Disusun oleh :
KOMITE MEDIS
1
SAMBUTAN DIREKTUR
RSUD PROF. DR. SOEKANDAR KABUPATEN MOJOKERTO
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ats limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga Komite Medis RSUD Prof. Dr. Soekandar telah berhasil
merevisi Standar Prosedur Operasional (SPO) Pelayanan Medik di seluruh bagian /
SMF yang telah disusun pada tahun 2018.
Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan Hak-Haknya,
semakin ketatnya kompetensi di segala bidang dalam Era Globalisasi termasuk Bidang
Kesehatan, maka prinsip-prinsip akutanbilitas, transparasi dan Peningkatan Mutu harus
diutamakan.
Sebagai salah satu bentuk Legal Formal dan Akuntabilitas pelayanan Medik
kepada masyarakat, dalam stiap tindakan medis yang dilakukan terhadap pasien harus
berdasarkan Standar Prosedur Operasional. Hal itu perlu dipahami oleh semua Staf
Medis. Untuk itu SPO yang telah diperbaiki dan disempurnakan ini wajib di
Sosialisasikan lagi dan di evaluasi pelaksanaannya guna peningkatan mutu pelayanan
Rumah Sakit.
Saya berharap kedepan senantiasa diadakan perbaikan dan penyempurnaan
secara periodik terhadap SPO ini sesuai dengan perkembangan IPTEK dan Kondisi
Rumah Sakit.
Semoga SPO ini dapat dijadikan sebagai pedoman bagi semua Staf Medis dalam
melaksanakan Tindakan Medis di RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto.
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuknya
sehingga Komite Medis RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto mampu
merevisi Standar Prosedur Operasional (SPO) Pelayanan Medik untuk seluruh bagian /
SMF yang telah disusun pada tahun 2018.
Perbaikan SPO ini meliputi penambahan dan pengurangan judul maupun isinya
dengan berpedoman pada Referensi yang mutakhir. Perbaikan dan penyemurnaan
akan dilakukan secara berkala mengikuti perkembagan IPTEK dan Kondisi Mutakhir
sehingga SPO senantiasa Up date.
Akhirnya semoga SPO ini dapat dijadikan pedoman bagi staf medis dan dapat
digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan.
Penyusun,
Komite Medis
RSUD Prof. Dr. Soekandar
Kabupaten Mojokerto
ii
PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Prof. Dr. SOEKANDAR
Jalan Hayam Wuruk 25 Telp. (0321) 591591 Fax. (0321) 590860
Mojosari – Mojokerto
TENTANG
iii
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Ditetapkan di : MOJOKERTO
Pada tanggal : 01 Januari 2018
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
iv
TIM PENYUSUN
EDITOR
v
DAFTAR ISI
vii
TINDAKAN PERSIAPAN OPERASI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Tindakan dengan melakukan persiapan sebelum operasi
Tujuan Memberikan pelayanan persiapan sebelum operasi pasien rawat
inap ataupun rawat darurat secara efektif maupun darurat sesuai
dengan indikasi untuk melakukan tindakan
Kebijakan Segala persiapan, ataupun tindakan yang idlakjukan senelum
operasi hendaknya dipersiapkan sebaik mungkin meliputi
persiapan penolong, alat dan pasien
Prosedur 1. Pemeriksaan laboratorium lengkap
2. Persiapan alat, obat dan daerah
3. Konsultasi antar departemen
4. Persiapan operasi :
Penggosongan rectum (klisma/kolon cepat)
Pencukuran daerah operasi dilakukan di instansi obgin
Kebutuhan :
Personel : 1 orang Bidan/perawat
Adminitratif
1. Informed concent (dokter memberikan informasi kepada
pasien. Pasien mengetahui dan menyetujui tindakan yang
akan dilakukan, baik secara lisan maupun tertulis)
2. Penjadwalan operasi
1
TINDAKAN PERSIAPAN OPERASI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Unit terkait 1. IPF Obstetri dan Ginekologi
2. Instalasi Bedah Sentral,
3. Instalasi Bedah darurat,
4. UPF Ilmu Kesehatan Anak,
5. UPF Ilmu Penyakit Dalam,
6. UPF Patologi Anatomi
7. UPF Anasthesi,
8. Instalasi Penunjang Medis
2
TINDAKAN PEMBEDAHAN
SALFINGOOVOREKTOMI UNILATERAL
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Tindakan pembedahan dengan melakukkan laparatomi dan insisi
dinding uterus untuk mengeluarkan ovarium
Tujuan Memberikan pelayanan tindakan pembedahan salfingoovorektomi
pada pasien rawat inap ataupun rawat jalan darurat secara elektif
maupun darurat seuai dengan indikasi untuk mengeluarkan
ovarium
Kebijakan Segala persiapan ataupun tindakan yang dilakukan sebelum
operasi hendakna dipersiapkan sebaik mungkin meliputi periapan
penolong, alat dan pasien. Tindakan pembedahan
salfingoovorektomi universal dikerjakan dengan indikasi dan
meninggalkan ovarium yang sehat yang kontralateral
Prosedur 1. Persiapan operasi
Pengosongan rectum (klisma/kolon cepat)
Pencukuran daerah operasi dilakukan di instansi obgin
2. Pemasangan infus dan kateter dikamar pembedahan
3. Tindakan anasthesi umum
4. Tindakan pembedahan berlangsung kurang lebih 1-2 ½ jam
3
TINDAKAN PEMBEDAHAN
SALFINGOOVOREKTOMI UNILATERAL
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 5. Selesai pembedahan penderita dirawat di ruang recovery
selama 24 jam dan setelah stabil dipindahkan ke ruang rawat
inap atau diperlukan ICU atas pertimbangan dokter anasthesi
dan dokter pembedah
Kebutuhan personel :
1. 1 orang operator/pembedah : spesialis obgin/chief residen
2. 1 orang asisten operator I : Bidan/perawat mahir
3. 1 orang asisten operator II : Bidan/perawat mahir
4. 1 orang dokter ahli anesthesia
5. 1 orang penata anasthesi
6. 1 orang penata instrument
7. 1 orang pembantu ruang operasi
4
TINDAKAN PEMBEDAHAN
SALFINGOOVOREKTOMI UNILATERAL
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Administrasi :
Informed consent (dokter memberikan informasi kepada pasien
dan pasien mengetahui dan menyutujui tindakan yang akan
dilakukan pada dirinya baik secara lisan maupun tertulis)
Sarana :
1. Ruang operasi
2. Peralatan anasthesi
3. Peralatan laparatomi lengkap
Obat dan alat habis pakai
1. Obat-obatan anasthesi umum
2. Oksigen
3. Darah 600 ml
4. Cairan infus
Dekstrose 5% 2 kolf
Assering 2 kolf
Ringer laktat 2 kolf
NaCI 0,9% 2 kolf
5. Alat infus set
6. Jarum infus Venocat no. 21
5
TINDAKAN PEMBEDAHAN
SALFINGOOVOREKTOMI UNILATERAL
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 7. Alat suntik
10 cc (3)
5 cc (3)
3 cc (3)
8. Kateter dan kantong urine
9. Obat anti septic (popidone, iodine)
10. Benang jahit
Chromic catgut 3 pcs
Plain catgut 3 pcs
Vicryl 2 pcs
11. Sarung tangan steril 5 pasang
12. Kassa
Unit terkait 1. UPF Obstetri dan Ginekologi
2. Instalasi Bedah Sentral
3. Instalasi Anasthesi
4. UPF Anasthesi
5. UPF Patologi Anatomi
6
TINDAKAN PEMBEDAHAN HISTEREKTOMI TOTALIS
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Tindakan pembedahan dengan melakukan laparatomi dan insisi
dinding uterus untuk mengeluarkan uterus sampai portio
Tujuan Memberikan pelayanan tindakan pembedahan histerektomi totalis
pada pasien pasien rawat inap ataupun rawat darurat secara
efektif maupun darurat sesuai dengan indikasi untuk
mengeluarkan uterus dan portio
Kebijakan Segala persiapan ataupun tindakan yang dilakukan sebelum
operasi hendaknya dipersiapkan sebaik mungkin meliputi
persiapan penolong, alat dan pasien. Tindakan pembedahan
histerektomi totalis dikerjakan dengan indikasi dengan
mengangkat seluruh uterus dan portio
Prosedur 1. Persiapan operasi
2. Pemasangan infus dan kateter dikamar pembedahan
3. Tindakan anasthesi umum
4. Tindakan pembedahan berlangsung kurang lebih 2-2 ½ jam
7
TINDAKAN PEMBEDAHAN HISTEREKTOMI TOTALIS
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 5. Selesai pembedahan penderita dirawat di ruang recovery
selama 24 jam dan setelah stabil dipindahkan ke ruang rawat
inap atau diperlukan ICU atas pertimbangan dokter anasthesi
dan dokter pembedah
Kebutuhan personel :
1. 1 orang operator/pembedah : spesialis obgin/chief residen
2. 1 orang asisten operator I : Bidan/perawat mahir
3. 1 orang asisten operator II : Bidan/perawat mahir
4. 1 orang dokter ahli anesthesia
5. 1 orang penata anasthesi
6. 1 orang penata instrument
7. 1 orang pembantu ruang operasi
8
TINDAKAN PEMBEDAHAN HISTEREKTOMI TOTALIS
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Administrasi :
Informed consent (dokter memberikan informasi kepada pasien
dan pasien mengetahui dan menyutujui tindakan yang akan
dilakukan pada dirinya baik secara lisan maupun tertulis)
Sarana :
1. Ruang operasi
2. Peralatan anasthesi
3. Peralatan laparatomi lengkap
4. Peralatan Cauter
Obat dan alat habis pakai
1. Obat-obatan anasthesi umum
2. Oksigen
3. Darah 600 ml
4. Cairan infus
Dekstrose 5% 2 kolf
Assering 2 kolf
Ringer laktat 2 kolf
NaCI 0,9% 2 kolf
5. Alat infus set
9
TINDAKAN PEMBEDAHAN HISTEREKTOMI TOTALIS
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 6. Jarum infus Venocat no. 21
7. Alat suntik (spuit)
10 cc (3)
5 cc (3)
3 cc (3)
8. Kateter dan kantong urine
9. Obat anti septic (popidone, iodine)
10. Benang jahit
a. Chromic catgut 3 pcs
b. Plain catgut 3 pcs
c. Vicryl 2 pcs
11. Sarung tangan steril 5 pasang
12. Kassa
Unit terkait 1. UPF Obstetri dan Ginekologi
2. Instalasi Bedah Sentral
3. Instalasi Bedah Darurat
4. Instalasi Penunjang Medis
5. UPF Anasthesi
10
TINDAKAN PEMBEDAHAN
HISTEREKTOMI RADIKAL
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Tindakan pembedahan dengan melakukan laparatomi dan insisi
dinding uterus untuk mengeluarkan uterus sampai portio, kedua
ovarium, kelenjar getah bening para iliaka, kelenjar getah bening
para kolika, appendik, dan kelenjar getah bening para aorta
Tujuan Memberikan pelayanan tindakan pembedahan histerektomi
radikal pada pasien pasien rawat inap secara efektif sesuai
dengan indikasi untuk terapi dan prognosis
Kebijakan Segala persiapan ataupun tindakan yang dilakukan sebelum
operasi hendaknya dipersiapkan sebaik mungkin meliputi
persiapan penolong, alat dan pasien. Tindakan pembedahan
histerektomi radikal dikerjakan dengan indikasi tujuan terapi dan
prognosis
Prosedur 1. Persiapan Operasi
Pengosongan rectum (klisma/kolon cepat)
Pencukuran daerah opersi dilakukan di instalasi obgin
2. Pemasangan infus dan kateter dikamar pembedahan
3. Tindakan anasthesi umum
11
TINDAKAN PEMBEDAHAN
HISTEREKTOMI RADIKAL
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 4. Tindakan pembedahan berlangsung kurang lebih 2-2 ½ jam
5. Selesai pembedahan penderita dirawat di ruang recovery
selama 24 jam dan setelah stabil dipindahkan ke ruang rawat
inap atau diperlukan ICU atas pertimbangan dokter anasthesi
dan dokter pembedah
Kebutuhan personel :
1. 1 orang operator/pembedah : spesialis obgin/chief residen
2. 1 orang asisten operator I : Bidan/perawat mahir
3. 1 orang asisten operator II : Bidan/perawat mahir
4. 1 orang dokter ahli anesthesia
5. 1 orang penata anasthesi
6. 1 orang penata instrument
7. 1 orang pembantu ruang operasi
Administrasi :
Informed consent (dokter memberikan informasi kepada pasien
dan pasien mengetahui dan menyutujui tindakan yang akan
dilakukan pada dirinya baik secara lisan maupun tertulis)
12
TINDAKAN PEMBEDAHAN
HISTEREKTOMI RADIKAL
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Sarana :
1. Ruang operasi
2. Peralatan anasthesi
3. Peralatan laparatomi lengkap
4. Peralatan Cauter
Obat dan alat habis pakai
1. Obat-obatan anasthesi umum
2. Oksigen
3. Darah 1500 ml
4. Cairan infus
Dekstrose 5% 2 kolf
Assering 2 kolf
Ringer laktat 2 kolf
NaCI 0,9% 2 kolf
5. Alat infus set
6. Jarum infus Venocat no. 21
7. Alat suntik
10 cc (3)
5 cc (3)
3 cc (3)
13
TINDAKAN PEMBEDAHAN
HISTEREKTOMI RADIKAL
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 8. Kateter dan kantong urine
9. Obat anti septic (popidone, iodine)
10. Benang jahit
Chromic catgut 3 pcs
Plain catgut 3 pcs
Vicryl 2 pcs
11. Sarung tangan steril 5 pasang
12. Kassa
Unit terkait 1. UPF Obstetri dan Ginekologi
2. Instalasi Bedah Sentral
3. Instalasi Anasthesi
4. Instalasi Penunjang Medik
14
TINDAKAN PEMBEDAHAN
HISTEREKTOMI SUPRAVAGINALIS
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Tindakan pembedahan dengan melakukan laparatomi dan insisi
dinding uterus untuk mengeluarkan uterus setinggi istmus uteri
Tujuan Memberikan pelayanan tindakan pembedahan histerektomi
supravaginalis pada pasien pasien rawat inap ataupun rawat
darurat secara efektif maupun darurat sesuai dengan indikasi
untuk mengeluarkan uterus setinggi istmus uteri
Kebijakan Segala persiapan ataupun tindakan yang dilakukan sebelum
operasi hendaknya dipersiapkan sebaik mungkin meliputi
persiapan penolong, alat dan pasien. Tindakan pembedahan
histerektomi supravaginalis dikerjakan dengan indikasi dengan
mengangkat seluruh uterus sampai istmus uteri
Prosedur 1. Persiapan Operasi
Pengosongan rectum (klisma/kolon cepat)
Pencukuran daerah opersi dilakukan di instalasi obgin
2. Pemasangan infus dan kateter dikamar pembedahan
3. Tindakan anasthesi umum
4. Tindakan pembedahan berlangsung kurang lebih 2-2 ½ jam
15
TINDAKAN PEMBEDAHAN
HISTEREKTOMI SUPRAVAGINALIS
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 5. Selesai pembedahan penderita dirawat di ruang recovery
selama 24 jam dan setelah stabil dipindahkan ke ruang rawat
inap atau diperlukan ICU atas pertimbangan dokter anasthesi
dan dokter pembedah
Kebutuhan personel :
1. 1 orang operator/pembedah : spesialis obgin/chief residen
2. 1 orang asisten operator I : Bidan/perawat mahir
3. 1 orang asisten operator II : Bidan/perawat mahir
4. 1 orang dokter ahli anesthesia
5. 1 orang penata anasthesi
6. 1 orang penata instrument
7. 1 orang pembantu ruang operasi
Administrasi :
Informed consent (dokter memberikan informasi kepada pasien
dan pasien mengetahui dan menyutujui tindakan yang akan
dilakukan pada dirinya baik secara lisan maupun tertulis)
16
TINDAKAN PEMBEDAHAN
HISTEREKTOMI SUPRAVAGINALIS
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Sarana :
1. Ruang operasi
2. Peralatan anasthesi
3. Peralatan laparatomi lengkap
Obat dan alat habis pakai
1. Obat-obatan anasthesi umum
2. Oksigen
3. Darah 600 ml
4. Cairan infus
Dekstrose 5% 2 kolf
Assering 2 kolf
Ringer laktat 2 kolf
NaCI 0,9% 2 kolf
5. Alat infus set
6. Jarum infus Venocat no. 21
7. Alat suntik
10 cc (3)
5 cc (3)
3 cc (3)
17
TINDAKAN PEMBEDAHAN
HISTEREKTOMI SUPRAVAGINALIS
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 8. Kateter dan kantong urine
9. Obat anti septic (popidone, iodine)
10. Benang jahit
Chromic catgut 3 pcs
Plain catgut 3 pcs
Vicryl 2 pcs
11. Sarung tangan steril 5 pasang
12. Kassa
Unit terkait 1. UPF Obstetri dan Ginekologi
2. Instalasi Bedah Sentral
3. Instalasi Anasthesi
4. Instalasi Penunjang Medis
18
TINDAKAN PEMBEDAHAN
HISTEREKTOMI PERVAGINAM
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Tindakan pembedahan dengan melakukan insisi dinding vaginam
untuk mengeluarkan uterus
Tujuan Memberikan pelayanan tindakan pembedahan histerektomi
pervaginam pada pasien pasien rawat inap secara efektif sesuai
dengan indikasi untuk mengeluarkan uterus
Kebijakan Segala persiapan ataupun tindakan yang dilakukan sebelum
operasi hendaknya dipersiapkan sebaik mungkin meliputi
persiapan penolong, alat dan pasien. Tindakan pembedahan
histerektomi pervaginam dikerjakan dengan indikasi dengan
mengangkat seluruh uterus melalui vagina
Prosedur 1. Persiapan Operasi
Pengosongan rectum (klisma/kolon cepat)
Pencukuran daerah opersi dilakukan di instalasi obgin
2. Pemasangan infus dan kateter dikamar pembedahan
3. Tindakan anasthesi umum
4. Tindakan pembedahan berlangsung kurang lebih 2-2 ½ jam
5. Selesai pembedahan penderita dirawat di ruang recovery
selama 24 jam dan setelah stabil dipindahkan ke ruang rawat
inap atau diperlukan ICU atas pertimbangan dokter anasthesi
dan dokter pembedah
19
TINDAKAN PEMBEDAHAN
HISTEREKTOMI PERVAGINAM
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Kebutuhan personel :
1. 1 orang operator/pembedah : Spesialis obgin divisi
uroginekologi
2. 1 orang asisten operator I : residen madya I obgin
3. 1 orang asisten operator II : residen nadya UU
4. 1 orang dokter ahli anesthesia
5. 1 orang penata anasthesi
6. 1 orang penata instrument
7. 1 orang pembantu ruang operasi
Administrasi :
Informed consent (dokter memberikan informasi kepada pasien
dan pasien mengetahui dan menyutujui tindakan yang akan
dilakukan pada dirinya baik secara lisan maupun tertulis)
Sarana :
1. Ruang operasi
2. Peralatan anasthesi
3. Peralatan laparatomi lengkap
4. Peralatan Cauter
20
TINDAKAN PEMBEDAHAN
HISTEREKTOMI PERVAGINAM
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Obat dan alat habis pakai
1. Obat-obatan anasthesi umum
2. Oksigen
3. Darah 1000 ml
4. Cairan infus
Dekstrose 5% 2 kolf
Assering 2 kolf
Ringer laktat 2 kolf
NaCI 0,9% 2 kolf
5. Alat infus set
6. Jarum infus Venocat no. 21
7. Alat suntik
10 cc (3)
5 cc (3)
3 cc (3)
8. Kateter dan kantong urine
9. Obat anti septic (popidone, iodine)
21
TINDAKAN PEMBEDAHAN
HISTEREKTOMI PERVAGINAM
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 10. Benang jahit
Chromic catgut 3 pcs
Plain catgut 3 pcs
Vicryl 2 pcs
11. Sarung tangan steril 5 pasang
12. Kassa
Unit terkait 1. UPF Obstetri dan Ginekologi
2. Instalasi Bedah Sentral
3. Instalasi Anasthesi
4. Instalasi Penunjang Medis
22
TINDAKAN PEMBEDAHAN
SURGICAL STAGING
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Tindakan pembedahan dengan melakukan laparatomi dan insisi
dinding uterus untuk mengeluarkan uterus sampai protio, kedua
ovarium, kelenjar getah bening para iliaka, kelenjar bening para
kolika, appendik, dan kelenjar getah bening para aorta
Tujuan Memberikan pelayanan tindakan pembedahan surgical staging
pada pasien pasien rawat inap secara efektif sesuai dengan
indikasi untuk menentukan stadium dan pengobatan dari penyakit
tersebut.
Kebijakan Segala persiapan ataupun tindakan yang dilakukan sebelum
operasi hendaknya dipersiapkan sebaik mungkin meliputi
persiapan penolong, alat dan pasien. Tindakan pembedahan
surgical staging dikerjakan dengan indikasi
Prosedur 1. Persiapan Operasi
Pengosongan rectum (klisma/kolon cepat)
Pencukuran daerah opersi dilakukan di instalasi obgin
2. Pemasangan infus dan kateter dikamar pembedahan
3. Tindakan anasthesi umum
4. Tindakan pembedahan berlangsung kurang lebih 2-2 ½ jam
23
TINDAKAN PEMBEDAHAN
SURGICAL STAGING
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 5. Selesai pembedahan penderita dirawat di ruang recovery
selama 24 jam dan setelah stabil dipindahkan ke ruang rawat
inap atau diperlukan ICU atas pertimbangan dokter anasthesi
dan dokter pembedah
Kebutuhan personel :
1. 1 orang operator/pembedah : Spesialis obgin divisi
uroginekologi
2. 1 orang asisten operator I : Bidan/ perawat mahir
3. 1 orang asisten operator II : Bidan/ perawat mahir
4. 1 orang dokter ahli anesthesia
5. 1 orang penata anasthesi
6. 1 orang penata instrument
7. 1 orang pembantu ruang operasi
Administrasi :
Informed consent (dokter memberikan informasi kepada pasien
dan pasien mengetahui dan menyutujui tindakan yang akan
dilakukan pada dirinya baik secara lisan maupun tertulis)
24
TINDAKAN PEMBEDAHAN
SURGICAL STAGING
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Sarana :
1. Ruang operasi
5. Peralatan anasthesi
6. Peralatan laparatomi lengkap
7. Peralatan Cauter
Obat dan alat habis pakai
1. Obat-obatan anasthesi umum
2. Oksigen
3. Darah 1500 ml
4. Cairan infus
Dekstrose 5% 2 kolf
Assering 2 kolf
Ringer laktat 2 kolf
NaCI 0,9% 2 kolf
5. Alat infus set
6. Jarum infus Venocat no. 21
7. Alat suntik
10 cc (3)
5 cc (3)
3 cc (3)
25
TINDAKAN PEMBEDAHAN
SURGICAL STAGING
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 8. Kateter dan kantong urine
9. Obat anti septic (popidone, iodine)
10. Benang jahit
Chromic catgut 3 pcs
Plain catgut 3 pcs
Vicryl 2 pcs
11. Sarung tangan steril 5 pasang
12. Kassa
Unit terkait 1. UPF Obstetri dan Ginekologi
2. Instalasi Bedah Sentral
3. Instalasi Anasthesi
4. Instalasi Penunjang Medis
26
TINDAKAN PEMBEDAHAN
KURRETASE MOLAHIDATIDOSA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Tindakan pembedahan dengan melakukan evaluasi isi kavum
uteri melalui kuret hisap dan kuret tajam
Tujuan Memberikan pelayanan tindakan kurete mola hidatidosa pada
pasien pasien rawat inap secara efektif maupun darurat sesuai
dengan indikasi untuk evakuasi kavum uteri.
Kebijakan Segala persiapan ataupun tindakan yang dilakukan sebelum
operasi hendaknya dipersiapkan sebaik mungkin meliputi
persiapan penolong, alat dan pasien. Tindakan kurete
molahidatidosa dikerjakan dengan indikasi
Prosedur 1. Persiapan Operasi
Pengosongan rectum (klisma/kolon cepat)
Pencukuran daerah opersi dilakukan di instalasi obgin
2. Pemasangan infus dan kateter dikamar pembedahan
3. Tindakan anasthesi umum
4. Tindakan pembedahan berlangsung kurang lebih ½ - 1 jam
5. Selesai pembedahan penderita dirawat di ruang recovery
selama 24 jam dan setelah stabil dipindahkan ke ruang rawat
inap atau diperlukan ICU atas pertimbangan dokter anasthesi
dan dokter pembedah
27
TINDAKAN PEMBEDAHAN
KURRETASE MOLAHIDATIDOSA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Kebutuhan personel :
1. 1 orang operator/pembedah : Spesialis obgin / chief residen
2. 1 orang asisten operator I : Bidan/ perawat mahir
3. 1 orang asisten operator II : Bidan/ perawat mahir
4. 1 orang dokter ahli anesthesia
5. 1 orang penata anasthesi
6. 1 orang penata instrument
7. 1 orang pembantu ruang operasi
Administrasi :
Informed consent (dokter memberikan informasi kepada pasien
dan pasien mengetahui dan menyutujui tindakan yang akan
dilakukan pada dirinya baik secara lisan maupun tertulis)
Sarana :
1. Ruang operasi
2. Peralatan anasthesi
3. Peralatan laparatomi lengkap
4. Peralatan Cauter
28
TINDAKAN PEMBEDAHAN
KURRETASE MOLAHIDATIDOSA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Obat dan alat habis pakai
1. Obat-obatan anasthesi umum
2. Oksigen
3. Darah 1500 ml
4. Cairan infus
Dekstrose 5% 2 kolf
Assering 2 kolf
Ringer laktat 2 kolf
NaCI 0,9% 2 kolf
5. Alat infus set
6. Jarum infus Venocat no. 21
7. Alat suntik
10 cc (3)
5 cc (3)
3 cc (3)
8. Kateter dan kantong urine
9. Obat anti septic (popidone, iodine)
29
TINDAKAN PEMBEDAHAN
KURRETASE MOLAHIDATIDOSA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 10. Benang jahit
Chromic catgut 3 pcs
Plain catgut 3 pcs
Vicryl 2 pcs
11. Sarung tangan steril 5 pasang
12. Kassa
Unit terkait 1. UPF Obstetri dan Ginekologi
2. Instalasi Bedah Sentral
3. Instalasi Anasthesi
4. Instalasi Penunjang Medis
30
TINDAKAN PEMBEDAHAN
REPAIR FISTEL
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Tindakan pembedahan dengan melakukan penutupan lubang
fistel
Tujuan Memberikan pelayanan tindakan pembedahan fistel pada pasien
pasien rawat inap secara efektif sesuai dengan indikasi untuk
evakuasi penutupan fistel
Kebijakan Segala persiapan ataupun tindakan yang dilakukan sebelum
operasi hendaknya dipersiapkan sebaik mungkin meliputi
persiapan penolong, alat dan pasien. Tindakan repair fistel
dikerjakan dengan indikasi dan dilakukan pada waktu yang telah
ditentukan
Prosedur 1. Persiapan Operasi
Pengosongan rectum (klisma/kolon cepat)
Pencukuran daerah opersi dilakukan di instalasi obgin
2. Pemasangan infus dan kateter dikamar pembedahan
3. Tindakan anasthesi umum
4. Tindakan pembedahan berlangsung kurang lebih ½ - 1 jam
5. Selesai pembedahan penderita dirawat di ruang recovery
selama 24 jam dan setelah stabil dipindahkan ke ruang rawat
inap atau diperlukan ICU atas pertimbangan dokter anasthesi
dan dokter pembedah
31
TINDAKAN PEMBEDAHAN
REPAIR FISTEL
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Kebutuhan personel :
1. 1 orang operator/pembedah : Spesialis obgin divisi
uroginekologi
2. 1 orang asisten operator I : Bidan/ perawat mahir
3. 1 orang asisten operator II : Bidan/ perawat mahir
4. 1 orang dokter ahli anesthesia
5. 1 orang penata anasthesi
6. 1 orang penata instrument
7. 1 orang pembantu ruang operasi
Administrasi :
Informed consent (dokter memberikan informasi kepada pasien
dan pasien mengetahui dan menyutujui tindakan yang akan
dilakukan pada dirinya baik secara lisan maupun tertulis)
Sarana :
1. Ruang operasi
2. Peralatan anasthesi
3. Peralatan repair fistel lengkap
32
TINDAKAN PEMBEDAHAN
REPAIR FISTEL
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Obat dan alat habis pakai
1. Obat-obatan anasthesi umum
2. Oksigen
3. Darah 1500 ml
4. Cairan infus
Dekstrose 5% 2 kolf
Assering 2 kolf
Ringer laktat 2 kolf
NaCI 0,9% 2 kolf
5. Alat infus set
6. Jarum infus Venocat no. 21
7. Alat suntik
10 cc (3)
5 cc (3)
3 cc (3)
8. Kateter dan kantong urine
9. Obat anti septic (popidone, iodine)
33
TINDAKAN PEMBEDAHAN
REPAIR FISTEL
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 10. Benang jahit
Chromic catgut 3 pcs
Plain catgut 3 pcs
Vicryl 2 pcs
11. Sarung tangan steril 5 pasang
12. Kassa
Unit terkait 1. UPF Obstetri dan Ginekologi
2. Instalasi Bedah Sentral
3. Instalasi Anasthesi
4. Instalasi Penunjang Medis
34
TINDAKAN PEMBEDAHAN
TUBEKTOMI (MINILAPARATOMI)
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Tindakan pembedahan dengan melakukan laparatomi dan insisi
dinding uterus untuk pengikatan / pemotongan tuba fallopi
Tujuan Memberikan pelayanan tindakan pembedahan tubektomi
(minilaparatomi) pada pasien pasien rawat inap secara efektif
sesuai dengan indikasi keluarga berencana
Kebijakan Segala persiapan ataupun tindakan yang dilakukan sebelum
operasi hendaknya dipersiapkan sebaik mungkin meliputi
persiapan penolong, alat dan pasien. Tindakan tubektomi
(minilaparatomi) dikerjakan dengan indikasi dan dilakukan pada
waktu yang telah ditentukan
Prosedur 1. Persiapan Operasi
Pengosongan rectum (klisma/kolon cepat)
Pencukuran daerah opersi dilakukan di instalasi obgin
2. Pemasangan infus dan kateter dikamar pembedahan
3. Tindakan anasthesi umum
4. Tindakan pembedahan berlangsung kurang lebih 1-1 ½ jam
35
TINDAKAN PEMBEDAHAN
TUBEKTOMI (MINILAPARATOMI)
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 5. Selesai pembedahan penderita dirawat di ruang recovery
selama 24 jam dan setelah stabil dipindahkan ke ruang rawat
inap atau diperlukan ICU atas pertimbangan dokter anasthesi
dan dokter pembedah
Kebutuhan personel :
1. 1 orang operator/pembedah : Spesialis obgin / chief residen
2. 1 orang asisten operator I : Bidan/ perawat mahir
3. 1 orang asisten operator II : Bidan/ perawat mahir
4. 1 orang dokter ahli anesthesia
5. 1 orang penata anasthesi
6. 1 orang penata instrument
7. 1 orang pembantu ruang operasi
Administrasi :
Informed consent (dokter memberikan informasi kepada pasien
dan pasien mengetahui dan menyutujui tindakan yang akan
dilakukan pada dirinya baik secara lisan maupun tertulis)
36
TINDAKAN PEMBEDAHAN
TUBEKTOMI (MINILAPARATOMI)
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Obat dan alat habis pakai
1. Obat-obatan anasthesi umum
2. Oksigen
3. Darah 1500 ml
4. Cairan infus
Dekstrose 5% 2 kolf
Assering 2 kolf
Ringer laktat 2 kolf
NaCI 0,9% 2 kolf
5. Alat infus set
6. Jarum infus Venocat no. 21
7. Alat suntik
10 cc (3)
5 cc (3)
3 cc (3)
8. Kateter dan kantong urine
9. Obat anti septic (popidone, iodine)
37
TINDAKAN PEMBEDAHAN
TUBEKTOMI (MINILAPARATOMI)
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 10. Benang jahit
Chromic catgut 3 pcs
Plain catgut 3 pcs
Vicryl 2 pcs
11. Sarung tangan steril 5 pasang
12. Kassa
Unit terkait 1. UPF Obstetri dan Ginekologi
2. Instalasi Bedah Sentral
3. Instalasi Anasthesi
4. Instalasi Penunjang Medis
38
TINDAKAN PEMBEDAHAN
LAPARASKOPI DIAGNOSTIK / OPERATIF
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Tindakan pembedahan dengan melakukan laparatomi dan insisi
dinding uterus untuk diagnose dan terapi
Tujuan Memberikan pelayanan tindakan pembedahan laparakopi
diagnostik pada pasien pasien rawat inap secara efektif sesuai
dengan indikasi untuk mengeluarkan ovarium
Kebijakan Segala persiapan ataupun tindakan yang dilakukan sebelum
operasi hendaknya dipersiapkan sebaik mungkin meliputi
persiapan penolong, alat dan pasien. Tindakan pembedahan
laparaskopi diagnostik / operatif dikerjakan dengan indikasi dan
dilakukan pada waktu yang telah ditentukan
Prosedur 1. Persiapan Operasi
Pengosongan rectum (klisma/kolon cepat)
Pencukuran daerah opersi dilakukan di instalasi obgin
2. Pemasangan infus dan kateter dikamar pembedahan
3. Tindakan anasthesi umum
4. Tindakan pembedahan berlangsung kurang lebih 1-1 ½ jam
5. Selesai pembedahan penderita dirawat di ruang recovery
selama 24 jam dan setelah stabil dipindahkan ke ruang rawat
inap atau diperlukan ICU atas pertimbangan dokter anasthesi
dan dokter pembedah
39
TINDAKAN PEMBEDAHAN
LAPARASKOPI DIAGNOSTIK / OPERATIF
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Kebutuhan personel :
1. 1 orang operator/pembedah : Spesialis obgin / chief residen
2. 1 orang asisten operator I : Bidan/ perawat mahir
3. 1 orang asisten operator II : Bidan/ perawat mahir
4. 1 orang dokter ahli anesthesia
5. 1 orang penata anasthesi
6. 1 orang penata instrument
7. 1 orang pembantu ruang operasi
Administrasi :
Informed consent (dokter memberikan informasi kepada pasien
dan pasien mengetahui dan menyutujui tindakan yang akan
dilakukan pada dirinya baik secara lisan maupun tertulis)
Sarana :
1. Ruang operasi
2. Peralatan anasthesi
3. Peralatan laparatomi lengkap
40
TINDAKAN PEMBEDAHAN
LAPARASKOPI DIAGNOSTIK / OPERATIF
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Obat dan alat habis pakai
1. Obat-obatan anasthesi umum
2. Oksigen
3. Darah 1500 ml
4. Cairan infus
Dekstrose 5% 2 kolf
Assering 2 kolf
Ringer laktat 2 kolf
NaCI 0,9% 2 kolf
5. Alat infus set
6. Jarum infus Venocat no. 21
7. Alat suntik
10 cc (3)
5 cc (3)
3 cc (3)
8. Kateter dan kantong urine
9. Obat anti septic (popidone, iodine)
41
TINDAKAN PEMBEDAHAN
LAPARASKOPI DIAGNOSTIK / OPERATIF
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 10. Benang jahit
Chromic catgut 3 pcs
Plain catgut 3 pcs
Vicryl 2 pcs
11. Sarung tangan steril 5 pasang
12. Kassa
Unit terkait 1. UPF Obstetri dan Ginekologi
2. Instalasi Bedah Sentral
3. Instalasi Anasthesi
4. Instalasi Penunjang Medis
42
TINDAKAN PEMBEDAHAN
KISTA TERPUNTIR
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Tindakan pembedahan dengan melakukan laparatomi dan insisi
dinding abdomen untuk mengeluarkan kista pada ovarium yang
terpuntir
Tujuan Memberikan pelayanan tindakan pembedahan salfingooforektomi
pada pasien pasien rawat inap secara efektif maupun darurat
sesuai dengan indikasi untuk mengeluarkan ovarium
Kebijakan Segala persiapan ataupun tindakan yang dilakukan sebelum
operasi hendaknya dipersiapkan sebaik mungkin meliputi
persiapan penolong, alat dan pasien. Pembedahan pada kista
terpuntir dikerjakan dengan indikasi
Prosedur 1. Persiapan Operasi
Pengosongan rectum (klisma/kolon cepat)
Pencukuran daerah opersi dilakukan di instalasi obgin
2. Pemasangan infus dan kateter dikamar pembedahan
3. Tindakan anasthesi umum
4. Tindakan pembedahan berlangsung kurang lebih 1-1 ½ jam
43
TINDAKAN PEMBEDAHAN
KISTA TERPUNTIR
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 5. Selesai pembedahan penderita dirawat di ruang recovery
selama 24 jam dan setelah stabil dipindahkan ke ruang rawat
inap atau diperlukan ICU atas pertimbangan dokter anasthesi
dan dokter pembedah
Kebutuhan personel :
1. 1 orang operator/pembedah : Spesialis obgin / chief residen
2. 1 orang asisten operator I : Bidan/ perawat mahir
3. 1 orang asisten operator II : Bidan/ perawat mahir
4. 1 orang dokter ahli anesthesia
5. 1 orang penata anasthesi
6. 1 orang penata instrument
7. 1 orang pembantu ruang operasi
Administrasi :
Informed consent (dokter memberikan informasi kepada pasien
dan pasien mengetahui dan menyutujui tindakan yang akan
dilakukan pada dirinya baik secara lisan maupun tertulis)
44
TINDAKAN PEMBEDAHAN
KISTA TERPUNTIR
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Sarana :
1. Ruang operasi
2. Peralatan anasthesi
3. Peralatan laparatomi lengkap
45
TINDAKAN PEMBEDAHAN
LAPARASKOPI DIAGNOSTIK / OPERATIF
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 8. Kateter dan kantong urine
9. Obat anti septic (popidone, iodine)
10. Benang jahit
Chromic catgut 3 pcs
Plain catgut 3 pcs
Vicryl 2 pcs
11. Sarung tangan steril 5 pasang
12. Kassa
Unit terkait 1. UPF Obstetri dan Ginekologi
2. Instalasi Bedah Sentral
3. Instalasi Anasthesi
4. Instalasi Penunjang Medis
46
TINDAKAN POST OPERASI OBSTETRI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Tindakan dengan melakukan perawatan pasien dengan tindakan
operasi obstetric
Tujuan Memberikan pelayanan tindakan perawatan setelah operasi
obstetric pada pasien pasien rawat inap ataupun rawat darurat
secara efektif maupun darurat sesuai dengan indikasi obstetri
Kebijakan Tindakan perawatan yang deiberikan setelah operasi merupakan
suatu rangakaian penting dalam peraewatan pasien pasien di
bidang obstetric terutama yang telah dilakukan tindakan operasi.
Tujuan utama perawatan post operasi adalah membuat kondisi
pasien stabil dalam pemulihan
Uraian Prosedur Kebutuhan personel :
1 orang bidan/perawat terlatih
Administrasi :
Informed consent (dokter memberikan informasi kepada pasien
dan pasien mengetahui dan menyutujui tindakan yang akan
dilakukan pada dirinya baik secara lisan maupun tertulis)
Sarana :
1. Ruang erawatan obstetri
2. Ruang ICU/ICCU
47
TINDAKAN POST OPERASI OBSTETRI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Obat dan alat habis pakai
1. Obat-obat perawatan luka operasi
2. Sarung tangan steril 4 pasang
3. Betadin
4. Kassa
Penatalaksanaan :
1. Melakukan perawatan luka operasi
2. Menilai komplikasi post operasi
3. Menilai perkembangan kesehatan pasien
Unit Terkait UPF Obstetri dan Ginekologi, ICU
48
TINDAKAN POST OPERASI GINEKOLOGI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Tindakan dengan melakukan perawatan pasien dengan tindakan
operasi ginekologi
Tujuan Memberikan pelayanan tindakan perawatan setelah operasi
ginekologi pada pasien pasien rawat inap ataupun rawat darurat
secara efektif maupun darurat sesuai dengan indikasi obstetri
Kebijakan Tindakan perawatan yang deiberikan setelah operasi merupakan
suatu rangakaian penting dalam peraewatan pasien pasien di
bidang ginekologi terutama yang telah dilakukan tindakan
operasi. Tujuan utama perawatan post operasi adalah membuat
kondisi pasien stabil dalam pemulihan
Uraian Prosedur Kebutuhan personel :
1 orang bidan/perawat terlatih
Administrasi :
Informed consent (dokter memberikan informasi kepada pasien
dan pasien mengetahui dan menyutujui tindakan yang akan
dilakukan pada dirinya baik secara lisan maupun tertulis)
Sarana :
1. Ruang perawatan obstetri
2. Ruang ICU / ICCU
49
TINDAKAN PEMBEDAHAN
KISTA TERPUNTIR
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Obat dan alat habis pakai
1. Obat-obat perawatan luka operasi
2. Sarung tangan steril 4 pasang
3. Betadin
4. Kassa
Penatalaksanaan :
1. Melakukan perawatan luka operasi
2. Menilai komplikasi post operasi
3. Menilai perkembangan kesehatan pasien
Unit Terkait UPF Obstetri dan Ginekologi, ICU
50
TEKNIK PELAKSANAAN SEKSIO SESAR
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Tindakan Seksio sesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan
janin melalui dinding utgerus/ abdomen pada kehamilan lebih dari
28 minggu
Tujuan Memberikan pelayanan tindakan pembedahan melalui sesio
sesarea pada pasien pasien rawat inap ataupun darurat secara
efektif maupun darurat sesuai dengan indikasi pengakhiran
persalinan atau kehamilannya
Kebijakan Persalinan terbaik adalah untuk fisiologis yaitu pervaginam, aman
dan bersih, tetapi bila gagal makadilanjutkan dengan persalinan
dengan tindakan yang salah satunya adalah operasi seksio sesar
yang dikerjakan oleh dokter ahl (SpOG) atau dokter setingkat
chief residen
Prosedur 1. Persiapan Operasi
Pasien telah dipasang infuse larutan RL/NaCL 0,9%, folley
kateter dan penampung urine
Daerah operasi dibersihkan dengan melakukan
pencukuran rambut dan tutp kassa alcohol
Dipastikan lagi KIE dan Informed concent
Mengganti pakaian operasi untuk pasien
Persiapan alat-alat seksio sesar yang steril
51
TEKNIK PELAKSANAAN SEKSIO SESAR
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Persiapan tim operasi sudah lengkap : operator, asisten
memakai pelindung plastik, masker, penutup kepala
Mencuci tangan dengan antiseptic dan selanjutnya
memakai jas operasi steril dan sarung tangan steril
Alat-alat yang dipersiapkan
1. Kain/ duk steril, pakaian steril, operator, asisten, instrument
dan penerima bayi
2. Klem untuk duk : 6 buah
3. Pisau bedah : 1 buah
4. Arteri klem : 6 buah
5. Hak bergigi : 1 buah
6. Hak rectraktor abdomen : 2 buah
7. Klem mikuliks : 4 buah
8. Kass abdomen : 2 rol
9. Gunting tajam : 2 buah
10. Pemegang jarum (panjang & pendek) : 2 buah
11. Jarum (tajam & tumpul) : 1 set
12. Klem kromp : 4 buah
13. Alat isap dan kanula : 1 set
52
TEKNIK PELAKSANAAN SEKSIO SESAR
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 14. Spluit steril dan obat-obatan methegin, oksitosin, betadin,
alcohol, kassa steril
53
TEKNIK PELAKSANAAN SEKSIO SESAR
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 7. Setelah rongga uterus terbuka, kantung ketuban dipecahkan
dan bagian terendah anak diluksir dan dikeluarkan dengan
bantuan dorongan fundus uteri oleh asisten sampai anak lahir.
8. Tali pusat di klem segera dan dipotong. Jalan nafas
dibersihkan dan diserahkan pada tim neonatus
9. Plasenta dilahirkan secara manual dan diyakinkan lengap dan
bersih
10. Sumber perdarahan diklem, pemberian uterotonika atas
indikasi
11. Luka dinding uterus dijahit lapis demi lapis
Lapis I : dijahit jelujur endometrium dan mometrium
dengan kromik cat-cut
Lapis II : dijahit jelujur pada miometrium dengan kromik
cat-gut
Lapisan III : dilakukan retroperitonealisasi plika
vesikounterina dengan pkain cat-gut
12. Setelah diyakini tidak ada perdarahan dan dilakukan
eksplorasi pada kedua adneksa, kassa steril dikeluarkan
sambil meraba fundus uteri agar berkontraksi
54
TEKNIK PELAKSANAAN SEKSIO SESAR
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 13. Dinding perut dijahit lapis demi lapis, mengoles luka dengan
cairan antiseptic dan ditutup dengan kassa steril
Unit terkait UPF Obstetri dan Ginekologi, Anak, Anasthesi, Instalasi Bedah
Sentral
55
TINDAKAN PEMBEDAHAN BEDAH MIKRO
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Tindakan pembedahan dengan melakukan laparatomi dan insisi
dinding abdomen anastome tuba
Tujuan Memberikan pelayanan tindakan pembedahan bedah mikro pada
pasien pasien rawat inap secara efektif sesuai dengan indikasi
untuk memperbaiki fungsi tuba fallopi
Kebijakan Segala persiapan ataupun tindakan yang dilakukan sebelum
operasi hendaknya dipersiapkan sebaik mungkin meliputi
persiapan penolong, alat dan pasien. Pembedahan pada bedah
mikro dikerjakan dengan indikasi
Prosedur 1. Persiapan Operasi
Pengosongan rectum (klisma/kolon cepat)
Pencukuran daerah opersi dilakukan di instalasi obgin
2. Pemasangan infus dan kateter dikamar pembedahan
3. Tindakan anasthesi umum
4. Tindakan pembedahan berlangsung kurang lebih 1-1 ½ jam
5. Selesai pembedahan penderita dirawat di ruang recovery
selama 24 jam dan setelah stabil dipindahkan ke ruang rawat
inap atau diperlukan ICU atas pertimbangan dokter anasthesi
dan dokter pembedah
56
TINDAKAN PEMBEDAHAN BEDAH MIKRO
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Kebutuhan personel :
1. 1 orang operator/pembedah : Spesialis obgin divisi infertilitas
2. 1 orang asisten operator I : Bidan/ perawat mahir
3. 1 orang asisten operator II : Bidan/ perawat mahir
4. 1 orang dokter ahli anesthesia
5. 1 orang penata anasthesi
6. 1 orang penata instrument
7. 1 orang pembantu ruang operasi
Administrasi :
Informed consent (dokter memberikan informasi kepada pasien
dan pasien mengetahui dan menyutujui tindakan yang akan
dilakukan pada dirinya baik secara lisan maupun tertulis)
Sarana :
1. Ruang operasi
2. Peralatan anasthesi
3. Peralatan laparatomi lengkap dan microsurgery
4. Loop dan mikroskop
57
TINDAKAN PEMBEDAHAN BEDAH MIKRO
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Obat dan alat habis pakai
1. Obat-obatan anasthesi umum
2. Oksigen
3. Darah 1500 ml
4. Cairan infus
Dekstrose 5% 2 kolf
Assering 2 kolf
Ringer laktat 2 kolf
NaCI 0,9% 2 kolf
5. Alat infus set
6. Jarum infus Venocat no. 21
7. Alat suntik
10 cc (3)
5 cc (3)
3 cc (3)
8. Kateter dan kantong urine
9. Obat anti septic (popidone, iodine)
58
TINDAKAN PEMBEDAHAN BEDAH MIKRO
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 10. Benang jahit
Chromic catgut 3 pcs
Plain catgut 3 pcs
Vicryl 2 pcs
11. Sarung tangan steril 5 pasang
12. Kassa
Unit terkait 1. UPF Obstetri dan Ginekologi
2. Instalasi Bedah Sentral
3. Instalasi Anasthesi
59
RAWAT JALAN ENDOKRIN
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Melakukan pemeriksaan seluruh pasien infertile dan
endokrinologi
Tujuan Memberiakomodasi / fasilitas dan perawatan medis yang lebih
intensif pada pasien dengan perdarahan abnormal dari uterus
tanpa kelainan organic
Kebijakan 1. Menerima pasien yang sudah diseleksi di bagian rawat jalan,
ginekologi
2. Ada pasienrawat jalan dengan keluhan perdarahan abnormal
dari uterus yang terjadi di dalam/di luar siklus haid tanpa
kelainan organic
Uraian Prosedur 1. Pasien membeli karcis rawat jalan ginekologi
2. Dibagian rawat jalan ginekologi dilakukan pemeriksaan untuk
menyingkirkan faktor organik
3. Selanjutnya pasien dikirim ke bagian rawat jalan endokrin
4. Dilakukan anamnesis dan pemeriksaan ulang
5. Dilakukan pemeriksaan darah lengkap, dilatasi dan kuretese
jika ada kontraindikasi, dan jika perlu diperiksa Lab. Hormonal
6. Disimpulkan jenis PUDnya, keadaan umum pasien, jika ada
anemia dilakukan tranfusi darah
60
TINDAKAN POST OPERASI OBSTETRI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 7. Diberi terapi hormonal sesuai dengan jenis PUDnya untuk
satu siklus haid
8. Kontrol ulang pada siklus berikutnya
Unit Terkait Instalasi rawat jalan dan loket
61
RAWAT JALAN OBSTETRI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Rawat jalan obstetri merupakan gerbang pertama dalam
penerimaan pasien pasien yang membutuhkan penatalaksanaan
dalam kehamilannya baik kehamilan normal maupun dengan
resiko
Tujuan 1. Memberikan fasilitas pelayanan medic yang baik dan benar
kepada pasien
2. Menyelenggarakan pemeriksaan dan perawatan kepada
pasien sedemikian rupa sehingga keadaan patologi yang ada
tidak membahayakan ibu dan kehamilan, tidak
membahayakan ibu dan anak pada saat persalinannya serta
tidak menghasilkan dampak yang buruk pada ibu dan anak
setelah dilahirkan
Kebijakan 1. Setiap pasien ibu hamil patologis diperiksa dan dirawat sesuai
dengan kasusnya
2. Memakai semua fasilitas yang dimiliki Uni Kebidanan untuk
memeriksa, memonitor dan mengevakuasi keadaan ibu hamil
tersebut
3. Melakukan koordinasi dan rujukan dengan unit klain pada
kasus yang memerlukan perawatan bersama
62
TINDAKAN POST OPERASI OBSTETRI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 1. Penerimaan
a. Setelah mendaftar dibagian pendaftaran, pasien dating
dibagian rawat jalan obstetri dengan membawa kartu rawat
jalan kebidanan
b. Pasien diterima oleh perawat rawat jalan kebidanan
2. Pelayanan
a. Paramedis
1. Memeriksa kelengkapan status/mengisi identitas
pasien
2. Menyiapkan tempat tidur pasien
3. Mengukur tinggi badan dan berat badan
4. Melakukan anamnesis
5. Siswa bidan dan perawat membantu tugas bidan
b. Dokter muda
1. Memeriksa ulang hamil pemeriksaan paramedis
2. Mengukur keadaan vital pasien
3. Memeriksa pasien dan berusaha mengenal
4. Keadanpatologis yang mungkin timbul pada pasien
tersebut
5. Melaporkan ke dokter rawat jalan obstetri patologi
63
TINDAKAN POST OPERASI OBSTETRI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur c. Dokter rawat jalan obstretic patologi
1. Memeriksa ulang hasil pemeriksaan parmedis, dokter
muda (koasisten)
2. Memeriksa kehamilan pasien tersebut
3. Menemukan dan mengevaluasi keadaan patologi
3. Bila diperlukan, menindaklanjuti hasil pemeriksaan dengan
tindakan lainnya seperti :
a. Konsul ke Subbagian Perinatologi untuk pemeriksaan USG
dan profil biofisik
b. Konsul ke unit lainya (penyakit dalam, radiologi, bedah,
gizi, kulit dan kelamin, dan lain-lain)
c. Memberikan pengobatan, nasehat dan petunjuk untuk
pasien rawat jalan
d. Mengirim ke kamar bersalin untuk pasien ynag perlu
segera dirawat
4. Registrasi
a. Mencatat pada buku registrasi untuk setiap pasien yang
telah diperiksa oleh dokter
b. Status pasien tersebut dikembalikan kebagian pendaftaran
Unit Terkait Kebidanan dan kandungan, loket, instalasi rawat jalan, dan
penunjang medis
64
RAWAT JALAN INFERTIL
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Rawat jalan infertile merupakan salah satu poliklinik yang
memberikan pelayanankepada pasangan suami istri yang
mempunyai permasalahan di bidang infertilitas
Tujuan 1. Memberikan fasilitas pelayanan medis rawat jalan kepada
pasangan suami istri (PASUTRI) yang ingin anak.
2. Melakukan pemeriksaan secara bertahap terhadap pasangan
tersebut, kemudian melakukan tindakan yang sesuai dengan
kesimpulan/diagnosis saat itu
3. Menggunakan fasilitas diagnostic dan terapetik yang ada di
RSUD Prof. Dr. Soekandar Kab. Mojokerto dan Lab. Di luar
RSUD Prof. Dr. Soekandar Kab. Mojokerto
4. Kerjasama/konsultasi dengan bagian terkait antara lain
Endokrinologi, Andrologi dan Penyakit Dalam
Kebijakan 4. PASUTRI datang dengan membawa kartu berobat poliklinik
yang diperolehdengan membeli karcis berobat jalan atau ada
urat rujukan Askes
5. Pemeriksaan pada kunjungan pertama harus dilakukan pada
PASUTRI supaya dokter dapat memberikan penjelasanm dan
pengertian tentang masalah penderita dan tahapan
pemeriksaan yang harus dilakukan dengan disiplin
65
RAWAT JALAN INFERTIL
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 1. Penderita datang membawa status dan karcis berobat/surat
rujukan Askes
2. Paramedis mencatat dalam buku kunjungan berobat jalan,
kemudian melakukan anamnesis dan melampirkan blangko
pemeriksaan analisis sperma, mikrokuret dan laboratorium
rutin (darah, urine, kimia)
3. Dokter malakukan anamnesis ulang / tambahan yang
diperlukan kemudian menjelaskan pokok permasalahan
PASUTRI dan rencana / tahapan pemeriksaan yang harus
dilakukan dengan disiplin halis yang diharapkan
4. Kesimpulan dari setiapkali kunjungan / pemeriksaan tersebut
dapat dilakukan tindakan tertentu atau dikonsultasi ke bagian
lain antara lain Endokrinologi, andrologi dan Penyakit Dalam
5. Pada PASUTRI yang berhasil mendapat kehamilan, control
selanjutnya tetap dirawat jalan ingin anak
Unit Terkait Kebidanan dan kandungan, andrologi, instalasi rawat jalan, loket,
dan penunjang medis
66
PKBRS RSUD Prof. Dr.SOEKANDAR
KABUPATEN MOJOKERTO
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Unit PKBRS memberikan pelayanan kepada semua ibu hamil
maupun yang telah melahirkan dalam pemeliharaan kesehatan
post partum maupun pemilihan alat kontrasepsi
Tujuan 1. Memberikan akomodasi / fasilitas dan pelayanan keluarga
berencana sebaik mungkin pada akseptro rawat jalan dan
rawat inap
2. Memberikan pelayanan keluarga berencana yang rasional
kepada akseptro rawat jalan dan rawat inap
Kebijakan 1. Pelayanan dilakukan atas kehendak peserta/ akseptor sendiri,
kiriman dari dokter bangsal obstetri dan ginekologi serta
membawa surat pengantar dari dokter paramedis
2. Adanya fasilitas yang tersedia
Uraian Prosedur 1. Penerima Akseptor KB
a. Akseptor membawa surat pengantar dari dokter bangsal,
dokter praktek, paramedis, atau datang sendiri
b. Petugas mencatat dalam buku register
1. Menyiapkan kartu status akseptor KB (K/IV) dan kartu
tanda akseptor (K/I)
67
PKBRS RSUD Prof. Dr.SOEKANDAR
KABUPATEN MOJOKERTO
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 2. Memberikan penjelasan kepada akseptor KB tentang
tata tertib dan kewajiban yang harus dipenuhi termasuk
cara pembayaran
3. Menyerahkan akseptor KB dan berkas kartu status
akseptor KB dan akrtu tanda akseptor kepada
paramedis bertugas
2. Pelayanan Calon Akseptor KB
a. Paramedis
1. Memeriksa kelengkapan berkas kartu status akseptor
KB dan kartu tanda akseptor serta kartu tubektomi
2. Memberikan informasi selengkapnya mengenai
berbagai pilihan kontrasepsi yang tersedia, baik ditinjau
dari segi medis teknis maupun segi non teknis
sehingga tidak menyesal kemudian
3. Mencatat identifikasi akseptor dan melakukan
anamnesis serta mengukur keadan vital ibu termasuk
haid terakhir dan berat badan
4. Memberikan informasi selengkapnya mengenai
berbagai pilihan kontrasepsi yang tersedia, baik ditinjau
dari segi medis teknis maupun non teknis
68
TEKNIK PELAKSANAAN SEKSIO SESAR
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 5. Mencatat identifikasi akseptor dan melakukan
anamnesis serta mengukur keadan vital ibu termasuk
haid terakhir dan berat badan
b. Dokter
1. Memeriksa ulang hasil pemeriksaan paramedis
2. Melakukan pemeriksaan fisik dan ginekologis,
laboratorium
3. Memberi motivasi pada akseptor KB dan menentukan
jenis kontrasepsi yang cocok
4. Melakukan konsultasi dengan senior
c. Koasisten
1. Bersama dengan paramedis melakukan anamnesis
dan pemeriksaan fisik
2. Bersama dengan paramedis memberikan informasi
tentang KB pada akseptor
3. Bersama dengan dokter, melakukan pemeriksaan fisik
dan ginekologis serta melakukan pemeriksaan
laboratorium
4. Bersama dengan dokter menentukan jenis kontrasepsi
yang cocok
69
PKBRS RSUD Prof. Dr.SOEKANDAR
KABUPATEN MOJOKERTO
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 3. Tindakan Pelayanan Kontrasepsi
a. Paramedis menyiapkan kondom, pil, obat suntikan, alat-
alat inplant, alat-alat AKDR, alat-alat dan obat untuk
tubektomi, alat-alat obat untuk laporoskopi diagnostis, alat-
alat dan obat-obat untuk hiteroskopi
b. Paramedis bersma koasisten memberikan kondom, pil,
alat suntikan
c. Paramedis bersama koasisten menyiapkan akseptor KB
untuk pasangan inplant, AKDR, serta untuk tubektomi,
hiteroskopi, LD
d. Dokter bersama koasisten melakukan pemasangan inplant
AKDR, serta melakukan tubektomi
e. Dokter bersama konsulen melakukan sterilisasi
laporoskopi
f. Dokter mengawasi akseptor setelah tindakan operatif di
bangsal pulih selama sedikitnya 2 jam
g. Dokter memberikan pengobatan dan tindakan terhadap
efek samping kontrasepsi
70
PKBRS RSUD Prof. Dr.SOEKANDAR
KABUPATEN MOJOKERTO
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur h. Paramedis mengembalikan akseptor KB dan memanggil
petugas bangsal untuk menjemput akseptor dari bangsal
i. Koasisten membuat laporan tubektomi sedangkan dokter
membuat laporan sterilisasi laporoskopi diagnostis, dan
histeroskopi
Unit terkait Kebidanan Dari Kandungan, Loket, Farmasi
71
RAWAT JALAN ONKOLOGI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Rawat jalan onkologi adalah poliklinik yang dipergunakan
melayani pasien onkologi ginekologi
Tujuan Memberikan pelayanan rawat jalan dan pengobatan serta
pemantauan pada kasus-kasus tertentu secara optimal sesuai
dengan kebutuhan
Kebijakan 1. Penderita yang dirawat jalan onkologi berasal dari :
a. Penderita rujukan dari luar dengan diagnosis kasus
onkologi/ kanker ginekologi
b. Penderita dari poliklinik ginekologi atau dari unit lain
dengan diagnosis kasus onkologi / kanker ginekologi
c. Penderita control setelah pengobatan kasus onkologi /
kanker ginekologi
d. Penderita control dan berobat jalan untuk kausus onkologi
tertentu
e. Penderita rujukan dari luar atau dari poliklinik ginekologi
untuk diambil bahan sediaan untuk pemerikaan sitologi
2. Tersedianya fasilitas ruang periksa dan alat-alat sesuai
dengan kebutuhan
72
RAWAT JALAN ONKOLOGI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 1. Penerimaan penderita rawat jalan
a. Penderita mendaftarkan diri ke loket sentral rawat jalan
atau ke loket pengendalian ASKES serta mengambil
berkas catatan mediknya dan menyerahkan kepada
petugas pendaftaran di poliklinik onkologi
b. Petugas pencatatan menyerahkan penderita beserta
berkas catatan mediknya kepada paramedis untuk
dilakukan anamnesis pendahuluan tanda vital
2. Pelayanan rawat jalan
a. Paramedis
1. Memeriksa kelengkapan berkas catatan medik
penderita
Melakukan anamnesis pendahuluan dan memeriksa
tanda vital penderita serta mencatatnya ke dalam
berkas catatan medis
2. Mempersiapkan penderita diatas meja periksa dan
mempersiapkan alat-alat serta bahan pemeriksaan
73
RAWAT JALAN ONKOLOGI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur d. Dokter poliklinik
1. Melakukan anamnesis tambahan apabila diperlukan
2. Melakukan pemeriksaan mulai dari pemeriksaan
keadaan umum penderita, fisik dan ginekologi serta
kemajuan pengobatan
3. Membuat diagnosis kerja dan memberikan pengobatan
4. Melaporkan dan mengkonsultasikan kasus-kasus baru
dan tertentu kepada konsulen onkologi
5. Melakukan tindakan khusus kasus-kasus tertentu atau
persetujuan konsulen onkologi
6. Melakukan tindakan pengambilan bahan untuk
pemeriksaan sitologi
7. Membuat permohonan untuk rawat inap kepada dokter
kamar tindakan ginekologi untuk disetujui konsultan
onkologi
Unit Terkait Kebidanan dan kandungan, loket, instalasi rawat jalan, dan
penunjang medis
74
RAWAT JALAN GINEKOLOGI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Rawat jalan ginekologi adalah poliklinik yang dipergunakan
melayani pasien ginekologi
Tujuan Memberikan pelayanan rawat jalan dan pengobatan serta
pemantauan pada kasus-kasus tertentu secara optimal sesuai
dengan kebutuhan
Kebijakan 1. Adanya surat pengantar dari dokter/bidan praktek swasta
untuk ditindaklanjuti dirawat jalan ginekologi, atau penderita
yang langsung datang ke rawat jalan ginekologi
2. Adanya alat-alat di ruang periksa yang memadai
Uraian Prosedur 1. Penerimaan pasien baru
a. Penderita baru datang ke tempat pendaftaran penderita
baru dirawat jalan obgin untuk registrasi identitas pasien
b. Petugas pendaftaran memilih catatan medik yang
diperlukan
1. Melakukan anamnesis pendahuluan
2. Mengantar penderita ke ruang rawat jalan ginekologi
3. Menyerahkan penderita memilih cataan medik kepada
paramedik di ruang rawat jalan ginekologi
75
RAWAT JALAN GINEKOLOGI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 2. Pelayanan penderita di ruang rawat jalan ginekologi
a. Paramedis
1. Memeriksa kelengkapan catatan medik penderita
2. Menyiapkan alat-alat untuk pemeriksaan
3. Menyiapkan penderita di tempat penderita
4. Menemani dokter pada saat pemeriksaan
b. Dokter Poliklinik
1. Mengadakan anamnesia tambahan bila diperlukan
2. Mengadakan pemeriksaan dan menegakkan diagnosis
dan mencatata kedalam catatan medic
3. Bila perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti
laboratorium, uSG, Konsul ke bagian lain, dll
4. Kasus-kasus sulit dan persiiapan operasi dikonsulkan
ke konsulen rawat jalan
5. Memberikan terapi atau mengirim pasien ke kamar
ginekologi untuk perawatan selanjutnya
76
RAWAT JALAN GINEKOLOGI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Administrasi :
Informed consent (dokter memberikan informasi kepada pasien
dan pasien mengetahui dan menyutujui tindakan yang akan
dilakukan pada dirinya baik secara lisan maupun tertulis)
77
PELAYANAN PERDARAHAN POST PARTUM
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Perdarahan > 500 ml dalam 24 jam setelah anak lahir
Tujuan Memberikan pelayanan dan perawatan medis secepat mungkin
pada penderita perdarahan post partum
Kebijakan 1. Perdarahan post partum dini (early psot partum hemorhage)
yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama sesudah
lahir
2. Perdarahan masa nifas (late post partum hemorhage) yaitu
perdarahan terjadi pada masa nifas (puerperim) tidak
termasuk 24 jam pertama setelah bayi lahir.
Uraian Prosedur Prinsip penatalaksanaan
1. Hentikan pendarahan
2. Cegah / atas syok
Ganti darah yang hilang / tranfuse atau diberi infuse cairan
NaCI/RL, Plasma Ekspander, Dextan-1
Atonia
1. Massae uterus + pemberian uteroktorikka : infuse
pitosin 10 iu, 100 iu dalam 500 ml D 5%, 1 ampul
ergometrin I.V, pat diulang 4 jam kemudian, suntikan
Prostagladin.
2. Kompresi bimanual
78
PELAYANAN PERDARAHAN POST PARTUM
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 3. Tampon uterovaginal secara lege artis, tampon
diingatkan 24 jam kemudian
4. Tindakan operatif
Ligasi arteri uterine
Ligasi arteri hipogastrika
Histerektomi
Catatan : 1) dan 2) untuk yang masih ingin anak, tindakan yang
bersifat sementara untuk mengurangi perdarahan menunggu
tindakan operatif dapat dilakukan metode Henkei (menjepit
cabang arteri uterine melalui vagina, kiri dan kanan) atau
kompresi aorta abdominalis
Retensio plasenta / sisa plasenta
Retensio plasenta tanpa perdarahan masih dapat
menunggu. Sementara itu kandung kemih dikosongkan,
masase uterus dan suntikan oksitosin (I.V atau I.M atau
melalui infus) dan boleh dicoba Perasat Crede secara lege
artis.
79
PELAYANAN PERDARAHAN POST PARTUM
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Jika tidak berhasil dilakukan manual plasenta dilakukan
kuretase dengan kuret tumpul ukuran besar bersamaan
dengan suntikan oksitosin.
Manual plasenta segera dilakukan bila :
1) Perdarahan Kala III > 20000 ml
2) Penderita dalam narkose
3) Riwayat perdrahan post partum habitualis
4) Tali pusat putus
Robekan / laserasi jalan lahir segera dilakukan reparasi,
robekan dilihat secara “avue” dengan speculum, dan dijahit
dengan cermat.
Gangguan pembekuan darah diberi pengobatan yang sesuai
seperti vitamin K, Kalsium, Tranaxamic Acid dan sebagai
berikut. Pada hipofibrinogemia atau “fresh frozen plasma”
control DIC dengan Heparin
Unit Terkait Bagian Kebidanan dan Kandungan, Penyakit Dalam, Unit
Pelayanan Darah
80
PELAYANANJANIN MATI DALAM RAHIM
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Kematian janin dalam rahim yang beratnya lebih dari atau sama
dengan 500 gram atau umur kehamilan lebih dari atau sama
dengan 20 minggu
Tujuan Memberikan pelayanan dan perawatan pasien dengan janin
mati dalam rahim
Memberikan fasilitas perawatan fasilitas medis yang memadai
dan cepat pada pasien dengan janin mati dalam rahim
Mengetahui keluhan-keluhan dari ibu hamil dengan janin mati
dalam rahim seperti tidak merasakan gerakan anak, perut
terasa mengecil dan payudara mengecil
Kebijakan Terminasi dalam kehamilan dengan janin mati dalam rahim lebih
diutamakan pervaginam,kecuali ada hal-hal yang menyebabkan
terdapatnya kontra indikasi untuk persalinan pervaginam maka
dilahirkan dengan tindakan seksio besar
Diagnosis 1. Tanda Subyektif
Uterus (perut) mengecil
Gerakan janin tak terasa lagi
Hilangnya gejala-gejala kehamilan
81
PELAYANANJANIN MATI DALAM RAHIM
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 2. Tanda Obyektif
a. Denyut jantung janin (-)
b. Kadang-kadang terabakrepitasi uterus (adanya timbunan
udara dalam tubuh janin)
c. Pemeriksaan
1. USG
a. DJJ (-)
b. Gerakan Janin (-)
c. Tulang-tulang janin letaknya tidak teratur/tegas
2. Rontgen
a. Tanda spalding-horner :tulang tengkorak tumpang
tindih oleh karena isi tengkorak mencair dan
periostium melunak
b. Tanda Noujoks : Kurvatura/ singulasi yang
berkelebihan dari tulang belakang janin
c. Tanda Gerhard : Hiperekstensi kepala janin
d. Tanda Holm : Akumulasi gas dalam posisi tubuh
janin
e. Disintegrasi tulang janin bila posisi ibu berdiri
82
PELAYANAN JANIN MATI DALAM RAHIM
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Pemasangan lamaria selama 6-12 jam dilakukan oleh dokter
jaga pada malam hari sebelum kuretase
Ripening yang dilanjutkan dengan drip bertingkat, yaitu
pemberian estradiol 2x20 mg selama 3 hari, dilanjutkan
dengan drip bertingkat 20x30 tetes dengan ringer laktat atau
dektrose 5% yang diisi dengan syntosinon 10 unit, pada
karnalis servikalis, 30 cc dan diberi beban sebanyak ½ kg
Tugas Dokter
o Melakukan pemasangan laminaria pada malam hari sebelum
pelaksanaan kuretase
o Memberikan instruksi untuk drip bertingkat
o Melakukan kuretase dan mengirinkan bahan untuk
pemeriksaan patologi anatomi
o Memberikan pengobatan setelah kuret
Tugas Paramedis
1) Menyuntikkan estradional dan memasang infuse
2) Membawa penderita kekamar tindakan
3) Membawa penderita kembali ke kamarnya setelah selesai
tindakan
83
PELAYANAN JANIN MATI DALAM RAHIM
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Penatalaksanaan
Pasif
Bila tidak ditemukan kriteria penatalaksanaan aktif,m tunggu
2-4 minggu kemudian
Aktif
Indikasi bila terdapat 1 atau lebihkriteria :
Atas permntaan penderita
Janin sudah mati 2-4 minggu
Terdapat kelainan pembukaan darah
Inpartu
KU Jelek : Partus Kasep, Eklampsia, dll
Cara :
Belum Inpartu
KU Jelek Perbaiki KU Induksi persalinan dengan
tetes pitosin atau prostaglandin
Kubaik pematangan serviks induksi pematangan
serviks
Estadiol Benzoat selama 3 hari x 30 mg/hari im atau 1x50
mg/hari im Prostaglandin
84
PELAYANAN JANIN MATI DALAM RAHIM
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Inpartu
Kala I
KU Jelek perbaiki KU gagal, SC
KU baik kalau ada indikasi lakukan akselerasi gagal, SC
Kala II
KU Jelek perbaiki KU dipercepat dengan tindakan
Preskep/presbo, sesuai dengan syarat yang dipenuhi gagal
embriotomi
KU baik pimpin persalinan gagal, tindakan sesuai
dengan syaratyang dipenuhi gagal, embriotomi
Tindak lanjut :
Sebelum lahir
Dirawat di rumah sakit dengan pemeriksaan laboratorium
a. Darah rutin, CT, BT, Trombosit, COT
b. Urine rutin
c. Persiapan transfuse darah
85
PELAYANAN JANIN MATI DALAM RAHIM
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Setelah lahir
Control poliklinik untuk mencari penyebab, dilakukan
pemeriksaan laboratorium :
a. VDRL dan kultur urine
b. Rh/ABO inkompatibilitas
c. Toksoplasma
Unit Terkait Bagian Kebidanan dan Kandungan, Kamar Operasi
86
PELAYANAN LETAK SUNGSANG
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Letak sungsang adalah letak membujur dari janin di dalam rahim
dengan bokong pada bagian bawah.
Tergantung dari bagian janin yang mana yang terendah dapat
dibedakn :
Letak bokong (hanya yang teraba/frank breach presentation)
Letak bokong kaki
Sempurna (bokong dan kedua kaki teraba)
Tak sempurna (bokong dengan satu kaki teraba)
Letak Kaki (Semprna)
Letak lutut
Sempurna dan Tidak sempurna
Tujuan Memberikan pelayanan dan perawatan medis secepat
mungkin
Mencegah komplikasi lanjut
Kebijakan Persalinan dengan letak sungsang mempunyai morbiditas yang
lebih tinggi dibandingkan letak kepala terhadapbayi sehingga
membutuhkan suatu keterampilan dalam mengelolanya. Pilihan
awal adalah tetap pada persalinan diusahakan pervaginam. Jika
ada kontraindikasi maka diselesaikan dengan tindakan operatif
87
PELAYANAN LETAK SUNGSANG
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Kebijakan Pergerakan diagnosis letak sungsang
Pemeriksaan luar
Leopoid I : Kepala/ballotemen difundus
Leopad II : teraba punggung di satu sisi
Leopoid III & IV : bokong teraba di bagian bawah rahim
Pemeriksaan dalam
Teraba bokong, sacrum, anus, genetalia, tungkai, atau kaki janin.
Kadang-kadang sukar membedakan antara bokong dan muka,
terutama pada partus yang lama yang menyebabkan bokong
menjadi bengkak, atau antara kaki dan tangan
Kaki :
- Jari kaki lebih pendek dari telapak kaki
- Ujung jari-jari hampir satu garis lurus
- Terdapat tiga tonjolan tulang, kalkaneus, malleolus
medialis et laterilis
- Ibujari terdapat direnggangkan
- Telapak tak dapat diluruskan dan tidak dapat salaman
88
PELAYANAN LETAK SUNGSANG
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Kebijakan Tangan
- Jari tangan hampir sama panjang dengan telapaknya
- Ujung jari-jari tangan letak pada garis lengkung
- Terdapat ujung ulna dan radius
- Ibu jari dapat drenggangkan
- Telapak dapat diluruskan dan dapat salaman
Ultrasonografi
Diperlukan untuk :
- Konfirmasi letak janin apabila pemeriksaan fisik tidak jelas
- Menentukan letak plasenta
- Penentuan kemungkinan adanya cacat bawaan
Foto Rontgen
- Konfirmasi letak janin
- Menentukan habitus kepalajanin
Aukultasi
Terdengar denyut jantaung janin paling jelas pada keadaan
atas sekitar pusat
Uraian Prosedur Bidan/ siswa paramedis mempersiapkan pasien di tempat
tidur
89
PELAYANAN LETAK SUNGSANG
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Dokter jaga muda dan koasisten memeriksa tanda vital ibu,
his dan DJJ
Dokter menentukan tindakan/pengobatan/rencana yang akan
dilakukan terhadap pasien
Bidan melaksanakan instruksi dokter
Dokter melakukan pemeriksaan obstetric yaitu PL & VT
Dokter melakukan tindakan obstetri selanjutnya
Koasisten, bidan dan siwa bidan paramedis melakukan
persiapan sesuai instruktur dokter
Penatalaksanaan
Massa antenatal
Jika kehamilan 30-32 minggu dianjurkan KCP (Knee Chest
Position) dan dilakukan Ultrasonografi untuk mencari
kemungkinan kelainanletak plasenta (Plasenta Previa), cacat
bawaan atau kelainan bentuk rahim
Jika pemeriksaan USG tidak ditemukan kelainan maka dicoba
versi luar, primigravida pada kehamilan 32-34 minggu dan
multigravida pada 34-36 minggu, dengan caatan : tidak ada
kontra indikasi versi luar
90
PELAYANAN LETAK SUNGSANG
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Kontrol 1 minggu, jika terjadi reversion (versi luar gagal).
Maka dilakukan foto rontgen abdomen untuk mencari
kemungkinan adanya kelainan tentang panggul ibu atau
habitus janin.
Bila foto rontgen abdomen tidak ditemukan kelainan dapat
dilakukan versi luar sekali lagi
Masa persalinan
Pada kasus dimana versi luar berhasil, maka
penatalaksanaan persalinan seperti pada letak kepala
Pada kasus dimana versi luar gagal maka penatalaksanaan
persalinan lebih aktif.
Persalinan harus hati[hati karena dapat terjadi after coming
head. Anak harus lahir dalam waktu 8 menit sejak lahir
sebatas pusat dan dipakai skor zatuchani Andros
Pimpinan Persalinan
Pada letak sungsang terdapat 4 macam cara pertolongan
persalinan :
Pertolongan persalinan spontan (Bracht)
91
PELAYANAN LETAK SUNGSANG
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Ekstraksi partial : untuk melahirkan bahu bila persalinan
spontan tak berhasil :
Secara klasik
Secara mulier
Secara lovset
Ekstraksi total
Putaran paksi abnormal, jika oksiput tetap dibelakang,
kepala dilahrikan dengan cara Mouriceau-Smellie-Viet
terbaik atau cara Praha terbalik
Seksio sesar primer pada letak sungsang
Habitus kepala ekstensi
Panggul
Taksiran berat anak > 3500 pada primigravida, dan 4000 pada
multigravida
Bekas SS atau miomektomi
Primigravida dengan letak kaki
Primigravida tua
BOH
Unit Terkait Bagian Kebidanan dan Kandungan, Neonatologi, IBS
92
PELAYANAN LETAK LINTANG
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Suatu letak janin dengan sumbu lpanjang janin memotong tegak
lurus atau hampir tegak lurus terhadap sumbu ibu
Tujuan Memberikan fasilitas dan perawatan sebaik dan secepat
mungkin. Memberikan perawatan yang optimal sesuai dengan
kebutuhan terhadap penderita yang dirawat dengan kehamilan
letak lintang
Kebijakan Persalinan denganletak lintang dapat dilakukan pervaginam atau
perabdominan tergantung mana syarat terpenuhi untuk kedua
jenis tindakan tersebut
Uraian Prosedur Penegakan diagnosis :
Pemeriksaan luar
Inspeksi : perut terlihat melebar kesmping, dengan :
Palpasi :
Leopold I adalah tinggi fundus utaeri lebih rendah
dibandingkan dengan umur kehamilan (dikonkrusi negatif)
Leopold II adalah teraba bokong atau kepala pada salah satu
sisi
Leopold III & IV adalah bagian terbawah kosong
Auskultasi : denyut jantung janin terdengar jelas sekitar
Pusat
93
PELAYANAN LETAK LINTANG
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Periksa dalam
a. Setelah ketuban pecah, pada pemeriksaan akan mudah-
mudah diraba.
b. Sisi dada : tulang iga sebagai garis-garis
c. Skalupa aatu akronim sebagai petunjuk, klavikula
d. Arah penutupan aksila menunjukkan posisi kepala
e. Kadang tangan kanan atau kiri menumbung ke dalam
vagina dan keluar dari vulva
Ultrasonografi dan radiologi
Hanya dilakukan apabila dengan pemeriksan dalam
ditemukan kesulitan
Penatalaksanaan :
Versi luar : hanya dilakukan bila tidak ada kontra indikasi,
sebaiknya dilakukan pada umur kehamilan diatas 32 minggu
seksio sesar : tindakan ini merupakan pertolongan utama
pada letak lintang
Versi ekstraksi : Pada gemali anak kedua, kalau ketuban baru
dipecahkan/baru pecah
94
PELAYANAN LETAK LINTANG
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Persalinan letak lintang kadang-kadang dapat berlangsung
pervaginam pada keadaan : anak kecil/anakmati secara :
evollusio spontanea atau kondup likasio korpase
Unit Terkait Bagian Kebidanan dan Kandungan, Neonatologi, Instalasi Bedah
Sentral
95
PELAYANAN PRETERM
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Persalinan pada usia kehamilanantara 22 dan 37 minggu
lengkap, atau antara 140 dan 259 hari dihitung dari hari pertama
haid terkakhir dengan ebrat badan janin kurang dari 2500 gram
Tujuan Memberikan pelayanan dan perawatan medis
Kebijakan Persalinan preterm membutuhkan perhatian yang khusus
mengingat berbagai macam komplikasinya terutamakom;likasi
yang ditimbulkan terhadapjaninnya
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah menegakkan
diagnosis preterm antara lain :
Kriteria diagnosis :
a. Usia gestasi 22-37 minggu
b. Dijumpai tanda-tanda persalinan
Gambaran laboratorium
a. Darah: darah tepi,kimia arah, ABO, inkompatibilitas, rhesus
factor
b. Urine : kultur urine (bakteri uri)
c. Pemeriksaan bacterial vaginosis
d. Pemeriksaan surpaktans (amniosentesis)
e. Pemeriksaan gas dan pH darah janin
96
PELAYANAN PRETERM
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Kebijakan Gambaran radiologi
a. Ultrasonografi : Usia getasi, besar janin, jumlah janin,aktifitas
biopisik, cacat bawaan, letak dan maturasi plasenta, volume
cairan amnion, kelainanutrus
b. Kardiotografi : kesejahteraan janin, frekuensi dan kekuatan
kontraksi
c. Pemeriksaan berkala dilatasi serviks
Uraian Prosedur 1. Kehamilan
Persalinan sedapat mungkin di cegah
Istirahat baring
Deteksi dan penanganan terhadap faktor resiko
Pemberianobat tokolitik
Golongan betamimetic
- Saibutamol (salbron, salbuven)
Perinfus : 20-50 ug/men,
Per oral : 4 mg, 2-4 kali/harimaintenance)
- Terbulatin (bricasma)
Per infus : 10-25 ug/men (maksimal 80 ug/men)
Subkutan : 250 ug/6 jam
Per oral : 5-7,5mg/8 jam (maintenance)
97
PELAYANAN PRETERM
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur - Magnesium sulfat
Parental : 4-6 g/v pemberian bolus selama 20:30 menit,
infus 2-4 g/jam (maintenance)efek samping, demam,
paru, lethargia, nyeri dada, depresi pernafasan (pada
ibu dan bayi)
Pemeriksaan kesejahteraan janin (USG, KTG, kontra
indikasi penundaan persalinan
Mutlak : gawat janin, koriomionitis, perdrahan
sntepartum yang banyak
Relatif :gestosis, diabetes militus, pertumbuhan janin
terlambat, pembukaan serviks lebih dari 4 macam
2. Persalinan
Janin presentasi kepala : pervaginam dengan episiotomi
lebardan perlindungan forceps terutamabayi > 35 minggu
indikasi seksio sesar :
Janin dengan peresentasi bokong
Taksiran janin < 1500 gram (kontroversi)
Gawat janin, bla syarat pervaginam tak dipenuhi
Infeksi intra partum
98
PROSEDUR PELAYANAN PRETERM
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Kontra indikasi persalinan pervaginam lainnya (letak
lintang, plasenta previa, dan lain)
Manifulasi bayi seminimal mungkin, incubator,
pemberian oksigen
Komplikasi Pada bayi :
a. Sidroma gawat nafas (RSD)
b. Perdarahan intra krinial
c. Terutama persalinan
d. Sepsis
e. Gangguan neurology
f. Kelainan konginetal (PDA)
Unit terkait Bagian Kebidanan dan Kandungan, Neonatologi
99
PELAYANAN INFEKSI INTRA PARTUM
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Infeksi yang terjadi dalam persalinan yang ditandai :
Kenaikan suhu > 380C
Air ketuban keruh kecoklatan dan berbau
Lekosit darah > 15.000 / mm3
Infeksi yangterjadi dapatmerupakan ke dari adanysainfeksi
Antepartum, yaitu berupa khorioamnionitis yang sebelumnya
mungkin asimptomatik
Tujuan Memberikan pelayanan dan perawatan medis secepat mungkin
pada penderita infeksi intrapartum
Kebijakan Diagnosis dari infeksi intrapartum dapat ditegakkan jika
memenuhi kriteria :
a. Biasanya ketuban sudah pecah
b. Suhu > 380C
c. Air ketubankeruh kecoklatan dan berbau
d. Darah tepi : lekosit > 15.000 / mm3
Uraian Prosedur Medikamentosa (Antibiotika)
Amplisina 3x1 gram / hari I.V atau
Penisilin Prokaline 2 x 2,4 juta iu / hari 1 M
Pada infeksi berat : polifragmasi
100
PELAYANAN INFEKSI INTRA PARTUM
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Obstetri :
Persalinan diusahakan pervaginam
Kala I dilakukan akselerasi persalinan dan kata II dipercepat
Seksio Sesar hanya dilakukan atas indikasi obstetric
misalnya kelainan letak, distosia, gawat janin. Bila seksio
sesar dilakukan, pasang drain intra peritoneal di depan plika
dan pada Cavum Douglasi. Bayi dapat dirwat gabung
Komplikasi :
Sepsis sampai dengan syok septic
Luka episiotomi/operasi terinfeksi, terbuka sampai terjadi
“Burat Abdomen”
Perdarahan kanan bayi
Perawat cuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan
tindakan
Buka popok bayi
Bersihkan daerah anus dan sekitarnya dengan kapas dan
air hangat sampai bersih
Perhatikan adanya kelainan warna, bau dan
konsistensinya
Unit terkait Bagian Kebidanan dan Kandungan, Neonatologi
101
PELAYANAN EXTRAKSI FORCEPS
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Ekstraksi forceps adalah suatu cara yang dilakukan untuk
mengakhiri suatu persalinan dengan menggunakan alat forceps
Tujuan Mengakhiri/ memperpendek kala II dengan tindakan forceps
Kebijakan Ekstraksi forceps dilakukan bila syarat-syarat untuk melakukan
tindakan tersebut dipenuhi
Uraian Prosedur Dokter jaga madya I / II membuat rencana dan disetujui oleh
dokter jaga utama
Bidan melakukan desinfeksi pada vulva dan sekitarnya serta
kandung kemih dikosongkan
Dokter jaga Madya I / II melakukan pemasangan forceps
setalah terlebih dahulu diminyaki
Dokter jaga muda / koasisten menjadi asisten pemegang
tangkai / gagang forceps
Episiotomi dilakukan sebelum ekstraksi dan terlebih dahulu
dianestesi local dengan lidokain 2%
Begitu kepala anak lahir forceps dilepaskan dengan membuka
kuncinya
102
PELAYANAN EXTRAKSI FORCEPS
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Dilanjutkan dengan memebrsihkan mulut, hidung, seterusnya
badan anak dilahirkan. Setelah tali pusat dipotong anak
diserahkan kepada dokter anak
Dokter anak menentukan apakah anakdirawat di unit
kebidanan atau di unit anak
Plasenta harus dilahrikan dalam waktu 10 – 15 menit tidak
boleh lebih ½ jam
Unit terkait Bagian Kebidanan dan Kandungan, Neonatologi
103
PELAYANAN EXTRAKSI VAKUM
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Ekstraksi vakum adalah suatu cara yang dilakukan untuk
mengakhiri suatu persalinan dengan menggunakan alat vakum
Tujuan Mengakhiri/ memperpendek kala II dengan tindakan vkum
Kebijakan Ekstraksi vakum dilakukan bila syarat-syarat untuk melakukan
tindakan tersebut dipenuhi
Uraian Prosedur Rencanadokter / instruksi dokter
Petugas (dokter, bidan koasisten, dokter anak)
Dokter melakukan Pemeriksaan untuk menentukan apakah
syarat ekstraksi vakum terpenuhi dan menentukan posisi janin
Dokter melakukan tindakan ekstraksi vakum, pada waktu
kepala anak telah lahir bidan melakukan pembersihan mulut
dan hidung. Seterusnya melahirkan seluruh badan / tubuh
bayi
Bidan / koasisten memotong tali pusat dan memisahkan anak
dari ibu dan selanjutnya diserahkan kepada dokter anak untuk
dirawat sebagaimana mestinya
Begitu anak lahir dan bidan menyuntikkan syntocinom 1 amp /
i.m
104
PELAYANAN EXTRAKSI VAKUM
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Dokter melahirkan plasenta
Bidan melakukan vulva toilet
Bidan / siswa membersihkan pasien dan tempat tidurnya
Kalau dilakukan episotomi, penjahitan luka dilakukan dokter/
koasiten sebelum dilakukan vulva toilet
Unit terkait Bagian Kebidanan dan Kandungan, Neonatologi
105
PELAYANAN PLASENTA PREVIA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Plasenta yang implantasi-nya abnormal, yaitu pada segmen
bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
ostium uteri interium
Tujuan 1. Memberikan pelayanan dan perawatan medis secepat
mungkin pada penderita plasenta previa
2. Mencegah perdarahan ulangan dan kompokasi lanjut
Kebijakan 1. Gejala klinis
a. Gejala utama plasenta previa adalah perdarahan tanpa
sebab, tanpa rasa nyeri dan biasanya berulang (painless,
recurrent bleeding), darahnya berwarna merah segar
b. Bagian terbawah janin tinggi (foating), sering dijumpai
kelainan letak janin
c. Perdarahanpertama (first bleeding) biasanya tidak banyak
dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam
sebelumnya, tetapi perdarahan berikutnya biasanya lebih
banyak.
d. Janinbiasanya masih baik
2. Inspekulo di kamar bersalin, darah keluar dari OUE
3. Ultrasonografi
106
PELAYANAN PLASENTA PREVIA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Kebijakan 4. Periksa dalam di atas meja operasi (PDMO), infuse atau
transfuse darah telah terpasang
a. Meraba forniks, apakah ada bantalan (pada presentasi
kepala)
b. Meraba plasenta pada ostium uteri interium
Uraian Prosedur 1. Bidan / siswa paramedis mempersiapkan pasien di tempat
tidur
2. Dokter jaga muda dan koasisten memeriksa tanda vital ibu
dan BB
3. Dokter menentukan tindakan/pengobatan/rencana yangakan
dilakukan terhadap pasien
4. Bidan melaksanakan instruksi dokter
5. Dokter melakukan pemeriksaan obstetri yiatu PL & inspekulo
6. Dokter melakukan tindakan obstetri selanjutnya : perawatan
ekspektatif, b, perawatan aktif
7. Koasisten, bidan dan siswa bidan paramedis melakukan
persiapan sesuai instruksi dokter
107
PELAYANAN PLASENTA PREVIA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Penatalaksanaan :
1. Ekspektatif :
Kriteria
a. Perdarahan sedikit, kara Hb > 8 g%
b. Keadaan umum baik
c. Usia kehamilan < 37 minggu
d. Janin hidup
e. Belum inpartu
Tindakan :
a. Tirah baring : mobilisasi bertahap
b. Steroid pada kehamilan < 32 minggu
12 mg/24 jam I.V / I.M 2 X
6 mg/12 jam I.V / I.M 4
c. USG Sekuensial
d. Profil biofisik
f. Amiosintesis : L/s ratio
108
PELAYANAN PLASENTA PREVIA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 2. Aktif
Kriteria
a. Perdarahan banyak, kadar Hb < 8 g%
b. Keadaan umum jelek dan syok
c. Inpartu
d. Usia kehamilan > 37 minggu atau TBJ > 2500 g
e. Janin mati
Tindakan :
a. Perbaiki keadaan umum : infus, atasi syok dan transfuse
darah
b. Bila keadaan umum jelek setelah syok teratasi, segera
seksio sesar, sedangkan bila keadaan umum baik PDMO
Tindakan lanjut :
1. Perawatan di rumah sakit sebelum melahirkan
2. Setelah melahirkan dilakukan konsultasi dengan bagian
Neurologi, Mata dan Penyakit Dalam
Unit terkait Kebidanan dan Kandungan, Penyakit Dalam, Mata, Neurologi,
ICU
109
PELAYANAN SOLUSIO PLASENTA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Suatu keadaandmana plasenta yang letaknya normallepas
sebelum janin lahir pada kehamilan trimester II (> 28 minggu)
Tujuan Memberikan pelayanan dan perawatan medis secepat mungkin
pada penderita solucio plasenta
Kebijakan Gambar klinis :
1. Perdarahan pervaginam antepartum disertai rasa nyeri perut
yang terus menerus, warna darah merah kehitaman
2. Uterus tegang seperti papan (uterus en bois, wooden womb)
3. Anemia / syok yang tidak sesuai dengan darah yang keluar
4. Bagian janin sukar diraba
5. Denyutjantung janin (+) (-)
6. Setelah lasenta lahir terdapat cekungan
Bagian
Prdarhn Kadar
Derajat Tegang Syok Janin yang
(ml) fibrinogen
lepas
Ringan < 200 (-) (-) Hidup 1/6 > 250
Sedang < 250 (-) Pre Gawat/ 1/6-2/3 120-250
syok mati
Berat < 200 Tetanik (-) Mati > 2/3 < 120
110
PELAYANAN SOLUSIO PLASENTA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Kebijakan Pemeriksaan :
1. Tanda vital
2. Darah lengkap
3. Urine lengkap
4. Kelainan pembekuan darah
a. COT (Clot Observation Test)
b. Jumlah trombosit
c. Waktu perdarahan
d. Waktu pembekuan
e. Kadar fibrinogen
5. Fungsi ginjal
a. Jumlah urine
b. Ureum / kreatinin
Prosedur 1. Bidan/siswa paramedis mempersiapkan pasien di tempat tidur
2. Dokter jaga muda dan koas memeriksa tanda vital, Hb, dan
COT
3. Dkter menentukan tindakan/pengobatan/rencana yang akan
dilakukan terhadap pasien
4. Bidan melaksanakan instruksi dokter
111
PELAYANAN SOLUSIO PLASENTA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 5. Dokter melakukan pemeriksaan obstetri
6. Dokter melakukan tindakan obstetric yang akan dilakukan
selanjutnya
a. Perawatan ekspektatif
b. Perawatan aktif
7. Koas, bidan melakukan persiapan sesuai dengan instruksi
dokter
Penatalaksanaan :
Aktif, kriteria :
a. Keadaan umum buruk
b. Usia gestasis > 37 minggu atau TBJ > 2500 gr
c. Solusio plasenta ringan / sedang / berat
Tindakan :
1. Perbaiki keadaan umum (sebaiknya jika berat pasang CVP)
112
PELAYANAN SOLUSIO PLASENTA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur a. Resultasi cairan / perbaiki hiprovolemik / atasi syok dan
anemia
1) Darah (kalau ada darah segar)
Mengatasi darah yang hilang 1000-2000 ml (2-4 gr
Fibrinogen)
Transfusi menurut Trocantins
TD < 500 mmHg : 20-40 ml/menit
TD 50-100 mmHg : 15-20 ml/menit
TD > 100 mmHg : 6 ml/menit
Lihat reaksi transfusepada 50 ml pertama pada setiap
botol darah.pada botol ke 3.6 dst diberikan Glukosa
Kalsikus 10 ml 10% I.V
2) Cairan
Jangan diberikan plasma expander karena akan terjadi
reaksi :
Fibrinogen + plasma expander Fibrinogen plasma
expander kompleks kadar fibrinogen akan menurun.
Berikan NaCI-fibrinogen,ringer, ringer laktat, dekstrose,
aminofusin
113
PELAYANAN SOLUSIO PLASENTA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 3) Kalau cairan / darah sudah cukup, masih juga syok :
berikan obat-obat yang akan membjuka mikrosirkulasi
alfa adrenergic blocking agent :
DBP : Dehydrobenzpridol : Dropperidol 2,5 mg (1
ml) / 500 ml cairan infus
Hydergin : 0.3 – 0.6 mg / 500 ml cairan infus 1
mg sudah cukup
Largactil : 5-10 mg/ 500ml cairan infuse 1 mg
sudah cukup
Dibernzyllin = Phenoxpenzamin : 0,5-1 mg/kgBB
4) Kortkositeroid
Cortisone acetate : vial 100 mg / 6 jam I.M
Dexamethason / Oradexon 20 mg/amp : 3-5
mg/kgBB I.V pelan-pelan 3-5 menit, ulangi tiap 2-6
jam
b. Mengatasi kelainan pembekuan darah
Periksa COT tiap jam sampai 4 jam pasca persalinan
1) Darah segar lihat 1.1
2) Fibrinogen 4 gr (6-10 gr) dilarutkan dalam dekstrose
5%
114
PELAYANAN SOLUSIO PLASENTA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 3) Trasylol 500.000 u selanjutnya 200.000 u
4) Transamin 10-50 ml (1 ml =- 25 mg) I.V / infus
Kelainan ginjal
Darah segar / RL untuk mempertahankan
Hematokrit > 30%
Dieresis > 1 ml/menit
Manitol, maksimal 200 gr/menit (1 botol = 500 ml
20% = 200 gr)
12.5 gr menitol (57 ml) infus 5 menit, kalau dieresis
> 60 ml/jam diteruskan sampai dieresis > 100
ml/jam)
Unit Terkait Kebidanan dan Kandungan, Unit Pelayanan Darah
115
PELAYANAN ASFIKSIA INTRA UTERI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Kekurangan oksigen dan penimbunan karbondioksida yang
menyebabkan asidosis inra uretin sebagai akibat gangguan
pertukaran gas melalui plasenta
Tujuan Memberikan pelayanan dan perawatan medis secepat mungkin
pada penderita asfiksia intra uterine
Kebijakan Kriteria diagnosis
1. Kehamilan resiko tinggi
2. Terjadi takikardia / bradikardia pada DJJ
3. Gerakan janin kurang dari 4 kali dalam 10 menit dengan alat
kardiotokografi
4. Pertumbuhan janin terhambat
5. Mekonium dalam air ketuban
Pemeriksaan Fetal Blood Sampling – Kardiotokografi
Pemeriksaan USG / Profil Biofisik
Memeriksa gerak / nafas janin, jumlah air ketuban
Uraian Prosedur Penerimaan penderita baru yang dirawat :
a. Pasien dengan membawa surat pengantar dari dokter
poliklinik yang sudah dilengkapi dengan hasil pemeriksaan
yang lengkap, lalu diperiksa dan dirawat di kamar bersalin
116
PELAYANAN ASFIKSIA INTRA UTERI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur b. Dokter kamar bersalin melakukan perawatan dan melakukan
pengakhiran kehamilan, bila dalam waktu ini keadaan pasien
tersebut tidak membaik
c. Penderita yang keadaannya membaik, dirawat/diindahkan ke
bangsal
d. Anak yang baru lahir dipindah rawatkan dengan dokter anak
e. Penderita disuruh control dipoliklinikterpadu setelah
dipulangkan
Penanganan :
1. Akut
a. Posisi ibu berbaring miring ke kiri (posisi yang lain), untuk
menghilangkan kompresi padavena cava inferior
b. Oksigen 6-7 liter/menit
c. Pemberian tokolisis, misalnya : Salbutamol 0.5 mg I.V.
atau Terbutalin Sulfat I.V
d. Infus Glukosa 5% / 10%
117
PELAYANAN ASFIKSIA INTRA UTERI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur e. Pengakhiran kehamilan :
Pervaginam, bila syarat-syarat dipenuhi dan telah
dicapai kala II
Seksio sesaria, apabila syarat persalinan pervaginam
belum dipenuhi atau membutuhkan waktu lebih dari 30
menit
2. Sub-akut / kronik
a. Pengobatan kausal dan memperbaiki perfusi uteroplasenta
b. Istirahat baring 12 jam/hari, miringkiri/kanan
c. Diet tinggi protein, dan disesuaikan dengan keadaan ibu,
rendah garam
d. Cairan parenteral untuk menambah kalori ibu
e. Tokolisi, dengan tujuan memperbaiki sirkulasi
uteroplasenta sepserti : Salbutamol, isoprinosin
f. Oksigen kalau perlu
118
PELAYANAN ASFIKSIA INTRA UTERI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Komplikasi Kematian janin di dalam rahim / di luar rahim
Tindak lanjut :
1. Perawatan di rumah sakit
2. Konsul poliklinik terpadu
Unit terkait Kebidanan dan Kandungan
119
PELAYANAN PARTUS KASEP
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Suatu keadaan fase akhir dari suatu persalinan yang tidak
mengalami kemajuan (kemacetan) dan berlangsung lama
sehingga menimbulkan komplikasi terhadap ibu, janin atau
keduanya
Tujuan Memberikan pelayanan dan perawatan medis secepat mungkin
pada penderita partus kasep
Kebijakan 1. Tanda-tandak kelelahan dan intake yang kurang
Dehidrasi : nadi cepat lemah
Meteorismus
Febris
His yanghilang atau melemah
2. Tanda-tanda infeksi :
Keluar air ketuban berwarna keruh, kehijauan dan berbau,
kadang-kadang bercampur mekonium
Suhu rectal > 380C
3. Tanda-tanda Ruptura Uteri
Perdarahan melalui ostium uteri eksternum
His yang hilang
Bagian anak mudah diraba
Robnekan dapat meluas sampai serviks dan vagina
120
PELAYANAN PARTUS KASEP
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Kebijakan 4. Tanda-tanda gawat janin
Air ketuban bercampur
Denyut janin melemah sampai hilang
Tidak teraba gerak anak
Prosedurq 1. Bidan / siswa menyiapkan pasien ditempat tidur
2. Dokter jaga muda dan koasisten memeriksa tanda vital ibu
3. Dokter menentukan tindakan/ pengobatan/ rencana yang
dilakukan
4. Bidan melaksanakan instruksi dokter
5. Dokter melakukan pemeriksaan obstetri
6. Dokter menentukan tindakna obstetri yang akan dilakukan
pada saat itu, apakah seksio sesar, forceps, ekstraski total
atau embriotomi. Sebelum tindakan dilakuan perbaikan
keadaan umumnya dahulu
7. Bidan menyiapkan peralatan dan mentiapkan pasien
Bidan/ siswa membawa pasien ke kamar operasi bila akan
dilakukan seksio sesar
8. Dokter melakukan tindakan obstetri (foeceps/ SC)
9. Dokter anak dan peralatannya telah disiapkan
121
PELAYANAN PARTUS KASEP
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 10. Bidan memindahkan pasien ke ruang pulih
11. Di bangsal dokter merawat pasien dan menjaga supaya tidak
terjadi komplikasi
Penatalaksanaan :
1. Memperbaiki keadaan umum
Puasa karena mungkin aan dilakukan tindakan dalam
narkose
Pasang kateter menetap
Biarkan oksigen
a. Pemberian cairan, kalori, dan elektrolit
Pasang transfusiset dengan cairan NS 500 ml dan
dektrose 5%, 10% dalam 1-2 jam pertama, selanjutnya
tergantung :
Produksi urin
BD plasma (bila dapat)
b. Koreksi keseimbangan asam basa (bila terdapat tanda
asidosis). Berikan Bikarbonas Natrikus 50 ml 7%.
Sebaiknya diukur kadar CO2 dan pH darah.
122
PELAYANAN PARTUS KASEP
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur c. Pemberantasan infeksi :
Antibiotika : Penisilin Prokain 2x2,4 juta iu I.M
Ampisilin 3 x 1 gram I.V
Metronidazole supp 2 x 1 gram
ATS 1500 I.U
Kortikosteroid 1-3 mg/kg BB :
Untuk syok septic dan Anti Stress
d. Penurun Panas
Kompres basah / alkohol
Antiseptik bila perlu
e. Koreksi kelainan psikis
- Sedatif : Sebaiknya Pethidin 50 mg / I.M
Mengurangi rasa nyeri
Memberikan istirahat
Menenangkan
- Kortikosteroid untuk mengurangi kelelahan psikis/
stress
- Dexamethason 4 mg 1 x saja
Kortikosteroid 1-3 mg/kgBB
123
PELAYANAN PARTUS KASEP
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 2. Pengakhiran kehamilan tergantung dari :
Sebab kemacetan
Jenis kehidupan / mati, sedapat mungkin pervaginam oleh
karena kalau perabdominam dapat menyebabkan infeksi
kerongkongan abdomen
3. Perawatan pasca persalinan
Mencegah indeksi
Mencegahfistulasi : pasangan kateter nomor 16/18
menetap selama lebih kurang 7-14 hari, kateter diganti 5
hari sekali. Sekali kateter lepas perhatian buang air
kecilnya
124
PELAYANAN PARTUS KASEP
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Komplikasi
1. Ibu
Infeksi sampai sepsis
Asidosis dan gangguan elektrolit
Dehidrasi, syok, kegagalan fungsi organ
Robekan jalan lahir
Fistula buli-buli, vaginam, rahim dan rectum
2. Anak
Gawat janin sampai meninggal
Lahir dengan asfiksia berat sehingga dapat menimbulkan
cacat otak menetap
Trauma persalinan : patah tulang dada, lengan, kaki,
kepala karena pertolongan
Unit Terkait Kebidanan dan Kandungan, Neonatologi, IBS
125
PELAYANAN RUPTURA UTERI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Suatu keadaan dimana terjadi robekan uterus oleh suatu hal
Tujuan Memberikan pelayanan dan perawatan medis secepat mungkin
pada penderita rupture uteri
Kebijakan Diagnosis :
1. Anamnesis
Adanya riwayat partus yang lama / macet
Adanya riwayat partus dengan manipulasi oleh penolong
2. Gambaran klinik
Keadaan umum penderita tidak baik, dapat terjadi syok
dan anemis
Pada pemeriksaan luar didapat : pendarahan pervaginam,
kontraksi uterus biasanya hilang, bagian janin mudah
diraba dibawah dinding perut ibu atau janin teraba
disamping uterus dan DJJ biasanya negatif
Terdapat tanda-tanda cairan bebas
Nyeri tekan perut terutama pada daerah robekan
Pada pemeriksaan dalam didapatkan : kepala atau bagian
terbawah janin dengan mudah dapat didorong ke atas, dan
ini disertai pengeluaran darah pervaginam yang agak
banyak
126
PELAYANAN RUPTURA UTERI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Kebijakan Kadang-kadang kita dapat meraba robekan pada dinding
rahim dan kalau jari tangan dapat melalui robekan tadi
maka dapat diraba ormentus, usus danbagian janin
Pada kateterisasi didapat urin berdarah
Uraian Prosedur 1. Bidan/siswa menyiapkan pasien di tempat tidur
2. Dokter jaga muda / koasisten memeriksa tanda vitalibu
3. Dokter menentukan tindakan/pengobatan/rencana yang akan
dilkukan
4. Bidan melaksanakan instruksi dokter
5. Dokter melakukan pemeriksaan obstetri
6. Dokter melakukan tindakan obstetri yaitu laparotomi dengan
memperbaiki keadaan umumnya dahulu
Penatalaksanaan :
1. Perbaikan keadaan umum
Atasi syok dengan pemberian cairan darah
Berikan antibiotika
Oksigen
127
PELAYANAN RUPTURA UTERI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 2. Laparotomi
a. Tindakan yang akan dilakukan tergantung banyak faktor
Jenis ruptura uteri
Jenis luka ruptura uteri
Umur dan jumlah anak
Kemampuan dan keterampilan penolong
b. Jenis tindakan
Histerektomi
Histerorafi
Komplikasi :
1. Ibu : Syok sampai kematian
2. Janin : Gawat janin sampai kematian janin
Unit Terkait Kebidanan dan kandungan, Instalasi Bedah Sentral, Neonatus
128
PERAWATAN PENDERITA DENGAN POSTTERM YANG
AKAN DITERMINASI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Perawatan penderita dengan postterm yanga akan diterminasi
merupakan kesatuan antara kesiapanpenderita dan keluarga dan
kesiapan penolong
Tujuan 1. Memberikan akomidasi / perawatan medis secepatnya pada
pasien rawat inap hamil postterm pada usia kehamilan lebih
atau sama dengan 42 minggu
2. Memberi pelayanan perawatan seoptimal mungkin sesuai
dengan kebutuhan terhadap pasien rawat inap yang akan
ditentukan penatalaksanaan persalinannya
Kebijakan 1. Pada dasarnya perawatan penderita dibangsal berasal dari
kamar bersalin atau poliklinik KRT
2. Dilakukan pemeriksaan penunjang untuk keperluan diagnostic
3. Adanya tempat tidur yang tersedia
Uraian Prosedur Macam peawatan : terminasi kehamilan melalui induksi
persalinan
1. Dokter
a. Mengadakan pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis
129
PERAWATAN PENDERITA DENGAN POSTTERM YANG
AKAN DITERMINASI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur b. Mengadakan visite tiap pagi untuk mengevaluasi tanda
vital ibu, gerakanjanin, pertambahan berat badan, dan
lingkaran perut, tanda inpartu, serta penilaian bishop score
c. Melaksanakan konsultasi berjenjang
d. Melakukan pemeriksaan penunjang USG (Usia Gestasi
Pemantauan cacat bawaan, keadaan kesejahteraan janin)
kardiografi, rentgen dan lab. Kadar estriol urine dan darah
Lab. Rutin serta sitologi vagina
2. Bidan
a. Melakukan instruksi dokter bangsal
b. Mengikuti visite dokter bangsal
c. Memeriksa kelengkapan berkas catatan medic pasien
d. Menyiapkan tempat tidur pasien
e. Memindahkan pasien pada tempat tidur yang telah
disiapkan
f. Koasisten
Mengikuti visite dokter bangsal, mempelajari pasien
mencatata TTD setiap hari dan mendiskusikannya
Wajib membantu dokter bangsal
130
PERAWATAN PENDERITA DENGAN POSTTERM YANG
AKAN DITERMINASI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Unit Terkait Kebidanan dan Kandungan
131
PELAYANAN RUJUKAN
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Pelayanan rujukan adalah pelayanan yang diberikankepada
pasien yang datang ke bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD
Prof. Dr. Soekandar Mojosari baik yang datang melalui IRD
(Instalasi Rawat Darurat) maupun poliklinik dengan membawa
surat rujukan dari Rumah Sakit lain, dokter, ataupun paramedis
(bidan)
Tujuan Memberikan fasilitas pelayanan medik kepada pasien yang
datang dengan membawa surat rujukan untuk menangani
keadaan sakit mereka sebelum tindaklanjut dari penanganan
yang telah diberikan sebelumnya
Kebijakan 1. Setiap pasien yang datang mendapatkan pelayanan yang
sesuai dengan keadaan sakit mereka
2. Memakai semua fasilitas yang dimiliki Unit Kebidanan dan
kandungan yang memeriksa, memonitor dan mengevaluasi
keadaan pasien terdapat keadaan patologis atau dengan
kamar bersalin bila ada pasien tersebut dalam keadaan
inpartu. Ataupun kamar operasi bila ternyata pasien
membutuhkan segera tindakan operatif
132
PELAYANAN RUJUKAN
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 1. Paramedis memperisapkan pasien di tempat tidur
2. Jika ditemukan keadaan darurat maka dokter paramedic
segera melakukantindakan untuk mengatasi keadaan tersebut
sampai kondisi pasien stabil. Bila keadaan telah stabil maka
dokter jaga muda melakukan anamnesa dan membaca
dengan seksama surat rujukan yang dibawa oleh pasien
3. Dokter jaga dan koasisten serta paramedis memeriksa tanda
vital ibu dan melakukan pemeriksaan laboratorium yang
dibutuhkan
4. Dokter menentukan tindakan/pengobatan/rencana yang akan
dilakukan terhadap pasien dan bila dibutuhkan dokter akan
melakukan konsultasi terlebih dahulu kepada konsulen jaga
pada saat itu untuk meminta saran tindakan yang akan
diambil
5. Paramedic melaksanakan instruksi dokter
6. Dokter melakukan pemeriksaan obstetri dan ginekologi yaitu
Pemeriksaan luar, inspekulo dan pemeriksaan dalam
133
PELAYANAN RUJUKAN
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 7. Dokter melakukan tindakna obstetric dan ginekologi
selanjutnya :
a. Perawatan ekspektatif
b. Perawatan aktif
c. Tindakan operatif
8. Jika surat rujukan datang dari konsulen kebidanan dan
kandungan maka dokter memberitahukan keadaan pasien
tersebut kepada konsulen yang mengirimkan pasien tersebut.
Bila dianggap perlu.
9. Jika akan dilakukan suatu tindakan terhadap pasien maka
terlebih dahulu dokter harus membuat inform concent yang
ditandatanganidokter, keluarga pasien dan saksi.
Unit Terkait Kebidanan dan Kandungan, medical record
134
PELAYANAN PERSALINAN NORMAL
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Partus normal adalah partus dimana keadaan ibu dan bayi
dilahirkan dalam keadan baik dan persalinan terjadi spontan
Tujuan 1. Melahirkan ibu dan bayi dalam keadaan sehat
2. Melahirkan bayi dengan kekuatan kontraksi uterus dan tenaga
mengedan ibu
3. Tidak ada komplikasi ibu, bayi
Kebijakan Prosedur tetap dan standar pelayanan medis
Uraian Prosedur 1. Melakukan Anamnesa
2. Melakukan pemeriksaan obstetri dasar dan penunjang
3. Mendiagnosis
4. Melakukan Penatalaksanaan
5. Melakukan pemantauankemajuan persalinan
Kala I :
Pasien dievaluasi menurut partograf WHO meliputi :
a. Keadaan ibu : tekanan darah, nadi pernapasan, suhu dan
urine
b. Kemajuan persalinan : kontraksi uterus, pembukaan,
penurunan dan molase
c. Keadaan janin : denyut jantung, air ketuban
d. Obat-obatan penunjang
135
PELAYANAN PERSALINAN NORMAL
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur KalaII :
a. Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu
Merupakanlangkah penting dalam asuhan ibu
Dalam penyusunan rencana asuhan harus berdasarkan
diagnose / masalah baik aktual maupun potensial
b. Mempertahankan kebersihan ibu
c. Mempersiapkan kelahiran bayi
d. Membimbing meeran pada waktu his
e. Melakukan pemantauan keadaan ibu dan denyut jantung janin
terus menerus
f. Melakukan amniotomi bila diperlukan
g. Melakukan episotomi jika diperlukan
h. Melahirkan kepala dengan benar
i. Melonggarkan atau melepaskan bila ada lilitan tali pusat pada
kepala dan badan bayi
j. Melahirkan bahu dan diikuti badan bayi
k. Nilai tanda-tanda kehidupan minimal 3 aspek yaitu adakah
usaha bernafas, denyut jantung, warna kulit
l. Klem / jepit tali pusat di dua tempat dan potong dengan
gunting steril / DDT
136
PELAYANAN PERSALINAN NORMAL
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur m. Menjaga kehangatan bayi
n. Merangsan pernapasan bayi bila diperlukan
Kala III :
Melaksanakan manajemen aktif kala III :
a. Melakukan masase uterus untuk menyakinkan tidak ada bayi
lain
b. Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin
c. Memberikan suntikanoksitosin 10 U im
Dapat diberikan ketika kelahiran bahu depan bayi, jika
petugas lebih darih satu dan dipastikan hanya ada bayi
tunggal
Dapat diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi jika
hanya ada seorang petugas dan hanya ada bayi tunggal
Oksitosin 10 U I M dapat diulangi setelah 15 menit jika
plasenta belum lahir
Jika oksitosin tidak tersedia, rangsangan putting payudara
ibu atau berikan ASI pada bayi guna menghasilkan
oksitosin alamiah
d. Melakukan peregangan tali pusat terkendali atau PTT
137
PELAYANAN PERSALINAN NORMAL
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur e. Setelah ada tanda-tanda pelepasan plasenta, plasenta
dilahirkan dengan Prasat Brand Andrew
f. Setelah kelahiran plasenta, lakukan masase fundus uteri
Kala IV :
Lanjutkan pemantauan kontraksi uterus, pengeluaran darah,
tanda-tanda bayi vital
Setiap 15menit selama 1 jam
Setiap 20-30 menit selama jam kedua
Unit terkait UPF Obgyn, UPF Anak, Instalasi Kebidanan
138
PELAYANAN PRE-EKLAMPSIA BERAT (PEB)
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Suatu kompokasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi > 160/110 mmHgdisertaiprotein urine dengan edema,
pada kehamilan 20 minggu atau lebih
Tujuan 1. Memberikan pelayanan dan perawatan medis secepat
mungkin pada penderita pre-eklampsia berat
2. Mencegah komplikasi lanjut
Kebijakan Pre-eklampsia beratbila terdapat satu atau lebih gejala / tanda
dibawah ini :
1. Tekanan darah systole > 160 mmHg diastole > 110mmHg
2. Protein urin > 5 g/24 jam atau kualitatif 4+ (++++)
3. Oliguria, jumlah produksi urine < 500 ml / 24 jam yang disertai
kenaikankadar kreatinindarah
4. Gangguan visus dan serebrai
5. Nyeriepigastrium
6. Edema paru dansianosis
7. Pertumbuhan janinintra uterine terhambat
8. Adanya Sindroma HELLP (H = Hemolysis,EL = Elevated Liver
enzymes, LP = Low Platelet count)
139
PELAYANAN PRE-EKLAMPSIA BERAT (PEB)
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Kebijakan Impending Eklampsia
Bila pre-eklampsia beratDENGAN gejala ini :
1. Gangguan visual
2. Muntah-muntah
3. Nyeri epigastrium
4. Tekanan darah naik secara progresif
Uraian prosedur 1. Anamnesis ulang keluhan hari ini
2. Pemeriksaanfisik umum dan tanda vital dari ibu serta menilai
indeks gestosis
3. Pemeriksaan obstetri
a. Tinggi fundus uteri
b. Denyut jantung janin
c. Taksiran martunitas janin
4. Melengkapi pemeriksaan lab yang belum diperiksa,
pemeriksaan lab biasanya mencakup
a. Urine rutin : - Protein
- Darah urine
- Glukosa
- Bilirubin
- Sedimen
140
PELAYANAN PRE-EKLAMPSIA BERAT (PEB)
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur b. Darah rutin : - Hemoglobin
- Leokosit
- Hematokrit
- Trombosit
- Waktu pembekuan / waktu perdarahan
c. Kimia darah : - Gula darah
- Protein, albumin / globulin
- Kolesterol
- Asam urat
- Bilibirun
- SGOT / SGPT
- Ureum
- Kretinin
5. Pemeriksaan ulang tersebut bila diperlukan
6. Pemeriksaan penunjang : USG, profil biofisik, setiap 3 hari
atau bla diperlukan. Konsul antar bagian bila diperlukan
141
PELAYANAN PRE-EKLAMPSIA BERAT (PEB)
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur 1. Perawatan Aktif
a. Indikasi
Bila didapatkan satu atau lebih keadaan ini :
1. Ibu :
a. Kehamilan > 37 minggu
b. Adanya tanda impleding eklampsia
c. Perawatan konservatif gagal
6 jam setelah pengobatan medisinal terjadi
kenaikan tekanan darah
24 jam setelah pengobatan medisinal gejala
tidak berubat
b. Pengobatan Medisinal
Segera rawat, Tirah baring miring ke satu sisi (kiri), infus
DS : RL = 2 : 1 (60-125 ml/jam), dan Antasida
142
PELAYANAN PRE-EKLAMPSIA BERAT (PEB)
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur 1) Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan
garam
2) Obat-obat anti kejang : sulfas magnesikus = SM =
MgSO4
a) Dosis awal 4 gr (20 ml 20%) I.V. pelan (1 g/ menit)
sebaiknya melalui karet infuse, dilanjutkan 8 gr (20
ml 40%) I.M : 4 gr bokong kanan & 4 gr bokong kiri
b) Dosis ulang tiap 6 jam diulang 4 gr (10 ml 40%) I.M
c) Syarat-syarat pemberian sulfas magnesikus :
i) Tersedia klasium glukosa 1 ggr = 10 ml (10%)
I.V pelan + 3 menit
j) Refleks Patella (+) kuat
k) Pernapasan > 16 x / menit tanpa tanda-tanda
distress pernapasan
l) Produksi urine > 100 ml dalam 24 jam
sebelumnya (0.5 ml/kgBB/jam)
143
PELAYANAN PRE-EKLAMPSIA BERAT (PEB)
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur d) Dihentikan bila :
i) Adanya tanda-tanda intoksisasi
j) Setelah 24 jam pasca persalinan
k) 6 jam pasca persalinan
e) Mencegah komplikasi
1) Diuretika diberikan atas indikasi :
a) Edema Paru
b) Payah Jantung Kongestif
c) Edema Anasarka
d) Kelainan fungsi ginjal (bila fakor pre-natal
sudah diatasi yang dipakai adalah derivate
Furosemed (Lasix 40 im)
2) Anti hipertensi diberikan atas indikasi :
a) Clonidine (Catapres) 1 ampul = 0.15 mg/ml 1
amp + 10 ml NaCI 0.9% / Aquadest masukan
5 ml I.V. pelan 5 menit kemudian tekanan
darah diukur, bla tidak turn maka berikan
sisanya (5 ml pelan I.V. 5 menit). Obat dapat
tiap 4 jam sampai tekanan darah normotensif
144
PELAYANAN PRE-EKLAMPSIA BERAT (PEB)
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur b) Serpasit 1 amp = 1 mg (1 ml) 1 mg + 10 ml
NaCI 0.9% / Aquadest masukkan 2,5 ml I.V.
pelan 5 menit tekanan darah diukur, bila
tidak turun maka berikan lagi 2,5 ml dst
sampai tekanan darah yang diinginkan
c) Hydralazin (Alpresolin) 1 amp = 20 ml 1 amp
diencerkan I.V pelan melaui karet infuse
dapat diulangi stelah 20-30 menit
3) Kardiotonika atas indikasi tanda-tanda menjurus
payah jantung, diberikan : Cedilanid
digitalisasi cepat sebaiknya kerja dengan Divisi
jantung
4) Lain-lain :
a) Antiperetika atas indikasi suhu rectal > 38,5
Xylomidon 2 ml dan atau kompres dingin /
alkohol
b) Antibioatika kalau ada indikasi
c) Analgetika atas indikasi kesakitan / gelisah
50-75 mg Pethidin < jam sebelum janin
lahir
145
PELAYANAN PRE-EKLAMPSIA BERAT (PEB)
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur c. Pengobatan Obstetrik
Cara pengakhiran kehamilan / persalinan :
1) Belum inpartu
a) Indksi persalinan :
i) Amniotomi
ii) Drip oksitosin dengan syarat skor Bishop 8
b) Seksio Sesar (SS)
i) Syarat drip Oksitosin tidak terpenuhi
ii) 12 jam sejak drip Oksitosin belum masuk fase
aktif
iii) Pada primipara cenderung SS
2) Inpartu
a) Kala I : - Fase latent tunggu 6 jam, bila tetap fase
latent SS
- Fase aktif : - Amniotomi
- Tetes Pitosin
b) Kala II : Tindakan (dipercepat) sesuai dengan
syarat yang dipenuhi
146
PELAYANAN PRE-EKLAMPSIA BERAT (PEB)
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur 2. Perawatan konservatif
a. Indikasi perawatan konservatif, bila terdapat keadaan :
1) Kehamilan < 37 minggu
2) Keadaan janin baik
3) Tak ada implending eklampsia
b. Pengobatan Medisinal
1) Diberikan 20 gr SM 40% I.M sebagai dosis awal,
dilanjutkan 10 gr I.M setiap 4 jam
2) Bila ada perbaikan atau tetrap diteruskan 24 jam
3) Bila setelah 24 jam ada tanda-tanda perbaikan nmaka
pengobatan diteruskan sbb :
a) Diberikan tbalet Diazepam 3 x 5 mg P.O atau
Luminal 3 x 30-60 mg P.O
b) Obat-obat anti hipertensi oral diberikan apabla
tekana darah masih 160 / 100 mmHg atau lebih
c) Obat-obat diuretika hanya diberikan atas indikasi
147
PELAYANAN PRE-EKLAMPSIA BERAT (PEB)
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur c. Pengobatan obstetrik
1) Observasi dan evaluasi sama dengan peraewatan aktif,
hanya tidak dilakukan pengakhiran kehamilan
2) Obat SM dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-
tanda pre-eklampsia ringan selambat-lambatnya 24 jam
3) Lebih dari 24 jam tak ada perbaikan maka perawat
konservatif dianggap gagal dan dilakukan terminasi
d. Penderita boleh pulang bila :
1) Penderita sudah mencapai perbaikan dengan tanda-
tanda pre-eklampsia ringan, perawatn dilanjutkan s/d 3
hari lagi
2) Bila selama 3 hari keadaan tetap baik (tanda-tanda pre-
eklampsia ringan) penderita boleh dipulangkan
Komplikasi :
1. Ibu :
a. Cerebro-Vascular Diseases (CVD)
b. Gagal jantung
c. Gagal ginjal
d. Solusio Plasenta
148
PELAYANAN PRE-EKLAMPSIA BERAT (PEB)
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur 2. Janin :
a. Intra Uterine Growth Retardation (IUGR)
b. Gawat janin
c. Janin mati
Tindak Lanjut :
1. Perawatan di rumah sakit
2. Setelah melahirkan control poliklinik laktasi
Prognosis :
1. Dubia
2. Tergantung indeks gestosis, makin tinggi indeks gestosis
makin jelekl prognosisinya
Unit terkait Kebidanan dan kandungan, Penyakit Dlaam, Mata
149
PELAYANAN EKLAMPSIA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Kelainan akut pda wanita hamil, dalam persalianan atau nifas
yang ditandai dengan timbulnya kejang atau koma. Sebelumnya
wanita tadi menunjukkan gejala pre-eklampsia beat (kejang
timbul bukan akibat kelainan neurologik)
Tujuan 1. Memberikan pelayanan dan perawatan medis secepat
mungkin pada penderita eklampsia
2. Mencegah kejang ulangan dan komplikasi lanjut
Kebijakan 1. Kehamilan > 20 minggu, saat persalinan atau masa nifas
2. Tanda pre-eklampsia berat (hipertensi, edema dan
proteinuria)
3. Kejang-kejang dan atau koma
4. Terkadang disertai dengan gangguan fungsi organ
Uraian prosedur 1. Anamnesis ulang keluhan hari ini
2. Pemeriksaan fisik umum dan tanda vital dari ibu serta menilai
indeks gestosis
3. Pemeriksaan obstetri
4. Tinggi fundus uteri
5. Denyut jantung janin
6. Taksiran maturitas janin
7. Melengkapi pemeriksaan lab yang belum diperiksa
150
PELAYANAN EKLAMPSIA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur Pemeriksaan lab biasanya mencakup :
a. Urine : - Protein
Darah urine
Glukosa
Bilirubin
Sedimen
b. Darah rutin : - Hermoglobin
Leokosit
Hematrokrit
Trombosit
Waktu pembekuan atau waktu perdarahan
c. Kimia darah : - Gula darah
Protein, albumin/globulin
Kolesterol
Asam urat
Bilibirun
SGOT/SGPT
Ureum
Kretinin
8. Perawatan di ICU
151
PELAYANAN EKLAMPSIA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur Prinsip pengobatan
1. Menghentikan dan mencegah kejang-kejang
2. Memperbaiki keadaan umum ibu/janin seoptimal mungkin
3. Mencegah komplikasi
4. Terminasi kehamilan/persalinan dengan trauma seminimal
mungkin pada ibu
Obat-obat untuk anti kejang
a. MgSO4
1) Dosis awal : 4 gr 20% I.V (pelan) selama 3 menit atau
lebih, disusul 10 gr 20% I.M terbagi pada Boka-Boki
2) Dosis ulangan : tiap 6 jam diberikan 4 gr 40% I.M,
diteruskan sampai 24 jam pasca persalinan atau 24
jam bebas kejang
3) Apabila ada kejang lagi, diberikan 20 gr MgSO 4 20%
I.V. (pelan). Pemberian I.V. ulangan ini hanya sekali
saja, apabila masih timbul kejang lagi, maka dberikan
Penthotal 5 mg/kgBB/VI (pelan)
4) Bila ada tanda keracunan MgSO4, diberikan antidotum
Glukonas Kalsikus 10 gr% ml I.V (pelan) selama 3
menit atau lebih
152
PELAYANAN EKLAMPSIA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur b. Diazepen
1) Dosis awal : 20 mg I.V pelan-pelan selama 4 menit
atau lebih, disusul dengan 40 mg dalam 500 ml
Dextrose 5% iinfuse dengan kecepatan 30 tetes/menit
2) Pengobatan diberikan sampai dengan 12 jam pasca
persalinan atau 12 jam bebas kejang
3) Apabila ada kejang ulangan, diberikan 10 mg I.V.
pemberian ulangan ini hanya sekali saja, bila terjadi
kejang lagi diberikan Penthotal 5 mg/kgBB I.V (pelan)
153
PELAYANAN EKLAMPSIA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur d. Perawatan kalau kejang
1) Kamar isolasi yang cukup terang
2) Pasang sadap lidah ke dalam mulut
3) Kepala direndahkan dan orofaring dihisap
4) Fiksasi badan ditempat tidur harus cukup longgar agar
jangan fraktur
e. Perawatan kalau koma
1) Monitor kesadaran dan dalamnya koma dan tentukan
skor tanda vital
2) Perlu diperhatikan pencegahan dekubitus & makanan
penderita
3) Pada koma yang lama bila nutrisi parenteral tidak
mungkin maka berikan dalam bentuk NGT
2. Memperbaiki keadaan ibu :
a. Infus D5 %
b. Pasang CVP untuk :
1) Pemantauan keseimbangan cairan (pertimbangan
pemberian Low Molecule Dextran)
2) Pemberian kalori (Dextrose 10%)
154
PELAYANAN EKLAMPSIA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur 3) Koreksi keseimbangan asam-basa (pada keadaan
asidosis maka diberikan Bio-Nat / Meylon 50 mEp I.V)
4) Koreksi keseimbangan elektrolit (didasarkan atas hasil
pemeriksaan laboratorium)
3. Mencegah komplikasi
a. Obat anti hipertensi diberikan pada penderita dengan
tekanan darah 180/110 mmHg atau lebih
b. Diuretika, diberikan atas indikasi :
a) Edema paru
b) Kelainan fungsi ginjal (apabila faktor perenal sudah
diatasi)
c. Kardiiotonika, diberikan ats indikasi :
1) Ada tanda-tanda payah jantung
2) Edama paru
3) Nadi lebih dari 120x/m
4) Sianosis
Diberikan digitalisasi cepat dengan Cedilanid
a. Antibiotika diberikan Ampicilin 3x1 gr I.V
b. Antipiretika : Xylomidon 2 ml I.M dan atau kompres
dingin / alkohol
155
PELAYANAN EKLAMPSIA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur c. Koerikoarweois
Pada penderita yang koma, bila pada pemeriksaan
tidak didapatkan tanda CVA, maka boleh diberikan
Oradexon 40 mg I.V, untuk engasi Edema otak
4. Terminasi kehamilan / persalinan
Stabilisasi : 4-8 jam setelah salah satu atau lebih keadaan
dibawah ini :
a. Setelah kejang terakhir
b. Setelah pemberian anti kejang terakhir
c. Setelah pemberian anti hipertensi terakhirPenderita mulai
sadar
d. Untuk yang KOA, tentukan Skor Tanda Vital (STV)
STV > 10 boleh terminasi
STV < 9 tunda 6 jam jika tidak ada perubahan
terminasi
Cara pengakhiran kehamilan & persalinan sama dengan PEB
(Komplikasi seama dengan PEB)
156
PELAYANAN EKLAMPSIA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur Tindak lanjut :
1. Perawatan di rumah sakit, ICU
2. Setelah melahirkan dilakukan konsultasi dnegna bagian
Neurologi, Mata & penyakit dalam
Prognosis
Ditentukan berdasarkan kriteria eden :
1. Koma yang lama (6 jam atau lebih)
2. Nadi > 120 x/menit
3. Suhu > 1030F atau > 390C
4. Tekanan darah > 200 mmHg
5. Konvulsi > 10 kali
6. Proterinuria > 10 gr
7. Tak ada edema, edema menghilang
Kalau dijumpai satu atau lebih gejala tersebut diatas
prognosis ibu buruk
8. Pengobatan Medisial
a. Istirahat dirumah, tirah baring miring 1 jam pagi dan 1 jam
siang hari
157
PELAYANAN EKLAMPSIA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur b. Fenobarbital 3 x 300 nmg atau Diazepam 3 x 2 mg selama
1 minggu
c. Bila dengan perawatan diatas, tekanan darah Diastole
tetap diatas 90 mmHg, maka dapat diberiakn obat anti
hipertensi
1) Aldomet 500-2000 mg perhari atau Hydralazin 40-200
mg perhari atau Clonidine (terapi awal ½ tablet 2-3 kali
sehari)
2) Bila tekanan darah belum turun, dapat ditambahkan
propanolol dengan dosis permulahan 4 x 10 mg perhari
dinaikkan 4 x 40 mg perhari
d. Bila terjadi Pseudo-toleransi terhadap obat-obat anti
hipertensi dapat diberikan HTP 50 mg per oral 2 hari sekali
e. Bila terjadi Superimposed Pr-eklampsia / eklampsia, maka
pengobatan edisial disesuaikan dengan pengobatan pre-
eklampsia / eklampsia
9. Pengobatan Obstetrik
Pengobatan hipertensi kronik maupun superimposed
disesuaikan dengan pengobatan obstetric pada pre-eklampsia
/ eklampsia
158
PELAYANAN EKLAMPSIA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur 10. Pengobatan Obstetrik
Pengobatan hipertensi kronik maupun superimposed,
disesuaikan dengan pengobatan obstetric pada pre-eklampsia
/ eklampsia
Unit Terkait Kebidanan dan kandungan, penyakit dalam, mata, neurologi, ICU
159
PELAYANAN HAMIL DENGAN INFEKSI BERAT ATAU
SEPSIS
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Adanya kehamilan yang diseratai infeksi berat atau sepsis, baik
intra ataupun ekstragenital
Tujuan Memberikan pelayanan dan perawatan medis secepat mungkin
pada penderita sepsis
Kebijakan Keadaan ini ditandai dengan Demam tinggi disertai keluhan
sismetik sesuai dengan organ tubuh yang diserang oleh kuman :
batuk, sesak nafas, diare dan lain-lain. Keadaan umum sakit
berat, tekanan darah menurun, nadi > 120 x/mnt halus, suhu >
38.50C.ronkhi pada paru-paru, fluor albus berbau busuk.
Lekositosis (+) diperkuat dengan hasil kultur darah, urin, lekore
dan analisis gas darah, USG dan Profil biofisik normal / jelek
Indikasi rawat : infeksi berat + keadaan umum jelek
Uraian Prosedur 1. Tempat tidur yang dapat dibuat posisi setengah duduk
2. Oksigen
3. Infus set dan cairan infus D5%, RL, NaCI
4. Foley kateter
5. Obat :
a. Antibotika adekuat yaitu ampisilin 1g. gentamisin 80 mg,
Metronidazol infuse/suppose
b. Kortikosteroid injeksi
160
PELAYANAN HAMIL DENGAN INFEKSI BERAT ATAU
SEPSIS
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 6. Pemeriksaan yang diperlukan
a. Pemeriksaan fisik lengkap obstetri dan ginekologi
b. Laboratorium lengkap, darah urin, fese, fungsi hati, ginjal,
elektrolit darah, kultur darah, dan urin, uji kepekaan,
astrup, foto toraks, USAG, propel biofisik
7. Konsultasi ke unit PD
Penatalaksanaan
Pengobatan medic bertujuan memperbaiki keadaan umum dan
mengeradikasi kuman penyebab :
1. Tirah baring total / posisi setengah duduk
2. Oksigen
3. Infus cairan dan elektrolit harus cukup, catat intake-output, jika
perlu pasang CVP
4. Diet ML / MS TKTP
5. Antibitika adekuat (Kedacillin, Gentamycin dan Flagy)
6. Kordikosteroid dosis tinggi
7. Digitalisasi untuk menurunkan HR < 120 x / menit
8. Sedatif
9. Selanjutnya antibiotika disesuaikan dengan hasil uji kepekaan
161
PELAYANAN HAMIL DENGAN INFEKSI BERAT ATAU
SEPSIS
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Indikasi ulang jika keadaan umum ibu dan janin baik,
laboratorium dapat batas normal dan post partum dengan
keadaan umum baik.
Komplikasi :
Ekdokarditis bakterialis
Tindak lanjut :
1. Kontrol di bagian rawat jalan kebidanan
2. Rencana partus pervaginam
Unit Terkait Kebidanan dan kandungan, PDL, neonatus
162
PELAYANAN HAMIL DENGAN KELAINAN JANTUNG
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Kehamilan yang disertai dengan kelainan pada jantung yang
didapat saat hamil ataupun diluar kehamilan
Tujuan Memberikan pelayanan dan perawatan medis secepat mungkin
pada penderita hamil dengan kelainan jantung
Kebijakan Penanganan kehamilan dengan kelainan jantung ditujukan agar
ibu mendapatkan kehamilan yang mempunyai komplikasi
seminimal mungkin erhadap ibu dan janin. Oleh karena itu
penatalaksanaannya pun harus melibatkan bagian lain sehingga
merupakan suatu penanganan yang multidisipliner
Uraian Prosedur 1. Tempat tidur yang dapat dibuat posisi setengah duduk
2. Oksigen
3. Transfusi / infus set dan cairan infuse D5% RL
4. Foley kateter
5. Sendilanid ampul, lasix ampul, digoksin tablet
6. Pemeriksaan yang diperlukan
a. Pemeriksaan fisik lengkap, obstetric dan ginetologi
b. Laboratorium lengkap, darah, urin, fungsi hati, ginjal,
elektrolit darah
c. Foto toraks, USG, profil biofisik
d. Konsultasi ke unit PDL
163
PELAYANAN HAMIL DENGAN KELAINAN JANTUNG
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Penatalaksanaan :
1. Ditidurkan dalam posisi setengah duduk
2. Pasang kanula oksigen pada hidung pasien dan alirkan
oksigen 2-5 liter/menit
3. Pasang infus/tranfusi set
4. Batasi pemberian masuk yaitu kurang lebih 1500 ml/24 jam,
gunakan cairan D 5%, RL : NaCI – 2:1:1 dengan tetesan 20
tetes/menit
5. Pasang kateter menetap : catat intake dan output cairan
6. Diet makanan lunak rendah garam
7. Jika denyut jantung < 120 / menit lakukan digitalisasi dengan
injeksi sedilan IV (bolus); dapat diulangi 15 menit kemudian /
jika denyut jantung < 120 kali / menit
8. Berikan digoksin tablet 2-3 kali / hari
9. Lasik injeksi diberikan pada kasus dengan hipervolemi
10. Rencana persalinan
a. Hamil aterm diterminasi sedapat mungkin pervaginam jika
ada kontraindikasi pervaginam dapat dilakukan seksio
sesaria
b. Hamil preterm pindah rawat ke unit PDL sampai inpartu
164
PELAYANAN HAMIL DENGAN KELAINAN JANTUNG
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 11. Paramedis dan koasisten melaksanakan semua intruksi
perawatan dan pengobatan yang sudah ditetapkan dan
mencatatnya dalam berkas catatan medik
Tindak lanjut
1. Perawatan di rumah sakit sebelum melahirkan
2. Setelah melahirkan dilakukan konsukltasi dengan bagian
penyakit dalam
Unit Terkait Kebidanan dan kandungan, Penyakit Dalam, ICU
165
PELAYANAN HAMIL DENGAN HEPATITIS
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Kehamilan dengan infeksi virus hepatitis yng lebih sering terjadi
pada triwulan ke III
Tujuan Memberikan pelayanan dan perawatan medis secepat mungkin
pada plenderita hamil dengan hepatitis
Kebijakan Penegakn diagnosis dan keadan ini antara lain bila dijumpai
Aneroksia, mual, muntah, febrias, rasa bengkak dan neyeri pada
perut kanan atas, mata dan buang air kecil, kuning seperti teh
pekat, amenorea, febris, sclera ikterik, mammae hiperpigmentasi
colostrums (+), hepatomegali dan nyeri tekan, ballottement dan
DJJ (+). Laboratorium didapatkan kelainan test fall hepar,
billirubin time memanjang. Kadar anti hepatitits, USG hepar
didapatkan pembesaran, USG janin normal. Indikasi rawat
keadaan umum jelek, kesulitan intake cairan dan zat makanan,
sosioekonomi rendah
Prosedur 1. Tempat tidur yang dapat dibuat posisi setengah duduk
2. Oksigen
3. Infus set dan cairan infus D 5%, RL, NaCI
4. Foley kateter
166
PELAYANAN HAMIL DENGAN HEPATITIS
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 5. Obat :
a. Antibiotika adekuat yaitu ampisilin 1 g, gentamisin 80 mg.
metranidazol infus/suppose
b. Kortikosteroid injeksi
6. Pemeriksaan yang diperlukan
a. Pemeriksaan fisik lengkap, obstetric dan ginetologi
b. Laboratorium lengkap, darah, urin, fungsi hati, ginjal,
elektrolit darah
c. Foto thoraks
7. Konsultasi ke Unit PDL
Penatalaksanaan
1. Pasien dibaringkan telentang ke tempat tidur yang sudah di
siapkan dengan posisi setengah duduk
2. Mempertahankan kelancaran pernapasan dan hemofinamika
yang adekuat
3. Pasang oksigen dengan aliran 2-3 liter/menit
167
PELAYANAN HAMIL DENGAN HEPATITIS
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 4. Pasang infus dekstrose 5% : NaCI = 3 : 1 dengan jumlah
cairan yang diberikan terdiri dari kebutuhan kormal, urin,
invisible Water loss (keringat dan penguapan melalui
pernapasan), kenaikan suhu badan dan kenaikan frekwensi
pernapasan
5. Pasang kateter menetap : catat intake dan output
6. Pemberian antibiotika adekuat atau polifragmentasi yaitu
kendasilin 3x1 g I.V, Flagyl infus 1 g atau suppose 3x1 g
7. Kortikosteroid injeksi dosis tinggi : 2-3 x 100 mg/hari
8. Observasi ketat tanda vital pasien tiap setengah jam pasang
infus dekstrose 5% : NaCI = 3 : 1 dengan jumla cairan yang
diberikan terdiri dari kebutuhan normal, urin, insensible water
los (keringat dan penguapan melalui pernapasan), kenaikan
suhu badan dan kenaikan frekwensi pernapasan
9. Pasang kteter menetap : catat intake dan output
10. Pemberian antibiotika adekuat atau polifragmentasi yaitu
kendasilin 3x1 g IV, Flagyl infus 1 g atau suppose 3x1 g
11. Kortikosteroid injeksi dosis tinggi : 2-3 x 100 mg/hari
12. Observasi ketat tanda vital pasien tiap setengah jam
168
PELAYANAN HAMIL DENGAN HEPATITIS
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 13. Lakukan Pemeriksaan USG/propel biopisik, hamil aterm
dengan profil biofisik baik segera terminasi setelah keadaan
sepsis diatasi. Email preteren di tunggu sampai aterm dengan
control rofil biofisik baik segera terminasi setelah keadan
sepsis di atasi. Email pretern di tunggu sampai aterm dengan
kontrol profil biofisik 1-2 kali/minggu
14. Paramedis dan nkoasisten melaksanakan semua intruksi
perawatan dan pengobatan yang sudah ditetapkan dan
mencatatnya kedalamberkas catatan medic
15. Setelah keadaan membaik pasien dapat dipindahkan ke
bangsal
Tindak lanjut :
Kontrol hepatitis di bagian rawat jalan PDL. Persalinan dapat
direncanakan pervaginam jika tidak ada kontra indikasi
Prognosis :
Hepatitis yang terjadi kehamilan triwulan I dan II prognosis baik,
sedangkan pada triwulan III dengan angka kematian maternal
yang tinggi
Unit terkait Kebidanan dan kandungan, penyakit dalam, ICU
169
BANGSAL ISOLASI
RSUD Prof. Dr. SOEKANDAR KABUPATEN MOJOKERTO
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Bangsal isolasi adalah bangsal yang dipergunakan buat meawat
pasien pasien dengan perawatan khussu atau yang trentang
dengan infeksi
Tujuan 1. Memberikan akomodasi / fasilitas dan perawatan medis yang
lebih intensif pada pasien dengan keadaan tertentu
2. Membatasi penularan infeksi pada pasien lain
Kebijakan 1. Ada surat dari dokter rawat jalan / gawat darurat / dokter
bangsal atas persetujuan konsulen untuk rawat inap
2. Adanya tempat tidur yang tersedia
Prosedur Penerimaan pasien untuk dirawat isolasi
a. Pasien baru
Pasien / keluarganya membawa surat pengantar ke sentral
opname (loket pendaftaran rawat inap) untuk registrasi
pasien
Petugas sentral opname mencatat dalam buku registrasi
rawat inap, kemudian membuat berkas catatan medik dan
memberikan penjelasan tentang tata tertib dan kewajiban
yang harus dipenuhi
170
BANGSAL ISOLASI
RSUD Prof. Dr. SOEKANDAR KABUPATEN MOJOKERTO
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Menyerahkan pasien dan berkas catatan medik kepada
paramedis di bangsal rawat inap obstetri dan ginekologi
Paramedis melaporkankepada dokter bangsal kemudian
dokter bangsal melakukan pemeriksaan dan memutuskan
bahwa pasien dirawat di bangsal isolasi dan
menyerahkannya kepada dokter bangsal isolasi
b. Pasien lama
Pasien yang dirawat di bangsal obstetri dan ginekologi,
karena kondisi medis tertentu dapat / perlu dipindahkan ke
bangsal isolasi. Perlu serah terima pasien dan berkas catatan
medic dokter yang merawat sebelullmnya kepada dokter
rawat isolasi
c. Pasien dari unit sesuai jalur konsultasi
Kriteria pasien yang akan dirawat di bangsal isolasi
a. Obstetri
1. Hamil dengan infeksi berata/sepsis
2. Eklampsia
3. Hamil dengan hepatitis, kelainan jantung, kelainan paru-
paru
4. Infeksi / sepsuis puerperalis
171
BANGSAL ISOLASI
RSUD Prof. Dr. SOEKANDAR KABUPATEN MOJOKERTO
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur b. Ginekologi
1. Mola hidatidosa dengan teriod krisis
2. Tumoar ganas serviks dengan perdarahan anemia
3. Absortus infeksiosa
172
BANGSAL ISOLASI
RSUD Prof. Dr. SOEKANDAR KABUPATEN MOJOKERTO
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur b. Paramedis
1. Memeriksa kelengkapan berkas catatan medis
2. Menyiapkan tempat tidur untuk pasien
Memindahkan penderita ke tempat tidur yang sudah
disiapkan
3. Memeriksa catatan hasil pemeriksaan yang telah
dikerjakan oleh dokter pengirim / bangsal sebelumnya
4. Mengukur keadan tanda vital pasien
5. Melaporkan kepada dokter bangsal / dokter jaga
6. Semua isntruksi / rencana yang sudah diputuskan oleh
dokter bangsal dengan konsulen dilakukan oleh
paramedis, koasisten, siswa paramedis dan mencatatnya
ke dalam berkas medik pasien
Unit terkait Kebidanan dan kandungan
173
BANGSAL GESTOSIS
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Bangsal gestosis adalah bangsal yang dipergunakan merawat
pasien dengan gestosis baik ante maupun postpartum
Tujuan 1. Memberikan akomodasi dan perawatan medis pada penerita
rawat inap
2. Memberikan pelayanan perawatan secara optimal sesuai
kebutuhan
Kebijakan 1. Perawatan penderita hamil dengan gestosis
2. Perawatan penderita postpartum dengan gestosis
Uraian Prosedur Penderita datang dan dirawat di bangsal gestosis :
Hamil dengan gestosis yang telah atau yang belum diberi
obat-obatan di kamar bersalin
Perawatan penderita postpartum dengan gestosis
Penerimaan penderita
a. Penderita yang masuk ke bangsal gestosis selalu / mesti
melalui kamar bersalin
b. Penderita dengan status telah terisi lengkap
1. Registrasi
2. Identitas
3. Anamnesis
4. Pemeriksaan fisik
174
BANGSAL GESTOSIS
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 5. Rencana tindakan yang telah disetujui konsulen dan atau
tindakan yang telah dilakukan
175
BANGSAL GESTOSIS
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur b. Paramedis bangsal
1. Memeriksa kelengkapan status
2. Menyiapkan tempat tidur dan kelengkapan penampung
urine 24 jam, dan lain-lain
3. Memindahkan penderita ke tempat tidur yang telah
disiapkan
4. Memindahkan penderita vital pasien sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan, TD tiap 6 jam, index gestosis tiap 12
jam, edema dan timbang badan tiap 24 jam serta urine
output 3 jam dan digunakan selama 24 jam
5. Melaporkan ke dokter bangsal tentang kelainan yang
ditemukan
6. Memberikan / memasukkan obat-obatan sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan. Pada visite rutin setiap pagi
(hari kerja) paramedis bangsal mencatat dan melakukan
setiap order dokter pada hari itu
7. Siswa bidan, Mahasiswa Akper membantu tugas
paramedis tersebut diatas
Unit Terkait Kebidanan dan kandungan, penyakit dalam, penyakit mata
176
PELAYANAN KEHAMILAN GANDA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Suatu keadaan dimana ibu hamil dengan dua janin atau lebih di
dalam rahim. Pada kehamilan kembar didapatkan tanda perut
tampak lebih besar dan biasanya dan gerakan anak dirasakan
lebih sering dari biasanya
Tujuan Memberikan fasilitas dan perawatan sebaik dan secepat mungkin
serta memberikan perawatan yang optimal sesuai dengan
kebutuhan terhadap penderita yang dirawat dengan kehamilan
kembar.
Kebijakan Anamnesis
a. Perut dirasa lebih besar dari tuanya hamil
b. Gerakan janin dirasakan lebih banyak
Pemeriksaan Obstetrik
a. Pada pemeriksaan pertama dan ulangan didapat kesan
uterus lebih besar dan lebih cepat
b. Teraba gerakan janin lebih banyak
c. Teraba banyak bagian kecil
d. Teraba 3 bagian besar janin
177
PELAYANAN KEHAMILAN GANDA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur e. Teraba 2 balotemen
f. Pada auskultasi terdengar dua DJJ yang terletak
berjauhan didapat perbedaan sedikitnya 10 denyut
permenit
g. USG
178
PELAYANAN KEHAMILAN GANDA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Masa antenatal
a. Pemeriksaan antenatal lebih sering (1 kali seminggu pada
kehamilan 32 mnggu)
b. Setelah kehamilan 30 minggu, koitus dan perjalanan jauh
dilarang
c. Istirahat baring dianjurkan lebih banyak
d. Pemakaian korset
e. Pada kehamilan tripet / lebih dirawat pada kehamilan 32
minggu
f. Diet tinggi protein
g. Tambahan zat besi : sulfat ferosus 3x100 mg asam folik 1
mg/hari
h. Pemeriksaan laboratorium diulang (lebih sering)
Masa persalinan
a. Persiapan
Persiapan untuk ressusitas dan perawatan bayi
prematur
Disiapkan darah 500 cc
Dipasang infus cfairan ringer laktat 20-30 tetes/menit
179
PELAYANAN KEHAMILAN GANDA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur b. Kala I dan II
Anak I diletakkan membujur, diawasi dan ditolong
seperti biasa dan dilakukan episiotomi (ikut kemajuan
persalinan sesuai partograf)
Setelah anak I lahir harus lebih waspada, dilakukan
pemeriskan luar dan pemeriksaan dalam untuk
mengetahui letak dan presentasi anak ke II
Bila anak kedua lahir letaknya membujur pada waktu
ada his dilakukan amniotomi (bagian yang terendah
didorong ke PAP)
Bila dalam 15 menit belum ada his berikan injeksi
oksitosin 2 unit intramuskuler dan lakukan amniotomi
seetlah timbul his dan anak dilahrikan seperti biasa
Diusahakan kelahiran anak kedua dalam waktu 30
menit setelah kelahiran anak kesatu
Bila anak kedua didaptkan melintang, dilakukan versi
luar dan kalau versi luar gagal dilakkukan versi
ekstraksi
180
PELAYANAN KEHAMILAN GANDA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Kelahiran anak kedua dipercepat kalau didapatkan
prolapsus tali pusat atau kalau terjadi Solusio plasenta
(plasenta mulai lepas sebelum anak kedua lahir)
Seksio sesar dilakukan atas indikasi
- Anak satu letak lintang
- Terjadi prolapsus tali pusat
- Plasenta previa
- Interlocking
- Kembar 3 atau lebih (mengurangi trauma kelahiran
pervaginam)
c. Kala III
Setelah anak kedua lahir, berikan inj. oksitosin 10 UI i.m dan di
infuse dimasukkan sintosinon 10 UI
d. Kala IV
Diawasi lebih cermat dan lama. Tetes pitosin
diteruskan sampai dengan 5 jam postpartum
181
PELAYANAN KEHAMILAN GANDA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Komplikasi
Terhadap ibu
Anemia
Preeclampsia dan eklampsia
Partus lama (intertia uteri)
Perdarahan psotpartum
Terhadap janin
Prematuritas
Kelainan letak
Kematian prenatal yang tinggi dan kematian anak kedua >
dari anak kesatu
Tindak lanjut
Sebelum lahir
Perawat di rumah sakit pada kehamilan aterm (37 minggu)
Setelah lahir
Kontrol poliklinik laktasi 1 minggu kemudian
Rognosis : Ibu dan anak dubia
182
PELAYANAN KEHAMILAN GANDA
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Administratif
Informerd concent (dokter memberikan informasi kepada pasien
dan pasien mengetahui dan menyetujui tindakan yang akan
dilakukan pada dirinya baik secara lisan maupun tertulis)
Unit terkait Kebidanan dan Kandungan
183
PROSEDUR KERJA SELEKSI
KEHAMILAN RESIKO TINGGI (KRT)
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Kehamilan dengan resiko pada ibu-ibu yang hamil yang dapat
mempengaruhi proses kehamilan, persalinan maupun proses
sesudah persalinan
Tujuan 1. Memberikan inform konsern yang benar agar ibu hamil
mengetahui resiko pada kehamilannya
2. Memberikan perawatan yang optimal sesuai dengan standart
3. Melakukan seleksi dini pada wanita hamil yang datang ke
Rumah Sakit apakah dia mempunyai resiko pada
kehamilannya atau tidak
Kebijakan 1. Setiap ibu muda hendaklah diperiksa dengan teliti apa saja
komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul pada saat
melahirkan
2. Memakai semua fasilitas yang dimiliki unit kebidanan untuk
memeriksa, memonitor dan mengevaluasi ternyata terdapat
keadaan patologis atau dengan Kamar Bersalin bila pasien
tersebut dalam keadan inpartu
3. Mempersiapkan penanggulangan keadan emergensi untuk
keadaan ke gawat daruratan onstetric, kamar bedah dan ICU
184
PROSEDUR KERJA SELEKSI
KEHAMILAN RESIKO TINGGI (KRT)
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur Dalam rangka seleksi wanita hamil resiko tinggi :
Pelayanan/asuhan standar yang dilakukan termasuk dalam “7T”
diantaranya :
1. Timbang berat badan
2. Ukur tekanan darah
3. Ukur tinggi fundus uteri
4. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) lengkap
5. Pemberian tablet besi, minimum 90 tablet selama ekhamilan
6. Tes terhadap penyakit menular seksual
7. Temu wicara dalam rangka persiapan tujukan
Anamnesis :
1. Riwayat kehamilan ini
Usia ibu hamil
Hari pertama haid terakhir
Perdarahan pervaginam
185
PROSEDUR KERJA SELEKSI
KEHAMILAN RESIKO TINGGI (KRT)
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur 2. Riwayat obstetri lalu
Jumlah kehamilan
Jumlah persalinan
Jumlah persalinan cukup bulan
Jumlah persalinan premature
Jumlah anak hidup
Jumlah keguguran
Jumlah aborsi
Perdarahan pada kehamilan persalinan dan nifas
terdahulu
Adanya hipertensi dalam kehamilan pada kehamilan
terdahulu
Berat bayi < 2500 gram atau > 400 gram
Adanya masalah-masalah selama kehamilan, persalinan
dan nifas terlebih dahulu
186
PELAYANAN PRE-EKLAMPSIA BERAT (PEB)
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur 3. Riwayat penyakit
Jantung dan tekanan darah tinggi
Diabetis melitus
TBC
Pernah operasi
Alergi obat/makanan
Ginjal
Asma
Epilepsi
Penyakti hati
Pernah kecelakaan
4. Riwayat sosial ekonomi
Status perkawinan
Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilannya
Jumlah keluarga di rumah yang membantu
Siapa pembantu keputusan dalam keluarga
Kebiasaan makan dan minum
Kebiasaan merokok menggunakan obat-obatan dan
alkohol
187
PROSEDUR KERJA SELEKSI
KEHAMILAN RESIKO TINGGI (KRT)
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur Kehidupan seksual
Pekerjaan dan aktifitas sehari-hari
Pilihan untuk tempat melahirkan
Pendidikan dan penghasilan
PEMERIKSAAN
1. Fisik umum
Kunjungan pertama
- Tekanan darah, suhu, nadi, dan pernapasan
- Berat badan
- Tinggi badan
- Muka : edema, pucat
- Mulut dan gigi : kebersihan dan karang gigi
- Payudara
- Abdomen
- Ekstremitas
- CVAT
- Kulit
188
PROSEDUR KERJA SELEKSI
KEHAMILAN RESIKO TINGGI (KRT)
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur Kunungan berikutnya :
- Tekanan darah
- Berat bada
- Edema
- Masalah dari kunjungan pertama
2. Pemeriksaan luar
Mengukur tinggi fundus uteri
Palpasi untuk menentukan letak janin (atau lebih 28
minggu)
Auskultasi detak jantung janin
3. Pemeriksaan dalam
Pada kunjungan pertama
Pemeriksaan vulva perineum untuk :
- Varises
- Kondiloma
- Edema
- Hemoroid atau kelainan yang lain
189
PROSEDUR KERJA SELEKSI
KEHAMILAN RESIKO TINGGI (KRT)
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur Pemeriksaan dengan speculum untuk menilai :
- Serviks
- Tanda-tanda infeksi
- Pengeluaran cairan dari ostium uteri
Pemeriksaan untuk menilai :
- Serviks*
- Uterus*
- Adneksa*
- Bartholin
- Skene
- Uretra
* bila usia kehamilan < 12 minggu
4. Pemeriksaan laboratorium
Darah : darah rutin
Urin : warna, bau kejernihan
Protein
Glukosa
* Memantau Tumbuh Kembang Janin (nilai normal)
190
PROSEDUR KERJA SELEKSI
KEHAMILAN RESIKO TINGGI (KRT))
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur Diagnosis
Untuk menentukan hal-hal sebagai berikut :
1. Kategori kehamilan normal
Memiliki tanda-tanda positif
- Perubahan warna pada serviks
- Warna aerola lebih gelap, pembesaran payudara
- Pembesaran abdomen
- + detak jantung janin (jika terlihat 20 minggu)
Ukuran uterus sama/sesuai usia kehamilan
Pemeriksaan fisik dan laboratorium normal
2. Kategori kehamilan normal dengan masalah khusus
Memiliki gambaran :
Seperti masalah keluarga atau psiko-sosial, KDRT,
kebutuhan finansial, dll
3. Kategori kehamilan dengan masalah kesehatan yang
membutuhkan rujukan konsultasi atau kerjasama dalam
penanganannya. Memiliki gambaran :
191
PROSEDUR KERJA SELEKSI
KEHAMILAN RESIKO TINGGI (KRT)
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur Seperti hipertensi, anemia berat, preeclampsia, tumbuh
kembang janin terhambat di dlaam uterus, infeksi saluran
kemih, penyakit kelaminn dan kondisi lain-lain yang dapat
memperburuk selama kehamilan
4. Kategori kehamilan dengan kondisi kegawatdaruratan yang
membutuhkan rujukan segera :
Memiliki gambaran :
Seperti perdarahan, eklampsia, ketuban pecah dini, atau
kondisi-kondisi kegawatdaruratan lain pada ibu dan bayi
Rekam medik
Seluruh hasil anamnesis dan pemeriksaan dicatat dalam
kartu bumil (kartu ibu hamil)
PENANGANAN
Kategori kehamilan normal
1. Anamnesis dan pemeriksaan lengkap pada kunjungan
antenatal awal
Lihat bagian penilaian
2. Memantau kemajuan kehamilan pada kunjungan berikutnya
192
PROSEDUR KERJA SELEKSI
KEHAMILAN RESIKO TINGGI (KRT)
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur Tekanan darah dibawah 140/90 adanya peningkatan < 15
mm diastolic dan < 30 mm sistolik atas tidak hamil atau
garis dasar triwulan pertama
Bertambahnya berat badan minimal 10 kg selama
kehamilan
Tinggi fundus-cm atau menggunakan jari-jari tangan dapat
disamakan dengan usia kehamilan
Detak jantung janin 120 sampai 160 detak per menit
Gerkaan janin + setelah 18-20 minggu hingga melahirkan
3. Memberikan zat besi sesuai jadwal
4. Memberikan imunisasi sesuai jadwal
5. Memberikan konseling
6. Gizi : peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori
perhari, mengkonsumsi makanan yang mengandung protein,
zat besi, minum cukup cairan (menu seimbang)
7. Latihan : normal tidak berlebih
193
PROSEDUR KERJA SELEKSI
KEHAMILAN RESIKO TINGGI (KRT)
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur 8. Perubahan fisiologis : tambahan berat abdan, perubahan
pada payudara, tingkat tenaga yang bisa menurun, penayik
mual dan muntah diwaktu pagi selama triwulan pertama, rasa
panas pada perut dan atau varises, hubungan suami istri
boleh dilanjutkan selama kehamilan
9. Memberitahukan kepada ibu kapan kembali untuk
pemantauan selanjutnya
10. Menasehati ibu untuk mencari pertolongan segera jika ia
mendapati tanda-tanda bahaya seperti :
Perdarahan pervaginam
Sakit kepala lebih dari biasa
Gangguan penglihatan
Pembekakan pada wajah/tangan
Nyeri abdomen/epigastrium
Janin tidak bergerak/tidak bergerak seperti biasa
Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang bersih
dan aman
194
PROSEDUR KERJA SELEKSI
KEHAMILAN RESIKO TINGGI (KRT)
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur Kehamilan khusus dengan kebutuhan khusus
1. Memberikan seluruh layanan / asuhan antenatal seperti diatas
2. Memberikan konseling khusus untuk keburuhan dan maslah-
masalahnya
Ibu hamil dengan masalah kesehatan / komplikasi yang
membutuhkan rujukan untuk konsultasi atau kerjasama
penanganan
Jadwal kunjungan ulang
Kunjungan I (16 minggu)
Penapisan dan pengobatan anemia
Perencanaan persalinan
Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatan
Kunjungan II (24-48 minggu) dan kunjungan III (32 minggu)
Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatan
Penapisan preeclamsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan
saluran kemih
Mengulang perncanaan persalinan
195
PROSEDUR KERJA SELEKSI
KEHAMILAN RESIKO TINGGI (KRT)
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur Kunjungan IV (36 minggu sampai lahir)
Sama seperti kunjungan II dan III
Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
Memantapkan rencana persalinan
Mengenali tanda-tanda persalinan
Unit terkait Bagian kebidanan dan kandungan
196
PELAYANAN POST NATAL OBGIN
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu-ibu yang telah
melahirkan sehingga ibu dan bayi dapat berada dalam keadaan
sehat
Tujuan 1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologik
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi
masalah, mengibati atau merujuk terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan dini, nutrisi, keluarga berencana, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi
sehat
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana
Kebijakan 1. Paling sedikit 4x kunjungan nifas
2. Dilakukan untuk memulai status ibu dan bayi baru lahir, dan
untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-
masalah yang terjadi.
197
PELAYANAN POST NATAL OBGIN
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 Jam Mencegah perdarahan masa
setelah nifas karena atonia uteri
persalinan Mendeteksi dan merawat
penyebab lain perdarahan
Memberikan konseling pada ibu
atau salah satu anggota
keluarga tentang mencegah
perdarahan masa nifas karena
atonia uteri
Pemberian ASI awal
Melakukan hubungan antara ibu
dan BBL
Menjaga bayi tetap sehat
(mencegah hipotermia)
Jika petugas kesehatan
menolong persalinan, ia harus
tinggal dengan ibu dan BBL 2
JPP/sampai ibu dan bayi stabil
198
PELAYANAN POST NATAL OBGIN
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Kunjungan Waktu Tujuan
2 6 hari Memastikan involusi uterus
setelah berjalan normal : uterus
persalinan berkontraksi, fundus di bawah
umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau
Menilai adanya tanda-tanda
demam, infeksi atau perdarahan
abnormal
Memastikan ibu mendapatkan
cukup makanan, cairan dan
istirahat
Tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari
3 2 minggu Sama seperti diatas
setelah (6 hari setelah persalinan)
persalinan
199
PELAYANAN POST NATAL OBGIN
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Kunjungan Waktu Tujuan
4 6 minggu Menanyakan pada ibu tentang
setelah penyulit-penyulit yang ia atau
persalinan bayi alami
Memberikan konseling untuk KB
secara alami
Unit terkait Kebidanan dan kandungan
200
PERAWATAN KEHAMILAN DENGAN PERTUMBUHAN
JANIN TERLAMBAT
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Perawatan kehamilan dengan pertumbuhan janin terhambat
ditujuan agar mendapatkan keadaan janin yang seoptimal
mungkin dengan morbiditas yang seminimal mungkin
Tujuan 1. Memberikan fasilitas dan perawatan medis sebaik dan
secepat mungkin
2. Memberikan perawatan yang optimal sesuai dengan
kebutuhan terhadap penderita yang dirawat dengan
pertumbuhan janin terhambat
Kebijakan 1. Perawatan penderita dengan pertumbuhan janin terhambat
dilakukan setelah penderita tersebut dirawat jalan di poliklinik
obstetric patologi
2. Mempersiapkan tempat tidur penderita
3. Dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, meliputi pemeriksaan
penunjang laboratorik, ultrasonografi, dan lain-lain
4. Melaporkan keadaan pasien kepada konsultan
Prosedur 1. Penerimaan pasien untuk dirawat dengan pertumbuhan janin
terhambat dilaksanakan setelah pemeriksaan oleh dokter
rawat jalan obstetric patologi
2. Penderita dirawat, penerimaannya dilakukan pada jam kerja
201
PERAWATAN KEHAMILAN DENGAN PERTUMBUHAN
JANIN TERLAMBAT
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur 3. Pelayanan penderita di bangsal
a. Dokter bangsal
1. Melakukan pemeriksaan ulang untuk memastikan
diagnosis penderita tersebut
2. Melakkuan visite rutine / harian untuk menilai kemajuan
penatalaksanaan penderita dan melaporkan ke
konsulen ruangan
3. Melakukan pemeriksaan lengkap untuk mencari
penyebab lain keadaan tersebut
4. Menatalaksanakan pasien sesuai keadaan dan etiologi
yang ada
b. Paramedis
1. Melakukan pemeriksan rutin tentang keadaan pasien
2. Memeriksa kelengkapan pemeriksaan penunjang
diagnosis pasien tersebut
3. Mengikuti dokter visite harian terhadap pasien
4. Membawa penderita untuk pemeriksan penunjang atau
konsul ke bagian lain
Unit terkait Kebidanan dan kandungan, neonatus
202
OBSTETRI PATOLOGI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Bangsal obstetri patologi merawat pasien dengan keadaan
kehamilan yang beresiko tinggi maupun dengan komplikasi bak
antepartum maupun postpartum
Tujuan 1. Memberikan akomodasi / fasilitas dan perawatan medis
secepat mungkin pada paien rawat inap
3. Memberi pelayanan peraeatan seoptimal mungkin sesuai
dengan kebutuhan terhadap pasien rawat inap yang telah
atau yang belum mengalami tindakan atau perwatan di kamar
bersalin misalnya : partus kasep, KPSW, IUFD, gemeli, bekas
SS, kasus HAP, Preterm
Kebijakan 1. Pada dasarnya perawatan penderita rawat inap di bangsal
obstetri patologi merupakan ke dari peraetan di kamar
bersalin
2. Dilakukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut untuk
keperluan diagnostic dan terapi
3. Adanya temat tidur yang tersedia
Uraian Prosedur 1. Macam perawatan d bangsal obstetri patolog
a. Persiapan operasi elektif
b. Pemasangna kateter menetap
c. Pemeriksaan USG / profil Biofisik
203
OBSTETRI PATOLOGI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur d. Pemasangan infus
e. Transfuse darah
f. “Blader training”
2. Dokter bangsal menerima pasien dan status lengkap untuk
dirawat
3. Pelayanan pasien di bangsal obstetric patologi
a. Dokter bangsal
1. Mengadakan pemeriksaan untuk menegakkan
diagnosis dan terapi sebagai landasan dari perawatan
di kamar bersalin
2. Mengadakan visite setap pagi untuk mengevaluasi
kemajuan terapi dan diagnostic
3. Memasan ginfuse dan transfuse darah
4. Kalau dipandang perlu dapat dilaksanakan konsultasi.
Dokter bangsal harus melaorkan ke senior, dokter
senior melapor ke chief dan chief melapork ke konsulen
5. Dalam keadaan yang medesak / emergency doter
bansal boleh langsung konsultasi ke konsulen
204
OBSTETRI PATOLOGI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur b. Paramedis
1. Melaksanakan order yang jaga / dokter bangsal
2. Mengikuti vitsine dokter bangsal
3. Memeriksakan kelengkapan berkas catatan medis
pasien
4. Menyiapkan tempat tidur untuk pasien yang
bersangkutan
5. Memindahkan pasien ke tempat tidur yang telah
disiapkan
6. Memeriksa ulang hasil pemeriksaan pasien yang telah
dikerjakan dan dokter Poliklinik atau dokter kamar
bersalin misalnya : pemeriksaan rontgen kamar dan
laboratorium
7. Menyiapkan dan melaksanakan order dokter bangsal
8. Mengatur kedaan vital pasien, suhu, tekanan darah,
nadi, pernafasan dan berat badan
9. Melaporkan ke dokter bangsal (kalau diluar jam kerja
melapor ke dokter jaga)
10. Paramedis wajib melakukan pengawasan kelancaran
infus / transfuse darah
205
OBSTETRI PATOLOGI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 11. Siswa bidan, SPK, mahasiswa Akper wajib membantu
tugas paramedic tersebut diatas
c. Koasisten bangsal
1. Mengikuti visite bangsal, ikut mendampingi dokter
bansal mempelajari dan mendiskusikan keadaan
pasien tersebut serta membantu dalam tindakan
2. Memeriksakan tanda vital pasien setiap pagi
3. Bersama dokter bansal wajib bekerja sama dan
membantu dokter bangsal dalam pelaksanaan tugas
tersebut diatas
Unit terkait Kebidanan dan kandungan
206
BANGSAL GINEKOLOGI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Perawatan seluruh pasien pasien yang menderita kelainan di
bidang ginekologi
Tujuan 1. Memberikan akomodasi dan perawatan medis secepat
mungkin
2. Memberikan perawatan secara optimal sesuai dengan
kebutuhan, terhadap penderita yang telah diperiksa /
dilakukan tindakan di kamar tindakan ginekologi
Kebijakan 1. Pada dasarnya bangsal ginekologi merawat penderita yang
sudah diperiksa atau dilakukan tindakan ginekologi di karmar
tindakan ginekologi (KG)
4. Dilakukan pemeriksaan lebih lanjut meliputi pemeriksaan
penunjang laboratorik dan / atau radiologic dan USG
5. Mempersiapkan tempat tidur penderita
6. Melaporkan keadaan / kemajuan penderita kepada konsulen
ruangan dan ke lab. Suatu visite dasar pada hari sabtu
Uraian Prosedur 1. Penerimaan penderita baru untuk dirawat di bangsal,
penderita yang sudah lengkap status / berkas catatan medik
dari KG dirawat perawat / bidan bangsal ginekologi
207
BANGSAL GINEKOLOGI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 2. Pelayanan penderita di bangsal
a. Paramedis
1. Memeriksa kelengkapan status / berkas penderita yang
bersangkutan
2. Memindahkan penderita ke tempat tidur yang sudah
disiapkan
3. Memeriksa ulang hasil pemeriksaan penderita di KG.
meliputi kelengkapan blangko pemeriksaan
laboratorium dan radiologik
4. melakukan anamnesis ulang yang dibantu oleh
koasisten
5. Memeriksa tanda vital dan mencatatnya pada status
penderita
6. Mengambil sampel / bahan untuk pemeriksaan
laboratorium sesuai dengan instruksi dokter kartu tanda
akseptor (K/I)
7. Memberikan penjelasan kepada akseptor KB tentang
tata tertib dan kewajiban yang harus dipenuhi termasuk
cara pembayaran
208
BANGSAL GINEKOLOGI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 8. Memberikan obat yang sesuai dengan program
pengobatan dan dokter bangsal
9. Memebrikan perwatan kepada penderita tergantung
kebutuhan yangh sesuai dengan standar keperawatan
b. Dokter bangsal
1. Melakukan pemeriksaan ulang untuk memastikan
diagnosis
2. Mengadakan visite di bangsal setiap hari dan
melaporkan kasus tertentu yang perlu tindakan segera
kepda konsulen ruangan
3. Untuk penderita yang memerlukan tindakan operatif,
dokter bangsal harus melengkapi semua persiapan
operasi mencakup peersetujuan dan pihak keluarga,
persiapan alat-alat yang diperlukan untuk operasi, obat-
obatan dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yang
penting serta konsultasi dengan unit lain yang terkait
dan selanjutnya diserahkan kepada dokter praoperasi
209
BANGSAL GINEKOLOGI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Administratif
Informed consent (dokter memberikan informasi kepada pasien
dan pasien mengetahui dan menyetujui tindakan yang akan
dilakukan pada dirinya baik secara lisan maupun tertulis)
Unit terkait Bagian Kebidanan dan kandungan
210
BANGSAL PREOPERASI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Persiapan pasien pasien yang akandilakukan tindakan operatif
Tujuan 1. Memberikan akomodasi / fasilitas dan perawatan medis
pasien yang akan dilakukan operasi
2. Mempersiapkan pasien secara fisik dan mental dalam
menghadapi operasi yang akan dilakukan
3. Tujuan akhir membuat operasi yang sudah direncanakan
berjalan secara lancar dalam kondisi yang seoptimal mungkin
Kebijakan 1. Penderita yang akan disiapkan untuk operasi berasal dari :
2. Adanya surat pengantar dari dokter rawat jalan, yang sudah
dilengkapi dengan penmeriskaan lengkap termasuk
laboratorium, foto toraks, konsul Unit Penyakit Dalam dan Unit
Anestasi serta sudah disetujui Konsulen Rawat Jalan untuk
tindakna operatif elektif
3. Idem 2, dari dokter bangsal yang merawat penderita sudah
disetujui oleh konsulen elektif
4. Adanya tempat tidur yang tersedia
211
BANGSAL PREOPERASI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 1. Penerimaan penderita baru untuk dirawat
a. Penderita dalam membawa surat pengantar dari dokter
poliklinik yang sudah dilengkapi pemeriksaan persiapan
operasi yang sudah lengkap langsung menemui dokter
yang bertugas di bangsal preoperasi
b. Dokter preoperasi memeriksa kelengkapan pemeriksaan
dari Rawat Jalan dan melakukan pemeriksaan umum dan
pemeriksaan obstetri-ginekologi
c. Dokter preoperasi membuat jadwal kapan penderita
tersebut akan dilakukan operasi
d. Penderita dirawat 1-2 hari sebelum jadwal operasi yang
belum direncanakan, kecuali pada penderita yang
memerlukan perawatan khusus, seperti fistula, pralapsus
uteri dan Ca serviks
2. Untuk penderita yang ebrasal dari bangsal
a. Dokter bangsal melaporkan penderita dari bangsal untuk
dijadwalkan kapan akan dilakukan operasi
212
BANGSAL PREOPERASI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur b. Dokter bangsal mempersiapkan penderita untuk operasi
termasuk pemeriksaan lab. Foto toraks, konsul unit
penyakit dalam dan unit anestasi serta sudah disetujui
konsulen bangsal
c. Dokter preoperasi mengatur jadwal operasi penderita
tersebut.
213
BANGSAL PREOPERASI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 3. Memindahkan penderita ke tempat tidur yang sudah
disiapkan
4. Melakukan informsi dokter untuk persiapan penderita
operasi
Administratif
Informed consent (dokter memberikan informasi kepada pasien
dan pasien mengetahui dan menyetujui tindakan yang akan
dilakukan pada dirinya baik secara lisan maupun tertulis)
Unit terkait IRJA, IRNA, IBS
214
PROSEDUR KAMAR TINDAKAN
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Melakukan tindakan tindakan ginekologi baim diagnostic maupun
terapi
Tujuan 1. Memberikan akomodasi atau fasilitas dan perawatan medis
secepat mungkin pada pasien rawat inap
2. Memberikan pelayanan secara optimal sesuai kebutuhan
setelah melalui pemeriksaan kamar tindakan (kamar bersalin
dan kamar tindakan ginekologi)
Kebijakan 1. Perawat bangsal dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan di
kamar tndakan dan ditentukan jenis kasusnya
2. Adanya tempat tidur yang tersedia
Uraian prosedur 1. Penerimaan pasien baru untuk dirawat
a. Pasien / keluarga membawa surat pengantar dari dokter
poliklinik obstetri dan ginekologi, ahli obstetric dan
gineklogi, praktek swasta, dokter umum ke sentra opname
b. Petugas SO mencatat dalam buku register rawat inap
1) Menyiapkan berkas catatan medik pasien
2) Memberikan penjelasan pada pasien / keluarga tentang
tata tertib dan kewajiban yang harus dipenuhi antara
lain tata cara pembayaran
215
PROSEDUR KAMAR TINDAKAN
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 3) Mengatur pasien ke ruang rawat beserta berkas
catatan medik menuju ruang rawat inap dengan alat
bantu sesuai kondisi pasien
4) Menyerahkan pasien dan berkas catatan medik kepada
bidan yang bertugas di kamar tindakan
2. Pelayanan pasien di kamar tindakan (kamar bersalin dan
kamar bersalin ginekologi)
a. Bidan
1. Memeriksa kelengkapan berkas catatan medik pasien
2. Meniyapkan tempat tidur untuk pasien yang
bersangkutan
3. Memindahkan pasien ke tempat tidur yang tersedia
4. Memeriksa ulang hasil pemeriksaan pasien yang telah
dilakukan dokter poliklinik, antara lain : hasil lab thoraks
photo
5. Mengukur keadaan vital pasien, yaitu : tensi, nadi,
pernapasan, suhu, tinggi badan dan berat badan
6. Melaporkan kepada dokter jaga ruangan
216
PROSEDUR KAMAR TINDAKAN
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 3. Dokter jaga
1. Memeriksa ulang keadan vital pasien
2. Melakukan pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis dan
mencatat ke dalam berkas catatan medik pasien
3. Melakukan anamnesis
4. Kalau dirasakan perlu melapor kepada dokter jaga senior
atau dapat dikonsulkan kepada konsulen kamar tindakan
4. Koasisten jaga
1. Bersama dengan dokter jaga melakukan anamnesis
2. Bersama dengan dokter jaga melengkapi status
3. Bersama dengan dokter jaga memeriksa keadaan vital
pasien
4. Bersama dengan dokter jaga mengawasi jadwal
pemberian terapi
5. Bersama bidan melaksanakan tindakan terapi sesuai
program terapi atau instruksi dokter jaga
217
PROSEDUR KAMAR TINDAKAN
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 5. Pelayanan / tindakan diluar Unit Obstetri dan Ginekologi
a. Dokter membuat order / instruksi pemeriksaan lab.
Rontgen, konsul dan lain-lain
b. Bidan dan koasisten mempersiapkan apa yang diperlukan
c. Bidan mengatur, menjemput dan mendampingi pasien
sampai selesai pemeriksaan
d. Jika ada konsul dari bagian lain diluar Unit Obstetric dan
Ginekologi yang menjawab konsul adalah dokter jaga
senior
Administratif
Informed consent (dokter memberikan informasi kepada pasien
dan pasien mengetahui dan menyetujui tindakan yang akan
dilakukan pada dirinya baik secara lisan maupun tertulis)
Unit terkait Bagian Kebidanan dan penyakit kandungan
218
PERAWATAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Hiperemesis gravidarum adalah keadan aul muntah > 10 kali
perhari yang menimbulkan gangguan aktifitas sehari-hari
Tujuan 1. Memberikan fasilitas perawatan medis yang memadai kepada
hiperemesis gravidarum
2. Memberikan perawatan secara optimal sesuai dengan
kebutuhan terhadap penderita yang dirawat
Kebijakan 1. Penerima Penderita
a. Penderita dirawat mesti melalui kamar bersalin
b. Pendrita dirawat setelah status diisi lengkap
2. Pelayanan penderita di bangsal
a. Dokter bangsal
1. Memeriksa kelengkapan status penderita
2. Melengkapi instruksi pemeriksaan pasien tersebut
3. Konsultasi ke bagian atau unit lain
4. Follow-up rutin keadaan pasien
5. Koasisten membantu dokter dalam melaksanakan
tugas tersebut
219
PERAWATAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur b. Paramedis
1. Menyiapkan tempat tidur pasien
2. Memindahkan pasien ke tempat yang telah disediakan
3. Mengukur tanda vital pasien
4. Menyiapkan blangko pemeriksaan dan konsul ke
bagian lain
5. Memberikan obat seusai dengan instruksi dokter
6. Mengikuti dokter dalam visite rutin
7. Siswa Akper, siswa bidan dan siswa SPK mengikuti
dan mebantu paramedis dalam melaksanakan tugas
diatas
Unit terkait Kebidanan dan kandungan, penyakit dalam
220
PROSEDUR BANGSAL ONKOLOGI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Bangsal onkologi dipergunakan untuk rawat pasien pasien
onkologi yang membutuhkan perawatan khusus
Tujuan 1. Memberikan fasilitas perawatan dan pengobatan pasien yang
dirawat inap
2. Memberikan perawatan dan pengobatan secara optimal
kepada pasien yang dirawat sesuai dengan kasus dan
kebutuhannya
Kebijakan 1. Pada dasarnya pasien yang dirawat di bangsal onkologi
berasal dari :
a. Rujukan dari luar yang diagonsisnya sudah ditetapkan
sebagai kanker ginekologi
b. Pasien dari bangsal lain yang sudah ditetapkan
diagnosisnya sebagai kanker ginekologi
c. Pasien poliklinik onkologi yang diagnosisnya sudah
ditetapkan
d. Pasien dari unit lain yang diagnosisnya telah ditetapkan
sebagai kanker ginekologi
2. Diagnosis kerja untuk pasien ditetapkan oleh konsulen
onkologi
3. Adanya fasilitas tempat tidur yang tersedia
221
PROSEDUR BANGSAL ONKOLOGI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 1. Penerimaan pasien baru pada saat jam kerja
a. Dokter bangsal onkologi menerima pasien dengan status
atau bangsal mediknya dari dokter bangsal ginekologi,
dimana telah mendapat persetujuan dari konsulen
onkologi
b. Dokter bangsal onkologi memeriksa kembali kelengkapan
status / rekam medik, kemudian membuat rancangan
pengobatan sesuai dengan yang telah diinstruksikan
konsulen onkologi
c. Dokter bangsal onkologi menyerahkan penderita besrta
statusnya kepada paramedis bangsal onkologi untuk
melakukan perawatan dan pengobatannya
2. Penerimaan penderita baru pada waktu jam jaga
a. Setelah diperiksa dokter jaga dan perawat dan pengobatan
sementara sebagaimana mestinya, termasuk memperbaiki
keadaan umum. Penderita diserahkan kepada dokter
bangsal ginekologi pada waktu jam kerja untuk segera
dikonsultasikan kepda konsulen onkologi
222
PROSEDUR BANGSAL ONKOLOGI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur b. Dokter bangsal onkologi menerima penderita dan dokter
bangsal ginekologi yang telah disetujui oleh konsulen
onkologi pada waktu jam kerja
3. Pelayanan perawatan dan pengobatan
a. Dokter bangsal
1. Memeriksa keadaan umum penderita dan kemajuan
pengobatan
2. Melaporkan dan mengkonsultasikan semua penderita
kepaa konsulen onkologi
3. Meneruskan, penghentian dan membuat rencana
pengobatan baru yang sesuai dengan ada tidaknya
kemajuan pengobatan, atas persetujuan konsulen
onkologi
4. Memberikan instruksi kepada paramedis untuk
pengambilan bahan-bahan untuk pemeriksaan lab.
rediologi dan pemberian obat serta hal lain yang
diperlukan untuk penderita
223
PROSEDUR BANGSAL ONKOLOGI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 5. Untuk penderita yang memerlukan tindakan operasi
radioterapi dan tindakan khusus lainnysa maka dokter
bangsal harus melengkapi semua persiapan yang
diperlukan
6. Pasien yang telah dipersiapkan tersebut selanjutnya
diserahkan kepada dokter bangsal persiapan /
preoperasi atau ke unit lain
b. Paramedis bangsal
1. Menerima pasien baru, mengantar dan menempatkan
ditempat tidur yang telah disiapkan
2. Memeriska kelengkapan status penderita dan
melaksanakan instruksi dokter bangsal dan konsulen
onkologi
3. Memeriksa tanda-tanda vital pasien dan mencatatnya
kedalam status penderita
4. Memeriksa perawatan kepada pasien yang sesuai
dengan kebutuhan secara optimal
Unit terkait Kebidanan dan kandungan
224
PERAWATAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM DAN RADIOLOGI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Suatu pemeriksaan penunjang yang berguna bagi para dokter
dalam membantu menegakkan suatu diagnosis penyakit
Tujuan Agar setiap pasien yang dirawat di bagian OBGIN RSUD
memperoleh diagnosis yang tepat mengenai penyakitnya dan
memperoleh pengobatan yang sesuai dan seoptimal mungkin
Kebijakan 1. Untuk kepentingan umum
Memaksimalkan kualitas pelayanan di rumah sakit
2. Untuk kepentingan dokter
a. Memperoleh data lengkap mengenai penakit dari pasien
b. Membantu para dokter untuk menegakkan diagnosis
c. Membantu para dokter agar dapat memberikan terapi yang
sesuai dan optimal
3. Untuk kepentingan penderita
Mendapatkan terapi yang sesuai dan seoptimal mungkin
terhadap penyakit yang dideritanya
Uraian Prosedur 1. Pemeriksaan laboratorium dan radiologi dibuat berdasarkan
permintaan tertulis dari dokter yang merawat
225
PERAWATAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM DAN RADIOLOGI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur 2. Dokter menulis blangko permintaan laboratorium / radiologi
yang dilengkapi dengan identitas, data kllnis, nomor register
dan medical record dari penderita
3. Sampel darah, urin atau cairan vagina dari penderita diambil
oleh dokter / koasisten / petugas laboratorium dengan tidak
lupa mencantumkan nama dan nomor medical record dari
pasien, untuk pemeriksaan radiologi, dokter/koasisten dibantu
perawat membantu pasien dalam persiapan yang diperlukan
untuk pemeriksaan
4. Surat/blangko pemeriksaan laboratorium yan diminta harus
efisien dan benar-benar untuk kepentingan penderita
Unit terkait Kebidanan dan kandungan, laboratorium, radiologi
226
PROSEDUR BANGSAL
PASCA OPERASI GINEKOLOGI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Perawatan intensif pasien psien yang telah dilakukan tindakan
operasi guna pemulihan selama 24 jam
Tujuan 1. Memberikan fasilitas dan perawatan medis secepat mungkin
pada penderita yang dioperasi oleh karena kelainan
ginekologi
2. Memberikan pelayanan perawatan secara optimal sesuai
kebutuhan
Kebijakan Adanya serah terima penderita segera setelah pelaksanaan
operasi selesai oleh dokter yang bertugas di kamar operasi,
dokter jaga / dokter bangsal
Uraian prosedur 1. Penerimaan penderita baru setelah operasi ginekologi
a. Penderita setelah dari kamar operasi, dengan catatan
medik penderita lengkap dengan laporan operasinya dan
juga instruksi pasca operasinya diserahkan dari dokter
yang melakukan operasi kepada dokter yang bertugas di
bangsal postoperasi
b. Petugas / bidan / paramedis kepala bangsal post operasi
mencatat dalam buku registrasi
227
PROSEDUR BANGSAL
PASCA OPERASI GINEKOLOGI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 1. Segera mengantar / menempatkan penderita di ruang
pulih
2. Menyiapkan berkas catatan medik penderita
3. Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang tata
tertib dan kewajiban yang harus dipenuhi
4. Pelayanan perawatan penderita di bangsal rawat pasca
operasi
5. Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang tata
tertib dan kewajiban yang harus dipenuhi
228
PROSEDUR BANGSAL
PASCA OPERASI GINEKOLOGI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 3. Memindahkan penderita dan tempat tidur dorong dari
OK ke tempat tidur yang telah disediakan
4. Mempersiapkan alat-alat dan perlengkapan lainnya
untuk pemeriksaan / tindakan dokter bangsal misalnya
tensimeter, thermometer, tabung O 2, alat-alat infuse,
transfuse, dan lain-lain
5. Melapor pada dokter bangsal padahari kerja dan dokter
jaga di luar jam kerja
6. Melaksanakan pengobatan sesuai instruksi dokter
b. Dokter bangsal / dokter jaga
1. Mengadakan pemeriksaan untuk menegakkan
diagnosis ke dalam berkas catatan medik
2. Kalau dianggap perlu melapor ke konsulen bangsal /
konsulen jaga
3. Memberikan insruksi pengobatan kepada perawat /
bidan / siswa / koasisten
4. Melakukan tindakan yang diperlukan dengan bantuan /
bersama bidan / siswa / koasisten
5. Melakukan konsul ke unit lain bila ada kasus yang
memang perlu
229
PROSEDUR KAMAR TINDAKAN
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur c. Koasisten
1. Mengadakan pengamatan keadaan penderita (tanda
vital dan keadaan lain yang perlu) dengan catatan
tertulis
2. Segera melaporkan kondisi penderita kepada dokter
bangsal / dokter jaga
3. Bersama dokter / bidan / siswa / melakukan
pemeriksaan / pengobatan / tindakan / medis yang
diperlukan
Administratif
Informed consent (dokter memberikan informasi kepada pasien
dan pasien mengetahui dan menyetujui tindakan yang akan
dilakukan pada dirinya baik secara lisan maupun tertulis)
Unit terkait Bagian Kebidanan dan kandungan
230
PROSEDUR BANGSAL
PASCA OPERASI OBSTETRI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Perawatan intensif pasien psien yang telah dilakukan tindakan
operasi guna pemulihan selama 24 jam
Tujuan 1. Memberikan fasilitas dan perawatan medis secepat mungkin
pada penderita sehabis operasi oleh karena melahirkan
2. Memberikan pelayanan perawatan secara optimal sesuai
kebutuhan
Kebijakan Adanya serah terima penderita segera setelah pelaksanaan
operasi selesai dari dokter yang bertugas di kamar bersalin
dokter jaga
Uraian prosedur 1. Penerimaan penderita baru setelah operasi melahirkan
a. Penderita setelah dari kamar operasi, dengan catatan
medik penderita lengkap dengan laporan operasinya dan
juga instruksi pasca operasinya diserahkan dari dokter
yang melakukan operasi kepada dokter yang bertugas di
bangsal pascaoperasi
b. Petugas / bidan / paramedis kepala bangsal pasca
operasi mencatat dalam buku registrasi
1. Segera mengatur / menempatkan penderita di ruang
pulih
231
PROSEDUR BANGSAL
PASCA OPERASI OBSTETRI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 2. Penerimaan penderita baru setelah operasi melahirkan
a. Penderita setelah dari kamar operasi dengan catatan
medik penderita lengkap dengan laporan operasinya dan
juga instruksi pascaoperasinya diserah terimakan dari
dokter yang melakukan operasi kepada dokter yang
bertugas di bangsal pascaoperasi
b. Petugas / bidan / paramedis kepala bansa pasca operasi
mencatat dalam buku register
1. Segera mengatur / menempatkan penderita di ruang
pulih
2. Menyiapkan berkas cataan medik kepada penderita
3. Memberikan penjelasan kepada keluarganya tetnang
tata tertib kewajiban yang harus dipenuhi
3. Pelayanan perawatan penderita di bangsal rawat pasca
operasi
a. Perawat / Bidan / Siswa Bidan / AKPER / PK
1. Memeriksa kelengkapan berkas catatan medik
penderita
232
PROSEDUR BANGSAL
PASCA OPERASI OBSTETRI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 2. Menyiapkan tempat tidur untuk penderita
3. Memindahkan penderita dan tempat tidur dorong dari
OK ke tempat tidur yang telah disediakan
4. Mempersiapkan alat-alat dan perlengkapan lainnya
untuk pemeriksaan / tindakan dokter bangsal misalnya
tensimeter, thermometer, tabung O 2, alat-alat infuse,
transfuse, dan lain-lain
5. Melapor pada dokter bangsal padahari kerja dan dokter
jaga di luar jam kerja
6. Melaksanakan pengobatan sesuai instruksi dokter
b. Dokter bangsal / dokter jaga
1. Mengadakan pemeriksaan untuk menegakkan
diagnosis ke dalam berkas catatan medik
2. Kalau dianggap perlu melapor ke konsulen bangsal /
konsulen jaga
3. Memberikan insruksi pengobatan kepada perawat /
bidan / siswa / koasisten
233
PROSEDUR BANGSAL
PASCA OPERASI OBSTETRI
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 4. Melakukan tindakan yang diperlukan dengan bantuan /
bersama bidan / siswa / koasisten
5. Melakukan konsul ke unit lain bila ada kasus yang
memang perlu
c. Koasisten
1. Mengadakan pengamatan keadaan penderita (tanda
vital dan keadaan lain yang perlu) dengan catatan
tertulis
2. Segera melaporkan kondisi penderita kepada dokter
bangsal / dokter jaga
3. Bersama dokter / bidan / siswa / melakukan
pemeriksaan / pengobatan / tindakan / medis yang
diperlukan
Administratif
Informed consent (dokter memberikan informasi kepada pasien
dan pasien mengetahui dan menyetujui tindakan yang akan
dilakukan pada dirinya baik secara lisan maupun tertulis)
Unit terkait Bagian Kebidanan dan kandungan
234
PERAWATAN SEKSIO SESAR ELEKTIF
DI RSUD Prof. Dr. SOEKANDAR
KABUPATEN MOJOKERTO
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Melakukan perawatan insentif pasien pasien yang telah dilakukan
seksio sesar selama 24 jam
Tujuan 1. Memberikan akomodasi / fasilitas dan perawatan medis
secepat mungkin pada pasien rawat inap 2 minggu sebelum
taksiran persalinan
2. Memberikan pelayanan perawatan secara optimal sesuai
kebutuhan terhadap pasien rawat inap yang akan ditentukan
penatalaksanaan persalinannya / terminasi kehamilannya
Kebijakan 1. Pada dasarnya perawatan penderita rawat inap di bangsal
obstetric patologi merupakan kiriman poliklinik KRT
2. Dilakukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut untuk
keperluan diagnosis dan terapi
3. Adanya tempat tidur yang tersedia
Uraian prosedur 1. Macam perawatan
a. Dokter
1. Mengadakan pemeriksaan untuk penegakan diagnosis
dan erapi sebagai keperawatan poliklinik KRT
2. Mengadakan visite setiap pagi untuk mengevaluasi
tanda inpartu, pesiapan operasi elektif
235
PERAWATAN SEKSIO SESAR ELEKTIF
DI RSUD Prof. Dr. SOEKANDAR
KABUPATEN MOJOKERTO
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 3. Melakukan konsultasi berjenjang
4. Bersamaan dengan dokter preop. Menentukan jadwal
operasi elektif
5. Memberi order untuk pemeriksaan penunjang (USG,
Rontgen, Lab. Rutin) serta konsultasi antar bagian
Anestesi, Penyakit Dalam)
6. Mencari data / status operasi dan indikasi seksio sesar
sebelumnya
b. Bidan
1. Melaksanakan instruksi dokter bangsal
2. Memeriksa kelengkapan berkas catatan medic pasien
serta mencari status lama jika lahir di RSUP
3. Memindahkan pasien pada tempat tidur yang telah siap
4. Siswa bidan, SPK, mahasiswa Akper membantu bidan
dalam pelaksanaan tugasnya
236
PERAWATAN SEKSIO SESAR ELEKTIF
DI RSUD Prof. Dr. SOEKANDAR
KABUPATEN MOJOKERTO
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur c. Koasisten
1. Mengikuti visite dokter bangsal, ikut mendiskusikan,
mempelajari pasien tersebut
2. Mencatat tanda vital setiap pagi
3. Wajib membantu dokter bangsal dalam pelaksanaan
tugas diatas
Administratif
Informed consent (dokter memberikan informasi kepada pasien
dan pasien mengetahui dan menyetujui tindakan yang akan
dilakukan pada dirinya baik secara lisan maupun tertulis)
Unit terkait Bagian Kebidanan dan kandungan
237
PELAYANAN KEBUTUHAN DARAH DAN CAIRAN
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Pelayanan yang diberikan pada pasien-pasien yang karena
penyakitnya membutuhkan darah ataupun cairan pengganti yang
dibutuhkannya
Tujuan Agar setiap pasien yang dirawat di bagian OBGIN RSAD
memperoleh pelayanan yang optimal dengan penyediaan darah
dan cairan pengganti sehingga pasien dapat memperoleh
pengobatan yang sesuai dan seoptimal mungkin
Kebijakan 1. Untuk kepentingan umum
Memaksimalkan kualitas pelayanan di rumah sakit
2. Untuk kepentingan dokter
a. Dapat segera memberikan therapy sesuai dengan yang
dibutuhkan pasien
3. Untuk kepentingan penderita
a. Mendapatkan terapi yang sesuai dan optimal terhadap
penyakit yang dideritanya
Uraian prosedur Darah
1. Permintaan darah dibuat sesuai dengan kebutuhan pasien
dan dibuat berdasarkan permintaan tertulis dan dokter yang
merawat
238
PELAYANAN KEBUTUHAN DARAH DAN CAIRAN
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur 2. Dokter menulis blangko permintaan darah yang dilengkapi
dengan identitas, data klinis, nomor register dan medical
record penderita
3. Sampel darah penderita diabil oleh dokter/koasisten dengan
tidak lupa mencantumkan nama dan nomor medical record
dari pasien
4. Surat/blangko pemeriskaan daerah yang diminta harus efisien
dan benar-benar untuk kepentingan penderita
5. Pada permintan darah selalu dicantumkan permintaan Cross
match dari darah yang dikirm
6. Setelah darah sampel diambil, maka darah dan blangko
permintaan diserahkan oleh dokter dan darah ada keluarga
untuk dibawa ke PMI
7. Setelah darah didapatkan oleh keluarga maka diserahkan
oleh dokter dan darah tersebut dapat diberikan kepada
penderita
239
PELAYANAN KEBUTUHAN DARAH DAN CAIRAN
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian Prosedur Cairan pengganti
Jenis-jenis cairan pengganti
1. Carian Kristaloid
2. Cairan koloid
Cairan pengganti yang diberikan disesuaikan dengan
kebutuhan
Pemberian cairan pengganti dilakukan oleh dokter yang
merawat dengan melakujkan follow up terhadap cairan yang
diberikan
Bila cairan pengganti yang diberikan sudah mencukupi maka
cairan pengganti tersebut dapat dihentikan pemberiannya
Unit terkait Kebidanan dan kandungan, unit pelayanan darah
240
VISUM ET REPERTUM
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Memberikan pelayanan visum et repertum kepada semua pasien
yang membutuhkan
Tujuan Memberikan keterangan selengkap-lengkapnya kepada
pengadilan berdasarkan surat permintaan jaksa / polisi yang
ditandatangani oleh polisi berpangkat serendah-rendahnya
pembantu letnan satu
Kebijakan 1. Untuk kepentingan umum
Membantu pengadilan dengan sebaik-baiknya agar kesaksian
seorang dokter dalam perkara pidana mencapai sasarannya
2. Untuk kepentingan dokter
a. Memberikan keterangan selengkap-lengkapnya kepda
pengadilan
b. Mencegah kesalahan di bidang hukum, seperti melanggar
rahasia jabatan dokter
3. Untuk kepentingan korban perkosaan
a. Mengobati gangguan fisik maupun psikis akibat perkosaan
b. Mencegah / mengobati STD (Sexual transmitted Disease)
241
VISUM ET REPERTUM
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur 1. Pemeriksaan Visum et Repartum dibuat berdasarkan
permintaan Visum Et Repartum (VR)
2. Surat VR harus ditanda tangani oleh Jaksa atau olisi
berpangkat serendah-rendahnya pembantu Letnan Satu,
ditujukan kepada Direktur RSUD up. Unit Kebidanan dan
Penyakit kandungan Direktur RSUD Prof. Dr. SOEKANDAR
MOJOSARI
3. Pemeriksaan VR harus mendapat izin tertulis dari korban atau
orang tuanya atau walinya
4. Dokter yang bertugas memeriksa VR harus melakukan
pemeriksan langsung pada saat surat permintaan VR diterima
5. Harus diketahui oleh konsulen
6. Sub bagian Rekam Medik Unit Kebidanan dan Penyakit
Kandungan mengisi formulir VR yang ditandatangani oleh
dokter yang memeriksa
7. Direktur RSUD Prof. Dr. SOEKANDAR MOJOSARI membuat
surat pengantar VR kepada yang meminta VR
Unit terkait Kebidanan dan kandungan
242
PELAYANAN INFEKSI INTRA PARTUM
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Pengertian Infeksi yang terjdi dalam persalinan yang ditandai :
Kenaikan suhu > 380C
Air ketuban keruh kecoklatan dan berbau
Lekosit darah > 15.000 / mm3
Infeksi yang terjadi dapat merupakan ke dari adanya infeksi
Antepartum, ayitu berupa khorioamnionitis yang sebelumnya
mungkin asimptomatik
Tujuan Memberikan pelayanan dan perawatan medis secepat mungkin
pada penderita infeksi intrapartum
Kebijakan Diagnosis dari infeksi intrapartum dapat ditegakkan jika
memenuhi kriteria :
a. Biasanya ketuban sudah pecah
b. Suhu > 380C
c. Air ketuban keruh kecoklatan dan berbau
d. Darah tepi : lekosit > 15.000 / mm3
Uraian Prosedur Medikamentosa (antibioatika)
Amplisina 3x1 gram / hari I.V atau Penisilin Prokaine 2 x 24 juta iu
/ hari I M, sedangkan pada infeksi berat : polfragmasi
243
PELAYANAN INFEKSI INTRA PARTUM
Dr. H. SUJATMIKO, MM
Pembina
NIP. 19630908 199603 1 002
Uraian prosedur Obstetri :
Persalinan diusahakan pervaginam
Kala I dilakukan akselerasi persalinan dan kala II dipercepat
Seksio sesar hanyak dilakukan atas indikasi obstetric msialnya
kelainan letak, distosia, gawat janin. Bila seksio sesar
dilakukan, sang drain intra peritoneal di depan plika dan pada
Cavum Douglasi. Bayi dapat dirawat gabung
Klomplikasi
Sepsis sampai dengan syok septic
Luka episiotomi / operasi terinfeksi, terbuka sampai terjadi
“Burat Abdomen”
Perdarahan kanan bayi
Perawatan cuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan
tindakan
Buka popok bayi
Bersihkan daerah anus dan sekitarnya dengan kapas dan air
hangat sampai bersih
Perhatikan adanya kelainan warna, bau dan konsistensinya
Unit terkait Bagian Kebidanan dan kandungan, neonatologi
244