Tindakan Hukum Terhadap Korban Pelecehan Seksual Yang Dilakukan Herry Wirawan
Tindakan Hukum Terhadap Korban Pelecehan Seksual Yang Dilakukan Herry Wirawan
Disusun Oleh :
Lyly Henriana
NIM : 41121027
Kelas : Administrasi Negara
(A2)
B. Pembahasan
Semakin maraknya kasus kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak akhir-akhir ini
di Indonesia, namun yang paling heboh adalah kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh
Herry Wirawan (guru/pendidik) di Pondok Pesantren di Cibiru Bandung, Jawa Barat. Majelis
Hakim Pengadilan Tinggi (PT) Bandung mengabulkan banding yang diajukan jaksa terkait
kasus pencabulan terhadap 13 santriwati dengan terdakwa Herry Wirawan. Hukuman Herry
menjadi vonis hukuman mati dari awalnya hukuman penjara seumur hidup.
Herry Wirawan merupakan salah satu seorang pendidik yang ada di lingkungan terdekat
korban, sebab itu hukuman pidana yang diberikan ditambah sepertiga dari ancaman pidana
awal, dengan keputusan hukum pidana 20 tahun paling lama. Menuju pada Perpu Nomor 1
Tahun 2016 yang sudah ditetapkan menjadi UndangUndang melalui UU Nomor 17 Tahun
2016, jika korban terdapat lebih dari 1 orang, hingga menyebabkan gangguan jiwa, terganggu
atau hilangnya fungsi reproduksi, luka beat, penyakit menular atau jika korban sampai
meninggal dunia, maka pelaku bisa diberikan pidana hukuman mati, seumur hidup, atau
singkat 10 tahun pidana penjara paling singkat dan paling lama 20 tahun.
Hakim menilai perbuatan Herry Wirawan telah terbukti bersalah sesuai dengan Pasal 81
ayat (1), ayat (3) Dan (5) jo Pasal 76.D UU RI Nomor 17 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak jo Pasal 65 ayat (1)
KUHP sebagaimana dakwaan pertama.
Jaksa mengajukan banding atas vonis seumur hidup yang diberikan majelis hakim
terhadap Herry Wirawan. Jaksa meyakini, hukuman mati patut diberikan atas perbuatan
Herry memperkosa 13 santriwati. Di tingkat banding, hukuman Herry Wirawan diperberat
menjadi hukuman mati.