KABUPATEN BREBES
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Praktek Kerja Lapangan (PKL) Sistem
Penyelenggaraan Makanan Institusidi RSUI Mutiara Bunda
Disusun Oleh :
BREBES 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
KABUPATEN BREBES
Oleh :
LupiPurniasih : 13211160003
RagiliaNurul Q : 13211160004
Moh.IqbalOctora : 13211160005
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Praktek Kerja Lapangan (PKL) Sistem
Penyelenggaraan Makanan Institusi telah diperiksa dan disetujui :
Disahkan :
Brebes, 2019
Menyetujui
Mengetahui,
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan gizi di rumah sakit adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit
untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien di rumah sakit, baik rawat inap maupun rawat
jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, dan untuk peningkatan kesehatan maupun
mengoreksi kelainan metabolisme, dalam upaya preventif, kuratif, promotif, dan
rehabilitatif.
penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai
dari perencanaan menu sampai pendistribusian makanan kepada konsumen, yang
bertujuan untuk menyediakan makanan yang kualitasnya baik dan jumlah yang sesuai
kebutuhan serta pelayanan makanan meliputi perencanaan anggaran belanja makanan,
perencanaan menu, perhitungan kebutuhan bakan makanan, pemesanan dan
pembelian bahan makanan , persiapan bahan makanan, pengolahan bahan makanan,
serta pendistribusian makanan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui sistem penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi RSU Islami
Mutiara Bunda Kabupaten Brebes.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik Instalasi Gizi RSUI Mutiara Bunda
b. Mendeskripsikan ketenagaan di Instalasi Gizi RSUI Mutiara Bunda
c. Mendeskripsikan kegiatan perencaan menu
d. Mendeskripsikan kegiatan perencanaan dan pengadaan bahan makanan
e. Mendeskripsikan kegiatan penerimaan dan penyimpanan bahan makanan
f. Mendeskripsikan kegiatan pengolahan dan pendistribusian bahan makanan
g. Mendeskripsikan hygiene sanitasi Instalasi Gizi RSUI Mutiara Bunda
h. Mendeskripsikan dan menganalisa masalah yang terdapat dalam sistem
penyelenggaraan makanan yang terdapat di Instalasi Gizi RSUI Mutiara
Bunda
i. Mengevalua sisistem penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi RSUI
Mutiara Bunda
D. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan pembelajaran untuk memahami sistem penyelenggaraan makanan di
Instalasi Gizi RSU Islami Mutiara Bunda.
2. Bagi RSUI Mutiara Bunda Tanjung
Sebagai bahan masukan bagi pihak rumah sakit dalam penyelenggaraan makanan di
Instalasi Gizi RSU Islami Mutiara Bunda.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUS RS
1. SEJARAH RSU ISLAMI MUTIARA BUNDA
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak di wilayah
kecamatan Tanjung dan sekitarnya, hal yang menjadi pertimbangan Bapak
dr.H.NoorFauzan,Mz,Sp.OG selaku komisaris utama PT. Mutiara Bunda
untuk mewujudkan harapan masyarakat dalam hal pemenuhan kebutuhan
pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Maka dari itu Bapak dr.H.Noor Fauzan,Mz,Sp.OG mendirikan Rumah
Sakit ibu dan anak Mutiara Bunda guna melayani masyarakat diwilayah
Brebes dan sekitarnya, dengan adanya rumah sakit ini diharapkan masyarakat
dapat memperoleh pelayanan kesehatan rujukan secara lebih cepat. Dengan
demikian Angka Kematian Ibu (AKI) akibat “3T” ( Terlambat mengambil
keputusan, Terlambat transportasi, dan Terlambat mendapat penanganan
dokter ahli) dapat berkurang, disamping itu dengan meningkatnya derajat
kesehatan ibu maka kesejahteraan anak dapat juga ditingkatkan, baik selama
masih di dalam kandung maupun setelah dilahirkan dan dibesarkan.
Kebutuhan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang layak dan memadai
bagi masyarakat Kecamatan Tanjung dan sekitarnya sangat tinggi, dapat
dilihat dari tingginya angka hunian di Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) di
Kecamatan Tanjung dan sekitarnya belum tersedianya sarana kesehatan yang
memiliki fasilitas pelayanan dan tenaga yang lebih lengkap dengan jarak yang
terjangkau dengan mudah.
Sebelum berdirinya Rumah Sakit Ibu dan Anak Mutiara Bunda,
masyarakat Kecamatan Tanjung dan sekitarnya harus menempuh jarak yang
cukup jauh guna mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih lengkap.
Pada tanggal 07 Februari 2005 Rumah Sakit Ibu dan Anak Mutiara Bunda
mulai resmi beroprasi melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan
kesehatan khususnya ibu dan anak.
Seiring dengan perkembangan dan permintaan masyarakatakan
pelayanan kesehatan umum maka sejak bulan Januari 2018 RSIA Mutiara Bunda
berubah menjadi RSU Islami Mutiara Bunda. Dengan demikian pelayanan di
RSU Islami Mutiara Bunda terdiri dari pelayanan rawat jalan dan rawat inap,
kandungan dan kebidanan, anak, penyakit dalam, bedah, umum, gigi dan
mulut.
1. SEJARAH KEPEMIMPINAN
Tahun 2005-2007 : dr. Ari Widiastuti
Tahun 2007-2012 : dr. Agus Nawawi HS
Tahun 2012-2017 : dr. Anggi Ciptawan
Tahun 2017-sekarang : dr, Linaldi Ananta
2. RSU ISLAMI MUTIARA BUNDA SAAT INI
RSU Islam Mutiara Bunda terletak di Jalan Raya Pantura Cendrawasih
Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes Nomor Telp/Fax (0283)877222
dengan alamat email : rsia_mutiarabunda@yahoo.co.id.
Berdiri dengan luas lahan + 10.600 M2, RSU Islami Mutiara Bunda berada
dilokasi yang cukup strategis, dengan ditunjang kemudahan akses transportasi
dan tingginya mobilitas penduduk dari beberapa kecamatan di sekita Tanjung.
Dasar hukum perijinan RSU Islami Mutiara Bunda :
1. Ijin Sementara I berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah
Nomor 503/10442/2005/5 tenteng Ijin Sementara Penyelengaraan
Sarana Kesehatan di Kabupaten Brebes.
2. Ijin sementara II yang disahkan secara resmi berdasarkan SK
Gubernur Jawa Tengah Nomor : 503/6496/5 tentang Surat Ijin
Sementara Penyelenggaraan Sarana Keesehatan pada tanggal 28
Marret 2006.
3. Sertifikat penetapan kelas, berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan
Rrepublik Indonesia Nomor : HK.03.05 tentang Penetapan Kelas
Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anaka Mutiara Bunda. Ditetapkan di
Jakarta tanggal 29 Mei 2012.
4. Surat Ijin Bupati Brebes Nomor : 503.10/KPPT/VIII/032/2012 tentang
Pemberian Ijin Oprasional tetap Rumah Sakit Ibu dan Anak Mutiara
Bunda.ditepkan di Brebes pada tanggal 13 Agustus 2012
5. Surat ijin kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Kabupaten brebes Nomor : 503.10/DPTMPTSP/00256/I/2018
tentang Pemberian Ijin Oprasional Rumah Sakit Umum Islami Mutiara
Bunda. Ditetapkan di Brebes pada tanggal 29 Januari 2018.
6. Sertifikat Penetapan Kelas RSU Islami Mutiara Bunda berdasarkan
Keputusan Pemerintah Kabupaten Brebes Nomor :
503.10/DPMPTSP/00256/I/2018. Tanggal 29 Januari 2018 tentang
Penetapan Rumah Sakit Kelas D. Ditetapkan di Brebes pada tanggal 29
Januari 2019.
2. MISI
a. Mengutamakan nilai-nilai agamis
b. Melayani dengan ikhlas profesional
c. Menjungjung tinggi moral dan etika
d. Mewujudkan Rumah Sakit yang menjadi andalan masyarakat.
3. MOTTO
Ikhlas melayani untuk beramal.
4. FALSAFAH
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Menjungjung tinggi kehidupan dan nilai-nilai luhur
kemanusiaan
c. Menghargai pentingnya pengetahuan dan kerjasama
d. Menjungjung keseimbanagn dan kelestarrian lingkungan
e. Kebersamaan dalam kemajuan dan kesejahteraan
5. NILAI
Pembelajar, Inovatif, Profesional, Kasih-Sayang, Ikhlas, Semangat,
Kerjasama, Itregritas dan Spiritual.
a. Pembelajar
Sikap dan perilaku yang selalu belajar dari fakta-fakta kegagalan
atau kesuksesan, berani menerima kritikan, dan kekurangan diri
sednri dan selalu berusaha untuk memperbaikinya.
b. Inovatif
Sikap dan perilaku yang kreatif dan berani mengambil risiko untuk
mencoba hal-hal baru.
c. Profesional
Sikap dan prilaku kerja yang menjungjung tinggi etika dan standar-
standar profesi.
d. Kasih sayang
Sikap dan perilakku yang tulus, tanpa pamrih, dapat menerima
kelebihan dan kekuragan.
e. Semangat
Sikap dan perilaku kerja/pelayanan yang dilaksanakan dengan
sungguh-sungguh, disiplin disertai dengan perasaan senang dan
gembira.
f. Kerjasama
Sikap dan prilaku yang sanggup berkerjasama dalam sebuah tim,
menghargai perbedaan dan keragaman, serta menghergai kelebihan
dan hak orang lain.
g. Integritas
Sikap dan perilaku yang jujur dan terbuka, utuh dan satu antara
pikiran, ucapan, dan perbuatan.
h. Spiritual
Sikap dan perilaku yang menjungjung tinggi kebenaran dan
keadilan universal , hukum alam, dan kebesaran Allah SWT.
6. TUJUAN
a. Terwujudnya pelayanan prima dan paripurna yang memenuhi
kaidan keselamatan pasien (patient safety)
b. Terwujudnya pelayanan rumah sakit yang bermutu tinggi
dengan tarif yang terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat
c. Terwujudnya perkembangan berkesinambungan dan
akuntabilitas bagin pelaynan kesehatan, pendidikan, dan
penelitian.
d. Terwujudnya sumberdaya manusia yang profesional dan
berorientasi kepada pelayanan pelanggan.
2. Fungsi
a. Membina administrasi organisasi perencanaan dan tatalaksana
lingkungan instalasi gizi
b. Merencanakan dan mengevaluasi diet pasien rawat inap dan rawat
jalan
c. Menyediakan makanan yang berkualitas sesuai kebutihan gizi,
aman dan daoat diterima pasien
d. Melaksanakan penyuluhan dan konsultasi pada pasien dan
kelompok tertentu yang memerlukan
3. Kedudukan
Instalasi gizi bertanggung jawab langsung kepada direktur rumah
sakit, namun pada kegiatan sehari-hari berada dibawah bidang
penunjang non medis. Intalasi gizi sudah terakreditasi oleh komisi
akreditasi rumah sakit pada tahun 2018.
1. Ketenagakerjaan
Berdasarkan pedoman pelayanan gizi rumah sakit ahli gizi dibagi menjadi 3
bidang, yaitu ahli gizi penyelenggaraan makanan rumah sakit, ahli gizi rawat inap,
dan ahli gizi rawat jalan. Ahli gizi di RSUI Mutiara Bunda terdapat 2 orang ahli gizi,
1 orang sebagai kepala ahli gizi, 1 orang sebagai ahli gizi pelaksana, berikut adalah
perhitungan kebutuhan ahli gizi :
e. Pramusaji
- Di InstalasiGizi RSU IslamiMutiaraBundaada 3 orang jurumasak
- Rasiotenagajurumasak : pasien = 1 : 25
- Hari pelayanan 7 hari/minggu, dengan hari kerja efektif 5 hari/minggu
dan koreksi factor libur 0,2
- Jam kerja yang berlaku adalah 8 jam/hari
- Untuk jumlah pasien rata-rata sebanyak 75pasien/hari/pelayanan
● 75/25 = 3
●koreksi factor kerja 7/5 x 3 = 4,2
●koreksicuti,libur, dll = 4,2 + (0,2 x 4,2) = 5,05 (5 orang)
2. PerencanaanAnggaran
a. Sumberdana
SumberdanaInstalasiGizi RSU
IslamiMutiaraBundaberasaldaribidangkeuangan RSU
IslamiMutiaraBundadenganalurperencanaananggaranInstalasiGizi,
sebagaiberikut :
c. Harga makanan
Food cost setiap pasien disesuaikan dengan kelas perawatan, untuk kelas 1
Rp.75.000, kelas 2 Rp.50.000, dankelas 3 Rp.50.000.
d. Standar makanan
e. Spesifikasi bahan makanan
Bahan makanan di Instalasi Gizi RSUI Mutiara Bunda banyak beberapa
bahan makanan yang sudah berstandar sesuai standar menu rumah
sakit.
f. Standar resep dan standar bumbu
Bahan makanan kering Saat bahan makanan datang petugas -Menambah petugas QC
yang datang tidak QC sudah pulang karena hanya ada - perlu adanya kesepakatan
langsung di cek sehingga 1 petugas QC mengenai waktu pengiriman
apabila ada kekurangan bahan makanan.
atau bahan tidak sesuai
spesifikasi harus
dikembalikan lagi.
Bahan makanan basah Petugas logistik yang juga Menegur rekanan agar lebih teliti
yang didapat langsung dari merangkap sebagai juru masak dalm memberikan bahan makanan
pasar adakalanya yang lansung berbelanja di pasar yang di pesan.
kualitasnya tidak bagus. setiap hari harus belanja secara
cepat dalam jumlah yang cukup
banyak sehingga tidak bisa
menyeleksi satu persatu bahan
makanan
3. Penyimpanan Gudang penyimpanan Terbatasnya sarana dan prasaran Menambahkan freezer khusus
makanan basah kurang penyimpanan bahan makanan basah penyimpanan daging dan
memadai dan kurang luasnya ruang memperluas ruangan
penyimpanan
Terima Tolak
3. Penyimpanan
a. Penyimpanan bahan makanan basah
Instalasi Gizi RSUI MUTIARA BUNDA tanjung memiliki
frezzer dan refrigrator untuk menyimpan bahan makanan basah , suhu
yang tepat untuk bahan makanan seger 34,2oc.
Suhu Dan Lama penyimpanan Bahan Makanan Basah
( 190c-210c)
4. K3
Tempat pencucian alat dan bahan di dapur Instalasi Gizi RSUI Mutiara
Bunda sudah disediakan secara terpisah. Jarak antara tempat pencuci alat
dan bahan jaraknya berjauhan. Tempat penyimpanan alat makan dan alat
memasak terpisah, peralatan makan disimpan sesuai ukuran dan jenis.
Alat Perlindungan Diri (APD) dalam Penyelenggaraan Makanan :
a. Terdapat beberapa jenis alat perlindungan diri yang dapat digunakan
dalam penyelenggaraan makanan, yaitu :
1) Penutup kepala
Di Instalasi Gizi RSUI Mutiara Bunda bagi laki-laki wajib
menggunakan penutup kepala hingga menutupi telinga dan
dipastikan tidak ada rambut yang menjulur, dan bagi wanita yang
berambut panjang atau pendek juga diwajiban mengikat rambutnya
sebelum mengenakan penutup kepala, kecuali bagi wanita yang
berhijab. Namun, ada juga pramusaji yang tidak menggunakan
penutup kepala dikarenakan panas, dan ribet.
2) Sarung tangan
Di Instalasi Gizi RSUI Mutiara Bunda digunakan untuk
menghindari kontaminasi bakteri yang dapat mencemari makanan.
Sebelum menggunakan sarung tangan baik pramumasak atau
pramusaji terlebih dahulu mencuci tangan, sarung tangan
digunakan hanya sekali pakai.
3) Celemek
Di Instalasi Gizi RSUI Mutiara Bunda Pramumasak dan pramusaji
dipastikan selalu menggunakan celemek untuk menghindari
kontaminasi bakteri terhadap makanan.
4) Masker
Di Instalasi Gizi RSUI Mutiara Bunda pramumasak dan pramusaji
menggunakan masker untuk menghindari kontaminasi makanan,
masker yang digunakan adalah masker sekali pakai yang harus
diganti apabila sudah rusak, kotor. Pada praktiknya pramumasak
terkadang tidak menggunakan masker karena alasan kenyaman.
Selain itu, penggunaan masker juga sedikit mengganggu apabila
pramumasak ingin mencicipi masakan yang diolah.
5) Alas kaki khusus
Di Instalasi Gizi RSUI Mutiara Bunda menggunakan alas kaki.
Namun, terkadang pramumasak dan pramusaji lupa tidak
menggunakan alas kaki. Alas kaki di instalasi gizi RSUI Mutiara
Bunda tidak dibedakan antara alas kaki di dalam area produksi
makanan dan alas kaki di luar area produksi makanan.
5. Produksi dan pemorsian
Hasil analissi pengolahan dari observasi yang telah dilakukan,
ditemuksn bahwa RSUI Mutiara Bunda dalam pemorsian masih
menggunakan perkiran tidak ada penimbangan khusus.
Berdasarkan observasi lapangan secara langsung, didapatkan bahwa
dalam pemorsian masih menggunakan perkiraan dan tidak ada
penimbangan kusus. Besar pemorsian yang direncanakan untuk nasi 200gr,
sedangkan takaran pramusaji hanya menggunakan mangkok kecil.
Berdasarkan hasil pengamatan, lauk hewani dalam pemotongan daging
tidak ada penakaran khusus. Pemotongan dilakukan oleh pramusaji yang
hanya dikira-kira tanpa memiliki alat atau cetakan khusus untuk
menyeragamkan daging. Proses pemotongan daging dilakukan oleh
pramusaji hanya menggunakan pisau sebelum mulai pemasakan.
Penimbangan daging dilakukan saat daging masih mentah. Hasil
wawancara penelitian dengan petugas pemorsian bahwa daging yang telah
dipotong-potong tidak bisa ditambah atau dikurangi lagi saat pemorsian.
Menu makan selanjutnya yaitu tempe. Tempe adalah salah satu menu
lauk nabati yang disediakan di RSUI Mutiara Bunda untuk semua kelas.
Berdasarkan anlisis tempe tidak ada penimbangan khusus hanya
menggunakan perkiraan saja.
Pemorsian makanan adalah suatu proses atau cara mencetak makanan
sesuia dengan standar porsi yang telah ditentukan. Standar porsi adalah
rincian macam dan jumlah bahan makan dalam jumlah bersih pada setiap
hidangan. Dalam penyelenggaran makanan di Rumah sakit, diperlukan
adanya standar porsi untuk setiap hidangan, sehingga macam dan jumlah
hidangan menjadi jelas. Porsi yang standar harus ditentukan untuk semua
jenis makanan dan penggunaan peralatan seperti sendok sayur, centong,
sendok pembagian harus distandarkan (Mukrie,1996)
Standar porsi makanan sangat berperan dalam penyelenggaraan
makanan yang dikaitkan dengan nilai gizi makanan. Apabila porsi
makanan kurang atau lebih, otomatis nilai Gizi makanan pasien berkurang
atau lebih sehingga menyebabkan mutu makanan menjadi kurang baik.
Saran untuk Pramusaji atau pramumasak, Memberikan edukaso kepada
petugas pemorsian tentang pentingnya memperhatikan satndar porsi yang
telah ditetapkan terutama pada pemorsian diet khusus seperti diet jatung,
diet diabetes militus, diet rendah protein. Memperbaiki potongan lauk
hewani, lauk nabati dan sayur-sayuran agar sesuai dengan standar porsi
yang ditetapkan.
6. Distribusi makanan
Sistem distribusi yang digunakan dalam penyelenggaraan makanan
RSUI Mutiara Bunda adalah sistem distribusi sentralisasi. Distribusi
pembagian makanan dan penyajian pada alat makan di ruang produksi
makanan. Beberapa masalah dalam proses distribusi diantaranya jumlah
alat makan yang kembali ke instalasi gizi setelah digunakan kadang
berkurang. Untuk mengatasi hal ini, seharusnya pramuruang ikut
mengontrol kelengkapan alatb makan saat penarikan kembali alat maka.
Pihak instalasi gizi perlu mengadakan koordinasi dengan pihak
keperawatan agar terjadi kerjasama yang baik dalam pelayanan kepada
pasien.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
B. SARAN
LAMPIRAN
PEMBAHASAN
A. Ketenagaan
Kebutuhan tenaga ahli gizi rawat inap dihitung menggunakan rumus perhitungan
tenaga berdasarkan tempat tidur adalah sebanyak 1 orang sedangkan menurut
rumus analisis jabatan membutuhkan 2 orang ahli gizi. Tenaga ahli gizi yang
efektif di RSUI MUTIARA BUNDA yaitu sebanyak 2 orang. Jadi di perlukan
minimal 1 tenaga ahli gizi tambahan. Kurangnya tenaga ahli gizi rawat inap
menyebabkan masih terdapat petugas yang merangkap tugas. Seperti petugas
penerimaan, petugas gudang, litbang, ahli gizi rawat jalan dan petugas
administrasi sehingga kualitas usuhan gizi pada pasien tidak maksimal.
Seharusnya pada setiap ruang rawat inap mendapatkan pelayanan asuhan gizi
setiap hari , tetapi maih ada ruangan yang mendapatkan asuhan gizi dua kali
dalam seminggu atau apabila permintaan konsultasi gizi di ruang tersebut.
Kekurangan ahli gizi dan sistem rangkap tugas juga mengakibatkan sistem
pengawasan produksi menjadi berkurang, terlihat dari banyaknya pramumasak
yang tidak menaati aturan di instalasi gizi dalam hal higien sanitasi saat mengolah
makanan dapur. Penanggung jawab antara gudang basah dan kering masih di
rangkap oleh seorang ahli gizi. Hal ini mengakibatkan kurangnya pengawasan
stok bahan makanan. Standar PGRS adalah ada, setidaknya satu petugas yang
menangani penyimpanan bahan makanan yang bertanggungjawab atas
penyimpanan, pelabelan,dan pengeluaran bahan makanan. Dan tidak merangkap
dengan tugas lain. Hal ini untuk mencegah terjadinya kekurangan stok yang baru
di ketahui mendadak sehingga membuat sistem pelayanan makanan tidak berjalan
lancar. Tingkat pendidikan petugas gudang setara SMK.