Bulan Ramadhan adalah bulan Alquran, Mengenai keutamaan membaca Alquran Allah
Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan
menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka dengan diam-diam dan
terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, Agar Allah
menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari
karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Faathir:
29-30)
“Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Alquran merupakan ilmu yang paling utama dan paling mulia, oleh karena itu orang yang
mempelajari dan mengajarkannya adalah orang yang terbaik di sisi Allah Ta’ala.
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran.” (QS. Az Zumar: 23)
“Amma ba’du, sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah kitab Allah, sebaik-baik petunjuk
adalah petunjuk Muhammad, seburuk-buruk urusan adalah perbuatan yang diada-adakan
(dalam agama) dan semua bid’ah adalah sesat.” (HR. Muslim)
Imam Syafi’i dan ulama lainnya berpendapat bahwa membaca Alquran merupakan dzikir
yang paling utama.
“Orang yang lancar membaca Alquran akan bersama malaikat utusan yang mulia lagi
berbakti, sedangkan orang yang membaca Alquran dengan tersendat-sendat lagi berat,
maka ia akan mendapatkan dua pahala.” (HR. Muslim)
Orang yang tersendat-sendat dalam membaca Alquran mendapatkan dua pahala adalah
hasil dari membaca Alquran dan karena telah bersusah payah untuknya.
4. Orang yang membaca Alquran diibaratkan seperti buah utrujjah yang luarnya wangi dan
dalamnya manis.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Alquran adalah seperti buah utrujjah;
aromanya wangi dan rasanya enak. Orang mukmin yang tidak membaca Alquran adalah
seperti buah kurma; tidak ada wanginya, tetapi rasanya manis. Orang munafik yang
membaca Alquran adalah seperti tumbuhan raihaanah (kemangi); aromanya wangi tetapi
rasanya pahit, sedangkan orang munafik yang tidak membaca Alquran adalah seperti
tumbuhan hanzhalah; tidak ada wanginya dan rasanya pahit.” (HR. Bukhari-Muslim)
آن َفِإ َّن ُه َيْأتِي َي ْو َم ْالقِ َيا َم ِة َشفِيعً ا َأِلصْ َح ِاب ِه
َ ْا ْق َرءُوا ْالقُر
“Bacalah Alquran, karena ia akan datang pada hari kiamat memberikan syafaat kepada
pembacanya.” (HR. Muslim)
6. Membaca satu atau dua ayat Alquran lebih baik daripada memperoleh satu atau dua ekor
onta yang besar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada para sahabat:
« َفقُ ْل َنا َيا. » ِع َرح ٍِم4ر ِإ ْث ٍم َوالَ َق ْط4ْ ْأ َ 4َأ ُّي ُك ْم ُيحِبُّ َأنْ َي ْغ ُد َو ُك َّل َي ْو ٍم ِإلَى ب ُْط َح
ِ ْن فِى َغي ِ اوي4 ِ ا َق َتي4 ُه ِب َن4 ت َِى ِم ْن4ق َف َي4ِي
َ ْن َك ْو َم ِ ان َأ ْو ِإلَى ْال َعق
ث ٌ َْن َو َثالِ ا َق َتي44ب هَّللا ِ َع َّز َو َج َّل َخ ْي ٌر لَ ُه مِنْ َن ِ َقا َل « َأ َفالَ َي ْغ ُدو َأ َح ُد ُك ْم ِإلَى ْال َمسْ ِج ِد َف َيعْ لَ َم َأ ْو َي ْق َرَأ آ َي َتي. َرسُو َل هَّللا ِ ُنحِبُّ َذل َِك
ِ ْن مِنْ ِك َتا
ث َوَأرْ َب ٌع َخ ْي ٌر َل ُه مِنْ َأرْ َب ٍع َومِنْ َأعْ دَ ا ِدهِنَّ م َِن اِإل ِب ِل ٍ َ » َخ ْي ٌر لَ ُه مِنْ َثال.
“Siapakah di antara kalian yang suka berangkat pagi setiap hari ke Bathhan atau ‘Aqiq dan
pulangnya membawa dua onta yang besar punuknya tanpa melakukan dosa dan
memutuskan tali silaturrahim?” Para sahabat menjawab, “Wahai Rasulullah, kami suka hal
itu.” Beliau bersabda: “Tidak adakah salah seorang di antara kamu yang pergi ke masjid, lalu
ia belajar atau membaca dua ayat Alquran? Yang sesungguhnya hal itu lebih baik daripada
memperoleh dua ekor onta, tiga ayat lebih baik daripada tiga ekor onta, empat ayat lebih
baik daripada empat ekor onta dan (jika lebih) sesuai jumlah itu dari beberapa ekor onta.”
(HR. Muslim)
“Tidaklah berkumpul sebuah kaum di salah satu rumah Allah, mereka membaca kitab Allah
dan mempelajarinya, kecuali akan turun ketentraman kepada mereka, diliputi oleh rahmat,
dikelilingi oleh para malaikat dan Allah akan menyebut mereka ke hadapan makhluk di sisi-
Nya.” (HR. Muslim)
8. Karena kemuliaan Alquran, tidak pantas bagi yang telah menghapalnya mengatakan “Saya
lupa ayat ini dan itu”, tetapi hendaknya mengatakan “Ayat ini telah terlupakan.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َ ْت بل هو ُنس
ِّي ُ ال يقُ ْل أحْ ُدكم نِس َي
َ ت آية َكي
َ ْت وكي
“Janganlah salah seorang di antara kamu berkata: “Saya lupa ayat ini dan ini”, bahkan ayat
itu telah dilupakan.” (HR. Muslim)
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin berkata, “Hal itu karena ucapan “saya lupa” terkesan adanya sikap
tidak peduli dengan ayat Alquran yang dihapalnya sehingga ia pun melupakannya.”
ٌب هَّللا ِ َفلَ ُه ِب ِه َح َس َن ٌة َو ْال َح َس َن ُة ِب َع ْش ِر َأ ْم َثالِ َها اَل َأقُو ُل الم َحرْ فٌ َولَكِنْ َألِفٌ َحرْ فٌ َواَل ٌم َحرْ فٌ َومِي ٌم َحرْ ف
ِ َمنْ َق َرَأ َحرْ ًفا مِنْ ِك َتا
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka ia akan mendapatkan satu
kebaikan dengan huruf itu, dan satu kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh. Aku
tidaklah mengatakan Alif Laam Miim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan
Mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi)
10. Alquran merupakan tali Allah
Ali bin Abi Thalib berkata, “Alquran adalah Kitabullah, di dalamnya terdapat berita generasi
sebelum kalian, berita yang akan terjadi setelah kalian dan sebagai hukum di antara kalian.
Alquran adalah keputusan yang serius bukan main-main, barangsiapa meninggalkannya
dengan sombong pasti dibinasakan Allah, barangsiapa mencari petunjuk kepada selainnya
pasti disesatkan Allah. Dialah tali Allah yang kokoh, peringatan yang bijaksana dan jalan
yang lurus.
Alquran tidak akan usang karena banyak pengulangan, dan tidak akan habis keajaibannya.
Dialah Alquran, di mana jin tidak berhenti mendengarnya sehingga mereka mengatakan;
“Sungguh kami mendengar Alquran yang penuh keajaiban, menunjukkan ke jalan lurus,
maka kami beriman kepadanya”. Barangsiapa yang berkata dengannya pasti benar,
barangsiapa beramal dengannya pasti diberi pahala, barangsiapa berhukum dengannya
pastilah adil, dan barangsiapa mengajak kepadanya pastilah ditunjuki ke jalan yang lurus.”
“Akan dikatakan kepada pembaca Alquran “Bacalah dan naiklah (ke derajat yang tinggi),
serta tartilkanlah sebagaimana kamu mentartilkannya ketika di dunia, karena kedudukanmu
pada akhir ayat yang kamu baca.” (Hasan shahih, HR. Tirmidzi)
12. Dengan Alquran, Allah meninggikan suatu kaum dan dengannya pula Allah merendahkan
suatu kaum
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah meninggikan suatu kaum karena Alquran ini dan merendahkan juga
karenanya.” (HR. Muslim)
Yakni bagi orang yang mempelajari Alquran dan mengamalkan isinya, maka Allah akan
meninggikannya. Sebaliknya, bagi orang yang mengetahuinya, namun malah
mengingkarinya, maka Allah akan merendahkannya.
13. Orang yang membaca Alquran secara terang-terangan seperti bersedekah secara terang-
terangan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Oleh karena itu, bagi orang yang khawatir riya’ lebih utama membacanya secara sembunyi.
Namun jika tidak khawatir, maka lebih utama secara terang-terangan.
Mereka lebih didahulukan dimasukkan ke dalam liang lahad, jika banyak orang yang
meninggal
Pada saat perang Uhud banyak para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang gugur,
maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar yang lebih didahulukan
dimasukkan ke liang lahad adalah para penghapal Alquran.
“Pelajarilah Alquran dan bacalah, karena perumpamaan Alquran bagi orang yang
mempelajarinya kemudian membacanya seperti kantong yang penuh dengan minyak wangi,
dimana wanginya semerbak ke setiap tempat, dan perumpamaan orang yang
mempelajarinya kemudian tidur (tidak mengamalkannya) padahal Alquran ada di hatinya
seperti kantong yang berisi minyak wangi namun terikat.”
Utsman bin ‘Affan berkata, “Kalau sekiranya hati kita bersih, tentu tidak akan kenyang
(membaca) kitabullah.”
Mukmin Sejati Itu Dermawan
Salah satu pintu yang dibuka oleh Allah untuk meraih keuntungan besar dari bulan Ramadhan
adalah melalui sedekah. Islam sering menganjurkan umatnya untuk banyak bersedekah. Dan
bulan Ramadhan, amalan ini menjadi lebih dianjurkan lagi. Dan demikianlah sepatutnya akhlak
seorang mukmin, yaitu dermawan. Allah dan Rasul-Nya memerintahkan bahkan memberi contoh
kepada umat Islam untuk menjadi orang yang dermawan serta pemurah. Ketahuilah bahwa
kedermawanan adalah salah satu sifat Allah Ta’ala, sebagaimana hadits:
إن هللا تعالى جواد يحب الجود ويحب معالي األخالق ويكره سفسافها
“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Maha Memberi, Ia mencintai kedermawanan serta akhlak yang
mulia, Ia membenci akhlak yang buruk.” (HR. Al Baihaqi, di shahihkan Al Albani dalam
Shahihul Jami’, 1744)
Dari hadits ini demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pelit dan bakhil adalah akhlak yang
buruk dan bukanlah akhlak seorang mukmin sejati. Begitu juga, sifat suka meminta-minta,
bukanlah ciri seorang mukmin. Bahkan sebaliknya seorang mukmin itu banyak memberi.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
اليد العليا خير من اليد السفلى واليد العليا هي المنفقة واليد السفلى هي السائلة
“Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Tangan di atas adalah orang yang
memberi dan tangan yang dibawah adalah orang yang meminta.” (HR. Bukhari no.1429, Muslim
no.1033)
Selain itu, sifat dermawan jika didukung dengan tafaqquh fiddin, mengilmui agama dengan baik,
sehingga terkumpul dua sifat yaitu alim dan juud (dermawan), akan dicapai kedudukan hamba
Allah yang paling tinggi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ويعلم هلل فيه حق ًا فهذا بأفضل المنازل، عبد رزقه هللا ماالً وعلم ًا فهو يتقي فيه ربه ويصل فيه رحمه:إنَّما الدنيا ألربعة نفر
“Dunia itu untuk 4 jenis hamba: Yang pertama, hamba yang diberikan rizqi oleh Allah serta
kepahaman terhadap ilmu agama. Ia bertaqwa kepada Allah dalam menggunakan hartanya dan ia
gunakan untuk menyambung silaturahim. Dan ia menyadari terdapat hak Allah pada hartanya.
Maka inilah kedudukan hamba yang paling baik.” (HR. Tirmidzi, no.2325, ia berkata: “Hasan
shahih”)
Keutamaan Bersedekah
ِ ََأ َفَأ ِمنُوا َم ْكرَ اللَّ ِه َفاَل يَْأ مَنُ َم ْكرَ اللَّ ِه ِإاَّل ا ْل َقوْ ُم ا ْلخ
َاسرُ ون
“Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah? Tiada yang merasa aman dan azab Allah
kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raf: 99)
“Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan Allah
tambahkan kewibawaan baginya.” (HR. Muslim, no. 2588)
Apa yang dimaksud hartanya tidak akan berkurang? Dalam Syarh Shahih Muslim, An Nawawi
menjelaskan: “Para ulama menyebutkan bahwa yang dimaksud disini mencakup 2 hal: Pertama,
yaitu hartanya diberkahi dan dihindarkan dari bahaya. Maka pengurangan harta menjadi ‘impas’
tertutupi oleh berkah yang abstrak. Ini bisa dirasakan oleh indera dan kebiasaan. Kedua, jika
secara dzatnya harta tersebut berkurang, maka pengurangan tersebut ‘impas’ tertutupi pahala
yang didapat, dan pahala ini dilipatgandakan sampai berlipat-lipat banyaknya.”
ات وَ َأ ْقرَ ضُ وا اللَّ َه َقرْ ض ًا حَ سَن ًا يُضَ اعَ فُ لَ ُه ْم وَ لَ ُه ْم َأجْ رٌ َك ِري ٌم
ِ ِإنَّ ا ْلمُصَّ ِّدقِينَ وَ ا ْلمُصَّ ِّد َق
ومن،الةDDاب الصDDالة دُعي من بDDان من أهل الصDD فمن ك:يرDDذا خDD ه، نودي في الجنة يا عبد هللا،من أنفق زوجين في سبيل هللا
ومن كان من أهل الصدقة دُعي من باب الصدقة،كان من أهل الجهاد دُعي من باب الجهاد
“Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah
satu dari pintu surga: “Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan”. Jika ia berasal
dari golongan orang-orang yang suka mendirikan shalat, ia akan dipanggil dari pintu shalat, yang
berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad, jika ia berasal dari golongan
yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.” (HR. Bukhari no.3666, Muslim no.
1027)
والصدقة برهان
“Sedekah adalah bukti.” (HR. Muslim no.223)
An Nawawi menjelaskan: “Yaitu bukti kebenaran imannya. Oleh karena itu shadaqah dinamakan
demikian karena merupakan bukti dari Shidqu Imanihi (kebenaran imannya)”
7. Sedekah dapat membebaskan dari siksa kubur.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أو، بغتDD فال ينفق إال س: فأما المنفق، ديهما إلى تراقيهماDD من ث، ان من حديدDD عليهما جبت، كمثل رجلين، مثل البخيل والمنفق
فهو يوسعها، فال يريد أن ينفق شيئا إال لزقت كل حلقة مكانها: وأما البخيل. وتعفو أثره، حتى تخفي بنانه، وفرت على جلده
وال تتسع
“Perumpamaan orang yang pelit dengan orang yang bersedekah seperti dua orang yang memiliki
baju besi, yang bila dipakai menutupi dada hingga selangkangannya. Orang yang bersedekah,
dikarenakan sedekahnya ia merasa bajunya lapang dan longgar di kulitnya. Sampai-sampai ujung
jarinya tidak terlihat dan baju besinya tidak meninggalkan bekas pada kulitnya. Sedangkan orang
yang pelit, dikarenakan pelitnya ia merasakan setiap lingkar baju besinya merekat erat di
kulitnya. Ia berusaha melonggarkannya namun tidak bisa.” (HR. Bukhari no. 1443)
Dan hal ini tentu pernah kita buktikan sendiri bukan? Ada rasa senang, bangga, dada yang lapang
setelah kita memberikan sedekah kepada orang lain yang membutuhkan.
Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang mengabarkan tentang manfaat sedekah dan keutamaan
orang yang bersedekah. Tidakkah hati kita terpanggil?
ِ حتى إنَّ اللُّ ْق َم َة لَت، كما يُرَ ِبّي أحدُكم ُم ْهرَ ه، فيُرَ ِبّيها َأِلحَ ِدكم، ويأخ ُذها بيمي ِنه، هللا يقب ُل الصدق َة
َصيرُ ِم ْث َل ُأ ُح ٍد َ َّإن
“sesungguhnya Allah menerima amalan sedekah dan mengambilnya dengan tangan kanan-Nya.
Lalu Allah mengembangkan pahalanya untuk salah seorang dari kalian, sebagaimana kalian
mengembangkan seekor anak kuda. Sampai-sampai sedekah yang hanya sebiji bisa berkembang
hingga sebesar gunung Uhud” (HR. At Tirmidzi 662, ia berkata: “hasan shahih”)
“jauhilah api neraka, walau hanya dengan bersedekah sebiji kurma. Jika kamu tidak punya, maka
bisa dengan kalimah thayyibah” (HR. Al Bukhari 6539, Muslim 1016)
12. Boleh iri kepada orang yang dermawan
Iri atau hasad adalah akhlak yang tercela, namun iri kepada orang yang suka bersedekah, ingin
menyaingi kedermawanan dia, ini adalah akhlak yang terpuji. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda
هللا الحكم َة؛ فهو يَقضي بها ويُعل
ُ ورج ٌل آتاه، ّالحق
ِ هللا مااًل ؛ فسلَّط َ على َهلَ َك ِته في
ُ رج ٌل آتاه: لمُهاا حس َد إال في اثنتين
“tidak boleh hasad kecuali pada dua orang: seseorang yang diberikan harta oleh Allah, kemudia ia
belanjakan di jalan yang haq, dan seseorang yang diberikan oleh Allah ilmu dan ia
mengamalkannya dan mengajarkannya” (HR. Al Bukhari 73, Muslim 816)
Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa sallam, teladan terbaik bagi kita, beliau adalah orang yang paling
dermawan, dan kedermawanan beliau lebih dahsyat lagi di bulan Ramadhan. Hal ini diceritakan
oleh Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma:
اه في كل ليلةDD وكان يلق، وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل، كان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم أجود الناس
فالرسول هللا صلى هللا عليه وسلم أجو ُد بالخير من الريح المرسَلة، من رمضان فيُدارسه القرآن
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih
dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam
untuk mengajarkan Al Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
melebihi angin yang berhembus.” (HR. Bukhari, no.6)
Dari hadits di atas diketahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada dasarnya adalah
seorang yang sangat dermawan. Ini juga ditegaskan oleh Anas bin Malik radhiallahu’anhu:
كان النبي صلى هللا عليه وسلم أشجع الناس وأجود الناس
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling berani dan paling
dermawan.”(HR. Bukhari no.1033, Muslim no. 2307)
Namun bulan Ramadhan merupakan momen yang spesial sehingga beliau lebih dermawan lagi.
Bahkan dalam hadits, kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamdikatakan melebihi
angin yang berhembus. Diibaratkan demikian karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
sangat ringan dan cepat dalam memberi, tanpa banyak berpikir, sebagaimana angin yang
berhembus cepat. Dalam hadits juga angin diberi sifat ‘mursalah’ (berhembus), mengisyaratkan
kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki nilai manfaat yang besar, bukan
asal memberi, serta terus-menerus sebagaimana angin yang baik dan bermanfaat adalah angin
yang berhembus terus-menerus. Penjelasan ini disampaikan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam
Fathul Baari.
Oleh karena itu, kita yang mengaku meneladani beliau sudah selayaknya memiliki semangat yang
sama. Yaitu semangat untuk bersedekah lebih sering, lebih banyak dan lebih bermanfaat di bulan
Ramadhan, melebihi bulan-bulan lainnya.
Salah satu sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammemberi teladan untuk lebih
bersemangat dalam bersedekah di bulan Ramadhan adalah karena bersedekah di bulan ini lebih
dahsyat dibanding sedekah di bulan lainnya.
Puasa digabungkan dengan sedekah dan shalat malam sama dengan jaminan surga.
Puasa di bulan Ramadhan adalah ibadah yang agung, bahkan pahala puasa tidak terbatas
kelipatannya. Sebagaimana dikabarkan dalam sebuah hadits qudsi:
إال الصيام فإنه لي و أنا الذي أجزي به: كل عمل ابن آدم له الحسنة بعشر أمثالها إلى سبعمائة ضعف قال عز و جل
“Setiap amal manusia akan diganjar kebaikan semisalnya sampai 700 kali lipat. Allah Azza Wa
Jalla berfirman: ‘Kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.'”
(HR. Muslim no.1151)
Dan sedekah, telah kita ketahui keutamaannya. Kemudian shalat malam, juga merupakan ibadah
yang agung, jika didirikan di bulan Ramadhan dapat menjadi penghapus dosa-dosa yang telah
lalu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Orang yang shalat malam karena iman dan mengharap pahala, akan diampuni dosanya yang
telah lalu.” (HR. Bukhari no.37, 2009, Muslim, no. 759)
Ketiga amalan yang agung ini terkumpul di bulan Ramadhan dan jika semuanya dikerjakan
balasannya adalah jaminan surga. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إن في الجنة غرفا يرى ظاهرها من باطنها وباطنها من ظاهرها أعدها هللا لمن أالن الكالم وأطعم الطعام وتابع الصيام وصلى
بالليل والناس نيام
“Sesungguhnya di surga terdapat ruangan-ruangan yang bagian luarnya dapat dilihat dari dalam
dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luar. Allah menganugerahkannya kepada orang yang
berkata baik, bersedekah makanan, berpuasa, dan shalat dikala kebanyakan manusia tidur.” (HR.
At Tirmidzi no.1984, Ibnu Hibban di Al Majruhin 1/317, dihasankan Ibnu Hajar Al Asqalani di
Hidayatur Ruwah, 2/47, dihasankan Al Albani di Shahih At Targhib, 946)
غير أنه ال ينقص من أجر الصائم شيئا، من فطر صائما كان له مثل أجره
“Orang yang memberikan hidangan berbuka puasa kepada orang lain yang berpuasa, ia akan
mendapatkan pahala orang tersebut tanpa sedikitpun mengurangi pahalanya.” (HR. At Tirmidzi
no 807, ia berkata: “Hasan shahih”)
Padahal hidangan berbuka puasa sudah cukup dengan tiga butir kurma atau bahkan hanya segelas
air, sesuatu yang mudah dan murah untuk diberikan kepada orang lain.
إن لم تكن حساDرات فDDات فعلى تمDDإن لم تكن رطبDلي فDDات قبل أن يصDلم يفطر على رطبDلى هللا عليه وسDول هللا صDان رسDك
حسوات من ماء
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa dengan beberapa ruthab (kurma
basah), jika tidak ada maka dengan beberapa tamr (kurma kering), jika tidak ada maka dengan
beberapa teguk air.” (HR. At Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud, dishahihkan Al Albani di Shahih At
Tirmidzi, 696)
Betapa Allah Ta’ala sangat pemurah kepada hamba-Nya dengan membuka kesempatan menuai
pahala begitu lebarnya di bulan yang penuh berkah ini.
، وصفدت الشياطين إذا جاء رمضان فتحت أبواب الجنة، وغلقت أبواب النار
“Jika datang bulan Ramadhan, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup dan setan-setan
dibelenggu.” (HR. Bukhari no.3277, Muslim no. 1079)
Dan pada realitanya kita melihat sendiri betapa suasana Ramadhan begitu berbedanya dengan
bulan lain. Orang-orang bersemangat melakukan amalan kebaikan yang biasanya tidak ia lakukan
di bulan-bulan lainnya. Subhanallah.
Adapun mengenai apa yang diyakini oleh sebagian orang, bahwa setiap amalan sunnah kebaikan
di bulan Ramadhan diganjar pahala sebagaimana amalan wajib, dan amalan wajib diganjar
dengan 70 kali lipat pahala ibadah wajib diluar bulan Ramadhan, keyakinan ini tidaklah benar.
Karena yang mendasari keyakinan ini adalah hadits yang lemah, yaitu hadits:
و من، ام ليله تطوعاDD و قي، يامه فريضةDD جعل هللا ص، هرDDير من ألف شDDهر فيه ليلة خDD ش، يا أيها الناس قد أظلكم شهر عظيم
و، واهDDبعين فريضة فيما سDD و من أدى فريضة كان كمن أدى س، تقرب فيه بخصلة من الخير كان كمن أدى فريضة فيما سواه
رةDDان مغفDDائما كDD و من فطر فيه ص، ؤمنDD و شهر يزاد فيه رزق الم، و شهر المواساة، هو شهر الصبر و الصبر ثوابه الجنة
ول هللا ليس كلنا يجد ماDD يا رس: الواDD و كان له مثل أجره من غير أن ينتقص من أجره شيء ق، و عتق رقبته من النار، لذنوبه
ائماDبع صDD و من أش، اءDDربة من مD أو ش، رةDD أو تم، يعطي هللا هذا الثواب من فطر صائما على مذقة لبن: قال، يفطر الصائم
و هو شهر أوله رحمة و وسطه مغفرة و آخره عتق من النار، سقاه هللا من الحوض شربة اليظمأ حتى يدخل الجنة،
“Wahai manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung dan penuh berkah. Di dalamnya
terdapat satu malam yang nilai (ibadah) di dalamnya lebih baik dari 1000 bulan. Allah
menjadikan puasa pada siang harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya
sebagai perbuatan sunnah (tathawwu’). Barangsiapa (pada bulan itu) mendekatkan diri (kepada
Allah) dengan satu kebaikan, ia seolah-olah mengerjakan satu ibadah wajib pada bulan yang lain.
Barangsiapa yang mengerjakan satu perbuatan wajib, ia seolah-olah mengerjakan 70 kebaikan di
bulan yang lain. Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan kesabaran itu balasannya surga. Ia (juga)
bulan tolong-menolong, di mana di dalamnya rezki seorang Mukmin bertambah (ditambah).
Barangsiapa (pada bulan itu) memberikan buka kepada seorang yang berpuasa, maka itu menjadi
maghfirah (pengampunan) atas dosa-dosanya, penyelamatnya dari api neraka dan ia memperoleh
pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa (itu)
sedikitpun.” Kemudian para Sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, tidak semua dari kita memiliki
makanan untuk diberikan sebagai buka orang yang berpuasa.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata, “Allah memberikan pahala tersebut kepada orang yang memberikan buka dari
sebutir kurma, atau satu teguk air atau susu. Ramadhan adalah bulan yang permulaannya rahmat,
pertengahannya maghfirah (ampunan) dan akhirnya pembebasan dari api neraka.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi, Al Hakim, Ibnu Khuzaimah (no. 1887) dan Al Ash-
habani dalam At Targhib(178). Hadits ini didhaifkan oleh para pakar hadits seperti Al Mundziri
dalam Targhib Wat Tarhib (2/115), juga oleh Dhiya Al Maqdisi di Sunan Al Hakim(3/400),
bahkan dikatakan oleh Al Albani hadits ini Munkar, dalam Silsilah Adh Dhaifah (871).
Ringkasnya, walaupun tidak terdapat kelipatan pahala 70 kali lipat pahala ibadah wajib di luar
bulan Ramadhan, pada asalnya setiap amal kebaikan, baik di luar maupun di bulan Ramadhan
akan dilipatgandakan oleh Allah 10 sampai 700 kali lipat. Berdasarkan hadits:
إن هو هم بها فعملهاDDنة كاملة فDDده حسDDنة فلم يعملها كتبها هللا له عنDDيئات ثم بين ذلك فمن هم بحسDDنات والسDDإن هللا كتب الحس
كتبها هللا له عنده عشر حسنات إلى سبع مائة ضعف إلى أضعاف كثيرة
“Sesungguhnya Allah mencatat setiap amal kebaikan dan amal keburukan.” Kemudian Rasulullah
menjelaskan: “Orang yang meniatkan sebuah kebaikan, namun tidak mengamalkannya, Allah
mencatat baginya satu pahala kebaikan sempurna. Orang yang meniatkan sebuah kebaikan, lalu
mengamalkannya, Allah mencatat pahala baginya 10 sampai 700 kali lipat banyaknya.” (HR.
Muslim no.1955)
Oleh karena itu, orang yang bersedekah di bulan Ramadhan akan dilipatgandakan pahalanya 10
sampai 700 kali lipat karena sedekah adalah amal kebaikan, kemudian berdasarkan Al A’raf ayat
16 khusus amalan sedekah dilipatkan-gandakan lagi sesuai kehendak Allah. Kemudian ditambah
lagi mendapatkan berbagai keutamaan sedekah. Lalu jika ia mengiringi amalan sedekahnya
dengan puasa dengan shalat malam, maka diberi baginya jaminan surga. Kemudian jika ia tidak
terlupa untuk bersedekah memberi hidangan berbuka puasa bagi bagi orang yang berpuasa, maka
pahala yang sudah dilipatgandakan tadi ditambah lagi dengan pahala orang yang diberi sedekah.
Jika orang yang diberi hidangan berbuka puasa lebih dari satu maka pahala yang didapat lebih
berlipat lagi.
Subhanallah…