Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SENSOR DAN TRANSDUSER

Rotary Variable Differential transformer


(RVDT)

DISUSUN OLEH :
NAMA : Silmi Tsabita
NPM/KELAS : 062040422370 / 4KIC
MATA KULIAH : Sensor dan Transduser
DOSEN : Yuniar,ST.,M.T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2022
KATA PENGANTAR
 Assalamu’alaikum.wr.wb
 
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan tugas
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah sensor dan transduser.
Makalah ini berisi mengenai materi-materi berkaitan dengan sensor dan tranduser yang
salah satunya tentang RVDT, Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mengambil berbagai
ilmu dari berbagai sumber untuk dikemas menjadi satu kesatuan yang rinci dan detail sehingga
mudah untuk dipahami pembaca. Tentulah hambatan dan rintangan ada dalam penyusunan
makalah ini, namun berkat kesabaran dan ketelitian penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
tepat waktu. Tiada gading yang tak retak, begitu juga dengan makalah ini. Masih perlu
perbaikan, segala kritik dan saran ataupun masukan senantiasa penyusun terima dengan baik
untuk  perbaikan penyusunan makalah kedepan.
Semoga makalah yang telah tersusun ini dapat  berguna bagi pembaca dan bias menambah
wawasan terkait dengan sensor dan tranduser.

Wassalamu’alaikum.wr.wb

Palembang, 27 Mei 2022

Penyusun
Silmi Tsabita
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................4
1.2 Tujuan........................................................................................................................................5
1.3 Penjelasan sensor dan transduser...............................................................................................5
1.4 Jenis sensor dan transduser...…….............................................................................................6
BAB II
2.1 Pengertian sensor RVDT ………..............................................................................................8
2.2 Konstruksi dan prinsip kerja……..............................................................................................8
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Sensor Kapasitif............................................................................9
2.4 Aplikasi sensor………………………………………………………………………………...9
BAB III....................................................................................................................................10 3.1
Simpulan.......................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................11 
BAB I
A. Pendahuluan
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari masa ke masa berkembang cepat
terutama dibidang otomasi industri. Perkembangan ini tampak jelas di industri pemabrikan,
dimana sebelumnya banyak pekerjaan menggunakan tangan manusia, kemudian beralih
menggunakan mesin, berikutnya dengan electro-mechanic (semi otomatis) dan sekarang sudah
menggunakan robotic (full automatic) seperti penggunaan Flexible Manufacturing Systems
(FMS) dan Computerized Integrated Manufacture (CIM) dan sebagainya.
Model apapun yang digunakan dalam sistem otomasi pemabrikan sangat tergantung
kepada keandalan sistem kendali yang dipakai. Hasil penelitian menunjukan secanggih apapun
sistem kendali yang dipakai akan sangat tergantung kepada sensor maupun transduser yang
digunakan..
Sensor dan transduser merupakan peralatan atau komponen yang mempunyai peranan
penting dalam sebuah sistem pengaturan otomatis. Ketepatan dan kesesuaian dalam memilih
sebuah sensor akan sangat menentukan kinerja dari sistem pengaturan secara otomatis.
Besaran masukan pada kebanyakan sistem kendali adalah bukan besaran listrik, seperti
besaran fisika, kimia, mekanis dan sebagainya. Untuk memakaikan besaran listrik pada sistem
pengukuran, atau sistem manipulasi atau sistem pengontrolan, maka biasanya besaran yang
bukan listrik diubah terlebih dahulu menjadi suatu sinyal listrik melalui sebuah alat yang disebut
transducer
Sebelum lebih jauh kita mempelajari sensor dan transduser ada sebuah alat lagi yang
selalu melengkapi dan mengiringi keberadaan sensor dan transduser dalam sebuah sistem
pengukuran, atau sistem manipulasi, maupun sistem pengontrolan yaitu yang disebut alat ukur.
1. Definisi-definisi
D Sharon, dkk (1982), mengatakan sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk
mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi seperti
energi listrik, energi fisika, energi kimia, energi biologi, energi mekanik dan sebagainya..
Contoh; Camera sebagai sensor penglihatan, telinga sebagai sensor pendengaran, kulit
sebagai sensor peraba, LDR (light dependent resistance) sebagai sensor cahaya, dan lainnya.
William D.C, (1993), mengatakan transduser adalah sebuah alat yang bila digerakan oleh
suatu energi di dalam sebuah sistem transmisi, akan menyalurkan energi tersebut dalam
bentuk yang sama atau dalam bentuk yang berlainan ke sistem transmisi berikutnya”.
Transmisi energi ini bisa berupa listrik, mekanik, kimia, optic (radiasi) atau thermal (panas).
Contoh; generator adalah transduser yang merubah energi mekanik menjadi energi listrik,
motor adalah transduser yang merubah energi listrik menjadi energi mekanik, dan
sebagainya.
William D.C, (1993), mengatakan alat ukur adalah sesuatu alat yang berfungsi memberikan
batasan nilai atau harga tertentu dari gejala-gejala atau sinyal yang berasal dari perubahan
suatu energi. Contoh: voltmeter, ampermeter untuk sinyal listrik; tachometer, speedometer
untuk kecepatan gerak mekanik, lux-meter untuk intensitas cahaya, dan sebagainya.
2. Peryaratan Umum Sensor dan Transduser
Dalam memilih peralatan sensor dan transduser yang tepat dan sesuai dengan sistem
yang akan disensor maka perlu diperhatikan persyaratan umum sensor berikut ini : (D
Sharon, dkk, 1982)
a. Linearitas
Ada banyak sensor yang menghasilkan sinyal keluaran yang berubah secara
kontinyu sebagai tanggapan terhadap masukan yang berubah secara kontinyu. Sebagai
contoh, sebuah sensor panas dapat menghasilkan tegangan sesuai dengan panas yang
dirasakannya. Dalam kasus seperti ini, biasanya dapat diketahui secara tepat bagaimana
perubahan keluaran dibandingkan dengan masukannya berupa sebuah grafik. Gambar
1.1 memperlihatkan hubungan dari dua buah sensor panas yang berbeda. Garis lurus
pada gambar 1.1(a). memperlihatkan tanggapan linier, sedangkan pada gambar 1.1(b).
adalah tanggapan non-linier.
b. Sensitivitas
Sensitivitas akan menunjukan seberapa jauh kepekaan sensor terhadap kuantitas
yang diukur. Sensitivitas sering juga dinyatakan dengan bilangan yang menunjukan
“perubahan keluaran dibandingkan unit perubahan masukan”. Beberepa sensor panas
dapat memiliki kepekaan yang dinyatakan dengan “satu volt per derajat”, yang berarti
perubahan satu derajat pada masukan akan menghasilkan perubahan satu volt pada
keluarannya. Sensor panas lainnya dapat saja memiliki kepekaan “dua volt per derajat”,
yang berarti memiliki kepakaan dua kali dari sensor yang pertama. Linieritas sensor
juga mempengaruhi sensitivitas dari sensor. Apabila tanggapannya linier, maka
sensitivitasnya juga akan sama untuk jangkauan pengukuran keseluruhan. Sensor
dengan tanggapan paga gambar 1.1(b) akan lebih peka pada temperatur yang tinggi dari
pada temperatur yang rendah.
c. Tanggapan Waktu
Tanggapan waktu pada sensor menunjukan seberapa cepat tanggapannya terhadap
perubahan masukan. Sebagai contoh, instrumen dengan tanggapan frekuensi yang jelek
adalah sebuah termometer merkuri. Masukannya adalah temperatur dan keluarannya
adalah posisi merkuri. Misalkan perubahan temperatur terjadi sedikit demi sedikit dan
kontinyu terhadap waktu, seperti tampak pada gambar 1.2(a).
Frekuensi adalah jumlah siklus dalam satu detik dan diberikan dalam satuan hertz (Hz).
{ 1 hertz berarti 1 siklus per detik, 1 kilohertz berarti 1000 siklus per detik]. Pada
frekuensi rendah, yaitu pada saat temperatur berubah secara lambat, termometer akan
mengikuti perubahan tersebut dengan “setia”. Tetapi apabila perubahan temperatur
sangat cepat lihat gambar 1.2(b) maka tidak diharapkan akan melihat perubahan besar
pada termometer merkuri, karena ia bersifat lamban dan hanya akan menunjukan
temperatur rata-rata.
Temperatur

Rata-rata

50 50

40 40
Waktu

30 1 siklus 30

(a) Perubahan lambat (b) Perubahan cepat

Gambar 1.2 Temperatur berubah secara kontinyu (D. Sharon, dkk, 1982)

Ada bermacam cara untuk menyatakan tanggapan frekuensi sebuah sensor. Misalnya
“satu milivolt pada 500 hertz”. Tanggapan frekuensi dapat pula dinyatakan dengan
“decibel (db)”, yaitu untuk membandingkan daya keluaran pada frekuensi tertentu
dengan daya keluaran pada frekuensi referensi.
Yayan I.B, (1998), mengatakan ketentuan lain yang perlu diperhatikan dalam
memilih sensor yang tepat adalah dengan mengajukan beberapa pertanyaan berikut ini:
a. Apakah ukuran fisik sensor cukup memenuhi untuk dipasang pada tempat yang
diperlukan?
b. Apakah ia cukup akurat?
c. Apakah ia bekerja pada jangkauan yang sesuai?
d. Apakah ia akan mempengaruhi kuantitas yang sedang diukur?.
Sebagai contoh, bila sebuah sensor panas yang besar dicelupkan kedalam jumlah air air
yang kecil, malah menimbulkan efek memanaskan air tersebut, bukan menyensornya.
e. Apakah ia tidak mudah rusak dalam pemakaiannya?.
f. Apakah ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya?
g. Apakah biayanya terlalu mahal?

3. Jenis Sensor dan Transduser


Perkembangan sensor dan transduser sangat cepat sesuai kemajuan teknologi otomasi,
semakin komplek suatu sistem otomasi dibangun maka semakin banyak jenis sensor yang
digunakan.
Robotik adalah sebagai contoh penerapan sistem otomasi yang kompleks, disini sensor
yang digunakan dapat dikatagorikan menjadi dua jenis sensor yaitu: (D Sharon, dkk, 1982)
a. Internal sensor, yaitu sensor yang dipasang di dalam bodi robot.
Sensor internal diperlukan untuk mengamati posisi, kecepatan, dan akselerasi berbagai
sambungan mekanik pada robot, dan merupakan bagian dari mekanisme servo.
b. External sensor, yaitu sensor yang dipasang diluar bodi robot.
Sensor eksternal diperlukan karena dua macam alasan yaitu:
1) Untuk keamanan dan
2) Untuk penuntun.
Yang dimaksud untuk keamanan” adalah termasuk keamanan robot, yaitu
perlindungan terhadap robot dari kerusakan yang ditimbulkannya sendiri, serta
keamanan untuk peralatan, komponen, dan orang-orang dilingkungan dimana robot
tersebut digunakan. Berikut ini adalah dua contoh sederhana untuk mengilustrasikan
kasus diatas.
Contoh pertama: andaikan sebuah robot bergerak keposisinya yang baru dan ia
menemui suatu halangan, yang dapat berupa mesin lain misalnya. Apabila robot tidak
memiliki sensor yang mampu mendeteksi halangan tersebut, baik sebelum atau setelah
terjadi kontak, maka akibatnya akan terjadi kerusakan.
Contoh kedua: sensor untuk keamanan diilustrasikan dengan problem robot dalam
mengambil sebuah telur. Apabila pada robot dipasang pencengkram mekanik (gripper),
maka sensor harus dapat mengukur seberapa besar tenaga yang tepat untuk mengambil
telor tersebut. Tenaga yang terlalu besar akan menyebabkan pecahnya telur, sedangkan
apabila terlalu kecil telur akan jatuh terlepas.
Kini bagaimana dengan sensor untuk penuntun atau pemandu?. Katogori ini
sangatlah luas, tetapi contoh berikut akan memberikan pertimbangan.
Contoh pertama: komponen yang terletak diatas ban berjalan tiba di depan robot
yang diprogram untuk menyemprotnya. Apa yang akan terjadi bila sebuah komponen
hilang atau dalam posisi yang salah?. Robot tentunya harus memiliki sensor yang dapat
mendeteksi ada tidaknya komponen, karena bila tidak ia akan menyemprot tempat yang
kosong. Meskipun tidak terjadi kerusakan, tetapi hal ini bukanlah sesuatu yang
diharapkan terjadi pada suatu pabrik.
Contoh kedua: sensor untuk penuntun diharapkan cukup canggih dalam pengelasan.
Untuk melakukan operasi dengan baik, robot haruslah menggerakkan tangkai las
sepanjang garis las yang telah ditentukan, dan juga bergerak dengan kecepatan yang
tetap serta mempertahankan suatu jarak tertentu dengan permukaannya. Sesuai dengan
fungsi sensor sebagai pendeteksi sinyal dan meng-informasikan sinyal tersebut ke
sistem berikutnya, maka peranan dan fungsi sensor akan dilanjutkan oleh transduser.
Karena keterkaitan antara sensor dan transduser begitu erat maka pemilihan transduser
yang tepat dan sesuai juga perlu diperhatikan.

4. Klasifikasi Sensor
Secara umum berdasarkan fungsi dan penggunaannya sensor dapat dikelompokan
menjadi 3 bagian yaitu:
a. sensor thermal (panas)
Sensor thermal adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala perubahan
panas/temperature/suhu pada suatu dimensi benda atau dimensi ruang tertentu.
Contohnya; bimetal, termistor, termokopel, RTD, photo transistor, photo dioda, photo
multiplier, photovoltaik, infrared pyrometer, hygrometer, dsb.
b. sensor mekanis
Sensor mekanis adalah sensor yang mendeteksi perubahan gerak mekanis, seperti
perpindahan atau pergeseran atau posisi, gerak lurus dan melingkar, tekanan, aliran, level
dsb.
Contoh; strain gage, linear variable deferential transformer (LVDT), proximity,
potensiometer, load cell, bourdon tube, dsb.
c. sensor optik (cahaya)
Sensor optic atau cahaya adalah sensor yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber
cahaya, pantulan cahaya ataupun bias cahaya yang mengernai benda atau ruangan.
Contoh; photo cell, photo transistor, photo diode, photo voltaic, photo multiplier,
pyrometer optic, dsb.
Macam – macam sensor :
a. sensor perpindahan dan posisi : potensiometer, LVDT dan RVDT, LMVC
b. sensor berat : LVDT dan strain gage, load cell

A. Pembahasan
1. Apa itu RVDT ?
Salah satu sensor dari perpindahan dan posisi adalah RVDT ( Rotary Variable Differential
Transformer. Desain RVDT sama seperti LVDT, terlepas dari desain inti. Karena, ketika diputar
maka induktansi timbal balik antara dua belitan transformator yaitu kumparan primer dan
kumparan sekunder akan berubah secara linier oleh perpindahan sudut. RVDT menggunakan
peralatan brushless, non-contacting untuk memastikan umur panjang, konsisten, dapat diulang
dan mendeteksi posisi dengan resolusi tidak terbatas. Kinerja seperti itu menjamin pengindraan
posisi yang tepat di bawah kondisi kerja yang paling intens.
RVDT adalah singkatan dari Rotary Variable Differential Transformer. Ini adalah salah
satu jenis transduser elektromekanis yang digunakan untuk memberikan output daya linier yang
sebanding dengan perpindahan sudut input daya. Fungsi utama RVDT adalah untuk mendeteksi
perpindahan sudut dan mengubahnya menjadi sinyal listrik. Cara kerja pada kedua RVDT dan
LVDT serupa, tetapi LVDT menggunakan inti besi fleksibel untuk pengukuran perpindahan
sedangkan di RVDT menggunakan inti jenis cam. Inti ini akan berputar di antara dua belitan
transformator menggunakan poros.
2. Konstruksi dan Prinsip kerja RVDT
Transduser RVDT memiliki dua belitan yang mirip dengan Transformator normal seperti belitan
primer dan dua belitan sekunder yang diperlihatkan dalam diagram RVDT berikut. Kedua belitan
transformator wounded, di mana kedua belitan sekunder memiliki jumlah belitan yang setara. Ini
terletak di kedua sisi lilitan utama transfomator. Sebuah cam membentuk inti magnetik yang
dibuat dengan besi lunak yang digabungkan ke poros. Dengan demikian, inti ini dapat diputar di
antara belitan. Konstruksi RVDT dan LVDT keduanya serupa tetapi perbedaan utamanya adalah
bentuk inti pada belitan transformator. Inti ini akan berputar di antara dua belitan transformator
karena poros.

RVDT khas adalah linier lebih dari +40 atau -40 derajat, Sensitivitas sekitar 2mV hingga 3mV
per derajat rotasi dan kisaran tegangan input adalah 3V RMS pada rentang frekuensi dari 400Hz
hingga 20kHz. Berdasarkan pergerakan poros dalam trafo, tiga kondisi akan dihasilkan seperti

 Ketika Inti berada di Posisi Null


 Ketika Inti Berputar ke Arah Searah Jarum Jam
 Ketika Inti Berputar dalam Arah Berlawanan Arah Jarum Jam

Ketika Inti berada di Posisi Null


Dalam kondisi pertama, ketika poros ditempatkan pada posisi null maka ggl yang diinduksi
dalam belitan sekunder serupa meskipun terbalik dalam fasa. Dengan demikian, diferensial
output daya potensial akan menjadi nol, dan kondisinya adalah E1 = E2, di mana E0 = E1-E2 = 0

Ketika Inti Berputar ke Arah Searah Jarum Jam


Dalam kondisi kedua, ketika poros berputar searah jarum jam; lebih banyak bagian inti akan
masuk melintasi belitan primer. Oleh karena itu, ggl yang diinduksi melintasi belitan primer
lebih tinggi daripada belitan sekunder. Oleh karena itu, diferensial potensial output daya adalah
positif, dan kondisinya akan menjadi E1> E2, di mana E0 = E1-E2 = positif.

Ketika Inti Berputar dalam Arah Berlawanan Arah Jarum Jam


Pada kondisi ketiga, ketika poros berputar ke arah berlawanan arah jarum jam, lebih banyak
bagian inti akan dimasukkan melintasi belitan sekunder. Jadi, ggl yang diinduksi melintasi
kumparan sekunder lebih tinggi dari kumparan primer. Oleh karena itu, diferensial potensial
output daya adalah negatif yang berarti pergeseran fasa 180o, dan kondisinya akan menjadi E1
<E2, di mana E0 = E1-E2 = negatif.
3. Cara memilih RVDT
RVDT memiliki banyak keunggulan dibandingkan jenis sensor lainnya. Tetapi, ada beberapa
parameter yang harus dipertimbangkan dalam memilih RVDT yang meliputi yang berikut.
Ketepatan
Dalam beberapa situasi, akurasi RVDT tidak sempurna karena alasan ini tidak sesuai untuk
beberapa aplikasi. Setiap kali alat membutuhkan sensor akurasi tinggi maka biaya alat juga akan
meningkat.

Lingkungan Kerja
RVDT sangat kuat dan dapat bekerja di lingkungan apa pun. Jenis sensor lainnya tidak sesuai
untuk kondisi seperti perubahan suhu yang luar biasa, keberadaan polutan, atau getaran suara
yang tinggi.

Sumber Daya Cadangan


RVDT membutuhkan input arus bolak - balik untuk menghasilkan output analisis yang disukai.
Jika tidak ada sumber daya cadangan, maka sensor elektromekanis tidak akan menjadi pilihan
yang baik.
Perubahan Sinyal
Saat ini, untuk beberapa aplikasi pilih sensor yang dapat digunakan untuk mengubah data
menjadi output digital yang dapat dibaca pada PC.
4. Kelebihan dan Kekurangan RVDT
Kelebihan RVDT termasuk yang berikut

 Konsistensi RVDT tinggi


 Ketepatan RVDT tinggi
 Umurnya panjang
 Performa dapat diulang
 Konstruksinya kompak dan kuat
 Daya tahan
 Biaya rendah
 Mudah menangani komponen elektronik
 Resolusi tidak terbatas
 Linearitas Sangat Baik
 Berbagai rentang dimensi

Kekurangan RVDT

 Kontak di antara eksterior pengukur serta nosel tidak dimungkinkan sepanjang waktu.
 Output dari RVDT adalah linier (sekitar +40 atau -40 derajat), sehingga membatasi
kegunaan.

5. Aplikasi RVDT

 Katup Bahan Bakar serta Hidrolik


 Alat mesin modern
 Mengontrol kokpit
 Kontrol Bahan Bakar
 Rem dengan sistem kabel
 Mesin sistem udara berdarah
 Robotika
 Pesawat dan Avionik
 Industri Pengendalian Proses
 Sistem Senjata dan Torpedo
 Kontrol bahan bakar mesin
 Sistem kemudi nose wheel
 Terbang dengan sistem kawat
 Pembalik dorong
 Aktuator untuk mengendalikan Penerbangan dan mesin
 Sistem kontrol ekologis

6. Perbedaan RVDT dan LVDT


 LVDT adalah singkatan dari transformator diferensial variabel linier sedangkan RVDT adalah
singkatan dari transformator diferensial variabel rotator .

 Bentuk LVDT adalah persegi panjang sedangkan RVDT berbentuk cam.

 Fungsi utama LVDT adalah untuk mengubah gerakan linier menjadi sinyal listrik, sedangkan
RVDT digunakan untuk menghitung perpindahan sudut.

 Tegangan input LVDT adalah 1 volt hingga 24 volt RMS sedangkan di RVDT akan naik
hingga 3V RMS.

 Rentang pengukuran LVDT berkisar antara ± 100μm hingga ± 25cm sedangkan dalam RVDT
akan mencapai ± 40ᵒ.

 Sensitivitas LVDT adalah 2,4mv untuk setiap volt untuk setiap derajat rotasi sedangkan
RVDT berkisar dari 2mv hingga 3 mv untuk setiap volt untuk setiap derajat rotasi.

Keuntungan dari LVDT dan RVDT

Ada beberapa kelebihan dari LVDT dan juga RVDT diantaranya adalah LVDT
menggunakan daya rendah, dan memiliki sensitivitas tinggi, kekasaran, histeresis rendah, dan
jangkauan luas. Sedangkan RVDT tahan lama, biaya rendah, suku cadang mudah ditangani, dan
ukurannya kompak.

Kerugian dari LVDT dan RVDT

Ada beberapa kekurangan dari LVDT dan juga RVDT diantaranya adalah LVDT memiliki efek
suhu yang dapat menyebabkan efek kinerja, tegangan primer yang besar menghasilkan distorsi
pada keluaran, dan sensitif terhadap medan magnet yang hilang. Sedangkan pada RVDT, sumber
cahaya harus diubah dari waktu ke waktu

B. Penutup
Fungsi utama RVDT adalah untuk mendeteksi perpindahan sudut dan mengubahnya
menjadi sinyal listrik. Cara kerja pada kedua RVDT dan LVDT serupa, tetapi LVDT
menggunakan inti besi fleksibel untuk pengukuran perpindahan sedangkan di RVDT
menggunakan inti jenis cam. Inti ini akan berputar di antara dua belitan transformator
menggunakan poros.
Daftar Pustaka

http://www.daytronic.com

http://www.daytronic.com/products/trans/lvdt/ds6000a.htm

http://www.cinstrum.unam.mx/revista/pdfv5n2/high.PDF

http://www.macrosensors.com

http://www.azosensors.com/news.aspx?newsID=580&lang=id

http://m-edukasi.net/online/2008/jenissensor/sensor%20tekanan%20dan%20fungsinya.html

Anda mungkin juga menyukai