Anda di halaman 1dari 41

Pengaruh Daya Tarik Wisata Terhadap Kepuasan Wisatawan di

Tebing Breksi Kabupaten Sleman

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar, dengan

berbagai keanekaragaman warisan budaya, kekayaan alam, dan sejarah. Hal itu

membuat Indonesia menjadi tujuan wisata dari berbagai negara. Pariwisata

tumbuh dari upaya memanfaatkan suatu daya tarik wisata dari suatu wilayah

tertentu diantaranya yaitu kota Yogyakarta yang terkenal dengan kota wisata dan

budayanya.

Daerah Istimewa Yogyakarta menyandang predikat sebagai kota wisata.

Predikat tersebut didasarkan pada pertimbangan terhadap keberadaan fasilitas

wisata yang relatif lengkap baik fisik maupun non fisik. Hal itu juga disertai

dengan ketersediaan moda transportasi guna memudahkan wisatawan dalam

beraktifitas. Yogyakarta memiliki fenomena alam berupa gunung dan pantai,

keunikan budaya berupa peninggalan, event budaya, serta beberapa atraksi

buatan yang berbasis edukasi. Adapun salah satu daya tarik wisata buatan yang

menonjolkan keindahan pemandangan dan kegiatan seni pertunjukan adalah

Kawasan Tebing Breksi.

Tebing Breksi awalnya hanya menjadi kawasan pertambangan batuan

kapur bagi warga sekitar, namun pada tahun 2014 ditemukan jenis batuan tufan

yang langka, sehingga Tebing Breksi ditetapkan sebagai salah satu Geoheritage

1
2

Yogyakarta. Pada tahun 2015 hingga saat ini Tebing Breksi telah mengalami

perkembangan pesat, diantaranya terdapat beberapa atraksi seni pertunjukan,

terapi ikan, karya seni pahat yang terdapat di sisi tebing, dan menawarkan

keindahan pemandangan kota Yogyakarta. Popularitas Tebing Breksi mengalami

peningkatan, hal ini menunjukkan bahwa wisatawan tidak hanya memiliki rasa

ketertarikan, namun keinginan untuk selalu berkunjung kembali lagi ke Tebing

Breksi. Adapun wisatawan yang loyal ini merupakan bukti keberhasilan Tebing

Breksi dalam menciptakan kepuasan. Berdasarkan tabel tersebut di bawah

menunjukkan bahwa tingkat kunjungan Tebing Breksi mengalami peningkatan.

Data Kunjungan Wisatawan Tebing Breksi Tahun 2021

No Bulan Domestik Mancanegara


1 Januari 16.203 3
2 Februari 10.530 2
3 Maret 14.153 1
4 April 12.048 0
5 Mei 16.365 2
6 Juni 23.760 3
7 Juli 684 0
8 Agustus 0 0
9 September 3.665 0
10 Oktober 14.948 7
11 November 20.326 2
12 Desember 53.919 3
Total 186.601 23
Sumber : Pengelola Kawasan Tebing Breksi

Pada masa sebelum pandemi Covid-19 dan setelah masa PPKM berakhir

tidak terdapat penurunan tingkat kunjungan wisatawan, namun demikian hasil

observasi sementara yang telah dilakukan peneliti menunjukkan bahwa terdapat


3

beberapa permasalahan antara lain yaitu terdapatnya fasilitas yang kurang

terawat, kurangnya inovasi, seni pertunjukan, serta kendala akses jalan yang

masih belum memadai. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian ini guna mengetahui pengaruh komponen daya tarik wisata terhadap

kepuasan wisatawan dalam berkunjung ke Tebing Breksi, Kabupaten Sleman,

Daerah Istimewa Yogyakarta.

Berdasarkan pada kenyataan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk

mengangkat judul “Pengaruh Daya Tarik Wisata Terhadap Kepuasan

Wisatawan di Tebing Breksi Kabupaten Sleman”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka perumusan fokus

masalah penelitian yaitu:

1. Apakah aspek atraksi, aksesibilitas, dan amenitas berpengaruh secara

signifikan terhadap kepuasan wisatawan berkunjung ke Taman Tebing

Breksi?

2. Diantara ketiga aspek tersebut, aspek manakah yang paling dominan?

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti membatasi permasalahan agar ruang lingkup

yang diteliti menjadi lebih jelas, tertata, dan mendalam. Maka penelitian ini

dibatasi mengenai hanya tiga aspek pembentuk daya tarik wisata itu sendiri, yaitu

atraksi, aksesibilitas, dan amenitas.


4

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, tujuan

dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah aspek atraksi, aksesibilitas, dan amenitas

berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan wisatawan berkunjung di

Taman Tebing Breksi.

2. Untuk mengetahui aspek apa yang paling dominan diantara aspek atraksi,

aksesibilitas, dan amenitas.

E. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

pihak-pihak yang membutuhkan baik secara teoritis maupun praktis, diantaranya

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi

penelitian sejenis untuk menambah pengetahuan dan wawasan terutama

menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan atraksi, aksesibilitas, dan

amenitas khususnya di Taman Tebing Breksi.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bemanfaat bagi

pengelola dalam menjalankan suatu daya tarik wisata dan sebagai bahan

bantuan untuk membuat program baru guna menciptakan kepuasan


5

wisatawan terutama berdasarkan faktor atraksi, aksesibilitas, dan amenitas di

Taman Tebing Breksi.

F. Tinjauan Pustaka

1. Pariwisata

Istilah pariwisata baru muncul di masyarakat kira-kira pada abad ke-

18, khususnya sesudah revolusi industri di Inggris. Istilah pariwisata berasal

dari dilaksanakannya kegiatan wisata (tour), yaitu suatu sktifitas perubahan

tempat tinggal sementara dari seseorang, diluar tempat tinggal sehari-hari

dengan suatu alasan apapun selain melakukan kegiatan yang bisa

menghasilkan upah atau gaji (Muljadi, 2012:7). Menurut Hunziker dan Kraft,

pariwisata adalah keseluruhan hubungan dan gejala-gejala yang timbul dari

adanya orang asing dan perjalanannya itu tidak untuk bertempat tinggal dan

tidak ada hubungan dengan kegiatan untuk mencari nafkah (Muljadi, 2012:8).

Definisi Pariwisata menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009

tentang kepariwisataan “Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata

dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh

masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah”.

Menurut Ali Hasan (2015:4) mendefinisikan “Pariwisata adalah bisnis

manusia, budaya, dan hospitality, memerlukan SDM dengan posisi, skill, dan

job yang tepat”. Menurut arti katanya, pariwisata berasal dari bahasa
6

Sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu kata “pari” yang berarti penuh, dan

kata “wisata” yang berarti perjalanan. Menurut Yoeti, syarat suatu perjalanan

disebut sebagai perjalanan pariwisata apabila : (1) Perjalanan dilakukan dari

suatu tempat ke tempat yang lain, di luar tempat kediaman orang tersebut bisa

tinggal; (2) tujuan perjalanan semata-mata untuk negara yang dikunjunginya;

(3) Semata-mata sebagai konsumen ditempat yang dikunjungi (Utama,

2015:20).

Sugiama (2011:5) mengungkapkan bahwa pariwisata adalah rangkaian

aktivitas, dan penyediaan layanan baik untuk kebutuhan atraksi wisata,

transportasi, akomodasi, dan layanan lain yang ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan prerjalanan seseorang atau sekelompok orang. Perjalanan yang

dilakukan hanya untuk sementara waktu saja meninggalkan tempat tinggalnya

dengan maksud beristirahat, berbisnis, atau maksud lainnya.

2. Wisatawan

Wisatawan menurut Spillane adalah setiap orang yang bepergian dari

suatu tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati

perjalanan dari kunjungannya itu (Lallo et al., 2016:183).

Wisatawan asing (foreign tourist) atau wisatawan mancanegara adalah

orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu

negara lain yang bukan merupakan negara dimana orang tersebut tinggal.

Wisatawan domestik adalah wisatawan dalam negeri yaitu seseorang warga


7

negara pada suatu negara yang melakukan perjalanan wisata dalam batas

wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya, jadi disini

tidak terdapat unsur asing baik kebangsaan maupun uang yang dibelanjakan

serta dokumen perjalanan yang dimilikinya (Amerta et al, 2014 : 57).

Jika ditinjau dari arti kata “wisatawan” yang berasal dari kata “wisata”

maka sebenarnya tidaklah tetap sebagai pengganti kata “tourist” dalam bahasa

inggris. Kata itu berasal dari bahasa Sansekerta “wisata” yang berarti

“perjalanan” yang sama atau dapat disamakan dengan kata “travel” dalam

bahasa Inggris. Jadi orang melakukan perjalanan dalam pengertian ini, maka

wisatawan sama artinya dengan kata “traveller” karena dalam bahasa

Indonesia sudah merupakan kelaziman memakai akhiran “wan” untuk

menyatakan orang dengan profesinya, keahliannya, keadaannya, jabatannya,

dan kedudukan seseorang (Wolah, 2016:3).

Lebih lengkap lagi pendapat Theobal dalam Pitana dan beberapa

Diarta dalam Hermawan (2017:6) mengemukakan menentukan elemen yang

dipakai sebagai patokan untuk apakah seseorang dapat dikatakan sebagai

wisatawan atau tidak menurut standar internasional sebagai berikut :

a. Berasarkan tujuan perjalanan (purpose trip).

Wisatawan adalah orang yang melakukan selain untuk tujuan bisnis

(leisure traveling) walaupun ada kalanya sebuah perjalanan bisnis juga

dapat diikuti oleh kegiatan wisata (non bisnis).

b. Jarak perjalanan dari tempat asal (distance traveled)


8

Distance traveled digunakan untuk tujuan statistik ketika

memperhitungkan jarak perjalanan wisata, beberapa negara memakai jarak

total ulang-alik (round trip) antara tempat tinggal dan tujuan wisata.

Umumnya jarak yang dipakai bervariasi antara 0-160km (0-100mil)

tergantung ketentuan masing-masing negara.

c. Lama perjalanan (duration of trip)

Umumnya definisi mengenai wisatawan mencangkup perjalanan

paling tidak satu malam (over night) di tempat yang menjadi tujuan

perjalanan. Namun, ada kalanya persyaratan ini dikesampingkan pada

kasus perjalanan wisata yang kurang dari 24 jam tetapi nyata-nyata

berdampak pada kegiatan bisnis pariwisata seperti restoran, atraksi wisata,

hotel, dan sebagainya di daerah tujuan wisata.

3. Dayat Tarik Wisata

Menurut Undang-Undang No 10 tentang Kepariwisataan, pengertian

daya tarik wisata merupakan segala sesuatu yang memiliki keunikan,

keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya,

dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan

wisatawan dan daerah tujuan pariwisata yang juga disebut sebagai destinasi

wisata.

Menurut Yoeti dalam I Gusti Bagus Rai Utama (2016, p.142)

menyatakan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi daya
9

tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah tertentu. Sedangkan

Menurut Pedit dalam I Gusti Bagus Rai Utama (2016, p.142) menyatakan

bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menarik dan mempunyai

nilai untuk dikunjungi dan dilihat, pada dasarnya daya tarik wisata dapat

dikelompokan menjadi dua kelompok yakni daya tarik wisata alamiah dan

daya tarik wista buatan.

Menurut I Gusti Bagus Rai Utama (2016, p.142) Daya tarik wisata

adalah segala sesuatu disuatu tempat yang memiliki keunikan, keindahaan,

kemudahan dan nilai yang berwujud keanekaragaman kekayaan alam maupun

buatan manusia yang menarik dan mempunyai nilai untuk dikunjungi dan

dilihat oleh wisatawan.

4. Aspek Atraksi, Aksesibilitas, Amenitas

Menurut Cooper pada Febrina (2015), daya tarik wisata ahrus

mempunyai empat komponen yaitu : atraksi, aksesibilitas, amenitas, dan jasa

pendukung pariwisata.

a. Atraksi

Adalah sesuatu yang menjadi daya tarik dan dapat membuat

wisatwan terkesan yang berupa rasa puas, rasa nyaman, dan rasa

nikmat pada wisatawan yang melihatnya atau melaksanakannya.

Dalam hal ini dapat berupa daya tarik alam, budaya, dan daya tarik

buatan manusia.

b. Aksesibilitas
10

Adalah sarana yang memberikan kemudahan mencapai daerah

tujuan wisata. Tempat tersebut mudah dijangkau, sarana yang

diperlukan wisatawan mudah ditemukan, misalnya transportasi ke

tempat tujuan, jalan yang akan dilewati aman atau nyaman. Hal itu

harus dipertimbangkan dengan mendalam karena itu sangat membantu

kemudahan wisata.

c. Amenitas

Tersedianya fasilitas-fasilitas seperti penginapan, restoran, tempat

hiburan, transportasi lokal, alat-alat transportasi, fasilitas perbankan,

fasilitas kesehatan dan lain-lain.

d. Ansilieri

Aktifitas adalah jasa pendukung yang ada di destinasi wisata. Jasa

pendukung ini dapat berupa guide lokal, pijat, penyewaan alat dan

lain sebagainya.

Menurut suwena (2018:99) daya tarik wisata harus memiliki

komponen berupa atraksi, aksesibilitas, dan amenitas, berikut pejelasan

komponen-komponen tersebut :

a. Atraksi

Atraksi merupakan komponen yang secara signifikan menarik

kedatangan wisatawan dan dapat dikembangkan dalam sebuah kegiatan

wisata. Maka atraksi adalah unsur yang paling kuat menarik wisatawan

serta menghasilkan keberhasilan sebuah perjalanan wisata.


11

b. Aksesibilitas

Aksesibilitas yang baik akan mampu memudahkan wisatawan untuk

mencapai wisata. Jika aksesibilitas kurang baik maka wisatawan tidak

akan terbantu dalam perjalanannya sehingga akan berpengaruh terhadap

kepuasan wisatawannya.

c. Amenitas

Amenitas atau fasilitas pendukung juga akan berperan dalam

menciptakan kepuasan berkunjung wisatawan. Fasilitas pendukung akan

banyak memberikan kemudahan bagi wisatawan jika sesuai dengan apa

yang dibutuhkan wisatawan atau sesuai ekspektasinya. Wisatawan merasa

dimudahkan atau tidak dengan adanya peran dari fasilitas pendukung

akan mempengaruhi kepuasan berkunjung wisatawan.

5. Kepuasan Wisatawan

Kepuasan merupakan perasaan senang atau kecewa yang dirasakan

setelah menerima layanan. Semakin sesuainya harapan yang dibangun dengan

pelayanan yang didapatkan maka akan semakin tinggi kepuasan yang

didapatkan, begitu juga sebaliknya semakin besar kesenjangan antara harapan

yang dibangun dengan pelayanan yang diterima maka kepuasan akan semakin

menurun.

Menurut Tze dan Wang (I Gusti Bagus Rai Utama 2017:203),

kepuasan wisatawan terhadap destinasi pariwisata adalah konsep yang multi

dimensi yang terdiri dari banyak faktor yang saling terikat. Salah satu faktor
12

yang membuat wisatawan puas, mungkin faktor lainnya tidak mapu

memuaskan wisatawan.

Menurut Ali Hasan (2015:365) dalam konteks pemasaran, perilaku

wisatawan berkaitan dengan image, sikap, persepsi, kepuasan, pilihan,

motivasi, pengambilan keputusan dan sebagainya yang berhubungan dengan

pembelian ulang atau perilaku kunjugan ulang, kepuasan wisata memainkan

peran penting dalam struktur model perilaku wisatawan.

Menurut Kotler dan Keller (2016) mengatakan terdapat lima aspek

kepuasan konsumen meliputi:

a. Harapan

Tahap sebelum terjadi jual beli terdapat suatu kondisi dengan

mempengaruhi kepuasan konsumen yaitu saat konsumen mengharapkan

terhadap produk atau jasa yang akan diterima konsumen.

b. Kinerja

Selama konsumen menggunakan produk atau jasa, konsumen

merasakan manfaat dari produk ataupun jasa itu telah diterima secara

aktual dari faktor keinginan konsumen.

c. Perbandingan

Setelah konsumen merasakan manfaat produk atau jasa, harapan atau

kesan dari harapan konsumen sebelum membeli dan memberikan

tanggapan terhadap kinerja yang akan dibandingkan oleh konsumen.


13

d. Penegasan

Merupakan suatu kondisi dimana harapan konsumen dipengaruhi oleh

pengalaman konsumen terhadap penggunaan barang atau jasa tersebut.

Konsumen akan confirmation apabila harapan konsumen sesuai dengan

kinerja produk atau jasa, sebaliknya disconfirmation akan terjadi apabila

harapan konsumen tidak sesuai dengan kinerja produk atau jasa tersebut.

e. Ketidaksesuaian

Hal yang tidak diharapkan oleh konsumen. Hal ini terjadi saat barang

maupun jasa yang dibeli oleh konsumen tidak sesuai kehendak atau

keinginan konsumen serta tidak sesuai dengan kinerja dari suatu produk

atau jasa. Hal ini berdampak pada kepuasan konsumen sehingga

konsumen yang tidak puas berusaha mencari tempat lain yang mampu

memenuhi harapan dan keinginannya.

Menurut Kotler dalam (Fandy Tjiptono, 2014:210) mengidentifikasi

adanya empat metode untuk mengukur kepuasan wisatawan yaitu sebagai

berikut:

a. Sistem keluhan dan saran

Media yang dapat digunakan untuk mendapatkan kritik, saran,

pendapatan, dan keluhan wisatawan adalah kotak saran, website, dan

lainnya. Dengan keluhan metode ini masalah-masalah yang muncul

akan teratasi dan muncul ide-ide baru untuk memperbaiki kawasan


14

yang ada, tetapi tidak semua wisatawan mau menyampaikan keluhan

melalui sistem ini. Sehingga perlu adanya metode lain untuk

mewujudkan suatu kepuasan yang optimal.

b. Ghost shopping

Dalam hal ini mengukur dengan cara menjadi pengguna jasa

mata-mata. Artinya tanpa diketahui penyedia jasa sebenarnya bahwa

penguna jasa tersebut adalah tim penilai. Dengan sistem ini maka

akan terlihat bagaimana SOP (Standar Operasional Prosedur) dan

semua peraturan suatu kawasan destinasi wisata dilakukan atau tidak.

Ghost shopping dengan mistery guest dimana tim audit menyamar

sebagai pengguna jasa untuk menilai seberapa baik pelayanan yang

diberikan kepada wisatawan atau pelanggan.

c. Lost Customer Analisys

Menghubungi kembali wisatawan yang sudah tidak pernah

berkunjung atau menggunakan layanan jasanya kembali, sehingga

diharapkan dapat menghasilkan suatu feedback untuk perbaikan dan

penyempurnaan selanjutnya. Diharapkan dengan adanya perbaikan

dan penyempurnaan. Dengan ini pelanggan mau berkunjung kembali

menggunakan pelayanan jasa yang ada.

d. Survey kepuasan wisatawan


15

Sebagian besar riset kepuasan wisatawan dilakukan dengan

metode survey, baik survey melalui pos, telepon, e-mail, website

maupun wawancaralangsung. Melalui survey ini maka akan

diperoleh tanggapan lain dan jawaban secara langsung dan

memberikan kesan positif kepada wisatawan bahwa destinasi wisata

tersebut menarik perhatian kepada para wisatawannya.

G. Penelitian Terdahulu

1. Heri Setyo Sudarsono “Analisis Komponen Daya Tarik Wisata Terhadap

Kepuasan Wisatawan Berkunjung di Wisata Alam Pososng Temanggung”

(2021). Mahasiswa jurusan program studi Usaha Perjalanan Wisata, Sekolah

Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta. Dengan hasil penelitian yang

diperoleh menunjukkan bahwa atraksi, aksesibilitas, amenitas, dan ancilaritas

tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan berkunjung di wisata alam

posong. Diketahui berdasarkan hasil uji F ditunjukkan dengan nilai F hitung

lebih besar dari F tabel atau 2,078 < 2,76 yang artinya Ho1 diterima, Lalu

berdasarkan uji t, variabel amenitas mendapatkan nilai t hitung < t tabel yaitu

0,944 < 2,045 sehingga dapat disimpulkan ho2 diterima, besarnya nilai

Adjusted R2 yang diperoleh sebesar 0,129 (12,9%). Hal tersebut berarti

variabel atraksi, aksesibilitas, amenitas, dan ancilaritas memberikan pengaruh

sebesar 12,9% terhadap kepuasan berkunjung di Wisata Alam Posong

Temanggung. Sedangkan sisanya sebesar 87,1% didapatkan dari faktor lain

yang tidak diteliti penelitian ini.


16

2. Valentina Imas Utari “Analisis Peran Komponen Daya Tarik Wisata dalam

menciptakan Kepuasan Berkunjung Wisatawan di Tebing Breksi Kabupaten

Sleman” (2021). Dengan hasil (1) Atraksi berperan menciptakan kepuasan

wisatawan dengan wisatawan meraasa puas dengan aktivitasnya menikmati

keindahan tebing, pemandangan, dan menggunakan spot-spot foto demi hasil

foto yang bagus. Kepuasan wisatawan terhadap atraksi sebesar 4,15 yang

terhitung sangat puas. (2) amenitas berperan menciptakan kepuasan

berkunjung wisatawan yang mudah dijangkau wisatawan dengan adanya

toilet yang bersih dan memadai, kebutuhan makanan dan minumn yang

mudah dijangkau wisatawan, serta harga makanan dan minuman yang

terjangkau, juga area parkir yang luas, rapi, dan nyaman. Kepuasan

wisatawan terhadap komopnen amenitas Tebing Breksi adalah sebesar 3,87

yang berarti wisatawan puas. (3) Aksesibilitas berperan menciptakan

kepuasan berkunjung wisatawan Tebing Breksi dengan memiliki cara

lokasinya mudah ditemukan, kondisi jalan yang bagus, terdapat petunjuk arah

yang cukup, serta keadaan jalan yang memadai untuk kendaraan bermotor

roda dua, empat, serta bus besar. Skor kepuasannya sebesar 3,85 yang berati

wisatawan puas. (4) Komponen ansilaritas Tebing Breksi menciptakan

kepuasan wisatawan dengan cara menjadikan informasi Tebing Breksi mudah

ditemukan, pelayanana yang baik, keterlibatan lembaga dana sosialisasi yang

terus mendukung promosi dan pengembangan, serta adanya fasilitas-fasilitas

tambahan yang memudahkan kegiatan berwisata wisatawan. Skor kepuasan


17

terhadap komponen ansilaritan adalah sebesar 3,78 yang artinya adalah

wisatawan puas. (5) Skor total kepuasan yang diciptakan dari 4 komponen

tersebut adalah 3,92 yang artinya wisatawan puas karena adanya peran

keseluruhan komponen.

3. Oktari Susetyarini dan Jussac Maulana Masjhoer “Pengukuran Tingkat

Kepuasan Wisatawan terhadap fasilitas Umum, Prasarana Umum, dan

Fasilitas Pariwisata di malioboro Pasca Revitalisasi Kawasan” (2018).

Malioboro menjadi daya tarik yang banyak dikunjungi wisatawan yang

berkunjung ke Yogyakarta. Namun banyak masalah bermunculan seperti

kemacetan lapak pedagang yang tidak tertata sampai ke trotoar yang beralih

fungsi menjadi lahan parkir yang akhirnya berdamapak pada berkurangnya

kenyamanan wisatawan yang berkunjung ke Malioboro. Peningkatan sarana

dan prasarana serta fasilitas wisata diharapkan meningkatkan kepuasan

wisatawan yang berkunjung ke Malioboro, karena kepuasan adalah tolak

ukur keberhasilan suatu daya tarik wisata. Hasil dari penelitian ini adalah

pasca revitalisasi peningkatan fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata di

Malioboro masih buruk sehingga mempengaruhi kepuasan wisatawan.

H. Kerangka Pemikiran

Menurut Sugiyono (2018:60) kerangka pemikiran yang baik akan

menjelaskan secara teoristis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi,
18

secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen (bebas) dan

variabel dependen (terikat).

Variabel bebas (X) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Y). Variabel

terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena

adanya variabel bebas (X). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas :

Attraction (X1), Accesbility (X2), Amenity (X3), Sedangkan variabel terikat (Y)

yaitu Kepuasan Wisatawan.

Skema kerangka pemikiran dalam penelitian “Analisis Daya Tarik Tebing

Breksi dalam Menciptakan Kepuasan Wisatawan Selama Berkunjung Ke

Tebing Breksi Kabupaten Sleman” adalah sebagai berikut.

Atraksi (X1)

Aksesibilitas (X2) Kepuasan Wisatawan (Y)

Amenitas (X1)
19

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penulis

I. Hipotesis Penilitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris

yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi Hipotesis juga dapat dikatakan

sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban

yang empirik (Sugiyono, 2016:64). Berdasarkan latar belakang masalah, batasan

masalah, dan tujuan penelitian di atas maka hipotesisnya adalah :

1. Ha1 : Diduga ada pengaruh secara stimulan elemen atau faktor atraksi,

aksesibilitas, dan amenitas, terhadap kepuasan wisatawan berkunjung di

Taman Tebing Breksi.

2. Ha2 : Diduga atraksi merupakan elemen atau faktor dominan yang paling

berpengaruh terhadap kepuasan berkunjung di Taman Tebing Breksi.

J. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong sebagai penelitian kuantitatif karena dalam

penelitian ini dilakukan pengujian hipotesis yang telah dikemukakan

sebelumnya. Penelitian ini diteliti hubungan antara atraksi, aksesibilitas dan


20

amenitas yang dikategorikan sebagai variabel independent, terhadap Citra

Objek Wisata yang dikategorikan sebagai variabel dependent.

2. Subjek Dan Objek Penelitian

a. Subjek

Subjek penelitian ini adalah wisatawan yang pernah berkunjung atau

yang sedang berkunjung ke Taman Tebing Breksi.

b. Objek

Objek dalam penelitian ini adalah atraksi, aksesibilitas, dan amenitas

Taman Tebing Breksi.

3. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Tebing Breksi yang berlokasi di

JL. Desa Lengkong, Gn. Sari, Sambirejo, Kec Prambanan, Kabupaten Sleman,

Daerah Istimewa Yogyakarta, alasan memilih lokasi penelitian karena lokasi

terkenal selalu ramai kunjungan. Waktu penelitian dimulai pada bulan

Agustus 2021 mengenai pengaruh daya tarik wisata yang meliputi atraksi,

aksesibilitas, dan amenitas terhadap kepuasan wisatawan berkunjung ke

Tebing Breksi sampai penelitian selesai. Waktu penelitian ditentukan

berdasarkan keingin tahuan peneliti mengenai tingkat kunjungan yang tetap

ramai meski PPKM masih diberlakukan.


21

4. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Menurut Santosa & Hermawan, H. (2020:63) Populasi dapat dimaknai

sebagai wilayah generalisasi suatu penelitian. Bisa terdiri dari objek

ataupun subjek penelitian, jadi populasi tidak hanya kumpulan orang-orang

(komunitas), tetapi juga populasi bisa berupa suatu materi atau benda-

benda alam yang lainnya.

b. Sampel

Teknik dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

probability sampling. Menurut sugiyono (2019:143) probability sampling

adalah Teknik sampling yang memberi peluang sama kepada anggota

populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Cara demikian sering

disebut dengan random sampling, atau cara pengambilan sampel secara

acak. Sampel dalam penelitian ini adalah wisatawan yang pernah atau

sedang berkunjung ke Taman Tebing Breksi.

Menurut Sugiyono (2018:117) Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel

dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin. Menurut Sulaiman &

Kusherdyana dalam Santosa (2019:81) Rumus Slovin juga dapat digunakan

jika besarnya populasi penelitian sudah diketahui. Slovin mengajukan cara

pengambilan sampel dengan cara sebagai berikut :


22

N
S=
1+¿ ¿

Keterangan :

S : Sampel

N : Besar populasi

e : Presentase kesalahan

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah kunjungan wisatawan di

Tebing Breksi pada tahun 2021 yaitu 186.624 wisatawan sedangkan

presentasi kesalahan 10% karena jumlah populasi yang besar.

186.624
S=
1+ ¿ ¿

186.624
S=
1866,2

S=100,00dibulatkan menjadi 100 responden

5. Variabel Penelitian

a. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2016:38) variabel penelitian pada dasarnya

adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajarin sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel merupakan objek

penelitian atau yang menjadi titik penelitian. Variabel yang digunakan

dalam penelitin ini terdiri dari variabel independen yaitu atraksi (X1),
23

aksesibilitas (X2), amenitas (X3) dan variabel dependen yaitu kepuasan

wisatawan.

Definisi variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Variabel Bebas / Variabel Independen

Menurut Sugiyono (2016:39) variabel bebas / variabel

independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variebel dependen (terikat). Variabel

ini dilambangakan dengan huruf X. Pada penelitian ini variabel

bebasnya yaitu atraksi (X1), aksesibilitas (X2), amenitas (X3).

2) Variabel Dependen / Variabel Terikat

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang

dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

Menurut Sugiyono (2016:39) variabel dependen sering juga disebut

dengan variabel respon atau akibat. Variabel ini dilambangakan

dengan huruf Y. Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya

yaitu kepuasan wisatawan (Y).

b. Definisi Konseptual

1) Atraksi

Atraksi menurut Suwena (2010 : 99) merupakan komponen

yang secara signifikan menarik kedatangan wisatawan dan dapat

dikembangkan dalam sebuah kegiatan wisata. Maka atraksi adalah

unsur yang paling kuat menarik wisatawan serta menghasilkan


24

keberhasilan sebuah perjalanan wisata. Wisata yang ditawarkan di

Kawasan Taman Tebing Breksi diantaranya adalah berbagai

pahatan relief di batu kapur raksasanya, 12 spot untuk swafoto yang

diletakkan di punggung tebing utama berselang-seling dengan

rerumputan, kembang, dan pohon-pohon. Puncak Tebing Breksi

juga menawarkan pemandangan kota Yogyakarta, pucuk-pucuk tiga

candi utama prambanan, pesawat hilir-mudik, serta jalanan dan

lampu-lampu Yogyakarta. Peran yang diberikan atraksi terhadap

kepuasan berkunjung wisatawan dapat dilihat dari apakah

wisatawan menikmati, menciptakan pengalaman baru, dan hal-hal

lainnya yang dapat dirasakan wisatawan.

2) Aksesibilitas

Para wisatawan Kawasan Taman Tebing Breksi bukan hanya

berasal dari wilayah Yogyakarta saja, melainkan banyak juga dari

yang jauh-jauh datang dari luar kota. Aksesibilitas yang baik akan

mampu memudahkan wisatawan untuk mencapai Kawasan Taman

Tebing Breksi. Jika aksesibilitas kurang baik maka wisatawan tidak

akan terbantu dalam perjalanannya sehingga akan berpengaruh

terhadap kepuasan wisatawannya.

3) Amenitas

Amenitas atau fasilitas pendukung juga akan berperan dalam

menciptakan kepuasan berkunjung wisatawan. Fasilitas pendukung


25

yang ada di Kawasan Taman Tebing Breksi yaitu mushola, toilet,

tempat makan, toko oleh-oleh dan berbagai fasilitas pendukung

lainnya. Fasilitas pendukung akan banyak memberikan kemudahan

bagi wisatawan jika sesuai dengan apa yang dibutuhkan wisatawan

atau sesuai ekspektasinya. Wisatawan merasa dimudahkan atau

tidak dengan adanya peran dari fasilitas pendukung akan

mempengaruhi kepuasan berkunjung wisatawan.

4) Kepuasan Wisatawan

Kepuasan adalah tingkat penasaran seseorang setelah

membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan

dengan harapan. Sikap puas atau tidak puas pada pelanggan

tercermin dalam perilaku mereka setelah menggunakan produk

jasanya atau berdasarkan pengalaman orang lain.

c. Definisi Operasional

Definisi
Variabel Definisi Konsep Indikator
Operasional
X1 Atraksi Atraksi adalah Taman
sesuatu yang Tebing Breksi
menjadi daya tarik Unik memiliki
dan dapat membuat keunikan
wisatawan terkesan atraksi
yang berupa rasa Taman
puas, rasa nyaman, Tebing Breksi
dan rasa nikmat Indah memiliki
pada wisatawan beragam
yang meilhatnya keindahan
atau Beragam Taman
melaksanankannya Tebing Breksi
26

memiliki
beragam
atraksi, tidak
hanya
.
pemandangan
melainkan
kesenian
Taman
Tebing Breksi
tidak hanya
Transportasi dapat
Beragam dijangkau
menggunakan
satu
Aksesibilitas
transportasi
adalah sarana yang
Sepanjang
X2 memberikan
Petunjuk arah jalan terdapat
Aksesibilitas kemudahan
jelas petunjuk arah
mencapai daeah
yang jelas
tujuan wisata.
Dapat Dapat
ditemukan menemukan
dengan mudah lokasi di
diinternet Google Maps
Tidak
Akses tidak
terdapat
macet
kemacetan
X3 Amenitas adalah Memudahkan
Amenitas fasilitas yang wisatawan
memungkinkan untuk
Restoran
pengunjung untuk mendapatkan
menginap atau makanan dan
berpartisipasi minuman
didalam suatu Ketersediaan
atraksi wisata serta
kebersihannya
Toilet
membuat
wisatawan
nyaman
Musholla Memudahkan
wisatawan
muslim untuk
beribadah
27

Memberikan
wisatawan
kemudahan
untuk
Toko oleh-oleh menemukan
oleh-oleh
khas daerah
wisata
tersebut
Atraksi,
aksesibilitas,
dan amenitas
yang dimiliki
Y1 Kepuasan Wisatawan Harapan tebing breksi
sesuai dengan
yang
diharapkan
wisatawan
Jasa maupun
produk di
Taman
Tebing Breksi
Kinerja
sesuai
kebutuhan
dan harapan
wsiatawan
Wisatawan
merasa puas
dan sesuai
dengan
harapan
sebelum
Perbandingan
maupun
sesudah
menggunakan
prduk atau
jasa di Taman
Tebing Breksi
Penegasan Wisatawan
merasa puas
terhadap
produk
28

barang dan
jasa di Taman
Tebing Breksi
Produk
barang dan
jasa di Taman
Ketidaksesuaian Tebing Breksi
sesuai dengan
harapan
wisatawan

6. Metode Pengumpulan Data

a. Jenis Instrumen

Sugiyono (2019:145) mengatakan instrumen penelitian digunakan

untuk mengukur nilai variabel yang di teliti. Bila dilihat dari sumber data,

maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sekunder

sebagai berikut :

1) Data Primer

Data primer menurut Sugiyono (2019:296) data primer adalah

sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul

data. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara :

a) Observasi

Menurut Sugiyono (2019:203) observasi merupakan suatu

proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai

proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting

adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Observasi


29

digunakan bila obyek penelitian bersifat perilaku manusia, proses

kerja, gejala alam, responen kecil (Sugiyono, 2019:175). Dalam

penelitian ini peneliti melakukan observasi kepada wisatawan

yang pernah berkunjung ke taman Tebing Breksi.

b) Kuesioner

Menurut Sugiyono (2019:199) kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya. Kuesioner dapat berupa pertanyaan-pertanyaan

tertutup atau terbuka yang dapat diberikan kepada responden

secara langsung atau dikirim melaui pos atau internet. Dalam

penelitian ini peneliti memberikan daftar pertanyaan kepada 100

responden yang pernah mengunjungi taman tebing breksi dengan

cara menyebarkan angket/kuesioner melalui Google Form.

Pengukuran variabel dalam penelitian ini dilakukan melalui

pengukuran masing-masing item pertanyaan. Skala

pengukurannya dengan menggunakan Skala Likert dengan 4

interval.

Tabel 3. 1
Skala Likert
No Alternatif Jawaban Bobot Nilai
30

1 SS (Sangat Setuju) 4
2 S (Setuju) 3
3 TS (Tidak Setuju) 2
4 STS (Sangat Tidak Setuju) 1
Sumber: Sugiyono (2019:147)

Dengan menggunakan skala likert maka variabel yang akan

diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator

tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk Menyusun item-item

instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan

(Sugiyono 2019:146).

c) Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2019:314) dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,

gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam

melakukan penelitian, peneliti medokumetasikan peneliti berupa

foto, rekaman video, atau data yang mendukung peneliti dalam

melakukan penelitian.

d) Studi Pustaka

Menurut Sugiyono (2019:291) menyatakan studi Pustaka

berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi lain yang terkait

dengan nilai, budaya dan norma yang berkembang pada situasi

sosial yang diteliti.

2) Data Sekunder
31

Menurut Sugiyono (2019:296) Data sekunder adalah sumber

yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,

misalnya lewat orang lain atau memberika dokumen. Pengumpulan

data sekunder dilakukan dengan cara :

a) Studi Pustaka

Studi pustaka adalah mempelajari buku-buku literature dan

bacaan lain yang dapat membantu untuk memecahkan masalah

dalam penelitian ini. Penelitian ini dalam pengambilan data

bersifat teori yang kemudian digunakan sebagai literatur

penunjang guna mendukung penelitian yang dilakukan.

b. Uji Kelayakan

1) Uji Validitas Instrumen

a) Uji Validitas

Penjelasan mengenai Validitas Instrumen menurut Santoso

dalam bukunya “Statistika Hospitalitas” (2017:61) Validitas

(validity) atau kesahihan yaitu berkaitan apakah alat ukur

(instrument riset) benar-benar mengukur secara tepat terhadap

sesuatu yang akan di ukur.

Menurut Arikunto (2010:211) dalam Aloysia Tita Rakasawi

(2021:40) Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat


32

kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang

sahih atau valid mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya,

instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Tinggi rendahnya validitas instrument menunjukkan sejauh mana

data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang

validitas yang dimaksud.

Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari

harga korelasi antara bagian-bagian alat ukur secara keseluruhan

dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor

total yang merupakan jumlah tiap skor butir, dengan rumus

Pearson Product Moment, yaitu:

rxy =n ∑ xy−¿ ¿ ¿

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi antara variabel x dan y

n : jumlah responden

∑ xy : jumlah perkalian skor item dan skor total

∑x : jumlah skor item

∑y : jumlah skor total

∑ x2 : jumlah kuadran skor item

∑ y2 : jumlah kuadran skor total

2) Uji Reliabilitas Instrumen


33

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa instrumen

yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh informasi yang

digunakan dapat dipercaya sebagai alat pengumpulan data dan mampu

mengungkap informasi yang sebenarnya dilapangan. Pengertian

reliabilitas menurut Ghozali (2018:45) dalam Aloysia Tita Rakasawi

(2021:41) reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner

yang merupakan indikator dari peubah atau konstruk. Suatu kuesioner

dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Reliabilitas suatu test merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi, daya

prediksi, dan akurasi. Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang

tinggi adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang reliabel.

Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban responden terhadap

peryataan adalah konsisten. Perhitungan reliabilitas dilakukan terhadap

butir pertanyaan atau pernyataan yang sudah valid. Rumus yang

digunakan adalah rumus croncbach alpha, sebagai berikut :

r=
k
(k −1){1−
m(k −m)
k .st2 }
Keterangan:

k : Jumlah item dalam indikator

m : Mean skor total

st2 : Varians total


34

Untuk dapat mengetahui apakah alat ukur terbut reliebel atau dapat

dilihat dari :

a) Jika nilai Alpha > 0,60 Maka Kuesioner atau Angket dinyatakan

Reliabel.

b) Jika nilai Alpha < 0,60 Maka Kuesioner atau Angket dinyatakan

tidak Reliabel atau tidak Konsisten

7. Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier

berganda. Regresi linier berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti

bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel

dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor

prediktor dimanipulasi (dinaikturunkan nilainya). Jadi, analisis regresi

berganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal 2

(Sugiyono, 2018).

Regresi linier berganda merupakan hubungan yang lebih dari dua variabel

karena sebenarnya hubungan antara variabel-variabel kebanyakan merupakan

hubungan regresional. Artinya bahwa tidak ada nilai Y tertentu untuk X dan

terdapat banyak kemungkinan nilai Y untuk nilai X karena nilai Y tersebut

dipengaruhi banyak variabel.

Analisis ini digunakan karena skala-skala yang digunakan pada

penelitian, yang merupakan interval ini termasuk kedalam statistik parameter.

Maka alat uji yang paling tepat untuk menguji variabel Independen (X)
35

dengan variabel dependen (Y) adalah menggunakan regresi linier berganda,

dimana hasil analisis tersebut akan didapat koefisisen regresi untuk setiap

variabel X1, X2, X3 kemudian dimasukkan dalam persamaan regresi linier

berganda dengan rumus sebagai berikut:

Y =α +b 1 X 1+ b2 X 2 + b3X3

Keterangan:

Y : kepuasan pengunjung
a : konstanta
X1 : Atraksi
X2 : Aksesibilitas
X3 : Amenitas
b 1 b2 b3 : koefisien regresi variabel bebas
Dari regresi diatas maka kita akan mencoba untuk menguji hipotesis

dengan cara uji:

a. Uji F Simultan

Pengujian hipotesis simultan yang digunakan untuk menguji statistik F

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Merumuskan hipotesis

Ho: b1, b2 = 0; tidak ada pengaruh daya tarik wisata terhadap

variabel Y

Ha : b1, b2 ≠ 0; ada pengaruh daya tarik wisata terhadap variabel Y

2) Menghitung uji statistik


36

Menghitung uji statistik karena hendak menentukan pengaruh

berbagai independen variabel secara bermacam-macam terhadap

variabel dependen. Menurut Sugiyono (2014:257) dirumuskan

sebagai berikut:

Rumus mencari F hitung adalah sebagai berikut:

R2 /k
F hitung =
( 1−R2 ) / ( n−k−1 )

Keterangan:

R : koefisien determinasi
k : jumlah pediktor
n : jumlah anggota sampel

Membandingkan hasil atau nilai f hitung dan f tabel dengan ketentuan:

Fhitung ≤ Ftabel berarti Ho diterima dan Ha ditolak

Fhitung ≥ Ftabel berarti Ho ditolak dan Ha diterima

3) Menentukan tingkat signifikan yaitu α = 5%, df = n – k – 1

df 1 =k

df 2 =n−k−1

Keterangan:

df 1 : Tingkat signifikan

n : Jumlah data deret waktu

k : Jumlah variabel independen


37

Tingkat signifikan tersebut digunakan untuk menggunakan daerah

penerima dan penolakan hipotesis.

b. Uji determinasi ( R2 )

Uji ini digunakan untuk menentukan sebagai besar variasi variabel terikat

yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas dengan ketentuan:

1) Jika R² semakin besar atau semakin mendekati 1, dapat dikatakan

bahwa variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat semakin

besar, hal ini berarti persamaan regresi yang dihasilkan semakin baik

untuk meramal nilai variabel terikat.

2) Jika R² semakin kecil atau semakin mendekati 0, dapat dikatakan

bahwa variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat semakin

kecil, hal ini berarti persamaan regresi yang dihasilkan semakin tidak

baik untuk meramalkan nilai variabel terikat.

3) Secara umum dapat dikatakan bahwa besarnya koefisien determinasi

berada diantara 0 dan 1 atau 0 < R² > 1.

c. Uji Statistik t

Pengujian hipotesis secara parsial dengan menggunakan uji t dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1) Merumuskan hipotesis

Ho : b1 = 0; tidak ada pengaruh daya tarik wisata dan fasilitas

terhadap Y
38

Ha : b1 ≠ 0; ada pengaruh daya tarik wisata dan fasilitas terhadap Y

2) Menentukan tingkat signifikan yaitu α = 5 %, df = n – 2 guna

menentukan t tabel.

3) Menghitung nilai t-hitung dengan paket komputer program SPSS,

program analisis regersi linier.

4) Membandingkan nilai t-hitung dengan tabel dengan ketentuan:

Thitung ≤ ttabel berarti Ho diterima dan Ha ditolak

Thitung ≥ ttabel berarti Ho ditolak dan Ha diterima

Menentukan nilai t-hitung paling besar untuk mencari yang paling

dominan berpengaruh terhadap variabel Y.


39

DAFTAR PUSTAKA

Hasan, A. (2013). Marketing dan kasus-kasus Pilihan Yogyakarta. (Center for


Academic Publishing Service).

Kotler, P.& Keller, K.L (2016). Marketing Management. England:Pearson

Muljadi A.J. (2012). Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: Raja Pindo Persada.

Santosa (2017). “Statistika Hospitalitas”. Yogyakarta: Deepublish.

Santosa & Hermawan, H. (2020). “Metodologi Penelitian Kuantitatif: Penelitian


Bidang Kepariwisataan”. Bandung: Penerbit Manggu.

Sugiama, A Gima. (2011). Ecotourism: Pengembangan Pariwisata Berbasis Konversi


Alam, Bandung: Gurdaya Intimatra.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kombinasi (mix methods), Bandung : Alfabeta.

Sugiyono (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung:Alfabeta.


Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D. Bandung:
Alfabeta.

Suwena, Widyatmaja. (2018). Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata, Denpasar:


Udayana University Press.

Tjiptono, Fandy (2014). Pemasaran Jasa-Prinsip, Penerapan, dan Penelitian.


Yogyakarta:Andi
Utama, I. G. B. R., & Mahahdewi, N. M. E. (2016). Faktor Penentu Wisatawan Eropa
Memilih Bali Sebagai Destinasi Pariwisata. Jurnal Kepariwisataan, 15(2), 66-
76.

Utama, I Gusti Bagus Rai (2017). Pemasaran Pariwisata. Yogyakarta:Andi


40

Jurnal

Amerta , I. G. N. O., & Budhiasa, I. G. S. (2014). Pengaruh Kunjungan Wisatawan


Mancanegara, Wisatawan Domestik, Jumlah Hotel dan Akomodasi lainnya
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Badung Tahun 2001-
2012. E-Jurnal EP Unud. Tersedia https://www.neliti.com/
publications/44408/pengruh-kunjungan-wisatawan-mancanegara-wisatawan-
domestik-jumlah-hotel-dan-akomodasi

Ferni Fera Ch. Wolah. (2016). “Peranan Promosi Dalam Meningkatkan Kunjungan
Wisatawan Di Kabupaten Poso” e-journal “Acta Diurna” Volume V. No.2.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurnakomunikasi/article/view/
11722/11315, diakses 12 maret 2022.

Hermawan, H. (2018). Metode Kualitatif Untuk Riset Pariwisata. Open Sciene


Framwork,22.
(https://www.researchgate.net/publication/322307031_Metode_Kualitatif_unt
uk_Riset_Pariwisata). Diakses 14 Februari 2022.

Ayu Lestari, Eka Fadilah. (2019). “Pengaruh Media Sosial, Daya Tarik, Dan
Aksesibilitas Terhadap Minat Berkunjung.” Skripsi Thesis, Universitas Alma
Ata Yogyakarta. http://elibrary.almaata.ac.id/id/eprint/1285, diakses 15 maret
2022.

Perundang-Undangan

Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 10 Tahun 2009, Tentang


Kepariwisataan.
41

Anda mungkin juga menyukai