah:
- Semua perempuan semasa reproduksi dengan siklus haid teratur
- Semua perempuan dengan paritas berapapun termasuk nulipara
- Perempuan kurus atau gemuk
- Perempuan yang merokok
- Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu
- Pasangan dengan alasan agama untuk tidak menggunakan metode
lain
- Perempuan yang tidak dapat menggunakan metode lain
- Pasangan yang siap pantang senggama lebih dari seminggu pada
setiap siklus haid
• Yang seharusnya tidak menggunakan Metode Kalender adalah:
- Perempuan yang dari segi umur, paritas atau masalah kesehatannya
membuat kehamilan menjadi suatu kondisi risiko tinggi
- Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur
- Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerjasama (berpantang)
selama waktu tertentu dalam siklus haid

b. Bila klien memilih metode kontrasepsi MAL (Metode Amenorea Laktasi)


, berikan penjelasan tentang:
• Pengertian Metode Amenorea Laktasi adalah metode kontrasepsi
dengan menyusui, dengan selalu memberi ASI siang dan malam dan
bayi tidak diberi makanan atau minuman lain.
• Cara kerja MAL: penundaan atau penekanan ovulasi
• Manfaat MAL:
- Efektivitas tinggi (98% pada enam bulan pascapersalinan)
- Tidak menganggu senggama
- Tidak ada efek samping secara sistemik
- Tidak perlu pengawasan medis
- Tidak perlu obat
- Tanpa biaya
• Keterbatasan MAL:
- Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan
- Sulit dilaksanakan terkait dengan kondisi sosial
- Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan
6 bulan
- Tidak memberikan perlindungan terhadap HIV/IMS
• Saat menggunakan MAL adalah wanita yang sedang menyusui jika:
- Usia bayi kurang dari 6 bulan
- Bayi tidak diberi makanan atau minuman lain selain ASI

119
- Belum mendapat haid
• Cara menggunakan MAL:
- Bila memakai MAL segera setelah persalinan
- Selalu berikan ASI Eksklusif
- Bisa menggunakan kontrasepsi tambahan seperti kondom untuk
antisipasi
• Hal yang harus dilakukan setelah berhenti memakai MAL:
- Rencanakan KB lain jika bayi berusia lebih dari 6 bulan atau telah
mendapat haid
- Pakai metode lain pada saat yang tepat

c. Bila klien memilih metode kontrasepsi Pil , berikan penjelasan tentang:


• Profil kontrasepsi Pil:
- Minum satu pil setiap hari
- Efektif dan mudah untuk berhenti
- Aman untuk hampir semua ibu
- Membantu mengurangi perdarahan
- Membantu mengurangi perdarahan mentruasi dan kram
- Perempuan sering mengalami efek samping pada awalnya tidak
berbahaya
- Tidak memberikan perlindungan terhadap HIV/IMS
- Terdapat 2 jenis pil : pil kombinasi dan non kombinasi/minipil
• Yang tidak bisa menggunakan kontrasepsi Pil adalah:
- Merokok dan berusia lebih dari 35 tahun
- Memiliki tekanan darah tinggi
- Baru 3 minggu melahirkan
- Menyusui kurang dari 6 bulan (kecuali jika klien memilih minipil
diperbolehkan menggunakan jenis ini pada saat menyusui)
- Kemungkinan hamil
- Ada masalah kesehatan lain yang serius (stroke, migrain, kanker
payudara, hipertensi, diabetes, merokok dan usia > 35 tahun,
penyakit kantung empedu, hepatitis, TBC, epilepsi)
• Efek samping kontrasepsi Pil yang umum terjadi adalah:
- Mual
- Flek atau bercak diantara masa haid
- Sakit kepala ringan
- Nyeri payudara
- Berat badan naik/turun
• Cara memakai kontrasepsi Pil:
- Minum satu pil setiap hari pada waktu yang sama (tunjukkan cara
mengikuti panah pada paket)
- Diskusikan tentang waktu minum pil, tempat menyimpan pil dan hal
yang perlu dilakukan jika pil habis
- Setelah semua pil dalam satu paket habis, lanjutkan dengan paket
baru pada hari berikutnya
• Jika lupa minum pil:
- Minum 1 pil segera ketika ingat
- Minum pil berikutnya sesuai jadwal
- Lanjutkan minum pil seperti biasa, satu setiap hari
- Jika lupa minum 2 pil atau lebih, atau terlambat memulai paket 2 hari
atau lebih, maka yang dilakukan adalah hindari senggama atau pakai

120
kondom selama tujuh hari, lewati pil tidak aktif dan langsung lanjut ke
paket baru

• Waktu untuk memulai menggunakan metode kontrasepsi Pil adalah:


- Jika klien mendapatkan menstruasi 5 hari yang lalu, bisa mulai
sekarang tanpa menggunakan pelindung tambahan
- Jika klien mendapat menstruasi lebih dari 5 hari yang lalu tidak perlu
menunggu masa haid berikutnya (klien harus menghindari
senggama atau pakai kondom selama 7 hari pertama setelah minum
pil )
- Setelah melahirkan jika menyusui gunakan pil non kombinasi/ minipil
- Setelah melahirkan dan tidak menyusui
- Setelah keguguran
- Jika ganti dari metode lain

d. Bila klien memilih Metode Kontrasepsi Suntik 3 Bulanan (non


kombinasi/progestin) , berikan penjelasan tentang:
• Profil Kontrasepsi suntik 3 bulanan (non kombinasi/progestin):
- Suntik diberikan setiap 3 bulan
- Sangat efektif
- Mudah untuk berhenti, namun perlu waktu untuk dapat hamil
- Aman bagi hampir semua perempuan
- Merubah haid bulanan
- Tidak melindungi terhadap HIV/IMS
• Yang tidak bisa menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulanan adalah:
- Hamil atau dicurigai hamil
- Memiliki tekanan darah tinggi
- Usia > 35 tahun
- Memiliki gangguan kesehatan yang serius (perdarahan pervaginam
yang belum jelas penyebabnya, diabetes, kanker payudara, stroke)
• Efek samping yang umum terjadi pada kontrasepsi suntik 3 bulanan adalah:
- Amenorea (tidak terjadi haid)
- Perdarahan bercak (spotting)
- Berat badan naik/turun
• Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulanan:
- Jika mendapatkan haid sampai dengan 7 hari yang lalu, bisa mulai
sekarang tidak perlu perlindungan
- Jika haid lebih dari 7 hari yang lalu, tidak perlu menunggu haid
berikutnya jika yakin tidak hamil
- Setelah melahirkan (menyusui atau tidak menyusui)
- Setelah keguguran
- Jika ganti dari metode lain

e. Bila klien memilih Metode Kontrasepsi Suntik 1 Bulanan (kombinasi) ,


berikan penjelasana tentang:
• Profil Kontrasepsi suntik 1 bulanan :
- Suntik diberikan setiap 1 bulan
- Sangat efektif dan mudah untuk berhenti
- Aman bagi hampir semua perempuan
- Beberapa pamakai mengalami efek samping tidak berbahaya dan
segera hilang
- Tidak melindungi terhadap HIV/IMS

121
• Yang tidak bisa menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulanan adalah:
- Merokok dan usia > 35 tahun
- Memiliki tekanan darah tinggi
- Menyusui < 6 bulan
- Hamil atau dicurigai hamil
- Memiliki gangguan kesehatan yang serius (penyakit jantung, stroke,
migrain, kanker payudara, hipertensi, diabetes, minum obat TB dan
epilepsi)
• Efek samping yang umum terjadi pada kontrasepsi suntik 1 bulanan adalah:
- Mual
- Flek atau perdarahan diantara masa haid
- Sakit kepala ringan
- Nyeri payudara
- Berat badan naik/turun
• Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulanan:
- Jika mendapatkan haid sampai dengan 7 hari yang lalu, bisa mulai
sekarang tidak perlu perlindungan
- Jika haid lebih dari 7 hari yang lalu, tidak perlu menunggu haid
berikutnya jika yakin tidak hamil
- Setelah melahirkan (menyusui > 6 bulan)
- Setelah keguguran
- Jika ganti dari metode lain

f. Bila klien memilih Metode AKDR , berikan penjelasan tentang:


• Profil Kontrasepsi AKDR:
- Alat kecil yang dipasang di dalam rahim
- Sangat efektif dan aman
- Dapat dicabut kapan saja klien inginkan
- Bekerja hingga 10 tahun, tergantung jenisnya
- Memiliki efek samping menambah pendarahan menstruasi atau
menyebabkan kram
- Tidak melindungi dari HIV/IMS
• Yang tidak bisa menggunakan kontrasepsi AKDR adalah:
- Hamil atau dicurigai hamil
- Baru saja melahirkan (2 – 28 hari pasca persalinan)
- Memiliki resiko IMS (termasuk HIV)
- Menstruasi yang tidak biasa
- Infeksi atau masalah dengan organ kewanitaan
• Efek samping yang umum terjadi pada kontrasepsi AKDR adalah:
- Kram pada bagian perut
- Terdapat flek dalam beberapa minggu
- Haid lebih lama dan lebih banyak
- Bercak atau flek diantara masa haid
- Terjadi kram atau nyeri selama haid
Efek samping ini dapat berkurang setelah beberapa bulan
• Waktu mulai menggunakan kontrasepsi AKDR:
- Jika mendapatkan haid sampai dengan 7 hari yang lalu, bisa mulai
sekarang tidak perlu perlindungan
- Jika haid lebih dari 7 hari yang lalu, tidak perlu menunggu haid
berikutnya jika yakin tidak hamil

122
- Setelah persalinan
- Setelah keguguran atau aborsi
- Jika ganti dari metode lain
• Prosedur Pemasangan AKDR:
- Pemeriksaan panggul
- Membersihkan vagina dan mulut rahim
- Memasang AKDR dalam rahim
- Pemeriksaan benang AKDR setelah pemasangan , dengan cara:
cuci tangan, duduk dalam posisi jongkok, masukkan jari ke dalam
vagina dan rasakan benang AKDR di mulut rahim, jangan menarik
benang. Cuci tangan setelah selesai.

g. Bila klien memilih Metode Impant/ AKBK , berikan penjelasan tentang:


• Profil Kontrasepsi AKBK:
- Alat kontrasepsi yang diletakkan di bawah kulit lengan atas yang
terdiri dari 1,2 atau 6 kapsul kecil bergantung jenisnya
- Efektif selama 3 tahun untuk 1-2 kapsul dan 5 tahun untuk 6 kapsul
- Mudah untuk berhenti, bisa dikeluarkan kapan saja
- Aman bagi hampir semua ibu
- Biasanya mempengaruhi haid
- Tidak melindungi terhadap HIV/IMS
• Yang tidak bisa menggunakan kontrasepsi AKBK adalah:
- Hamil atau dicurigai hamil
- Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
- Mengalami gangguan kesehatan yang serius seperti : pernah terkena
kanker payudara, penyakit hati berat, mengkonsumsi obat TB atau
obat anti kejang, perdarahan melalui vagina yang tidak diketahui
penyebabnya.

• Efek samping yang umum terjadi pada kontrasepsi AKBK adalah:


- Bercak atau haid ringan
- Haid tak teratur
- Tidak mendapatkan haid
- Sakit kepala
- Nyeri payudara
- Gelisah
- Mual-mual
Efek samping ini dapat berkurang setelah beberapa bulan
• Waktu mulai menggunakan kontrasepsi AKBK:
- Jika mendapatkan haid sampai dengan 7 hari yang lalu, bisa mulai
sekarang tidak perlu perlindungan
- Jika haid lebih dari 7 hari yang lalu, tidak perlu menunggu haid
berikutnya jika yakin tidak hamil
- Setelah persalinan
- Setelah keguguran atau aborsi
- Jika ganti dari metode lain
• Prosedur Pemasangan dan Pencabutan AKBK:
- Pemasangan biasanya selama 5-10 menit
- Pencabutan sekitar 15 menit
- Menggunakan suntikan bius lokal
- AKBK dipasang di bawah kulit pada sisi dalam lengan bagian atas

123
- AKBK harus dicabut setelah 3 atau 5 tahun, bergantung pada jenis
AKBK
- Luka bekas sayatan akan ditutup dengan perban tanpa dijahit

h. Bila klien memilih Kontrasepsi Mantap Vasektomi , berikan penjelasan


tentang:
• Profil Kontrasepsi Vasektomi:
- Perlu tindakan operasi
- Metode yang tidak mudah dikembalikan semula bagi pria yang tidak
menginginkan anak lagi
- Tidak segera efektif, harus diikuti dengan pemakaian kondom atau
pasangan harus memakai metode yang efektif minimal sampai 20
ejakulasi
- Aman bagi hampir semua pria
- Tidak mempengaruhi kemampuan seksual
- Tidak melindungi dari HIV/IMS
• Yang tidak bisa menggunakan kontrasepsi Vasektomi adalah:
Umumnya pria bisa memakai kontap kapan saja, tetapi perlu menunggu
jika:
- Bermasalah dengan alat kelamin seperti infeksi, pembengkakan,
luka, benjolan di zakar atau buah zakar
- Ada gangguan kesehatan atau infeksi yang cukup serius seperti
infeksi yang akut atau gastroenteritis berat, penyakit yang berkaitan
dengan AIDS atau gangguan pembekuan, diabetes.
• Langkah tindakan Vasektomi:
- Klien akan tetap terjaga dan diberi obat penghilang rasa sakit
- Dibuat sayatan kecil pada buah zakar
- Saluran sperma dipotong dan diikat
- Sayatan ditutup kembali
- Istirahat 15-30 menit pasca tindakan
• Konseling yang diberikan pada klien dengan kontrasepsi Vasektomi:
- Konseling Pra Vasektomi:
a. Klien diberi informasi bahwa prosedur vasektomi tidak
menganggu hormon pria atau menyebabkan perubahan
kemampuan atau kepuasan seksual
b. Klien sebaiknya mandi serta menggunakan pakaian yang bersih
dan longgar
c. Klien dianjurkan untuk membawa celana khusus untuk
menyangga skrotum
d. Rambut pubis cukup digunting pendek bila menutupi daerah
operasi
- Konseling Pasca Vasektomi:
a. Pertahankan band aid selama 3 hari
b. Luka yang sedang dalam masa penyembuhan jangan ditarik-
tarik atau digaruk
c. Boleh mandi setelah 24 jam asal daerah luka tidak basah
d. Hindari mengangkat barang berat dan kerja keras untuk 3 hari
e. boleh bersenggama sesudah hari ke 2-3 namun untuk
mencegah kehamilan pakailah kondom atau cara kontrasepsi
lain selama 3 bulan atau sampai ejakulasi 15-20 kali
f. Periksa semen 3 bulan pascavasektomi atau sesudah 15-20 kali
ejakulasi

124
i. Bila klien memilih Kontrasepsi Mantap Tubektomi , berikan penjelasan
tentang:
• Profil Kontrasepsi Tubektomi:
- Perlu tindakan operasi
- Rahim tidak diangkat, klien masih bisa mendapatkan haid
- Metod yang tidak mudah untuk dikembalikan ke semula, hanya untuk
ibu yang tidak menginginkan anak lagi
- Sangat efektif
- Aman bagi hampir semua ibu
- Tidak ada efek samping jangka panjang
- Tidak melindungi dari HIV/IMS
• Yang tidak bisa menggunakan kontrasepsi Tubektomi adalah:
Umumnya sebagian besar perempuan bisa memakai kontap kapan saja,
tetapi perlu ditunda jika:
- Dicurigai hamil
- Terdapat infeksi atau masalah pada organ kewanitaan
- Kondisi kesehatan lain yang berat (stroke, darah tinggi, diabetes
dengan komplikasi)
• Langkah tindakan Tubektomi:
- Klien akan tetap terjaga dan diberi obat penghilang rasa sakit
- Dibuat sayatan kecil
- Sayatan ditutup dengan dijahit
- Istirahat beberapa jam pasca tindakan
• Konseling yang diberikan pada klien dengan kontrasepsi Tubektomi:
- Konseling Pra Tubektomi:
a. Jelaskan tentang teknik operasi, anestesi lokal, dang
kemungkinan rasa sakit selama operasi
b. Jelaskan bahwa operasi akan berjalan singkat
c. Klien dianjurkan mandi sebelum mengunjungi tempat pelayanan
d. Rambut pubis cukup digunting
- Konseling Pasca Tubektomi, beritahu klien:
a. Istirahat dan jaga tempat sayatan agar tidak basah minimal 2 hari
b. Tidak melakukan aktivitas seksual selama 1 minggu
c. Tidak mengangkat beban berat sekurang-kurangnya selama 1
minggu
d. Segera memeriksakan ke tenaga kesehatan bila terdapat gejala:
panas/demam, pusing, nyeri perut, keluar cairan atau darah
disekitar daerah sayatan
e. Untuk mengurangi nyeri, gunakan analgesic setiap4-6 jam
f. Segera kunjungi klinik jika terdapat tanda-tanda kehamilan

13. Memberikan konseling tentang penggunaan Kontrasepsi Darurat


a. Pengertian Kontrasepsi Darurat adalah kontrasepsi yang dapat mencegah
kehamilan bila digunakan segera setelah hubungan seksual
b. Jenis kontrasepsi darurat dan waktu penggunaanya adalah:
- AKDR: satu kali pemasangan dengan waktu pemberian 3-5 hari
pasca senggama dan AKDR bisa terus dipakai
- Pil kombinasi dosis tinggi (contohnya Microgynon 50, Nordiol):
diberikan dalam jangka waktu 3 hari pascasenggama, dosis 2x2
tablet (dosis pertama 2 tablet, 12 jam kemudian dosis kedua 2 tablet)

125
- Pil kombinasi dosis rendah (contohnya Microgynon 30, Mikrodiol):
diberikan dalam jangka waktu 3 hari pascasenggama, dosis 2x4
tablet (dosis pertama 4 tablet, 12 jam kemudian dosis kedua 4 tablet)
- Pil Progestin (contohnya Postinor-2) : diberikan dalam jangka waktu
3 hari pascasenggama dosis 2x1 tablet (dosis pertama 1 tablet, 12
jam kemudian dosis kedua 1 tablet)
c. Manfaat kontrasepsi darurat adalah:
- Sangat efektif ( tingkat kehamilan < 3%)
- AKDR juga bermanfaat jangka panjang
d. Indikasi kontrasepsi darurat adalah:
- Mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki
- Kesalahan dalam pemakaian kontrasepsi (kondom bocor, diafragma
pecah, kegagalan senggama terputus, salah hitung masa subur, lupa
minum pil KB lebih dari 2 tablet, terlambat lebih dari 2 minggu untuk
suntik KB)
- Perkosaan
- Tidak menggunakan kontrasepsi

e. Kontraindikasi kontrasepsi darurat adalah: hamil atau tersangka hamil


f. Efek samping :
- Mual, muntah (berikan konseling)
- Perdarahan/bercak
14. Simpulkan hasil konseling (lakukan secara tepat sesuai permasalahan)
15. Mengkaji perlunya kunjungan ulang sesuai dengan metode kontrasepsi yang
dipilih klien :
a. Bila klien memilih Metode Kalender : Anjurkan untuk kembali mengunjungi
bidan jika ada permasalahan atau jika ingin menggunakan metode
kontrasepsi lain
b. Bila klien memilih Metode Amenorea Laktasi : Anjurkan untuk kembali
pada saat sudah mendapatkan haid atau tidak menyusui bayi nya lagi atau
jika terjadi permasalahan tertentu
c. Bila klien memilih Metode Kontrasepsi Darurat: Anjurkan untuk kembali
jika pil sudah habis atau terdapat permasalahan tertentu
d. Bila klien memilih Metode Pil :
- Pil sudah habis dan perlu paket yang baru
- Muncul keluhan seperti terasa sangat nyeri pada perut, dada, atau kaki,
sakit kepala berat, pandangan terganggu, mata berkunang-kunang,
mengalami gangguan kesehatan lain yang serius, atau dicurigai hamil
e. Bila kilen memilih Metode Suntik 3 Bulanan:
- Suntikan ulang bisa mulai diberikan 3 bulan kemudian (dengan 2
minggu lebih awal hingga 2 minggu lebih lambat tanpa perlu
perlindungan tambahan)
- Muncul keluhan seperti : haid tak lazim(banyak dan lama), sakit kepala
berat, mengalami ganguan kesehatan yang serius.
f. Bila kilen memilih Metode Suntik 1 Bulanan:
- Suntikan ulang bisa mulai diberikan 1 bulan kemudian (dengan 7 hari
lebih awal hingga 7 hari lebih lambat tanpa perlu perlindungan
tambahan)
- Muncul keluhan seperti : terasa sangat nyeri pada perut, dada, atau
kaki, sakit kepala berat, pandangan berkunang-kunang, mengalami
gangguan kesehatan serius
g. Bila kilen memilih Metode AKDR:

126
- Kembali dalam 3-6 minggu, atau setelah masa haid berikutnya untuk
pemeriksaan
- Jika ada permasalahan seperti: terlambat haid atau merasa hamil
- Kemungkinan terinfeksi IMS atau HIV
- Benang AKDR berubah panjang atau hilang
- Sangat nyeri pada bagian bawah perut
h. Bila kilen memilih Metode AKBK:
- Datang kembali ke bidan jika ada keluhan atau ingin mencabut AKBK
i. Bila kilen memilih Metode Kontrasepsi mantap Vasektomi:
- Kunjungan ulang dilakukan sesuai dengan jadwal: 1minggu, 1 bulan,
dan 3 bulan pasca operasi
- Datang kembali ke bidan atau petugas kesehatan jika ada keluhan
seperti: terjadi pembengkakan dalam beberapa jam setelah tindakan,
demam dalam 3 hari pertama, terdapat nanah atau perdarahan dari
luka, nyeri, panas, dan kemerahan disekitar luka sayatan
j. Bila kilen memilih Metode Kontrasepsi mantap Tubektomi:
- Beritahu klien jika tidak ada keluhan periksa ulang 1 minggu lagi
- Datang kembali ke bidan atau petugas kesehatan kapan saja jika ada
keluhan seperti: demam tinggi, ada nanah atau luka berdarah, nyeri,
panas, bengkak, luka kemerahan, nyeri perut, diare, pingsan atau
sangat pusing, merasa hamil
16. Berilah salam sambil mempersilahkan klien untuk meninggalkan ruangan
17. Melakukan pendokumentasian tindakan yang telah dilakukan

127
SOP PEMBERIAN KB SUNTIK
Persiapan alat 1. KB suntik kombinasi (cyclofem/cyclogeston)
2. KB suntik Progestin/DMPA (Depo Progestin/Deponeo/Depogeston)
3. Spuit 3 cc
4. Needle ukuran 23½ G
5. Cairan NS 25 ml
6. Alcohol swab/alcohol 70%
7. Kom tertutup
8. Kapas suntik
9. Bak injeksi/bak instrument kecil
10. Bengkok
11. Baki/troli
12. Safety box
13. Tempat sampah medis & non medis
14. Kresek hitam & merah
15. Handscoon bersih
16. Baskom larutan klorin 0,5%
17. Handuk cuci tangan
18. Bantal
19. Selimut
20. Phantom bokong
21. Gabus/busa
22. Larutan klorin/bayclean
23. Kartu KB
Pelaksanaan Konseling Metode khusus
1. Sapa klien dengan ramah dan hangat
2. Tanyakan pada klien apa alasan tujuan kedatangannya
3. Kumpulkan data-data pribadi klien : nama, usia, alamat (data terfokus)
4. Tanyakan pada klien tentang tujuan reproduksi (apakah klien ingin mengatur
jarak kelahiran atau membatasi kelahiran)
5. Terangkan secara ringkas tentang berbagai macam metode kontrasepsi
6. Pastikan bahwa klien memang memilih metode kontrasepsi suntik
7. Periksa kembali rekam medis untuk menentukan bahwa klien memang cocok
untuk memakai metode kontrasepsi
8. Dapatkan surat persetujuan dari klien (informed consent

Konseling pra pemberian Suntik KB


9. Lakukan seleksi klien (anamsesis) secara cermat untuk memastikan tidak ada
masalah kesehatan untuk menggunakan Suntik KB
a. Kontraindikasi pemberian KB suntik 3 bulan (Non kombinasi/Progestin)
• Usia >35 tahun
• Hamil atau dicurigai hamil
• Tanggal haid terakhir, lama haid dan pola pendarahan haid
• Paritas dan riwayat persalinan yang terakhir
• Memiliki gangguan kesehatan yang serius (perdarahan pervaginam
yang belum jelas penyebabnya, diabetes, kanker payudara, stroke)
10a. Menjelaskan pada klien bahwa terdapat efek samping amenorea (tidak
terjadi haid), perdarahan bercak (spoting), berat badan naik/turun

b. Kontraindikasi pemberian KB suntik 1 bulan (kombinasi):


• Merokok dan usia > 35 tahun
• Menyusui >6bulan

128
• Hamil atau dicurigai hamil
• Memiliki gangguan kesehatan yang serius (penyakit jantung, stroke,
migrain, kanker payudara, hipertensi, diabetes, minum obat TB dan
epilepsi)
10b. Menjelaskan pada klien bahwa terdapat efek samping mual, flek
(perdarahan diluar siklus haid), sakit kepala ringan, nyeri payudara, berat
badan naik/turun
11. Jelaskan pada klien waktu mulai menggunakan KB suntik
a. Jika mendapatkan haid sampai dengan 7 hari yang lalu, bisa mulai
sekarang tidak perlu perlindungan
b. Jika haid lebih dari 7 hari yang lalu, tidak perlu menunggu haid berikutnya
jika yakin tidak hamil
c. Setelah melahirkan (menyusui >6 bulan)
d. Setelah keguguran
e. Jika ganti dari metode lain
Prosedur KB 12. Bertindak hati-hati pada saat melakukan tindakan
Suntik 13. Periksa terlebih dahulu setiap fungsi dan peralatan yang akan digunakan
14. Letakkan peralatan pada tempat yang terjangkau oleh petugas
15. Perhatikan keadaan umum pasien pada saat melakukan prosedur
16. Perhatikan teknik septik dan antiseptic
17. Periksa 5 benar dalam pemberian obat dan pastikan obat KB Suntik tidak
kadaluarsa

Tehnik Pemberian obat suntik KB


18. Mengatur posisi pasien, privasi pasien dijaga dan ditempatkan senyaman
mungkin
19. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
20. Buka bungkus spuit dan masukkan dalam bak instrument
21. Buka dan buang tutup kaleng pada vial yang menutupi karet, apus karet yang
ada pada atas vial dengan kapas alkohol.
22. Pakai satu sarung tangan pada tangan dominan
23. Ambil obat dengan cara kocok vial terlebih dahulu, kemudian balikkan vial
dengan mulut kebawah. Masukkan cairan kedalam jarum suntik dengan cara
dihisap. Hingga seluruh isi vial mengisi jarum suntik
24. Keluarkan udara yang ada dalam spuit
25. Atur posisi klien untuk menyuntikkan obat (klien bisa duduk atau berbaring)
26. Tentukan tempat penyuntikan (1/3 lateral atas antara SIAS dan koksigeus)
27. Bersihkan tempat yang akan disuntik dengan kapas alkohol atau air DTT.
28. Suntikkan jarum didaerah penyuntikan dengan arah tegak lurus / 90° hingga
mencapai otot (muskulus gluteus), lakukan dengan tehnik deep IM. apabila
daerah penyuntikan terlalu dangkal maka penyerapan obat akan lambat dan
tidak akan bekerja efektif

29. Sebelum menyuntikkan obat perlahan-lahan tarik sedikit plunger, bila ada darah
masuk kedalam pipa suntik tarik keluar jarum dan suntikkan ditempat
lain/bagian otot didekatnya
30. Lakukan kembali aspirasi apabila tidak terdapat darah masukkan obat secara
perlahan-lahan

129
31. Angkat keluar jarum suntik dan bersihkan kulit sekali lagi dengan kapas alkohol
atau air DTT
32. Membuang spuit yang telah dipakai ke tempat sampah khusus
33. Masukkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan
clorin 0,5%. Lepaskan sarung tangan dari dalam ke luar
34. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
35. Anjurkan pada klien untuk tidak menekan – nekan atau menggosok – gosok
daerah penyuntikan karena akan mempercepat penyerapan obat.
36. Mendokumentasikan dikartu pasien/rekam medik mengenai tindakan yang telah
dilakukan dan merencanakan tanggal penyuntikan berikutnya
KB suntik 3 bulan: 12 minggu pasca penyuntikan
KB suntik 1 bulan : 4 minggu pasca penyuntikan

130
SOP PEMASANGAN IUD
Persiapan Alat Steril:
1. Sarung tangan steril 2 pasang
2. Spekulum cocor bebek S, M, L

3. Tampon tang

4. Tenakulum

5. Sonde uterus

6. Gunting mayo
7. Depress / kassa
8. Kapas DTT
9. Chuching obat

Non steril :
1. Troli
2. Selimut pasien
3. Celemek
4. Masker
5. Kacamata google
6. Penutup kepala
7. Betadine 1%
8. Lampu sorot
9. IUD copper T 380 A
10. Bengkok
11. Baskom larutan klorin 0,5%
12. Duk steril besar

131
13. Handuk kecil
14. Tempat sampah medis
15. Tempat sampah non medis
16. Kain jarik/sewek
17. Bayclean

Phantoom:
1. Phantom panggul untuk pemasangan IUD
2. Manekin kecil uterus
Pelaksanaan Konseling Metode Khusus:
1. Berikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien.
2. Kumpulkan data-data pribadi klien (nama, usia, alamat, dan sebagainya).
3. Tanyakan tujuan menggunakan kontrasepsi yang diinginkan (apakah klien
ingin mengatur jarak kelahiran atau ingin membatasi jumlah anaknya).
4. Tanyakan agama atau kepercayaan yang dianut klien, yang mungkin
menentang penggunaan salah satu metode kontrasepsi misalnya AKDR.
5. Jelaskan tentang efektivitas, kemungkinan efek samping dan komplikasi,
kontraindikasi penggunaan serta cara pemasangan AKDR , sampai benar-
benar dimengerti oleh klien dan anjurkan klien untuk bertanya jika ada yang
tidak dimengerti.
6. Dapatkan surat persetujuan dari klien (informed consent).

Konseling Pra-Pemasangan & Seleksi Klien


7. Lakukan seleksi klien (anamsesis) secara cermat untuk memastikan tidak
ada masalah kesehatan untuk menggunakan AKDR.
• Riwayat Kesehatan Reproduksi:
a. Tanggal haid terakhir, lama haid dan pola perdarahan
b. Paritas dan riwayat persalinan yang terakhir
c. Riwayat kehamilan ektopik
d. Nyeri yang hebat saat haid
e. Anemia berat (Hb < 9 gr% atau hematokrit < 30)
f. Riwayat infeksi Sistem Genetalia (ISG), Penyakit Menular Seksual (PMS)
atau infeksi panggul
g. Berganti-ganti pasangan (resiko ISG tinggi)
h. Kanker servik atau uterus
• Riwayat Penyakit:
a. Riwayat atau keberadaan penyakit katup jantung
b. Riwayat alergi tembaga atau penyakit wilson (penyakit genetik yang
diturunkan, dimana mempengaruhi metabolisme tembaga sehingga
meningkatkan penumpukan tembaga di berbagai organ dalam tubuh)
kontraindikasi untuk AKDR yang mengandung tembaga.
8. Jelaskan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan panggul dan
jelaskan apa yang akan dilakukan dan persilahkan klien untuk
mengajukan pertanyaan.
9. Persiapkan alat yang diperlukan untuk pemasangan AKDR.

• Pemeriksaan Panggul (Perut, Inspekulo, Bimanual)


10. Pastikan klien sudah mengosongkan kandung kemihnya dan mencuci
area genetalia dengan menggunakan sabun dan dibilas air hingga bersih.
Anjurkan klien untuk melepas celana dalamnya.
11. Cuci tangan dengan air bersih, mengalir dan sabun, keringkan dengan
kain bersih.
12. Kenakan kain penutup pada klien dan bantu klien untuk naik ke meja
pemeriksaan.
13. Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri tekan, benjolan atau
kelainan lainnya di daerah supra pubik.

132
14. Atur arah sumber cahaya untuk melihat serviks.
15. Pakai sarung tangan DTT /steril dan atur peralatan dan bahan-bahan yang
akan dipakai.
16. Lakukan inspeksi pada genetalia eksterna adakah ulkus, tanda IMS dan
bagaimana kebersihan genitalia (adakah sisa sabun karena pembilasan
yang kurang bersih) jika perlu bersihkan daerah genetalia dengan kapas
DTT.
17. Lakukan palpasi kelenjar skene dan bartholini dengan tangan kiri, amati
adanya nyeri / duh (discharge) vagina.
18. Masukkan spekulum vagina tidak perlu dikunci.

19. Lakukan pemeriksaan inspekulo:


a. Periksa adanya lesi/keputihan pada vagina
b. Inspeksi posisi porsio, ada tidaknya erosi porsio, pengeluaran cairan
vagina, servisitis
c. Inspeksi ada tidaknya tamda kehamilan (tanda chadwick)
20. Keluarkan spekulum dengan hati-hati dan letakkan kembali pada tempat
semula dengan tidak menyentuh peralatan lain yang belum digunakan.
21. Lakukan pemeriksaan bimanual:
a. Pastikan gerakan serviks bebas
b. Tentukan ukuran, bentuk dan posisi uterus

Uterus retrofleksi Uterus antefleksi

c. Pastikan tidak ada kehamilan (tidak teraba TFU, tanda hegar)

d. Pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa

133
22. Lakukan pemeriksaan rektovaginal (bila ada indikasi):
a. Kesulitan menentukan besar uterus retroversi
b. Adanya tumor pada cavum douglasi
23. Celupkan dan bersihkan sarung tangan dalam larutan klorin 0.5 %,
kemudian dibuka secara terbalik dan rendam dalam klorin.
• Tindakan Pra Pemasangan
24. Jelaskan tentang hasil pemeriksaan pada klien dan berikan kesempatan
untuk bertanya.

• Persiapkan AKDR hingga siap untuk diinsersikan


25. Buka sebagian plastik penutupnya dan lipat bagian belakang ke belakang
dan bagian depan ke depan.
26. Masukkan pendorong ke dalam tabung inserter tanpa menyentuh benda
tidak steril.
27. Letakkan kemasan pada tempat yang datar, keras dan bersih dengan
kertas penutup transparan di bagian atas.
28. Selipkan karton pengukur di bawah lengan AKDR.

29. Pegang kedua lengan AKDR dan dorong tabung inserter, tarik tabung
inserter dari bawah lipatan lengan.
30. Setelah lengan melipat sampai menyentuh tabung inserter, tarik tabung
inserter dari bawah lipatan lengan.

134
31. Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk memasukkan
lengan AKDR yang sudah terlipat tersebut kedalam tabung inserter.

32. Pastikan ujung pendorong tepat di bawah lengan yang telah masuk pada
tabung inserter.

• Tindakan Pemasangan
33. Pakai sarung tangan steril yang baru.
34. Masukkan spekulum dan sesuaikan untuk mendapatkan ruang pandang
terluas sehingga memudahkan dalam pemasangan AKDR.
35. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptic 2 sampai 3 kali untuk
mengurangi resiko infeksi, sebelum diusapkan tanyakan pada klien
apakah ia alergi terhadap larutan antiseptic tertentu.
36. Masukkan tenakulum ke dalam serviks:
a. Jepit tenakulum pada jam 10 atau jam 2 secara vertical
b. Kunci tenakulum, jepit pada gigi satu untuk mengurangi perlukaan
yang dalam
37. Pegang sonde uterus diantara ibu jari dengan jari telunjuk dan tengah
serta tariklah tenakulum dengan mantap untuk meluruskan sumbu uterus.
Masukkan sonde uterus dengan teknik "tidak menyentuh" (no touch
technique) yaitu secara hati-hati memasukkan sonde kedalam cavum uteri
dengan sekali masuk tanpa menyentuh dinding vagina ataupun bibir
spekulum hingga terasa ada tahanan.

135
38. Tentukan posisi dan kedalam cavum uteri dan keluarkan sonde
(kedalaman uterus dapat dilihat dari cairan yang menempel pada sonde)
39. Ukur kedalaman cavum uteri pada tabung inserter yang masih berada di
dalam kemasan sterilnya dengan menggeser leher biru pada tabung
inserter dan pastikan leher biru tetap dalam posisi horizontal kemudian
buka seluruh plastik penutup kemasan.
40. Angkat tabung AKDR dan kemasannya tanpa menyentuh permukaan
yang tidak steril, hati-hati jangan sampai pendorongnya terdorong.
41. Pegang tabung AKDR dengan leher biru dalam posisi horizontal ( sejajar
lengan AKDR). Sementara melakukan tarikan hati-hati pada tenakulum,
masukkan tabung inserter ke dalam uterus sampai leher biru menyentuh
serviks atau sampai terasa adanya tahanan.

42. Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan.
43. Lepaskan lengan AKDR dengan menggunakan teknik withdrawl yaitu
menarik keluar tabung inserter sampai pangkal pendorong dengan tetap
menahan pendorong pada posisinya.

136
44. Keluarkan pendorong, kemudian tabung inserter didorong kembali ke
serviks sampai leher biru menyentuh serviks atau terasa adanya tahanan.

45. Keluarkan sebagian tabung inserter dan gunting benang AKDR kurang
lebih 3 – 4 cm.

46. Keluarkan seluruh tabung inserter, buang ketempat sampah


terkontaminasi.
47. Lepaskan tenakulum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin 0.5 %.
48. Periksa serviks dan bila ada perdarahan dari tempat bekas jepitan
tenakulum, tekan dengan kasa selama 30 - 60 detik.
49. Keluarkan spekulum dengan hati-hati ,rendam dalam larutan klorin 0.5 %.
50. Bersihkan perineum klien dan berikan kesempatan pada klien untuk
beristirahat sejenak.

• Tindakan Pasca pemasangan


51. Rendam seluruh peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0.5 %
selama 10 menit untuk dekontaminasi.

137
52. Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi (kasa, sarung tangan
sekali pakai ) ke tempat yang sudah disediakan.
53. Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan dalam
larutan klorin 0.5 % bersihkan permukaan sarung tangan, buka secara
terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0.5 %.
54. Cuci tangan dengan air dan sabun lalu keringkan.
55. Pastikan klien tidak mengalami kram hebat dan amati selama 15 menit
sebelum memperbolehkan klien pulang.
56. Beri pembalut setelah pemasangan AKDR dan bantu klien menggunakan
celana dalamnya.
• Konseling Pasca Pemasangan
57. Ajarkan klien bagaimana cara memeriksa sendiri benang AKDR dan
kapan harus dilakukan.
58. Jelaskan pada Klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek
samping.
59. Beritahu kapan klien harus datang kembali ke klinik untuk control.
60. Ingatkan kembali Masa pemakaian AKDR.
61. Yakinkan klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat bila
memerlukan konsultasi, pemeriksaan medik atau bila mengiinginkan
AKDR tersebut dicabut.
62. Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan.
63. Lengkapi rekam medik atau kartu AKDR untuk klien dengan menuliskan
jenis AKDR yang dimasukkan,adakah kesulitan saat pemasangan,
kedalaman rongga uterus, panjang benang, dan reaksi klien saat serta
setelah pemasangan.

138
SOP PENCABUTAN IUD
Persiapan Alat Steril:
1. Sarung tangan steril 1 pasang
2. Spekulum
3. Tampon tang
4. Tang buaya (ekstraktor AKDR)

5. Pengait AKDR

6. Cuching untuk larutan antiseptic


7. Kassa (depress)
8. Kapas DTT

Non steril :
1. Troli
2. Selimut pasien
3. Celemek
4. Betadine 1%
5. Lampu sorot
6. Bengkok
7. Baskom larutan klorin 0,5%
8. Duk steril besar
9. Handuk kecil
10. Tempat sampah medis
11. Tempat sampah non medis

Pelaksanaan • Konseling Awal
1. Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri anda.
2. Tanyakan tujuan dari kunjungannya.
3. Tanyakan apa alasannya ingin mencabut AKDR tersebut dan jawab
semua pertanyaan.
4. Tanyakan tujuan reproduksi (KB) selanjutnya apakah klien ingin mengatur
jarak kelahiran atau ingin membatasi jumlah anak.
5. Jelaskan proses pencabutan AKDR dan apa yang akan klien rasakan
pada saat proses pencabutan setelah pencabutan.

• Tindakan Pra Pencabutan


6. Mempersiapkan peralatan yang digunakan untuk pencabutan AKDR.
7. Pastikan klien sudah mengosongkan kandung kencingnya dan mencuci
daerah genetalia dengan menggunakan sabun dan air.
8. Bantu klien naik ke meja pemeriksaan.
9. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain bersih.

139
10. Pakai sarung tangan DTT yang baru.
11. Atur penempatan peralatan dan bahan-bahan yang akan dipakai dalam
wadah steril atau DTT.

• Tindakan Pencabutan
12. Lakukan pemeriksaan bimanual:
a. Pastikan gerakan serviks bebas
b. Tentukan besar dan posisi uterus
c. Pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa
13. Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks.
14. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik.
15. Jepit benang yang dekat dengan serviks menggunakan klem/tang buaya.
16. Tarik keluar benang secara mantap tetapi hati-hati untuk mengeluarkan
AKDR.

17. Tunjukkan AKDR tersebut pada klien, kemudian rendam dalam klorin 0.5
%.
18. Keluarkan spekulum dengan hati-hati.

• Tindakan Pasca Pencabutan


19. Rendam semua peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0.5 %
selama 10 menit untuk dekontaminasi.
20. Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi (kasa, sarung tangan
sekali pakai ) ke tempat yang sudah disediakan.
21. Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0.5 % kemudian lepaskan dalam keadaan terbalik dan
rendam dalam larutan klorin tersebut.
22. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain bersih.
23. Amati selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien pulang.

140
• Konseling Pasca Pencabutan
24. Diskusikan apa yang harus dilakukan bila klien mengalami masalah
(misalnya perdarahan yang lama atau rasa nyeri pada perut / panggul).
25. Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan.
26. Jawab semua pertanyaan klien.
27. Ulangi kembali keterangan tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia dan
resiko keuntungan dari masing-masing alat kontrasepsi bila klien ingin
tetap mengatur jarak kelahiran atau ingin membatasi jumlah anaknya.
28. Bantu klien untuk menentukan alat kontrasepsi sementara sampai dapat
memutuskan alat kontrasepsi baru yang akan dipakai.
29. Buat rekam medik tentang pencabutan AKDR.

141
SOP PEMASANGAN IMPLANT
Persiapan Alat 1. Sarung tangan steril
2. Klem pemegang implant
3. Pinset anatomi
4. Trocar 10 & madrin
5. Bistruri / scalpel 11 atau 15
6. Spuit 5cc
7. Depress / kassa
8. Chuching obat
9. Troli
10. Betadine 1%
11. Lidocain 1%
12. Epinefrin untuk renjatan anafilaktik (harus ada bila ada kedaruratan)
13. Implant

14. Kassa steril


15. Kassa gulung
16. Bandaid/plester
17. Gunting kassa
18. Bak instrument
19. Bengkok
20. Baskom berisi larutan klorin 0,5%
21. Doek steril besar
22. Doek kecil berlubang
23. Perlak kecil
24. Handuk kecil
25. Pola pemasangan dan spidol
26. Tempat sampah medis
27. Tempat sampah non medis

Pelaksanaan • KONSELING PRA PEMASANGAN


1. Sapa klien dengan ramah dan hangat.
2. Tanyakan tujuan dari kunjungannya.
3. Bila belum dilakukan konseling implant, berikan konseling sebelum dilakukan
pemasangan.
4. Pastikan bahwa klien memang memilih implant.
5. Periksa kembali rekam medis untuk menentukan bahwa klien memang cocok
untuk memakai implant.
6. Lakukan pemeriksaan fisik lanjutan atau rujuk bila ada indikasi.

142
7. Nilai pengetahuan klien tentang efek samping yang umum pada implant.
8. Dengarkan kebutuhan dan kekhawatiran klien terhadap implant.
9. Jelaskan proses pemasangan implant dan apa yang akan klien rasakan pada
saat proses pemasangan dan setelah pemasangan.

PEMASANGAN KAPSUL IMPLANT


Persiapan
10. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk pemasangan implant.
11. Periksa kembali untuk meyakinkan bahwa klien telah mencuci lengannya
sebersih mungkin dengan sabun dan air dan membilasnya sehingga tidak
ada sisa sabun.
12. Tentukan tempat pemasangan pada bagian dalam lengan atas, dengan
mengukur 8 cm di atas lipatan siku.

13. Beri tanda pada tempat pemasangan dengan pola kaki segitiga terbalik untuk
memasang kapsul implant.
14. Pastikan bahwa peralatan yang steril atau DTT dan kapsul-kapsul implant
sudah tersedia.
Tindakan Pra Pemasangan
15. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain bersih.
16. Pakai sarung tangan steril atau DTT, bila sarung tangan diberi bedak, hapus
bedak dengan menggunakan kassa yang telah dicelupkan ke dalam air teril
atau DTT.
17. Periksa kembali persiapan peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan.
18. Hitung kembali jumlah kapsul implant yang akan dipasang untuk memastikan
jumlahnya lengkap.
19. Usap tempat pemasangan dengan larutan antiseptik, gerakkan kearah luar
secara melingkar dengan diameter 10-15 cm dan biarkan kering.
20. Pasang kain penutup (doek) steril atau DTT disekeliling lengan klien.
Tindakan Pemasangan
21. Suntikkan anestesi lokal 0,3-0,5 cc tepat dibawah kulit (intradermal) pada
tempat insisi yang telah ditentukan, sampai kulit sedikit menggelembung.

22. Tanpa memindahkan jarum, teruskan pemasukan jarum ke lapisan dibawah


kulit (subdermal) kurang lebih 4 cm, dan suntikkan masing-masing 1 cc pada
jalur pemasangan kapsul.
23. Uji efek anestesinya sebelum melakukan insisi pada kulit.
24. Buat insisi dangkal selebar 2 mm dengan scalpel atau ujung bisturi. Jangan
membuat insisi yang panjang dan dalam.

143
25. Masukkan trokar dan pendorongnya melalui tempat insisi dengan sudut 45 0
hingga mencapai lapisan subdermal kemudian luruskan trokar sejajar
dengan permukan kulit.

26. Ungkit kulit dan dorong trokar dan pendorongnya sampai batas tanda 1 (pada
pangkal trokar) tepat berada pada luka insisi.

27. Keluarkan pendorong dan masukkan kapsul ke dalam trokar (dengan tangan
atau pinset).
28. Masukkan kembali pendorong dan tekan kapsul ke arah ujung dari trokar
sampai terasa adanya tahanan.
29. Sambil menahan ujung kapsul di bawah kulit, tarik trokar dan pendorong
secara bersama-sama sampai batas tanda 2 terlihat pada luka insisi (jangan
mengeluarkan trokar dari tempat insisi).
30. Tahan kapsul yang telah terpasang dengan satu jari dan masukkan kembali
trokar serta pendorongnya pada pola pemasangan berikutnya sampai tanda
1.
31. Cabut pendorong dan masukkan kapsul kedua, kemudian dorong kapsul
hingga terasa tahanan pada ujung trokar.
32. Tahan pendorong dan tarik trokar kearah pangkal pendorong untuk
menempatkan kapsul pada tempatnya.
33. Tahan ujung kapsul kedua yang sudah terpasang di bawah kulit, tarik trokar
dan pendorong hinga keluar dari luka insisi.
34. Raba kapsul untuk memastikan seluruh kapsul implant telah terpasang
dengan baik pada posisinya.
35. Raba daerah insisi untuk memastikan seluruh kapsul berada jauh dari luka
insisi.
Tindakan Pasca Pemasangan
36. Tekan pada tempat insisi dengan kassa untuk menghentikan perdarahan.
37. Dekatkan ujung-ujung insisi dan tutup dengan band-aid.

144
38. Beri pembalut tekan untuk mencegah perdarahan dan mengurangi memar
pada kulit.

39. Taruh alat suntik ditempat terpisah dan letakkan semua peralatan dalam
larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi.
40. Buang peralatan yang sudah tidak dipakai lagi ke tempatnya (kassa,kapas,
atau alat suntik sekali pakai).
41. Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%.
42. Cuci tangan denan air dan sabun, keringkan dengan kain bersih.

KONSELING PASCA PEMASANGAN


43. Gambar letak kapsul pada rekam medik dan catat bila ada hal yang khusus.
44. Beri petunjuk pada klien cara merawat luka dan kapan klien harus datang
kembali ke klinik untuk kontrol.
45. Yakinkan pada klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat bila
menginginkan untuk mencabut kembali implant.
46. Lakukan observasi selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien pulang.
47. Lakukan pendokumentasian pasca tindakan.

145
PENCABUTAN IMPLANT
Persiapan Alat 1. Sarung tangan steril
2. Klem lengkung atau klem U
3. Pinset anatomi
4. Bistruri / scalpel 11 atau 15
5. Spuit 5cc
6. Depress / kassa
7. Chuching yang berisi larutan klorin 0,5%
8. Troli
9. Betadine 1% (dalam cuching)
10. Lidocain 1%
11. Kassa gulung
12. Bandaid/plester
13. Gunting kassa
14. Bak instrument
15. Bengkok
16. Baskom larutan klorin 0,5%
17. Doek steril besar
18. Doek kecil berlubang
19. Perlak kecil
20. Handuk kecil
21. Pola dan spidol
22. Tempat sampah medis
23. Tempat sampah non medis

Pelaksanaan • KONSELING PRA PENCABUTAN


1. Sapa klien dengan ramah dan hangat dan perkenalkan diri Anda.
2. Tanyakan apa alasannya ingin mencabut dan jawab semua pertanyaan dari
klien.
3. Tanyakan pada klien tentang tujuan Keluarga berencana selanjutnya
(apakah klien ingin mengatur jarak kelahiran atau membatasi kelahiran).
4. Terangkan secara ringkas proses pencabutan dan apa yang akan klien
rasakan selama dan sesudah pencabutan.

• PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN


5. Tanyakan pada klien apakah sudah mengetahui prosedur pencabutan
implant.
6. Tanyakan tentang adanya reaksi alergi terhadap obat anestesi.
7. Pastikan klien telah mencuci seluruh lengan dan tangan dengan sabun dan
air serta membilasnya sehingga tidak ada sisa sabun.
8. Bantu klien naik ke meja periksa, letakkan kain yang bersih dan kering di
bawah lengan klien dan atur posisi lengan klien dengan benar.
9. Raba kapsul untuk menentukan lokasi tempat insisi guna mencabut kapsul
untuk memperhitungkan jarak yang sama dari ujung akhir semua kapsul.

10. Pastikan bahwa peralatan yang steril atau telah didisinfeksi tingkat tinggi
(DTT) sudah tersedia.
11. Buka peralatan steril dari kemasannya.

146

• TINDAKAN SEBELUM PENCABUTAN
12. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan kain bersih.
13. Pakai sarung tangan steril / DTT bila sarung tangan diberi bedak, hapus
bedak dengan menggunakan kassa yang telah dicelupkan ke dalam air teril
atau DTT.
14. Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah di capai.
15. Usap tempat pencabutan dengan larutan antiseptik, gunakan klem atau
pinset steril / DTT untuk memegang kasa tersebut.
16. Pasang kain (doek) berlubang steril / DTT disekeliling lengan klien.

• TINDAKAN PENCABUTAN KAPSUL
17. Tusukkan jarum spuit di kulit tepat di lokasi insisi pada kulit yang nantinya
akan dilakukan.

18. Suntikkan anestesi lokal (lidokain 1-2%) 0,3-0,5 cc yang telah ditentukan,
sampai kulit sedikit menggelembung.
19. Teruskan penusukan jarum ke lapisan di bawah kulit (subdermal) di bawah
ujung akhir dari kapsul sampai sepertiga panjang kapsul, lakukan aspirasi
untuk meyakinkan bahwa jarum tidak masuk ke pembuluh darah.
20. Suntikkan 0,5-1 cc obat anestesi sambil menarik spuit kearah tempat
tusukkan jarum di kulit tetapi tidak sampai mencabut seluruh jarum.

21. Tunggu 2-3 menit, uji efek anestesinya sebelum membuat insisi pada kulit.
• Metode Standar
22. Buat insisi melintang yang kecil lebih kurang 5 mm dibawah ujung dari kapsul
yang terdekat dengan siku dengan menggunakan scalpel.
23. Tentukan lokasi kapsul yang termudah untuk dicabut dan dorong pelan-pelan
kearah insisi hingga ujung dari kapsul tampak.

24. Jepit ujung kapsul dengan klem lengkung (Mosquito) dan bawa kearah insisi.
25. Bersihkan kapsul dari jaringan ikat yang mengelilinginya dengan cara
menggosok-gosok memakai kasa steril atau menggunakan bisturi untuk
memaparkan ujung bawah kapsul.

147
26. Keluarkan kapsul dengan cara menariknya menggunakan klem atau pinset,
taruh pada mangkok yang berisi larutan klorin 0,5%.

27. Sisa kapsul lain dapat dicabut dengan menggunakan teknik yang sama
• Metode Pencabutan “U”
28. Buat insisi melintang yang kecil lebih kurang 5 mm dibawah ujung dari kapsul
yang terdekat dengan siku dengan menggunakan scalpel.
29. Pegang kapsul dengan jari tangan dan masukkan ujung klem implant sampai
mencapai kapsul.

30. Fiksasi kapsul yang letaknya paling dekat luka insisi dengan jari telunjuk
sejajar panjang kapsul.
31. Masukkan klem lebih dalam sampai ujungnya menyentuh kapsul, buka klem
dan jepit kapsul dengan sudut yang tepat pada sumbu panjang kapsul lebih
kurang 5 mm diatas ujung bawah kapsul.

148
32. Bersihkan kapsul dari jaringan ikat yang mengelilingi dengan menggosok-
gosok dengan kasa steril untuk memamparkan ujung bawah kapsul sehingga
mudah dicabut.
33. Gunakan klem lengkung (Mosquito/Crite) untuk menjepit kapsul, tarik keluar
dan taruh pada mangkok yang berisi larutan klorin 0,5%.

34. Sisa kapsul lain dapat dicabut dengan menggunakan teknik yang sama.

• Metode Pencabutan teknik “Finger Pop Out”


35. Tentukan ujung kapsul yang paling mudah dicabut.
36. Gunakan jari untuk mendorong ujung kranial kapsul kearah tempat inisisi.
37. Pada saat ujung kaudal kapsul menonjol keluar, lakukan insisi 2-3 mm di
ujung kapsul sehingga ujung kapsul terlihat.

38. Pertahankan posisi tersebut dan bebaskan jaringan ikat yang melingkupi
ujung kapsul sehingga kapsul terbebas ke luar.
39. Dorong ujung kranial kapsul tersebut sehingga ujung kaudal muncul keluar
(Pop Out) dan dapat ditarik keluar melallui luka insisi.

149
40. Taruh pada mangkok yang berisi larutan klorin 0,5%.
41. Sisa kapsul lain dapat dicabut dengan menggunakan teknik yang sama.

• TINDAKAN SETELAH PENCABUTAN KAPSUL
42. Perlihatkan kapsul yang telah dicabut pada klien.
43. Dekatkan kedua tepi luka insisi kemudian tutup dengan band aid (plester
untuk luka ringan) atau kasa steril dan plester.
44. Beri pembalut tekan untuk mencegah perdarahan dan mengurangi memar.
45. Taruh alat suntik ditempat terpisah dan letakkan semua peralatan dalam
larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi.
46. Buang peralatan yang sudah tidak dipakai lagi ke tempatnya (kassa,kapas,
atau alat suntik sekali pakai).
47. Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%.
48. Cuci tangan denan air dan sabun, keringkan dengan kain bersih.

• KONSELING PASCA PENCABUTAN
49. Beri petunjuk pada klien cara merawat luka dan kapan klien harus datang
kembali ke klinik untuk kontrol.
50. Lakukan pendokumentasian tindakan yang telah dilakukan.

150
MENOPAUSE
&
KESEHATAN REPRODUKSI

151
SOP PEMERIKSAAN PAP SMEAR
LANGKAH
PERSIAPAN 1 Berikan salam, sapa klien dengan ramah, dan kenalkan diri anda.
TINDAKAN
2 Tanyakan nama dan tujuan klien datang melakukan pemeriksaan.

3 Menerangkan tentang jenis pemeriksaan, prosedur tindakan, dan akurasi hasil


pemeriksaan.
4 Tanyakan kepada klien tentang syarat melakukan pemeriksaan pap smear:
a. Apakah klien sedang menstruasi
b. Apakah klien berhubungan seksual dalam 1- 2 hari sebelumnya
c. Apakah klien melakukan bilas vagina atau menggunakan obat yang
dimasukkan dalam vagina dalam 1-2 hari sebelumnya.
5 Jika syarat melakukan pemeriksaan memenuhi, anjurkan klien untuk
mengosongkan kandung kemih dan melepas celana dalamnya.

6 Posisikan klien berbaring terlentang, dengan posisi kepala dan bahu sedikit
elevasi, kedua lengan di samping badan atau disilang tepat didada untuk
meningkatkan kontak mata dan meredakan ketegangan otot abdomen dan
kedua kaki ditekuk.

7 Selimuti klien dari bagian tengah perut sampai ke lutut, ratakan selimut diantara
kedua lutut untuk memfasilitasi kontak mata dengan klien.

8 Informasikan kepada klien untuk tidak melakukan gerakan yang tiba tiba
menggerakkan atau merubah posisi kaki.

1 Spekulum pandersen yang diberi lubrikan atau direndam air hangat


PERSIAPAN
2 Spatula ayre
ALAT DAN
BAHAN 3 Cytobrush
4 Cairan fiksasi alkohol 96%
5 Objek Glass ( Berikan label: nama, no reg klien dan bagian endoserviks atau
ektoserviks)
6 Sabun cair, dan Handuk kecil
7 Tampon tang
8 Kom dan kapas sublimat untuk vulva hiegine
9 Bengkok
10 Sarung tangan DTT
11 Meja ginekologi
12 Wadah untuk merendam objectglass

152
13 Tempat sampah medis dan non medis
14 Larutan Klorin 0.5% untuk dekontaminasi
15 Celemek
16 Lidi kapas
17 Format Pencatatan
LANGKAH 1 Tutup pintu dan jaga privasi klien, arahkan lampu untuk mendapat gambaran
PEMERIKSAAN terbaik dari serviks dan gunakan PPD

2 Cuci tangan dan mengeringkannya dengan handuk kering dan bersih


3 Buka tutup kom kapas DTT, buku penutup bak instrument, dekatkan bengkok
ke arah klien.
4 Gunakan sarung DTT
5 Lakukan vulva hygiene
6 Pasang spekulum dengan ukuran yang sesuai, mulai dari speculum dipegang
miring lalu dibuka dan dikunci. Pastikan serviks terlihat dengan jelas.

7 Amati daerah serviks (warna portio, adanya cairan yang keluar dari kanalis
servikalis, lesi, mukus, atau plak keputihan, nodulus atau massa dan
permukaan epithelial/SCJ)

153
8 Jika terdapat cairan (darah, mucus dll) di daerah forniks posterior bersihkan
dengan kapas lidi dengan meletakkan ujung kapas pada fornik posterior.

9 Usapkan spatula eyre pada ektoserviks dan putar 360, kemudian sapukan
pada object glass.
10 Masukkan cytobrush pada endoserviks serta putar 90-180◦. Lalu putar kepala
cytobrush pada object glass 360 derajat.

11 Segera rendam objectglass dalam alkohol 96% selama 30 menit. Atau bisa
juga di spray.
12 Inspeksi daerah servik dan portio apakah ada perdarahan atau pengeluaran
cairan yang lain setelah penggunaan spatula dan cytobrush, jika ada lakukan
penekanan dengan kasa steril.
13 Lepaskan spekulum dengan hati-hati, minta klien untuk rileks dan Tarik nafas
dalam.
14 Bantu/ anjurkan ibu menggunakan pakaian dalamnya

15 Mencuci tangan dan mengeringkannya dengan handuk kering dan bersih


16 Ambil object glass dari rendaman alkohol 96%, keringkan dengan cara
diangin-anginkan, masukkan dalam wadah khusus dan segera antar ke
laboratorium untuk di analisis.
17 Jelaskan kepada klien bahwa prosedur pengambilan sampel selesai dan
kapan harus datang kembali.

18 Melakukan pencatatan dan pelaporan hasil dari pemeriksaan.

154
SOP PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT
LANGKAH
PERSIAPAN 1 Berikan salam, sapa klien dengan ramah, dan kenalkan diri anda.
TINDAKAN
2 Tanyakan nama dan tujuan klien datang melakukan pemeriksaan.

3 Menerangkan tentang jenis pemeriksaan, prosedur tindakan, dan akurasi hasil


pemeriksaan.
4 Tanyakan kepada klien tentang syarat melakukan pemeriksaan IVA:
a. Apakah klien sedang menstruasi
b. Apakah klien berhubungan seksual dalam 1- 2 hari sebelumnya
c. APakah klien melakukan bilas vagina atau menggunakan obat yang
dimasukkan dalam vagina dalam 1-2 hari sebelumnya.
5 Jika syarat melakukan pemeriksaan memenuhi, anjurkan klien untuk
mengosongkan kandung kemih dan melepas celana dalamnya.
6 Posisikan klien berbaring terlentang, dengan posisi kepala dan bahu sedikit
elevasi, kedua lengan di samping badan atau disilang tepat didada untuk
meningkatkan kontak mata dan meredakan ketegangan otot abdomen dan
kedua kaki ditekuk.

7 Selimuti klien dari bagian tengah perut sampai ke lutut, ratakan selimut diantara
kedua lutut untuk memfasilitasi kontak mata dengan klien.

8 Informasikan kepada klien untuk tidak melakukan gerakan yang tiba tiba
menggerakkan atau merubah posisi kaki.

1 Spekulum pandersen yang diberi lubrikan atau direndam air hangat


PERSIAPAN
2 Asam cuka 3-5%
ALAT DAN
BAHAN 3 Sabun cair, dan Handuk kecil
4 Kom dan kapas sublimat untuk vulva hiegine
5 Bengkok
6 Sarung tangan DTT
7 Meja ginekologi
8 Tempat sampah medis dan non medis
9 Larutan Klorin 0.5% untuk dekontaminasi
10 Celemek
11 Lidi kapas
12 Format Pencatatan

155
LANGKAH 1 Tutup pintu dan jaga privasi klien, arahkan lampu untuk mendapat gambaran
PEMERIKSAAN terbaik dari serviks dan gunakan PPD

2 Cuci tangan dan mengeringkannya dengan handuk kering dan bersih


3 Buka tutup kom kapas DTT, buku penutup bak instrument, dekatkan bengkok
ke arah klien.
4 Gunakan sarung DTT
5 Lakukan vulva hygiene
6 Pasang spekulum dengan ukuran yang sesuai, mulai dari speculum dipegang
miring lalu dibuka dan dikunci. Pastikan serviks terlihat dengan jelas.

7 Amati daerah serviks (warna portio, adanya cairan yang keluar dari kanalis
servikalis, lesi, mukus, atau plak keputihan, nodulus atau massa dan
permukaan epithelial/SCJ)

8 Jika terdapat cairan (darah, mucus dll) di daerah forniks posterior bersihkan
dengan kapas lidi dengan meletakkan ujung kapas pada fornik posterior.

9 Dengan menggunakan kapas/pipet, larutan asam asetat 3-5% dioleskan atau


diteteskan ke serviks terutama di daerah SCJ. Dalam waktu kurang lebih 1
menit, reaksi pada serviks sudah dapat dilihat

156
10 Bila warna serviks berubah menjadi keputih-putihan, kemungkinan positif
terdapat kanker.
Asam asetat ini berfungsi menimbulkan dehidrasi sel yang membuat
penggumpalan protein, sehingga sel kanker yang berkepadatan protein tinggi
berubah warna menjadi putih
11 Lepaskan spekulum dengan hati-hati, minta klien untuk rileks dan Tarik nafas
dalam.
12 Bantu/ anjurkan ibu menggunakan pakaian dalamnya

13 Mencuci tangan dan mengeringkannya dengan handuk kering dan bersih


14 Jelaskan kepada klien bahwa prosedur pemeriksaan selesai dan jelaskan
hasilnya.

15 Melakukan pencatatan dan pelaporan hasil dari pemeriksaan.

157
PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI)
LANGKAH KERJA
Inpeksi Payudara pada 1 Posisi tubuh berdiri tegak dengan kedua tangan
cermin dengan kedua memegang pinggang
lengan memegang pinggang 2 Bandingkan payudara kanan dan kiri, (bentuk, ukuran
dan warna). Jika terdapat perbedaan ukuran, kondisi ini
baru saja di temukan atau sudah sejak remaja.
3 Perhatikan perubahan pada kulit seperti
a. Bengkak
b. Kulit yang berbintik seperti kulit jeruk
c. Kemerahan
d. Kulit yang tertarik, berlekuk atau terdapat gambaran
atau cetakan pembuluh darah
e. Luka

4 Perhatikan perubahan pada areola dan puting susu :


a. Posisi areola dan puting susu kedua payudara,
apakah sama tinggi?
b. Posisi areola dan puting susu, apakah tertarik ke arah
tertentu atau tertarik ke dalam?
c. Mengeluarkan cairan atau darah?
d. Luka

5 Kedua tangan tetap menggantung bebas di samping


tubuh, putar badan 90 derajat ke kiri dan ke kanan,
kemudian perhatikan sisi kanan dan kiri payudara apakah
terdapat kelainan.

Inpeksi Payudara pada 6 Perhatikan saat menggerakkan kedua lengan ke atas,


cermin dengan posisi kedua apakah kedua payudara ikut bergerak terangkat secara
lengan diangkat ke atas bersamaan atau salah satu tertinggal. Perhatikan
kepala. apakah ada kelainan berupa retraksi, inflamasi,
pembengkakan atau kemerahan disemua bagian
payudara.

7 Tetap angkat kedua tangan ke atas kepala, putar badan


90 derajat ke kiri dan ke kanan, kemudian perhatikan sisi
kanan dan kiri payudara serta area ketiak apakah
terdapat kelainan.

158
Inspeksi payudara pada 8 Perhatikan apakah tampak tonjolan masa/ benjolan
cermin dengan posisi kedua pada payudara.
tangan berkacak pinggang 9 Tetap dengan posisi tangan pada pinggang dengan
dan dengan dada yang dada yang dibusungkan, putar badan 90 derajat ke
dibusungkan kiri dan ke kanan, kemudian perhatikan apakah
apakah tampak tonjolan masa/ benjolan pada
payudara

Palpasi ketiak 10 Periksa ketiak kanan/kiri. Posisikan tangan


menggantung bebas di samping tubuh. Kemudian
dengan menggunakan ujung jari ke dua, tiga dan empat
tangan kiri/kanan telusuri ketiak dan lengan kanan/kiri
bagian dalam dari tepi lengan hingga ke puncak ketiak.
perhatikan apakah ada benjolan pada area tersebut.

Palpasi payudara dengan 11 Palpasi kedua payudara dengan jari, dengan gerakan
lengan ke atas memijat, awalnya periksa pada arah jam 12, kemudian
arah jam 2 sampai kembali lagi arah jam 12, dirasakan
apakah ada benjolan. Berikan tekanan mulai dari
superficial kulit sampai ke dalam jaringan payudara.
Juga perlu diperiksa "axillary tail" pada setiap payudar.
Memencet puting susu 12 Periksa apakah puting susu mengeluarkan cairan dan
menggunakan kedua tangan terdapat discharge
13 Dengan kedua tangan lakukan gerakan mengurut
payudara dari pangkal sampai ujung (puting susu)
perhatikan:
a. Keluar cairan atau darah
b. Warna cairan
c. Lubang tempat keluarnya cairan

14 Ambil posisi berbaring

159
15 Periksa payudara kanan dengan meletakkan bantal kecil
Palpasi payudara dengan
di bawah punggung kanan dan mengangkat lengan
posisi berbaring kanan ke atas dan sebaliknya.
16 Menggunakan jari ke dua, tiga dan empat tangan kiri,
raba payudara dengan sedikit tekanan dan gerakan
memutar.
17 Periksa seluruh permukaan payudara dari dalam (dari
ujung puting) ke arah luar
Perhatikan apakah teraba benjolan atau massa,
kemudian perhatikan:
1) Letak
2) Ukuran panjang dan lebar serta ketebalan
3) Permukaan rata atau tidak (berdungkul)
4) Konsistensi padat/kenyal/lunak
5) Batas dengan jaringan di sekitarnya tegas atau tidak
6) Dapat digerakkan atau melekat pada jaringan di
sekitarnya
7) Nyeri tekan area sekitar benjolan
Dokumentasi 18 Melakukan pencatatan hasil pemeriksaan.

160
SOP PEMERIKSAAN PAYUDARA
LANGKAH
PERSIAPAN 1 Berikan salam, sapa klien dengan ramah, dan kenalkan diri anda.
TINDAKAN
2 Tanyakan nama dan tujuan klien datang melakukan pemeriksaan.

3 Menerangkan tentang jenis pemeriksaan, dan prosedur tindakan


PERSIAPAN 1 Sabun cuci tangan dan handuk kecil
2 Alas untuk berbaring
ALAT
LANGKAH 1 Cuci tangan dengan sabun dan keringkan
PEMERIKSAAN
2 Minta klien untuk membuka bra dan bajunya serta bantu mengatur posisi.

3 Inspeksi payudara dalam empat posisi:

Catat:
Ukuran dan simetris
Kontur
Penampilan kulit
4 Inspeksi putting
Bandingkan ukuran, bentuk dan arah putting
Perhatikan setiap ruam, ulkus dan rabas putting

161
5 Palpasi payudara (klien dalam posisi terlentang dan mengangkat tangan pada
payudara yang diperiksa) palpasi area rectangular yang meluas ke klavikula
sampai lipatan inframamari atau garis bra, dan dari garis midsternum sampai
garis axila posterior serta ke bagian dalam aksila untuk melihat ujung spence

Catat:
Konsistensi
Nyeri tekan
Nodulus, jika ada perhatikan: letak, ukuran, bentuk, konsistensi,
delimitasi(batas), nyeri tekan dan mobilitas
6 Untuk bagian lateral payudara minta klien untuk memiringkan tubuh kea rah
pinggul yang berlawanan, letakkan tangan wanita di atas dahinya, tetapi tetap
jaga posisi bahu menekan tempat tidur pemeriksaan.
7 Untuk bgian medial payudara minta klien untuk berbaring dalam posisi bahu
datar terhadap tempat tidur, meletakkan tangan pada leher dan mengangkat
siku sampai sejajar bahu.

162
8 Anjurkan klien bangun dari tempat tidur pemeriksaan dan menggunakan bra
dan pakaiannya kembali

9 Cuci tangan dan sampaiakan hasil pemeriksaan kepada klien


10 Dokumentasikan hasil pemeriksaan

163

Anda mungkin juga menyukai