Anda di halaman 1dari 102

MARKAS BESAR

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

BAHAN AJAR (HANJAR)


PELATIHAN ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN
LALU LINTAS BAGI BINTARA POLRI
FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI


NOMOR : KEP/ 317 /VI/2021 TANGGAL 10 JUNI 2021
KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
SAMBUTAN

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Salam sejahtera bagi kita semua.

D
engan mengucap Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, atas rahmat dan karunia-Nya Bahan Ajar (Hanjar)
Pelatihan administrasi penyidikan tindak pidana kejahatan
lalu lintas bagi Bintara Polri dapat diselesaikan sesuai waktu yang
telah ditentukan.
KOMJEN POL Prof. Dr. H. RYCKO AMELZA
DAHNIEL, M.Si.
KALEMDIKLAT POLRI
. Kepolisian Neghara Republik Indonesia (Polri) memiliki tugas
pokok melakukan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat
serta penegakan hukum. Di bidang Lalu Lintas Polri memiliki tugas melakukan
penegakan hukum tindak pidana lalu lintas yang diemban oleh Polisi Lalu lintas.
Sebagai aparat penegak hukum di bidang lalu lintas, Polisi lalu lintas dituntut mampu
melakukan penegakan hukum, melaksanakan kegiatan penyidikan secara
profesional yang didukung penyelenggaraan administrasi penyidikan yang baik. Hal
tersebut karena administrasi merupakan bentuk pertanggungjawaban secara tertulis
atas semua tindakan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. Mengingat
pentingnya administrasi penyidikan maka perlu dilakukan upaya peningkatan
kemampuan penyidik melalui program pendidikan dan latihan.

Saya selaku Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri menyampaikan


apresiasi dan penghargaan serta ucapan terima kasih kepada narasumber dan tim
kelompok kerja yang telah menyelesaikan Hanjar pelatihan ini. Semoga bermanfaat
bagi anggota Polri dengan harapan memiliki kompetensi yang diharapkan.
Selanjutnya kepada pengguna/praktisi diharapkan dapat memberikan saran serta
kritik yang membangun untuk perbaikan hanjar pelatihan ini.
II
Sekian dan terima kasih, semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 10 Juni 2021

KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Prof. Dr. H. RYCKO AMELZA DAHNIEL, M.Si.


KOMISARIS JENDERAL POLISI

Paraf:
1. Konseptor/Ksbg Kurhanjarlat:.........
2. Kabag Kurhanjarlat :……..
3. Kaurtu Biro Kurikulum : …….
Paraf :
4. Karo Kurikulum :.........
1. 5. Kataud LemdiklatKurhanjarlat
Konseptor/Kabag Polri : ……. : …….
2. 6. Waka
Kaurtu Lemdiklat Polri
Rokurlum :…….. : …….
3. Karo Kurikulum : ........
4. Kataud : ........
5. Wakalemdiklat Polri : ........

iii
MARKAS BESAR
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI


Nomor: Kep/ 317 /VI/2021
tentang

HANJAR
PELATIHAN ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS
BAGI BINTARA POLRI FUNGSI TEKNIS LANTAS

KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Menimbang : bahwa dalam rangka penyelenggaraan pelatihan administrasi


penyidikan TP kejahatan lalu lintas bagi Bintara Polri guna dijadikan
dasar dan pedoman pelaksanaan fungsi Lantas maka dipandang
perlu menetapkan keputusan.

Mengingat : 1. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor


19 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pelatihan Kepolisian
Negara Republik Indonesia;

2. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia


Nomor 14 Tahun 2015 tentang Sistem Pendidikan Kepolisian
Negara Republik Indonesia;

3. Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia


Nomor: Kep/2463/XII/2019 tanggal 30 Juni 2020 tentang
Program Pendidikan dan Pelatihan Polri Tahun Anggaran
2021;

4. Surat Keputusan Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan


Polri No. Pol. : Skep/461/XII/2007 tanggal 13 Desember
2007 tentang Standar Komponen Kurikulum Pelatihan Polri;

5. Keputusan Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan


Polri Nomor: Kep/194/IV/2021 tanggal 8 April 2021 tentang
Kurikulum Pelatihan administrasi penyidikan TP kejahatan lalu
lintas bagi Bintara Polri.

Memperhatikan: hasil survei/penelitian program pelatihan Polri di kewilayahan pada


tahun 2020 saran serta masukan para pembina Fungsi Teknis
Operasional maupun Pembinaan dan para pelaksana pelatihan Polri.

MEMUTUSKAN.....
2 KEPUTUSAN KALEMDIKLAT POLRI
NOMOR : KEP/ 317 /VI/2021
TANGGAL : 10 JUNI 2021

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


POLRI TENTANG HANJAR ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP
KEJAHATAN LALU LINTAS BAGI BINTARA POLRI FUNGSI
TEKNIS LANTAS

1. mengesahkan Hanjar pelatihan administrasi penyidikan TP


kejahatan lalu lintas bagi Bintara Polri sebagaimana tersebut
dalam lampiran keputusan ini;

2. hal-hal lain yang berhubungan dengan penyelenggaraan


Hanjar pelatihan administrasi penyidikan TP kejahatan lalu
lintas bagi Bintara Polri yang belum diatur dalam Hanjar
pelatihan fungsi ini akan diatur kemudian, dan sebelum ada
ketentuan baru maka ketentuan yang sudah ada selama ini
serta tidak bertentangan dengan keputusan ini dinyatakan
tetap berlaku;

3. keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di: Jakarta


pada tanggal: 10 Juni 2021
KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kepada Yth.: Prof. Dr. H. RYCKO AMELZA DAHNIEL, M.Si


KOMISARIS JENDERAL POLISI
Para Ka SPN Polda
Paraf :
Tembusan: 1. Konseptor/Ksbg Kurhanjarlat : .........

1. Kapolri. 2. Kabag Kurhanjarlat : ..........


2. Wakapolri. 3. Kaurtu Rokurikulum : ..........
3. Irwasum Polri.
4. Kakorlantas Polri. 4. Karo Kurikulum :............
5. Para Kapolda.
6. Kapusdik Lantas 5. Kataud Lemdiklat Polri : ..........
Lemdiklat Polri. 6. Waka Lemdiklat Polri : ..........
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

IDENTITAS BUKU

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS

Penyusun :

Tim Pokja Lemdiklat Polri

Editor :

1. Kombes Pol Agus Triatmaja, SH, S.IK


2. AKBP Triwaluyani, S.Sos
3. Kompol Sumiran
4. AKP Sukirman, SH, MH
5. Pembina J.Seladwidjaja, SH
5. Pengda Naning

Hanjar Pelatihan Polri


Administrasi penyidikan TP kejahatan lalu lintas

Diterbitkan oleh:

Bagian Kurikulum dan Hanjar Pelatihan


Biro Kurikulum
Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri
Tahun 2021

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang menggandakan sebagian atau seluruh isi Bahan Ajar (Hanjar) Pelatihan
Polri ini, tanpa izin tertulis dari Kalemdiklat Polri

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS iv


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LANTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................................. i
Sambutan Kalemdiklat........................................................................................ ii
Keputusan Kalemdiklat....................................................................................... iv
Lembar Identitas ................................................................................................ vi
Daftar isi............................................................................................................. vii
MODUL 01 PENYIDIKAN TINDAK PIDANA (TP) KEJAHATAN LALU
LINTAS (JATANLIN)
Pengantar....................................................................................... 1
Standar Kompetensi...................................................................... 1
Kompetensi Dasar ......................................................................... 1
Materi Pelajaran ............................................................................. 2
Metode Pembelajaran ................................................................... 2
Alat/Media, Bahan dan Sumber Belajar ......................................... 2
Kegiatan Pembelajaran ................................................................. 3
Tagihan / Tugas ............................................................................ 4
Lembar Kegiatan ........................................................................... 4
Bahan Bacaan ............................................................................... 5
POKOK BAHASAN
KONSEP JATANLIN
1. Pengertian TP Jatanlin............................................................. ................
5
2. Jenis-jenis TP Jatanlin ............................................................ 5
3. Proses penyidikan TP Jatanlin ................................................ 6
4. Administrasi penyidikan TP Jatanlin............................ 71
Rangkuman .................................................................................. 71
Soal Latihan ................................................................................. 72

MODUL 02 ADMINISTRASI PENYIDIKAN TINDAK PIDANA (TP)


KEJAHATAN LALU LINTAS (JATANLIN)
Pengantar...................................................................................... 73
Standar Kompetensi...................................................................... 73
Kompetensi Dasar ....................................................................... 73
Materi Pelajaran ........................................................................... 75
Metode Pembelajan ...................................................................... 75
Alat/Media, Bahan dan Sumber Belajar ........................................ 76

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LANTAS vii
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kegiatan pembelajaran ................................................................. 77


Tagihan / Tugas ........................................................................... 78
Lembar Kegiatan .......................................................................... 78
Bahan Bacaan .............................................................................. 82
POKOK BAHASAN 1
PENGERTIAN ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP JATANLIN
1. Pengertian administrasi penyidikan TP Jatanlin ........................ 82
2. Dasar Hukum yang terkait dengan penyidikan TP Jatanlin ....... 82
3. Azas azas penyelenggaraan administrasi penyidikan TP
82
Jatanlin......................................................................................
4. Kesalahan dalam penyelenggaraan administrasi penyidikan
83
TP Jatanlin.................................................................................
POKOK BAHASAN 2
ADMINISTRASI PENYIDIKAN YANG MERUPAKAN ISI
BERKAS PERKARA
1. Sampul berkas perkara............................................................. 84
2. Daftar isi berkas perkara........................................................... 84
3. Isi berkas perkara...................................................................... 85
4. Daftar barang bukti.................................................................... 88
5. Daftar Saksi............................................................................... 88
6. Daftar tersangka........................................................................ 88
7. Petikan surat keputusan pemidanaan terdahulu....................... 89
POKOK BAHASAN 3
ADMINISTRASI PENYIDIKAN YANG BUKAN MERUPAKAN
ISI BERKAS PERKARA
1. Administrasi berupa surat-surat yang bukan merupakan isi
90
Berkas perkara..........................................................................
2. Administrasi berupa buku-buku register/ekspedisi/daftar yang
90
Bukan merupakan isi berkas perkara........................................
Rangkuman .................................................................................. 91
Soal Latihan ................................................................................. 93

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LANTAS viii
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

PENYIDIKAN TINDAK PIDANA (TP) KEJAHATAN LALU


Modul LINTAS (JATANLIN)
01
6 JP ( 270 menit)

PENGANTAR

Modul penyidikan tindak pidana (TP) kejahatan lalu lintas (Jatanlin)


yang mencangkup : pengertian pengertian, jenis-jenis TP, proses
penyidikan TP serta administrasi penyidikan TP Jatanlin.

Tujuan diberikan materi ini agar peserta pelatihan memahami konsep


Jatanlin

STANDAR KOMPETENSI

Memahami konsep TP Jatanlin

KOMPETENSI DASAR

1. Memahami konsep jatanlin

a. menjelaskan pengertian TP Jatanlin;


b. menjelaskan jenis-jenis TP Jatanlin;
c. menjelaskan proses penyidikan TP Jatanlin;
d. menjelaskan administrasi penyidikan TP Jatanlin.
.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 1


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

MATERI PELAJARAN

1. Pokok Bahasan:
Konsep TP Jatanlin

Sub Pokok Bahasan:


a. pengertian TP Jatanlin;
b. jenis-jenis TP Jatanlin;
c. proses penyidikan TP Jatanlin;
d. admnistrasi penyidikan TP Jatanlin.

METODE PEMBELAJARAN

1. Metode Ceramah
Metode ini digunakan untuk menjelaskan konsep TP Jatanlin.
2. Metode Tanya Jawab
Metode ini digunakan untuk tanya jawab tentang materi yang telah
disampaikan.

ALAT/MEDIA, BAHAN DAN SUMBER BELAJAR

1. Alat/Media
a. Laptop;
b. LCD;
c. Flip chart;
d. Whiteboard.
2. Bahan
a. Kertas;
b. Spidol/Alat Tulis lain.
3. Sumber Belajar
a. UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP;
b. UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri;
c. UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang LLAJ;
d. Perkap Nomor 06 tahun 2019 tentang penyidikan tindak
pidana;
e. Perkap Nomor 15 Tahun 2013 tentang tatacara penanganan

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 2


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Laka Lantas;
f. Keputusan Kepala Korps Lalu Lintas Polri No:
KEP/55/VIII/2014 tentang SOP Penyidikan Laka Lantas;
g. Skep Kabareskrim Polri Nomor 82/XII/2006 tentang pedoman
penyelenggaraan administrasi penyidikan.

KEGIATAN PEMBELAJARAN

1. Tahap awal : 10 menit


a. Pelatih/instruktur memperkenalkan diri kepada para peserta
pelatihan;
b. Pelatih/instruktur melakukan pencairan (permainan atau
bernyanyi);
c. Pelatih/instruktur menyampaikan standar kompetensi dan
kompetensi dasar serta indikator hasil belajar.
2. Tahap inti : 250 menit

a. Pelatih/Instruktur menyampaikan materi penyidikan TP


Jatanlin;
b. Pelatih /instruktur memberi kesempatan peserta pelatihan
untuk bertanya atau berkomentar tentang materi penyidikan
TP Jatanlin;
c. Pelatih/instruktur menjawab pertanyaan peserta pelatihan.
3. Tahap akhir : 10 menit
a. Pelatih/instruktur memberikan ulasan dan penguatan materi
secara umum;
b. Pelatih/instruktur mengecek penguasaan materi pelatihan
dengan cara bertanya secara lisan dan acak kepada peserta
pelatihan;
c. Pelatih/instruktur menyampaikan learning point, koreksi dan
kesimpulan dari materi pelatihan yang disampaikan kepada
peserta pelatihan;
d. Pelatih/instruktur memberi tugas kepada peserta secara
individual membuat resume.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 3


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

TAGIHAN/TUGAS

Peserta pelatihan secara perorangan mengumpulkan resume.

LEMBAR KEGIATAN

--------------------------------------------------------------------------------------------

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 4


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

BAHAN BACAAN

POKOK BAHASAN
KONSEP JATANLIN

1 Pengertian TP Jatanlin

Tindak Pidana Kejahatan Lalu Lintas adalah perbuatan melawan


hukum yang ditentukan sebagai kejahatan berdasarkan undang-
undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan
jalan.

2 Jenis-jenis TP Jatanlin

Tindak pidana kejahatan lalu lintas diatur dalam pasal 316 ayat
(2) Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas
Angkutan Jalan. Ketentuan mengenai jenis tindak pidana
kejahatan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 273,
Pasal 275 ayat (2), Pasal 277, Pasal 310, Pasal 311, dan Pasal
312 Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas
Angkutan Jalan.

a. Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan


patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan
Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dalam pasal 273;

b. Merusak Rambu Lalu Lintas, Marka jalan, Alat Pemberi Isyarat


Lalu Lintas, fasilitas Pejalan Kaki, dan alat pengaman
Pengguna Jalan sebagaimana dalam pasal 275 ayat 2;

c. Tindak pidana over dimensi Pasal 277;

d. Laka Lantas sesuai Pasal 310;

e. Mengemudikan Kendaraan Bermotor dengan cara atau


keadaan yang membahayakan sesuai pasal 311;

f. Tabrak lari Pasal 312.

Keterangan :

Untuk pasal 273, 275 ayat 2 dan pasal 277 belum ada
petunjuk teknis pelaksanaan penyidikan.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 5


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3 Proses penyidikan TP Jatanlin

a. Dimulai Penyidikan dilakukan dengan dasar:


1) Laporan Polisi; dan
2) Surat Perintah Penyidikan, paling sedikit memuat:
a) dasar penyidikan;
b) identitas tim penyidik;
c) perkara yang dilakukan penyidikan;
d) waktu dimulainya penyidikan; dan
e) identitas Penyidik selaku pejabat pemberi
perintah.

Setelah Surat Perintah Penyidikan diterbitkan, dibuat


SPDP. SPDP dikirimkan kepada penuntut umum,
pelapor/korban, dan terlapor dalam waktu paling
lambat 7 (tujuh) hari setelah diterbitkan Surat Perintah
Penyidikan. SPDP paling sedikit memuat:

a. dasar penyidikan berupa laporan polisi dan Surat


Perintah Penyidikan;
b. waktu dimulainya penyidikan;
c. jenis perkara, pasal yang dipersangkakan dan
uraian singkat tindak pidana yang disidik;
d. identitas tersangka; dan
e. identitas pejabat yang menandatangani SPDP.

Identitas tersangka tidak perlu dicantumkan dalam


SPDP, bila Penyidik belum dapat menetapkan
tersangka. Dalam hal Tersangka ditetapkan
setelah lebih dari 7 (tujuh) hari diterbitkan Surat
Perintah Penyidikan, dikirimkan surat pemberitahuan
penetapan tersangka dengan dilampirkan SPDP
sebelumnya (sesuai keputusan MK Nomor :
130/PUU/XIII/2015 tentang penyerahan SPDP ke JPU.

Apabila Penyidik belum menyerahkan berkas perkara


dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kepada Jaksa
Penuntut Umum, Penyidik wajib memberitahukan
perkembangan perkara dengan melampirkan SPDP.

Sebelum melakukan penyidikan, Penyidik wajib


membuat rencana penyidikan yang diajukan kepada
atasan Penyidik secara berjenjang.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 6


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Rencana penyidikan paling sedikit memuat:


a. jumlah dan identitas Penyidik;
b. objek, sasaran dan target penyidikan;
c. kegiatan dan metode yang akan dilakukan dalam
penyidikan;
d. karakteristik dan anatomi perkara yang
akan disidik;
e. waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan
kegiatan penyidikan;
f. sarana dan prasarana yang diperlukan
dalam pelaksanaan kegiatan penyidikan;
g. kebutuhan anggaran penyidikan; dan
h. kelengkapan administrasi penyidikan.

b. Upaya Paksa.
Upaya paksa meliputi:
1) pemanggilan

a) Persiapan
(1) Kelengkapan formal:
(a) laporan polisi;
(b) surat perintah tugas;
(c) surat perintah penyidikan.
(2) Kelengkapan materiil
Rencana kegiatan penyidikan yang di peroleh
dari gelar perkara.

b) Pelaksanaan Pemanggilan
(1) Pemanggilan dapat dilakukan untuk : saksi,
tersangka dan ahli
(2) Pemanggilan yang dilakukan di dalam negeri
Pemanggilan harus dilakukan dengan cara:
(a) surat panggilan ditujukan kepada
seseorang melalui surat panggilan
kepada yang bersangkutan;
(b) penentuan waktu dan tempat
pemeriksaan serta keterangan singkat

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 7


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

tentang perkara yang sedang dilakukan


penyidikan;
(c) surat panggilan dilengkapi dengan nomor
telepon atau alamat email petugas guna
mengantisipasi apabila seseorang tidak
bisa hadir pada waktu yang telah
ditentukan;
c) Tahap pembuatan surat panggilan
(1) Surat panggilan dibuat harus memuat :
(a) dasar pemanggilan;
(b) alasan pemanggilan terkait dengan
tindak pidana dan pasalnya;
(c) status yang dipanggil (saksi, tersangka
atau ahli);
(d) waktu dan tempat pemeriksaan;
(e) ditandatangani oleh Penyidik atau
atasan penyidik selaku penyidik;
(f) identitas penyidik yang akan melakukan
pemeriksaan;
(2) Surat panggilan dibuat rangkap 5 (lima)
dengan perincian :
(a) 1 lembar diberikan kepada yang
dipanggil;
(b) 1 lembar sebagai tanda terima;
(c) 1 lembar sebagai arsip; dan
(d) 2 lembar untuk berkas perkara;

(3) Waktu pemanggilan diperkirakan 3 hari


setelah surat panggilan diterima oleh pihak
yang dipanggil.
d) Tahap pengiriman
(1) surat panggilan diantar oleh penyidik/penyidik
pembantu/via kurir dengan membubuhkan
tanda terima dalam rangkap surat panggilan;
(2) apabila pihak yang dipanggil tidak berada di
tempat, surat panggilan diberikan kepada
keluarga, pejabat RT/RW, pejabat Desa,
Kelurahan setempat atau penasehat

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 8


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

hukumnya dengan tetap membubuhkan tanda


terima;
(3) apabila pihak yang dipanggil tidak mau
menerima surat panggilan, diberikan
penjelasan tentang kewajiban memenuhi
panggilan sebagaimana pasal 216 KUHAP;
(4) apabila pihak yang dipanggil tetap tidak mau
menerima, surat panggilan diberikan kepada
keluarga, pejabat RT/RW, pejabat Desa,
Kelurahan setempat atau penasehat
hukumnya dengan tetap membubuhkan tanda
terima dan diberikan catatan bahwa pihak
yang dipanggil tidak mau menerima;
(5) surat panggilan dapat dikirim melalui pos
tercatat atau khusus atau jasa pengiriman
lainnya;
(6) pemanggilan terhadap saksi dan ahli dapat
dilakukan melalui sarana komunikasi lainnya
(faks, telepon, email dll) berdasarkan
kesepakatan antara petugas dengan pihak
yang dipanggil, selanjutnya secara
administratip surat panggilan diberikan pada
saat pemeriksaan dilakukan.
e) Tahap penerimaan Surat Panggilan
CATATAN:
Dalam Perkap Nomor 14 Tahun 2012 Pasal 31
ditentukan tentang syarat penerbitan DPO, akan
menjadi perhatian :
(1) apabila saksi/tersangka tidak memenuhi
panggilan atau menolak tanpa memenuhi
alasan yang patut dan wajar maka penyidik
membuat surat panggilan ke II disertai surat
perintah membawa;
(2) apabila saksi/tersangka yang dipanggil
memberikan alasan ketidak hadiran yang
patut dan wajar maka panggilan berikutnya
ditentukan berdasarkan kesepakatan;
(3) apabila saksi/tersangka yang dipanggil tidak
memberikan alasan ketidak hadiran yang
patut dan wajar maka dilakukan evaluasi
untuk menentukan tindakan pemanggilan II.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 9


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Pemanggilan yang dilakukan di luar negeri


Pemanggilan saksi di luar negeri dapat dilakukan
dengan meminta bantuan pihak KBRI atau Perwakilan
Negara RI, dengan prosedur Penyidik Polda
mengirimkan surat permohonan bantuan pemanggilan
saksi disertai surat pengantar yang berisi uraian singkat
perkara pidana yang terjadi kepada Divhubinter Polri
dengan tembusan kepada Kabareskrim Polri.
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan
a) dalam pemanggilan perlu dilakukan kontrol
terhadap pelaksanaan pemanggilan oleh atas
penyidik dan atau pengawas penyidik;
b) apabila surat panggilan yang dikirim melalui pos
atau jasa pengiriman lainnya tidak sampai dan
surat kembali perlu dilakukan pengecekan kembali
alamat yang bersangkutan atau penyidik
berkoordinasi dengan penyidik setempat sesuai
alamat pihak yang dipanggil;
c) apabila alamat pihak yang dipanggil tidak
ditemukan maka penyidik meminta pengesahan
dari kepala lingkungan setempat;
d) pemanggilan terhadap saksi/Tersangka yang dalam
status penahanan oleh pihak lain maka
prosedurnya sebagai berikut :
(1) mengajukan surat permohonan izin
pemeriksaan kepada penyidik, JPU, Hakim
Pengadilan Negeri, Hakim Pengadilan Tinggi,
Hakim MA dan Kalapas yang melakukan
penahanan, untuk memberikan izin
pemeriksaan terhadap saksi/Tersangka yang
sedang ditahan;
(2) surat permohonan izin pemeriksaan
dilampirkan dengan Surat Panggilan kepada
saksi/Tersangka;
(3) prosedur pemanggilan lainnya sesuai dengan
prosedur pemanggilan;
(4) waktu pemeriksaan agar diperhitungkan
mengingat izin dari pihak yang melakukan
penahanan.
e) terhadap pemanggilan ahli dapat dilakukan melalui
pimpinan Instansi dimana ahli yang bersangkutan
bertugas atau dapat langsung ditujukan kepada ahli
yang bersangkutan.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 10


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

f) Dalam hal tersangka/saksi yang dipanggil untuk


Dalam hal pemanggilan terhadap notaris untuk
hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan
akte atau protokol notaris yang berada dalam
penyimpanan notaris harus mendapat ijin dari
majelis kehormatan notaris (undang-undang nomor
2 tahun 2014 pasal 66 ayat 1 huruf B).
g) Majelis kehormatan notaris dalam waktu paling
lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak
diterimanya surat permintaan persetujuan wajib
memberikan jawaban menerima atau menolak
permintaan persetujuan (undang-undang nomor 2
tahun 2014 pasal 66 ayat 3).
h) Dalam hal Majelis kehormatan notaris tidak
memberikan jawaban dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 majelis
kehormatan notaris dianggap menerima permintaan
persetujuan (undang-undang nomor 2 tahun 2014
pasal 66 ayat 4).
i) Undang-undang nomor 23 tahun 2014 Pasal 90:
(1) Tindakan penyidikan yang dilanjutkan dengan
penahanan terhadap gubernur dan/atau wakil
gubernur memerlukan persetujuan tertulis dari
Presiden dan terhadap bupati dan/atau wakil
bupati atau wali kota dan/atau wakil wali kota
memerlukan persetujuan tertulis dari Menteri.
(2) Dalam hal persetujuan tertulis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak diberikan, dalam
waktu paling lambat 30 (tiga puluh) Hari
terhitung sejak diterimanya permohonan,
dapat dilakukan proses penyidikan yang
dilanjutkan dengan penahanan.
(3) Hal-hal yang dikecualikan dari ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. tertangkap tangan melakukan tindak pidana
kejahatan; atau b. disangka telah melakukan
tindak pidana kejahatan yang diancam
dengan pidana mati atau telah melakukan
tindak pidana kejahatan terhadap keamanan
negara.
(4) Tindakan penyidikan yang dilanjutkan dengan
penahanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) setelah dilakukan wajib dilaporkan kepada
Presiden untuk gubernur dan/atau wakil
gubernur dan kepada Menteri untuk bupati

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 11


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dan/atau wakil bupati atau wali kota dan/atau


wakil wali kota paling lambat dalam waktu 2
(dua) kali 24 (dua puluh empat) jam sejak
dilakukan penyidikan yang dilanjutkan dengan
penahanan.
j) Undang-undang nomor 17 tahun 2014 pasal 245:
(1) Pemanggilan dan permintaan keterangan
untuk penyidikan terhadap anggota DPR yang
diduga melakukan tindak pidana harus
mendapat persetujuan tertulis dari Mahkamah
Kehormatan Dewan.
(2) Dalam hal persetujuan tertulis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak diberikan oleh
Mahkamah Kehormatan Dewan paling lama
30 (tiga puluh) Hari terhitung sejak
diterimanya permohonan, pemanggilan, dan
permintaan keterangan untuk penyidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak berlaku apabila anggota DPR:
(a) tertangkap tangan melakukan tindak
pidana;
(b) disangka melakukan tindak pidana
kejahatan yang diancam dengan pidana
mati atau pidana penjara seumur hidup
atau tindak pidana kejahatan terhadap
kemanusiaan dan keamanan negara
berdasarkan bukti permulaan yang
cukup; atau
(c) disangka melakukan tindak pidana
khusus.
(4) Dengan adanya Amar putusan MK Nomor
76/PUU-XII/2014 terkait pengujian UU MD3
menyatakan bahwa, frasa “persetujuan tertulis
dari MKD dalam pasal 245 ayat 1 UU MD3
bertentangan dengan undang-undang 1945
dan tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat, sepanjang tidak dimaknai”
persetujuan tertulis dari Presiden”.
Selanjutnya pasal 245 ayat 1 U MD3
selengkapnya menjadi, “pemanggilan dan
permintaan keterangan untuk penyidikan
terhadap anggota DPR yang diduga

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 12


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

melakukan tindak pidana harus mendapat


persetujuan tertulis dari presiden”.
k) Dalam hal penyidikan dilakukan di luar daerah
hukum, maka panggilan dilakukan oleh penyidik
setempat dan pada waktu pemeriksaan wajib
didampingi oleh penyidik setempat.
2) penangkapan
a) Persiapan
(1) Persyaratan Administrasi
(a) Syarat formal:
(1)) laporan polisi;
(2)) surat perintah tugas;
(3)) surat perintah penyidikan;
(4)) surat perintah penangkapan;
(5)) surat perintah membawa;
(6)) surat perintah penggeledahan.
(b) Syarat materiil
(1)) laporan hasil penyelidikan;
(2)) laporan hasil gelar perkara.
(2) Persyaratan Penyidik/Penyidik Pembantu
(a) memahami perkara yang sedang disidik;
(b) memiliki integritas sebagai penyidik
(mainset, mental dan perilaku) yang
profesional;
(c) menguasai tehnik dan taktik
penangkapan;
(d) menguasai peraturan perundang-
undangan yang sedang ditangani dan
terkait;
(e) mempunyai informasi latar belakang dan
karakter tersangka;
(f) memahami lokasi penangkapan;
(g) memahami adat istiadat setempat.
(3) Kelengkapan dan Peralatan
(a) membawa identitas diri yang jelas (kartu
tanda anggota, tanda kewenangan);
(b) menggunakan rompi Polri dalam
penangkapan tertentu;
(c) kendaraan Roda 2 dan Roda 4 atau alat
transportasi lainnya;
(d) handphone/handy talky;
(e) kamera/handycam;
(f) Alut dan Alsus (sesuai dengan keperluan);
(g) Kelengkapan bantuan teknis dan taktis
sesuai keperluan.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 13


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b) Urutan Tindakan
(1) Tindakan Penangkapan:
(a) Ketua Tim memberikan arahan tentang
teknis dan taktis penangkapan;
(b) penyidik/penyidik pembantu memastikan
identitas tersangka yang akan ditangkap
sesuai dengan surat perintah penangkapan;
(c) koordinasi dengan Kepolisian setempat dan
atau aparat pemerintah lingkungan
setempat tentang pelaksanaan
penangkapan yang akan dilaksanakan;
(d) hal-hal yang wajib dilakukan oleh penyidik
dalam melakukan penangkapan:
(1)) menjelaskan dan menunjukkan surat
perintah tugas dan memberikan surat
perintah penangkapan yang sah serta
alasan penangkapan kepada tersangka;
(2)) menghindari penggunaan kata-kata
kasar dan bernada tinggi yang akan
menarik perhatian orang-orang yang
berada di sekitar tersangka;
(3)) memperlakukan tersangka dengan
humanis, manusiawi, menghormati HAM;
(4)) setelah dilakukan penangkapan untuk
menjaga keamanan dan keselamatan
tersangka diborgol tangannya
(5)) sebelum membawa tersangka lakukan
penggeledahan badan untuk
memastikan bahwa tersangka tidak
membawa barang yang berbahaya dan
memastikan adanya barang yang terkait
dengan alat bukti terkait dengan
kejahatan yang dituduhkan;
(6)) apabila tersangka mengalami gejala
penyakit, agar segera dilakukan
pemeriksaan kesehatan di dokter
kepolisian atau pelayanan kesehatan
yang terdekat untuk memperoleh
pemeriksaan kesehatan fisik dan psikis
sesegera mungkin dan berkas
pemeriksaan medis maupun pengobatan
akan menjadi catatan bagi penyidik yang
menangani kasusnya;
(7)) kepada pihak keluarga tersangka atau

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 14


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

kuasa hukumnya diberikan tembusan


surat perintah penangkapan dan
membubuhkan tanda terimanya;
(8)) selanjutnya tersangka dibawa ke
kesatuan penyidik dalam keadaan
diborgol;
(9)) setelah melakukan penangkapan
penyidik segera melakukan pemeriksaan
terhadap tersangka untuk memastikan
apakah dapat dilanjutkan dengan
penahanan atau tidak, dengan terlebih
dahulu diberitahukan hakhaknya sebagai
tersangka;
(10)) penangkapan terhadap tersangka
dilakukan guna kepentingan penyidikan
paling lama 24 jam dan wajib
ditempatkan dalam ruangan yang layak
dan manusiawi;
(11)) dalam hal penangkapan melebihi waktu
24 jam maka kepada tersangka
diterbitkan surat perintah membawa
dengan terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan di satuan Polri atau Instansi
pemerintah terdekat;
(12)) dalam hal tertangkap tangan
penangkapan dilakukan tanpa Surat
Perintah Penangkapan dengan
ketentuan bahwa setelah penangkapan
harus segera menyerahkan tersangka
kepada penyidik/penyidik pembantu
pada kantor Polisi yang terdekat,
selanjutnya dibuatkan Berita Acara serah
terima tersangka;
(13)) pejabat yang berwenang mengeluarkan
Surat Perintah Penangkapan adalah
atasan penyidik selaku penyidik;
(14)) Surat Perintah Tugas dan Surat Perintah
Penangkapan yang ditandatangani oleh
pejabat yang berwenang tembusannya
wajib disampaikan kepada Atasan
langsung;
(15)) penangkapan dapat dilakukan atas
permintaan bantuan:

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 15


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(a)) Kesatuan Kepolisian lain


berdasarkan Daftar Pencarian
Orang;
(b)) Instansi yang berwenang;
(c)) Permintaan Negara anggota ICPO
Interpol;
(d)) Permintaan bantuan penangkapan
harus dilengkapi dengan:
 Surat permintaan bantuan
penangkapan;
 Laporan Polisi atau Laporan
kejadian;
 Surat Perintah
Penangkapan;
 Surat Perintah Tugas;
 Daftar Pencarian Orang.
(e) dalam hal tersangka yang ditangkap tidak
paham atau tidak mengerti bahasa yang
dipergunakan oleh petugas maka tersangka
tersebut berhak mendapatkan seorang
penterjemah dan penyidik berkewajiban
menyiapkannya;
(f) dalam hal tersangka berwarga negara asing
(WNA) yang ditangkap, penangkapan
tersebut harus segera diberitahukan
kepada kedutaan, konsulat, atau misi
diplomatik negaranya, atau keperwakilan
organisasi international yang kompeten jika
yang bersangkutan merupakan seorang
pengungsi;
(g) dalam hal tersangka yang ditangkap,
petugas wajib memperhatikan hak-hak
tersangka sebagai berikut:
(1)) tersangka yang diduga melakukan
tindak pidana harus diperlakukan
dengan asas praduga tak bersalah;
(2)) tersangka diperlakukan dengan
humanis dan manusiawi serta tidak
melanggar HAM;
(3)) saat melakukan penangkapan terhadap
tersangka, segera memberitahukan
kepada keluarganya, bila tidak ada
keluarga maka diberitahukan pada
RT/RW pada alamat tempat tinggal
tersangka;
(h) dalam hal membantu penangkapan
terhadap seseorang yang terdaftar di dalam
Daftar Pencarian orang (DPO), setiap
pejabat yang berwenang dapat membuat

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 16


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Surat Perintah Penangkapan;


(i) setelah dilakukan penangkapan harus
dibuat Berita Acara Penangkapan yang
ditanda tangani oleh penyidik/penyidik
pembantu yang melakukan penangkapan
terhadap tersangka yang ditangkap;
(j) tersangka yang tertangkap tangan atau
yang ditangkap dengan surat perintah
penangkapan setelah dilakukan
pemeriksaan ternyata tidak memenuhi
persyaratan dalam ketentuan yang dapat
dilanjutkan dengan penahanan, maka
tersangka harus dilepaskan dengan
dibuatkan Berita Acara Pelepasan
Penangkapan yang ditanda tangani oleh
Penyidik dan tersangka yang ditangkap;
(k) pelepasan tersangka wajib dilengkapi surat
perintah pelepasan tersangka dalam hal
pemeriksaan telah selesai atau karena
masa penangkapannya berakhir,
selanjutnya dibuatkan berita acara
pelepasan tersangka;
(l) Surat Perintah Pelepasan Tersangka
diserahkan kepada tersangka dan
tembusannya dikirimkan kepada
keluarganya atau kuasa hukumnya atau
walinya atau ketua lingkungan setempat
domisili tersangka;
(m) dalam hal tersangka yang diserahkan oleh
masyarakat kepada penyidik, penyidik wajib
membuat berita acara penyerahan orang
dengan mencantumkan keadaan fisik
tersangka melalui pemeriksaan medis dan
identitas yang menyerahkan.

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan


a) untuk menghindari kejadian salah tangkap,
kegagalan penangkapan sebelum melakukan
penangkapan menugaskan anggota untuk
mengetahui keberadaan tersangka dan situasi
setempat;
b) dalam penangkapan perlu mempertimbangkan
tindakan yang terukur;
c) dalam hal penangkapan tindak pidana terorisme
dan narkotika tetap mengacu kepada peraturan
perundangan-undangan tersebut;
d) apabila penangkapan dilakukan karena tersangka
tertangkap tangan, segera memberitahukan kepada
keluarganya dalam waktu (1x24 jam);

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 17


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

e) dalam hal tersangka yang tidak memiliki


keluarga/wali, penyidik wajib
menghubungi/memberitahukan kepada ketua
RT/RW dimana tersangka berdomisili.

Mekanisme Penangkapan
a) Petugas Melakukan Penangkapan Terhadap
Tersangka Yang Namanya Tercantum Dalam Surat
Perintah Penangkapan Dengan Membawa Surat
Perintah Penangkapan Dan Surat Perintah Tugas
b) Petugas Menunjukkan Springas Dan Memberikan
Satu Lembar Surat Perintah Penangkapan Satu
Lembar Surat Perintah Penangkapan Diberikan
Kepada Keluarga Tersangka
c) Memberitahukan Kepada Kepala Desa/Lingkungan
Dimana Tersangka Tinggal Tentang Penangkapan
Yang Terjadi Penyidik/Penyidik Pembantu
Membuat Berita Acara Penangkapan Yang Ditanda
Tangani Oleh Yang Melakukan Penangkapan,
Tersangka Yang Ditangkap Dan Saksi
d) Jika Tidak Cukup Bukti Terhadap Tersangka Yang
Diduga Keras Melakukan Tindak Pidana
Berdasarkan Buktipermulaan Yang Cukup
e) Setelah Dilakukan Pemeriksaan Jika Terdapat Bukti
Yang Cukup Penyidik/ Penyidik Pembantu
Membuat Sprin Pelepasan Dan Berita Acara
Pelepasan Dikembalikan Kepada Keluarga
f) Proses Sidik Dilanjutkan
g) Dilakukan Upaya Diversi
h) Penahanan Dilakukan Sebagai Upaya Terakhir
Masa Penangkapan Dilaksanakan Sesuai Dengan
Peraturan Perundang- Undangan Yang Berlaku.
3) penahanan
a) Persiapan
(1) Kelengkapan Formil:
(a) Laporan Polisi;
(b) Surat Perintah Tugas;
(c) Surat Perintah Penyidikan;
(d) Surat Perintah Dimulainya Penyidikan;
(e) Surat perintah penangkapan;
(f) Surat Perintah Penahanan;
(g) Berita acara penahanan;
(h) Berita acara saksi;
(i) Berita acara tersangka;
(j) Surat Perintah Pengalihan Jenis
Penahanan;
(k) Surat Perintah Pemindahan Tempat
Penahanan;

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 18


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(l) Surat Perintah pembantaran Penahanan;


(m) Surat Perintah Pencabutan Pembantaran
penahanan;
(n) Surat Perintah penangguhan Penahanan;
(o) Surat Perintah Pencabutan Penangguhan
Penahanan;
(p) Surat Perintah Penahanan Lanjutan;
(q) Surat Perintah Pengeluaran Tahanan;
(r) Surat permohonan ijin penahanan pejabat
Negara yang ditujukan
(2) Kelengkapan Materiil:
(a) Laporan hasil penyelidikan;
(b) Laporan kemajuan penanganan perkara;
(c) Laporan hasil gelar perkara.
(3) Sarana dan Prasarana
(a) Ruang tahanan dan perlengkapannya;
(b) Alat transportasi;
(c) CCTV pada ruang tahanan;
(d) Alut dan alsus;
(e) Tim medis;
(f) Sarana ibadah.
b) Urutan Tindakan
(1) Penahanan
(a) Penahanan dilakukan terhadap seseorang
tersangka yang diduga keras telah
melakukan tindak pidana berdasarkan
bukti yang cukup dan adanya keadaan
yang menimbulkan kekhawatiran bahwa
tersangka akan melarikan diri, merusak
dan menghilangkan barang bukti dan atau
mengulangi tindak pidana.
(b) Penahanan hanya dapat dikenakan
kepada tersangka yang melakukan tindak
pidana dan atau percobaan maupun
pemberian bantuan dalam tindak pidana
sebagaimana diatur dalam pasal 21 ayat
(4) poin (a dan b).
(c) Dibuatkan Surat Perintah Penahanan
(rangkap 9) diserahkan kepada tersangka
yang akan ditahan untuk ditanda tangani
dan dibuatkan berita acara penahanan
tersangka, Surat Perintah Penahanan
disampaikan kepada tersangka, keluarga
tersangka, Pejabat Rutan, Penuntut
Umum dan Ketua Pengadilan Negeri
disamping untuk keperluan kelengkapan
Berkas Perkara.
(d) Apabila tersangka tidak bersedia dan atau

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 19


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

menolak menandatangani Surat Perintah


Penahanan, maka harus dibuatkan Berita
Acara Penolakan.
(e) Sebelum dimasukkan kedalam ruang
tahanan dilakukan:
(1)) Penyidik/penyidik pembantu
memberikan Surat yang dilampiri
surat Perintah Penahanan
tersangka, berikut barang titipan
diserahkan kepada
Bagtahti/Dittahti/Sattahti/ petugas
ruang tahanan dan dicatat dalam
buku ekspedisi.
(2)) Pejabat Bagtahti / Dittahti / Sattahti /
petugas ruang tahanan
menandatangani penyerahan
dimaksud pada ekspedisi, dengan
menyebutkan nama terang, pangkat,
tanggal penerimaan dan dibubuhi
cap jabatan/dinas.
(3)) Pejabat Bagtahti / Dittahti / Sattahti /
petugas ruang tahanan membuat
Berita Acara Penyerahan Tahanan
dan menandatanganinya dengan
disaksikan oleh 2 orang anggota.
(4)) Pejabat Tahti melakukan
pemeriksaan terhadap tahanan
untuk mencocokkan identitas
tahanan dengan administrasi
tahanan.
(5)) Pejabat Tahti meminta bantuan
kepada dokter Polri dan atau
petugas medis lainnya untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan
fisik terhadap tahanan, dan bila
diperlukan meminta bantuan
Psikiater untuk memeriksa kondisi
kejiwaan tahanan dan hasil
pemeriksaan tersebut dicatat dalam
buku mutasi tahanan.
(6)) Pejabat Tahti melakukan
penggeledahan badan dan pakaian
tahanan dan semua barang yang
tidak diperkenankan dibawa bila ada
disimpan dan menjadi tanggung
jawab Pejabat Tahanan dan barang
bukti (Tahti).
(7)) Penyimpanan dan pencatatan
barang milik tahanan dilakukan oleh

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 20


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Pejabat Tahti dan dicatat dalam


Buku Register Barang Titipan milik
Tahanan, dan kepada tersangka
diberikan tanda bukti penitipan.
(8)) Pejabat tahti/petugas tahanan
berkoordinasi dengan fungsi
identifikasi untuk pengambilan foto
dan sidik jari.
(9)) Pejabat tahti/petugas tahanan
mencatat surat perintah penahanan
dan melakukan penyimpanan
didalam arsip Surat Perintah
Penahanan dan Kotak kontrol
tahanan.
(10)) Pejabat tahti mencatat identitas
tahanan dalam papan daftar
tahanan.
(11)) Pejabat tahti melaporkan kepada
atasan pejabat tahti tentang adanya
tahanan baru masuk.
(12)) Pejabat tahti melaporkan secara
periodik minimum 1 kali sehari
(13)) tentang jumlah dan kondisi tahanan
kepada atasan pejabat tahti.
(f) Setelah berada di Ruang Tahanan
(1)) Petugas Tahanan menyampaikan
tata tertib didalam ruang tahanan
kepada tahanan yang baru akan
masuk.
(2)) Petugas tahanan mengimbau
apabila sakit segera melapor kepada
petugas.
(3)) Petugas tahanan menyampaikan
hak-hak tahanan antara lain:
(a)) memperoleh makan dan minum
dari negara sehari 2 kali;
(b)) menjalankan ibadah sesuai
dengan kondisi tahanan;
(c)) memperoleh kesempatan untuk
pemeriksaan kesehatan dan
berobat;
(d)) menerima kunjungan besuk
sesuai dengan peraturan yang
berlaku;
(e)) menyampaikan permasalahan-
permasalahan yang ditemukan
diruang tahanan;
(f)) tahanan dapat menerima
makanan dan minuman dari

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 21


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

keluarganya setelah melalui


pemeriksaan.
(4)) Petugas tahanan menyampaikan
kewajiban-kewajiban tahanan antara
lain:
(a)) tahanan mematuhi tata tertib
yang berlaku didalam ruang
tahanan;
(b)) mengikuti apel pengecekan
tahanan;
(c)) tahanan menggunakan pakaian
tahanan yang disediakan oleh
negara;
(d)) tahanan menerima makanan dan
minuman yang disediakan
negara;
(e)) tahanan bertutur kata yang
sopan dan santun;
(f)) melaksanakan ibadah sesuai
keyakinan masingmasing;
(g)) menjaga kebersihan dan
kerapihan ruang tahanan;
(h)) mengikuti kegiatan pembinaan
fisik dan atau olahraga.
(5)) Petugas tahanan menyampaikan
larangan-larangan tahanan antara
lain:
(a)) menyimpan barang-barang yang
dapat membahayakan
keselamatan tahanan;
(b)) pelecehan seksual (sodomi dan
atau lesbian);
(c)) membawa, meminjam dan
menggunakan alat
telekomunikasi dan alat
elektronik lainnya;
(d)) merusak fasilitas ruang tahanan;
(e)) melakukan aktifitas yang
membahayakan diri sendiri dan
tahanan lainnya;
(6)) petugas tahanan dalam
memasukkan tahanan ke dalam
ruang tahanan harus
mempertimbangkan aspek-aspek
antara lain jenis kelamin, kelompok
usia, jenis kasus, kewarganegaraan
dan kondisi kesehatan.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 22


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(2) Pembantaran tahanan


(a) Petugas tahanan berkoordinasi dengan
penyidik/penyidik pembantu apabila
tahanan menderita sakit untuk dilakukan
pemeriksaan oleh dokter Polri/tim medis
lainnya dan jika dibutuhkan perawatan
khusus maka perlu dilakukan
pembantaran, dengan melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
(1)) melaporkan kepada pejabat tahti
tentang pembantaran tahanan;
(2)) mencatat dalam buku mutasi
tahanan tentang pembantaran
tahanan;
(3)) menyiapkan tahanan yang akan
dibantar;
(4)) berkoordinasi dengan
penyidik/penyidik pembantu untuk
menentukan rumah sakit rujukan,
transportasi ke rumah sakit,
menghubungi keluarga tahanan, dan
menyiapkan 2 (dua) petugas
pengawalan dan jaga tahanan di
rumah sakit;
(5)) dalam keadaan darurat petugas jaga
tahanan dapat mengambil tindakan
untuk membawa tahanan ke rumah
sakit dengan catatan dalam
kesempatan pertama
memberitahukan kepada pihak
Penyidik dan melaporkan kepada
pejabat tahti;
(b) Apabila tersangka sudah pulih kembali,
sudah dinyatakan sehat oleh dokter yang
ditunjuk Penyidik, dan memungkinkan
untuk dilakukan penahanan, maka
pembantaran terhadap tersangka dapat
dicabut dan tersangka kembali
menjalankan masa penahanan sepanjang
penyidik masih mempunyai kewenangan
untuk menahan/memperpanjang
penahanan. Dengan membuat surat
pencabutan pembantaran dan
menerbitkan surat perintah penahanan
lanjutan, maka petugas jaga tahanan
melakukan kegiatan sebagai berikut:
(1)) menerima kembali tahanan yang

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 23


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

telah selesai dibantarkan dari


penyidik;
(2)) melakukan langkah-langkah
penerimaan tahanan sesuai poin 2. a.
butir 5) a) sampai f) tersebut di atas;
(3)) melaporkan kembali kepada pejabat
tahti dan atasan penyidik bahwa
pembantaran tahanan sudah selesai;
(c) Terhadap tahanan yang
berkewarganegaraan asing maka penyidik
Polri, wajib memberitahukan kepada pihak
kedutaan sesuai kewarganegaraan
tahanan paling lambat 3 x 24 jam.

(3) Perpanjangan penahanan

(a) Melalui nota dinas pejabat tahti


memberitahukan kepada penyidik/penyidik
pembantu 10 hari sebelum masa tahanan
berakhir.
(b) Penyidik Polri membuat surat permohonan
perpanjangan penahanan kepada jaksa
penuntut umum atau pengadilan negeri 10
(sepuluh) hari sebelum masa penahanan
berakhir dengan melampirkan resume.
(c) Setelah penyidik Polri mengirimkan surat
permohonan perpanjangan penahanan
kepada jaksa penuntut umum atau pengadilan
negeri, 5 hari sebelum masa penahanan
berakhir penetapan perpanjangan penahanan
belum diterbitkan, maka penyidik wajib
berkoordinasi dengan jaksa penuntut umum
atau pengadilan negeri.
(d) Pejabat tahti meminta surat penetapan
perpanjangan penahanan kepada penyidik,
dan penyidik Polri wajib memberikan
penetapan perpanjangan penahanan.
(e) Setelah surat penetapan perpanjangan
penahanan diterima oleh penyidik Polri,
segera diserahkan kepada tahanan dan
mengirimkan tembusannya kepada pejabat
tahti dan keluarga/penasehat hukum.
(f) Pejabat tahti mencatat surat penetapan
perpanjangan penahanan dalam buku register
tahanan dan menyimpan copynya di kotak
kontrol tahanan

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 24


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(4) Pengalihan jenis penahanan

Atas pertimbangan penyidik/atasan penyidik


dengan alasan tertentu dan tidak bertentangan
hukum maka penyidik dapat mengalihkan jenis
penahanan tersangka dari ruang tahanan menjadi
penahanan rumah dan atau kota dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
(a) penyidik Polri menerima surat permohonan
pengalihan jenis penahanan dari pihak
keluarga/penasihat hukum tahanan yang
mencantumkan jaminan terhadap keamanan
dan tidak akan melarikan diri;
(b) penyidik Polri menyelenggarakan gelar
perkara dan melaporkan hasilnya kepada
atasan penyidik;
(c) penyidik Polri membuat laporan kemajuan
dengan disertakan saran dan pendapat untuk
dilakukan pengalihan jenis tahanan;
(d) apabila atasan penyidik Polri menyetujui jenis
pengalihan penahanan, maka penyidik Polri
segera membuat surat perintah pengalihan
jenis penahanan, surat perintah penahanan
rumah dan surat pengeluaran tahanan serta
membuat berita acara pengalihan jenis
penahanan. Surat Perintah Pengalihan Jenis;
(e) Penahanan diserahkan kepada tersangka
dalam rangkap 10 (sepuluh) untuk
ditandatangani olehnya dan oleh petugas Polri
yang menyerahkan, masing-masing pada
kolom yang telah ditentukan;
(f) penyidik Polri menyerahkan surat perintah
pengalihan jenis penahanan kepada tahanan,
keluarga dan atau penasehat hukum, pejabat
tahti, jaksa penuntut umum, dan pengadilan
negeri;
(g) penyidik Polri menyerahkan surat perintah
pengeluaran tahanan kepada pejabat Tahti;
(h) penyidik Polri menyampaikan hak dan
kewajiban kepada tahanan yang dialihkan
jenis tahanan;
(i) penyidik Polri mempunyai kewajiban untuk
memonitor, mengawasi dan berkoordinasi
dengan pihak keluarga yang menjamin secara
periodik di rumah tempat tahanan berada
untuk menjamin bahwa tahanan tetap berada
di rumah atau kota;
(j) pejabat Tahti menerima administrasi
pengalihan jenis penahanan dan mencatat

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 25


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dalam buku register pengeluaran tahanan;


(k) pejabat Tahti memberitahukan dan
memproses pengeluaran tahanan dan
mengembalikan barang-barang titipan milik
tahanan (jika ada) serta menyerahkan
tahanan kepada pihak keluarga/ penjamin;
(l) untuk kepentingan pengecekan keberadaan
tahanan maka penyidik Polri mewajibkan
kepada tahanan tersebut untuk lapor diri;
(m) penyidik Polri menyampaikan surat
pemberitahuan tentang jenis pengalihan
penahanan atas nama tahanan kepada
pejabat setempat (RT, RW, Lurah/Kepala
desa).

(5) Penangguhan Penahanan


Atas pertimbangan penyidik/atasan penyidik
dengan alasan tertentu dan tidak bertentangan
hukum maka penyidik dapat menangguhkan
penahanan terhadap tersangka dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
(a) penyidik Polri menerima surat permintaan dan
atau permohonan penangguhan penahanan
dari pihak tahanan, keluarga, penasehat
hukum yang mencantumkan jaminan uang
atau orang;
(b) penangguhan penahanan terhadap tersangka
yang ditahan dalam Ruang tahanan dapat
dilakukan atas jaminan uang dan orang atau
tanpa jaminan dengan ketentuan sebagai
berikut:
(1)) Jaminan uang
(a)) dibuat perjanjian antara penyidik
dengan tersangka atau penasehat
hukumnya dengan menentukan
syaratsyaratnya.
(b)) jumlah uang jaminan harus secara
jelas disebutkan dalam perjanjian
yang besarnya ditetapkan oleh
penyidik.
(c)) uang jaminan disetorkan oleh
pemohon atau penasehat
hukumnya atau keluarganya ke
Panitera Pengadilan Negeri dengan
formulir penyetoran yang
dikeluarkan oleh penyidik.
(d)) bukti setoran dibuat rangkap tiga:
• 1 lembar untuk arsip Panitera;
• 1 lembar dibawa oleh yang

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 26


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

menyetorkan untuk digunakan


sebagai bukti telah
melaksanakan isi perjanjian;
• 1 lembar lagi dikirimkan oleh
Panitera kepada Penyidik
melalui kurir untuk digunakan
sebagai alat kontrol.
(e)) Berdasarkan tanda bukti
penyetoran uang, yang
diperlihatkan oleh keluarga atau
kuasanya atau berdasarkan tanda
bukti penyetoran uang jaminan
yang diterima dari Panitera
Pengadilan, maka penyidik
mengeluarkan Surat Perintah
Penangguhan Penahanan.
(2)) Jaminan Orang
(a)) tersangka atau Penasihat
Hukumnya membuat surat
perjanjian tentang kesanggupan
untuk menyerahkan sejumlah uang
berdasarkan syarat-syarat dan
pertimbangan tertentu dari
penyidik, sebagai jaminannya
apabila dikemudian hari tersangka
tidak dapat dihadirkan dihadapan
penyidik selama 3 bulan berturut-
turut;
(b)) identitas orang yang menjamin
dicantumkan dalam surat perjanjian
dan juga ditetapkan besarnya uang
yang harus dijamin oleh penjamin;
(c)) berdasarkan surat jaminan dari
penjamin tersebut, maka penyidik
mengeluarkan Surat Perintah
Penangguhan Penahanan;
(d)) apabila tersangka melarikan diri
dan setelah lewat 3 bulan tidak
dapat ditemukan, maka:
• penjamin segera
menyerahkan/menyetorkan
jaminan uang tersebut ke Kas
Negara;
• dalam hal jaminan orang,
penjamin diwajibkan
membayar uang yang
jumlahnya telah ditetapkan
oleh penyidik sesuai dengan
yang tercantum dalam surat

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 27


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

perjanjian untuk disetor ke


Kas Negara melalui Panitera
Pengadilan dan apabila
penjamin tidak dapat
membayar sejumlah uang
yang telah ditetapkan dalam
perjanjian maka dengan
bantuan juru sita menyita
barang miliknya untuk dijual
lelang dan hasilnya disetor ke
Kas Negara melalui Panitera
Pengadilan (PP No. 27 tahun
1983 Pasal 35 dan
Permenkeh No.
M.14.PN.07.03 tahun 1983).
(e)) Penyidik Polri menyelenggarakan
gelar perkara dan melaporkan
hasilnya kepada atasan penyidik.
(f)) Penyidik Polri membuat laporan
kemajuan dengan disertakan saran
dan pendapat untuk dilakukan
penangguhan tahanan.
(g)) Apabila atasan penyidik Polri
menyetujui penangguhan
penahanan, maka penyidik Polri
segera membuat surat perintah
penangguhan penahanan dan surat
perintah pengeluaran tahanan serta
membuat berita acara
penangguhan penahanan dan
berita acara pengeluaran tahanan.
(h)) Surat Perintah Penangguhan
Penahanan dibuat dalam rangkap
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh)
Lembar.
(i)) Penyidik Polri menyerahkan surat
perintah penangguhan penahanan
kepada tahanan, keluarga dan atau
penasehat hukum, pejabat tahti,
jaksa penuntut umum, dan
pengadilan negeri.
(j)) Penyidik Polri menyerahkan surat
perintah pengeluaran tahanan
kepada pejabat Tahti.
(k)) Penyidik Polri menyampaikan hak
dan kewajiban kepada tahanan
yang ditangguhkan penahanannya.
(l)) Penyidik Polri mempunyai
kewajiban untuk memonitor,

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 28


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

mengawasi dan menentukan hari


wajib lapor dan mencatat kehadiran
tersangka di ruang penyidik.
(m)) Pejabat tahti menerima administrasi
penangguhan penahanan dan
mencatat dalam buku register
pengeluaran tahanan.
(n)) Pejabat tahti memberitahukan dan
memproses pengeluaran tahanan
dan mengembalikan barang-barang
titipan milik tahanan (jika ada) serta
menyerahkan tahanan kepada
pihak keluarga/penjamin.
(o)) Penyidik Polri menyampaikan surat
pemberitahuan tentang
penangguhan penahanan atas
nama tahanan kepada pejabat
setempat (RT, RW, Lurah/Kepala
desa).
(p)) Terhadap tersangka yang
ditangguhkan melarikan diri dalam
masa penahanan dibuatkan Berita
Acara Melarikan Diri dan apabila
tertangkap kembali maka
diterbitkan Surat Perintah
Penangkapan, Surat Perintah
Penahanan lanjutan dan Berita
Acara Penahanan Lanjutan.

(6) Pengeluaran Tahanan


(a) Pengeluaran tahanan dilakukan dengan
pertimbangan karena:
(1)) masa penahanan telah habis dan
perkara belum tuntas;
(2)) Permohonan penangguhan penahanan
yang dikabulkan;
(3)) Tersangka dipindahkan ke rutan Polri
lain atau dititip diLapas;
(4)) Perkara yang melibatkan tersangka telah
selesai P 21 dan dilimpahkan ke JPU.
(b) Tata Cara Pengeluaran Tahanan
Penyidik/Penyidik Pembantu menyiapkan dan
membuat administrasi Pengeluaran Tahanan
berupa:
(a) Surat Perintah Pengeluaran Tahanan;
(b) Berita Acara Pengeluaran Tahanan;
(c) Membuat Resume Singkat.
(c) Surat Perintah Pengeluaran Tahanan
diserahkan kepada tersangka dalam rangkap

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 29


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

10 (sepuluh) untuk ditanda tangani oleh


tersangka, disampaikan kepada tersangka,
keluarga tersangka, Pejabat Rutan, Penuntut
Umum dan Ketua Pengadilan Negeri,
disamping untuk kepentingan kelengkapan
berkas perkara.
(d) Sebelum pengeluaran tahanan dilakukan
pemeriksaan kesehatan tersangka oleh
Dokter dan penyerahan kembali barang-
barang titipan milik tersangka dan dibuatkan
Berita Acara Penyerahan Barang Titipan.

(7) Pemindahan tempat penahanan


(a) Pemindahan penahanan dapat dilakukan
dengan dasar dan alasan pertimbangan :
(1)) tersangka meresahkan masyarakat
sekitar dan atau tokoh masyarakat serta
ada kekhawatiran pengeluaran paksa;
(2)) terjadi bencana (Bencana alam,
kebakaran, dll.) pada kantor kepolisian
setempat dan tidak memungkinkan
kembali untuk ditahan di kantor tersebut;
(3)) jumlah tahanan pada kantor Polisi
melebihi kapasitas;
(b) Pemindahan tempat penahanan hanya
dilakukan untuk kepentingan penyidikan,
penuntutan dan peradilan yang cepat, mudah
dan murah serta mempertimbangkan alasan
pemindahan tempat penahanan, dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
(1)) Penyidik Polri yang melakukan
penahanan berkoordinasi dengan
penyidik dari kesatuan lain yang
mempunyai kaitan dengan kasus
tersebut;
(2)) Penyidik Polri menentukan waktu
pemindahan Tahanan;
(3)) Penyidik Polri menyerahkan tersangka
dan menyelesaikan administrasi
pemindahan tempat penahanan;
(4)) Penyidik Polri membuat Rencana
Pemindahan Tempat Penahanan
dengan mempersiapkan administrasi
penyidikan berupa:
(a)) Surat perintah Tugas pemindahan
Tempat penahanan;
(b)) Surat Perintah Penyerahan
Tersangka;
(c)) Berita Acara Penyerahan

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 30


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Tersangka, Barang Bukti, dan


Berkas Perkara;
(d)) Surat Perintah Pemindahan
Tempat Penahanan;
(e)) Berita Acara Pemindahan Tempat
Penahanan;
(5)) Penyidik Polri membuat laporan
pelaksanaan tugas pemindahan tempat
penahanan.
(8) Tahanan meninggal dunia di ruang tahanan
Dalam menghadapi tahanan yang meninggal dunia
didalam ruang tahanan (wajar atau tidak wajar)
langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
(a) Pejabat tahti
(1)) mengamankan tempat kejadian perkara
meninggalnya tahanan;
(2)) menghubungi penyidik, dokter Polri/tim
medis lainnya, identifikasi untuk
melakukan olah TKP;
(3)) melaporkan kepada atasan pejabat tahti;
(4)) membuat laporan kronologis kejadian
tentang meninggalnya tahanan;
(5)) mencatat dalam buku mutasi tahanan
dan buku register tahanan;
(6)) apabila tahanan yang meninggal
tersebut menitipkan barang, maka akan
diserahkan kepada keluarga/penasehat
hukum;
(7)) apabila tidak memiliki keluarga, maka
barang tersebut diserahkan kepada
penyidik untuk diserahkan kepada
negara.
(b) Penyidik Polri
(1)) melaporkan kepada atasan penyidik;
(2)) menghubungi keluarga/penasehat
hukumnya;
(3)) mendatangi dan mengolah TKP;
(4)) membawa mayat ke rumah sakit dengan
surat permohonan untuk pemeriksaan
otopsi terhadap mayat;
(5)) setelah di otopsi mayat diserahkan
kepada keluarga disertai berita acara
serah terima mayat;
(6)) apabila mayat tersebut belum diketahui
keluarganya, untuk sementara mayat
dititipkan di rumah sakit sampai batas
waktu tertentu sambil mencari pihak
keluarga;

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 31


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(7)) apabila batas waktu yang ditentukan


oleh pihak rumah sakit berakhir, maka
mayat diserahkan kepada pihak rumah
sakit untuk dimakamkan dengan dihadiri
oleh penyidik dengan dilengkapi berita
acara pemakaman.

Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan


a) Kewenangan penahanan ada pada penyidik,
penyidik pembantu atas perintah penyidik.
b) Setiap tindakan penahanan perlu diingat hak-hak
tersangka yang ditahan, antara lain sebagai berikut:
(1) dalam waktu satu hari setelah perintah
penahanan, tersangka harus mulai diperiksa
(Pasal 122 KUHAP);
(2) menghubungi Penasehat Hukum (Pasal 57
ayat (1) KUHAP);
c) tersangka berkebangsaan asing berhak untuk
menghubungi dan berbicara dengan perwakilan
negaranya (Pasal 57 ayat (2) KUHAP);
d) tahanan mempunyai hak:
(1) mengirim dan menerima surat dari penasehat
hukum atau keluarganya dan harus
disediakan alat tulis menulis (Pasal 62
KUHAP);
(2) menghubungi dan menerima kunjungan:
(a) dokter pribadi (Pasal 58 KUHAP);
(b) pihak yang mempunyai hubungan
keluarga (pihak lain) guna mendapatkan
jaminan baik penangguhan penahanan
atau untuk usaha mendapatkan bantuan
hukum (Pasal 60 KUHAP);
(c) rohaniawan (pasal 63 KUHAP).
(3) Mengajukan permintaan kepada Pengadilan
Negeri setempat untuk dilakukan Praperadilan
tentang sah atau tidak sahnya penahanan
atas dirinya (Pasal 124 KUHAP).
e) Apabila tersangka berkebangsaan asing, Penyidik
menyampaikan Surat Perintah Penahanan kepada:
(1) Perwakilan negaranya/Kedutaan
Besar/Konsulat Negara yang bersangkutan
melalui Kementerian Luar Negeri;
(2) Kabareskrim Polri;
(3) Divisi Hubungan Internasional Polri;
f) Penahanan terhadap tersangka anggota MPR,
DPR, DPD, Gubernur, Bupati/Wakil Bupati atau
Walikota/wakil walikota dilaksanakan harus dengan
izin Presiden.
g) Penanganan terhadap Warga Negara Asing yang

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 32


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

meninggal dalam status penahanan, wajib segera


diberitahukan kepada:
(1) Perwakilan Negaranya melalui Kementerian
Luar Negeri;
(2) Kabareskrim Polri;
(3) Divisi Hubungan Internasional Polri;
h) Apabila keluarga berada di luar kota, maka Surat
pemberitahuan penahanan tersangka dapat
dikirimkan melalui PT Pos Indonesia atau jasa
titipan kilat dengan membuat tanda bukti
pengiriman diketahui pejabat kantor pos atau jasa
titipan dan atau dikirimkan penyidik pembantu
wilayah setempat.
i) Terhadap tahanan yang keamanannya tidak dapat
dijamin oleh satuan yang menahan, maka
penahanannya dapat ditempatkan pada kesatuan
atas.
4) penggeledahan

a) Persiapan
(1) Kelengkapan Formil:
(a) Laporan Polisi;
(b) Surat Perintah Penyidikan;
(c) Izin/persetujuan Penggeledahan dari
pengadilan negeri;
(d) Surat Perintah Penggeledahan;
(e) Surat Perintah Penyitaan;
(f) Surat Perintah Tugas;
(g) Surat perintah penangkapan;
(h) Rencana penggeledahan.
(2) Kelengkapan Materil
(a) LHP (laporan hasil penyelidikan);
(b) Laporan kemajuan penanganan perkara;
(c) Laporan hasil gelar perkara.
(3) Perlengkapan dan peralatan
(a) Alut/alsus sesuai kebutuhan
(b) Identitas diri

b) Urutan Tindakan

(1) Persiapan yang dilakukan:


(a) Tim Penyidik melaksanakan briefing dan
koordinasi dengan seluruh unsur yang
dilibatkan dalam kegiatan penggeledahan
terkait pembagian tugas serta barang bukti
berupa barang/dokumen yang akan disita
dalam pelaksanaan penggeledahan.
(b) Ketua tim menjelaskan target yang hendak
dicapai dalam penggeledahan baik berupa

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 33


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

orang maupun barang yang terkait dengan


tindak pidana.
(c) Sebelum mendatangi lokasi penggeledahan,
Tim Penyidik sudah memantau situasi dan
kondisi lokasi penggeledahan.

(2) Pelaksanaan penggeledahan:


(a) Terhadap rumah dan atau tempat tertutup
lainnya
(1)) Penyidik memperlihatkan identitas diri
dan administrasi penyidikan berupa Ijin
Penggeledahan, Surat Perintah
Penggeledahan, Surat Perintah
Penyitaan dan Surat Perintah Tugas
kepada pemilik/penghuni rumah atau
tempat tertutup lainnya atau Kepala
Kantor.
(2)) Dalam hal lokasi penggeledahan
merupakan kantor/dinas/instansi
pemerintah, Penyidik memberitahukan
kepada kepala kantor tersebut tentang
pelaksanaan penggeledahan serta
menyampaikan Surat Perintah
Penggeledahan dan meminta 2 (dua)
orang sebagai Saksi dalam pelaksanaan
penggeledahan dimaksud.
(3)) Penggeledahan terhadap alat angkutan
darat, agar memerintahkan pengemudi
untuk memberhentikan dan
menempatkan kendaraannya pada
tempat yang aman agar tidak
mengganggu kelancaran lalu lintas yang
lain.
(4)) Apabila terdapat barang bukti yang
disembunyikan dan atau berada pada
bagian dari kendaraan yang sulit untuk
dicapai, maka diminta bantuan ahli untuk
mengambilnya.
(5)) Penggeledahan terhadap kendaraan
yang berjalan diatas rel, supaya terlebih
dahulu memberitahu kepada Kepala
Stasiun untuk dihentikan dan
dipindahkan ketempat yang aman
kemudian diadakan penggeledahan
secara cermat, dan teliti terhadap
gerbong, penumpang dan barangbarang.
(6)) Penggeledahan alat angkut air dan
udara, agar melakukan koordinasi dan
minta bantuan dari instansiinstansi yang

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 34


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

berwenang dalam hal pengaturan,


pengurusan dan penyelenggaraan
angkutan air dan udara, mengikuti
ketentuan-ketentuan yang berlaku.
(b) Terhadap orang
(1)) Penggeledahan terhadap orang
dilakukan dengan simpatik, teliti, cermat
dan memperhatikan kesopanan, etika,
hak orang yang di geledah serta
memperhatikan faktor keamanan,
(2)) Penggeledahan terhadap perempuan
dilakukan oleh Polwan atau seorang
perempuan yang ditunjuk oleh Penyidik.
(c) Tertangkap tangan
(1)) Penggeledahan yang dilakukan dalam
hal tertangkap tangan tidak diperlukan
Surat Izin Penggeledahan dari Ketua
Pengadilan Negeri dan Surat Perintah
Penggeledahan.
(2)) Dapat dilakukan oleh Penyidik, Penyidik
Pembantu dan penyelidik tanpa atas
perintah penyidik.
(d) Dalam keadaan sangat perlu dan mendesak,
penyidik dapat melakukan penggeledahan
cukup dilengkapi dengan Surat Perintah
penggeledahan dan Surat Perintah Penyitaan
atau Surat Perintah Penangkapan, tanpa
Surat Ijin Penggeledahan dari Ketua
Pengadilan Negeri. Setelah penggeledahan
dilaksanakan penyidik wajib meminta
penetapan persetujuan penggeledahan Ketua
Pengadilan Negeri setempat.

(3) Tahap akhir penggeledahan


(a) Setelah melaksanakan penggeledahan
penyidik membuat Berita Acara
Penggeledahan yang ditandatangani oleh
penyidik dan para saksi serta Turunan Berita
Acara Penggeledahan disampaikan kepada
pihak yang dilakukan penggeledahan dalam
waktu 2 (dua) hari setelah penggeledahan
dilakukan.
(b) setelah melaksanakan penggeledahan,
penyidik melaksanakan konsolidasi dengan
seluruh unsur yang dilibatkan dalam
penggeledahan untuk mengevaluasi
pelaksanaan penggeledahan dan
menganalisa hasil penggeledahan.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 35


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Hal yang Perlu Diperhatikan

a) Proses penggeledahan didokumentasikan dengan


rekaman video atau foto.
b) Dalam hal suatu lokasi belum selesai dilakukan
penggeledahan karena alasan waktu atau hal
lainnya, penyidik melakukan penyegelan dengan
memasang Police-line.
c) Penggeledahan yang menyangkut benda, alat,
fasilitas dan tempattempat lain yang menyangkut
keamanan negara agar dikoordinasikan dengan
instansi terkait.
d) Setelah melakukan penggeledahan penyidik wajib
merapikan kembali tempat yang telah dilakukan
penggeledahan.
e) Saksi yang dilibatkan dalam penggeledahan tidak
diperkenankan meninggalkan tempat tanpa seijin
ketua tim penyidik sampai penggeledahan selesai
dilaksanakan
5) penyitaan

a) Persiapan

(1) Persyaratan Administrasi:


(a) Syarat formal:
(1)) Laporan Polisi;
(2)) Surat Perintah Penyidikan;
(3)) Surat Perintah Penggeledahan;
(4)) Surat Perintah Penyitaan
(5)) Izin penyitaan dari Ketua Pengadilan
Negeri Setempat untuk memperoleh
Surat Izin Penyitaan atau Surat Izin
Khusus untuk melakukan pemeriksaan
dan penyitaan surat/surat-surat lain.
(b) Syarat Materiil:
(1)) Laporan hasil penyelidikan;
(2)) Laporan hasil gelar perkara.

(2) Persyaratan Penyidik/Penyidik Pembantu


(a) memiliki integritas sebagai penyidik (mindset,
mental dan perilaku) yang professional;
(b) menguasai tehnik dan taktik penyitaan;
(c) menguasai Peraturan Perundang-Undangan
yang terkait;
(d) memahami tentang benda/barang bukti yang
akan disita;
(e) memahami lokasi penyitaan;
(f) memahami adat istiadat setempat.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 36


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(3) Kelengkapan dan peralatan


(a) membawa identitas diri yang jelas (kartu tanda
anggota dan tanda kewenangan);
(b) kendaraan Roda 2 dan Roda 4 atau alat
transportasi lainnya.
(c) handphone/handytalky.
(d) kamera/handycam.
(e) pembungkus, tali/benang, lakban, botol dan
lain-lain.
(f) alut dan alsus lain sesuai dengan kebutuhan.

b) Urutan Tindakan

(1) Persiapan yang dilakukan:


(a) tim penyidik melakukan gelar perkara untuk
menentukan benda/surat atau tulisan yang
akan disita.
(b) tim Penyidik melaksanakan koordinasi dengan
pemilik barang, benda/surat atau tulisan yang
akan disita dalam pelaksanaan penyitaan.
Dimungkinkan tindakan penyitaan yang
dilakukan bersamaan dengan tindakan
penggeledahan.
(c) sesaat sebelum tindakan penyitaan dilakukan
Ketua tim menjelaskan target yang hendak
dicapai dalam penyitaan baik berupa
benda/surat atau tulisan yang terkait dengan
tindak pidana.

(2) Pelaksanaan penyitaan:


(a) Di luar hal tertangkap tangan:
(1)) penyidik memperlihatkan identitas diri
dan administrasi penyidikan berupa Ijin
Penyitaan dari Ketua Pengadilan
setempat, Surat Perintah Penyitaan dan
Surat Perintah Tugas kepada
pemilik/yang menguasai barang yang
akan disita.
(2)) penyidik menjelaskan alasan
dilakukannya penyitaan.
(3)) penyidik memastikan bahwa benar
barang tersebut benar barang yang akan
disita.
(4)) apabila barang tersebut bisa dibawa oleh
penyidik maka barang tersebut dibawa
kekesatuan penyidik kalau tidak dapat
dibawa maka dititipkan
(b) Dalam keadaan yang sangat perlu dan
mendesak:

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 37


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(1)) Penyidik/Penyidik Pembantu dan


Penyelidik atas perintah Penyidik dengan
dilengkapi Surat Perintah Penyitaan
dapat melakukan penyitaan tanpa Surat
Izin Ketua Pengadilan Negeri, terbatas
hanya terhadap benda bergerak.
(2)) Setelah tindakan penyitaan dilakukan
segera mengajukan persetujuan
penetapan penyitaan dari Pengadilan
Negeri setempat.
(c) Dalam hal tertangkap tangan:
(1)) Penyidik/Penyidik Pembantu atau
Penyelidik dalam hal tertangkap tangan
tanpa Surat Perintah Penyitaan dapat
melakukan penyitaan terhadap benda
dan alat yang ternyata diduga telah
dipergunakan untuk melakukan tindak
pidana atau benda lain yang dapat
dipakai sebagai barang bukti tanpa Surat
izin/Surat Izin Khusus Ketua Pengadilan
Negeri.
(2)) Penyitaan dilakukan oleh
Penyidik/Penyidik Pembantu, baik
karena mendapatkan sendiri maupun
karena adanya penyerahan dari
Penyelidik atau orang lain.
(d) Penyitaan Surat atau Tulisan Lain
(1)) Sebelum melakukan penyitaan berupa
surat atau tulisan lain penyidik/penyidik
pembantu wajib dilengkapi dengan Surat
Persetujuan Penetapan Penyitaan dari
Ketua Pengadilan Negeri setempat.
(2)) Selanjutnya Penyidik/Penyidik pembantu
mendatangi ketempat dimana barang
bukti surat/tulisan itu berada untuk
dilakukan penyitaan.
(e) Alat Bukti Berupa Informasi/Dokumen
Elektronik
(1)) Dalam penyidikan suatu tindak pidana
yang menggunakan persangkaan pasal-
pasal dalam Undang-undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang informasi dan
transaksi elektronik, penyitaan terhadap
dokumen elektronik harus dilengkapi
dengan penetapan Pengadilan Negeri
setempat.
(2)) Penyidikan tindak pidana yang
menggunakan persangkaan pasal-pasal
diluar Undang-undang Nomor 11 tahun

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 38


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2008 tentang informasi dan transaksi


elektronik dapat dilakukan prosedur
penyitaan biasa dengan menyita hasil
print out dari data yang terdapat dalam
alat elektronik dimaksud.
(3)) Setelah melakukan penyitaan penyidik
membuat Berita Acara Penyitaan yang
kemudian ditanda tangani oleh
tersangka/atau
keluarganya/lembaga/orang lain dari
siapa benda itu disita serta diketahui
oleh minimal 2 (dua) orang saksi bila
diperlukan diketahui oleh Kepala
Desa/Ketua Lingkungan.
Hal yang Perlu Diperhatikan
a) Dalam hal benda sitaan terdiri dari atas benda yang
mudah rusak atau yang membahayakan, sehingga
tidak mungkin untuk disimpan sampai putusan
pengadilan terhadap perkara yang bersangkutan
memperoleh kekuatan hukum yang tetap atau jika
biaya penyimpanannya menjadi terlalu tinggi,
sejauh mungkin dengan persetujuan tersangka atau
kuasanya, dapat dijual lelang oleh penyidik dalam
hal perkara dalam tahap penyidikan dan
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan Kantor
Lelang Negara.
b) Terhadap barang barang sitaan harus dirawat dan
dijaga keamanannya, dalam menjaga keutuhan dan
keasliannya atau dititipkan di kantor RUPBASAN
setempat.
c) Barang sitaan berupa uang, dihitung lembar
perlembar, dicatat angka nominal dan nomor seri.
d) Penyitaan terhadap barang bukti berupa
emas/perhiasan terlebih dahulu dimintakan
pemeriksaan kepada ahlinya.
e) Untuk penyitaan berupa uang yang disita suatu
rekening disimpan/ditempatkan dalam rekening
penampungan barang bukti yang terdapat:
(1) Di tingkat Mabes Polri ditempatkan pada
rekening bensat Bareskrim Polri;
(2) Di tingkat Polda, Polres, dan Polsek
ditempatkan pada rekening bensat
Ditreskrimum.
f) Barang bukti yang disita dapat dipinjam pakaikan
kepada pemilik/penguasa barang dengan
pertimbangan untuk kepentingan umum dan
terpeliharanya barang dimaksud secara
bertanggung jawab serta tidak mengganggu proses
penyidikan.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 39


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

g) Apabila benda yang disita membutuhkan tempat


yang besar/membutuhkan biaya yang tinggi dan
Polri tidak memiliki tempat dan anggaran yang
cukup maka barang bukti tersebut disita dan
titipkan kembali kepada penguasa barang dengan
diberi catatan untuk dijaga keutuhanya sedapat
mungkin dikoordinasikan dengan JPU yang
menangani kasus tersebut.
6) pemeriksaan surat.

Pemeriksaan surat merupakan tindakan


Penyidik/Penyidik Pembantu untuk membuka,
memeriksa dan menyita surat yang dikirim melalui
kantor pos dan giro, perusahaan komunikasi,
penyelenggara sistem elektronik, jasa pengiriman
barang atau angkutan, jika benda/barang tersebut
diduga kuat mempunyai hubungan dengan perkara
pidana yang sedang ditangani.

Untuk kepentingan pemeriksaan surat,


Penyidik/Penyidik Pembantu dapat meminta kepada
kepala kantor pos dan giro, perusahaan
telekomunikasi, jasa pengiriman barang atau angkutan
untuk menyerahkan kepadanya surat yang dimaksud
dan untuk kepentingan itu harus dibuatkan surat tanda
penerimaan.

Pemeriksaan surat, dilakukan dengan izin khusus


yang diberikan oleh ketua pengadilan negeri, kecuali
dalam keadaan sangat perlu dan mendesak dan/atau
ketentuan peraturan perundangan-undangan lain.
Pemeriksaan surat dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan-undangan.
c. Pemeriksaan.
a. Persiapan Pemeriksaan
1.) Penyidik dan atau penyidik pembantu menyusun
daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada
saksi, tersangka dan atau ahli yang akan dimintai
keterangan dalam proses pemeriksaan.
2.) Untuk pemeriksaan ahli, penyidik dan atau
penyidik pembantu berkoordinasi dan berdiskusi
dengan ahli terkait perkara tindak pidana yang
ditangani dalam lingkup keahlian yang dimiliki ahli.
3.) Penyidik dan atau penyidik pembantu
menyiapkan dokumen, barang bukti, alat tulis,
kertas, komputer/mesin tik, ruang pemeriksaan
atau tempat yang akan digunakan untuk melakukan

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 40


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pemeriksaan dan peralatan lain yang akan


digunakan dalam proses pemeriksaan.
4.) Penyidik dan atau penyidik pembantu yang
akan melakukan pemeriksaan wajib siap atau
hadir sebelum waktu pemeriksaan yang telah
ditentukan.
5.) Pemeriksaan dilaksanakan di kantor kesatuan
tempat Penyidik dan atau Penyidik Pembantu
bertugas. Dalam situasi dan kondisi tertentu,
pemeriksaan dapat dilakukan di luar kantor
kesatuan dengan melakukan koordinasi dengan
instansi/tempat dimana pemeriksaan akan
dilakukan mempersiapkan tempat pemeriksaan
atas sepengetahuan dan persetujuan atasan
Penyidik dan atau Penyidik Pembantu.
6.) Dalam hal pemeriksaan dilakukan di luar negeri
maka penyidik dan atau penyidik pembantu
melakukan koordinasi dengan Divhubinter Polri,
Departemen Luar Negeri dan Kedutaan Besar
Republik Indonesia dimana pemeriksaan itu akan
dilakukan untuk mempersiapkan tempat,
pengamanan dan kesiapan orang yang akan
diperiksa.
7.) Penyidik dan atau penyidik pembantu menyiapkan
tenaga penterjemah yang bersertifikat untuk
kepentingan pemeriksaan orang asing atau
terperiksa yang tidak bisa berbahasa Indonesia.
8.) Penyidik dan atau penyidik pembantu menyiapkan/
menunjuk penasihat hukum dalam hal tersangka
melakukan tindak pidana yang diancam pidana
mati atau pidana 15 tahun atau lebih atau bagi
mereka yang tidak mampu yang diancam dengan
pidana 5 tahun atau lebih yang tidak mempunyai
penasihat hukum sendiri (pasal 56 KUHAP).
9.) Penyidik dan atau penyidik pembantu
menghubungi Penasehat Hukum Tersangka yang
telah dilakukan penahanan untuk dapat
mendampingi tersangka dalam proses
pemeriksaan.
10.) Dalam hal diperlukan, pemeriksa (penyidik/penyidik
pembantu) dapat mengadakan konsultasi/meminta
bantuan ahli antara lain psycholog atau psychiater
tentang kepribadian atau keadaan kejiwaan
tersangka/saksi.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 41


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

11.) Dalam hal tersangka yang tidak dilakukan


penahanan belum bisa diambil keterangannya
karena alasan kesehatan sebanyak 2 (dua) kali
atau lebih, maka Penyidik/Penyidik Pembantu
dapat meminta bantuan dokter untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan sebagai pembanding.
b. Langkah-langkah Pemeriksaan
1) Pemeriksaan dilakukan dengan cara tanya jawab
menggunakan bahasa Indonesia. Apabila yang
diperiksa tidak dapat berbahasa Indonesia, maka
pertanyaan dan jawaban diterjemahkan oleh
petugas penterjemah yang bersertifikat;
2) Penyidik dan atau penyidik pembantu
mengajukan pertanyaan dengan bahasa Indonesia
yang mudah dimengerti, sopan, dan tidak
menyinggung perasaan orang yang diperiksa,
dalam hal ini tidak menyinggung unsur Suku,
Agama, Ras/Antar golongan, dan norma susila.
3) Sedapat mungkin proses pemeriksaan direkam
baik secara audio maupun visual.
4) Penyidik dan atau penyidik pembantu mencatat
keterangan yang diberikan oleh saksi, tersangka
dan ahli dalam Berita Acara Pemeriksaan sesuai
format yang memenuhi syarat-syarat formil dan
materil.
5) Pembuatan Berita Acara Pemeriksaan:
a) Persyaratan Formal.
(1) Pada halaman pertama disebelah sudut
kiri atas disebutkan nama kesatuan dan
wilayah.
(2) Dibawahnya nama kesatuan ditulis
kata-kata PRO JUSTITIA atau UNTUK
KEADILAN.
(3) Pada tengah-tengah bagian atas halaman
pertama ditulis kata-kata BERITA
ACARA PEMERIKSAAN/ BERITA
ACARA KONFRONTASI dan dibawahnya
antara tanda kurung dituliskan
TERSANGKA/ SAKSI/ AHLI.
(4) Pada pendahuluan Berita Acara
pemeriksaan dicantumkan:
(a) hari, tanggal, bulan, tahun dan waktu
pembuatan.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 42


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(b) identitas penyidik/penyidik pembantu


yang memeriksa serta Skep penyidik.
(c) identitas yang diperiksa terdiri dari
Nama (nama lengkap), termasuk
nama kecil, alias (nama panggilan),
tempat dan tanggal lahir (umur)
agama, kewarganegaraan, tempat
tinggal atau kediaman dan pekerjaan
dari tersangka/saksi/ ahli, berdasarkan
keterangannya dan dicocokkan dengan
identitas diri dalam Kartu Penduduk/
Passport/Kartu Pengenal lainnya (SIM,
dll), Nomor Telephon yang bisa
dihubungi.
(d) diperiksa selaku tersangka atau
saksi/ahli.
(e) alasan pemeriksaan yang berisi
nomor dan tanggal laporan polisi serta
uraian singkat perkara dan pasal
undang-undang yang dilanggar.
(5) Pada awal pertanyaan dipertanyakan tentang:
(a) kondisi kesehatan yang diperiksa;
(b) bersedia atau tidak memberikan
keterangan.
(c) untuk pemeriksaan terhadap tersangka
ditanyakan pendampingan dengan
penasehat hukum.
(d) biodata (riwayat hidup) orang yang
diperiksa;
(e) untuk pemeriksaan ahli ditanyakan
tentang pengalaman dan dasar
keahlianya.
(6) Pada akhir pertanyaan sebelum pemeriksaan
ditutup dipertanyakan tentang:
(a) kebenaran tentang keterangan yang
sudah diberikan dan tentang kondisi
yang dialami pada proses pemeriksaan.
(b) untuk pemeriksaan tersangka
ditanyakan tentang saksi yang
meringankan.
(c) tentang keterangan lain yang akan
ditambahkan.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 43


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(7) Setiap halaman, kecuali halaman terakhir,


yang diperiksa dan pihak-pihak yang
mendampingi harus diberi paraf pada pojok
kanan bawah Berita Acara Pemeriksaan.
(8) Pada akhir Berita Acara Pemeriksaan
terdapat kolom tanda tangan yang diperiksa
dan pihak-pihak lain yang terlibat, kemudian
Berita Acara Pemeriksaan ditutup dan
ditandatangani oleh Penyidik.
(9) Dalam hal pemeriksaan belum dapat
diselesaikan, maka pemeriksaan maupun
pembuatan Berita Acara Pemeriksaan dapat
dihentikan sementara dengan menutup dan
menandatangani Berita Acara Pemeriksaan
tersebut oleh yang diperiksa dan penyidik
serta semua pihak yang terlibat.
(10) Untuk melanjutkan Berita Acara Pemeriksaan
yang belum dapat diselesaikan, maka
pembuatan Berita Acara Pemeriksaan
(Lanjutan) dilaksanakan sebagai berikut:
(a) ditulis nama kesatuan dan memakai
kata-kata PRO JUSTITIA atau UNTUK
KEADILAN.
(b) judul berita Acara Pemeriksaan adalah:
Berita Acara Pemeriksaan Lanjutan
Tersangka/saksi/ Ahli.
(c) nomor pertanyaan melanjutkan nomor
pertanyaan Berita Acara Pemeriksaan
sebelumnya.
(d) pengantar pembuatan Berita
Acara Pemeriksaan lanjutan dibuat
sebagaimana Berita Acara sebelumnya.
(11) Bila yang diperiksa tidak dapat membaca dan
menulis (buta huruf), maka kolom tanda tangan
dibubuhkan cap jempol/tiga jari kanan (telunjuk,
jari tengah, jari manis) kiri/kanan sesuai dengan
keadaan yang paling memungkinkan dari pada
yang diperiksa tersebut.
(12) Apabila yang diperiksa mengalami tuna rungu
dan tuna wicara maka penyidik wajib mencari
ahli bahasa isyarat untuk mendampingi
pemeriksaan sebagai penerjemah.
(13) Bagi yang diperiksa dikarenakan cacat tubuh
tidak memiliki kedua belah tangan, maka
pemeriksa membubuhkan keterangan tentang

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 44


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

keadaan terperiksa dan diketahui oleh saksi


lain.
(14) Bilamana tersangka/saksi/ahli tidak mau
menanda tangani Berita Acara Pemeriksaan,
dibuatkan Berita Acara penolakan dengan
menuliskan alasan- alasannya.
(15) Apabila tersangka/saksi didampingi juru
bahasa/ahli bahasa isyarat maka agar
disebutkan dalam uraian setelah kata-kata
”setelah Berita Acara Pemeriksaan ini
selesai dibuat, maka ..... dst” Selanjutnya
juru bahasa/ahli isyarat turut menanda tangani
Berita Acara Pemeriksaan dimaksud,
disamping tanda tangan yang diperiksa.
(16) Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan di
Luar Negeri maka pada saat pemeriksaan
harus didampingi dari perwakilan negara
Republik Indonesia (Kedutaan Besar atau
Konsulat Jenderal atau Konsuler) dan hasil
Berita Acara Pemeriksaan dilegalisir oleh
Perwakilan Negara Republik Indonesia di
negara tersebut.
(17) Pada setiap awal dan akhir kalimat, apabila
masih ada ruang kosong diisi dengan garis
putus-putus.
(18) Bilamana ada tulisan-tulisan yang salah dan
perlu diperbaiki supaya yang salah tersebut
dicoret dan diparaf pada ujung atau kiri dan
kanan, perbaikannya ditulis pada marge dan
diparaf pada ujung kiri dan kanan dengan
didahului kata-kata ”SAH DIGANTI”.
(19) Kata-kata harus ditulis dengan lengkap,
jangan menggunakan singkatan, kecuali
singkatan kata-kata yang resmi dan sudah
umum digunakan.
(20) Penulisan angka yang menyebutkan jumlah,
harus di ulangi dengan huruf dalam kurung.
b) Persyaratan Materiil.
Persyaratan materil yang harus dipenuhi dalam
suatu berita acara pemeriksaan terdiri atas
keseluruhan isi/materi Berita Acara Pemeriksaan
agar memenuhi jawaban atas pertanyaan 7
(tujuh) KAH yaitu:
(1) Siapakah.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 45


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Pengertian agar dapat menjawab tentang


siapa saja orang atau pihak atau subjek yang
terkait dengan dugaan tindak pidana yang
terjadi.
(2) Apakah.
Pengertian agar dapat menjawab tentang
peristiwa yang terjadi, akibat perbuatan,
penyebab dan latar belakang dan objek lain
terkait dugaan tindak pidana yang terjadi.
(3) Dimanakah.
Pengertian agar dapat menjawab tempat atau
lokasi terkait tindak pidana yang terjadi,
misalnya tempat terjadinya peristiwa, tempat
ditemukannya korban dan atau barang bukti,
tempat keberadaan saksi dan atau tersangka,
dan lain-lain.
(4) Dengan apakah.
Pengertian agar dapat menjawab tentang alat
yang dipergunakan terkait dugaan tindak
pidana yang terjadi.
(5) Mengapakah.
Pengertian agar dapat menjawab latar
belakang kejadian, alasan dan penyebab
terjadinya tindak pidana.
(6) Bagaimanakah
Pengertian agar dapat menjawab tentang
cara perbuatan itu dilakukan terkait tindak
pidana yang terjadi.
(7) Bilamanakah
Pengertian agar dapat menjawab tentang waktu
terkait terjadinya tindak pidana.

6) Bentuk Berita Acara Pemeriksaan.


Bentuk Berita Acara Pemeriksaan berisikan
gambaran/kontruksi suatu tindak pidana, dapat
digolongkan menjadi tiga macam, yaitu bentuk
cerita/pertanyaan kronologis, Tanya jawab dan
gabungan antara bentuk cerita dengan tanya jawab.
a) Bentuk cerita pertanyaan.
Berita Acara Pemeriksaan dalam bentuk
cerita/pertanyaan adalah serangkaian jawaban
atas pertanyaan lisan yang diajukan oleh

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 46


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pemeriksa kepada yang diperiksa disusun


dalam kalimat sehingga merupakan rangkaian
kejadian yang memenuhi jawaban-jawaban
atas pertanyaan 7 KAH serta memenuhi
unsur-unsur tindak pidana.
b) Bentuk tanya jawab.
Berita Acara Pemeriksaan dalam bentuk
tanya jawab disusun dalam bentuk tanya
jawab antara penyidik dengan yang diperiksa
sehingga memberikan gambaran kejadiannya
secara jelas dan memenuhi jawaban-jawaban
atas pertanyaan 7 KAH serta unsur-unsur
tindak pidananya.
c) Bentuk Gabungan cerita dan tanya jawab.
Berita Acara Pemeriksaan dalam bentuk
gabungan cerita dan tanya jawab pada
hakekatnya disusun dalam bentuk tanya jawab
dan dalam hal tertentu diselingi dengan bentuk
cerita/pertanyaan.
7) Berita acara pemeriksaan konfrontasi.
Pemeriksaan Konfrontasi dilaksanakan apabila
keterangan beberapa saksi atau beberapa
tersangka tidak terdapat kesesuaian sehingga
diperlukan pemeriksaan konfrontasi dengan cara:
a) Pemeriksaan terhadap para tersangka (untuk
tersangka lebih dari satu orang) yang
keterangannya saling tidak ada kecocokan
atau tidak terdapat persesuaian satu sama lain
dihadapan penyidik guna diuji manakah di
antara keterangan-keterangan tersebut yang
benar atau yang paling mendekati kebenaran.
b) Pemeriksaan terhadap para saksi yang
keterangannya saling tidak ada kecocokan
atau tidak terdapat persesuaian satu sama lain
dihadapan penyidik guna diuji manakah di
antara keterangan-keterangan tersebut yang
benar atau yang paling mendekati kebenaran.
c) Para tersangka/para saksi yang akan
dilakukan pemeriksaan konfrontasi didudukan
bersama-sama dihadapan penyidik dan
diberikan pertanyaan yang sama untuk
dijawab sesuai keterangan tersangka/saksi.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 47


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan.


1) Sebelum memulai pemeriksaan, Penyidik dan atau
Penyidik Pembantu memeriksa dan mencocokkan
identitas saksi yang akan diperiksa, dan meminta saksi
yang akan diperiksa untuk menuliskan biodata.
2) Penyidik dan atau Penyidik Pembantu memperkenalkan
diri kepada saksi dan menjelaskan tentang perkara yang
ditangani, maksud pemeriksaan, keterkaitan dan
kapasitas saksi dalam perkara yang ditangani, serta hak
dan kewajiban saksi dalam proses pemeriksaan.
3) Pemeriksaan saksi dilaksanakan dalam suasana yang
tenang dan nyaman sehingga saksi dapat memberikan
keterangan dengan baik, benar, nyaman dan tidak
tertekan.
4) Pemeriksaan yang dilakukan diluar kantor penyidik
dengan pertimbangan:

a) Kondisi yang diperiksa sakit/tidak dapat hadir ke


kantor penyidik.
b) Faktor keamanan orang yang diperiksa.
c) Kondisi ekonomi orang yang diperiksa.
5) Berita Acara Pemeriksaan Saksi dicetak rangkap 4
(empat), dengan perincian masing-masing 2 (dua)
rangkap untuk berkas perkara, 2 (dua) rangkap untuk
penyidik.
6) Untuk Berita Acara Pemeriksaan Tersangka dicetak
rangkap 5 (lima), dengan perincian masing-masing 2
(dua) rangkap untuk berkas perkara, 2 (dua) rangkap
untuk penyidik dan 1 (satu) rangkap untuk tersangka.
7) Apabila diperlukan, misalnya ada cukup alasan untuk
diduga bahwa saksi tidak akan dapat hadir dalam
pemeriksaan di pengadilan, maka sebelum melakukan
pemeriksaan, Penyidik dan atau Penyidik Pembantu
melakukan pengambilan sumpah/Janji terhadap saksi dan
dibuatkan Berita Acara Pengambilan Sumpah/Janji
dengan disaksikan rohaniawan.
8) Sebelum memberikan keterangan, penyidik dan atau
penyidik pembantu melakukan pengambilan sumpah/janji
terhadap ahli dan dibuatkan Berita Acara Pengambilan
Sumpah/Janji.

d. Penetapan Tersangka.
Penetapan tersangka berdasarkan paling sedikit 2 (dua)
alat bukti yang didukung barang bukti.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 48


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Penetapan tersangka dilaksanakan melalui mekanisme


gelar perkara, kecuali tertangkap tangan.

e. Pemberkasan.
Setelah selesai dilaksanakan penyidikan, dibuat resume
sebagai ikhtisar dan kesimpulan hasil penyidikan tindak
pidana.

Apabila resume selesai dibuat, dilaksanakan


penyusunan isi berkas perkara yang meliputi
kelengkapan administrasi penyidikan.

Administrasi penyidikan, terdiri atas:

1) isi berkas perkara; dan


2) bukan isi berkas perkara.

Ketentuan lebih lanjut mengenai Administrasi


Penyidikan, diatur dengan Peraturan Kabareskrim Polri.

1) Penyelesaian dan penyerahan berkas perkara dapat


digolongkan sebagai berikut :
a) Pembuatan Berita Acara Resume.
b) Penyusunan Isi Berkas perkara.
c) Penyerahan berkas perkara.
d) Penyerahan tanggung jawab atas tersangka dan
barang bukti.
e) Penghentian penyidikan.

2) Pembuatan Resume.

a) Persyaratan syarat formal:


(1) Pada halaman pertama disebelah sudut kiri atas
disebutkan ” NAMA DAN TEMPAT KESATUAN”;
(2) Dibawah nama kesatuan ditulis kata-kata ” PRO
JUSTITIA ”;
(3) Pada tengah-tengah bagian atas halaman pertama
ditulis perkaraan ” Berita Acara RESUME ” dan
isinya dimulai dibawahnya;
(4) Disebelah kiri dari setiap lembaran resume
dikosongkan ¼ (seperempat ) halaman yang
disebut marge yang maksudnya disediakan untuk
tempat perbaikan apabila terjadi kekeliruan dalam
penulisan materinya;
(5) Dibuat oleh penyidik/penyidik pembantu dengan
membubuhkan tanggal, tempat pembuatan,tanda
tangan dan nama terang penyidik/penyidik
pembantu serta diketahui oleh atasan penyidik/
penyidik pembantu.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 49


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b) Syarat materiil.
(1) Dasar: Laporan Polisi
(2) Fakta-fakta.
(a) Membuat tindakan penyidikan yang
telah dilakukan;
(b) Barang bukti yang disita;
(c) Keterangan-keterangan saksi dan/atau
ahli.
(3) Pembahasan.
(4) Memuat gambaran kontruksi tindak
pidananya didasarkan pada hubungan yang
logis antara fakta-fakta dengan keterangan-
keterangan yang diperoleh, untuk dilakukan
analisa meliputi :
(a) analisa kasus.
(1)) Hubungan yang logis antara
fakta-fakta yang ada dengan
keterangan yang diperoleh
baik dari tersangka maupun
saksi/ahli;
(2)) Hubungan keterangan yang
satu dengan keterangan
lainnya;
(3)) Hubungan yang logis antara
barang bukti yang ada dengan
fakta maupun keterangan-
keterangan yang diperoleh;
(4)) Terjadinya
hubungan/persentuhan antara
tersangka, korban/saksi,
barang bukti dan saksi-saksi di
TKP;
(5)) Atas dasar kontruksi unsur-
unsur pasal yang
dipersangkakan berdasarkan
fakta-fakta yang dibahas
dalam analsia kasus.
(b) analisa yuridis
Memuat gambaran konstruksi unsur-
unsur pasal yang dipersangkakan
berdasarkan fakta-fakta yang dibahas
dalam analisa kasus.

(5) Kesimpulan:
Memuat pendapat penyidik berdasarkan
pembahasan yang telah dilakukan tentang
sangkaan perbuatan pidana yang dilakukan
oleh tersangka dan apakah perbuatan yang

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 50


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dilakukan tersangka telah memenuhi unsur-


unsur pasal dalam undang-undang atau tidak.

c) syarat penulisan
(1) Diketik diatas kertas folio warna putih,
dengan jarak 1 ½ spasi;
(2) Diantara spasi tidak boleh dituliskan apapun;
(3) Kata-kata harus ditulis lengkap, jangan
menggunakan singkatan kecuali singkatan
kata-kata resmi dan dikenal umum;
(4) Penulisan angka yang menyebutkan jumlah
harus diulangi dengan huruf;
(5) Nama orang ditulis dengan huruf besar (huruf
balok dan digaris bawah).

d) Bentuk Resume.

Resume berbentuk berita acara yang memuat uraian


pembahasan dan pendapat penyidik atau penyidik
pembantu yang memuat:
(1) Dasar.
(2) Perkara.
(3) Fakta-fakta :
(Sesuai dengan kegiatan dalam proses penyidikan),
meliputi :
(a) Penanganan tempat kejadian perkara.
(b) Pemanggilan.
(c) Penangkapan.
(d) Membawa tersangka/saksi.
(e) Penahanan.
(f) Penangguhan penahanan.
(g) Pengalihan jenis penahanan.
(h) Perpanjangan penahanan.
(i) Pembantaran penahanan.
(j) Pemindahan tempat penahanan.
(k) Penahanan lanjutan.
(l) Pengeluaran tahanan.
(m) Penggeledahan.
(n) Penyitaan.
(o) Penyisihan barang bukti.
(p) Pelelangan barang bukti.
(q) Keterangan saksi.
(r) Keterangan tersangka.
(s) Barang bukti.
(t) Catatan: Bila tidak ada kegiatan seperti
tersebut a s.d. s di atas, tidak perlu
diuraikan.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 51


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

e) Materi/muatan resume, meliputi:


(1) Dasar
Menyebutkan nomor dan tanggal Laporan Polisi
yang menjadi dasar dilakukan penyidikan tindak
pidana.
(2) Perkara.
Berisi uraian singkat tentang tindak pidana yang
terjadi dengan menyebutkan:
(a) Jenis perkaranya;
(b) Pasal yang dipersangkakan;
(c) Pelakunya;
(d) Tempat dan waktu kejadian;
(e) Korban;
(f) Barang bukti;
(g) Kerugian/taksiran kerugian.
(3) Fakta-fakta.
(a) Hasil Olah TKP
Memuat temuan-temuan dan tindakan-
tindakan yang dilakukan di TKP, sebagai hasil
penanganan TKP yang diuraikan dalam BA
pemeriksaan di TKP.
(b) Pemanggilan saksi dan tersangka, memuat:
(1)) Nomor dan tanggal surat panggilan.
(2)) Nama dan identitas orang yang
dipanggil.
(3)) Kapan yang bersangkutan telah
memenuhi panggilan.
(4)) Tanggal Berita Acara Pemeriskaan
Tersangka/Saksi.
(c) Penangkapan, memuat:
(1)) Nomor dan tanggal surat perintah
penangkapan.
(2)) Nama dan identitas tersangka.
(3)) Waktu dan tempat penangkapan.
(4)) Tanggal berita acara penangkapan.
(d) Perintah membawa, memuat:
(1)) Nomor dan tanggal Surat Perintah
Membawa.
(2)) Nama tersangka atau saksi yang dibawa.
(3)) Alasan diberlakukannya surat perintah
membawa.
(4)) Tindakan penyidik setelah dipenuhinya
perintah membawa.
(5)) Tanggal berita acara perintah membawa.
(e) Penahanan, memuat:
(1)) Nomor dan tanggal Surat Perintah
Penahanan.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 52


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(2)) Nama dan identitas tersangka.


(3)) Waktu dan tempat penahanan.
(4)) Tanggal berita acara penahanan.
(f) Penangguhan penahanan, memuat:
(1)) Nomor dan tanggal Surat Perintah
Penangguhan penahanan.
(2)) Nama dan identitas tersangka.
(3)) Waktu penangguhan penahanan.
(4)) Tanggal berita acara penangguhan
penahanan
(g) Pengalihan jenis penahanan, memuat:
(1)) Nomor dan tanggal surat perintah
pengalihan jenis penahanan.
(2)) Nama dan identitas tersangka.
(3)) Waktu pengalihan jenis penahanan.
(4)) Tanggal berita acara pengalihan jenis
penahanan.
(h) Perpanjangan penahanan, memuat:
(1)) Nomor dan tanggal surat perintah
perpanjangan penahanan.
(2)) Nama dan identitas tersangka.
(3)) Tanggal berlakunya perpanjangan
penahanan.
(4)) Tanggal berita acara perpanjangan
penahanan.
(i) Pembantaran, memuat:
(1)) Nomor dan tanggal surat perintah
pembantaran penahanan.
(2)) Nama dan identitas tersangka.
(3)) Tempat pembantaran.
(4)) Waktu pembantaran.
(5)) Tanggal berita acara pembantaran
penahanan.
(j) Pemindahan tempat penahanan, memuat:
(1)) Nomor dan tanggal surat perintah
pemindahan tempat penahanan.
(2)) Nama dan identitas tersangka.
(3)) Tempat pemindahan penahanan.
(4)) Waktu pemindahan penahanan.
(5)) Tanggal berita acara pemindahan tempat
penahanan.
(k) Penahanan lanjutan, memuat:
(1)) Nomor dan tanggal surat perintah
penahanan lanjutan;
(2)) Nama dan identitas tersangka.
(3)) Tempat penahanan lanjutan.
(4)) Waktu penahanan lanjutan.
(5)) Tanggal berita acara penahanan
lanjutan.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 53


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(l) Pengeluaran tahanan, memuat:


(1)) Nomor dan tanggal surat perintah
pengeluaran tahanan.
(2)) Nama dan identitas tersangka.
(3)) Alasan pengeluaran tahanan.
(4)) Tanggal berita acara pengeluaran
tehanan.
(m) Penggeledahan, memuat:
(1)) Nomor dan tanggal surat izin
penggeledahan dari Ketua Pengadilan
Negeri.
(2)) Nomor dan tanggal surat perintah
penggeledahan.
(3)) Tempat penggeledahan.
(4)) Nama pemilik atau yang menguasai
tempat yang digeledah.
(n) Penyitaan, memuat:
(1)) Nomor dan tanggal surat perintah
penyitaan.
(2)) Nomor dan tanggal surat izin atau
persetujuan penyitaan dari pengadilan
negeri.
(3)) Jenis barang bukti yang disita.
(4)) Dari siapa, dimana dan kapan barang
bukti disita.
(5)) Tanggal dan berita acara penyitaan.
(o) Penyisihan barang bukti, memuat:
(1)) Jenis barang yang disisihkan.
(2)) Alasan dilakukan penyisihan.
(3)) Tanggal penyisihan barang bukti.
(4)) Tanggal berita acara penyisihan barang
bukti.
(p) Pelelangan barang bukti, memuat:
(1)) Jenis barang bukti yang dilelang.
(2)) Jumlah dan jenis barang yang dilelang.
(3)) Tempat pelelangan.
(4)) Harga atau hasil pelelangan.
(5)) Alasan dilakukannnya pelelangan.
(6)) Tanggal berita acara pelelangan barang
bukti.
(q) Keterangan saksi, memuat:
(1)) Uraian secara singkat identitas, biodata
serta semua keterangan-keterangan
saksi tentang segala sesuatu yang
dialami, dilihat, diketahui dan didengar
tentang tindak pidana yang terjadi
sesuai keterangan yang diberikan dalam
berita acara pemeriksaan.
(2)) Dalam hal perkara yang memerlukan

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 54


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

upaya pembuktian dari ahli (identifikasi,


labfor, kedokteran, kehakiman dan ahli
lainnya) maka diuraikan hasil
pemeriksaan ahli yang bersangkutan
sesuai keterangan yang diberikan dalam
berita acaranya.
(r) Keterangan tersangka, memuat:
(1)) Uraian secara singkat identitas dan
biodata tersangka serta keterangan-
keterangan yang diberikan tentang
tindak pidana yang diberikan tentang
tindak pidana yang dilakukannya
sebagaimana termuat dalam berita
acara pemeriksaan tersangka.
(2)) Dalam hal tersangka lebih dari satu
orang maka diuraikan pula hubungan
antara tersangka yang satu dengan
yang lain sehingga tergambar status
dan peranan masing-masing tersangka.
(s) Barang bukti, memuat:
Perincian satu per satu semua benda yang
ditemukan dan telah disita yang ada
hubungannya dengan tindak pidana yang
terjadi sesuai dengan Berita Acara Penyitaan.

b. Pembahasan.
Memuat gambaran konstruksi tindak pidana yang
didasarkan pada fakta-fakta yang diperoleh dengan cara
melakukan analisa kasus dan analisa yuridis.
1) Analisa kasus, memuat uraian acara kronologis
tindak pidana yang disangkakan dengan didasarkan
pada:
a) Adanya persesuaian antara keterangan para
saksi.
b) Adanya persesuaian antara keterangan saksi
dengan alat-alat bukti yang lain.
c) Adanya dukungan barang bukti terhadap alat
bukti yang ada sehingga terbentuk konstruksi
tindak pidana yang disangkakan.
d) Dalam analisa tersebut terurai secara lengkap
fakta perbuatan yang mendukung unsur-unsur
setiap pasal yang disangkakan baik yang
bersifat sangkaan tunggal,komulatif, dan
subsider atau alternative, sehingga
memudahkan dalam menyimpulkan sangkaan
terhadap tersangka.
2) Analisa Yuridis.
Analisa Yuridis memuat rumusan unsur-unsur pasal

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 55


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

tindak pidana yang disangkakan dengan fakta-fakta


yang diperoleh dalam Analisa Kasus.

c. Kesimpulan.
1) Memuat pendapat Penyidik/Penyidik Pembantu
setelah melakukan pembahasan tentang tindak pidana
yang telah terjadi apakah memenuhi unsur-unsur pasal
dalam undang-undang yang dipersangkakan atau
tidak.
2) Kesimpulan pasal yang disangkakan tergantung dari
Hasil Analisa Yuridis antara lain:
a) Apabila tindak pidana yang dilakukan hanya satu
jenis/macam perbuatan maka pasal yang
b) disangkakan adalah pasal tunggal. Contoh pasal
265 ayat (4) KUHP.
c) Apabila tindak pidana yang dilakukan terdiri dari
beberapa tindak pidana yang berdiri sendiri-sendiri
atau dianggap berdiri sendiri-sendiri maka pasal
yang disangkakan bersifat komulatif, contoh :
tersangka dapat dipersalahkan melanggar Pasal
365 ayat (4) KUHP dan Pasal 2 ayat (1) UU No.
12/DRT/1955.
d) Apabila Penyidik/Penyidik Pembantu tidak ada
keraguan terhadap tindak pidana yang dilakukan
oleh tersangka namun terdapat beberapa
kwalifikasi atas berat ringannya tindak pidana
tersebut maka sangkaan dapat menggunakan
sangkaan subsider, dengan mengutamakan
sangkaan primer yang kwalitasnya paling berat
secara bersusun/berlapis kearah kwalitas yang
lebih rendah. Contoh: Tersangka dapat
dipersalahkan melanggar Pasal 340 KUHP
Subsider; Pasal 338 KUHP lebih subsider, Pasal
355 ayat (1) KUHP, lebih subsider, Pasal 354 ayat
(2) KUHP, lebih-lebih subsider lagi Pasal 353 ayat
(3) KUHP, lebih-lebih subsider lagi Pasal 351 ayat
(3) KUHP.
e) Apabila Penyidik/Penyidik pembantu mengalami
keraguan terhadap tindak pidana yang dilakukan
oleh tersangka, maka sangkaan dapat
menggunakan sangkaan alternative. Contoh :
Tersangka dapat disangka melanggar Pasal 378
KUHP atau Pasal 372 KUHP.
f) Disamping keempat bentuk pokok sangkaan
terhadap tersangka masih ada pula sangkaan
dalam bentuk kombinasi antara lain: Komulatif
subsider dan subsider komulatif, namun sangkaan
seperti ini tidak lazim digunakan termasuk
Jaksa/PU dalam membuat Surat Dakwaan.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 56


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

g) Penggunaan juncto (Jo) hanya dilakukan terhadap


pasal-pasal yang tidak dapat berdiri sendiri dan
berperan sebagai pasal penyertaan. Contoh:
Tersangka dapat dipersalahkan melanggar Pasal
55 ayat (1) jo Pasal 365 ayat (3) KUHP.

d. Penyusunan Isi Berkas Perkara dan Pemberkasan.


1) Persiapan.
a) Melakukan pengecekan terhadap semua
lembaran kelengkapan administrasi penyidikan
yang merupakan isi berkas perkara, meliputi:
(1) Tanggal pembuatan setiap berita acara;
(2) Penandatanganan setiap surat dan berita
acara;
(3) Paraf setiap lembar pada berita acara
pemeriksaan tersangka, saksi/ahli;
(4) Paraf tersangka, saksi/ahli bila terdapat
pembetulan isi berita acara;
(5) Tanggal, nomor dan cap dinas setiap
surat dan Surat Perintah yang dijadikan
isi berkas perkara.
b) Meneliti apakah semua lembar kelengkapan
administrasi penyidikan yang merupakan isi
berkas perkara sudah lengkap dan benar.
c) Melakukan penelitian terhadap alat-alat yang
diperlukan untuk pemberkasan telah tersedia,
terdiri dari:
(1) tali/benang.
(2) jarum.
(3) lak.
(4) cap (stempel) Kesatuan Polri setempat
yang terbuat dari logam/kuningan
dengan ukuran tertentu (contoh
terlampir).
(5) lilin.
(6) korek api.
(7) perfurator (alat yang melobangi
kertas).
(8) kertas sampul (cover).
d) Melakukan penelitian terhadap barang bukti
yang disebut dalam berita acara penyitaan
telah sesuai dengan yang disimpan di
Rumah/Tempat Penyimpanan Barang Bukti
guna pembuatan daftar barang bukti.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 57


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2) Pelaksanaan.
a) Penyusunan isi berkas perkara.
(1) Setiap lembaran kelengkapan
administrasi penyidikan yang
merupakan isi berkas perkara disusun
sesuai dengan urutan sebagai berikut:
(a) sampul berkas perkara.
(b) daftar isi Berkas Perkara.
(c) Berita Acara resume.
(d) Laporan Polisi/Pengaduan.
(e) Surat Perintah Penyidikan.
(f) Berita Acara Pemeriksaan
di Tempat kejadian Perkara (TKP).
(g) Berita Acara Pemeriksaan
Saksi/Ahli;
(h) Berita Acara Pemeriksaan
Tersangka;
(i) Berita Acara Penolakan
Menandatangani Berita Acara
pemeriksaan (saksi/Ahli/
Tersangka).
(j) Surat Kuasa Penasehat
Hukum/Surat Penunjukan
Penasehat Hukum.
(k) Surat Pemberitahuan dimulainya
Penyidikan.
(l) Berita Acara Konfrontasi.
(m) Berita Acara Rekontruksi.
(n) Surat Panggilan.
(o) Surat Perintah Membawa
Tersangka/ Saksi.
(p) Berita Acara Membawa
Tersangka/ Saksi.
(q) Surat Perintah Tugas.
(r) Surat Perintah Penangkapan.
(s) Berita Acara Penagkapan.
(t) Berita Acara Penggeledahan
Badan/ Pakaian.
(u) Surat Perintah Membawa dan
Menghadapkan Tersangka.
(v) Berita Acara Membawa dan
Menghadapkan Tersangka.
(w) Surat Perintah Penahanan.
(x) Berita acara Penahanan.
(y) Surat Permintaan Perpanjangan
Penahanan kepada Kepala
Kejaksaan Negeri/Tinggi
setempat.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 58


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(z) Surat Ketetapan Perpanjangan


Penahanan dari
Kejaksaan/Penuntut Umum.
(aa) Surat Perintah Perpanjangan
Penahanan;
(bb) Berita acara Perpanjangan
Penahanan.
(cc) Surat Permintaan Perpanjangan
Penahanan kepada Ketua
Pengadilan Negeri setempat.
(dd) Surat Penetapan Perpanjangan
Penahanan dari Ketua
Pengadilan Negeri.
(ee) Surat Perintah Perpanjangan
Penahanan.
(ff) Berita Acara Perpanjangan
Penahanan;
(gg) Surat Permohonan
Perpanjangan Penahanan.
(hh) Surat Perintah Penangguhan
Penahanan.
(ii) Berita Acara Penangguhan
Penahanan;
(jj) Surat Perintah Pencabutan
Penangunhan.
(kk) Berita acara Pencabutan
Penangguhan Penahanan.
(ll) Surat Perintah Pengalihan
Tempat Penahanan.
(mm) Berita Acara Pengalihan Tempat
penahanan.
(nn) Surat Perintahan Pengalihan
Jenis Penahanan.
(oo) Berita Acara Pengalihan
Penahanan.
(pp) Surat Perintah Pembantaran
Penahanan.
(qq) Berita Acara Pembantaran
Penahanan.
(rr) Surat Perintah Penahanan
Lanjutan.
(ss) Berita Acara Penahanan
Lanjutan.
(tt) Surat Perintah Pengeluaran
Tahanan.
(uu) Berita Acara Pengeluaran
Tahanan.
(vv) Surat Perintah Izin
penggeledahan

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 59


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(ww) Surat Penetapan izin


Penggeledahan dari Pengadilan
Negeri.
(xx) Surat Perintah Penggeledahan
Rumah dan Tempat Tertutup
lainnya/Alat Transpotasi.
(yy) Berita Acara Penggeledahan
Rumah dan Tempat Tertutup
lainnya/Alat Transpotasi.
(zz) Surat Permintaan Izin Penyitaan.
(åå) Surat Penetapan Izin Penyitaan
dari Pengadilan negeri.
(ää) Tanda Penerimaan Barang
Bukti.
(öö) Berita Acara Penyitaan.
(aaa) Berita Acara Pembungkusan
Barang Bukti.
(bbb) Berita Acara Penyegelan Barang
Bukti.
(ccc) Berita Acara Penitipan Barang
Bukti.
(ddd) Berita Acara Titip Rawat Barang
Bukti.
(eee) Berita Acara Pengembalian
Barang Bukti.
(fff) Surat Pemberitahuan dan
Persetujuan Lelang Barang
Bukti.
(ggg) Surat Permohonan Izin
Pelelangan Barang Bukti.
(hhh) Surat Penetapan Pelelangan
Benda Sitaan/Barang Bukti.
(iii) Surat Perintah Lelang Benda
Sitaan/Barang Bukti.
(jjj) Berita Acara Lelang Benda
Sitaan/Barang Bukti.
(kkk) Berita Acara Penyisihan Benda
Sitaan/ Barang Bukti.
(lll) Surat Permohonan Izin
Pemusnahan/ Perampasan
Benda Sitaan/Barang Bukti yang
berbahaya dan terlarang/
dilarang untuk diedarkan.
(mmm) Surat Penetapan Izin
Pemusnahan/ Perampasan
Benda Sitaan/Barang Bukti.
(nnn) Berita Acara Pemusnahan/
Perampasan Benda Sitaan/
Barang Bukti yang berbahaya

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 60


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dan terlarang/dilarang untuk


diedarkan.
(ooo) Surat Permintaan Izin Khusus
Penyitaan Surat kepada Ketua
Pengadilan Negeri.
(ppp) Surat Penetapan Izin Khusus
Penyitaan Surat.
(qqq) Surat Perintah Pemeriksaan
Surat.
(rrr) Berita Acara Pemeriksaan Surat.
(sss) Surat Perintah Penyitaan surat.
(ttt) Berita Acara Penyitaan Surat.
(uuu) Surat Permintaan Pemeriksaan
oleh Ahli.
(vvv) Surat Permintaan Pemeriksaan
Mayat/ Luka/Korban Perkosaan.
(www) Visum et Repertum (Mayat/
Luka/ Perkosaan).
(xxx) Foto copy Dokumen bukti.
(yyy) Petikan Surat Keputusan
Pemindahan Terdahulu.
(zzz) Surat Ketetapan Penghentian
Penyidikan.
(ååå) Surat Pemberitahuan
Penghentian Penyidikan.
(äää) Daftar Barang Bukti.
(ööö) Daftar Saksi.
(aaaa) Daftar Tersangka.

(2) Dalam hal suatu perkara tidak terdapat


kelengkapan administrasi penyidikan yang
merupakan isi berkas perkara secara
loengkap maka isi berkas perkara disusun
sedemikian rupa sesuai lembaran-lembaran
yang ada.

b) Pemberkasan.
Setelah semua lembaran kelengkapan administrasi
penyidikan yang merupakan isi berkas perkara
tersusun, maka dilakukan pemberkasan sebagai
berikut:
(1) Setiap lembaran kertas berkas perkara
disusun rapih dan pada bagian kirinya (pada
marge) dilubangi dengan perforator (alat
pembuat lubang pada kertas) pada tiga
tempat yaitu ditengah, atas dan bawah.
(2) Dengan jarum dan tali/benang tanpa
sambungan, kertas jilid sedemikian rupa

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 61


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

sehingga benang tidak akan mudah


putus/lepas dan simpul dibuat pada/diatas
lubang tengah.
(3) Kedua ujung dihimpun satu dan dipotong
sepanjang 10 cm dari simpul, kemudian
ditarik kebawah kanan.
(4) Sepanjang 5 cm dari kedua ujung benang/tali
dilak, dan sebelum lak tersebut kering ditekan
dengan cap Kesatuan Polri setempat yang
terbuat dari logam kuningan.
(5) Tidak dibenarkan membubuhi lak diatas
simpul.
(6) Lak dan cap jangan sampai menghalang-
halangi/menutupi tulisan-tulisan yang terdapat
pada sampul.
(7) Penomoran pada sampul berkas perkara
diambil dari nomor urut Buku Register berkas
perkara dan cara penomorannya sebagai
berikut :
(a) Kode/singkatan berkas perkara (BP);
(b) Nomor Urut;
(c) Angka bulan (angka romawi);
(d) Angka tahun;
(e) Nama Kesatuan Polri yang
bersangkutan.
(8) Sampul Berkas Perkara ditanda tangani oleh
Penyidik/Penyidik Pembantu dan diketahui
oleh Kepala Kesatuan atau Pejabat yang
ditunjuk.
3) Jumlah Berkas Perkara.
Mengingat sifat dan kepentingannya, maka berkas
perkara dibuat dalam rangkap 4 (empat) dengan
perincian:
a) 2 (dua) berkas untuk Penuntut Umum.
b) 1 (satu) berkas untuk arsip kesatuan yang
bersangkutan.
c) 1 (satu) berkas untuk arsip kesatuan atasan.

f. Penyerahan Berkas Perkara.


Penyerahan berkas perkara ke Penuntut Umum
dilakukan setelah pemberkasan dalam proses
penyidikan selesai.
Apabila berkas perkara dikembalikan oleh Penuntut
Umum kepada Penyidik, berkas perkara diserahkan
kembali ke Penuntut Umum setelah dilakukan
pemenuhan petunjuk Penuntut Umum terhadap
kekurangan isi/materi berkas perkara.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 62


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

a. Penyerahan Berkas Perkara (Tahap I)


1) Persiapan.
a) Melakukan pengecekan/penelitian terhadap:
(1) Berkas Perkara.
Meneliti apakah berkas sudah lengkap
dan memenuhi persyaratan formal
maupun materialnya.
(2) Tersangka.
Meneliti kembali dan mempersiapkan
tersangka yang akan diserahkan
tanggung jawabnya kepada penuntut
umum, meliputi pengecekan kondisi
kesehatannya, keberadaannya dan
lain-lain.
(3) Barang bukti.
Meneliti kembali dan mempersiapkan
barang bukti yang akan diserahkan
tanggung jawabnya kepada penuntut
umum.
b) Menyiapkan surat pengantar penyerahan
Berkas Perkara.
(1) Surat pengantar ditujukan kepada:
(a) Kepala Kejaksaan Negeri, untuk
Perkara acara pemeriksaan biasa.
(b) Ketua Pengadilan negeri/Tinggi,
untuk Perkara cara pemeriksaan
cepat.
(c) Kepala Kejaksaan Negeri/Tinggi,
untuk Perkara yang ditangani oleh
Penyidik Pegawai Negeri sipil.
(2) Surat Pengantar memuat:
(a) nomor dan tanggal berkas perkara;
(b) jumlah berkas yang dikirim
(rangkap dua).
(c) nama, umur, pekerjaan dan alamat
tersangka.
(d) status tersangka (ditahan atau
tidak).
(e) jumlah dan jenis barang bukti.
(f) tindak pidana dan pasal yang
dipersangkakan.
(g) hal-hal lain yang dianggap perlu.
(3) Surat Pengantar Penyerahan berkas
Perkara ditanda tangani oleh Atasan
penyidik selaku penyidik.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 63


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(4) Tembusan surat Pengantar


disampaikan kepada Kesatuan atasan
dan Ketua Pengadilan Negeri. (tanpa
lampiran).

c) Menyiapkan transportasi dan pengamanan.


Mempersiapkan petugas dan alat angkutan yang
diperlukan untuk menyerahkan berkas perkara
dan atau penyerahan tanggung jawab atas
tersangka dan barang bukti.
2) Pelaksanaan Penyerahan Berkas Perkara.
a) Atasan penyidik selaku penyidik,segera
menyerahkan berkas perkara tersebut dalam
rangkap dua kepada penuntut umum.
b) Berkas Perkara yang akan dikirim dibungkus rapi
dengan kertas sampul dan ditulis nomor dan
tanggal berkas perkara.
c) Pengiriman berkas perkara dicatat dalam buku
ekspedisi pengiriman berkas perkara yang telah
disiapkan oleh penyidik/penyidik pembantu,dan
setelah berkas perkara diterima dimintakan
tanda tangan dan stempel/cap dinas kepada
petugas kejaksaan yang diserahi tugas
menerima berkas perkara. Hal ini penting dalam
memperhitungkan jangka waktu 14 hari sejak
tanggal penerimaan yang dipergunakan bagi
penuntut umum untuk meneliti dan
mengembalikan berkas perkara.
d) Apabila sebelum batas waktu 14 hari berakhir
berkas perkara dikembalikan dan disertai
petunjuk Jaksa Penuntut Umum (P.19) maka
Kepala Kesatuan atau pejabat yang ditunjuk
selaku penyidik atau penyidik pembantu segera
melakukan penyidikan tambahan,guna
melengkapi berkas perkara sesuai petunjuk
tertulis yang diberikan oleh Penuntut Umum
dalam waktu maksimal 14 hari,dan segera
mengirimkan kembali berkas perkaranya kepada
Kepala Kejaksaan.
e) Dalam hal acara pemeriksaan singkat apabila
Kepala Kesatuan atau pejabat yang ditunjuk
menerima pemberitahuan dari Kepala Kejaksaan
bahwa atas permintaan Hakim perlu adanya
pemeriksaan tambahan,maka Ia atau pejabat
yang ditunjuk selaku penyidik atau penyidik
pembantu segera melakukannya dan dalam

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 64


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

waktu 14 hari harus sudah diserahkan kembali


kepada Kepala Kejaksaan yang bersangkutan.
f) Penyerahan berkas perkara dalam hal acara
pemeriksaan cepat yaitu pemeriksaan dalam
perkara tindak pidana ringan dan perkara
pelanggaran lalu lintas jalan,ditunjuk langsung ke
pengadilan atas kuasa Penuntut Umum.
(1) Perkara tindak pidana ringan.
(a) Penyidik/Penyidik Pembantu dalam
waktu tiga hari sejak berita acara
pemeriksaan selesai dibuatnya,
menghadapkan terdakwa beserta
barang bukti,ahli dan atau juru bahasa
ke Sidang Pengadilan.
(b) Penyidik/Penyidik Pembantu segera
memberitahukan secara tertulis kepada
terdakwa tentang hari, tanggal,jam dan
tempat harus menghadap sidang
pengadilan.
(c) Penyidik/Penyidik Pembantu yang
ditunjuk menyerahkan berkas perkara
atau catatan ke pengadilan atas Kuasa
Penuntut Umum. Walaupun Penuntut
Umum hadir dalam pemeriksaan
didepan sidang pengadilan, maka
kehadirannya tidak mengurangi nilai
atas kuasa Penuntut Umum tersebut.
(2) Perkara pelanggaran lalu- lintas jalan.
(a) Dalam perkara pelanggaran lalu-lintas
jalan, Penyidik/Penyidik Pembantu
yang ditunjuk tidak perlu membuat
Berita Acara Pemeriksaan.
(b) Penyidik/Penyidik Pembantu membuat
catatan tentang pemberitahuan kepada
terdakwa mengenai hari,tanggal,jam
dan tempat dimana Ia menghadap
sidang pengadilan dan langsung
dikirim ke Pengadilan.

g. Penyerahan Tersangka dan Barang Bukti.


Penyerahan tersangka dan barang bukti dilakukan
setelah berkas perkara dinyatakan lengkap oleh
Penuntut Umum.

Apabila Tersangka tidak ditahan dan dikhawatirkan

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 65


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

melarikan diri atau tidak kooperatif, untuk kepentingan


penyerahan tersangka dan barang bukti kepada
Penuntut Umum dapat dilakukan penangkapan dan
penahanan terhadap tersangka.

Dalam hal acara pemeriksaan cepat yang


merupakan perkara tindak pidana ringan, dan/atau
perkara pelanggaran lalu lintas, Penyidik atas kuasa
Penuntut Umum demi hukum menyerahkan berkas
perkara, barang bukti, saksi, dan terdakwa ke
pengadilan.

Penyerahan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti


(Tahap II).

a. Apabila berkas perkara yang dikirim kepada Kepala


Kejaksaan dalam waktu 14(empat belas) hari sejak tanggal
penerimaan tidak dikembalikan atau sebelum batas waktu
tersebut berakhir telah ada pemberitahuan bahwa hasil
penyidikan telah lengkap (P21), maka pada Hari berikutnya
Kepala Kesatuan atau Pejabat yang ditunjuk selaku
penyidik segera menyerahkan tanggung jawab atas
tersangka dan barang bukti kepada Kepala Kejaksaan dan
memberikan tembusannya kepada Kepala Kesatuan Atas
dan Ketua Pengadilan Negeri.

b. Dibuatkan Surat Pengantar dari Kepala Kesatuan untuk


pengiriman tersangka dan barang bukti dan dicatat dalam
ekspedisi yang harus ditandatangani oleh Pejabat
Kejaksaan yang diberi tugas menerima penyerahan
tersangka serta barang bukti dengan mencantumkan nama
terang,tanggal serta stempel dinas,serta dibuat Berita
Acara Serah Terima tersangka dan barang bukti yang
ditandatangani oleh penyidik dan pejabat Kejaksaan yang
diberi tugas menerima penyerahan tersangka dan barang
bukti.

c. Surat Pengantar dan Berita Acara serah terima tersangka


dan barang bukti harus mencantumkan:

1) rujukan yang berkaitan dengan pengiriman berkas


perkara.
2) nama dan identitas tersangka secara lengkap.
3) keterangan tersangka ditahan atau tidak dengan
mencantumkan tanggal dan waktu penahanannya.
4) jenis,jumlah/berat barang bukti.
5) permintaan Petikan Putusan (vonis) Hakim
Pengadilan bila tersangka telah divonis.

d. Berita Acara Serah Terima tersangka dan Barang Bukti

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 66


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

ditandatangani oleh Penyidik/Penyidik Pembantu yang


menyerahkan dan petugas Kejaksaan yang menerima
serta 2 (dua) orang saksi.

e. Untuk keamanan dan keselamatan,maka pengiriman


tersangka menggunakan mobil tahanan dengan
pengawalan yang cukup serta memperhatikan petunjuk
tehnis tentang pengawalan tahanan.

h. Penghentian Penyidikan.
Penghentian penyidikan dilakukan melalui Gelar
Perkara.
Penghentian penyidikan dapat dilakukan untuk
memenuhi kepastian hukum, rasa keadilan dan
kemanfaatan hukum.
Penghentian penyidikan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
1) Persiapan Penghentian Penyidikan.

Perkara-perkara yang akan dihentikan penyidikannya


harus memenuhi persyaratan yang memadai dan rasional
serta dapat diterima oleh hukum, yaitu antara lain:
a) Bukan merupakan Tindak Pidana.
Apabila dari hasil penyidikan, penyidik berpendapat
bahwa apa yang telah dipersangkakan terhadap
tersangka ternyata bukan merupakan perbuatan
pidana (pelanggaran ataupun kejahatan), maka
penyidik harus membuat suatu keputusan untuk
menghentikan penyidikannya.
b) Tidak cukup bukti.
Bahwa setelah dilakukan upaya penyidikan, ternyata
penyidik berpendapat bahwa hasilnya tidak dapat
memenuhi persyaratan unsur- unsur perbuatan pidana
sebagaimana untuk memenuhi alat-alat bukti yang
dimaksud dalam pasal 183 dan 184 KUHAP,
misalkan dari 5 (lima) alat bukti yang sah, baru
ditemukan 1 (satu) alat bukti.
c) Demi hukum.
Bahwa perkara-perkara yang termasuk dalam kategori
dihentikan demi hukum adalah sebagai berikut:
a) Tersangka meninggal dunia.
b) Perkaranya sudah kadaluwarsa.
c) Perkaranya dicabut, karena perkaranya termasuk
dalam klasifikasi delik aduan (Klacht Delict).
d) Nebis in idem, yaitu terhadap perkara tersebut

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 67


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

telah disidik dan diputus oleh Pengadilan serta


telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (In
Kracht Van Gewijsde).
2) Pelaksanaan Penghentian Penyidikan.
a) Pejabat yang dapat menghentikan Penyidikan
(1) Di Tingkat Mabes Polri (Direktorat pada Bareskrim
Polri): Direktur.
(2) Di Tingkat Polda : Dirreskrim Polda.
(3) Di Tingkat Polres : Kasatreskrim atau Kapolres.
(4) Di Tingkat Polsek: Kapolsek.
b) Mekanisme Penghentian Penyidikan.
(1) Perkara yang akan dihentikan penyidikannya.
(a) Terhadap perkara-perkara yang
sedang dilakukan penyidikan, dan
ditengah jalan ternyata mengalami berbagai
hambatan/kendala yang sulit dicari solusinya.
Sementara itu Penyidik sudah berupaya
seoptimal mungkin untuk mengatasi
kendala dimaksud, namun demikian tetap
saja tidak ada perkembangan yang
signifikan dalam penyidikannya, maka
Penyidik harus segera menentukan sikap,
apakah penyidikannya dapat dilanjutkan
sesuai dengan rencana penyidikannya atau
penyidik akan merevisi rencana penyidikan
sesuai dengan situasi dan
perkembangan ataukah penyidik akan
menentukan sikap lain berupa penghentian
penyidikan.
(b) Apabila alternatif ketiga yang diputuskan oleh
penyidik, maka sebelum melakukan tindakan
kepolisian berupa penghentian penyidikan,
penyidik wajib terlebih dahulu melakukan
Gelar Perkara tahap akhir.
(c) Gelar perkara dimaksud untuk
menentukan sikap apakah perkara ini layak
untuk dilanjutkan penyidikannya disertai
dengan rekomendasi ataukah perkara ini
akan dihentikan penyidikannya karena alasan
tertentu.
(2) Laporan Kemajuan.
(a) Penyidik yang menangani perkara wajib
membuat Laporan Kemajuan dari perkara
yang sedang disidiknya.
(b) Dalam Laporan Kemajuan dimaksud

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 68


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

menggambarkan tentang perkembangan


terakhir pelaksanaan penyidikan yang
telah dilakukan yang meliputi:
(1)) Langkah apa saja yang telah dilakukan
dalam proses penyidikan.
(2)) Hambatan/kendala dalam proses
penyidikan.
(3)) Apa pendapat penyidik terhadap
proses penyidikan yang sudah
dilaksanakan.
(c) Dalam hal penyidik berpendapat sesuai
kesimpulan dalam Laporan Kemajuan
mengarah pada penghentian penyidikan
dengan alasan tertentu, maka Penyidik wajib
melakukan kegiatan “Gelar Perkara”.
(d) “Gelar Perkara” yang dimaksud disini adalah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat
(4) huruf e Perkap Nomor 14 Tahun 2012
tentang Manajemen Penyidikan yang
mangatakan “Gelar Perkara pada tahap
akhir bertujuan antara lain untuk menentukan
layak tidaknya berkas perkara dilimpahkan
kepada Penuntut Umum atau dihentikan”.
(e) Peserta Gelar Perkara biasa tahap akhir
dalam rangka Penghentian Penyidikan
dihadiri oleh:
(1)) atasan penyidik.
(2)) penyidik beserta tim.
(3)) ahli atau pihak lain bila diperlukan.
(3) Rekomendasi peserta Gelar Perkara.
(a) Gelar perkara untuk menentukan apakah
perkara dimaksud dapat dilanjutkan
penyidikannya ataukah tidak, akan menjadi
bahan pertimbangan penyidik dalam
memutuskan kelanjutan penanganan perkara
tersebut.
(b) Dalam hal rekomendasi dari para peserta
Gelar Perkara menyatakan perkara
tersebut mengarah pada dihentikan
penyidikannya, maka penyidik dapat
mempertimbangkan hal tersebut dan
merumuskannya.
(c) Rumusan rekomendasi tersebut selanjutnya
dianalisis dan evaluasi oleh Penyidik untuk
dijadikan kesimpulan tentang alasan
yang paling sesuai atas dihentikannya

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 69


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

perkara dimaksud, yaitu apakah perkara


pidana tersebut dihentikan karena:
(1)) Bukan merupakan Tindak Pidana.
(2)) Tidak cukup bukti.
(3)) Demi hukum.
(d) Alasan penghentian penyidikan tersebut
tentunya harus dilengkapi oleh dokumen
pendukung dan fakta-fakta dilapangan
maupun fakta hukum.

(4) Menerbitkan Surat Ketetapan Penghentian


Penyidikan.
(a) Rekomendasi dari hasil Gelar Perkara
tahap Akhir yang menyimpulkan bahwa
perkara tersebut dihentikan penyidikannya,
maka Penyidik segera menindaklanjuti
rekomendasi dimaksud dengan membuat
Surat Ketetapan Penghentian Penyidikan.
(b) Alasan dihentikannya penyidikan tersebut
harus jelas disebutkan dalam Surat
Ketetapan Penghentian Penyidikan, yaitu
apakah perkara tersebut bukan merupakan
tindak pidana atau tidak cukup bukti atau
perkara tersebut dihentikan demi hukum.
(c) Surat Ketetapan Penghentian Penyidikan
(SP3) dibuat rangkap 6 (enam)
sebagaimana format Reserse dengan
perincian:
(1)) 4 (empat) lembar untuk bekas perkara.
(2)) 1 (satu) lembar untuk penyidik/ penyidik
pembantu.
(3)) 1 (satu) lembar untuk arsip.
(d) Surat Ketetapan Penghentian Penyidikan
ditandatangani oleh Atasan Penyidik atau
oleh Kasatker selaku penyidik.
(e) Surat Ketetapan Penghentian Penyidikan
diberi nomor urut dan cap stempel kesatuan
sesuai aturan dalam administrasi penyidikan
dan dicatat dalam buku register.

(5) Membuat Surat Pemberitahuan Penghentian


Penyidikan.
(a) Setelah penyidik menerbitkan Surat
Ketetapan Penghentian Penyidikan,
selanjutnya penyidik membuat Surat
Pemberitahuan Penghentian Penyidikan.
(b) Surat Pemberitahuan Penghentian
Penyidikan dibuat dan ditandatangani oleh

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 70


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kasatker atau atasan penyidik yang


menghentikan penyidikan perkaranya.
(c) Surat Pemberitahuan Penghentian
Penyidikan dikirimkan kepada:
(1)) Jaksa Penuntut Umum.
(2)) Tersangka atau keluarganya.
(d) Penyidik agar memastikan bahwa Surat
Pemberitahuan Penghentian Penyidikan
tersebut sampai ke alamat yang dituju.

Surat Pemberitahuan Penghentian Penyidikan


diberi nomor urut dan cap stempel kesatuan
sesuai aturan dalam administrasi penyidikan dan
dicatat dalam buku register.

4 Administrasi penyidikan TP Jatanlin

a. Administrasi penyidikan TP jatanlin yang merupakan isi


berkas perkara;
b. administrasi penyidikan TP jatanlin yang bukan merupakan isi
berkas perkara.

RANGKUMAN

1. Pasal-pasal yang berhubungan dengan kejahatan lalu lintas

a. Pasal 273
b. Pasal 275
c. Pasal 277
d. Pasal 310
e. Pasal 311
f. Pasal 312

2. Proses penyidikan Tindak Pidana Kejahatan Lalu Lintas terdiri dari

a. Penyelidikan
b. Dimulainya penyidikan
c. Upaya paksa
d. Pemeriksaan
e. Penetapan tersangka
f. Pemberkasan
g. Penyerahan berkas perkara
h. Penyerahan tersangka dan barang bukti
i. Penghentian penyidikan

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 71


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3. Administrasi penyidikan TP Jatanlin

a. Administrasi penyidikan TP Jatanlin yang merupakan isi


berkas perkara;
b. administrasi penyidikan TP Jatanlin yang bukan merupakan isi
berkas perkara.

SOAL LATIHAN

1. Jelaskan pengertian TP Jatanlin !


2. Jelaskan jenis-jenis TP Jatanlin !
3. Jelaskan proses penyidikan TP Jatanlin !
4. Jelaskan administrasi penyidikan TP Jatanlin !

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 72


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TINDAK PIDANA (TP)


Modul KEJAHATAN LALU LINTAS (JATANLIN)
02
52 JP ( 2.340 menit)

PENGANTAR

Modul administrasi penyidikan TP Jatanlin yang mencangkup:


pengertian administrasi penyidikan TP Jatanlin, dasar hukum yang
terkait dengan penyidikan TP Jatanlin, asas-asas penyelenggaraan
administrasi penyidikan TP Jatanlin, kesalahan dalam penyelenggaraan,
administrasi penyidikan TP Jatanlin; sampul berkas perkara, daftar isi
berkas perkara, Isi berkas perkara, daftar barang bukti, daftar saksi,
daftar tersangka, petikan surat keputusan pemidanaan terdahulu,
administrasi berupa surat-surat yang bukan merupakan isi berkas
perkara dan administrasi berupa buku-buku register/ekpedisi/ daftar
yang bukan merupakan isi berkas perkara

Tujuan diberikan materi ini agar peserta pelatihan terampil membuat


administrasi penyidikan TP Jatanlin.

STANDAR KOMPETENSI

Mampu membuat administrasi penyidikan TP Jatanlin

KOMPETENSI DASAR

1. Memahami konsep administrasi penyidikan TP Jatanlin

a. menjelaskan pengertian administrasi penyidikan TP


Jatanlin;
b. menjelaskan dasar hukum yang terkait dengan penyidikan
TP Jatanlin;
c. menjelaskan azas-azas penyelenggaraan administrasi
penyidikan TP Jatanlin

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 73


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

d. menjelaskan kesalahan dalam penyelenggaraan


administrasi penyidikan TP Jatanlin.

2. Memahami administrasi penyidikan TP Jatanlin yang merupakan


isi berkas perkara

a. menjelaskan sampul berkas perkara;


b. menjelaskan daftar isi berkas perkara;
c. menjelaskan Isi berkas perkara;
d. menjelaskan daftar barang bukti;
e. menjelaskan daftar saksi;
f. menjelaskan daftar tersangka;
g. menjelaskan petikan surat keputusan pemidanaan terdahulu.

3. Memahami administrasi penyidikan TP Jatanlin yang bukan


merupakan isi berkas perkara

a. menjelaskan administrasi berupa surat-surat yang bukan


merupakan isi berkas perkara;
b. menjelaskan administrasi berupa buku-buku register/ekpedisi/
daftar yang bukan merupakan isi berkas perkara.

4. mempraktikkan pembuatan administrasi penyidikan TP Jatanlin


yang merupakan isi berkas dan bukan isi berkas perkara perkara

a. mempraktikkan pembuatan sampul berkas perkara;


b. mempraktikkan pembuatan daftar isi berkas perkara;
c. mempraktikkan pembuatan Isi berkas perkara;
d. mempraktikkan pembuatan daftar barang bukti;
e. mempraktikkan pembuatan daftar saksi;
f. mempraktikkan pembuatan daftar tersangka;
g. mempraktikkan pembuatan petikan surat keputusan
pemidanaan terdahulu;
h. mempraktikkan pembuatan administrasi berupa surat-surat
yang bukan merupakan isi berkas perkara.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 74


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

MATERI PELAJARAN

1. Pokok Bahasan:
konsep administrasi penyidikan TP Jatanlin
Sub Pokok Bahasan:
a. pengertian administrasi penyidikan TP Jatanlin;
b. dasar hukum yang terkait dengan penyidikan TP Jatanlin;
c. azas-azas penyelenggaraan administrasi penyidikan TP
Jatanlin;
d. kesalahan dalam penyelenggaraan administrasi penyidikan TP
Jatanlin.

2. Pokok Bahasan:
Administrasi penyidikan yang merupakan isi berkas perkara

Sub Pokok Bahasan:


a. sampul berkas perkara;
b. daftar isi berkas perkara;
c. isi berkas perkara;
d. daftar barang bukti;
e. daftar saksi;
f. daftar tersangka;
g. petikan surat keputusan pemidanaan terdahulu.

3. Pokok Bahasan:
Administrasi penyidikan yang bukan merupakan isi berkas perkara

Sub Pokok Bahasan:


a. administrasi berupa surat-surat yang bukan merupakan isi
berkas perkara;
b. administrasi berupa buku-buku register/ekpedisi/ daftar yang
bukan merupakan isi berkas perkara.

METODE PEMBELAJARAN

1. Metode Ceramah
Metode ini digunakan untuk menjelaskan administrasi penyidikan TP
Jatanlin.
2. Metode Tanya Jawab

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 75


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Metode ini digunakan untuk tanya jawab tentang materi yang telah
disampaikan.
3. Metode Praktik
Metode ini digunakan untuk mempraktikkan :
a. pembuatan sampul berkas perkara;
b. pembuatan daftar isi berkas perkara;
c. pembuatan Isi berkas perkara;
d. pembuatan daftar barang bukt;
e. pembuatan daftar saksi;
f. pembuatan daftar tersangka;
g. pembuatan petikan surat keputusan pemidanaan terdahulu;
h. administrasi berupa surat-surat yang bukan merupakan isi berkas
perkara.

ALAT/MEDIA, BAHAN DAN SUMBER BELAJAR

1. Alat/Media
a. Laptop;
b. LCD;
c. Flip chart;
d. Whiteboard.

2. Bahan
a. Kertas;
b. Spidol/Alat Tulis lain.
3. Sumber Belajar
a. UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP;
b. UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri;
c. UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang LLAJ;
d. Perkap Nomor 06 tahun 2019 tentang penyidikan tindak
pidana;
e. Perkap Nomor 15 Tahun 2013 tentang tatacara penanganan
Laka Lantas;
f. Keputusan Kepala Korps Lalu Lintas Polri No:
KEP/55/VIII/2014 tentang SOP Penyidikan Laka Lantas;
g. Skep Kabareskrim Polri Nomor 82/XII/2006 tentang pedoman
penyelenggaraan administrasi penyidikan.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 76


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

KEGIATAN PEMBELAJARAN

1. Tahap awal : 10 menit


a. Pelatih/instruktur memperkenalkan diri kepada para peserta
pelatihan;
b. Pelatih/instruktur melakukan pencairan (permainan atau
bernyanyi);
c. Pelatih/instruktur menyampaikan standar kompetensi dan
kompetensi dasar serta indikator hasil belajar.
2. Tahap inti : 2.320 menit

Tahap inti I : 270 menit (pembahasan materi administrasi


penyidikan TP Jatanlin)
a. Pelatih/Instruktur menyampaikan materi administrasi
penyidikan TP Jatanlin
b. Pelatih /instruktur memberi kesempatan peserta pelatihan
untuk bertanya atau berkomentar tentang administrasi
penyidikan TP Jatanlin
c. Pelatih/instruktur menjawab pertanyaan peserta pelatihan.
Tahap inti II : 2.050 menit (praktik administrasi penyidikan
TP Jatanlin)

a. Pelatih/instruktur membagi peserta pelatihan kedalam 4


kelompok;
b. Pelatih/instruktur membagi kelompok berdasarkan gambaran
peristiwa yang ada yaitu :

1) Kelompok 1 berdasarkan gambaran peristiwa 1


2) Kelompok 2 berdasarkan gambaran peristiwa 2
3) Kelompok 3 berdasarkan gambaran peristiwa 3
4) Kelompok 4 berdasarkan gambaran peristiwa 4

c. Pelatih /instruktur menugasi masing -masing kelompok


berdasarkan gambaran peristiwa yang sudah dibagikan untuk
mempraktikkan :
1) pembuatan sampul berkas perkara
2) pembuatan daftar isi berkas perkara
3) pembuatan Isi berkas perkara
4) pembuatan daftar barang bukti
5) pembuatan daftar saksi
6) pembuatan daftar tersangka
7) pembuatan petikan surat keputusan pemidanaan terdahulu
8) administrasi berupa surat-surat yang bukan merupakan isi
berkas perkara

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 77


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

d. Masing-masing kelompok mempraktikkan sesuai yang


diperintahkan oleh pelatih/instruktur
e. Pelatih/instruktur membimbing, mengawasi dan memfasilitasi
jalannya praktik;
f. Pelatih/instruktur memberikan ulasan terhadap hasil praktik
.
3. Tahap akhir : 10 menit
a. Pelatih/instruktur memberikan ulasan dan penguatan materi
secara umum;
b. Pelatih/instruktur mengecek penguasaan materi pelatihan
dengan cara bertanya secara lisan dan acak kepada peserta
pelatihan;
c. Pelatih/instruktur menyampaikan learning point, koreksi dan
kesimpulan dari materi pelatihan yang disampaikan kepada
peserta pelatihan.

TAGIHAN/TUGAS

Peserta pelatihan secara kelompok mengumpulkan hasil praktik.

LEMBAR KEGIATAN

GAMBARAN PERISTIWA 1
Pada hari Minggu tanggal 23 Agustus tahun 2020 sekira jam 14.15 wib,
di Jalan Tol Cipali (Cikopo-Palimanan), tepatnya di KM 150.300 Jalur A
Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka. Kendaraan Bus Widia
No.Pol.: Z 7519 AA yang dikemudikan Sdr. Juli dengan Kenek Sdr.
Darsim membawa 15 orang penumpang dari Cikopo menuju Palimanan.
Di tempat kejadian menabrak Kendaraan Hino Truck Fuso No.Pol.:H
1577 PY bagiian belakang sebelah kanan yang sedang parkir di bahu
jalan sebelah kiri (menghadap ke arah Palimanan). Yang sebelumnya di
kemudikan oleh Sdr. Surapto kemudian Kendaraan Bus Widia No.Pol.: Z
7519 AA hilang kendali ke kanan dan terguling selanjutnya tertabrak
Kendaraan Isuzu Elf No.Pol .: B 7169 YH yang dikemudikan Sdr. RIZKI
ANGGUN STYO PRABOWO yang datang dari arah Cikopo menuju
Palimanan (arang yang sama). Akibat dari Kecelakaan lalu lintas

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 78


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

tersebut Pengemudi dan 3 orang penumpang Kendaraan Bus Widia No


Pol.: Z 7519 AA meninggal dunia ditempat kejadian selanjutnya
diperiksakan ke RSUD Arjawinangun Kab. Cirebon sedangkan 10 orang
penumpang Kendaraan Bus Widia No.Pol.: Z 7519 AA mengalami luka-
luka diperiksakan ke Rumah Sakit Mitra Plumbon Kab. Cirebon.

GAMBARAN PERISTIWA 2

Hari Kamis tanggal 15 Oktober 2020 sekitar pukul 15.00 WIB, truck Isuzu
No Pol B 9978 UDF yang dikemudiakan oleh DEDE REZA berangkat
dari PT. Marina Trans Pasific di daerah Cipanas Cianjur menuju galian
pasir untuk menjemput EMAK HIDAYAT yang sudah berada di pool
galian pasir. Pada pukul 16.00 WIB kendaraan truck Isuzu dikemudikan
oleh DEDE REZA menuju pool pengisian batu split di CV Gunung Jati di
daerah Kp. Gunung Jati Cilaku Cianjur, sampai di tempat tujuan sekitar
pukul 19.00 WIB, kendaraan Truck Isuzu langsung di isi 7 (tujuh) kubik
batu split (setara dengan 12 ton, keterangan Dishub Kab. Bogor). Pukul
19.20 WIB kendaraan Truck Isuzu No Pol B 9978 UDF keluar dari pool
CV. Gunung Jati. Muatan batu split tersebut akan diantar ke pemesan
atas nama BOS MUKTIH di daerah Cibeureum Puncak Bogor. Namun,
sebelum mengantar pesanan tersebut DEDE REZA sempat pulang ke
kontrakan di daerah Cikaret Joglo Cianjur bersama dengan EMAK
HIDAYAT membawa Truck Isuzu yang bermuatan batu split. Sekitar
pukul 19.45 WIB rekan DEDE REZA atas nama RENDI berkunjung ke
kediaman DEDE REZA. Pukul 20.00 WIB DEDE REZA berangkat
menuju daerah Cibeureum Puncak Bogor dengan membawa dua orang
penumpang atas nama EMAK HIDAYAT dan RENDI, sekitar pukul 22.00
WIB sempat berhenti di sekitar pasar Cipanas Cianjur (selama 1 jam) .
Ketika berisitirahat EMAK HIDAYAT menawarkan diri untuk
mengemudikan truck Isuzu, karena DEDE REZA dalam keadaan kurang
fit (tidak sehat). Pukul 23.00 WIB mereka melanjutkan perjalanan
menuju daerah puncak dan truck Isuzu dikemudikan oleh EMAK
HIDAYAT.

Hari Jumat tanggal 16 Oktober 2020 sekitar pukul 08.00 WIB truck Isuzu
sampai di Jalan Raya Umum Puncak Ds. Tugu Utara Kec. Cisarua Kab.
Bogor, truck Isuzu tiba-tiba oleng dan menabrak kendaraan Honda Vario
No Pol A 3220 ZV yang dikendarai oleh HENDRY kemudian truck Isuzu
menabrak kendaraan Yamaha N Max No Pol A 2425 VD dikendarai oleh
JHONY, kemudian kendaraan truck Isuzu yang pada saat kejadian
sudah miring ke kiri menabrak kendaraan Daihatsu Gran Max No Pol B
1959 ZKH yang dikemudikan oleh DJOKO.

Akibat dari kecelakaan tersebut 5 (lima) orang penumpang kendaraan


Daihatsu Gran Max No Pol B 1959 ZKH meninggal dunia, Pengendara

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 79


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Honda Vario No Pol A 3220 ZV a.n HENDRY dan Pengendara Yamaha


N Max No Pol A 2425 VD a.n JHONY mengalami luka berat.

GAMBARAN PERSITIWA 3

Hari Jum’at tanggal 2 April 2019 jam 16.00 WIB terjadi kecelakaan truk
Mitsubishi No Pol Z8229DW yang dikemudikan oleh Suhanda (50)
menabrak madrasah salawiyah di Kampung Harendong, Desa
Sindanggalih-Garut. Sebelum terjadi kecelakaan truk sedang melaju dari
arah Kampung Nangoh menuju Kampung Harendong. Ketika sampai
Kampung Harendang pada jalan lurus menurun terjal truk Mitsubishi No
Pol Z8229DW menabrak bangunan madrasah salawiyah dan menabrak
5 (lima) orang warga kampung Kecamatan Sukawening yang sedang
duduk di halaman madrasah salawiyah, karena pengemudi truk tidak
dapat mengendalikan kecepatan kendaraan diduga akibat rem truk tidak
berfungsi.

Akibat Kecelakaan tersebut pengemudi truk a.n. Suhanda, 2 (dua) orang


warga Kecamatan Sukawening a.n Dede Hidayat dan Dela Panesa
meninggal dunia, 3 (tiga) orang warga Kecamatan Sukawening a.n Anis,
Anto dan Jojon mengalami luka ringan.

GAMBARAN PERISTIWA 4

Pada hari Kamis tanggal 8 Oktober 2020 sekira jam 12.30 WIB, Nuraini
Asrini (40) seorang pejalan kaki asal Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri
tewas tertabrak mobil Toyota Kijang Innova Innova L 1992 AZ yang
dikemudikan Rino (52) warga Kediri yang melaju dari arah selatan
menuju utara. Sebelum terjadi kecelakaan Rino berusaha menyalip
kendaraan di depannya dari lajur kiri, karena lalu lintas di dua arah
padat. Pada saat bersamaan dari arah berlawanan datang sepeda motor
AG 5276 SN yang dikendarai Suprapto, sehingga Mobil Innova Innova L
1992 AZ tersebut menabrak sepeda motor AG 5276 SN. Kemudian
Rino tidak dapat mengendalikan Toyota Kijang Innova Innova L 1992 AZ
sehingga oleng dan menabrak dua pejalan kaki warga Kecamatan Kras,
Kabupaten Kediri an. Nuraini Asrini dan Bairul Arifin.

Akibat kecelakaan Nuraini Asrini meninggal dunia di lokasi kejadian,


pengendara sepeda motor AG 5276 SN an. Suprapto mengalami patah
kaki kanan. Sedangkan Bairul Arifin mengalami patah lengan kanan.
Korban dibawa ke RSUD dr Iskak Tulungagung.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 80


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Tugas Peserta Pelatihan:

1. Peserta pelatihan dibagi ke dalam 4 kelompok, dengan masing-


masing kelompok beranggotakan minimal 6 orang;
2. Masing masing kelompok diberi tugas untuk mempraktikkan
pembuatan administrasi penyidikan TP Jatanlin sesuai dengan
gambaran peristiwa.
3. Masing-masing kelompok melaksanakan peraktik pembuatan
administrasi penyidikan TP Jatanlin berdasarkan gambaran
peristiwa yang meliputi :
a. pembuatan sampul berkas perkara
b. pembuatan daftar isi berkas perkara
c. pembuatan Isi berkas perkara
d. pembuatan daftar barang bukti
e. pembuatan daftar saksi
f. pembuatan daftar tersangka
g. pembuatan petikan surat keputusan pemidanaan terdahulu
h. pembuatan administrasi berupa surat-surat yang bukan
merupakan isi berkas perkara

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 81


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

BAHAN BACAAN

POKOK BAHASAN 1
KONSEP ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP JATANLIN

1. Pengertian administrasi penyidikan TP Jatanlin

Yang dimaksud administrasi penyidikan TP jatanlin adalah


penatausahaan dan segala kelengkapan yang disyaratkan
undang-undang dalam proses penyidikan meliputi : pencatatan,
pelaporan, pendataan, dan pengarsipan atau dokumentasi untuk
menjamin ketertiban, kelancaran, dan keseragaman administrasi
baik untuk kepentingan peradilan, operasional maupun
pengawasan penyidikan

2. Dasar hukum yang terkait dengan penyidikan TP Jatanlin


a. UU Nomor: 8 Tahun 1981 tentang KUHAP;
b. UU Nomor: 2 Tahun 2002 tentang Polri;
c. UU Nompr: 22 Tahun 2009 tentang LLAJ;
d. Perkap Nomor: 14 Tahun 2012 tentang manajemen
penyidikan tindak pidana;
e. Perkap Nomor: 15 Tahun 2013 tentang tatacara
penanganan Laka Lantas;
f. Skep Kabareskrim Polri No. 82/XII/2006 tentang pedoman
penyelenggaraan administrasi penyidikan TP;
g. Keputusan Kepala Korps Lalu Lintas Polri No:
KEP/55/VIII/2014 tentang SOP Penyidikan TP Laka Lantas.

3. Azas-azas penyelenggaraan administrasi penyidikan TP


Jatanlin

a. ASAS TANGGUNG JAWAB :


Mindik adalah merupakan wujud pertanggung jawaban
penyidik dalam pelaksanaan sidik, penyelenggaraan harus
dilaksanakan secara bertanggung jawab dan dapat
dipertanggung jawabkan secara yuridis.

b. ASAS KEPASTIAN :
Kelengkapan mindik merupakan persyaratan mutlak wujud
pertanggung jawaban penyidik dalam pelaksanaan sidik,
maka harus dibuat secara pasti tentang dasar hukumnya,
identitas, tempat, waktu, keadaan, jumlah, pasal yang

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 82


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dipersangkakan dan termasuk data tehnis barang yang


disita.
c. ASAS KECEPATAN :
Pelaksanaan penyidikan dibatasi waktu yang sangat ketat
sebagai konsekuensinya maka penyelenggaraan
administrasi pendidikan harus dilaksanakan dalam batasan
waktu yang sangat ketat pula.
d. ASAS KEAMANAN :
Mindik adalah merupakan tulisan otentik (alat bukti surat)
yang mempunyai nilai pembuktian sangat tinggi, maka
dalam pembuatan, pendistribusian dan penyimpanan mindik
untuk tindakan hukum apapun harus memperhatikan sekali
faktor keamanan.
e. ASAS KESINAMBUNGAN :
Mindik adalah merupakan wujud pertanggung jawaban
penyidik dalam pelaksanaan sidik, maka penyelenggaraan
harus dilaksanakan secara berkesinambungan, satu dengan
yang lain merupakan rangkaian kelengkapan yang
merupakan suatu pembuktian tentang terjadinya tindak
pidana dan siapa pelakunya, terutama dalam hal melakukan
tindakan hukum, atau selama atau setelah tindakan hukum
itu dilaksanakan

4. Kesalahan dalam penyelenggaraan administrasi penyidikan


TP Jatanlin

a. Dibuat hanya secara kuantitas, hanya formalitas, kurang


memperhatikan kualitas (persyaratan material);
b. Kurang memahami makna dari per-UU-an (KUHAP dan
ketentuan lain), hanya didasarkan pada kebiasaan yang ada;
c. Kurang teliti/cermat, antara lain : tidak ada tanggal,
ditandatangani/diparaf, salah penulisan pasal (ayat), tidak
ada nomor, tidak di stempel, dll;
d. Laporan polisi (kejadian)/berita acara / berita acara
pemeriksaan tidak ditanda tangani / diparaf oleh pihak-pihak
yang terlibat dalam kegiatan penyidikan TP dimaksud yaitu :
pelapor, petugas/ penyelidik/ penyidik pembantu/ saksi,
tersangka, penasehat hukum dan penterjemah;
e. Kurang memahami kepentingan dan asas penyelenggaraan
mindik;
f. Perbaikan kesalahan penulisan/ pengetikan (karena salah/
kurang/ kelebihan tulisan atau ketikan) tidak dilaksanakan
sebagaimana mestinya
g. Pasal ditulis salah/ tidak dilengkapi dengan ayat atau ke

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 83


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

POKOK BAHASAN 2
ADMINISTRASI PENYIDIKAN YANG MERUPAKAN
ISI BERKAS PERKARA

1. Sampul berkas perkara

a. Yang dimaksud dengan sampul berkas perkara dalam


lembaran depan dan belakang berkas perkara.
b. Sampul depan berkas perkara berisi :
1) Nomor dan tanggal berkas perkara.
2) Tanggal kejadian, tanggal laporan, uraian singkat
perkara dan pasal yang dilanggar.
c. Sampul berkas perkara ditandatangani oleh
penyidik/penyidik pembantu, yang melakukan penyidikan,
diketahui oleh kepala kesatuan atau pejabat yang ditunjuk.
d. Penomoran sampul berkas perkara diambil dari nomor urut
Buku Register Berkas Perkara (Buku Register B-10) dan
dicatat dalam buku register tersebut.

2. Daftar isi berkas perkara

a. Daftar isi berkas perkara adalah daftar isi yang


menunjukkan isi keseluruhan berkas perkara yang
disusun berdasarkan urut-urutan penyusunan lembaran
yang menjadi isi berkas perkara.
b. Daftar isi berkas perkara dimaksudkan untuk mengetahui
secara pasti tentang isi dan jenis surat yang ada dalam
berkas perkara serta lengkap tidaknya isi berkas perkara.
c. Daftar isi berkas perkara terdiri dari kolom :
1) Nomor (nomor urut);
2) Macam/jenis surat;
3) Banyaknya lembar;
4) Keterangan.
d. Daftar isi berkas perkara diberi tanggal, serta ditanda
tangani oleh penyidik/penyidik pembantu.
e. Dibuat dalam rangkap empat sesuai dengan jumlah berkas
perkara.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 84


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3. Isi berkas perkara

a. Isi berkas perkara adalah semua produk administrasi yang


dibuat, berupa resume, Laporan Polisi surat-surat maupun
berita acara.
b. Isi berkas perkara, meliputi :
1) Resume.
(a) Resume merupakan iktisar dan kesimpulan
dari hasil proses penyidikan tindak pidana,
yang ditangani dalam bentuk dan persyaratan
tata cara penulisan tertentu.
(b) Pembuatan resume harus memenuhi
persyaratan formal, material dan penulisan
sesuai dengan yang tercantum dalam buku
petunjuk administrasi penyelesaian dan
penyerahan berkas perkara.
(c) Dibuat oleh penyidik/penyidik pembantu dalam
rangkap empat sesuai dengan jumlah berkas
perkara.
2) Laporan Polisi.
(a) Laporan Polisi merupakan bukti tertulis atas
laporan, atau pengaduan tentang sesuatu
peristiwa yang diduga tindak pidana.
(b) Laporan Polisi merupakan dasar untuk
dilakukannya penyidikan tindak pidana.
(c) Penomoran Laporan Polisi diambil dari nomor
urut yang ada dalam Buku Register Laporan
Polisi (Buku Register B-1) dan dicatat dalam
Buku Register tersebut.
(d) Jenis laporan Polisi:
(1) Laporan Polisi Model A.
(2) Laporan Polisi Model B.
(3) Laporan Polisi Model C.
3) Berita Acara
Berita Acara adalah catatan atau tulisan yang
bersifat otentik yang memuat hasil ahli, serta
tindakan-tindakan hukum tertentu lainnya seperti
pemeriksaan di TKP, penangkapan, penahanan,
penggeledahan, penyitaan dan lain-lain dalam
bentuk tertentu dan atas kekuatan sumpah jabatan,
serta memenuhi persyaratan formal dan material,
yang meliputi :

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 85


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(a) Berita Acara Penangan TKP;


(b) Berita Acara Pemeriksaan terhadap saksi;
(c) Berita Acara Pemeriksaan terhadap
tersangka;
(d) Berita Acara Penangkapan;
(e) Berita Acara Penahanan;
(f) Berita Acara Penggeledahan;
(g) Berita Acara Penyitaan;
(h) Berita Acara Pelaksanaan Tindakan lainnya,
meliputi:
(1) BA Pemeriksaan Surat;
(2) BA Pemeriksaan oleh ahli/keterangan;
(3) BA Penyerahan tanggung jawab
tersangka dan Barang Bukti.
4) Surat – Surat.
Surat-surat yang merupakan isi berkas perkara
adalah semua jenis surat yang ada kaitannya
dengan proses penyidikan tindak pidana yang
ditangani, meliputi:
1) Surat-surat biasa, antara lain :
a) Surat Pemberitahuan Dimulainya
Penyidikan ( SPDP ) yaitu surat
pemberitahuan kepada Kejaksaan
Negeri atau Kejaksaan Tinggi tentang
dimulainya penyidikan yang dilakukan
oleh Penyidik Polri atau PPNS;
b) Surat Pemberitahuan Penghentian
Penyidikan (SPPP) yaitu surat
pemberitahuan kepada Kepala
Kejaksaan Negeri atau Kejaksaan
Tinggi tentang dihentikannya penyidikan
yang dilakukan oleh penyidik Polri atau
PPNS;
c) Surat Ketetapan tentang Penghentian
Penyidikan, yaitu surat penetapan
penyidik tentang dihentikannya
penyidikan yang dilakukan karena
alasan-alasan:
(1) Tidak terdapat cukup bukti;
(2) Bukan merupakan tindak
pidana;
(3) Demi hukum;
d) Surat permintaan ijin penggeledahan
dan penetapannya;

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 86


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

e) Surat Permintaan Ijin/Ijin Khusus


Penyitaan;
f) Surat Tanda Penerimaan Barang Bukti;
g) Surat / Laporan guna memperoleh
persetujuan penggeledahan/ penyitaan;
h) Surat Penunjukan Penasehat Hukum;
i) Surat Kuasa Penasehat Hukum;
j) Surat persetujuan Pelelangan Barang
Bukti dari Tersangka / Pemilik;
k) Surat Permintaan Ijin
Pemusnahan/Perampasan Barang
Bukti;
l) Surat Permintaan Pemeriksaan Luka;
m) Surat permintaan Pemeriksaan Mayat;
n) Surat Permintaan Keterangan Ahli;
o) Surat Permintaan Perpanjangan
Penahanan;
p) Surat permohonan Penangguhan
Penahanan;
q) Surat permohonan pengailhan jenis
penahanan;
r) Surat pemberitahuan Penahanan
kepada Keluarga;
s) Surat Panggilan Tersangka/Saksi.
2) Surat-Surat Perintah, meliputi :
a) Surat Perintah Penyidikan;
b) Surat Perintah Penghentian Penyidikan;
c) Surat Perintah Penyidikan Lanjutan;
d) Surat Perintah Penangkapan;
e) Surat Perintah Tugas;
f) Surat Perintah Pelepasan Tersangka;
g) Surat Perintah Membawa
saksi/tersangka;
h) Surat Perintah Penahanan;
i) Surat Perintah Penangguhan
Penahanan;
j) Surat Perintah Pencabutan
penangguhan Han;

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 87


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

k) Surat Perintah Pengalihan jenis


Penahanan;
l) Surat Perintah Pemindahan Tempat
Penahanan;
m) Surat Perintah Pembantaran
Penahanan;
n) Surat Perintah Pencabutan
Pembantaran Han;
o) Surat Perintah Penahanan Lanjutan;
p) Surat Perintah Pengeluaran Tahanan;
q) Surat Perintah Penggeledahan;
r) Surat Perintah Penyitaan;
s) Surat Perintah Penitipan Barang Bukti;
t) Surat Perintah Penyisihan Barang
Bukti;
u) Surat Perintah Pemusnahan Barang
Bukti;
v) Surat Perintah Pengembalian Barang
Bukti.

4. Daftar barang bukti

a. Daftar barang bukti adalah daftar yang berisi rincian yang


tercantum dalam berkas perkara dan dimuat dengan
maksud sebagai salah satu upaya penertiban dan
pengamanan barang bukti;
b. Daftar barang bukti terdiri atas kolom yang memuat nomor
urut, nomor register barang bukti, jenis barang bukti, status
kepemilikan barang bukti, penyitaan (berisi tanggal, dari
mana dan oleh siapa) serta keterangan.

5. Daftar saksi

a. Daftar saksi adalah daftar yang memuat nama dan identitas


para saksi sebagaimana tercantum dalam berkas perkara;
b. Daftar saksi terdiri atas kolom yang memuat nomor urut,
nama, pekerjaan, agama dan keterangan

6. Daftar tersangka

a. Daftar tersangka adalah daftar yang memuat nama dan


identitas para tersangka sebagaimana tercantum dalam
berkas perkara.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 88


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b. Daftar tersangka terdiri atas kolom yang memuat nomor


urut, nama, alamat, pekerjaan, agama dan keterangan.

7. Petikan surat keputusan pemidanaan terdahulu

a) Yang dimaksud dengan petikan surat keputusan


pemindanaan terdahulu adalah petikan surat keputusan
pengadilan yang berupa pemindanaan atas tindak pidana
yang dilakukan tersangka sebelumnya.
b) Maksud dilampirkan petikan Surat Keputusan
pemindanaan terdahulu dalam berkas perkara adalah
sebagai bahan pertimbangan dalam putusan hakim,
terhadap tersangka dalam perkara tersebut.
c) Petikan surat tersebut dilampirkan hanya bila diperlukan
dan atas pertimbangan-pertimbangan tertentu.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 89


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

POKOK BAHASAN 3
ADMINISTRASI PENYIDIKAN YANG BUKAN MERUPAKAN ISI
BERKAS PERKARA

1. Administrasi berupa surat-surat yang bukan merupakan isi


berkas perkara

Administrasi berupa surat, meliputi :


1) Surat Perintah Penyelidikan;
2) Laporan hasil Penyelidikan;
3) Daftar Pencarian Orang (DPO)/Daftar Pencarian Barang
(DPB);
4) Surat Pengiriman Berkas Perkara;
5) Surat Pengiriman tersangka dan barang bukti;
6) Berita Acara Penyerahan tanggung jawab tersangka dan
barang bukti;
7) Tanda terima penitipan barang milik tahanan;
8) Formulir Bon pinjam tahanan;
9) Surat keterangan atas permintaan dari instansi/masyarakat;
10) Surat/blangko lain yang ada hubungannya dengan
penyidikan Tindak Pidana.

2. Administrasi berupa buku-buku register/ekpedisi/ daftar yang


bukan merupakan isi berkas perkara

Administrasi berupa Buku Register/Ekspedisi/Daftar, meliputi :


1) Register Laporan Polisi (B-1);
2) Register Kejahatan/Pelanggaran (B-2);
3) Register SPDP / SPPP (B-3);
4) Register Surat Panggilan (B-4);
5) Register Surat Perintah Penangkapan (B-5);
6) Register Surat Perintah Penggeledahan (B-6);
7) Register Surat Perintah Penyitaan (B-7);
8) Register Surat Perintah Penyidikan TP dan Surat Perintah
Tugas (B-8);

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 90


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

9) Register Tahanan (B-9);


10) Register Berkas Perkara (B-10);
11) Register penerimaan dan ekspedisi berkas perkara dari
PPNS (B-11);
12) Register ekspedisi berkas perkara serta penyerahan
tersangka dan barang bukti (B-12);
13) Register Barang Bukti (B-13);
14) Register Barang Temuan (B-14);
15) Register Pencarian orang dan barang (B-15);
16) Register Permintaan Visum et Repertum (B-16);
17) Register Permintaan / ijin Pemeriksaan (B-17);
18) Register Pemberitahuan hasil perkembangan penyidikan
TP (B-18).

RANGKUMAN

1. Pengertian administrasi penyidikan TP jatanlin

Penatausahaan dan segala kelengkapan yang disyaratkan


undang-undang dalam proses penyidikan meliputi pencatatan,
pelaporan, pendataan, dan pengarsipan atau dokumentasi untuk
menjamin ketertiban, kelancaran, dan keseragaman administrasi
baik untuk kepentingan peradilan, operasional maupun
pengawasan penyidikan

2. Dasar hukum yang terkait dengan penyidikan TP jatanlin

a. UU Nomor: 8 Tahun 1981 tentang KUHAP;


b. UU Nomor: 2 Tahun 2002 tentang Polri;
c. UU Nompr: 22 Tahun 2009 tentang LLAJ;
d. Perkap Nomor: 14 Tahun 2012 tentang manajemen
penyidikan tindak pidana;
e. Perkap Nomor: 15 Tahun 2013 tentang tatacara penanganan
Laka Lantas;
f. Skep Kabareskrim Polri No. 82/XII/2006 tentang pedoman
penyelenggaraan administrasi penyidikan TP;
g. Keputusan Kepala Korps Lalu Lintas Polri No:
KEP/55/VIII/2014 tentang SOP Penyidikan TP Laka Lantas.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 91


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3. Azas-azas penyelenggaraan administrasi penyidikan TP


Jatanlin

a. Asas tanggung jawab;


b. Asas kepastian;
c. Asas kecepatan;
d. Asas keamanan;
e. Asas kesinambungan.

4. Kesalahan dalam penyelenggaraan administrasi penyidikan TP


Jatanlin

a. Dibuat hanya secara kuantitas, hanya formalitas, kurang


memperhatikan kualitas (persyaratan material);
b. Kurang memahami makna dari per-UU-an (KUHAP dan
ketentuan lain), hanya didasarkan pada kebiasaan yang ada;
c. Kurang teliti/cermat, antara lain : tidak ada tanggal,
ditandatangani/diparaf, salah penulisan pasal (ayat), tidak
ada nomor, tidak di stempel, dll;
d. Laporan polisi (kejadian)/berita acara / berita acara
pemeriksaan tidak ditanda tangani / diparaf oleh pihak-pihak
yang terlibat dalam kegiatan penyidikan TP dimaksud yaitu :
pelapor, petugas/ penyelidik/ penyidik pembantu/ saksi,
tersangka, penasehat hukum dan penterjemah;
e. Kurang memahami kepentingan dan asas penyelenggaraan
mindik;
f. Perbaikan kesalahan penulisan/ pengetikan (karena salah/
kurang/ kelebihan tulisan atau ketikan) tidak dilaksanakan
sebagaimana mestinya
g. Pasal ditulis salah/ tidak dilengkapi dengan ayat atau ke.

5. Administrasi penyidikan yang merupakan isi berkas perkara

a. Sampul berkas perkara;


b. Daftar isi berkas perkara;
c. Isi berkas perkara;
d. Daftar barang bukti;
e. Daftar saksi;
f. Daftar tersangka;
g. Petikan surat keputusan pemidanaan terdahulu.

6. Administrasi berupa surat, meliputi :


a. Surat Perintah Penyelidikan;
b. Laporan hasil Penyelidikan;

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 92


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c. Daftar Pencarian Orang (DPO)/Daftar Pencarian Barang


(DPB);
d. Surat Pengiriman Berkas Perkara;
e. Surat Pengiriman tersangka dan barang bukti;
f. Berita Acara Penyerahan tanggung jawab tersangka dan
barang bukti;
g. Tanda terima penitipan barang milik tahanan;
h. Formulir Bon pinjam tahanan;
i. Surat keterangan atas permintaan dari instansi/masyarakat;
j. Surat/blangko lain yang ada hubungannya dengan
penyidikan Tindak Pidana.

7. Administrasi berupa Buku Register/Ekspedisi/Daftar, meliputi :

1. Register Laporan Polisi (B-1);


2. Register Kejahatan/Pelanggaran (B-2);
3. Register SPDP / SPPP (B-3);
4. Register Surat Panggilan (B-4);
5. Register Surat Perintah Penangkapan (B-5);
6. Register Surat Perintah Penggeledahan (B-6);
7. Register Surat Perintah Penyitaan (B-7);
8. Register Surat Perintah Penyidikan TP dan Surat Perintah
Tugas (B-8);
9. Register Tahanan (B-9);
10. Register Berkas Perkara (B-10);
11. Register penerimaan dan ekspedisi berkas perkara dari
PPNS (B-11);
12. Register ekspedisi berkas perkara serta penyerahan
tersangka dan barang bukti (B-12);
13. Register Barang Bukti (B-13);
14. Register Barang Temuan (B-14);
15. Register Pencarian orang dan barang (B-15);
16. Register Permintaan Visum et Repertum (B-16);
17. Register Permintaan / ijin Pemeriksaan (B-17);
18. Register Pemberitahuan hasil perkembangan penyidikan TP
(B-18).

SOAL LATIHAN

1. Jelaskan pengertian administrasi penyidikan TP Jatanlin !


2. Jelaskan dasar hukum yang terkait dengan penyidikan TP
Jatanlin !
3. Jelaskan azas-azas penyelenggaraan administrasi penyidikan TP
Jatanlin !

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 93


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

4. Jelaskan kesalahan dalam penyelenggaraan administrasi


penyidikan TP Jatanlin !
5. Jelaskan sampul berkas perkara !
6. Jelaskan daftar isi berkas perkara !
7. Jelaskan isi berkas perkara !
8. Jelaskan daftar barang bukti !
9. Jelaskan daftar saksi !
10. Jelaskan daftar tersangka !
11. Jelaskan petikan surat keputusan pemidanaan terdahulu !
12. Jelaskan administrasi berupa surat-surat yang bukan merupakan
isi berkas perkara !
13. Jelaskan administrasi berupa buku-buku register/ekpedisi/ daftar
yang bukan merupakan isi berkas perkara !

Catatan :
Untuk Format-format lampiran ada dalam CD

ADMINISTRASI PENYIDIKAN TP KEJAHATAN LALU LINTAS 94


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS

Anda mungkin juga menyukai