Oleh:
UNIVERSITAS BINAWAN
Tahun 2022
HALAMAN PENGESAHAN
Proposal Pengabdian Masyarakat Tahun 2022
Ketua
a. Nama Lengkap : Mella Yuria RA, S.KM., M.Kes
b. NIDN : 0329048005
c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
d. Program Studi : Kebidanan
e. Alamat email : mella@binawan.ac.id
f. Telp/HP/faks : 08161647841
1
Jakarta, 26 Mei 2022
Mengetahui,
Menyetujui,
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
(NIDN: 0317038003)
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang berkat rahmatnya
kami dapat merampungkan penulisan proposal dalam rangka pengabdian kepada
masyarakat yang berjudul “Peningkatan Pengetahuan Tentang Pentingnya MPASI
Dalam Mencegah Stunting Di Masa Golden Age”.
Tema ini diambil sesuai dengan kondisi yang terjadi saat ini dimana
permasalahan stunting menjadi ancaman bagi status gizi bayi dan balita di
Indonesia dan seperti fenomena gunung es. Diharapkan dari terlaksananya
kegiatan ini dapat memberikan edukasi kepada ibu-ibu yang memiliki bayi
dibawah 6 bulan dalam menyiapkan pemberian MPSI yang berkualitas.
Tim pengabdi merasa proposal ini masih terdapat kekurangan, maka dari
itu kami memerlukan kritik maupun saran untuk meningkatkan proposal
pengabdian masyarakat ini.Atas perhatian dan dukungannya kami ucapkan terima
kasih.
Tim Pengabdi
3
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................3
Tim Pengabdi.....................................................................................................................3
DAFTAR ISI......................................................................................................................4
BAB I.................................................................................................................................4
1.3 Solusi..................................................................................................................8
BAB II.............................................................................................................................10
2.1 Stunting..................................................................................................................10
2.1.1 Definisi............................................................................................................10
2.1.3 Faktor Penyebab Stunting pada Anak Usia 6-24 Bulan Penyebab...................11
BAB III............................................................................................................................26
BAB V.............................................................................................................................31
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisa Situasi
Stunting merupakan permasalahan gizi kronis pada balita yang
ditandai dengan tinggi badan yang tidak sesuai dengan usianya. Efek
stunting tidak hanya berimbas bagi kesehatan tetapi juga berpengaruh
terhadap kecerdasan anak. Salah satu penyebab terjadinya stunting adalah
prosedur pemberian MPASI yang kurang tepat sehingga menyebabkan
pemenuhan nutrisi dan zat gizi pada balita tidak mencukupi secara kualitas.
(Lailatul Khusnul Rizkia, 2021)
Stunting tidak terjadi begitu saja, tetapi dimulai dari prakonsepsi
ketika seorang remaja menjadi ibu yang kurang gizi dan anemia. Lebih parah
lagi ketika ibu hamil dengan asupan gizi yang tidak memadai, terlebih lagi
ketika ibu tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang tidak memadai.
Gangguan kesehatan dan perkembangan janin yang disebabkan oleh
kurangnya asupan gizi (Fe, asam folat, hemoglobin) akan menyebabkan bayi
lahir dengan berat badan rendah Kurangnya kehadiran ibu dalam pelayanan
antenatak care selama kehamilan juga meningkatkan risiko berat badan lahir
rendah pada bayi 5. Stunting dapat dicegah dengan beberapa hal seperti
memberikan ASI Eksklusif, memberikan makanan yang bergizi sesuai
kebutuhan tubuh, membiasakan perilaku hidup bersi h, melakukan aktivitas
fisik, untuk menyeimbangkan antara pengeluaran energi dan pemasukan zat
gizi kedalam tubuh, dan memantau tumbuh kembang anak secara teratur.
Pemberian ASI eksklusif menurut Organisasi Kesehatan Dunia World
Health Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF)
merekomendasikan aturan menyusui adalah sebagai berikut: inisiasi
menyusui dalam satu jam pertama setelah melahirkan, ASI eksklusif selama
enam bulan pertama, dan ter us menyusui selama dua tahun dengan makanan
pendamping yang dimulai pada bulan keenam. ASI Eksklusif atau lebih
tepatnya pemberian ASI (Suradi Efendi, 2021).
5
Golden Age adalah masa keemasan bagi seorang anak yang berumur
0-6 tahun. Dimana pada masa ini adalah masa untuk anak usia dini untuk
mengekplorasi dengan semua yang mereka inginkan. Masa golden age
merupakan masa yang paling penting untuk membentuk karakter anak,
sementara itu tugas membentuk karakter seorang anak adalah tanggung
jawab orang tua karena anak terlahir dalam keadaan suci, dan orang tualah
yang akan menjadikan anak tersebut menjadi apapun seperti yang orang tua
harapkan.
Maria Montessori, seorang tokoh yang terkenal dengan model
pembelajaran anak usia dini, menyatakan bahwa pada rentang usia lahir
sampai 6 tahun anak mengalami masa keemasan yang merupakan masa
dimana anak mulai peka/sensitif menerima berbagai rangsangan. Selama
masa periode sensitif inilah, anak begitu mudah menerima stimulus-stimulus
dari lingkungannya. Usia emas perkembangan anak merupakan masa dimana
anak mulai peka untuk menerima berbagai stimulasi dan berbagai upaya
pendidikan dari lingkungannya baik disengaja maupun tidak disengaja. Masa
peka pada masing-masing anak berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan
dan perkembangan anak secara individual. Pada masa keemasan inilah
terjadi pematangan fungsifungsi fisik dan psikis sehingga anak siap
merespon dan mewujudkan semua tugas perkembangan yang diharapkan
muncul pada pola perilakunya sehari-hari.
Makanan pendamping air susu ibu (MPASI) merupakan makanan dan
minuman yang mengandung gizi yang diberikan pada bayi usia 6 bulan
sampai 24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizinya selain dari ASI
(Usmiati, 2015). Pemberian MPASI dini dapat mengakibatkan
keterlambatan gerak motorik kasar bayi. Riskesdas (2013) mengemukakan
jenis MPASI dini yang banyak diberikan adalah susu formula, madu, kelapa
muda, pisang, teh manis, kopi, air putih, air gula, bubur, nasi, dan air tajin.
Faktor yang mempengaruh pemberian MPASI dini antara lain adalah
pekerjaan, tingkat pengetahuan, tradisi, tingkat pendidikan, dan pendapatan.
6
Dalam rangka mempertahankan kekuatan ekonomi keluarga banyak
ibu terutama yang tinggal di daerah urban/rural bekerja membantu suami
mencari nafkah. Sehingga mereka mengalami kesulitan untuk menyusui
bayinya, dan lebih memilih memberikan PASI atau susu formula meskipun
ASI tetap diberikan. Pada kondisi yang lain agar bayi tidak lapar dan
menangis mereka memberikan makanan padat pada bulan-bulanpertama
kelahiran, seperti pisang, nasi yang dihaluskan, bubur tepung, campuran nasi
pisang dan sebagainya (Wiryo, 1998) yang identik dengan makanan
pendamping ASI (MPASI).
Penelitian yang dilakukan WHO (2006) di enam negara yaitu Brazil,
India, Gana, Norwegia, AS, Oman 49, 3 % telah memberikan MPASI dini
(Ahmad, 2008). Di Indonesia meskipun pemberian makanan pendamping
setelah bayi berumurkurang lebih empat bulan, namun pada kenyatannya
terutama di daerah urban atau rural, dimana makanan padat yang berupa nasi
dan pisang sudah diberikan sejak bayi baru lahir. Di beberapa daerah seperti
Madura, beberapa bayi sudah diberi makanan dalam minggu pertama. Telah
banyak penelitian yang menunjukkan bahwa pemberian makanan
pendamping diberikan terlalu dini. Menurut Soetjiningsih (1991) di Mengwi,
Bali tahun 1988 makanan tambahan telah diberikan pada usia 0-2 bulan
dengan presentase 70,3% dari porsi yang ada. Sedangkan menurut Setyowati
(1999) sekitar 41% bayi umur kurang dari 4 bulan selain diberi ASI juga
mendapat makanan tambahan pendamping ASI.
Menurut survei mikronutrien di 12 provinsi di Indonesia menunjukkan
bahwa kelompok usia 6-11 bulan mengonsumsi zat gizi lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh
Imtihanatun dkk. (2013) menyebutkan bahwa balita yang mendapatkan MP-
ASI tidak sesuai memiliki risiko 7,4 kali mengalami stunting dibandingkan
balita yang mendapatkan MP-ASI sesuai.
Pemberian makanan selain ASI yang terlalu dini dapat mengakibatkan
diare karena kebersihan yang kurang. Produksi ASI pun berkurang karena
anak sudah kenyang dan jarang menyusu. Selain itu menimbulkan alergi di
kemudian hari karena usus bayi masih mudah dilalui protein asing. Terlalu
7
lambat memberikan makanan pendamping juga tidak baik karena ASI saja
hanya bisa memenuhi kebutuhan bayi sampai 6 bulan. Sehingga pemberian
MPASI lebih dari itu kemungkinan bayi akan mengalami malnutrisi
(Soetjiningsih, 1991), jenis MPASI yang diberikan pada anak harus bertahap
kepadatannya disesuaikan dengan perkembangan umurnya sebab hal ini
disesuaikan dengan keadaan fisiologis bayi. Pemberian MPASI berarti
memberikan makanan lain sebagai pendamping ASI yang diberikan pada
bayi dan anak usia 6-24 bulan. Pemberian ASI secara eksklusif Selama enam
bulan pertama dan MPASI yang tepat merupakan upaya meningkatkan
kelangsungan hidup anak.
Berdasarkan data situasi diatas maka kami tertarik mengadakan
penyuluhan yang akan kami adakan di Kampus Universitas Binawan Jakarta
Timur, guna untuk meningkatkan pengetahuan ibu mengenai Pentingnya
pemberian MPASI bagi bayi usia diatas 6 bulan”.
Penyuluhan Kepada Masyarakat merupakan suatu media untuk
menjembatani dunia pendidikan dengan masyarakat, dimana Perguruan
Tinggi dihadapkan pada masalah bagaimana warga / masyarakat khususnya
masyarakat diwilayah binaan Universitas Binawan mampu mengatasi
masalah kesehatan yang ada di lingkungannya. Penyuluhan masyarakat
merupakan wahana tempat aplikasi ilmu kebidanan yang di kembangkan di
program studi D3 Kebidanan Universitas Binawan, dimana penyuluhan
terhadap masyarakat didasarkan pada visi dan misi institusi yang telah
ditetapkan sebagai Perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Penyuluhan
masyarakat yang dilakukan kerja sama antara dosen dan mahasiswa ini
dilakukan pada masyarakat bertempatan di Kampus universitas Binawan
Jakarta Timur, DKI Jakarta.
8
menilai derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap
pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas.
Berdasarkan hasil SSGI 2021, prevalensi stunting menunjukkan penurunan
dari 27,7% di tahun 2019 menjadi 24,4%. Namun, prevalensi underweight
mengalami peningkatan dari 16,3% menjadi 17%. Merujuk hasil Studi Status
Gizi (SSGI) Tahun 2021 yang dirilis Kementerian Kesehatan, angka stunting
di Jakarta saat ini 16,8 persen. Angka itu turun dari 20,0 persen
pada tahun 2019.
1.3 Solusi
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting di
masa golden age yaitu: Denga cara pemberian MPASI untuk bayi usia diatas
6bulan-2 tahun. Dari data di atas, penyebab tidak langsung dari terjadi
stunting yaitu kurangnya pengetahuan pentingnya pemberian Mpasi pada bayi
diatas 6bulan - 2 tahun, maka bidan sebagai tenaga kesehatan mempunyai
peranan penting dalam hal pemberian informasi tentang Pemberian MPASI,
Memberikan penyuluhan pada ibu akan sangat berguna untuk meningkatkan
pengetahuan ibu tentang pentingnya pemberian MPASI untuk mencegah
stunting di masa golden age, pemberian informasi atau nasehat yang ditujukan
pada individu, atau bahkan kelompok masyarakat.
9
2. Meningkatkan pengetahuan peserta tentang jenis jenis makanan yang
boleh dan tidak boleh dikonsumsi bayi .
Kegiatan ini diharapkan dapat terlaksana secara periodik guna
meningkatkan pengetahuan ibu tentang pentingnya pemberian MPASI bagi
bayi usia diatas 6 bulan”.
10
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Stunting
2.1.1 Definisi
Stunting atau malnutrisi kronik merupakan bentuk lain dari
kegagalan pertumbuhan. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan
linear yang disebabkan adanya kekurangan asupan zat gizi secara kronis
dan atau penyakit infeksi kronis maupun berulang yang ditunjukkan
dengan nilai Z-Score tinggi badan menurut usia (TB/U) kurang dari -2
standar deviasi (SD) berdasarkan standar World Health Organization
(WHO). Definisi lain menyebutkan bahwa pendek dan sangat pendek
adalah status gizi yang didasarkan pada indeks panjang badan menurut
usia (PB/U) atau tinggi badan menurut usia (TB/U) yang merupakan
padanan istilah stunted (pendek) dan severly stunted (sangat pendek).
Kategori status gizi berdasarkan indeks panjang badan menurut usia
(PB/U) atau tinggi badan menurut usia (TB/U) anak usia 0-60 bulan
dibagi menjadi sangat pendek, pendek, normal, dan tinggi. (normala,
2017)
11
menjadi tidak produktif yang akan mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan suatu bangsa.
2.1.3 Faktor Penyebab Stunting pada Anak Usia 6-24 Bulan Penyebab
Stunting sangat beragam dan kompleks, namun secara umum
dikategorikan menjadi tiga faktor yaitu faktor dasar (basic factors),
faktor yang mendasari (underlying factors), dan faktor dekat
(immediate factors). Faktor ekonomi, sosial, politik, termasuk dalam
basic factors; faktor keluarga, pelayanan kesehatan termasuk dalam
underlying factors sedangkan faktor diet dan kesehatan termasuk dalam
immediate factors.
Berikut ini merupakan faktor risiko stunting pada anak usia 6-12
bulan :
1) Asupan Makanan
12
merupakan salah satu faktor risiko stunting secara langsung.
Asupan makan yang dikonsumsi oleh anak usia 6-12 bulan terdiri
dari ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI (MP-ASI).
13
yang diterima bayi berkurang, padahal komposisi gizi ASI
pada 6 bulan pertama sangat cocok untuk kebutuhan bayi,
akibatnya pertumbuhan bayi akan terganggu. Praktik
pemberian MPASI pada anak usia dibawah dua tahun dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor
predisposisi yang meliputi pendapatan keluarga, usia ibu,
pekerjaan ibu, tingkat pendidikan ibu, dan jumlah balita
dalam keluarga; faktor pendorong yang meliputi
penyuluhan gizi, dukungan anggota keluarga, dan
dukungan kader posyandu dan petugas kesehatan; serta
faktor pendukung yaitu adanya partisipasi ibu ke posyandu.
14
relatif lebih besar. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan
perkembangan kecerdasannya, tubuhnya juga mengalami
perkembangan sehingga jenis makanan dan cara
pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya.
Oleh karena itu, pola makan anak baduta harus
sangat diperhatikan oleh pengasuh atau orang tua, dimana
porsi makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan
frekuensi yang sering.30 Kekurangan atau kelebihan zat gzi
pada periode usia 0-2 tahun umumnya bersifat ireversibel
dan akan berdampak pada kualitas hidup jangan pendek dan
jangka panjang. Kekurangan gizi pada anak dihubungkan
dengan defisiensi makronutrien dan mikronutrien.
b. ASI Eksklusif
15
menyusui dini (IMD) adalah pemberian ASI (air susu ibu)
pada 1 jam pertama atau <1jam setelah melahirkan dengan
cara kontak dengan kulit secara langsung.
16
kemungkinan mengalami gangguan pertumbuhan pada masa anak-
anak karena lebih rentan terhadap penyakit diare dan penyakit
infeksi.
4) Penyakit Infeksi
5) Pola Asuh
17
Kesehatan Indonesia tahun 2007 menunjukkan bahwa kurang dari
satu dari tiga bayi dibawah usia enam bulan diberi ASI eksklusif
dan hanya 42% anak usia 6-23 bulan menerima makanan
pendamping ASI (MPASI) yang sesuai dengan praktik-praktik
yang direkomendasikan tentang pengaturan waktu, frekuensi, dan
kualitas.
7) Pendidikan Ibu
18
suci, dan orang tualah yang akan menjadikan anak tersebut menjadi
apapun seperti yang orang tua harapkan.
Maria Montessori, seorang tokoh yang terkenal dengan model
pembelajaran anak usia dini, menyatakan bahwa pada rentang usia lahir
sampai 6 tahun anak mengalami masa keemasan yang merupakan masa
dimana anak mulai peka/sensitif menerima berbagai rangsangan.
Selama masa periode sensitif inilah, anak begitu mudah menerima
stimulus-stimulus dari lingkungannya. Usia emas perkembangan anak
merupakan masa dimana anak mulai peka untuk menerima berbagai
stimulasi dan berbagai upaya pendidikan dari lingkungannya baik
disengaja maupun tidak disengaja. Masa peka pada masing-masing
anak berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan anak
secara individual. Pada masa keemasan inilah terjadi pematangan
fungsifungsi fisik dan psikis sehingga anak siap merespon dan
mewujudkan semua tugas perkembangan yang diharapkan muncul pada
pola perilakunya sehari-hari.
19
berbagai macam bunyi, termasuk p, b dan m, tertawa,
menyuarakan kegembiraan danperasaan tidak senang, dan
mendenguk ketika sendirian dan ketika bermain bersamamu)
3) 7 months to 1 Years (7 bulan sampai 1 tahun)
Babbling has both long and short groups of sounds, such as
‘tata upup bibibibi’, use speech or noncrying sounds to get and
keep attention, uses gestures to communicate (e.g., waving,
holding arms to be picked up), imitates different speech sounds,
and has one or two words (e.g., hi, dog, dada, mama) around
first birthday, although sounds may not be clear. (Babbling
memiliki bunyi yang panjang dan pendek, seperti ‘tata upup
bibibibi’, bicara atau seperti menangis untuk mendapatkan
perhatian, menggunakan gerak isyarat untuk berkomunikasi
(seperti melambai, memegang lengan untuk diangkat,
menirukan bunyi yang berbeda, dan memilikisatu atau dua kata
seperti hi, dog, dada, mama yang berada di sekitarnya sejak
lahir, meskipun bunyinya belum terlalu jelas).
4) 1 to 2 Years (1 sampai 2 tahun)
Says more words every month, uses some one-or two-word
questions (e.g., “Where kitty?” “Go bye-bye?” “What’s
that?”), puts two words together (e.g., “more cookie,” “no
juice”. “mommy book”), and uses many different consonant
sounds at the beginning of words. (bayi sudah bisa mengatakan
banyak kata di setiap bulannya, menggunakan satu atau dua
kata untuk bertanya, (seperti “Dimana kitty?” “Bay-bay” “Apa
itu”), mengambil dua kata secara bersama (seperti “kuenya
lagi” “tidak ada jus” ‘ibu, buku”), dan menggunakan banyak
bunyi konsonan yang berbeda di awal kata).
5) 2 to3 Years (2 sampai 3 tahun)
Has a word for almost everything, use two or three words to
talk about and ask for things, uses k, g, f, t, d, and n sounds,
speech is understood by familiar listeners most of the time, and
often asks for or directs attention to objects by naming them.
20
(Memiliki kata untuk setiap hal, menggunakan dua atau tiga
kata untuk berbicara atau bertanya terkait sesuatu dengan
menggunakan bunyi k, g, f, t, d dan n, bisa memahami
pembicaraan orang yang dikenal sepanjang waktu dan
seringkali bertanya terkait benda yang menarik perhatiannya).
21
Tujuan pemberian makanan pendamping ASI yaitu untuk
menambah energi kepada bayi serta memenuhi kebutuhan tubuh bayi
dan juga untuk mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah
dan menelan.
22
World Health Organization (WHO) merekomendasikan 4 hal
penting yang harus dilakukan yaitu; pertama memberikan air susu ibu
kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua
memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga
memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) sejak bayi berusia 6
bulan sampai bayi berusia 24 bulan dan keempat meneruskan ASI
sampai anak berusia 2 tahun(Depkes RI, 2012). Cara pemberian
MPASI harus di berikan secara berhati-hati dan memperkenalkan
makanan satu persatu sampai bayi benar-benar menerimanya.
Dalam pemberian makanan pendamping ASI terdapat beberapa
pola pemberian MPASI yang di jelaskan menurut para ahli sebagai
berikut. Pemberian makanan pendamping ASI hanya bisa diberikan
pada saat anak berusia 6 tahun keatas, pada usia 6 bulan diberikan
jenis makanan yang lumat dan halus (bubur tepung beras) yang dibuat
encer dan disaring dengan frekuensi makan 2-3 kali sehari, pada usia
7-9 bulan diberikan makanan lembut (bubur dari beras utuh) yang di
lumatkan dengan cairan dengan frekuensi makan 2-3 kali sehari
ditambah cemilan atau makanan selingan sehat 1-2 kali, pada usia 10-
12 bulan diberikan makanan lembut yang lebih padat (nasi) biasanya
dilembutkan dengan frekuensi makan 3-4 kali sehari dapat ditambah
cemilan atau selingan sehat 1-2 kali, pada usia 12 bulan-2 tahun
diberikan makanan yang dimakan keluarga dengan bumbu yang tidak
terlalu tajam, bila perlu dihaluskan dengan frekuensi 3-4 kali di
tambah makanan selingan 1-2 kali (Yudith & Palupi, 2015)
Setiap kali makan, berilah makanan pendamping ASI dengan
takaran sesuai usia bayi yaitu, pertama pada umur 6 bulan berilah 6
sendok makan, kedua pada umur 7 bulan berilah 7 sendok makan, ke
tiga pada umur 8 bulan berilah 8 sendok makan, dan pada umur 9
bulan berilah 9 sendok makan(Anggraeni, 2011). Berdasarkan
penjelasan menurut para ahli tentang pola pemberian MPASI yaitu
harus di sesuaikan dengan usia bayi mulai dari jenis makanan dan
porsi makan.
23
2.3.5 Jenis – Jenis Makanan yang Boleh di Konsumsi Oleh Bayi
Selain pola pemberian MPASI pada paragraf ini akan membahas
tentang makanan yang boleh di konsumsi dikonsumsi bayi. Syarat-
syarat makanan bayi yang sehat yaitu jenis makanan bayi harus
memenuhi cakupan energi seperti bahan-bahan masakan (beras, buah,
daging, gula dll), makanan harus memenuhi semua zat gizi yang di
butuhkan bayi, Porsi makan harus disesuaikan dengan kemampuan
makan bayi, memperhatikan kebersihan individu dan lingkungan,
kebersihan bayi harus dijaga agar bayi tidak terkena penyakit
(Anggraeni et al., 2019)
Pemberian MPASI dengan tepat dan benar akan mendukung
tumbuh kembang bayi baik kognitif psikomotorik dan menumbuhkan
kebiasaan makan yang baik (Muthmainnah, 2010). Pemberian MPASI
harus dilihat sesuai jenis makanan bayi yang sesuai dengan cakupan
energi bayi, ketepatan waktu serta usia bayi. Pemberian makanan pada
bayi usia 0-6 bulan yaitu hanya ASI tanpa makana atau minuman
tambahan lain, pada bayi usia 6 bulan diberikan makanan lumat
seperti bubur saring dengan frekuensi 2-3 kali sehari dengan jumlah 2-
3 sendok makan (30-45 ml) setiap aktu makan, pada bayi 7-9 bulan di
berikan makanan lembut seperti bubur dari beras utuh, bubur atau
kentang kukus dilumutkandengan cairan dengan frekuensi makan 2-3
kali sehari bisa ditambah cemilan atau makanan selingan sehat 1-2
kali dengan jumlah 2-3 sendok makan setiap waktu makan, pada bayi
usia 10-12 bulan di berikan makanan lembut yang lebih padat seperti
nasi tim biasa yang dilembutkan dan ditambah cemilan sehat seperti
biscuit dengan frekuensi makan 3-4 kali sehari, cemilan 1-2 kali sehari
dan pada bayi 12-24 bulan diberikan makanan yang biasa dimakan
oleh keluarga denga bumbu yang tidak terlalu tajam dan dihaluskan
seperlunya dengan frekuensi makan 3-4 kali sehari ditambah selingan
cemilan sehat 1-2 kali sehari (Yudith & Palupi, 2015)
24
2.3.6 Jenis Makanan yang Tidak Boleh di Konsumsi Oleh Bayi
Selain makanan yang boleh dikonsumsi bayi menurut beberapa
para ahli ada juga makanan-makanan yang harus dihindari oleh bayi.
Makanan Pendamping ASI yang tidak di bolehkan untuk dikonsumsi
yaitu makanan yang terlalu berlemak, manis, asin, memakai banyak
penyedap rasa, pewarna, pengawet, makanan terlalu pedas dan buah –
buahan yang mengandung gas seperti durian dll (Fanny, 2012).
Bayi yang mengkonsumsi makanan mengandung banyak protein
akan mengalami masalah pada ginjalnya, sebab makanan yang tidak
sesuai dengan kandungan gizi dan usia bayi akan memperberat kerja
ginjal bayi, selain itu makanan laut seperti udang, ikan, cumi-cumi,
lobster atau litam jenis makanan ini tidak di anjurkan sebab makanan
ini berpotensi menimbulkan alergi pada bayi, susu sapi murni juga
tidak di anjurkan untuk dikonsumsi oleh bayi, sebab pencernaan bayi
belum mampu menerima protein serta kafein yang terkandung dalam
susu sapi, (Anggraeni, 2011)
Jenis makanan bayi juga perlu diperhatikan, karena makanan
yang salah dikonsumsi oleh bayi akan menyebabkan gangguan pada
organ- organ tertentu seperti usus, ginjal dll.
25
kurang dari enam bulan sudah diberi susu full cream maka bayi bisa
mengalami diare karena usus belum bisa mencerna kadar laktosa yang
terlalu tinggi (Boldini et al., 2015) Apabila bayi diberikan makanan
pendamping ASI yang tidak baik akan mempengaruhi proses
pertumbuhan pada bayi dan juga menyebabkan kerusakan pada organ-
organ bayi.
26
BAB III
METODE PELAKSANAAN
27
Tabel 1
Materi Kegiatan Pengabdian Masyarakat
a. Pembuka
Tim
1. Pendahuluan b. Perkenalan
Pengabdi
c. Pre test
Tim a. Penutupan
3. Penutupan
Pengabdi b. Post test
28
3.1.2. Kerangka Pemecahan Masalah
Penyelesaian/aksi:
29
Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat dengan tema pemberian
MPASI pada usia golden age menyampaikan beberapa materi antara lain
pengertian MPASI, tujuan MPASI, syarat-syarat MPASI, jenis-jenis
MPASI,dan cara pengolahan MPASI.
30
BAB IV
ORGANISASI, BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1. Organisasi
4.2. Biaya
Biaya yang digunakan untuk penyluhan ini sebesar Rp.500.000 yang
digunakan untuk pembuatan media,l eflet dan fotocopy kuesioner serta untuk
pembelian cinderamata.
5. Pemberian materi
6. Evaluasi kegiatan
31
BAB V
PENUTUP
Mengetahui,
32
DAFTAR PUSTAKA
33