Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

KESUBURAN TANAH DAN TEKNIK PEMUPUKAN

Disusun Oleh :
AHMAD HIDAYATULLAAH D1D120001
ADIN PRASETYO D1D120031
MUH. NOVAL JAYA D1D120020
HASRUL D1D120040
AYU DWI PUTRI MAHARANI D1D120036
YULITA HAIRIZA ADRIYANI D1D120059
ANDI NURFADILLAH D1D120033

JURUSAN/PROGRAM STUDI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
KESUBURAN TANAH DAN TEKNIK PEMUPUKAN

Disusun Oleh :
AHMAD HIDAYATULLAAH D1D120001
ADIN PRASETYO D1D120031
MUH. NOVAL JAYA D1D120020
HASRUL D1D120040
AYU DWI PUTRI MAHARANI D1D120036
YULITA HAIRIZA ADRIYANI D1D120059
ANDI NURFADILLAH D1D120033

Di Ajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Nilai


Praktikum Kesuburan Tanah dan Teknik Pemupukan

JURUSAN/PROGRAM STUDI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Laporan Lengkap Praktikum Kesuburan dan Teknik Pemupukan

Program Studi : Ilmu Tanah

Mengetahui,

Penanggung Jawab Koordinator Praktikum


Mata Kuliah Kesuburan dan Teknik Pemupukan

La Ode Rustam, S.P., M.Sc


NIDN. 0013088604

Hari/Tanggal/Pengesahan : Kendari, Juni 2022

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian
kegiatan praktikum dan penyusunan Laporan Lengkap Praktikum Kesuburan
Tanah Teknik Pemupukan. Ucapan terima kasih tidak lupa kami ucapkan kepada
semua yang telah berpatisipasi dan membantu kami dalam pembuatan laporan ini.
Khususnya kepada dosen pembimbing dalam praktikum yang telah mengarahkan
dan membimbing kami dalam melaksanakan praktikum.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan, masih sangat jauh dari


kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan untuk kesempurnaan penyusunan laporan selanjutnya.

Akhir kata, penulis berharap agar laporan ini dapat tersusun dengan baik
sehingga pembaca maupun pendengar dapat memahami dengan baik isi dari
laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kami dan pembaca pada
saat ini dan di masa yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Kendari, Juni 2022


Penulis

Kelompok IV

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN SAMPUL...........................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan dan Manfaat..................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
2.1 Morfologi Tanaman Kangkung................................................................4
2.2 Syarat-Syarat Tanaman Kangkung...........................................................6
2.3 Fungsi Unsur Hara N, P dan K.................................................................7
2.4 Pupuk Organik..........................................................................................8
2.5 Pupuk Kandang Sapi.................................................................................9
2.6 Serasah......................................................................................................9
BAB III METODE PRAKTIKUM.....................................................................10
3.1 Waktu dan Tempat..................................................................................10
3.2 Alat dan Bahan.......................................................................................10
3.3 Prosedur Kerja........................................................................................10
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................13
4.1 Hasil........................................................................................................13
4.2 Pembahasan............................................................................................14
BAB V PENUTUP................................................................................................17
5.1 Kesimpulan.............................................................................................17
5.1 Saran......................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
LAMPIRAN..........................................................................................................21

v
DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman.............................................................13

2. Tabel Pengamatan Jumlah Daun..................................................................13

3. Tabel Pengamatan Jumlah Rumpun.............................................................14

vi
DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

1. Lampiran Dokumentasi................................................................................21

vii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian Hortikultura berasal dari Bahasa Latin yang terdiri dari dua
patah kata yaitu hortus (kebun) dan culture (bercocok tanam). Hortikultura
memiliki makna seluk beluk kegiatan atau seni bercocok tanam sayur-sayuran,
buah-buahan atau tanaman hias. Tanaman Hortikurtura memiliki beberapa fungsi
yakni: sebagai Sumber bahan makanan, Hiasan/keindahan, dan juga Pekerjaan.
Hortikultura terbagi atas 4 bagian yaitu: Sayur-sayuran, Buah-buahan, tanaman
Hias, dan tanaman obat. Ilmu hortikultura berhubungan erat dengan ilmu
pengetahuan lainnya, seperti teknik budidaya tanaman, mekanisasi, tanah dan
pemupukan, ilmu cuaca, dan sebagainya. Pada umumnya budidaya hortikultura
diusahakan lebih intensif dibandingkan dengan budidaya tanaman lainnya. Hasil
yang diperoleh dari budidaya holtikultura ini per unit areanya juga biasanya lebih
tinggi. Lebih lanjut dikatakan tanaman holtikultura memiliki berbagai fungsi
dalam kehidupan manusia. Misalnya tanaman hias berfungsi untuk member
keindahan (aestetika), buah – buahan sebagai makanan, dan lain-lain.

Dalam hortikultura ada beberapa teknologi perbanyakan tanaman


diantaranya yaitu secara generati dan secara vegetatif. Perbanyakan secara
generatif yaitu perbanyakan tanaman melalui biji. Dalam laporan ini membahas
tentang perbanyakan tanaman secara generatif (biji) pada tanaman kangkung.
Kangkung termasuk sayuran yang populer dan digemari masyarakat Indonesia.
Tanaman kangkung berasal dari India sekitar 500 SM, yang kemudian menyebar
ke Malaysia, Birma, Indonesia, Cina Selatan, Australia dan Afrika. Nama latin
kangkung adalah Ipomoea reptans. Di Cina, sayuran ini dikenal dengan nama
Weng Cai, sedangkan di Eropa kangkung disebut Swamp Cabbage. Di Indonesia
kangkung memiliki beberapa nama daerah, yaitu Kangkueng (Sumatera), Kangko
(Sulawesi) dan Utangko (Maluku).

Menurut Abidin et al., (1990), kangkung adalah jenis sayuran yang sudah
dikenal oleh masyarakat Indonesia. Ada dua jenis tanaman kangkung yang sering
dibudidayakan oleh petani di Indonesia, yaitu kangkung air (Ipomoea aquatic

1
2

Forsk) dan kangkung darat (Ipomoea reptans Poir). Dewasa ini kangkung darat
dibudidayakan secara intensif oleh petani karena banyaknya permintaan
konsumen. Tanaman kangkung darat dicirikan dengan batang berlubang di
dalamnya serta bergetah, berbatang kecil dan panjang. Daunnya digemari seluruh
lapisan masyarakat Indonesia karena rasanya enak dan segar, selain itu kangkung
banyak mengandung vitamin dan mineral terutama zat besi (Sunaijono, 2003).

Kangkung darat merupakan tanaman sayuran yang mudah sekali ditanam


setiap musim, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Menurut Sunaijono
(2003), kebutuhan biji untuk penanaman kangkung darat dalam 1 ha lahan
diperlukan sekitar 2,5 kg biji kangkung, dengan jarak tanam yang digunakan
adalah sekitar 20 cm x 20 cm. Untuk membu didayakan tanaman kangkung pada
jenis tanah yang kurang subur seperti Inceptisol maka diperlukan pemberian
pupuk organikuntuk meningkatkan produksi tanaman kangkung. Menurut Sugeng
(1983), kangkung darat yang telah tumbuh perlu dipupuk dengan pupuk organik
agar tumbuhnya semakin subur dan mendapatkan daun maupun batang yang
segar.

Kangkung bergizi tinggi dan lengkap dengan kandungan yang ada pada
kangkung seperti kalori, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, posfor, zat
besi, natrium, kalium, vitamin A, vitamin B, vitamin C, karoten, hentriakontan,
dan sitosterol. Senyawa kimia yang dikandung adalah saponin, flavonoid, dan
poliferol. Kangkung merupakan tanaman yang bermanfaat. Kangkung mempunyai
senyawa yang dapat digunakan untuk pengobatan bagi penderita susah tidur. Serat
pada kangkung sangat baik untuk mencegah konstipasi sehingga dapat
menghalangi terjadinya kanker perut. Karetenoid dalam tubuh akan diubah
menjadi vitamin A serta klorofil tinggi. Kedua senyawa ini berperan sebagai
antioksidan yang berguna untuk mencegah penuaan dan menghalangi mutasi
genetik penyebab kanker (Wirakusumah, 1998).

Ada beberapa macam tipe kangkung seperti yaitu Kangkung darat (Ipomea
reptans) dan Kangkung air (Ipomea aquatica). Kangkung darat memiliki ciri
seperti corak warna yang hijau cerah, bunga yang putih dan batang dahang ujung
3

pohonnya yang meruncing kecil, daunnya yang tipis dan kecil-kecil. Dalam
laporan membahas tentang Kangkung darat (Ipomea reptans).

Pupuk organik mempunyai beberapa kelebihan yang sangat penting


antaralain dapat meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki sifat fisik, kimia
dan biologi tanah serta meningkatkan kandungan hara makro dan mikro (Deptan,
2004). Sama halnya dengan pupuk organik, kebutuhan pupuk anorganik juga
berperan penting terhadap pertumbuhan tanaman kangkung, seperti unsur N, P, K
sangat berperan terhadap pertumbuhan tanaman. Menurut Susila (2006),
rekomendasi pupukan organik untuk tanaman kangkung pada tanah mineral
adalah: 187 kg ha"1 Urea, 311 kg ha'1 SP 36 dan 112 kg ha'1 KC1. Pemberian
pupuk merupakan hal yang sangat penting bagi tanaman kangkung darat. Seperti
halnya tanaman sayuran budidaya lain,salah satu cara meningkatkan produksi
kangkung darat adalah dengan melalui pemberian pupuk.

Unsur hara sebagai salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman dan kenyataannya ketersediaan dalam tanah
sangat terbatas. Untuk membudidayakan tanaman kangkung pada jenis tanah yang
kurang subur seperti Inceptisol maka diperlukan pemberian pupuk organik untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman kangkung.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh pupuk organik terhadap pertumbuhan


tanaman kangkung.

2. Untuk melihat respon tanaman kangkung terhadap berbagai


takaran pupuk organik.

Manfaat praktikum adalah sebagai bahan informasi bagi petani dan


masyarakat tentang manfaat pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman
kangkung.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kangkung termasuk suku Convolvulaceae (keluarga kangkung-


kangkungan). Kedudukan tanaman kangkung dalam sistematika tumbuh-
tumbuhan diklasifikasikan ke dalam:

Kingdom : Plantea (tumbuhan)

Sub Kingdom : Tracheobionta (berpembuluh)

Divisio : Magnoliophyta (berbunga)

Sub Divisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)

Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua / dikotil)

Sub kelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Familia : Convolvulaceae (suku kankung – kangkungan)

Genus : Ipomea

Spesies : Ipomea reptans Poir

2.1 Morfologi Tanaman Kangkung

Kangkung termasuk famili Convolvulaceae, yaita sayuran daun khas


tropisyang terkenal dan dibudidayakan di Indonesia. Produktivitas kangkungdarat
dalamnegeri masih rendah sekitar J,8 tonlha, di mana secara global mencapai 15
tonlha.Hal ini disebabkan oleh penerapan teknologi budi daya yang masih
bersifattradisional. Peningkatan produkstivitas produksi sayuran dapat dilakukan
denganberbagai cara, salah satunya adalah pemberian pupuk dengan jenis, dosis,
dan carayang tepat (Perdana & Fajriani 2014).

Kangkung darat (Ipomea reptans poir.) merupakan salah satu jenis


tanaman sayur yang tergolong dalam Famili Convolvulaceae dan banyak digemari
oleh seluruh lapisan masyarakat (Wijaya et al., 2014). Sayuran ini memiliki rasa
yang renyah dan kaya akan sumber gizi yakni protein, lemak, karbohidrat, P, Fe,

4
5

vitamin A dan B yang penting bagi kesehatan tubuh (Moerhasrianto, 2011).


Kangkung merupakan salah satu jenis sayuran yang bernilai ekonomis dan sangat
popular termasuk di Indonesia karena banyak diperdagangkan dan sangat disukai
banyak kalangan masyarakat, selain harganya yang murah kangkung juga
memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi bagi kesehatan. Pemilihan tanaman
kangkung sebagai tanaman uji dikarenakan tanaman yang berumur pendek
sehingga tanaman ini memiliki respon yang cepat terlihat jika diberi bahan yang
bersifat merangsang pertumbuhan (Irawati dan Salamah, 2013).

Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di


ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru.
Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas
berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda.
Selama fase pertumbuhanya tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan
berbiji terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya
berbentuk “terompet” dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah
lembayung (Maria, 2009).

Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir
biji. Bentuk buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam
jika sudah tua dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10
mm, dan umur buah kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau
tegak bulat. Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping
dua. Pada jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan
tanaman secara generatif (Maria, 2009).

Tanaman kangkung umumnya dapat tumbuh dan berkembang pada semua


jenis tanah, baik mempunyai tingkat kesuburan tinggi maupun rendah (lahan
marjinal) (Firmansyah et al., 2019). Faktor yang dibutuhkan dalam tanaman
kangkung adalah cahaya matahari, air, dan unsur hara yang tercukupi untuk
melakukan fotosintesis agar fotosintat yang dihasilkan sama dan memberikan
pengaruh berat kering tanaman (Febriyono et al., 2017). Di Indonesia dikenal dua
tipe kangkung yaitu kangkung darat dan kangkung air. Kangkung disebut juga
Swamp cabbage, Water convolvulus, Water spinach, berasal dari India yang
6

kemudian menyebarke Malaysia, Burma, Indonesia, China Selatan Australia dan


bagian negara Afrika (Suroso dan Novi, 2013). Tanaman kangkung darat
termasuk tanaman sayuran yang berumur pendek. Manfaat daunnya mempunyai
peran penting terhadap sumber pangan di Indonesia. Kandungan gizi dalam 100
gram kangkung meliputi energi sebesar 29 kal; protein 3 gram; lemak 0,3 gram;
karbohidrat 5,4 gram; serat 1 gram; kalsium 73 mg; fosfor 50 mg; besi 2,5 mg;
vitamin A 6.300 IU; vitamin B1 0,07 mg; vitamin C 32 mg; Air 89,7 gram
(Purwadi, 2017).

Pemberian berbagai pupuk organik ini dilakukan untuk menjadi salah satu
solusi dan alternatif dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman kangkung. Hal
ini dikarenakan pemberian pupuk kandang yang diberikan secara teratur ke dalam
tanah, akan lebih banyak mengandung bahan organik dan mampu menahan
banyak air sehingga terbentuk air tanah yang bermanfaat untuk tanaman, karena
akan memudahkan akar-akar tanaman menyerap zat-zat makanan bagi
pertumbuhan dan perkembangannya (Sari, 2011). Selain itu juga dapat
menghasilkan bahan pangan yang cukup aman, bergizi, sehingga dapat
meningkatkan kesehatan masyarakat sekaligus daya saing produksi agibisnis
(Roidah, 2013).

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kangkung

2.2.1. Iklim

Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat
(Ipomea reptans) dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim
dingin. Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar
antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung
pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh
rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi
rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang
yang agak rimbun (Aditya, 2009).

Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar


matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung
7

akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat


menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat
yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai
konsumen. Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m
tinggi tempat, maka temperatur udara turun 1 derajat C (Aditya, 2009).

2.2.2. Media Tanam

Kangkung darat (Ipomea reptans) menghendaki tanah yang subur, gembur


banyak mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah.
Tanaman kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar
akan mudah membusuk. Sedangkan kangkung air membutuhkan tanah yang selalu
tergenang air. Tanaman kangkung (Ipomea reptans) membutuhkan tanah datar
bagi pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat
mempertahankan kandungan air secara baik (Haryoto, 2009).

2.2.3. Ketinggian Tempat

Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah


sampai dataran tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik kangkung darat
maupun kangkung air, kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di
dataran rendah maupun di dataran tinggi. Hasilnya akan tetap sama asal jangan
dicampur aduk (Anggara, 2009).

2.3 Fungsi Unsur Hara N, P, dan K

Nitrogen, P, dan K merupakan faktor penting dan harus selalu tersedia


bagi tanaman, karena berfungsi sebagai proses metabolisme dan biokimia sel
tanaman (Nurtika & Sumarni 1992). Nitrogen sebagai pembangun asam nukleat,
protein, bioenzim, dan klorofil (Sumiati 1989). Fosfor sebagai pembangun asam
nukleat, fosfolipid, bioenzim, protein, senyawa metabolik, dan merupakan bagian
dari ATP yang penting dalam transfer energi (Sumiati 1983). Kalium mengatur
keseimbangan ion-ion dalam sel, yang berfungsi dalam pengaturan berbagai
mekanisme metabolik seperti fotosintesis, metabolisme karbohidrat dan
translokasinya, sintetik protein berperan dalam proses respirasi dan meningkatkan
8

ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit (Hilman & Noordiyati
1988).

2.4 Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan hasil dekomposisi bahan-bahan organik baik


tumbuhan kering (humus) maupun limbah dari kotoran ternak yang diurai
(dirombak) oleh mikroba hingga dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan
tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupuk organik sangat
penting artinya sebagai penyangga sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga
dapat meningkatkan efisiensi pupuk dan produktivitas lahan (Supartha, 2012).
Susunan kimia pupuk kandang berbeda-beda tergantung dari jenis ternak, umur
ternak, macam pakan, jumlah amparan, cara penanganan dan penyimpanan pupuk
yang berpengaruh positif terhadap sifat fisik dan kimiawi tanah, mendorong
kehidupan mikroba tanah yang mengubah berbagai faktor dalam tanah sehingga
menjamin kesuburan tanah, pupuk organik dapat meningkatkan anion-anion
utama untuk pertumbuhan tanaman seperti nitrat, fosfat, sulfat, borat, dan klorida
serta meningkatkan ketersediaan hara makro untuk kebutuhan tanaman dan
memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah. pupuk organik berdasarkan
bentuk dan strukturnya dibagi menjadi dua golongan yaitu pupuk organik padat
dan pupuk organik cair (Sajimin, 2011).

Pupuk organik mengandung asam humat dan asam folat serta zat pengatur
tumbuh yang dapat mempercepat pertumbuhan tanaman (Supartha, 2012).
Frekuensi pemberian pupuk dengan dosis yang berbeda menyebabkan hasil
produksi jumlah daun yang berbeda pula dan frekuensi yang tepat akan
mempercepat laju pembentukan daun. Penggunaan pupuk organik mampu
menjadi solusi dalam mengurangi aplikasi pupuk buatan yang berlebihan
dikarenakan adanya bahan organik yang mampu memperbaiki sifat fisika, kimia,
dan biologi tanah. Perbaikan terhadap sifat fisik yaitu menggemburkan tanah,
memperbaiki aerasi dan drainase, meningkatkan ikatan antar partikel,
meningkatkan kapasitas menahan air, mencegah erosi dan longsor, dan
merevitalisasi daya olah tanah (Kelik, 2010).
9

2.5 Pupuk Kandang Sapi

Pupuk kandang sapi merupakan hasil fermentasi alami bahan organikyang


dapat digunakan sebagai pupuk untuk meningkatkan kesuburan tanah sehingga
bisa memperbaiki pertumbuhan dan hasil tanaman (Anonim, 2008). Kualitas
pupuk kandang sapi tergantung dari bahan bakunya seperti pupuk kandang,
jerami, serasah atau sisamakanan sapi dan lain sebagainya. Pupuk kandang sapi
mudah didapat dan mempunyai kandungan unsur hara makro(N, P, Ca, Mg) dan
unsur hara mikro sehingga fungsi pupuk kandang sapi meningkatkan kesuburan
tanah baik secara fisik, kimia dan biologi (Lingga dan Marsono, 2002).

Pupuk kandang sapi selain bisameningkatkan kesuburan tanah juga


dapatmeningkatkan pertumbuhan dan hasiltanaman kangkung dengan
baik.Kandungan hara pupuk kandang sepertiN sangat dibutuhkan tanah dan
prosespertumbuhan dan hasil tanaman.

2.6 Serasah

Pemberian serasah daun 5 t ha-1memberikan kandungan kromium yang


lebih rendah dibandingkan perlakuan pupuk kandang sapi. Hal ini disebabkan
oleh pH serasah daun yang mencapai 8,07 yang dapat meningkatkan pH tanah
sehingga dapat menyediakan unsur P yang menjerap logam dengan baik.
Ketersediaan P dalam tanah dapat ditingkatkan dengan penambahan bahan
organik yang salah satunya melalui senyawa pengkelat hasil dekomposisi yang
menyebabkan terjadinya pelepasan fosfat yang berikatan dengan logam tidak larut
menjadi bentuk terlarut (Stevenson, 1994).

Hal ini pun sejalan dengan pemberian kascing yang membantu


pembentukan khelat yang akan menjerap logamberat melalui peningkatan P
tersedia sehingga tanaman kangkung darat menunjukkan pertumbuhan dan hasil
yang lebih baik. Pemberian serasah daun 5 t ha-1 memberikan hasil tanaman
kangkung darat yang mengandung logam kromium lebih rendah sebesar 51,33 mg
kg-1 namun masih lebih tinggi dibandingkan ambang batas cemaran logam
kromium untuk tanaman 5-30 mg kg-1 dan ambang batas maksimum cemaran
10

kromium untuk konsumsi 0,4 mg kg-1 (Djunaedi (2004) dalam Hartati et al.,
(2014).
III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 20 Juni 2022, Pukul
13:00, bertempat di Rumah Kaca Laboratorium Pedologi Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu cangkul, karung,
gerobak, mistar, jaring, timbangan, ember, piringan, label, dan peralatan tulis
menulis.

Bahan yang di gunakan adalah tanah, polybag, bibit tanaman kangkung,


pupuk organik, pupuk NPK (200/kg/ha), air.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1. Penyiapan Media Tanam

1. Percobaan di ulang sebanyak 3 kali sehingga dibutuhkan 12 polybag dan


kertas label.

2. Pemberian kode pada label, percobaan pertama, dua, dan tiga untuk dosis
pupuk organik 0 gram (0).

3. Pemberian kode pada label, percobaan pertama, dua, dan tiga untuk dosis
pupuk organik sebanyak 12,5 gram (5).

4. Pemberian kode pada label, percobaan pertama, dua, dan tiga untuk dosis
pupuk organik sebanyak 25,0 gram (10).

5. Pemberian kode pada label, percobaan pertama, dua, dan tiga untuk dosis
pupuk organik sebanyak 37,5 gram (15).

6. Tanah top soil yang diambil dari daerah dekat rumah menggunakan
cangkul dan dipindahkan ke atas gerobak.

10
11

7. Tanah yang berada diatas gerobak dipindahkan menggunakan piringan ke


karung yang sudah disediakan.

8. Tanah dibersihkan dari kotoran (gulma, batu, dan lainnya) diayak


menggunakan jaring.

9. Pupuk organik di timbang dengan dosis tertentu.

10. Tanah yang telah bersih dari kotoran di masukkan ke dalam polybag dan
pupuk organik dengan dosis tertentu.

11. Kemudian polybag yang telah berisi tanah dan pupuk organik di inkubasi
selama 10 hari.

3.3.2. Penanaman

1. Polybag berjumlah 12 disusun dengan jarak antar polybag 40 x 40 cm.

2. Setelah masa inkubasi selesai, selanjutnya penyiapan bibit tanaman.

3. Bibit tanaman tomat terlebih dahulu di campurkan dengan antracol sebagai


fungsida untuk menghindari bibit dimakan oleh semut atau serangga
lainnya.

4. Buat lubang dimedia tanam sedalam 0,5 cm, masukkan bibit kangkung
kemudian ditutup menggunakan sedikit pupuk organik.

3.3.3. Pemberian Pupuk Kandang Sapi dan Serasah

Sesuai dengan dosis perlakuan yaitu : tanpa pupuk kandang sapi atau
kontrol (p0), dosis pupuk kandang sapi 5 ton/ha atau setara 12,5 g/polibag (p1),
dosis pupuk kandang sapi 10 ton/ha atau setara 25,0 g/polibag (p2), dosis pupuk
kandang sapi 15 ton/ha atau setara 37,5 g/polibag (p3), dosis pupuk kandang sapi
20 ton/ha atau setara 50,0 g/polibag (p4) dan dosis pupuk kandang sapi 25 ton/ha
atau setara 75,5 g/polibag (p5).

3.3.4. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan gulma dan pencegahan hama


dan penyakit.
12

3.3.5. Variabel yang Diamati

1. Tinggi tanaman

2. Jumlah daun

3. Bobot basah per rumpun

3.3.6. Waktu Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada tanaman umur 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 30


hari.

3.3.7. Jumlah Tanaman yang Diamati

Jumlah tanaman yang diamati sebanyak 18 tanaman kangkung.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1.1. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman

Tinggi Tanaman (Rata-Rata)

Perlakuan U7 U14 U21

P0 2,60 a 2,87 a 6,87 a

P1 6,40 a 9,30 b 17,80 a

P2 5,37 a 8,37 b 8,37 a

P3 5,57 a 8,70 b 8,70 a

P4 5,10 a 7,10 b 7,10 a

P5 5,47 a 8,63 b 8,63 a

Keterangan: Pada taraf 95%

Tabel 4.1.2. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman

Jumlah Daun (Rata-Rata)

Perlakuan U7 U14 U21

P0 4,33 a 11,00 a 15,67 a

P1 14,33 a 19,67 a 26,00 a

P2 11,00 a 12,33 a 17,67 a

P3 12,33 a 19,33 a 27,33 a

P4 7,67 a 18,00 a 28,00 a

P5 16,00 a 20,67 a 27,33 a

Keterangan: Pada taraf 95% dan 99%

13
14

Tabel 4.1.3. Hasil Pengamatan Jumlah Rumpun Tanaman

Jumlah Rumpun (Rata-Rata)

Perlakuan U7 U14 U21

P0 0,00 a 2,00 a 4,67 a

P1 4,33 a 7,00 a 9,00 a

P2 3,33 a 5,33 a 6,67 a

P3 8,67 a 10,33 a 15,00 a

P4 14,33 a 22,67 b 21,33 a

P5 5,67 a 7,33 a 7,00 a

Keterangan: Pada taraf 95%

4.2 Pembahasan

Pelaksanaan praktikum di Rumah Kaca Lab Pedologi Ilmu Tanah FP UHO


memiliki letak geografi di Utara : Perumahan Dosen, Timur : Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik UHO, Selatan : Bundaran Tugu UHO dan Barat : Fakultas
Peternakan UHO, dengan ketinggian 5 mdpl dan kemiringan 4%, Widyanto
(2007) menyatakan bahwa selain sebagi sumber unsur hara, pupuk organik dapat
merangsang pertumbuhan akar, meningkatkan kesehatan tanaman dan mengurangi
penggunaan pestisida. Menjadikan tanaman tumbuh lebih baik dan meningkatkan
daya serap dan daya ikat tanah terhadap air, sehingga ketersediaan air bagi
tanaman tercukupi.

Berdasarkan pada tabel diatas terdapat 6 perlakuan selama 3 minggu atau


21 hari masa percobaan, untuk mendapatkan hasil rata-rata pada tiap perlakuan
dan pengulangan menggunakan Microsoft Excel dengan menggunakan rumus
=AVERAGE.

Pengaruh dosis pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan tanaman


kangkung berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 21 hari, dengan 6
15

kali perlakuan tanaman dari tanpa pemberian pupuk sapi atau di simbolkan
dengan P0 sampai dengan pemberian pupuk sapi mulai dari dosis 5 ton/ha (12,5
gram/polybag) P1, dosis 10 ton/ha (25,0 gram/palybag) P2, dosis 15 ton/ha (37,5
gram/polybag) P3, dosis 20 ton/ha (50,0 gram/polybag) P4 dan dosis 25 ton/ha
(62,5 gram/polybag) P5.

Pada data tabel rata-rata tinggi tanaman U7 memiliki nilai F Hitung 1,83
dan nilai F Tabel 3,11 sedangkan pada U21 memiliki nilai F Hitung 0,66 dan nilai
F Tabel 3,11. Karena nilai F Hitung lebih kecil dibanding dengan nilai F Tabel
maka dengan hasil tersebut kita tidak dapat melanjutkan ketahap uji hitung karena
tidak memenuhi syarat.

Pada umur 14 hari (U14) memiliki nilai F Hitung lebih besar dari F Tabel
dengan perbandingan 3,41 : 3,11, dengan ini kita dapat melanjutkan ketahap uji
hitung karena memenuhi syarat. Hal ini dapat kita lihat pada tabel rata-rata tinggi
tanaman pada umur 14 hari (U14) bahwa, pada perlakuan 1 (P1) memiliki
pengaruh yang paling nyata dibanding dengan perlakuan 2, 3, 4 dan 5 sedangkan
pada perlakuan 0 (P0) tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap tanaman
kangkung. Hal ini membuktikan bahwa pada umur 14 hari (U14) dengan
penggunaan pupuk kandang sapi pada tanah pasir memiliki pengaruh yang nyata
terhadap tinggi tanaman kangkung.

Pada data tabel rata-rata jumlah daun tanaman kangkung mulai dari umur
7, 14 sampai 21 hari memiliki nilai F Hitung lebih kecil dari F Tabel dengan
perbandingan (1,78 : 3,11), (0,75 : 3,11) dan (0,86 : 3,11) maka dengan hasil
tersebut kita tidak dapat melanjutkan ketahap uji hitung karena tidak memenuhi
syarat.

Pada data tabel rata-rata jumlah rumpun pada umur 7 hari (U7) memiliki
nilai F Hitung lebih besar dari F Tabel dengan perbandingan 4,47 : 3,11, dengan
ini kita dapat melanjutkan ketahap uji hitung karena memenuhi syarat. Hal ini
dapat kita lihat pada tabel rata-rata tinggi tanaman pada umur 7 hari (U7) bahwa,
pada perlakuan 3 dan 4 (P3 dan P4) memiliki pengaruh yang paling nyata
sedangkan pada perlakuan 0, 1, 2 dan 5 (P0, P1, P2 dan P5) tidak memiliki
pengaruh yang nyata terhadap tanaman kangkung. Hal ini membuktikan bahwa
16

pada umur 7 hari (U7) dengan penggunaan pupuk kandang sapi pada tanah pasir
memiliki pengaruh yang nyata terhadap rumpun tanaman kangkung.

Pada data tabel rata-rata jumlah rumpun pada umur 14 hari (U14)
memiliki nilai F Hitung lebih besar dari F Tabel dengan perbandingan 4,41 : 3,11,
dengan ini kita dapat melanjutkan ketahap uji hitung karena memenuhi syarat. Hal
ini dapat kita lihat pada tabel rata-rata tinggi tanaman pada umur 14 hari (U14)
bahwa, pada perlakuan 4 (P4) memiliki pengaruh yang paling nyata sedangkan
pada perlakuan 0, 1, 2, 3 dan 5 (P0, P1, P2, P3 dan P5) tidak memiliki pengaruh
yang nyata terhadap tanaman kangkung. Hal ini membuktikan bahwa pada umur
14 hari (U14) dengan penggunaan pupuk kandang sapi pada tanah pasir memiliki
pengaruh yang nyata terhadap rumpun tanaman kangkung.

Pada data tabel rata-rata jumlah rumpun pada umur 21 hari (U21)
memiliki nilai F Hitung lebih besar dari F Tabel dengan perbandingan 3,88 : 3,11,
dengan ini kita dapat melanjutkan ketahap uji hitung karena memenuhi syarat. Hal
ini dapat kita lihat pada tabel rata-rata tinggi tanaman pada umur 21 hari (U21)
bahwa, pada perlakuan 3 dan 4 (P3 dan P4) memiliki pengaruh yang paling nyata
sedangkan pada perlakuan 0, 1, 2 dan 5 (P0, P1, P2 dan P5) tidak memiliki
pengaruh yang nyata terhadap tanaman kangkung. Hal ini membuktikan bahwa
pada umur 7 hari (U7) dengan penggunaan pupuk kandang sapi pada tanah pasir
memiliki pengaruh yang nyata terhadap rumpun tanaman kangkung.

Kangkung darat merupakan tanaman yang sangat memerlukan air untuk


membantu pertumbuhannya. Jika tanaman kangkung kekurangan air maka
pertumbuhannya akan lambat dan batangnya akan keras. Jadi untuk mendapatkan
hasil produksi yang baik perlunya perawatan tanaman seperti penyiraman
sehingga ketersediaan air untuk tanaman kangkung cukup dan pertumbuhannya
akan lebih bagus. Adapun jenis hama yang meyerang tanaman kangkung darat
seperti ulat, kutu putih dan wereng. Dengan penyerangan hama ini dapat
menurunkan kualitas produksi tanaman karena serangan dari ulat ini
menyebabkan daun-daun kangkung perlubang dan habis dimakannya. kutuh putih
merusak daun kangkung mengakibatkan daun kuning. Sedangkan hama wereng
menyebabkan tanaman menjadi layu.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari data pengamatan, terlihat bahwa ada kecenderungan peningkatan


pertumbuhan tanaman dan berat bobot basah dengan semakin ditingkatkannya
dosis pupuk. Dengan bertambahnya jumlah pupuk kandang sapi yang diberikan ke
dalam tanah, maka jumlah unsur hara juga semakin meningkat, sehingga
ketersediaan unsur hara dalam tanah yang diperlukan bagi tanaman menjadi
tercukupi. Sehingga di peroleh data sebagai berikut:

Pengaruh dosis pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan tanaman


kangkung berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 21 hari, dengan 6
kali perlakuan tanaman dari tanpa pemberian pupuk sapi atau di simbolkan
dengan P0 sampai dengan pemberian pupuk sapi mulai dari dosis 5 ton/ha (12,5
gram/polybag) P1, dosis 10 ton/ha (25,0 gram/palybag) P2, dosis 15 ton/ha (37,5
gram/polybag) P3, dosis 20 ton/ha (50,0 gram/polybag) P4 dan dosis 25 ton/ha
(62,5 gram/polybag) P5.

Pada data tabel rata-rata tinggi tanaman U7 memiliki nilai F Hitung 1,83
dan nilai F Tabel 3,11 sedangkan pada U21 memiliki nilai F Hitung 0,66 dan nilai
F Tabel 3,11. Karena nilai F Hitung lebih kecil dibanding dengan nilai F Tabel
maka dengan hasil tersebut kita tidak dapat melanjutkan ketahap uji hitung karena
tidak memenuhi syarat.

Pada umur 14 hari (U14) memiliki nilai F Hitung lebih besar dari F Tabel
dengan perbandingan 3,41 : 3,11, dengan ini kita dapat melanjutkan ketahap uji
hitung karena memenuhi syarat. Hal ini dapat kita lihat pada tabel rata-rata tinggi
tanaman pada umur 14 hari (U14) bahwa, pada perlakuan 1 (P1) memiliki
pengaruh yang paling nyata dibanding dengan perlakuan 2, 3, 4 dan 5 sedangkan
pada perlakuan 0 (P0) tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap tanaman
kangkung. Hal ini membuktikan bahwa pada umur 14 hari (U14) dengan
penggunaan pupuk kandang sapi pada tanah pasir memiliki pengaruh yang nyata
terhadap tinggi tanaman kangkung.

17
18

Pada data tabel rata-rata jumlah daun tanaman kangkung mulai dari umur
7, 14 sampai 21 hari memiliki nilai F Hitung lebih kecil dari F Tabel dengan
perbandingan (1,78 : 3,11), (0,75 : 3,11) dan (0,86 : 3,11) maka dengan hasil
tersebut kita tidak dapat melanjutkan ketahap uji hitung karena tidak memenuhi
syarat.

Pada data tabel rata-rata jumlah rumpun pada umur 7 hari (U7) memiliki
nilai F Hitung lebih besar dari F Tabel dengan perbandingan 4,47 : 3,11, dengan
ini kita dapat melanjutkan ketahap uji hitung karena memenuhi syarat. Hal ini
dapat kita lihat pada tabel rata-rata tinggi tanaman pada umur 7 hari (U7) bahwa,
pada perlakuan 3 dan 4 (P3 dan P4) memiliki pengaruh yang paling nyata
sedangkan pada perlakuan 0, 1, 2 dan 5 (P0, P1, P2 dan P5) tidak memiliki
pengaruh yang nyata terhadap tanaman kangkung. Hal ini membuktikan bahwa
pada umur 7 hari (U7) dengan penggunaan pupuk kandang sapi pada tanah pasir
memiliki pengaruh yang nyata terhadap rumpun tanaman kangkung.

Pada data tabel rata-rata jumlah rumpun pada umur 14 hari (U14)
memiliki nilai F Hitung lebih besar dari F Tabel dengan perbandingan 4,41 : 3,11,
dengan ini kita dapat melanjutkan ketahap uji hitung karena memenuhi syarat. Hal
ini dapat kita lihat pada tabel rata-rata tinggi tanaman pada umur 14 hari (U14)
bahwa, pada perlakuan 4 (P4) memiliki pengaruh yang paling nyata sedangkan
pada perlakuan 0, 1, 2, 3 dan 5 (P0, P1, P2, P3 dan P5) tidak memiliki pengaruh
yang nyata terhadap tanaman kangkung. Hal ini membuktikan bahwa pada umur
14 hari (U14) dengan penggunaan pupuk kandang sapi pada tanah pasir memiliki
pengaruh yang nyata terhadap rumpun tanaman kangkung.

Pada data tabel rata-rata jumlah rumpun pada umur 21 hari (U21)
memiliki nilai F Hitung lebih besar dari F Tabel dengan perbandingan 3,88 : 3,11,
dengan ini kita dapat melanjutkan ketahap uji hitung karena memenuhi syarat. Hal
ini dapat kita lihat pada tabel rata-rata tinggi tanaman pada umur 21 hari (U21)
bahwa, pada perlakuan 3 dan 4 (P3 dan P4) memiliki pengaruh yang paling nyata
sedangkan pada perlakuan 0, 1, 2 dan 5 (P0, P1, P2 dan P5) tidak memiliki
pengaruh yang nyata terhadap tanaman kangkung. Hal ini membuktikan bahwa
19

pada umur 7 hari (U7) dengan penggunaan pupuk kandang sapi pada tanah pasir
memiliki pengaruh yang nyata terhadap rumpun tanaman kangkung.

Dapat juga disimpulkan dalam membudidaya tanaman kangkung darat


perlunya ketersediaan air karena kangkung merupakan tanaman yang sangat
memerlukan air. Jika tanaman kekurangan air akan menyebabkan penurunan
kualitas hasil panen karena batangnya yang keras dan banyak mengandung getah.
ini. Setelah panen pertama dan dilakukan pemupukan pomi retang waktu untuk
pemanenan kedua lebih cepat dan tanaman lebih subur dan hijau.

5.2 Saran

Selama pelaksanaan praktikum pemeliharaan dan penjagaan dari


organisme pengganggu penting untuk dillakukan agar tidak menghambat
pertumbuhan tanaman dan lebih memahami panduan praktikum sebelum
melaksanakan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. Agus Sumama. Subhan. & Karien. 1990. Penanaman, Jumlah Bibit,
dan Aplikasi Pemberian Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Kangkung Darat Pada Tanah Latosol. Subang.

Aditya. 2009. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman. Blogspot.

Ashari. S., 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Press, Jakarta.

Irawati & Salamah, Z. 2013. Pertumbuhan Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea


reptans Poir) Dengan Pemberian Pupuk Organik Berbahan Dasar
Kotoran Kelinci. Jurnal Bioedukatika, 1(1), pp.1-96.

Kelik, W. 2010. Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Pupuk Organik


Cair Hasil Perombakan Anaerob Limbah Makanan Terhadap
Pertumbuhan Sawi (Brasica juncea L.). Skripsi Univ.11 Maret Surakarta.

Lingga, P dan Marsono. 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya,


Jakarta.

Lim AH, Vimala P. 2012. Growth and Yield Responses of Four Leafy
Vegetablesto Organic Fertilizer. Journal of Tropical Agriculture and Food
Science. 40 (1) : 1-ll.

Maria. 2009. Cara Budidaya Tanaman Kangkung. Blogspot.

Moerhasrianto, P. 2011. Respon Pertumbuhan Tiga Macam Sayuran Pada


Berbagai Konsentrasi Nutrisi Larutan Hidroponik. Skripsi Universitas
Jember, pp.1-80.

Perdana BSK, Fajriani 5. 2014. The Effect Of Application Of Bio Stimulator And
Plant Spacing On Growth And Yield Of Swamp Cabbage (Ipomoea
reptans Poir.). Jurnal Produksi Tanaman. 2(6) : 41 4483.

Purwadi, W. 2017. Pertumbuhan dan Kadar Protein pada Tanaman Kangkung


Darat (Ipomoea reptans Poir) dengan Pemberian Pupuk Organik Cair

20
21

(POC) Berbahan Dasar Sabut Kelapa dan Limbah Cair Tahu. Skripsi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Roidah, I. S. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik Untuk Kesuburan


Tanah. Jurnal Universitas Tulungagung Bonorowo, 1(1), pp. 30-42.

Sari, P. T. & Josi, A. A. 2019. Pengaruh Senyawa Humat dan Pupuk Kandang
Ayam Terhadap Serapan Hara Nitrogen dan Kualitas Bibit Stek Ubi Jalar
(Ipomoea batatas L.). Jurnal Bioindustri, 01(02), pp. 83-97.

Stabnikova O, Ding HB, Tay JH, Wang JY. 2004. Biotechnology for
aerobicconversion of food waste into organic fertllizer. Waste
Management & Research. 23(l):3941.

Sunaijono, H. 2003. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya. Bogor.

Suparta, I Nyoman Yogi. 2012. Aplikasi Jenis Pupuk Organik pada Tanaman
Padi Sinstem Pertanian Organik. E-jurnal Agroteknologi Tropika ISSN:
2301-6515 Vo; 1 No 2.

Sajimin, et.al. 2011. Pengaruh Jenis dan Taraf Pemberian Pupuk Organik pada
Produktivitas Tanaman alfalfa (Medicago sativa L.). Bogor Jawa Barat.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner 2011.

Suroso, B. & Novi, E. r. 2013. Teknologi Inovasi Budidaya Durian Di Kalimantan


Timur. Agitrop Jurnal Ilmi-Ilmu Pertanian, pp.98-108.

Susila, A.D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Departemen Agronomi


danHoltikultura. Fakultas Pertanian IPB.

Sunanjono. 2004. Teknik budidaya tanaman Sayur Kangkung. PT Alex Media


Komputindo. Jakarta.

Wijaya, T. A., Djauhari, S. dan Cholil. A. 2014. Keanekaragaman Jamur Endofit


Akar Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir) Pada Lahan Pertanian
Organik dan Konvensional. Jurnal Hama dan Penyakit Tanaman, 2 (1),
pp.1-10.
LAMPIRAN

22

Anda mungkin juga menyukai