PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
Bagaimana syarat perdokumentasian kebidanan ?
C. Tujuan
Tujuan Umum
Diketahui dokumentasi kebidanan
Tujuan Khusus
1. Diketahui pengertian dokumentasi.
2. Diketahui aspek hukum.
3. Deketahui manfaat dokumentasi kebidanan.
4. Diketahui prinsip-prinsip dokumentasi kebidanan.
5. Diketahui aspek legal.
6. Diketahui berdasarkan latar belakang didapatkan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dokter dan tenaga kesehatan lainnya beserta advisnya yang terdiri dari 5 atau 7
tahap asuhan kebidanan.
4
Contoh :
penanda tanganan ini penting untuk mengetahui siapa yang
melakukan tindakan dan mempertanggung jawabkan tindakan apa
yang sudah dilakukan selain itu juga untuk melakukan tindakan gugat
jika terjadi kesalahan.
3. Tulislah dengan jelas dan rapi.
Tulislah dengan jelas dan rapi akan menghindarkan kita dari
kesalahan persepsi. Selain itu, dapat menunjang tujuan dari
pendokumentasian, yakni terjalinnya komunikasi dengan tim tenaga
kesehatan lain. Tulisan yang tidak jelas dan tidak rapi akan
menimbulkan kebingungan serta menghabiskan banyak waktu untuk
dapat memahaminya. Lebih bahaya lagi dapat menimbulkan cedera
pada pasien jika ada informasi penting yang disalahartikan akibat
ketidakjelasan tulisan tangan.
Contoh :
Tulisan yang rapi dan jelas ini menunjang dalam rencana tindakan
maupun pelaksanaan tindakan yang harus segera dilakukan jika tulisan
tidak jelas dan tidak rapi dapat membingungkan rencana apa yang
harus dilakukan.
4. Gunakan ejaan dan kata baku serta tata bahasa medis yang tepat dan
umum.
Pencatatan yang berisi kata-kata yang salah dan tata bahasa yang
tidak tepat akan memberi kesan negatif kepada tenaga kesehatan lain.
Hal tersebut juga menunjukkan kecerobohan dalam
pendokumentasian. Apabila muncul gugatan akan sulit dicari
kebenarannya karena tidak adanya bukti yang jelas. Untuk
menghindari kesalahan dalam penggunaan kata baku, dapat dilakukan
dengan menggunakan kamus kedokteran, kebidanan atau keperawatan,
menuliskan daftar kata yang sering salah eja, ataupun menuliskan
kalimat yang sering tidak jelas maknanya. Hindari penggunaan kata-
kata yang panjang, tidak perlu, dan tidak bermanfaat. Selain
itu,identifikasi dengan jelas, subyek dari setiap kalimat.
5
Contoh :
Gunakan kata atau bahasa medis yang umum di gunakan dan
dapat dimegerti agar tidak membingungkan. Seperti berikut :
1. Abdomen : rongga perut
2. Absobsi : penyerapan zat metabolisme
3. Anemia : penurunan jumlah eritrosit
4. Hipertensi : peningkatan tekanan darah dalam tubuh
5. Abses : bengkak disertai nanah. Dll.
5. Gunakan alat tulis yang terlihat jelas, seperti tinta untuk menghindari
terhapusnya catatan.
Dalam pencatatan, penggunaan alat tulis yang baik dengan tinta,
baik hitam maupun biru, dapat membantu tidak terhapusnya catatan.
Bila menggunakan alat tulis yang bersifat mudah terhapus dan hilang
seperti pensil, akan dapat menimbulkan kesalahan-kesalahan
interpretasi dalam pencatatan. Contoh : dalam penulisan di list/status
pasien harus menggunakan bolpoint supaya jelas dan tidak mudah
hilang, kalaupun ada yang salah tidak boleh di tipe-x cukup dicoret dan
dibubuhi tanda tangan dibawah coretan agar tidak menimbulkan
kecurigaan.
6. Gunakan singkatan resmi dalam pendokumentasian.
Sebagian besar rumah sakit atau pelayanan kesehatan mempunyai
daftar singkatan yang disepakati. Daftar ini harus tersedia bagi seluruh
petugas kesehatan yang membuat dokumentasi dalam rekam medis,
baik tenaga medis maupun mahasiswa yang melakukan praktik di
institusi pelayanan.
Contoh:
a. KRS : Keluar Rumah Sakit
b. MRS : Masuk Rumah Sakit
c. APS : Anjuran Pulang Paksa
d. Dx : Diagnosa
e. OB : orang/pasien Baru
6
f. AKI dan AKB : Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian
Bayi
g. BBL : Bayi Baru Lahir
h. BBLR : Bayi Baru Lahir Rendah
i. KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
j. KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
k. DJJ : Detak Jantung Janin
l. UK : Usia Kehamilan
m. TM : Trimester
n. HPL : Hari Perkiraan Lahir
o. HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir
p. TFU : Tinggi Fundus Uteri
q. KB : Keluarga Berencana
7. Gunakan pencatatan dengan grafik untuk mencatat tanda vital.
Catatan dalam bentuk grafik dapat digunakan sebagai pengganti
penulisan tanda vital dari laporan perkembangan. Hal ini memudahkan
pemantauan setiap saat dari pasien terkait dengan perkembangan
kesehatannya. Contoh : BLUERED
8. Catat nama pasien disetiap halaman.
Pencatatan nama pasien pada setiap halaman bertujuan untuk
mencegah terselipnya halaman yang salah ke dalam catatan pasien
dengan cara memberi stempel atau label pada setiap halaman dengan
menginformasikan identitas pasien. Contoh : dalam buku/list pasien.
9. Berhati-hati ketika mencatat status pasien dengan HIV/AIDS.
Hal ini berkaitan dengan danya kerahasiaan pada tes HIV/AIDS di
beberapa negara yang dilindungi oleh undang-undang. Saat ini,
banyak tempat pelayanan kesehatan yang tidak mencantumkan
informasi tentang status HIV/AIDS positif dalam status pasien atau
rekam medis, termasuk di kardeks/catatan rawat jalan, atau catatan
lain.
Contoh : Apabila menerima pasien yang menderita penyakit HIV
dan hendak memeriksakannya karena sebelumnya belum tau, kita
7
hendaknya memberitahu jika hasilnya positif kita memberitahunya
dengan bahasa medis jika sesama orang medis.
10. Hindari menerima instruksi verbal dari dokter melalui telepon, kecuali
dalam kondisi darurat.
Mengingat banyaknya kesalahan dalam pendokumentasian melalui
telepon karena ketidakjelasan penyampaian, maka sebaikknya hal ini
dihindari. Akan tetapi, dalam situasi tertentu ketika tindakan yang
akan diberikan kepada pasien harus melalui kewenangan dokter,
sedangkan dokter tidak berada di tempat, maka dapat dilakukan
komunikasi melalui telepon. Namun dalam prosesnya dilanjutkan
secara tertulis.
Contoh : Jika kita mendapatkan informasi/intruksi dari dokter
lewat telefon hendaknya kita harus segera mencacat.
11. Tanyakan apabila ada instruksi yang tidak tepat.
Bidan hendaknya selalu memiliki kemampuan berpikir kritis dan
memiliki analisis yang tajam. Apabila muncul ketidakjelasan dalam
menerima instruksi atau tugas limpahan dari dokter, bidan sangat
dianjurkan untuk bertanya tenatang kejelasannya untuk menghindari
terjadinya kesalahan persepsi.
Contoh : Dokter memerintah kita untuk menangani persalinan dan
jika intruksi dari dokter kurang jelas kita harus bertanya lagi.
12. Dokumentasi terhadap tindakan atau obat yang tidak diberikan.
Segala bentuk tindakan atau obat-obatan yang tidak boleh
diberikan kepad pasien atau harus dihentikan pemakaiannya harus
didokumentasikan secara lengkap disertai dengan alasan yang lengkap
untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Contoh : Jika pasien alergi dengan antibiotik amoxcillyn kita harus
menggantinya dengan antibiotic lainnya.
13. Catatan informasi secara lengkap tentang obat yang diberikan.
Mencatat segala bentuk manajemen obat pada pasien adalah suatu
hal yang harus dilakukan dalam proses dokumentasi kebidanan. Di
8
antaranya tentang jenis obat, waktu pemberian obat, dan dosis obat,
waktu pemberian obat, dan dosis obat.
Contoh : pasien datang kebidan untuk memeriksakan
keadaannya ,pasien tersebut ternyata setelah dipriksa menderita alergi
setelah itu bidan memberikan obat kepada pasien dan mencatatnya
supaya alergi pasien tersebut cepat sembuh dengan pemberian jenis
obatnya ,dosisnya sekian untuk umur sekian dan kapan harus
meminum obat itu .
14. Cara keadaan alergi obat atau makanan.
Pendokumentasian keadaan alergi obat atau makanan tertentu
sangat penting karena menghindari tindakan yang kontra indikasi dapat
memberikan informasi yang berguna untuk tindakan antisipasi.
Contoh : bidan mencatat keluhan pasien tentang riwayat obat apa
saja yang menyebabkan alergi atau obat yg pernah dipakai itu
menimbulkan efek samping bagi nya.
15. Catat daerah atau tempat pemberian injeksi atau suntikan.
Seluruh daerah tempat suntikan atau injeksi juga perlu
didokumentasikan. Hal ini karena tempat atau area suntikan yang tidak
diketahui dapat menimbulkan dampak yang tidak diketahui sebelunya
seperti adanya cedera atau lainnya.
Contoh : bidan mau melakukan injeksi terhadap pasiennya tapi
sebelum itu bidan tersebut mencatat area yang akan dilakukan injeksi
dan menanyakannya serta memeriksa pasien apa sebelumnya pernah
cidera atau luka.
16. Cara hasil laboratorium yang abnormal.
Mencatat hasil laboratorium yang abnormal,sangat penting karena
dapat menentukan tindakan segera. Hal ini sering terabaikan pada
pencatatan hasil laboratorium, sehingga menimbulkan kesalahan dalam
proses pengobatan.
Contoh : Pada foto rotgen ada kelainan apa tidak/penyakit. Jika ada
kita segera menindak lanjuti.
1. Data Subjektif
9
1) Biodata digunakan untuk mengumpulkan semua data yang dibutuhkan
untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan yang terdiri dari dta
ibu dan suami yang meliputi nama ibu dan suami, umur, suku, bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor telepon.
10
atau sedang menderita penyakit seperti jantung, diabetes mellitus,
ginjal, hipertensi atau hipotensi dan hepatitis.
8) Status perkawinan, ini penting untuk dikaji karena dari data ini kita
akan mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah tangga
pasangan. Beberapa pertanyaan yang perlu ditanyakan kepada klien
antara lain yaitu berapa usia klien ketika menikah pertama kali, status
pernikahan, lama pernikahan dan ini suami yang keberapa.
10) Gangguan kesehatan reproduksi, data ini sangat penting untuk kita kaji
karena akan memberikan petunjuk bagi kita tentang prgan reproduksi
yang berkaitan erat dengan personal hygiene pasien atau kebiasaan-
kebiasaan lain yang tidak mendukung kesehatan reproduksinya. Jika di
dapatkan ada salah satu atau beberapa riwayat gangguan kesehatan alat
reproduksi maka kita harus waspada adanya kemungkinan ganguuan
kesehatan alat reproduksi pada masa post partum. Beberapa data yang
perlu dikaji dari pasien adalah, apakah pasien pernah mengalami
gangguan seperti keputihan, infeksi dan gatal karena jamur.
2. Data Objektif
11
Setelah data subjektif kita dapatkan, untuk melengkapi data kita
dalam menegakkan diagnosa, maka kita harus melakukan
pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi yang dilakukan secara berurutan.
1) Pemeriksaan umum
2) Kesadaran composmentis
3) Berat badan( BB). Berat badan ditimbang tiap kali kunjungan untuk
mengetahui penambahan BB ibu. Normalnya penambahan BB ibu tiap
minggu adalah 0,5 kg.
4) Tinggi badan (TB). Tinggi badan ibu hamil yang kurang dari 145 cm
tergolong resikiko tinggi.
12
2. Nadi. Dalam keadaan santai denyut nadi ibu sekitar 60-80x/ menit.
Denyut nadi 100x/ menit atau lebih mungkin ibu mengalami
keluhan seperti tegang, ketakutan, dan cemas.
2) Pemeriksaan Fisik
13
papan (punggung) pada satu sisi uterus dan pada sisi lain teraba bagian
kecil. Leopold III untuk mengetahui bagian presentasi atau bagian
terbawah janin yang ada di sympisis ibu, normal pada bagian bawah
janin teraba bagian yang keras, bulat dan melenting (kepala). Leopold
IV untuk mengetahui seberapa jauh masuknya bagian terendah janin
ke dalam pintu atas panggul (PAP), posisi tangan masih bisa bertemu
dan belum masuk PAP (konvergen), posisi tangan tidak bisa bertemu
dan sudah masuk PAP (divergen). Auskultasi denyut jantung janin
(DJJ) normalnya terdengar di bawah pusat ibu (baik di bagian kiri atau
kanan). Mendengarkan DJJ meliputi frekuensi dan keteraturannya, DJJ
dihitung selama 1 menit penuh, jumlah DJJ normal antara 120 sampai
140x/menit.
3) Pemeriksaan laboratorium
3. Analisa Data
14
A. Paritas
B. Usia kehamilan
C. Keadaan janin
4. penatalaksanaan
b. Memberi informasi kepada ibu dan keluarga tentang tanda tanda pada
kehamilan yaitu : perdarahan dari vagina, pusing berkepanjangan,
hebat, dan menetap, pandangan mata kabur, ekstremitas dan wajah
oedema, sesak nafas yang tidak berkurang saat istirahat, keluar cairan
15
pervagina, demam tinggi, dan gerakan janin kurang dari 10 kali dalam
24 jam.
16
Evaluasi : pasien mengerti dengan penjelasan yang diberikan
terbukti dengan dapat menjelaskan kembali oleh bidan.
C. KASUS SEMU
NIM : 13.086
Semester : VI
NomorRegistrasiPasien : Tidakdikaji
17
Nomor Tempat Tidur : Tidak dikaji
A. Data Subjektif
1. Identitas (Biodata)
a. Bayi
NamaBayi : By.X
Umur : 6 jam
b. Ibu
Nama : Ny.E
Umur : 29 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
18
Penghasilan :-
Ayah
Nama : Tn.W
Umur : 31 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Penghasilan : 1.500.000/bulan
2. Keluhan Utama
Ibu telah melahirkan bayinya 6 jam yang lalu pada pukul 15.00
WIB dengan kelamin perempuan secara normal di tempat bidan
dan bayinya sehat, ibu mengatakan bayinya belum BAK, ibu
mengatakan bayinya dalam keadaan hangat dan terselimuti, ibu
mengatakan bayinya belum dimandikan.
1. Anak pertama
19
Tgl/ Bln persalinan : 17 Juni 2008
Panjangbadan : 45 cm
2. Hamilini
Lamanya persalinan
WIB
Pendarahan : 250ml
20
Komplikasi persalia (ibu dan bayi) : Tidak ada
Kulit kemerahan
Vitamin K
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
b. Pernafasan : 40x/menit
c. Nadi : 122x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
21
- Mata :Besar mata kanan dan kiri sama, tidak ada secret
kanan dan kiri, warna konjungtiva kanan dan kiri merah
muda, tidak ada pendarahan konjumgtiva kanan dan kiri,
warna sclera putih keabuan kanan dan kiri, reaksi pupil baik
kanan dan kiri, tidak ada kelainan mata kanan dan kiri.
22
- Ekstremitas:
Anus :-
Orifisiumuretra : -
3. PengukuranAntropometri
BB : 2800 gram
PB : 45 cm
Lila : 10 cm
LD : 32 cm
LingkarKepala : 31 cm
Diameter Kepala : 19 cm
23
4. Reflek: Moro : Baik
Sucking : Baik
Palmorgraps : Baik
Walking : Baik
5. Eliminasi
a. Urine :-
7. Lain-lain : Tidakada
LINGKAR KEPALA : 31 CM
DS : Ibu telah melahirkan bayinya 6 jam yang lalu pada pukul 15.00
WIB dengan jenis kelamin prempuan secara normal di tempat
bidan dan bayinya sehat ,ibu mengatakan bayinya belum BAK,
ibu mengatakan bayinya dalam keadaan hangat dan terselimuti ,
ibu mengatakan bayinya belum dimandikan.
24
DO : KU bayi : baik
Kesadaran :komposmetsis
BB : 2800 gram
PB : 45cm
TTV : HR : 122x/menit
RR : 40x/menit
S : 36,8°C
Tali pusat bayi terbungkus kasa steril ,bersih, tidak dibumbuhi apapun.
BAB : 1X konsitensi lunak, hitam kecoklatan, bau khas, pukul 21.05 WIB
BAK : -
Kebutuhan :
Tida kada
Tidak ada
4.5 INTERVENSI
25
Tanggal : 23 agustus 2016 Jam : 21.15 WIB
KERIKTERIA HASIL
INTERVENSI
26
7. Diberikaan konseling tentang proses BAK
R/Ibu mengerti tentang proses BAK bayi
8. Motivasi ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
R/Ibu mau menetei bayinya sesering mungkin
9. Motivasi ibu untuk lebih banyak minum
R/Membantu bayi agar segera BAK
4.6 IMPLEMENTASI
27
atau terlalu dingin segara melapor kepada tenaga kesehatan agar
mendapatkan pertolongan segara.
7. Memberikan konseling tentang proses BAK ,bayi akan BAK maksimal
dalam 24 jam.
8. Memotivasi ibu untuk sering meneteki bayinya agar segera BAK.
9. Memotivasi ibu untuk banyak minum agar
Reproduksi kolostrum meningkat sehingga bayi segera BAK.
4.7 EVALUASI
28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dokumentasi kebidanan merupakan suatu catatan otentik atau dokumen
asli yang dapat dijadikan bukti dalam persoalan hukum.Dokumentasi
kebidanan mempunyai manfaat dari berbagai aspek, diantaranya aspek
hokum.Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi
dan bernilai hukum.Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan
profesi kebidanan, dimana bidan sebagai pemberi jasa dan klien sebagai
pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu.
Manfaat dari aspek hukum, yaitu dokumentasi kebidanan dijadikan
sebagai jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan. Ditinjau dari segi isi,
dokumentasi harus mengandung nilai administrasi, nilai hukum, nilai
keuangan, nilai riset dan nilai edukasi.Potter dan Perry (1989 cit Muzdlillah,
dkk, 2001) memberikan panduan legal sebagai petunjuk cara
mendokumentasikan dengan benar.
B. Saran
Berdasarkan makalah ini kami menilai bahwa dokumentasi kebidanan
itu banyak memiliki manfaat dan fungsi, bagi para pembaca hendaknya dapat
memahami isi dari makalah ini dan dapat digunakan dengan baik khususnya
29
untuk mahasiswa Akademi Kebidanan Budi Mulia Prabumulih dan bagi
lembaga pendidikan Akademi Kebidanan Budi Mulia Prabumulih.
DAFTAR PUSTAKA
30
31