Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KELOMPOK

ANALISIS ISU KONTEMPORER


LATIHAN DASAR CPNS 2022

Anggota : Angkatan 1, Kelompok 4.1


Apt. Sekar Anggraeni, S.Farm/ NDH 02
dr. Arianti Arifin/ NDH 22
Aulia Nursyafitri Chotimah, S.K.M./ NDH 28
dr. Danniswari Fathoya Argez/ NDH 23
Tutor : Dr. Ir. Sujatmoko, Dipl. W.R.Eng.,M.Sc
A. Pendahuluan
Isu-isu kontemporer adalah suatu pokok persoalan yang terjadi pada masa sekarang
atau menjadi topik hangat pada saat ini. Kontemporer diartikan sebagai sesuatu hal yang
modern, yang eksis dan terjadi dan masih berlangsung sampai sekarang, atau segala hal yang
berkaitan dengan saat ini. Sehingga, penyelesaian isu kontemporer harus menyesuaikan dengan
masa sekarang yaitu masa modern.

Dalam menjalankan tugasnya, seorang ASN harus memiliki kemampuan berpikir kritis
dengan mengidentifikasi dan menganalisis isu-isu kontemporer yang dapat menjadi pemicu
munculnya perubahan lingkungan strategis dan berdampak buruk terhadap masyarakat.

Terdapat 3 (tiga) kemampuan yang dapat mempengaruhi dalam mengidentifikasi


dan/atau menetapkan isu, yaitu kemampuan Enviromental Scanning, Problem Solving, dan
berpikir Analysis. Setelah mampu mengidentifikasi isu, seorang ASN harus mampu melakukan
analisis isu dengan berbagi teknik tapisan, lalu mengkaji sebab-sebab yang paling mungkin
sehingga dapat merumuskan alternatif pemecahan masalah yang lebih baik dengan dasar
analisa yang matang.

B. Deskripsi dan Klasifikasi Isu


1. Antrian Pasien yang Menumpuk di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Bagi sebuah layanan kesehatan, waktu tunggu pelayanan merupakan salah satu
dimensi mutu pelayanan Kesehatan. Waktu tunggu pelayanan pendaftaran di puskesmas
merupakan pelayanan pertama masyarakat, sebagai pintu gerbang puskesmas yang
berperan penting memberikan kesan pertama pasien bagi masyarakat. Antrian di loket
yang terlalu panjang dan lama dapat menyebabkan tidak efektifnya pelayanan
kesehatan. Selain tidak efektif, antrian yang lama akan membuat pasien tidak nyaman dan
pada akhirnya tidak memuaskan pasien.
Sistem yang masih bersifat manual atau pemanggilan langsung tidak sesuai dengan
fungsi dan kegunaannya akan berjalan sangat lama dan memakan waktu, dimana sistem
manual sangat mengandalkan suara manusia. Dengan demikian, bila manusia sebagai
pelaksana mengalami kesalahan dalam pemanggilan, akan berakibat buruk dan
menimbulkan ketidak-efektifan dalam pelaksanaan kerja

2. Masih Rendahnya Pengetahuan Mengenai Stunting di Kalangan Kader dan


Masyarakat

Upaya pencegahan stunting perlu ditingkatkan untuk menurunkan angka kejadian


stunting dan mencegah terjadinya dampak yang ditimbulkan. Peran orang tua sangat penting
yaitu dengan memberikan ASI eksklusif, MPASI yang tepat, dan menjaga hygiene sanitasi agar
sejak dini balita mendapatkan asupan gizi yang cukup dan terhindar dari penyakit infeksi.
Sedangkan peran tenaga kesehatan juga tidak kalah penting seperti bidan desa dan kader
posyandu yaitu mengingatkan dan menyadarkan orang tua untuk melakukan hal tersebut,
memantau pertumbuhan bayi balita setiap bulan di posyandu. Pemantauan tinggi badan balita
menurut umur merupakan upaya mendeteksi dini kejadian stunting agar dapat segera
mendapatkan penangan untuk menunjang tinggi badan optimal.
Dalam praktiknya, masih banyak kader yang mengukur tinggi/panjang badan dan berat
badan balita tidak sesuai dengan prosedur yang tepat dan kesalahan dalam ploting grafik
pertumbuhan. Ploting pada grafik pertumbuhan dalam KMS merupakan cara menentukan
status gizi balita dengan cepat dan mudah diterapkan di masyarakat. Parameter untuk
menentukan stunting adalah panjang/tinggi badan dan umur. Pengukuran panjang badan
(posisi terlentang) pada balita usia 0-2 tahun, tinggi badan (posisi berdiri) pada balita usia 2-5
tahun. Ploting pada grafik pertumbuhan panjang badan/tinggi badan menurut umur. Karena
sekali lagi, kader posyandu hanya warga yang dengan sukarela bersedia mengabdikan dirinya
kepada masyarakat terutama di bidang kesehatan.

3. Beredarnya HOAX mengenai Kesehatan di Masyarakat

Beredarnya hoax turut menyumbang kenaikan kasus Covid-19. Hoax mendorong


keengganan masyarakat untuk mengikuti protokol kesehatan, mendapatkan perawatan di
fasilitas kesehatan, ataupun mengikuti vaksinasi COVID-19. Sejumlah orang, misalnya,
menolak divaksin karena diberi tahu vaksin COVID-19 menyebabkan penerimanya wafat
dalam tiga tahun sejak vaksin diberikan. Sebagian orang yang memercayai informasi itu kini
telah berpulang dan anggota keluarga yang ditinggalkan pun mulai tersadar bahwa hoaks telah
merenggut orang-orang tercinta.
Salah satu jenis hoaks dan misinformasi yang paling sering muncul adalah yang terkait
dengan vaksin COVID-19. Teori yang marak beredar di banyak platform media sosial adalah
vaksin mengandung cip magnetis. Bahkan, ada yang mencoba membuktikan teori ini dengan
membuat video yang menunjukkan koin atau sendok menempel ke lengan. Hoaks dan
misinformasi tentang vaksinasi COVID-19 dapat juga berasal dari kurangnya informasi,
informasi yang terus berubah-ubah, atau informasi yang saling berlawanan dan sulit diluruskan.

C. Teknis Analisis Isu


Dari beberapa isu yang ada, kami melakukan beberapa teknik analisis isu untuk
menentukan isu mana yang akan lebih dibahas dan dicarikan solusinya. Teknik yang kami
gunakan adalah Teknik Tapisan dan teknik Fishbone Diagram.
a. Teknik Tapisan Isu
Dari pemaparan di atas maka dapat dinyatakan bahwa isu adalah masalah yang
terjadi. Masalah tersebut harus segera ditangani agar tidak membahayakan publik. Dari
beberapa isu yang telah diajukan, kelompok kami melakukan teknik analisis isu tapisan
untuk menentukan Isu mana yang sangat penting untuk dicarikan solusinya.
Setelah memahami berbagai isu yang terjadi di masyarakat perlu dilakukan
analisis untuk memahami bagaimana isu tersebut secara utuh dan kemudian dicarikan
beberapa solusi pemecahan isu. Dalam penentuan isu yang akan dibahas dilakukan
analisis dengan alat bantu penetapan Isu yang terdiri dari Aktual artinya isu yang
dibahas merupakan isu yang masih hangat diperbincangkan. Kekhalayakan yang
artinya Isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak. Problematik yang artinya
Isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks sehingga perlu dicarikan
solisinya. Kelayakan yang artinya isu tersebut relevan, realistis, masuk akal dan perlu
dicarikan pemecahan masalahnya.

Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa isu yang akan dibahas adalah antrian
pasien yang menumpuk di fasilitas pelayanan kesehatan.
b. Teknik Fishbone
Dari sejumlah isu yang telah dianalisis melalui teknik Tapisan dengan dibantu
kriteria AKPK, selanjutnya dilakukan analisis mendalam dengan teknik Fishbone.
Fishbone diagram digunakan ketika kita ingin mengidentifikasi kemungkinan penyebab
masalah dan terutama ketika sebuah team cenderung jatuh berpikir pada rutinitas.
Analisis tersebut dapat digambarkan pada diagram seperti berikut:

D. Strategi Penyelesaian Isu

1. Penyebab antrian pasien yang menumpuk di fasilitas pelayanan kesehatan


a. Masyarakat sebagai pengguna fasilitas layanan kesehatan
i. Kebiasaan megambil antrian secara manual
ii. Antrian manual dirasa lebih mudah untuk semua kalangan masyarakat
iii. Tingkat pendidikan dan rentang usia yang beragam membuat sulitnya
sosialisai penggunaan antrian online
iv. Rendahnya tingkat kesehatan masyarakat membuat tingginya
kebutuhan masyarakat terhadap layanan kesehatan
b. Sistem di fasilitas kesehatan
i. Belum adanya pembaharuan regulasi dalam system antrian di layanan
kesehatan
ii. Belum tersediannya system antrian online yang mudah digunakan oleh
semua kalangan masyarakat
c. Sumber daya fasilitas kesehatan
i. Terbatasnya jumlah tenaga kesehatan yang dapat melayani antrian
secara manual
ii. Terbatasnya ruang tunggu di loket antrian pelayanan kesehatan
2. Dampak
a. Tumpukan pasien di ruang loket pendaftaran dapat meningkatkan resiko
penularan penyakit antar pasien
b. Banyaknya antrian pasien yang harus dilayani meningkatkan human eror pada
petugas kesehatan sehingga tidak dapat memberikan pelayanan prima
c. Memungkinkan untuk terjadi kondisi pasien tidak dapat terlayani padahal
sudah lama mengantri
d. Rendahnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap layanan kesehatan milik
pemerintah
e. Menurunkan minat masyarakat untuk datang ke faslitas kesehatan milik
pemerintah
3. Strategi penyelesaian
a. Merubah regulasi antrian manual menjadi antrian online agar tidak terjadi
penumpukan pasien di loket pendaftaran
b. Melakukan pengadaan aplikasi antrian online yang mudah digunakan oleh
berbagai kalangan masyarakat
c. Mensosilisasikan aplikasi antrian online melalu media cetak dan media sosial
d. Menyediakan petugas yang dikhususkan untuk membantu soasilisasi
pendaftaran online bagi pasien yang sudah terlanjur datang namun belum
melakukan pendaftaran secara online
e. Menggiatkan program penyuluhan kesehatan di ruang-ruang tunggu fasilitas
kesehatan dan program-program preventif lainnya dalam rangka
meningkatkan mutu kesehatan masyarakat

Anda mungkin juga menyukai