Anda di halaman 1dari 28

DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI 2
RINGKASAN 4
KATA PENGANTAR 5
BAB I PENDAHULUAN 6
1.1 LATAR BELAKANG 6
1.2 TUJUAN 8
1.2.1 Tujuan Umum 8
1.2.2 Tujuan Khusus 8
BAB II SOLUSI PERMASALAHAN MITRA 9
2.1 Solusi 10
2.2 Target 10
BAB III METODE PELAKSANAAN 11
3.1 Sasaran Kegiatan 11
3.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan 11
3.3 Langkah-langkah Kegiatan 11
3.4 Metode Evaluasi Kegiatan 12
BAB IV HASIL 13
4.1 Hasil 13
4.2 Pembahasan 14
4.3 Luaran yang Dicapai 15
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 16
5.1 Kesimpulan 16
5.2 Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17
DOKUMENTASI 18

2
RINGKASAN

Di dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008, arti pornografi adalah gambar, sketsa,
ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh,
atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di
muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan
dalam masyarakat. Hal ini sangat penting untuk diwaspadai oleh seluruh pihak yang berada di
dunia pendidikan anak untuk melindungi anak-anak dari pornografi. Penyebaran pornografi saat
ini sangat tinggi dan cepat melalui gadget yang terkoneksi melalui internet, dimana gadget ini
pun sudah menjadi salah satu kebutuhan utama bagi anak-anak untuk berkembang dan
mendapatkan informasi terkait pendidikan mereka.

Ada pun dampak langsung dari pornografi adalah ketagihan, menuntut lebih, ketidak
pedulian atau menjadi tidak sensitif terhadap konten pornografi dan mengingini pelampiasan.
Dimana dalam jangka panjang dapat berdampak terciptanya Sexually Active Society yang
ditandai dengan masyarakat yang aktif secara seksual (desakraslisasi seks atau seks bukan lagi
dianggap sebagai hal yang sacral), tidak ada norma yang mengatur hubungan seksual dan banyak
orang yang hidup sebagai suami istri tanpa ikatan perkawinan, atau hubungan di luar nikah
menjadi tidak haram ,berhubungan seks bebas menjadi hal yang biasa.

Akses ke pornografi dilarang ketat di Indonesia, dengan ancaman penjara bagi pembuat
dan penyebar kontennya. Pemerintah juga menyatakan telah memblokir lebih dari 700.000 situs
web, yang mayoritasnya memuat konten pornografi.

Namun, data mengindikasikan kenyataan yang sebaliknya. Salah satu situs pornografi
terbesar di dunia, Pornhub, mencatat Indonesia sebagai negara dengan pertambahan mobile
traffic share kedua terbanyak (457%) pada 2014. Itu berarti Indonesia termasuk negara yang
sering mengakses konten pornografi lewat ponsel - meskipun tidak termasuk 20 negara dengan
lalulintas terbanyak.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise mencatat,


berdasar data pantauan Interpol dan Polri, kini setiap hari terdapat rata-rata 25 ribu aktivitas di

3
internet terkait pornografi anak yang berasal dari wilayah Indonesia. Aktivitas itu berupa
pengunduhan maupun pengunggahan konten pornografi anak.

Menurut data biro statistik, pengguna internet Indonesia mencapai 132 juta orang dengan
768 ribu orang jumlah pengakses internet berusia 10-14 tahun. Sementara yang berusia 15-19
tahun yang mengakses internet mencapai 12,5 juta orang. Hasil survei KPAI terhadap 4500
pelajar SMP dan SMA di 12 kota jumlah yang mengakses pornografi mencapai 97%.
(Kemkominfo, 2017). Berdasarkan hasil survei 55,9% responden menyatakan konten pornografi
dapat muncul tibatiba pada saat konten sedang dikunjungi (APJII 2018). Hasil Survei Nasional
Kesehatan Berbasis Sekolah di Indonesia tahun 2015 didapat data 5,6% pelajar di Indonesia
sudah pernah melakukan hubungan intim seperti suami-istri. Proporsi pelajar laki-laki lebih
banyak mengaku telah melakukan dibandingkan dengan pelajar putri. (Kemenkes RI, 2014).

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam menghindari
terlibat dalam kasus pornografi. Motif inilah yang mendorong saya untuk melakukan sosialisasi
kepada remaja di Bawogora. Diharapkan dengan adanya sosialisasi ini, pengetahuan remaja
Bawogora tentang bahaya pornografi semakin bertambah dan memberi kesadaran pada remaja
pentingnya hidup sehat yang bebas dari pornografi .

4
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
penyertaannya dari awal memulai hingga mengakhiri sosialisasi ini yang berjudul DAMPAK
PORNOGRAFI BAGI REMAJA.

Terimakasih juga saya ucapkan kepada Ibu Lia Rosa Sinaga, MKM selaku dosen
pembimbing mata kuliah Promosi Kesehatan karena telah bersedia membimbing saya dalam
memahami dan menjalankan sosialisasi Tidak lupa juga saya mengucapkan terimakasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu saya dalam menjalankan tugas saya.

Sebagai manusia biasa saya berusaha dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin,
namun sebagai manusia biasa juga saya tidak luput dari segala kesalahan dan kekhilafan dalam
penyusun laporan ini. Oleh sebab itu kritik dan saran sangat saya harapkan dari Ibu dan teman-
teman. Sehingga saya dapat belajar dan menyempurnakannya di kemudian hari nanti. Akhirnya
berharap laporan saya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bawogora, 07 November 2021

Penulis

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut


Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang
usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang
usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.

Masa remaja identik dengan rasa keingintahuan yang besar, pada masa ini pertumbuhan
dan perkembangan yang pesat baik dari segi fisik, psikologis maupun intelektual terus
berkembang. Remaja cendrung ingin mengeksplor diri dengan hal-hal baru dan berani
mengambil suatu tindakan tanpa pertimbangan yang matang. Keputusan yang diambil dalam
menghadapi suatu permasalahan dapat menimbulkan dampak yang besar baik itu pada jangka
pendek maupun jangka panjang bagi remaja itu sendiri. (Kemenkes RI, 2014).

Kondisi ini membuat para remaja mencari informasi dengan berbagai sumber, apalagi
saat ini mengakses segala sesuatu hal yang diinginkan merupakan hal yang sangat mudah.
Seperti kita ketahui sekarang bahwa Perkembangan teknologi semakin cepat dibuktikan dengan
adanya internet , google , Youtube, media sosial dan lain-lain . Dampak positif dari
perkembangan teknologi memang sangat banyak tetapi dampak negatifnya juga ada seperti
penyalahgunaan internet dengan mengakses situs pornografi. Ditambah lagi dengan banyaknya
iklan yang menampilkan pakain yang tidak senonoh seperti artis yang menggunakan tanktop dan
pakaian ketat serta banyak acara acara televisi yang secara terang-terangan berbicara tentang
konten dewasa dihadapan publik.

Di Era digital terlebih di masa pandemic ini, media merupakan kebutuhan primer bagi
remaja dalam mengikuti pembelajaran dari rumah. Kemajuan teknologi dewasa ini memudahkan
remaja untuk memperoleh informasi dari media massa. Informasi seperti ini cenderung
menjerumuskan remaja/siswa pada permasalahan seksual dan tingkah laku seksual yang tidak
bertanggung jawab. Hal ini bisa menyebabkan pemahaman yang keliru tentang pendidikan seks,
sehingga remaja bisa terjebak dalam perilaku seksual yang menyimpang.

6
Hadirnya pornografi secara luas tidak terlepas dari kehadiran internet sebagai sarana
dalam penyebarluasan pornografi. Sejak di temukannya internet, telah terjadi perubahan besar
dalam komunikasi massa. Internet bagi pengguna atau masyarakat merupakan sebuah media baru
yang menawarkan keberagaman dan kebebasan akan akses informasi bagi pengguna tanpa harus
terikat pembatasan dan sensor. Fakta tersebut tentunya didukung oleh pernyataan Kementrian
Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) yang telah mencatat bahwa saat ini masih banyak
situs porno yang dapat di akses oleh pengguna internet, karena keberadaan situs porno itu seperti
deret ukur dan deret hitung, jika 100 situs porno diblokir maka akan muncul 1.000, jika diblokir
1.000 maka akan muncul 10.000, dan seterusnya. Situs porno dalam satu menit bisa
memunculkan sekitar 30.000 page (halaman) pornografi (Ahmadi, 2002: 23).

Berdasarkan survey yang dilaksanakan Kemenkes tahun 2017 sebanyak 94%


siswa/remaja pernah mengakses konten porno yang diakses melalui komik sebanyak 43%,
internet sebanyak 57%, game sebanyak 4%, film/TV sebanyak 17%, Media sosial sebanyak
34%, Majalah sebanyak 19%, Buku sebanyak 26%, dan lain-lain 4%.

Pendiri Yayasan Sejiwa, Diena Haryana mengungkapkan sebanyak 95,1% remaja SMP
dan SMA di 3 (tiga) kota besar di Indonesia, yaitu DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan Aceh telah
mengakses situs pornografi dan menonton video pornografi lewat internet. 0,48% diantaranya
diketahui teradiksi ringan, dan 0,1% teradiksi berat (Data Kemenkes dan Kemdikbud, 2017). Ini
menunjukan semakin canggihnya teknologi digital di suatu wilayah, maka semakin mudah bagi
anak-anak di sana untuk mengakses pornografi.

Kata pornografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu pornographos yang terdiri dari dua kata
porne (=a prostitute) berarti prostitusi, pelacuran dan graphein (= to write, drawing) berarti
menulis atau menggambar. Secara harfiah dapat diartikan sebagai tulisan tentang atau gambar
tentang pelacur, (terkadang juga disingkat menjadi "porn," atau "porno") adalah penggambaran
tubuh manusia atau perilaku seksual manusia secara eksplisit (terbuka) dengan tujuan untuk
memenuhi hasrat seksual (Mutia dalam Kesumastuti 2010:96).

Saat ini istilah pornografi digunakan untuk mengungkapkan segala sesuatu yang bersifat
seksual, khususnya yang dianggap berselera rendah atau tidak bermoral, apabila pembuatan,

7
penyajian atau konsumsi bahan tersebut dimaksudkan hanya untuk membangkitkan
rangsangan seksual. Pengertian pornografi dalam UndangUndang Nomor 44 Tahun 2008 tentang
Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi,
kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media
komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang 137 Prosiding Penelitian & Pengabdian
Kepada Masyarakat e ISSN : 2581-1126 p ISSN : 2442-448X Vol 7, No: 1 Hal: 136 - 143 April
2020 memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam
masyarakat.

Tingkat kecanduan pornografi menurut Skinner 2005 dibagi menjadi :


1) Level 1 : Melihat pornografi sekali atau dua kali setahun, paparan sangat terbatas.
2) Level 2 : Beberapa kali setiap tahun tetapi tidak lebih dari enam kali, fantasi  sangat
minimal
3) Level 3 : Mulai muncul tanda kecanduan, sebulan sekali, mencoba menahan diri.
4) Level 4 : Mempengaruhi fokus untuk tugas sehari-hari, beberapa kali dalam sebulan.
5) Level 5 : Setiap minggu, berusaha keras untuk berhenti, namun mulai mengalami
gejala withdrawal.
6) Level 6 : Setiap hari untuk memikirkan pornografi, menyebabkan berbagai masalah
dalam kehidupan.
7) Level 7 : Perasaan ketidakberdayaan dan keputusasaan bila tidak melihat pornografi,
konsekuensi negative.

Seperti halnya narkoba, kecanduan pornografi juga mengakibatkan kerusakan otak yang
cukup serius. Pornografi bukan hanya merusak otak dewasa tetapi juga otak anak. Kerusakan
otak tersebut sama dengan kerusakan otak pada orang yang mengalami kecelakaan mobil dengan
kecepatan sangat tinggi. Kerusakan otak yang diserang oleh pornografi adalah Pre Frontal
Korteks (PFC), bagi manusia bagian otak ini merupakan salah satu bagian yang paling penting
karena bagian otak ini hanya dimiliki oleh manusia sehingga manusia memiliki etika bila
dibandingkan binatang. Bagian otak ini berfungsi untuk menata emosi, memusatkan konsentrasi,
memahami dan membedakan benar dan salah, mengendalikan diri, berfikir kritis, berfikir dan
berencana masa depan, membentuk kepribadian, dan berperilaku sosial.
Awalnya saat melihat pornografi, reaksi yang ditimbulkan adalah perasaan jijik, hal ini
terjadi karena manusia mempunyai sistem limbik, sistem ini pula yang mengeluarkan hormon
dopamin untuk menenangkan otak, tetapi dopamin juga akan memberi rasa senang, bahagia
sekaligus ketagihan. Dopamin mengalir ke arah PFC, PFC menjadi tidak aktif karena terendam
dopamin. Apabila dopamin semakin banyak maka seseorang akan timbul rasa penasaran dan
semakin kecanduan melihat pornografi, namun untuk memenuhi kepuasan dan kesenangannya,
seseorang akan melihat yang lebih porno / vulgar lagi untuk memicu dopamin yang lebih
banyak. Karena terus dibanjiri dopamin, PFC akan semakin mengkerut dan mengecil dan lama-
lama menjadi tidak aktif akibanya fungsi dari bagian otak ini semakin tidak aktif.
Akibat dari kecanduan pornografi sangat membahayakan bagi orang yang bersangkutan
dan orang-orang di sekitarnya, seperti :
 Mengubah sikap dan persepsi tentang seksualitas bahwa wanita dan anak-anak hanya
merupakan obyek seks saja
 Meningkatkan eksplorasi seks remaja sehingga dapat terjadi perilaku seks bebas dan
perilaku seksual beresiko
 Mudah berbohong
 Menurunkan harga diri dan konsep diri
 Depresi dan ansietas
 Pendidikan terganggu
 Terjadi penyimpangan seksual
Hal tersebut tentu saja merusak tatanan norma-norma dalam masyarakat, merusak keserasian
hidup keluarga dan masyarakat.

Pornografi merupakan adiksi baru yang tidak tampak pada mata, tidak terdengar oleh
telinga, namun menimbulkan kerusakan otak yang permanen bahkan melebihi kecanduan
narkoba. Oleh karena itu, diperlukan suatu pembinaan dan pengawasan dari semua kalangan,
khususnya untuk anak-anak, remaja dan dewasa muda agar bisa terhindar dari bahaya pornografi
yaitu melalui peran aktif orang tua dengan cara:
 Memberikan perhatian, kasih sayang dan penghargaan kepada anak
 Mengenali teman dan lingkungan sekitarnya
 Melatih anak agar mampu berkata TIDAK terhadap ajakan pornografi
 Menyepakati aturan yang dibuat bersama dengan anak dalam penggunaan gawai
 Mendampingi anak ketika mengakses internet
 Apabila anak ketahuan mengakses situs pornografi, orang tua harus mengajak berdialog
dan menjelaskan dampak pornografi
 Memberikan pemahaman kepada anak tentang internet sehat dan aman
 Menempatkan komputer di ruang keluarga
 Memasang aplikasi pengaman pada gawai
 Memberikan pendidikan seks sesuai dengan usia perkembangan

Selain peran aktif dari orangtua, pemeran yang paling utama disini yaitu remaja itu sendiri.
Oleh sebab itu sangat penting bagi remaja untuk memiliki pengetahuan terkait dengan
pornografi. Bukan bermaksud untuk mengajarkan hal yang berbaur negative/seksual. Tetapi
untuk memberi ilmu atau pengetahuan bahwasanya pornografi sangat berbahaya bagi kesehatan
remaja.

Ada banyak kasus pornografi yang saat ini terjadi pada remaja, misalnya seperti
melakukan hubungan seksual dengan pacar, pemerkosaan, pelecehan seksual, menyebarkan
video tanpa busana, mengakses situs pornografi di internet, dan masih banyak lagi jenis kasus
pornografi yang lain.

Dan kasus – kasus ini dapat di hindari dengan memiliki pengetahuan dini terkait
pornografi. Ketika remaja sudah mengetahui dampak dari pornografi ini, maka hal – hal yang
menjadi faktor penyebabnya dapat di hindari. semaksimal mungkin.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan Pornografi, di harapkan remaja semakin memiliki
pengetahuan tentang pornografi, dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari –
hari sebagai pengetahuan dasar sebelum melakukan tindakan.

1.2.2 Tujuan Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan Pornografi, di harapkan remaja mampu :
- Memahami definisi Pornografi
- Memahami dampak Pornografi
- Mengetahui ciri – ciri kecanduan Pornografi
- Mengetahui cara menghindari kecanduan Pornografi
- Menjelaskan kembali tentang Pornografi

BAB II
SOLUSI PERMASALAHAN MITRA

Berikut ini terdapat beberapa cara untuk menangani masalah kecanduan pornografi dan
mencegah terjadinya kecanduan pornografi pada remaja.

a) Cara menangani masalah kecanduan Pornografi


 Menghapus semua konten pornografi yang dimiliki
 Hindari segala hal yang berbau pornografi (DVD, poster, majalah, website porno)
 Lakukan kegiatan yang bisa mengalihkan waktu dan pikiran dari konten pornografi
seperti aktif berolahraga, ikut ekstrakulikuler, bersosialisasi dengan teman
 Mengontrol diri
 Mencari tahu dampak pornografi
 Jika merasa sulit dan selalu gagal dalam menanganinya, kamu dapat menceritakannya
pada orang tua agar bisa mengantar memeriksakan diri ke psikolog.

b) Cara mencegah kecanduan Pornografi


 Menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan yang positif
 Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
 Bersosialisasi dengan lingkungan sekitar
 Memilih dan memilah teman
 Menggembangkan hobi yang positif
 Selektif dalam menyaring informasi
 Menghindari situs-situs pornografi

2.1 Solusi
Memberikan sosialisasi kepada remaja tentang Dampak Pornografi dengan menjelaskan
hal – hal penting yang terkait dengan topic ini, yaitu :
 Melakukan penyuluhan dengan memberikan edukasi tentang Pornografi pada remaja,
diantaranya yaitu definisi, dampak, cara mencegah, dan cara menangani kecanduan
pornografi.
 Membagikan poster dampak dan pencegahan Pornografi kepada peserta agar selalu di
baca dan diterapkan.

2.2 Target

a. Remaja/peserta menjadi tahu apa saja yang tergolong pada Pornografi, bagaimana
dampak dari kecanduan Pornografi, mengetahui ciri-ciri orang yang telah kecanduan
Pornografi, dan bagaimana cara pencegahan kecanduan Pornografi.
b. Dengan adanya poster yang dibagikan kepada peserta/remaja, mereka lebih mudah
mendapatkan informasi mengenai cara pencegahan kecanduan Pornografi, dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mampu menjelaskan hal-hal yang terkait dengan edukasi Pornografi kepada sesamanya
yang belum memiliki pengetahuan tentang edukasi Pornografi yang benar.
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Sasaran Kegiatan


Sasaran sosialisasi Dahaya Pornografi ini adalah remaja Bawogora, Desa Gunungcahaya,
Kec. Sirombu, Kab. Nias Barat.

3.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan


Metode yang dipakai dalam sosialisasi Dampak Pornografi, yaitu :
a) Ceramah, yaitu dengan menjelaskan definisi Pornografi, dampak dan ciri – ciri kecanduan
Pornografi, serta cara pencegahannya.
b) Tanya Jawab, yaitu menanyakan bagaimana pemahaman peserta sosialisasi terkait dengan
informasi seputar pornografi yang telah disosoalisasikan, serta memberikan kesempatan
bagi peserta untuk menanyakan hal yang belum dipahami terkait dengan Pornografi.

3.3 Langkah – langkah Kegiatan


No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1 Pembukaan dan 1. Menyapa dan 1. Menyambut salam dan
perkenalan 5 menit memperkenalkan diri menyimak
2. Menyampaikan judul materi 2. Mendengarkan
penyuluhan yang akan di 3. Mendegarkan dan
berikan menyimak
3. Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
2 Pemaparan materi 22 1. Menjelaskan definisi 1. Mendengarkan dan
menit Pornografi menyimak
2. Menjelaskan dampak 2. Mendengarkan dan
Pornografi menyimak
3. Menjelaskan cara mencegah 3. Mendengarkan dan
kecanduan Pornografi menyimak
4. Menjelaskan ciri – ciri orang 4. Mendengarkan dan
yang kecanduan Pornografi menyimak
3 Tanya jawab 6 menit 1. Memberi kesempatan 1. Bertanya jika ada hal
kepada peserta untuk yang tidak dipahami
bertanya jika ada yang 2. Menjawab pertanyaan
belum dipahami
2. Menanyakan bagaimana
pemahaman peserta terkait
dengan dampak pornografi
yang telah disosialisakan
4 Penutup 4 menit 1. Membagikan poster 1. Menerima poster
2. Kesimpulan 2. Mendengarkan dan
3. Penutup dan salam menyimak
4. Foto bersama 3. Mendengarkan dan
menjawab salam
4. Foto bersama

3.4 Metode Evaluasi Kegiatan


Evaluasi kegiatan sosialisasi dampak pornografi yang dilakukan pada remaja Bawogora,
Desa Gunungcahaya adalah metode mengajukan pertanyaan lisan tentang Pornografi. Adapun
pertanyaannya adalah :
1. Apakah pengertian dari Pornografi?
2. Dimanakah Pornografi biasanya ditemukan?
3. Bagaimanakah rangkaian dampak dari kecanduan Pornografi?

BAB IV
HASIL

4.1 Hasil
Sosialisasi Dampak Pornografi yang dilakukan pada remaja Bawogora, Desa
Gunungcahaya, Kecamatan Sirombu yang sudah disetujui oleh remaja Bawogora. Dengan
agenda sebagai berikut.
Agenda Acara Sosialisasi Dampak Pornografi
Peserta adalah remaja Bawogora, Desa Gunun Cahaya
Hari / Tanggal Materi Waktu
Sosialisasi Dampak Pornografi Bagi Remaja
Sesi I : Pembukaan dan Perkenalan
Penyuluh memberikan salam, memperkenalkan diri
dan menyampaikan topic serta tujuan penyuluhan
Sesi II : Pemaparan materi
Penyuluh menjelaskan definisi Pornografi, dampak
kecanduan Pornografi, dan cara pencegahannya.
Minggu, 07 16.30 – 17.30
Sesi III : Tanya jawab
November 2021 WIB
Penyuluh menanyakan pemahaman peserta terkait
dengan materi yang telah dipaparkan dan
memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menanyakan hal yang masih belum dipahami.
Sesi IV : Penutupan
Pembagian poster kepada peserta, kata penutup dan
terakhir adalah foto bersama.

4.2 Pembahasan
Kegiatan sosialisasi Dampak Pornografi pada remaja Bawogora, Desa Gunungcahaya
terlaksana dengan baik. Masyarakat yang hadir antusias dan partisipatif dalam mengikuti
penyuluhan. Pelaksanaan penyuluhan ini dilaksanakan secara individu oleh saya sendiri (Misi
septiani Daeli) sebagai moderator sekaligus narasumber.

Sesi I : Pembukaan dan Perkenalan


Pada sesi ini, saya membuka kegiatan penyuluhan dengan menyampaikan salam, kata
pembukaan disusul dengan memperkenalkan diri, menyampaikan topik dan tujuan sosialisasi
bahaya penyakit tuberculosis.
Sesi II : Pemaparan Materi
Pada sesi kedua, pemaparan materi saya mulai dengan menjelaskan definisi Pornografi
dan dampak dari kecanduan Pornografi, kemudian menjelaskan bagaimana ciri- ciri orang yang
telah kecanduan Pornografi, dan terakhir menjelaskan bagaimana cara menghindari terjadinya
kecanduan Pornografi.

Sesi III : Sesi Tanya Jawab


Pada sesi ketiga ini, narasumber bertanya apakah peserta sudah paham dengan materi
yang telah dipaparkan, dan memberi waktu kepada peserta untuk menanyakan hal yang masih
belum dipahami. Peserta menjawab bahwa telah memahami materi yang sudah dipaparkan oleh
narasumber.
Kemudian narasumber bertanya tentang pemahaman peserta terkait materi.
Pertanyaannya yaitu apakah definisi dari pornografi, dimanakah pornografi biasanya ditemukan,
dan bagaimanakah rangkaian dampak dari kecanduan pornografi. Peserta menjawab satu –
persatu pertanyaan yang di ajukan oleh narasumber sesuai dengan materi yang sebelumnya telah
dipaparkan.

Sesi IV : Penutupan
Moderator yang sekaligus narasumber menyampaikan ucapan terimakasih kepada peserta
penyuluhan karena telah mengikuti dan berpartisipasi dalam kegiatan sosialisasiDampak
Pornografi Bagi Remaja. Kemudian penyuluh membagikan poster tentang pornografi kepada
peserta sebagai sumber informasi peserta/remaja yang dapat dibaca kembali untuk memudahkan
peserta menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari.
Agenda terakhir yang dilakukan adalah foto bersama sebagai dokumentasi terlaksananya
kegiatan sosialisasi bahaya penyakit tuberculosis.

4.3 Luaran yang Dicapai


Dengan dilaksanakannya sosialisasi Dampak Pornografi pada Remaja Bawogora, Desa
Gunungcahaya, remaja menjadi lebih paham bahwa pornografi merupakan salah satu hal yang
menyebabkan terjadinya gangguan pada kesehatan dan mengakibatkan kecanduan yang berat.
Remaja juga semakin memiliki pengetahuan tentang dampak dari kecanduan pornografi,
sehingga lebih mampu mawas diri untuk menjaga dirinya agar tidak terpapar pornografi. Remaja
memahami bagaimana ciri – ciri orang yang kecanduan pornografi, sehingga jika suatu saat
bertemu dengan orang yang telah kecanduan pornografi dapat lebih waspada dan membatasi
pergaulan. Dan yang terpenting, remaja memiliki pengetahuan tentang bagaimana cara
menghindari terjadinya kecanduan pornografi dan mampu menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan
Sosialisasi Dampak Pornografi pada remaja Bawogora, Desa Gunungcahaya membawa
dampak positif pada peserta. Kegiatan ini memberi edukasi kepada peserta terkait dengan
Pornografi, sehingga peserta/remaja diharapkan lebih mampu menjaga diri dan lebih bijak dalam
memanfaatkan gadget dalam kehidupan sehari-hari.

5.2 Saran
Kiranya tenaga Kesehatan di daerah Nias Barat dapat menyiapkan program dan
meluangkan waktunya untuk memberikan edukasi kepada kepada remaja Nias Barat terkait
tentang Pornografi secara merata agar semua remaja Nias Barat memiliki pengentahuan yang
lebih luas tentang bahaya Pornografi sebagai pengetahuan dasar untuk mempersiapkan remaja
yang cerdas dan sehat.

DAFTAR PUSTAKA
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1302/5/BAB%20I.pdf

https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/1284/sosialisasi-undang-undang-
nomor-44-tahun-2008-tentang-pornografi-di-lingkungan-pendidikan

https://tirto.id/tiap-hari-ada-25-ribu-aktivitas-pornografi-anak-di-indonesia-cmQP

https://sardjito.co.id/2019/10/30/dampak-pornografi-bagi-kesehatan-pada-remaja-apakah-
berbahaya/

https://jurnal.unpad.ac.id/prosiding/article/download/27452/pdf

https://www.sehatq.com/forum/adiksi-pornografi-q11197

31451-Article Text-114609-1-10-20201008.pdf

27452-91617-1-PB (1).pdf
DOKUMENTASI
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Pembahasan : Sosialisasi Dampak Pornografi Bagi Remaja

Sasaran : Remaja Bawoogora, Desa Gunungcahaya

Hari/Tanggal : Minggu, 07 November 2021

Jam/Waktu : 16.30 – 17.30 WIB

Tempat : Ruang Kelas SD Negeri 071183 Faondrato

Penyuluh : Misi septiani Daeli

A. Analisa Situasi
Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) yang telah mencatat bahwa
saat ini masih banyak situs porno yang dapat di akses oleh pengguna internet, karena keberadaan
situs porno itu seperti deret ukur dan deret hitung, jika 100 situs porno diblokir maka akan
muncul 1.000, jika diblokir 1.000 maka akan muncul 10.000, dan seterusnya. Situs porno dalam
satu menit bisa memunculkan sekitar 30.000 page (halaman) pornografi (Ahmadi, 2002: 23).

Berdasarkan survey yang dilaksanakan Kemenkes tahun 2017 sebanyak 94%


siswa/remaja pernah mengakses konten porno yang diakses melalui komik sebanyak 43%,
internet sebanyak 57%, game sebanyak 4%, film/TV sebanyak 17%, Media sosial sebanyak
34%, Majalah sebanyak 19%, Buku sebanyak 26%, dan lain-lain 4%.

Pemeran yang paling utama dalam mencegah terjadinya kasus pornografi ini yaitu remaja
itu sendiri. Oleh sebab itu sangat penting untuk dilakukan sosialisasi bagi remaja agar memiliki
pengetahuan dasar terkait dengan pornografi.

B. Rumusan Masalah
Kurangnya pengetahuan remaja Bawogora, Desa Gunungcahaya tentang bahaya dan dampak
dari Pornografi.

C. Tujuan
Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan Pornografi, di harapkan remaja semakin memiliki
pengetahuan tentang pornografi, dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari
sebagai pengetahuan dasar sebelum melakukan tindakan

Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan Pornografi, di harapkan remaja mampu :
- Memahami definisi Pornografi
- Memahami dampak Pornografi
- Mengetahui ciri – ciri kecanduan Pornografi
- Mengetahui cara menghindari kecanduan Pornografi
- Menjelaskan kembali tentang Pornografi
D. Isi Materi (uraian materi penyuluhan terlampir/dilampirkan)
1. Defenisi dan keberadaan Pornografi
2. Dampak kecanduan Pornografi
3. Ciri-ciri orang yang kecanduan Pornografi
4. Cara pencegahan terjadinya kecanduan Pornografi

E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab

F. Media
1. Poster

G. Kegiatan Pembelajaran
No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1 Pembukaan dan 1. Menyapa dan 1. Menyambut salam dan
perkenalan 5 menit memperkenalkan diri menyimak
2. Menyampaikan judul materi 2. Mendengarkan
penyuluhan yang akan di 3. Mendegarkan dan
berikan menyimak
3. Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
2 Pemaparan materi 22 1. Menjelaskan definisi 1. Mendengarkan dan
menit Pornografi menyimak
2. Menjelaskan dampak 2. Mendengarkan dan
Pornografi menyimak
3. Menjelaskan cara mencegah 3. Mendengarkan dan
kecanduan Pornografi menyimak
4. Menjelaskan ciri – ciri orang 4. Mendengarkan dan
yang kecanduan Pornografi menyimak
3 Tanya jawab 6 menit 1. Memberi kesempatan 1. Bertanya jika ada hal
kepada peserta untuk yang tidak dipahami
bertanya jika ada yang 2. Menjawab pertanyaan
belum dipahami
2. Menanyakan bagaimana
pemahaman peserta terkait
dengan dampak pornografi
yang telah disosialisakan
4 Penutup 4 menit 1. Membagikan poster 1. Menerima poster
2. Kesimpulan 2. Mendengarkan dan
3. Penutup dan salam menyimak
4. Foto bersama 3. Mendengarkan dan
menjawab salam
4. Foto bersama

H. Metode Evaluasi Kegiatan


Evaluasi kegiatan sosialisasi dampak pornografi yang dilakukan pada remaja Bawogora,
Desa Gunungcahaya adalah metode mengajukan pertanyaan lisan tentang Pornografi. Adapun
pertanyaannya adalah :
1. Apakah pengertian dari Pornografi?
2. Dimanakah Pornografi biasanya ditemukan?
3. Bagaimanakah rangkaian dampak dari kecanduan Pornografi?
Isi Materi
DAMPAK PORNOGRAFI BAGI REMAJA

A. Definisi Pornografi
Pornografi merupakan segala konten yang memuat kecabulan dan eksploitasi seksual
yang melanggar norma sosial. Pornografi dapat berupa gambar, foto, tulisan, suara, animasi,
kartun, percakapan, gerak tubuh, dan pertunjukan di muka umum.
Menurut UndangUndang Nomor 44 Tahun 2008 pornografi sendiri merupakan sketsa,
ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan
lain melalui berbagai bentuk media komunikasi dan atau pertunjukan di muka umum, yang
memuat kecabulan atau eksploitas seksual yang melanggar norma kesusilaan.

B. Dampak Paparan Pornografi


1. Kecanduan
Berbagai konten pornografi yang muncul melalui iklan, media sosial, games, film, video
klip, ataupun tontonan di atas awalnya akan membangkitkan rasa penasaran terlebih dahulu pada
remaja, bahkan saat tidak sengaja melihat sekalipun. Rasa penasaran inilah yang menjadi
dorongan remaja untuk melihat lebih banyak konten pornografi lainnya.

Selain itu, kecanduan ini dipicu oleh pengeluaran hormon dopamin pada otak sehingga
akan menimbulkan perasaan bahagia ketika menonton konten pornografi. Bila tidak segera
dicegah, bukan tidak mungkin kecanduan terhadap konten pornografi dapat terjadi pada remaja.

2. Merusak otak
Pornografi dapat merusak otak anak, tepatnya pada salah satu bagian otak depan yang
disebut Pre Frontal Cortex (PFC). Hal ini disebabkan karena bagian PFC yang ada di otak remaja
belum matang dengan sempurna. Jika bagian otak ini rusak, maka dapat mengakibatkan
konsentrasi menurun, sulit memahami benar dan salah, sulit berpikir kritis, sulit menahan diri,
sulit menunda kepuasan, dan sulit merencanakan masa depan.

3. Keinginan mencoba dan meniru


Dampak lain yang dirasakan remaja setelah melihat pornografi adalah keinginan untuk
mencoba dan meniru. Ini berkaitan dengan terpengaruhnya mirror neuron. Mirror neuron adalah
sel-sel otak yang mampu membuat remaja seperti merasakan atau mengalami apa yang
ditontonnya, termasuk pornografi. Hal ini dapat mendorong remaja untuk mencoba dan meniru
apa yang dilihatnya.

4. Mulai melakukan tindakan seksual


Jika tidak diawasi, remaja yang terpapar pornografi ini bisa saja mencoba melakukan
tindakan seksual untuk mengatasi rasa penasarannya. Apalagi jika remaja tidak diberikan
diberikan pendidikan dan pemahaman seksual yang baik, keinginan melakukan tindakan seksual
bukan hal yang tidak mungkin untuk dilakukan.

C. Cara Menghindari Kecanduan Pornografi


Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan oleh remaja guna menghindari kacanduan
pornografi, yaitu :
 Menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan yang positif
 Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
 Bersosialisasi dengan lingkungan sekitar
 Memilih dan memilah teman
 Menggembangkan hobi yang positif
 Selektif dalam menyaring informasi
 Menghindari situs-situs pornografi

D. Ciri-orang yang yang telah kecanduan Pornografi


Berikut beberapa ciri-ciri dari orang yang telah kecanduan pornografi, yaitu :
 Senang menyendiri, enggan lepas dari gadget, enggan bergaul, malas beraktifitas
 Mudah marah dan tersinggung karena cemas rahasianya terbongkar
 Pikirannya kacau karena selalu tertarik mencari materi Pornografi

Anda mungkin juga menyukai