Anda di halaman 1dari 3

Hati sebagai Ruang Mahakudus

Apakah Allah ada di tempat setengah kudus? Pernahkah Allah diam di tempat setengah kudus
atau hanya “kudus?” Tentu mahakudus. Kalau Dia bersemayam di hati kita, tempat itu harus
menjadi Ruang Mahakudus. Kita sudah terlalu lama hidup sembarangan, sehingga kita
tidak menghargai betapa mahal harga ransom; tebusan yang Allah berikan, yaitu darah
dan nyawa Putra Tunggal-Nya, agar Dia bisa tinggal di hati kita. Lalu, kita sembarangan
dengan hidup ini; kita membiarkan perkataan dan hal-hal najis masuk di dalam hati kita. Kita
masih bisa berkata: “tubuhku bait Allah,” masih bisa mengatakan: “Allah diam di dalam aku,”
dan Allah seakan-akan diam. Memang Allah sering bersikap seakan-akan Ia diam. Kitalah yang
harus proaktif mempertanyakan dan mempersoalkan.

Jadi, kita bisa mengerti mengapa firman Tuhan mengatakan: “Keluar kamu dari antara mereka
dan jangan menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu sebagai anak-anak-Ku
laki-laki dan anak-Ku perempuan, dan Aku tinggal di dalam kamu.” Untuk satu ini, kita harus
bertobat. Mari kita bertobat hari ini. Kita mau serius menjaga Ruang Kudus Allah. Kita minta
kepada-Nya, “jaga aku. Jangan sampai aku mengotori hatiku, Tuhan. Lindungi Aku, aku, Tuhan.
Aku minta lindungi aku, Tuhan.” Ini pesan yang harus kita terima. Bagi yang mau bertobat, ayo
bersama, kita bertobat. Yang tidak, risiko ditanggung masing-masing.

Apa pun masalah yang kita hadapi, itu bukan masalah besar. Jangan takut. Yang seharusnya
menjadi masalah besar bagi kita, apakah kita menjaga Ruang Mahakudus Bapa di hati kita?
Yang mau menyombongkan diri, silakan. Tapi bagi yang mau merendahkan hati, mari berkata,
“aku orang berdosa. Aku sering mencemari Ruang Mahasuci Allah dengan hal-hal najis; yang
kupikirkan, kuucapkan, kulakukan. Tapi hari ini aku mau bertobat.” Hendaknya kita tidak
bermain-main dengan kekekalan.

Tidak masalah, apa pun keadaan kita. Kalau Roh Allah diam di dalam hati kita, Dia
bersemayam, Dia bertakhta, kita menjadi milik-Nya, kita dibela Tuhan. Kalau Tuhan lawan
kita, tidak ada yang bisa bela kita. Maka, jangan lawan Tuhan. Kalau Tuhan bersemayam di hati
kita, kita harus tetap menjaga kekudusan. Berjuang, walaupun kita mengalami jatuh bangun; kita
masih bisa salah, tapi kita minta ampun. Kita selalu bersih-bersih, sehingga kita akan bisa benar-
benar menghayati Allah itu hidup, Allah hadir di dalam diri kita.

Hendaknya kita menjaga Ruang Kudus-Nya siang dan malam. Biar, kita memang akan terlihat
seperti orang yang tidak waras. Tapi kita tahu, suatu hari hanya orang yang menjadikan dirinya
bait Allah, yang dijemput Bapa di surga. Meskipun mungkin setelah membaca renungan ini, kita
akan kembali dengan cara hidup seperti kemarin; kita hanya tersentuh sesaat, hati kita hanya
retak, hanya tergores, dan tidak pecah. Maka, kita tidak pernah jadi rohani; kita tetap duniawi.
Kita pikir sudah cukup dengan hanya tergores, dan tidak hancur. Tapi, kita tidak mau setengah-
setengah. Hancurkan bejana hidupmu hidup kita. Jangan takut mengenai apa pun, sebab Dia
besar, Dia Allah yang menciptakan langit dan bumi, dari kekal sampai kekal. Kalau Dia
bersemayam di hati kita, itu suatu hal yang luar biasa.

Mengapa Tuhan membiarkan bait Allah yang begitu disanjung, begitu dipuja, menjadi pusat
ibadah dan juga menjadi pusat persatuan bangsa Yahudi, dihancurkan Tuhan? Bahkan Tabut
Perjanjian yang dulu begitu sakral, begitu keramat, begitu berkuasa, lenyap, tidak pernah
ditemukan. Lost Ark; tidak pernah ditemukan, karena memang tidak perlu ditemukan. Ada
orang-orang Kristen yang masih bicara bangga mengenai bait Allah di Yerusalem yang akan
dibangun oleh bangsa Yahudi. Kita tidak perlu bangga, karena bukan bait Allah itu yang
dikehendaki Allah. Di dalam nama Yesus Kristus, tubuh kita inilah bait Allah itu.

Gereja yang sesungguhnya adalah kita, bukan sebuah bangunan gedung. Jadi kita tidak perlu
ngotot punya gedung gereja. Kita bisa kontrak tempat, sewa ruangan, sehingga kapan saja bisa
pergi dan pulang. Kita bisa datang dan pergi sesuka hati. Jika ada dana, maka kita bisa sewa. Jika
tidak punya, tidak perlu sewa. Jika sampai memang tidak ada dana untuk menyewa tempat,
ibadah bisa kita adakan secara live streaming. Pendeta bisa berkhotbah dari rumah, sementara
jemaatnya beribadah di rumah masing-masing, tidak masalah.

Kalau Tuhan datang, bukan gedung yang dijemput. Jadi, tidak usah bangga jika memiliki gedung
gereja yang besar. Tapi, tidak usah juga berkecil hati karena tidak punya gedung gereja. Kita
tidak usah perlu dipusingkan mengenai organisasi. Jelas, memang kita memerlukan adanya
organisasi, tapi tidak usah sampai dipusingkan karena itu. Yang perlu kita permasalahkan
sebagai hal yang utama dan satu-satunya adalah apakah ruangan hati kita telah menjadi Ruang
Mahakudus yang bisa Allah tempati.

Yang seharusnya menjadi masalah besar bagi kita, apakah kita menjaga Ruang Mahakudus
Bapa di hati kita?

Anda mungkin juga menyukai