Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS BOBOT KARYA SENI HEADPIECE PADA MATA

KULIAH PROSES KREATIF


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ke-3 Mata Kuliah Estetika

Disusun oleh :
Syifa Arneta
210209015

PROGRAM STUDI KRIYA TEKSTIL & FASHION


FAKULTAS SOSIAL & HUMANIORA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menganalisis salah satu struktur estetika, yakni perihal bobot atau peristiwa
kesenian meliputi bukan hanya yang dilihat semata, tetapi meliputi apa yang
dirasakan atau dihayati sebagai makna dari wujud kesenian itu. Bobot kesenian
mempunyai tiga aspek yakni suasana, gagasan dan pesan. Dalam garapan
headpieces pada mata kuliah Proses Kreatif suasana yang ditampilkan adalah
menggambarkan keindahan dan warna, serta suasana yang ditimbulkan adalah
gembira, agung, dan indah.

Begitu pun dengan analisis bobot estetika, inspirasi karya kali ini bersumber
pada sebuah film dokumentasi yang berjudul Baraka, yang dirilis pada tahun
1992. Sebuah film yang disutradarai oleh Ron Fricke.
Judul Baraka (bahasa Arab: ‫ )بركة‬berarti berkah, sebuah kosakata yang telah
diserap berbagai bahasa.

Salah satu scene film Baraka yang menginspirasi karya headpiece ini yakni
kebudayaan serta aksesoris dari Suku Maasai. Maasai adalah kelompok suku asli
dari Afrika yang memiliki pola hidup semi-nomaden di Kenya dan Tanzania.
Mereka adalah salah satu kelompok suku Afrika Timur yang paling dikenal di
dunia luar karena kebudayaannya yang unik serta karena mereka bertempat
tinggal dekat dengan banyak cagar alam dan taman nasional di Afrika Timur.

Eunoto merupakan salah satu tradisi masyarakat Maasai, bagi masyarakat non-
Maasai ritual ini dikenal dengan nama “jumping dance”, ritual ini menandakan
datangnya usia “cukup umur” para prajurit muda suku Maasai, ritual eunoto atau
jumping dance menandakan bahwa pemuda suku Maasai sudah cukup umur untuk
menjadi prajurit muda. Penduduk suku Maasai sering kali menggunakan aksesoris
khas mereka di kesetiap harian mereka, namun biasanya mereka akan
menggunakan aksesoris lengkap pada perayaan acara tertentu, seperti pada saat
Eunoto ini.

Tak hanya menuangkan ide dari suku Maasai saja, akan tetapi ide selanjutnya
berasal dari Indonesia, yakni tari Pendet yang berasal dari Bali. Tari Pendet pada
awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat
ibadah umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan
atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman,
para seniman Bali mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski
tetap mengandung anasir yang sakral-religius. Pencipta/koreografer bentuk
modern tari ini adalah I Wayan Rindi.

Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian


upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan
pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan
wanita, dewasa maupun gadis.

Para penari akan membawa bokor, piring cekung besar yang diisi bunga. Salah
satu ciri khas Tari Pendet adalah taburan bunga tersebut. Tari Pendet diiringi
musik tradisional Bali yang disebut gamelan. Tentu, ada perbedaan pada gamelan
Bali dan Jawa.

Selain bokor, ada beberapa properti lainnya yang digunakan Tari Pendet, yakni:

1. Mahkota, sebagai hiasan kepala yang ditambahkan dengan bunga-bungaan


seperti kamboja putih, cempaka, atau mawar.

2. Tapih, bawahan para penari yang berbentuk kain jarik dengan motif batik
crap crap.

3. Kemben, baju atasan penari yang biasanya berwarna merah atau emas.

4. Selendang, disebut juga dengan Kacrik Prade yang dililitkan pada


pinggang penari. Umumnya selendang berwarna merah atau kuning.

5. Gelang, meski sudah jarang digunakan, gelang merupakan salah satu


properti Tari Pendet yang menambah kecantikan penari. Gelang yang
digunakan biasanya berwarna emas yang sangat serasi dengan kostum dan
mahkota penari.
BAB II
ANALISIS KARYA

2.1 Ide Gagasan Karya

Kolaborasi yang bertemakan Nuansa Internasional pada karya headpieces


tentunya menggabungkan beberapa ide, diantaranya aksesoris suku Maasai serta
aksesoris tari Pendet. Ditambah pula dengan gabungan warna yang membuat
nuansa headpieces lebih modern.

Ide gagasan karya nya pun sendiri ditinjau dari berbagai aspek seperti warna,
bentuk, keunikan,, dan aspek lainnya.

Gambar 1.1 : Moodboard


Gambar 1.2 : Sketsa Headpieces

Gambar 1.3 : Color Palette


2.2 Suasana / Mood Karya

Meninjau color palette pada gambar 1.2, bahwasannya kesan suasana


bertemakan cheerfull minimalis, yang mana gabungan antara warna – warna cerah,
yang mana merupakan inspirasi dari warna pakaian serta aksesoris suku Maasai
(merah, kuning, biru), dengan warna – warna elegan dari aksesoris tari Pendet
(putih, hitam, coklat, moka).

• Warna merah sering dihubungkan dengan energi, perang, bahaya, kekuatan,


tekad yang kuat, hasrat, dan cinta. Merah adalah warna yang mempunyai
unsur emosional yang kuat. Warna ini dapat mempertinggi metabolisme
tubuh manusia, meningkatkan pernapasan, dan menaikkan tekanan darah.

• Warna biru melambangkan kepercayaan dan kesetiaan. Warna biru


memiliki efek menenangkan dan relaksasi bagi jiwa. Arti warna biru
memberi kedamaian dan membuat kamu merasa percaya diri dan aman.

• Warna kuning (bronze) selalu dikaitkan dengan keceriaan, kebahagiaan, dan


rasa optimis. Warna kuning kerap kali digunakan dalam terapi untuk
meredakan stres atau sebagai pengendali emosional.

• Dilengkapi warna putih pada manik mutiara sebagai pelengkap yang


memberikan kesan modern (pada mutiara), dan tak lupa juga manik coklat
yang memberikan kesan menenangkan, kedua warna ini, antara warna cerah
(merah,biru dan kuning) dikolaborasikan dengan warna tenang (putih dan
coklat muda) agar keduanya
Gambar 1.4 : Nuansa Internasional Headpiece

Gambar 1.5 : Nuansa Internasional Headpieces


2.3 Pesan yang Tersampaikan pada Karya

ditinjau dari nilainya, nilai dari karya headpieces ini berkaitan dengan suku
Maasai, yang mana mereka hidup dengan mempertahankan nilai-nilai dari leluhur,
secara tradisional dan sederhana. Maka begitu pula dengan karya ini, meskipun
banyak inspirasi yang diadopsi dari suku Maasai, namun tidak lupa untuk memberi
kesan nusantara dalam karya ini, yakni inspirasi aksesoris tari Pendet.

Mengaplikasikan berbagai unsur budaya, yang tentunya tak hanya budaya


Indonesia, namun kolaborasi dengan budaya asing juga tentunya sebuah hal yang
patut dilestarikan agar budaya Indonesia dapat dijaga terus – menerus dan dapat
lebih dikenal oleh manca negara.
Daftar Pustaka

http://missgandum.blogspot.com/2015/01/analisi-unsur-estetika-wujud-bobot.html

Sedyawati, Edi. 2012. Budaya Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.

Dharsono dan Sunarmi. 2007. Estetika Seni Rupa Nusantara. Surakarta:


ISI Press Solo.

https://id.wikipedia.org/wiki/Maasai

https://text-id.123dok.com/document/dzxo6mnwz-wujud-estetis-bobot-
penampilan.html

https://kumparan.com/berita-hari-ini/sejarah-singkat-dan-properti-tari-pendet-asal-
bali-1uLTcHFSNCC/full

Anda mungkin juga menyukai