Anda di halaman 1dari 26

Laporan Kasus

Neoplasma Ovarium Kistik

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan


Klinik Senior pada Bagian/SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara

Rizky Adinda N M

2106111048

Pembimbing:

dr. Teuku Yudhi Iqbal, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN/SMF ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan kasus saya yang berjudul
“Neoplasma Ovarium Kistik” ini dengan baik. Selanjutnya shalawat dan salam
penulis panjatkan kepangkuan Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing
umat manusia dari alam kegelapan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penulis menyusun laporan kasus ini untuk memahami lebih dalam tentang
aspek prolaps uteri dan sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran OBGYN Universitas Malikussaleh RSU
Cut Meutia. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima
kasih kepada dr. Teuku Yudhi Iqbal, Sp.OG selaku preseptor yang bersedia
meluangkan waktunya dan telah memberikan masukan, petunjuk serta bantuan
dalam menyusun referat ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan
kasus ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan
kritik dan saran sebagai masukan untuk perbaikan demi kesempurnaan referat ini.
Semoga karya ini bisa bermanfaat untuk para pembaca.

Lhokseumawe, Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
BAB 2 LAPORAN KASUS...................................................................................3
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................7
BAB 4 PEMBAHASAN......................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
BAB 5 KESIMPULAN........................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

Ovarium mempunyai tugas penting terhadap reproduksi. Fungsi ovarium


adalah sebagai penghasil hormon dan penghasil sel telur. Gangguan pada ovarium
tentu dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, perkembangan, dan
pematangan sel telur.1 Neoplasma secara harfiah diartikan sebagai pertumbuhan
sel baru dalam tubuh suatu organisme. Sel baru yang terbentuk itu disebut dengan
neoplasma. Neoplasma merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh
sel - sel yang tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi
dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. Kista ovarium adalah
bentuk neoplasma pada ovarium yang bersifat jinak, memiliki struktur dinding
yang tipis, mengandung cairan serosa, dan sering terjadi pada wanita dimasa
reproduksinya, sebagian besar kista terbentuk karena perubahan kadar hormone
yang terjadi selama siklus haid, produksi, dan pelepasan sel telur dari ovarium.2
Menurut data GLOBOCAN (IARC) tahun 2018, kejadian kanker
meningkat menjadi 18,1 juta kasus baru dimana 9,6 juta kematian diakibatkan
oleh kanker. Kista ovarium sendiri memiliki risiko yaitu mengalami degenerasi
keganasan menjadi kanker, disamping itu dapat mengalami torsi atau terpuntir
sehingga menimbulkan nyeri akut, perdarahan atau infeksi bahkan sampai
kematian. Angka kejadian kista ovarium di dunia yaitu 7% dari populasi wanita,
dan 85% bersifat jinak. Sedangkan angka kejadian di Indonesia tidak diketaui
secara pasti dikarenakan pencatatan kasus yang kurang baik. Namun, diperkirakan
prevalensi kista ovarium sebesar 60% dari seluruh kasus gangguan ovarium.
Menurut data WHO di seluruh dunia terdapat 234.000 wanita yang terdiagnosis
kista ovarium dan sekitar 53,40 % meninggal. Kistadenoma ovarii musinosum
sebesar 40% dari seluruh kasus neoplasma ovarium. Angka kejadian kista
ovarium di Indonesia sebanyak 23.400 orang dan meninggal sebanyak 13.900
orang (59,40%). Hal ini disebabkan karena penyakit ini pada awalnya bersifat
asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis
sehingga 60-70% pasien datang pada stadium lanjut.3

1
2

Kista ovarium merupakan tumor baik kecil maupun besar, kistik atau
padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Kista ovarium umum ditemukan
pada wanita usia reproduktif. Kista menimbulkan angka kematian yang cukup
tinggi. Karena 20-30% kista dapat berpotensi menjadi ganas terutama pada wanita
diatas 40 tahun. Perjalanan penyakit dianggap berlangsung secara diam-diam
(silent killer), sehingga wanita umumnya tidak menyadari sudah menderita kista
ovarium. Wanita umumnya sadar setelah benjolan teraba dari luar. Sekarang ini
semakin sering ditemukan kista ovarium pada seorang wanita dikarenakan
pemeriksaan fisik dan semakin majunya teknologi. Sebagian besar kista tidak
menimbulakan gejala yang nyata, namun sebagian lagi menimbulkan masalah
seperti rasa sakit dan perdarahan. Bahkan kista ovarium yang maligna tidak
menimbulkan gejala pada sadium awal, sehingga sering ditemukan dalam stadium
lanjut.4
Kista dapat berkembang pada wanita pada setiap tahap kehidupan, dari
periode neonatal sampai postmenopause. Kebanyakan kista ovarium,terjadi
selama masa kanak-kanak dan remaja, yang merupakan periode hormon aktif
untuk pertumbuhan. Kebanyakan kista bersifat fungsional dan dapat hilang
dengan pengobatan sederhana.Komplikasi yang paling sering dan paling serius
pada kista ovarium yang terjadi dalam kehamilan adalah peristiwa torsio atau
terpuntir. Penatalaksanaan kista ovarium sebagian besar memerlukan pembedahan
untuk mengangkat kista tersebut. Penangannya melibatkan keputusan yang sukar
dan dapat mempengaruhi status hormon dan fertilitas seorang wanita.5
BAB 2
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : Ny.U
No. RM : 01.33.91
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Alamat : Blang Mangat
Status Perkawinan : Menikah
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan perut semakin membesar sejak ±1 tahun sebelum masuk
rumah sakit.
Keluhan tambahan
Pasien mengalami kesulitan bernafas karena desakan perut yang membesar.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien NY.U usia 55 tahun datang ke IGD RSUD Cut Meutia dengan keluhan
perut yang semakin membesar sejak ±1 tahun sebelum masuk rumah sakit.
Sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit pasien merasakan perutnya semakin
membesar dan membuat rasa tidak nyaman. Pasien juga mengeluhkan sulit
bernafas karena desakan perut yang membesar. Aktivitas sehari-hari pasien
masih dapat dilakukan dengan normal tanpa bantuan orang lain. Keluhan
gangguan haid disangkal, keputihan dari kemaluan disangkal, nyeri perut
disangkal, dispareuni disangkal, penurunan nafsu makan disangkal, dan
perubahan berat badan tidak dirasakan berarti oleh pasien.
Riwayat Menstruasi
Pasien mengalami haid pertama kali pada usia 11 tahun dengan siklus 28 hari
yang teratur setiap bulannya. Lamanya haid dalam 1 periode yaitu 4 - 10 hari
dengan frekuensi mengganti pembalut >3 kali per hari (>80 ml).

3
4

Riwayat Perkawinan
Pasien menikah pada usia 25 tahun.
Riwayat Obstetri
Pasien pernah hamil dan melahirkan 2 orang anak.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien mengaku tidak pernah memiliki keluhan yang sama sebelumnya.
Riwayat penyakit sistemik seperti kencing manis dan darah tinggi disangkal.
Tidak ada riwayat operasi dan alergi. Pasien juga menyangkal adanya alergi
pada obat atau makanan tertentu.
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang memiliki penyakit
yang sama seperti pasien.
Riwayat Sosial dan Penyakit Keluarga
Pasien sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah tangga.
3.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 85x/menit
Respirasi : 22x/menit
Suhu Aksila : 36,5C
Berat Badan : 55 kg
Tinggi Badan : 153 cm
3.4 Status General
a. Kulit
1. Warna : kuning langsat
2. Turgor : Dalam batas normal
3. Sianosis : Tidak ada
4. Ikterus : Tidak ada
5. Oedema : Tidak ada
6. Anemia : Ada
5

b. Kepala
1. Rambut : Hitam, Rambut jarang
2. Wajah : Simetris, tidak dijumpai deformitas dan tidak edema
3. Mata : Konjunctiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-),
4. Telinga : Sekret (-/-), darah (-/-)
5. Hidung : Sekret (+/-), darah (-/-)
6. Mulut : Sianosis (-)
c. Leher
1. Inspeksi : Simetris.
2. Palpasi : Pembesaran KGB (-), distensi vena jugularis (-)
d. Thorax
Paru
1. Inspeksi : Bentuk asimetris kanan dan kiri, pergerakan dada sama
2. Palpasi : Tidak ada benjolan
3. Perkusi : Sonor
4. Aukultasi : Vesikuler (+/+), Ronkhi (+/+), Wheezing (-/-)
Jantung
1. Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
2. Palpasi : Ictus cordis teraba
3. Perkusi : Batas atas jantung di ICS II, kanan di LPSD, kiri di LMCS
4. Auskultasi: BJ I/II normal, bising jantung (-), Gallop (-)
e. Abdomen
Inspeksi : cembung, perut tampak membesar
Perkusi : nyeri ketuk (+), shufting dullness (-)
Auskultasi : bising usus (+)
Palpasi : Tinggi fundus uteri tidak teraba. Teraba massa dengan
konsistensi padat pada perut bagian bawah dengan diameter
± 16 x 24cm, permukaan irregular, berbatas tegas, dapat
digerakkan dan terdapat nyeri tekan.
f. Kelenjar limfe : Pemeriksaan KGB (-)
g. Ekstremitas : Akral hangat
6

Superior Inferior
kanan kiri kanan kiri
Sianosis - - - -
Oedema - + - -
Fraktur - - - -
Fungsi motorik
Kanan Kiri
Kekuatan
Ekstremitas atas 5555 5555
Ekstremitas bawah 5555 5555

h. Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan


3.5 Status Ginekologi
Abdomen : Bekas luka operasi (+), distensi (-), bising usus (+)
Vagina :Pemeriksaan Inspekulo dan pemeriksaan dalam (VT) tidak
dilakukan
2.4 Pemeriksaan penunjang
 Laboratorium: Tanggal 11 Mei 2022
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Darah Lengkap
Hemoglobin 10,44 g/dl 12,0-16,0
Eritrosit 4,86 juta/mm³ 3.8-5.8
Hematokrit 31,85 % 37,0-47,0
MCV 65,48 fL 79-99
MCH 21,46pg 27,0-31,2
MCHC 32,76 g/dl 33,0-37,0
RDW-CV 11,09 % 11.5-14.5
Trombosit 209 ribu/uL 150-450
Leukosit 6,60 ribu/uL 4,0-11,0
2.5 Diagnosa Kerja
Neoplasma ovarium kistik
2.6 Penatalaksanaan
Tatalaksana:
 IVFD RL 20 gtt/i
7

 Inj. Ceftriaxone 2gr/24 jam


 Inj. Omeprazol 1 amp/12jam
 Inj. Santagesik 1 amp/8jam
 Inj. Kalnex 1 amp/8 jam
Operasi
Laparotomi eksplorasi
Diagnosa prabedah : Neoplasma ovarium kistik susp. ganas
Diagnosa Pascabedah : Neoplasma ovarium kistik susp. ganas
Tindakan operasi : Surgical staging (total abdominal hysterectomy +
bilateral salpingo-oophorectomy)
2.7 Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
2.8 Follow up pasien
07/03/2022 S: Pasien mengeluhkan mual, lemas. Th/
(H+1) O: TD: 110/60 mmHg RR: 20x/i IVFD RL 20 gtt/i
HR: 95 x/i T: 36,1℃ Inf. Aminofluid 1 fls/H
A: Ca endometrium stage II, Post Drip. Neurobion 1
Kemoterapi 4x + Anemia + amp/H
Trombositopenia Inj. Ketorolac 1 amp/8
P: Transfusi PRC jam
Inj. Kalnex 1 amp/ 12
jam
Inj. Ondansetron 1
amp/8 jam
08/03/2022 S: Pasien merasa mual, pusing Th/
(H+2) O: TD: 120/70 mmHg RR: 19 x/i IVFD NaCl 20 gtt/i
HR: 93 x/i T: 36°C Inf. Aminofluid 1 fls/H
A: Ca endometrium stage II, Post Drip. Neurobion 1
Kemoterapi 4x + Anemia + amp/H
Trombositopenia Inj. Ketorolac 1 amp/8
8

P: Transfusi PRC jam


Inj. Kalnex 1 amp/ 12
jam
Inj. Ondansetron 1
amp/8 jam
09/03/2022 S: Pasien merasa lemas Th/
(H+3) O: TD: 110/70 mmHg RR: 18 x/i IVFD RL 20 gtt/i
HR: 92 x/i T: 37,2°C Inf. Aminofluid 1 fls/H
A: Ca endometrium stage II, Post Drip. Neurobion 1
Kemoterapi 4x + Anemia + amp/H
Trombositopenia Inj. Ketorolac 1 amp/8
P: Transfusi PRC jam
Inj. Kalnex 1 amp/ 12
jam
Inj. Ondansetron 1
amp/8 jam
10/04/2021 S: Pasien pucat Th/
(H+4) O: TD: 100/70 mmHg RR: 21 x/i IVFD RL 20 gtt/i
HR: 85 x/i T: 36,2°C Inf. Aminofluid 1 fls/H
A: Ca endometrium stage II, Post Drip. Neurobion 1
Kemoterapi 4x + Anemia + amp/H
Trombositopenia Inj. Ketorolac 1 amp/8
P: PBJ jam
Inj. Kalnex 1 amp/ 12
jam
Inj. Ondansetron 1
amp/8 jam
Sohobion 2x1
Asam Folat 2x1
Transfusi PRC 2 Bag/H
19

BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Ovarium atau indung telur merupakan organ yang berbentuk seperti buah
almond,. Ukuran ovarium cukup bervariasi, selama masa reproduksi panjang
ovarium 2,5 cm sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm dan tebal 0,6 sampai 1,5 cm.
Berat dari ovarium adalah 5 sampai 6 gram, ovarium terletak di bagian atas
rongga panggul dan bersandar pada lekukan dangkal dinding lateral pelvis
diantara pembuluh darah iliaka eksterna dan interna yang divergen.
Ovarium melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium.
Ligamentum utero-ovarika memanjang dari bagian lateral dan posterior uterus,
tepat di bawah insersi tuba, ke uterus atau kutub bawah ovarium. Ovarium
ditutupi oleh peritoneum dan terdiri dari otot serta jaringan ikat yang merupakan
sambungan dari uterus. Ligamentum infundibulopelvikum atau ligamentum
suspensorium ovarii memanjang dari bagian atas kutub tuba ke dinding pelvis
yang dilewati pembuluh ovarika dan saraf.
Ovarium terdiri dari dua bagian, korteks dan medulla. Korteks, atau
lapisan luar, dalam lapisan ini terdapat ovum dan folikel de Graaf. Korteks
ovarium berbentuk kumparan yang diantaranya tersebar folikel primodial dan
folikel de Graaf dalam berbagai tahap perkembangan. Bagian paling terluar dari
korteks, yang kusam dan keputih-putihan, dikenal sebagai tunika albugenia, pada
permukaannya terdapat epitel kuboid yaitu epitel germinal Waldeyer. Medulla,
atau bagian tengah dari ovarium, terdiri dari jaringan ikat longgar yang
merupakan kelanjutan dari mesovarium. Terdapat sejumlah besar arteri dan vena
dalam medulla dan sejumlah kecil serat otot polos yang berkesinambungan
dengan yang berasal dari ligamentum suspensorium.
Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon
yaitu hormon seks steroid (estrogen, progesteron, dan androgen) yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita normal. Hormon estrogen
bertanggung jawab atas pertumbuhan pola rambut aksila serta pubik dan berperan
dalam mempertahankan kalsium dalam tulang. Progesteron dipengaruhi oleh
19

estrogen sehingga dapat menimbulkan retensi cairan dalam jaringan, juga dapat
menyebabkan penumpukkan lemak.
2.2 Definisi
Definisi kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantong (pocket,
pouch) yang tumbuh abnormal di bagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi
udara, cairan, nanah atau bahan-bahan lain. Kista ovarium adalah suatu kantung
yang berisi cairan atau materi semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium1.
2.3 Etiologi
Penyebab kista ovarium sampai saat ini belum diketahui secara pasti, salah
satu pencetusnya adalah faktor hormonal. Beberapa teori menyebutkan adanya
gangguan mekanisme umpan balik ovarium-hipotalamus, gagalnya sel telur
(folikel) untuk berovulasi. Fungsi ovarium yang abnormal akan menyebabkan
penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium
sehingga terbentuk kista di dalam ovarium(5).Angiogenesis yang terjadi pada fase
folikuler maupun fase luteal siklus ovarium adalah juga berpengaruh pada proses
patologis yang terjadi pula pada kista fungsional maupun kista neoplastic dan
keganasan. Dilaporkan ada bukti yang ditemukan adalah ―vaskuler endothelial
growth factor” sebagai mediator utama dari angiogenesis yang berperan pada
perkembangan neoplastic dari ovarium(5).
2.4 Epidemiologi
Menurut data GLOBOCAN (IARC) tahun 2018, kejadian kanker
meningkat menjadi 18,1 juta kasus baru dimana 9,6 juta kematian diakibatkan
oleh kanker. Kista ovarium sendiri memiliki risiko yaitu mengalami degenerasi
keganasan menjadi kanker, disamping itu dapat mengalami torsi atau terpuntir
sehingga menimbulkan nyeri akut, perdarahan atau infeksi bahkan sampai
kematian. Angka kejadian kista ovarium di dunia yaitu 7% dari populasi wanita,
dan 85% bersifat jinak. Sedangkan angka kejadian di Indonesia tidak diketaui
secara pasti dikarenakan pencatatan kasus yang kurang baik. Namun, diperkirakan
prevalensi kista ovarium sebesar 60% dari seluruh kasus gangguan ovarium.
Menurut data WHO di seluruh dunia terdapat 234.000 wanita yang terdiagnosis
kista ovarium dan sekitar 53,40 % meninggal. Kistadenoma ovarii musinosum
sebesar 40% dari seluruh kasus neoplasma ovarium. Angka kejadian kista
ovarium di Indonesia sebanyak 23.400 orang dan meninggal sebanyak 13.900
orang (59,40%). Hal ini disebabkan karena penyakit ini pada awalnya bersifat
19

asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis


sehingga 60-70% pasien datang pada stadium lanjut.3
2.5 Patofisiologi
Kista ovarium dapat kembali walau sudah dilakukan pembedahan, penyebabnya
masih belum diketahui diduga pengaruh hormon terlibat. Berikut beberapa hal
yang diduga menyebabkan kista ovarium, antara lain(8):
1. Disfungsi Hipothalamus-Hipofisis
Luteinizing Hormone (LH) dan Folicle Stimulating Hormone (FSH) yang
dihasilkan kompleks hipothalamus- hipofisis yang berfungsi untuk meluruhnya
korpus luteum ketika ovum tidak dibuahi bermasalah . Akibatnya pematangan
folikel dominan yang tidak pas akan menginduksi kista. Selain itu akibat
perkembangan folikel imatur akan memicu dihasilkannya estradiol yang
merupakan pemicu kista ovarium.
2. Disfungsi Ovarium atau Folikel
Masih berhubungan dengan kompleks hipothalamus-hipofisis, perubahan
ekspresi reseptor LH bisa menyebabkan anovulasi folikel. Pada saat
keseimbangan hormon LH dan FSH yang tepat, akan membuat fase ovulasi dan
pre-ovulasi folikel. Reseptor FSH dan LH di sel granulosa di kista akan menurun
jika dibandingkan dengan folikel normal.
3. Predisposisi Kista Folikel Ovarium
Disfungsi tingkat folikel dapat mengganggu kompleks hipothalamus- hipofisis
akan mengubah ekspresi reseptor LH yang menginduksi anovulasi folikel. Selain
itu reseptor estradiol juga mempengaruhi pembentukan kista. Selain perubahan
reseptor dan isi estradiol. Perubahan dalam steroidegenesis oleh folikel dominan
mungkin terlibat dalam degenerasi kista. Akibat kombinasi ketiga hal itu akan
menghasilkan esterogen aktif dan meningkatkan konsentrasi estradiol.
2.6 Klasifikasi
Terdapat berbagai macam tumor yang dapat tumbuh pada ovarium. Ada
yang neoplastik dan nonneoplastik. Beberapa di antara tumor neoplastik bersifat
jinak (noncancerous) dan tidak pernah menyebar di luar ovarium. Tipe lainnya
adalah maligna atau ganas (cancerous) dan dapat menyebat ke bagian-bagian
tubuh lainnya. Selanjutnya tumor neoplastik yang bersifat jinak dapat dibagi
menjadi tumor kistik dan tumor solid. Kista ovarium termasuk tumor neoplastik
yang bersifat jinak dan diklasifikasikan menjadi:1
1. Kistoma Ovarii Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya
bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi bersar. Dinding kista
19

tipis tampak lapisan epitel jernih, serous dan berwarna kuning. Pada
dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubung dengan adanya
tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala
mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum,
yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan
dalam kista.

2. Kistadenoma Ovarii Musinosum


Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu,
permukaan berbagala (lobulated). Kira-kira 10% dapat mencapai
ukuran yang amat besar, lebih-lebih pada penderita yang datang dari
pedesaan. Pada tumor yang besar tidak lagi dapat ditemukan jaringan
ovarium yang normal. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi dapat
juga dijumpai yang bilateral.
Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang
dapat terjadi torsi yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan
ini dapat menyebabkan perdarahan dalam kista dan perubahan
degeneratif, yang memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan
omentum, usus-usus dan peritoneum parietale.
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan, yang
terakhir ini khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan
degeneratif di dalam kista. Pada pembukaan terdapat cairan lendir
yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna kuning sampai
coklat tergantung dari percampurannya dengan darah.
3. Kistadenoma Ovarii Serosum
Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat
besar dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan
tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula berbagala karena kista
serosum pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya
berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan. Isi kista cair, kuning
dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak jarang
19

kistanya sendiri kecil, tetapi permuukaannya penuh dengan


pertumbuhan papiler (solid papilloma).
4. Kista Endometroid
Kista ini biasanya unilateral dangan permukaan licin; pada dinding
dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel
endometrium.
5. Kista Dermoid
Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista
kelihatan putih, keabu-abuan dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian
kistik kenyal, di bagian lain padat. Sepintas lalu kelihatan seperti kista
berongga satu, akan tetapi bila dibelah, biasanya nampak satu kista besar
dengan ruangan kecil-kecil dalam dindingnya. Pada umumnya tedapat satu
daerah pada dinding bagian dalam, yang menonjol dan padat.
Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal dan entodermal.
Maka dapt ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi (ektodermal),
tulang rawan, serat otot jaringan ikat (mesodermal) dan mukosa traktus
gastrointestinalis, epitel saluran pernapasan, dan jaringan tiroid
(entodermal). Bahan yang terdapat dalam rongga kista ialah produk dari
kelenjar sebasea berupa massa lembek seperti lemak, bercampur dengan
rambut. Rambut ini terdapat beberapa serat saja, tetapi dapat pula
merupakan gelondongan seperti konde.
Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri
mendadak di perut bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya
sobekan dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga
peritoneum2.
2.7 Tanda dan gejala
Kebanyakan wanita dengan tumor ovarium tidak menimbulkan gejala
dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
Sebagian gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan, aktivitas endokrin,
atau komplikasi tumor tersebut. Pada stadium awal dapat berupa gangguan haid.
Dapat juga terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan
19

nyeri spontan atau nyeri pada saat bersenggama. Jika tumor sudah menekan
rektum atau kandung kemih mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.
Pada stadium lanjut gejala yang terjadi berhubungan dengan adanya asites
(penimbunan cairan dalam rongga perut), penyebaran ke omentum (lemak perut)
dan organ-organ di dalam rongga perut lainnya seperti usus-usus dan hati.
Penumpukan cairan bisa juga terjadi pada rongga dada akibat penyebaran
penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan penderita sangat merasa sesak
napas1.
Pada umumnya gejala yang timbul dan patognomonik adalah:
1) Penekanan terhadap vesika dan rektum.
2) Perut terasa penuh
3) Pembesaran perut
4) Perdarahan (jarang)
5) Nyeri (pada putaran tangkai/kista pecah)
6) Sesak napas, oedema tungkai (pada tumor yang sangat besar)
2.8 Diagnosis
Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah
dan atau di rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya,
lokalisasi, permukaan, konsistensi, apakah dapat digerakkan atau tidak), perlulah
ditentukan jenis tumor tersebut. Pada tumor ovarium biasanya uterus dapat diraba
tersendiri, terpisah dari tumor. Jika tumor ovarium terletak di garis tengah dalam
rongga perut bagian bawah dan tumor itu konsistensinya kistik, perlu dipikirkan
adanya kehamilan atau kandung kemih penuh, sehingga pada anamnesis perlu
lebih cermat dan disertai pemeriksaan tambahan2.
Di negara-negara berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor
ovarium dapat menjadi besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal
ini kadang-kadang sukar untuk menentukan apakah pembesaran perut disebabkan
oleh tumor atau ascites, akan tetapi dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan
teliti, kesukaran ini biasanya dapat diatasi2.
Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor
ovarium, maka perlu diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau
19

nonneoplastik. Tumor nonneoplastik akibat peradangan umumya dalam


anamnesis menunjukkan gejala-gejala ke arah peradangan genital, dan pada
pemeriksaan tumor-tumor akibat peradangan tidak dapat digerakkan karena
perlengketan. Kista nonneoplastik umumnya tidak menjadi besar dan diantaranya
pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri.
2.9 Pemeriksaan penunjang
Tidak jarang tentang penegakan diagnosis tidak dapat diperoleh kepastian
sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis
yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan
diferensial diagnosis2.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan
diagnosis adalah:
1. Laparoskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah
tumor berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-
sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,
apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,
apakah tumor kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairan
dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrothoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya
gigi dalam tumor.
4. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu
diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapt mencemarkan cavum
peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk2.
Pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) kista abnormal dapat
memberikan gambaran kantung dengan banyak ruang-ruang dan
19

terlihat pertumbuhan sel-sel yang menonjol dari dinding dalam kista.


Ini membuat permukaan kista menjadi bergerigi atau tidak mulus. Dan
tidak seperti kista fungsional yang hanya terisi cairan, kista abnormal
memperlihatkan campuran cairan dan jaringan solid4.
2.10 Penatalaksanaan
Terapi kista ovarium bergantung dari beberapa faktor, yaitu ukuran dan
jenis kista, umur dan kondisi kesehatan penderita, rencana kehamilan di masa
depan, demikian juga dengan beratnya gejala-gejala yang terjadi4.
Dua prinsip penting dalam manajemen kista ovarium yaitu:
1. Sikap wait and see.
Oleh karena mayoritas kista adalah kista fungsional yang akan
menyusut dengan sendirinya dalam 2 – 3 bulan. Semakin dini deteksinya
semakin mudah pengobatannya. Tentu setiap wanita berharap agar
ovariumnya tetap utuh, tidak rusak atau dapat dipertahankan, jika
diputuskan untuk mengangkat kista. Kemungkinan ini dapat terjadi jika
kista ditemukan dalam stadium dini.
2. Terapi Bedah
Indikasi bedah ialah kista yang tidak menghilang dalam beberapa
kali siklus menstruasi atau kista yang memiliki ukuran demikian besar,
kista yang ditemukan pada wanita yang menopause atau kista yang
menimbulkan rasa nyeri luar biasa dan sampai timbul perdarahan.
Tindakan bedah dapat sangat terbatas berupa pengangkatan kista dengan
tetap mempertahankan ovarium. Tindakan ini kemungkinan dapat menjadi
lebih ekstensif, mulai dari pengangkatan seluruh ovarium atau lebih luas
lagi ke pengangkatan uterus (histerektomi total)4.
Prinsip penanganan kista ovarium bahwa tumor ovarium neoplastik
memerlukan operasi dan tumor nonneoplastik tidak, jika menghadapi
tumor ovarium yang tidak memberikan gejala/keluhan pada penderita dan
yang besarnya tidak melebihi 5 cm diameternya, kemungkinan besar
tumor tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum. Tidak jarang
tumor tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang,
19

sehingga perlu diambil sikap untuk menunggu selama 2 – 3 bulan, jika


selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor
tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar itu
bersifat neoplastik dan dapat dipertimbangkan untuk pengobatan operatif2.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas
ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian
ovarium yang mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau
ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai
pengangkatan tuba (salphyngoooforektomi). Jika terdapat keganasan
operasi yang lebih tepat ialah histerektomi dan salphyngoooforektomi
bilateral. Akan tetapi pada wanita muda yang masih ingin mendapatkan
keturunan dan dengan tingkat keganasan tumor yang rendah, dapat
dipertanggung jawabkan untuk mengambil resiko dengan melakukan
operasi yang tidak seberapa radikal2.
2.11 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium diantaranya2:
1. Torsi
2. Ruptur
3. Perdarahan
4. Menjadi keganasan: potensi kistadenoma ovarium jinak menjadi ganas
sudah dipostulasikan, kista dermoid dan endometriosis dapat berubah
menjadi ganas, akan tetapi dalam persentase yang relatif kecil.
2.12 Prognosis
1. Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat
tumbuh di jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral.
2. Kematian disebabkan karena karsinoma ovarii ganas berhubungan
dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan
keganasan ini sering ditemukan sudah dalam stadium akhir.
3. Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41,6% bervariasi antara
86,9% untuk stadium FIGO Ia dan 11,1% untuk stadium IV.
19

4. Tumor sel granuloma memiliki angka bertahan hidup 82% sedangkan


karsinoma sel skuamosa yang berasal dari kista dermoid berkaitan
dengan prognosis yang buruk.
5. Sebagian besar tumor sel germinal yang terdiagnosis pada stadium
awal memiliki prognosis yang sangat baik. Disgerminoma dengan
stadium lanjut berkaitan dengan prognosis yang lebih baik
dibandingkan germinal sel tumor nondisgerminoma.
6. Tumor yang lebih tidak agresif dengan potensi keganasan yang rendah
mempunyai sifat yang lebih jinak tetapi berhubungan dengan angka
kematian yang tinggi. Secara keseluruhan angka bertahan hidup selama
5 tahun adalah 86,2%.

BAB 4
PEMBAHASAN
Kasus Teori
Pasien NY.U usia 55 tahun Terdapat berbagai macam tumor yang
datang ke IGD RSUD Cut dapat tumbuh pada ovarium. Ada yang
Meutia dengan keluhan perut neoplastik dan nonneoplastik. Beberapa di
yang semakin membesar sejak
antara tumor neoplastik bersifat jinak
±1 tahun sebelum masuk
rumah sakit. Sejak 7 hari (noncancerous) dan tidak pernah menyebar di
sebelum masuk rumah sakit luar ovarium. Tipe lainnya adalah maligna
pasien merasakan perutnya atau ganas (cancerous) dan dapat menyebat
semakin membesar dan ke bagian-bagian tubuh lainnya. Tumor
membuat rasa tidak nyaman. neoplastik yang bersifat jinak dapat dibagi
Pasien juga mengeluhkan sulit menjadi tumor kistik dan tumor solid. Kista
19

bernafas karena desakan perut ovarium termasuk tumor neoplastik yang


yang membesar. Keluhan bersifat jinak.
gangguan haid disangkal, Rupture kista ovarium menyebabkan
keputihan dari kemaluan timbulnya nyeri yang akut dan dapat
disangkal, nyeri perut
menyebabkan perdarahan yang mengancam
disangkal,dispareuni disangkal,
jiwa. Suatu masa dapat terdeteksi melalui
penurunan nafsu makan
disangkal, dan perubahan berat palpasi. Distensi abdomen dan syok terjadi
badan tidak dirasakan berarti pada perdarahan hebat. Pemeriksaan USG
oleh pasien. diperlukan untuk penegakan diagnosis, dan
menunjukan massa adneksa kistik yang
kompleks dengan cairan bebas dalam kul de
sak.
Hasil anamnesis status obstetri Etiologi kista ovarium belum diketahui
pasien memiliki riwayat pasti. Beberapa teori mengatakan disebabkan
menarche usia 11 tahun dan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada
haid teratur setiap bulan. hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Selain
itu terdapat pula beberapa factor resiko
berkembangnya neoplasma ovarium kistik
pada wanita:
- Riwayat kista terdahulu
- Usia lanjut
- Siklus haid tidak teratur
- Menstruasi di usia dini (<11 tahun)
- Penderita hipotiroid atau imbalance
hormone.

Hasil pemeriksaan USG Kista yang tidak memberikan gejala atau


tampak adanya massa kistik keluhan pada penderita dan yang besar
dengan bagian padat di kistanya tidak melebihi jeruk nipis atau <5cm,
maka kemungkinan besar kista tersebut
dalamnya. Pasien kemudian
adalah kista folikel atau kista korpus luteum
direncanakan untuk dilakukan yang merupakan kista nonneoplastik. Tidak
observasi di ruang perawatan jarang kista-kista tersebut mengalami
obstetri untuk selanjutnya pengecilan secara spontan dan menghilang,
direncanakan akan dilakukan sehingga pada pemeriksaan ulangan setelah
operasi laparatomi eksplorasi beberapa minggu ovarium besarnya menjadi
(total abdominal hysterectomy normal. Oleh sebab itu, dianjurkan untuk
menunggu 2-3 bulan untuk pemeriksaan
+ bilateral salpingo-
ginekologik berulang. Jika selama waktu
oophorectomy observasi terlihat peningkatan diameter kista,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa
kemungkinan besar kista itu bersifat
neoplastik, dan dapat dipertimbangkan
pengobatan operatif(1).
Prinsip penanganan kistoma bahwa kista
19

ovarium neoplastik memerlukan operasi


(laparatomi atau laparoskopi eksploratif) dan
kista nonneoplastik tidak. Tindakan operasi
pada kista ovarium neoplastik yang tidak
ganas ialah pengangkatan kista atau reseksi
pada bagian ovarium yang mengandung kista.
Akan tetapi, jika kistanya besar atau ada
komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan
ovarium, biasanya disertai dengan
pengangkatan tuba (salpingo-ooforektomi)
(11).
BAB 5
KESIMPULAN

Neoplasma ovarium kistik merupakan tumor jinak yang menimbulkan


benjolan abnormal di bagian bawah abdomen, berisi cairan abnormal berupa
udara, nanah, dan cairan kental. Besarnya bervariasi dapat kurang dari 5 cm
sampai besarnya memenuhi rongga perut, sehingga menimbulkan sesak nafas.
Penyebabnya sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti, namun beberapa
teori mengaitkan hal ini dengan gangguan (pembentukan) hormon pada
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium.
Kebanyakan neoplasma ovarium kistik tumbuh tanpa menimbulkan gejala
atau keluhan. Kista ovarium jinak tumbuh secara tersembunyi dan sering tidak
dapat terdeteksi selama beberapa tahun. Rasa nyeri biasanya tidak ada, tetapi jika
kista membesar dapat menimbulkan rasa tidak nyaman, nyeri perut, mual, muntah
dan pembesaran abdomen. Keluhan lain biasanya muncul jika kista sudah
membesar dan mengganggu organ tubuh lain seperti saat kista mulai menekan
saluran kemih, usus, saraf, atau pembuluh darah besar di sekitar rongga panggul,
maka akan menimbulkan keluhan berupa susah buang air kecil dan buang air
besar, gangguan pencernaan, kesemutan atau bengkak pada kaki. Pada sebagian
besar kasus, kista ovarium bersifat jinak dan asimptomatik sehingga tidak
memerlukan penanganan lebih lanjut. Namun pada kasus-kasus tertentu, kista
ovarium dapat menimbulkan komplikasi seperti torsi, ruptur, dan perdarahan.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. GLOBOCAN (2018). Cancer today. International Agency for Research on


Cancer.
2. Plataniotis G, Castiglione M. Endometrial cancer: ESMO clinical practice
guidelines for diagnosis, treatment and follow-up. Annals of Oncology.
2010;21:41–5.
3. SEER (2018). Cancer Stat Facts : Uterine Cancer. National Cancer
Institute.
4. American Cancer Society (2018). Endometrial Cancer. American Cancer
Society.
5. Winarto H, Kesty C, Fransisca RO, Munawaroh A, Nuranna L.
Characteristics of endometrial cancer patients: A retrospective study on
patients at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital period January 2014–
December 2015. Advanced Science Letters. 2017;23(7):6714–6.
6. Creasman WT, Miller DS. Adenocarcinoma of the uterine corpus. In: Saia
PJ,
7. Creasman WT, editors. Clinical gynecologic oncology. 8th ed.
Philadelphia: Elsevier; 2012. p. 141–74.
8. Neacsu A, Marcu ML, Stanica CD, Braila AD, Pacu I, Ioan RG, et al.
Clinical and morphological correlations in early diagnosis of endometrial
cancer. Romanian Journal of Morphology and Embryology.
2018;59(2):527–31.
9. Smogeli, E. et al., 2016. L1CAM as a prognostic marker in stage I
endometrial cancer : a validation study. BMC Cancer, pp.1–8.
10. Clarke, Megan A, et all. Association of Endometrial Cancer Risk With
Postmenopausal Bleeding in Women. 2018; 178(9): 1210–1222. JAMA
Internal Medicine.
11. Colombo,Nicoletta, et all. ESMO-ESGO-ESTRO Consensus Conference
on Endometrial Cancer. 2016; 26(1): 2–30. International Journal of
Gynecological Cancer

21
22

12. Cardenes HR, Look K, Michael H, Cerezo L. Chapter 67 : Endometrium.


In :Halperin EC, Perez CA, Brady LW (ed). Perez and Brady’s Principles
and Practice of Radiation Oncology. Fifth Edition. Philadelphia :
Lippincott Williams & Wilkins;2012.p.1629-49.
13. World Health Organisation. World Cancer Factsheet. August 2012.
14. Bakkum-Gamez, JN. Current issues in the management of endometrial
cancer. Mayo Clin Proc. 2008;83(1):97-112.

Anda mungkin juga menyukai