Oleh :
Jln. Pintu Air IV Pasar 8 Kelurahan. Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor
Medan-20142Telp. 8367405-Fax : 8367405www.mitrahusada.ac.id
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan 2020
dan Anak dengan Kondisi Rentan
A. Visi
“Mewujudkan STIKes Mitra Husada Medan Sebagai Pusat Penyelenggaraan
Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Di Bidang Kesehatan yang Unggul
Dalam Service Excellent yang Berintegritas Tinggi dan Berdaya Saing di Tingkat
Nasional dan Tahun 2030”
B. Misi
A. Visi
“Menjadikan Progra Studi Kebidanan Sarjana Kebidanan Sebagai Pusat
Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Di Bidang Kebidanan yang Unggul
Dalam Service Excellent yang Inovatif, Berintegritas Tinggi dan Berdaya Saing di
Tingkat Nasional dan Tahun 2030”
B. Misi
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
hidayah Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan bahan ajar Asuhan Kebidaan Pada
Perempuan dan Anak dengan Kondisi Rentan. Modul ini diperuntukan bagi pegangan
mahasiswa di semester II Program Studi Kebidanan Program Sarjana STIKes Mitra
Husada Medan.
Modul ini disusun dengan tujuan untuk memudahkan mahasiswa pada proses
pembelajaran khususnya Asuhan Kebidaan Pada Perempuan dan Anak dengan Kondisi
Rentan. Diharapkan modul ini menjadi bahan pembelajaran bagi mahasiswa yang
melaksanakan pembelajaran Kebidanan Program Sarjana STIKes Mitra Husada Medan.
Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu penyusunan bahan ajar ini.
Kami menyadari bahwa modul ini belum sempurna, untuk itu penyusun
mengharapkan masukan demi kesempurnaan modul Asuhan Kebidaan Pada Perempuan
dan Anak dengan Kondisi Rentan. Semoga modul ini dapat bermanfaat.
KONTRAK PERKULIAHAN
Pada Mata Kuliah ini mahasiswa mampu melakukan tentang asuhan kebidanan
perempuan dan anak dengan Kondisi rentan yaitu konsep kelompok rentan yang terdiri
dari remaja perempuan, perempuan hamil, perempuan menyusui, penyandang
disabilitas, serta anak merancang cara asuhan pada remaja dan primenopause,
mengevaluasi stimulasi dan seteksi dini serta memberikan intervensi dini pada
gangguan pertumbuhan dan perkembangan reproduksi remaja, melakukan anticipatory
guidance,dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada perempuan dan anak kondisi
rentan.
B. Bobot SKS dan Lama Praktik Klinik
1. Bobot SKS : 2 SKS
2. Lama Praktik Klinik
a. 96 jam (selama 14 hari = 2 minggu 2 hari dengan asumsi lama praktik enam hari
dinas dalam satu minggu selama 7 jam tiap kali dinas/jaga)
b. Dinas/jaga : pagi (pukul 07.00 – 14.00), siang 14.00-21.00 dan malam 21.00 –
07.00 atau disesuaikan dengan lahan praktik
C. Tempat Praktik
Praktik Klinik asuhan kebidanan pada perempuan dan anak kondisi rentan di laksanakan
di Rumah sakit, Klinik, Puskesmas yang didaskan pada ketersediaan kasus sesuai
kompetensi yang dicapai, ketersediaan pembimbing klinik yang sesuai standar. Jenis
ruangan yang digunakan adalah ruangan yang memungkinkan peserta didik mempelajari
tentang proses asuhan kebidanan pada perempuan dan anak kondisi rentan pada kasus
tertentu sesuai dengan lingkup kompetensi yang dimaksud diatas dengan pendekatan
praktik asuhan kebidanan yang bercirikan terapi komplementer. budaya di tatanan
pelayanan kesehatan dan komunitas).
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan 2020
dan Anak dengan Kondisi Rentan
D. Standar Kompetensi
Standar kompetensi asuhan kebidanan pada perempuan dan anak kondisi rentan adalah
sebagai berikut:
1. Prinsip umum penanganan awal pada perepuan dan anak dengan kondisi rentan dengan
service excellent
2. Asuhan kebidanan pada perempuan dan anak kondisi rentan
3. Pendokumentasian, pencatatan, dan pelaporan dalam manajemen asuhan kebidanan pada
asuhan kebidanan pada perempuan dan anak kondisi rentan dan membuat surat rujukan
E. Kompetensi Khusus
1. Konsep kelompok rentan
2. Kebutuhan khusus pada permasalahan fisik
a. Masalah disabilitas
b. Kelainan genetik
c. Perbedaan ras
d. Usia anak (<21 tahun)
3. Kebutuhan khusus pada permasalahan psikologis
a. Kehamilan akibat pemerkosaan
b. KDRT
c. Trauma persalinan sebelumnya
d. Kelainan mental/jiwa
e. Riwayat kehilangan dan kematian (Grief and bereavement)
f. Kehamilan tidak diiinginkan (unwanted pregnancy, gagal KB)
4. Kebutuhan khusus pada permasalahan geografi
a. Lingkungan berpolusi
b. Lingkungan dataran tinggi dan rendah
c. Lingkungan radiasi
d. Tenaga kesehatan (rontgen, lab dll)
5. Kebutuhan khusus pada permsalahan ekonomi
a. Kemiskinan
b. Anak banyak
6. Kebutuhan khusus pada permalahan social
a. Kehamilan dalam penjara
b. Single parent
c. LGBT
d. Ibu pengganti (surrogate mother)
e. Pekerja seks komersial
7. Kebutuhan khusu pada permsalahan budaya
a. Pemilihan jenis kelamin anak
b. Vaginal birth after caesarean (590-600 buku Cunningham, dkk. 2009. Obstetri
Williams Edisi 23 Volume 1. Jakarta : EGC)
c. Persiapan persalinan dan kelahiran pada kebutuhan khusus
d. Perawatan anak pada ibu berkubutuhan khusus
e. Promosi kenormalan pada ibu dengan berkubutuhan khusus
f. Asuhan pada perempuan berkebutuhan khusus
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan 2020
dan Anak dengan Kondisi Rentan
G. Tugas – Tugas
Untuk meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa, maka kebijakan diterapkan 6
(enam) bentuk penugasan sebagai berikut: (1) Tugas Rutin (TR), (2) Critical Book
Report (CBR), (3) Critical Research Review (CRR)/ Critical Journal Review (CJR),
(4) Mini Research (MR), (5) Rekayasa Ide dan (6) Project (PR).
H. Kriteria Penilaian
I. Jadwal Perkuliahan
Terlampir
K. Konsekuensi
Kesepakatan antara dosen dan mahasiswa selama perkuliahan:
L. Lain – Lain
Apabila ada hal – hal yang diluar ksepakatan ini untuk perlu disepakati dapat
dibicarakan secara teknis pada saat setiap acara perkuliahan. Apabila ada perubahan
isi kontrak perkuliahan akan ada pemberitahuan terlebih dahulu.
M. Sumber
Utama :
1. Susanti, Nengah. 2016. Psikologi Kehamilan. Jakarta : EGC
2. Riyanti. 2018. Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan. Malang : Wineka Media
3. Cunningham, dkk. 2009. Obstetri Williams Edisi 23 Volume 1. Jakarta : EGC
4. Murray dan Mc Kinney, (2022). Maternal-Child Nursing, Sixth Edition. Library of
Congress Control Number : 2021940645 Elsevier
5. Andono, Riris, dkk, (2020), Buku Teks Epidemiologi untuk Kesehatan Masyarakat.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Modul ini sebagai penuntun dalam proses pembelajaran, sangat penting untuk dipelajari karena akan
sangat berkaitan dengan materi berikutnya dalam mata kuliah Asuhan kebidanan pada remaja dan
perimenopause. Nah, untuk dapat memahami uraian materi dalam modul ini dengan baik, maka ikuti
petunjuk dalam penggunaan modul ini, yaitu:
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini sampai Anda memahami betul apa, untuk apa
dan bagaimana mempelajari modul ini.
2. Bacalah modul ini secara teratur dimulai dari Kegiatan Belajar I, dengan mengikuti setiap
materi-materi yang dibahas,temukan kata kunci dan kata-kata yang dianggap baru. Carilah arti
dari kata-kata tersebut dalam kamus anda.
3. Carilah informasi sebanyak-banyaknya tentang materi modul untuk lebih memahami materi
yang anda pelajari
4. Pada akhir kegiatan belajar akan ada latihan untuk menguji pemahaman anda mengenai materi
yang telah dibahas. Apabila pemahaman anda belum mencapai sedemikian, maka anda
ditugaskan kembali untuk mempelajari materi yang terkait hingga memahami sehingga dapat
melanjutkan pada kegiatan belajar berikutnya.
5. Lakukan simulasi keterampilan dengan tepat dan sistematis sesuai dengan panduan
6. Apabila anda hasil evaluasi menyatakan anda mampu melakukan dengan tepat dan sistematis
maka anda telah menyelesaikan kegiatan pembelajaran pada modul ini.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................
Visi Misi STIKes Mitra Husada Medan............................................................
Visi Misi Prodi Kebidanan Program Sarjana Kebidanan...............................
Daftar isi...............................................................................................................
BAB 1 : PERUBAHAN ANATOMI DAN FISIOLOGI REMAJA................
A. Pendahuluan.............................................................................................
B. Penyajian Materi
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
A. Capaian Pembelajaran
Sikap
1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religious;
2. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama, moral
dan etika
3. Menginternalisasi nilai budaya Pacer dalam melaksanakan asuhan kebidanan
4. Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam konteks
pengembangan atau implementasi ilmu peng tahuan dan teknologi yang memperhatikan dan
menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang keahliannya;
5. Mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian masalah di bidang
keahliannya, berdasarkan hasil analisis informasi dan data
Pengetahuan
1. Menguasai konsep teoritis ilmu obstetri dan ginekologi, serta ilmu kesehatan anak secaraumum
2. Menguasai konsep dasar, prinsip, dan teknik bantuan hidup dasar (basic life support) dan pasien
safety
3. Menguasai prinsip hukum peraturan dan perundang-undangan yang terkait dengan pelayanan
kebidanan secara umum
4. Menguasai konsep teoritis komunikasi efektif, pendidikan kesehatan, promosi kesehatan dan
konseling serta penggunaan teknologi dan sistem informasi dalam pelayanan kebidanan secara
mendalam
5. Menguasai konsep asuhan kebidanan bercirikan terapi komplementer secara mendalam
Keterampilan Umum
1. Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, inovatif dalam konteks pengembangan
atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai
humaniora yang sesuai dengan bidang keahliannya;
2. Mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian masalah di bidang
keahliannya, berdasarkan hasil analisis informasi dan data
3. Mampu meningkatkan keahlian keprofesiannya pada bidang yang khusus melalui pelatihan
dan pengalaman kerja yang service excellent khususnya pelayanan terapi komplementer
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Keterampilan Khusus
1. Mampu mengidentifikasi secara kritis penyimpangan/kelainan sesuai lingkup praktik kebidanan
2. Mampu mendemonstrasikan tatalaksana konsultasi, kolaborasi dan rujukan
3. Mampu mendemonstrasikan penanganan awal kegawatdaruratan maternal neonatal sesuai
standar mutu yang berlaku
4. Mampu melakukan pencegahan, pasien safety dan upaya bantuan hidup dasar
5. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan sesuai standar yang berlaku
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
PENDAHULUAN
Pada Mata Kuliah ini mahasiswa mampu melakukan tentang asuhan kebidanan remaja
dan perimenopause yaitu konsep kesehatan reproduksi pada remaja, asuhan kebidanan yang
holistic ,pendekatan dalam asuhan serta melakukan promosi di bidang kesehatan reproduksi
remaja, perubahan fisiologis pada perimenopause dan deteksi dini masalah kesehatan pada
perimenopause serta mampu mengambil keputusan dalam memberikan asuhan kebidanan
kesehatan remaja dan perimenopause, merancang cara asuhan pada remaja dan primenopause,
mengevaluasi stimulasi dan seteksi dini serta memberikan intervensi dini pada gangguan
pertumbuhan dan perkembangan reproduksi remaja, melakukan anticipatory guidance,
merancang konsep perencanaan keluarga dengan menerapkan konsep Pendewasaan Usia
Perkawinan (PUP) dan Program Genre, merancang KIE, education perencanaan keluarga bagi
remaja, mengaplikasikan senam dismenorea sebagai terapi komplementer dalam asuhan
kebidanan pada remaja dan perimenopause, dan melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan
pada remaja dan perimenopause.
Mata kuliah media pembelajaran ini merupakan salah satu mata kuliah yang berperan
didalam pembentukan keprofesionalan calon bidan, oleh karena itu mahasiswa perlu dibekali
dengan berbagai teori belajar dan pembelajaran. Keterampilan dasar bidan dan berlatih
menggunakan teori-teori yang ada. Pemanfaatan media pembelajaran yang relevan dalam kelas
dapat menoptimalkan proses pembelajaran. Bagi dosen, media membantu memotivasi peserta
belajar aktif. Bagi mahasiswa, media dapat menjadi jembatan untuk berpikir kritis dan berbuat.
Dengan demikian media dapat membantu tugas dosen dan mahasiswa mencapai kompetensi
dasar yang ditentukan agar media pembelajaran dapat dimanfaatkan dengan baik, dosen perlu
mengetahui kebutuhan pembelajaran dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi mahasiswa
tentang materi yang akan diajarkan. Terkait dengan itu, media perlu dikembangkan berdasarkan
relevansi, kompetensi dasar, materi dan karakteristik mahasiwa. Dosen dapat berperan sebagai
kreator yaitu menciptakan dan memanfaatkan media yang tepat, efisien, dan menyenangkan bagi
mahasiswa.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
MODUL 1
Konsep Kelompok Rentan
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
PENDAHULUAN
Setelah membaca modul ini, mahasiswa Kebidanan prodi Sarjana Stikes Mitra Husada Medan
mampu:
1. Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas pekerjaannya dalam memberikan pelayanan dan
asuhan kebidanan.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
URAIAN
MATERI
A. Pengertian
Kelompok rentan adalah perempuan, termasuk remaja perempuan, perempuan hamil,
perempuan menyusui, penyandang disabilitas, serta anak. Kesiapsiagaan masyarakat perlu
dilihat sebagai upaya penting dalam meminimalisasi risiko bencana terhadap kelompok
rentan.
Pengertian Kelompok Rentan tidak dirumuskan secara eksplisit dalam peraturan
perundang-undangan, seperti tercantum dalam Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang No.39
Tahun 1999 yang menyatakan bahwa setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat
yang rentan berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan dengan
kekhususannya. Dalam Penjelasan pasal tersebut disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
kelompok masyarakat yang rentan, antara lain, adalah orang lanjut usia, anakanak, fakir
miskin, wanita hamil dan penyandang cacat.
a) Anak
Berbagai batasan anak dapat ditemukan dalam beberapa peraturan perundangan yang
berlaku di Indonesia, namun pada prinsipnya keragaman batasan tersebut mempunyai implikasi
yang sama yaitu memberikan perlindungan pada anak. Menurut Pasal 1 ayat 1 UU Nomor 23
Tahun 2002, "Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas tahun) termasuk
anak yang masih dalam kandungan". Sedangkan menurut Pasal 1 KHA / Keppres No.36 Tahun
1990 "anak adalah setiap orang yang berusia dibawah 18 tahun kecuali berdasarkan UU yang
berlaku bagi yang ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal". Disamping itu menurut
pasal 1 ayat 5 UU No.39 Tahun 1999 Tentang HAM, "anak adalah setiap manusia yang berusia
dibawah 18 tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal
tersebut adalah demi kepentingannya". Berbagai pelanggaran terhadap hak-hak anak yang masih
sering terjadi, tercermin dari masih adanya anak-anak yang mengalami abuse, kekerasan,
eksploitasi dan diskriminasi. Hal yang menarik perhatian untuk dibahas di dalam makalah ini
adalah pelanggaran Hak Asasi yang menyangkut masalah Pekerja Anak, Perdagangan Anak
untuk tujuan pekerja seks komersial, dan anak jalanan. Masalah pekerja anak merupakan isu
sosial yang sukar dipecahkan dan cukup memprihatinkan karena terkait dengan aspek sosial,
ekonomi, dan budaya masyarakat. Jumlah anak umur antara 10 sampai 14 tahun sebanyak 20,86
juta jiwa, termasuk anak yang sedang bekerja dan yang mencari pekerjaan sebesar 1,69 juta jiwa.
Pada dekade terakhir, anak umur antara 10 sampai 14 tahun yang bekerja telah mengalami
penurunan, namun pada tahun 1998-1999 mengalami peningkatan dibandingkan 4 tahun
sebelumnya, sebagai konsekuensi dari krisis multidimensional yang menimpa Indonesia.
Lapangan pekerjaan yang melibatkan anak, antara lain, dibidang pertanian mencapai 72,01 %,
industri manufaktur sebesar 11,62%, dan jasa sebesar 16,37%.
informal setempat misalnya untuk mendapat KTP atau memalsukan umur anak. Fenomena sosial
anak jalanan terutama terlihat nyata di kota-kota besar terutama setelah dipicu krisis ekonomi di
Indonesia sejak lima tahun terakhir. Hasil kajian Departemen Sosial tahun 1998 di 12 kota besar
melaporkan bahwa jumlah anak jalanan sebanyak 39.861 orang dan sekitar 48% rnerupakan
anak-anak yang baru turun ke jalan sejak tahun 1998. Secara nasional diperkirakan terdapat
sebanyak 60.000 sampai 75.000 anak jalanan. Depsos mencatat bahwa 60% anak jalanan telah
putus sekolah (drop out) dan 80% masih ada hubungan dengan keluarganya, serta sebanyak 18%
adalah anak jalanan perempuan yang beresiko tinggi terhadap kekerasan seksual, perkosaan,
kehamilan di luar nikah dan terinfeksi Penyakit Menular Seksual (PMS) serta HIV/AIDS.
Umumnya anak jalanan hampir tidak mempunyai akses terhadap pelayanan pendidikan,
kesehatan dan perlindungan. Keberadaan mereka cenderung ditolak oleh masyarakat dan sering
mengalami penggarukan (sweeping) oleh pemerintah kota setempat.
b) Kelompok Perempuan Rentan
Dalam Penjelasan Pasal 5 ayat (3) Undang-undang No.39 tahun 1999 disebutkan bahwa
yang termasuk kelompok rentan adalah orang lansia, anak-anak, fakir-miskin, wanita hamil, dan
penyandang cacat. Oleh karena itu secara eksplisit hanya wanita hamil yang termasuk Kelompok
Rentan. Kamus Besar Bahasa Indonesia6 merumuskan pengertian rentan sebagai : (1) mudah
terkena penyakit dan (2) peka, mudah merasa. Kelompok yang lemah ini lazimnya tidak sanggup
menolong diri sendiri, sehingga memerlukan bantuan orang lain. Selain itu, kelompok rentan
juga diartikan sebagai kelompok yang mudah dipengaruhi. Pengertian kedua merupakan
konsekuensi logis dari pengertian yang pertama, karena sebagai kelompok lemah sehingga
mudah dipengaruhi.
Secara empiris Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) sudah lama berlangsung dalam
masyarakat, hanya secara kuantitas belum diketahui jumlahnya, seperti kekerasan suami terhadap
istri atau suami terhadap pembantu rumah tangga perempuan. Bentuk kekerasannyapun beragam
mulai dari penganiayaan, pemerkosaan dan sebagainya. Disamping itu pemenuhan hak kaum
perempuan yang rentan tidak hanya terbatas kepada perlindungan dalam rumah tangga, tetapi
juga berhubungan dengan reproduksi perempuan. Secara sosiologis sebagian besar kaum
perempuan masih sangat dibatasi oleh budaya masyarakat, dimana peran tradisional masih
melekat kuat, yang mengindikasikan bahwa perempuan tidak lebih sebagai isteri atau ibu rumah
tangga semata.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Dalam kehidupan masyarakat, kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga dianggap
sebagai hal yang biasa dan wajar. Hal ini tercermin dalam kasus penganiayaan terhadap isteri
yang diartikan sebagai bentuk pengajaran. sehingga kekerasan itu akan berlanjut terus tanpa
seorangpun mencegahnya. Kekerasan dalam bentuk penganiayaan dalam lingkungan keluarga
maupun dalam masyarakat merupakan suatu pelanggaran hukum sebagaimana telah diatur dalatn
Kitab Undang-undang Hukum Pidana berikut sanksinya.
c) Penyandang Cacat
Menurut Undang-undang No.4 tahun 1997 yang dimaksud dengan penyandang cacat
adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan atau mental, yang dapat mengganggu
atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya.
Dari sisi pengelompokkannya, maka penyandang cacat dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga)
hal: (a) Penyandang cacat fisik;
(b) Penyandang cacat mental;
(c) Penyandang cacat fisik dan mental.
d) Kelompok Minoritas
Definisi mengenai kelompok minoritas sampai saat ini belum dapat diterima secara
universal. Namun demikian yang lazim digunakan dalam suatu negara, kelompok minoritas
adalah kelompok individu yang tidak dominan dengan ciri khas bangsa, suku bangsa, agama,
atau bahasa tertentu yang berbeda dari mayoritas penduduk. Minoritas sebagai 'kelompok' yang
dilihat dari jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk lainnya dari negara
bersangkutan dalam posisi yang tidak dominan. Keanggotaannya memiliki karakteristik etnis,
agama, maupun bahasa yang berbeda dengan populasi lainnya dan menunjukkan setidaknya
secara implisit sikap solidaritas yang ditujukan pada melestarikan budaya, tradisi, agama dan
bahasa.
Sehubungan dengan hal tersebut beberapa wilayah di Indonesia akhir-akhir ini sering
muncul kerusuhan sosial yang dilatarbelakangi etnis dan agama. Hal ini merupakan masalah
yang sangat serius apabila tidak segera diselesaikan akan dapat mengancam terjadinya
disintegrasi bangsa. Oleh karena itu, permasalahan yang dihadapi berbagai daerah di Indonesia
adalah masih banyak terjadi diskriminasi terhadap hak-hak kelompok minoritas, baik agama,
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
suku, ras dan yang berkenaan dengan jabatan dan pekerjaan bagi penyandang cacat, sehingga
sampai saat ini dirasakan masih 'belum terpenuhinya hak-hak kelompok minoritas'.
EVALUASI
TAKE HOME
Mahasiswa pada akhir perkuliahan akan mengambil 1 kasus kelompok rentan di lahan praktek sesuai
dengan asuhan kebidanan nya serta membuat laporan kasus nya perindividu.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Nilai :
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Dosen
1 Medan, .........................2020
2 Mahasiswa
( )
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
MODUL 2
KEGIATAN
BELAJAR II
Kesehatan Reproduksi Pada Remaja dan Perencanaan keluarga dengan PUP dan Genre
1. PENDAHULUAN
Difabel atau disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas,
dan pembatasan partisipasi. Gangguan adalah sebuah masalah pada fungsi tubuh atau
strukturnya; suatu pembatasan kegiatan adalah kesulitan yang dihadapi oleh individu dalam
melaksanakan tugas atau tindakan, sedangkan pembatasan partisipasi merupakan masalah
yang dialami oleh individu dalam keterlibatan dalam situasi kehidupan. Jadi disabilitas
adalah sebuah fenomena kompleks, yang mencerminkan interaksi antara ciri dari tubuh
seseorang dan ciri dari masyarakat tempat dia tinggal.[2]
Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau
mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk
melakukan secara selayaknya, yang terdiri dari:
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu Menganalisa Konsep Kebutuhan pada
orang-orang disabilitas
URAIAN
MATERI
A. Pengertian
Menurut WHO, disabilitas adalah suatu ketidakmampuan melaksanakan suatu
aktifitas/kegiatan tertentu sebagaimana layaknya orang normal, yang disebabkan oleh
kondisi kehilangan atau ketidakmampuan baik psikologis, fisiologis maupun kelainan
struktur atau fungsi anatomis.
Sekitar 15 dari 100 orang di dunia menyandang disabilitas. Antara 2-4 dari 100 orang
mengalami disabilitas berat (World Report on Disability, WHO 2011). Dengan
meningkatnya usia harapan hidup terdapat kecenderungan meningkatnya penyandang
disabilitas, apalagi jika disertai pelayanan kesehatan yang kurang memadai. Terjadinya
disabilitas juga dapat disebabkan penyakit dan kondisi kesehatan tertentu, bencana alam,
kecelakaan, dan penyebab lainnya. Perhatian dunia terhadap hak-hak penyandang disabilitas
tercermin dalam Resolusi Nomor A/61/106 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa
mengenai Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi tentang Hak-Hak
Penyandang Disabilitas) pada tanggal 13 Desember 2006. Resolusi tersebut memuat hak-hak
penyandang disabilitas dan menyatakan akan mengambil langkah-langkah untuk menjamin
pelaksanaan konvensi tersebut. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
disabilitas, dan memberikan dukungan dalam upaya meningkatkan martabat, hak serta
kesejahteraan para penyandang disabilitas, tanggal 3 Desember dinyatakan sebagai Hari
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
1. Penyandang Cacat Fisik, yaitu individu yang mengalami kelainan kerusakan fungsi organ
tubuh dan kehilangan organ sehingga mengakibatkan gangguan fungsi tubuh. Misalnya
gangguan penglihatan, pendengaran, dan gerak.
2. Penyandang Cacat Mental, yaitu individu yang mengalami kelainan mental dan atau tingkah
laku akibat bawaan atau penyakit. Individu tersebut tidak bisa mempelajari dan melakukan
perbuatan yang umum dilakukan orang lain (normal), sehingga menjadi hambatan dalam
melakukan kegiatan sehari-hari.
3. Penyandang Cacat Fisik dan Mental, yaitu individu yang mengalami kelainan fisik dan
mental sekaligus atau cacat ganda seperti gangguan pada fungsi tubuh, penglihatan, pendengaran
dan kemampuan berbicara serta mempunyai kelainan mental atau tingkah laku, sehingga yang
bersangkutan tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari selayaknya.
Menurut UU No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, berbagai faktor penyebab serta
permasalahan kecacatan, maka jenis-jenis kecacatan dapat di kelompokkan sebagai berikut :
a. Tuna Netra
Berarti kurang penglihatan. Keluarbiasaan ini menuntut adanya pelayanan khusus sehingga
potensi yang dimiliki oleh para tuna netra dapat berkembang secara optimal.
Tuna Rungu, ialah individu yang mengalami kerusakan alat atau organ pendengaran yang
menyebabkan kehilangan kemampuan menerima atau menangkap bunyi serta suara. sedangkan
Tuna Wicara, ialah individu yang mengalami kerusakan atau kehilangan kemampuan berbahasa,
mengucapkan kata-kata, ketepatan dan kecepatan berbicara, serta produksi suara.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
c. Tuna Daksa
Secara harfiah berarti cacat fisik. Kelompok tuna daksa antara lain adalah individu yang
menderita penyakit epilepsy (ayan), kelainan tulang belakang, gangguan pada tulang dan
otot,serta yang mengalami amputasi.
a. Tuna Laras
Dikelompokkan dengan anak yang mengalami gangguan emosi. Gangguan yang muncul pada
individu yang berupa gangguan perilaku seperti suka menyakiti diri sendiri, suka menyerang
teman, dan lainnya.
b. Tuna Grahita
Sering dikenal dengan cacat mental yaitu kemampuan mental yang berada di bawah normal.
Tolak ukurnya adalah tingkat kecerdasan atau IQ. Tuna grahita dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
Tampang dan fisiknya normal, mempunyai IQ antara kisaran 50 s/d 70. Mereka juga termasuk
kelompok mampu didik, mereka masih bisa dididik (diajarkan) membaca, menulis dan berhitung,
anak tunagrahita ringan biasanya bisa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas IV SD Umum.
Tampang atau kondisi fisiknya sudah dapat terlihat, tetapi ada sebagian anak tuna grahita yang
mempunyai fisik normal. Kelompok ini mempunyai IQ antara 30 s/d 50. Mereka biasanya
menyelesaikan pendidikan setingkat kelas II SD Umum.
Kelompok ini termasuk yang sangat rendah intelegensinya tidak mampu menerima pendidikan
secara akademis. Anak tunagrahita berat termasuk kelompok mampu rawat, IQ mereka rata-rata
30 kebawah. Dalam kegiatan sehari-hari mereka membutuhkan bantuan orang lain.
a. Tuna Ganda
Kelompok penyandang jenis ini adalah mereka yang menyandang lebih dari satu jenis
keluarbiasaan, misalnya penyandang tuna netra dengan tuna rungu sekaligus, penyandang tuna
daksa disertai dengan tuna grahita atau bahkan sekaligus.
1.4 Faktor Penyebab
a. Tuna Netra
Masa Prenatal :
- Akibat penyakit campak Jerman. Jika menyerang ibu yang sedang hamil 1-3 bulan, besar
kemungkinan bayinya lahir dalam keadaan tuna netra.
- Akibat penyakit Syphilis, bayi yang ada dalam kandungan kemungkinan terlahir dengan
keadaan tuna netra.
Masa Natal :
- Kerusakan mata atau syaraf mata pada saat proses kelahiran. Terjadi karena proses kelahiran
yang sulit, sehingga bayi harus keluar dengan bantuan alat (vakum).
- Ibu menderita penyakit Gonorrchoe, sehingga kuman gonococcus (GO) menular pada bayi
saat kelahiran.
- Retrolenta Fibroplasia yang disebabkan karena bayi lahir sebelum waktunya, sehingga
diberikan konsentrasi oksigen yang tinggi dalam inkubator.
Masa Perkembangan :
- Kekurangan vitamin A.
- Radang kantung air mata, radang kelenjar kelopak mata, hemangiona, retinoblastoma, efek
obat/zat kimiawi.
b. Tuna Rungu
Masa Prenatal :
- Salah satu dari orang tua penderita merupakan pembawa sifat abnormal.
- Ibu yang sedang mengandung mengalami sakit pada masa 3 bulan pertama kehamilan, yaitu
pada masa pembentukan ruang telinga.
- Keracunan obat-obatan.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Masa Natal :
- Kesulitan pada saat melahirkan, sehingga harus dibantu oleh beberapa alat.
- Kelahiran prematur.
Masa Perkembangan :
c. Tuna Daksa
Masa Prenatal :
- Anoxia prenatal, disebabkan pemisahan bayi dari placenta, penyakit anemia, kondisi jantung
yang gawat, shock, percobaan abosrtus.
Masa Natal :
- Kesulitan saat persalinan karena letak bayi sungsang, atau pinggul ibu terlalu kecil.
- Kelahiran prematur.
- Gangguan pada placenta yang dapat mengurangi oksigen sehingga mengakibatkan terjadinya
anorexia.
Masa Perkembangan :
- Faktor kecelakaan.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
a. Tuna Laras
Masa Prenatal :
- Berupa kelainan atau kecacatan baik tubuh maupun sensoris yang dapat mempengaruhi
perilaku seseorang.
Masa Natal : -
Masa Perkembangan :
- Setiap memasuki perkembangan baru, individu dihadapkan pada berbagai tantangan atau
krisis emosi.
b. Tuna Grahita
Masa Prenatal :
- Infeksi Rubella (cacar Jerman), Rubella telah menggantikan sifilis sebagai penyebab utama
tunagrahita yang disebabkan oleh infeksi maternal.
- Sifilis, sifilis pada wanita hamil dahulu merupakan penyebab utama berbagai perubahan
neuropatologis pada keturunannya, termasuk tuna grahita.
- Herpes simpleks, dapat ditransmisikan transplasental, walaupun cara yang paling sering
adalah selama kelahiran.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
- Sindroma AIDS, banyak janin dari ibu dengan AIDS tidak pernah cukup bulan karena terjadi
lahir mati dan abortus spontan.
- Gejala putus zat pada bayi adalah iritabilitas, hipertonia, tremor, muntah, tangisan dengan
nada tinggi, dan kelainan pola tidur.
Masa Natal :
- Disebabkan oleh kejadian yang terjadi saat kelahiran adalah luka-luka pada saat kelahiran,
sesak nafas (asphyxia), dan lahir prematur.
Masa Perkembangan :
- Penyakit-penyakit akibat infeksi misalnya; meningitis (peradangan pada selaput otak) dan
problema nutrisi (kekurangan gizi, misalnya kekurangan protein yang diderita bayi dan awal
masa kanak-kanak), cedera kepala yang disebabkan karena kendaraan bermotor yang dapat
menyebabkan kecacatan mental.
a. Tuna Ganda
Masa Prenatal :
kekurangan gizi pada saat sedang mengadung, serta terlalu banyak menkonsumsi obat dan
alkohol.
Masa Natal :
Masa Perkembangan :
- Anak tidak dirawat dangan baik, keracunan makanan atau penyakit tertentu yang sama,
sehingga dapat berpengaruh tehadap otak (meningitis atau encephalities).
1.5 Dampak Masalah
Secara umum permasalahan penyandang cacat dapat dibagi dalam dua katagori sbb :
1. Permasalahan yang berasal dari dalam diri penyandang cacat itu sendiri, antara lain :
a. Kurangnya pemahaman akan diri sendiri oleh penyandang cacat, sehingga tidak tahu apa
potensi yang dimiliki dan bagaimana cara mengembangkannya.
b. Merasa rendah diri (inferiority complex) serta merasa mengalami kesialan karena
kecacatannya, sehingga jarang bergaul dengan orang-orang di sekelilingnya.
c. Terjadinya diskriminasi sosial serta kurangnya minat untuk menuntut ilmu di jenjang
pendidikan formal karena kesulitannya untuk menyesuaikan diri dalam proses belajar-mengajar.
e. Keterasingan secara sosial, sehingga mereka cenderung menarik diri, merasa rendah diri, dan
terkadang menimbulkan perilaku agresif dan implusive.
g. Secara emosi, individu yang mengalami kecacatan akan lebih sensitif perasaanya. Sehingga,
mudah tersinggung dan sering meratapi kekurangannya.
2. Permasalahan yang berasal dari luar diri penyandang cacat, antara lain :
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
a. Masyarakat, aparatur pemerintah dan dunia usaha masih banyak yang belum memahami
eksistensi penyandang cacat sebagai potensi Sumber Daya Manusia sehingga diabaikan.
b. Stigma dalam masyarakat, memiliki anggota keluarga cacat marupakan aib, memalukan,
menurunkan harkat dan martabat keluarga.
c. Pandangan masyarakat bahwa penyandang cacat sama dengan orang sakit, perlu perlakuan
khusus sehingga memperoleh perlindungan berlebihan dan menimbulkan ketidakmandirian.
d. Perlakuan masyarakat diskriminatif dalam berbagai hal termasuk dalam rekruitmen tenaga
kerja.
e. Aksesibilitas penyandang cacat baik aksesibilitas fisik maupun aksesibilitas non fisik yang
tersedia sangat terbatas.
Suatu sistem pelayanan menitik beratkan pada peran keluarga dengan mendayagunakan secara
optimal sumber dana, daya, prakarsa dan potensi keluarga untuk mendukung meningkatkan
kesejahteraan sosial penyandang cacat.
Suatu sistem pelayanan yang bertumpu pada peran dan pemberdayaan masyarakat, tokoh
masyarakat, Organisasi Sosial, LSM, dan lainnya. Untuk membantu penyandang cacat
memenuhi kebutuhan dan haknya.
Suatu sistem pelayanan bagi penyandang cacat dalam asrama/ suatu penampungan (panti)
dengan berbagai fasilitasnya, meliputi pemberian bimbingan fisik, mental, sosial, intelektual,
serta keterampilan.
Sistem Sumber Informal : Sistem sumber informal atau alamiah dapat berupa keluarga,
teman, tetangga, maupun orang lain yang bersedia membanru. Bantuan yang dapat diperoleh dari
sumber alamiah adalah dukungan emosional, kasih sayang, nasehat, informasi dan pelayanan-
pelayanan lainnya.
Sistem Sumber Formal : Sistem sumber formal adalah keanggotaannya didalam suatu
organisasi atau asosiasi formal yang bertujuan untuk meningkatkan minat anggota mereka.
Seperti, memberikan kesempatan untuk belajar di sekolah-sekolah khusus penyandang cacat,
membantu menunjang kebutuhan dalam pelayanan dan rehabilitasi, menyediakan fasilitas
pelatihan vokasoinal, bimbingan kerja sesuai dengan keterampilannya.
Sistem Kemasyarakatan : Sistem sumber kemasyarakatan dapat berupa rumah sakit, badan-
badan adopsi, panti-panti rehabilitasi sosial, program-program pelatihan tenaga kerja, pelayanan-
pelayanan sosial resmi, pusat-pusat perawatan anak, penempatan-penempatan tenaga kerja, dan
program-program tenaga kerja.
Serta pihak terkait dengan badan-badan pemerintah dan pelayanan-pelayanan umum lainnya,
seperti perpustakaan umum, kepolisian, tempat-tempat rekreasi dan pelayanan perumahan.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
1. Destigmatisasi
Pendekatan ini berusaha untuk tidak memberikan stigma, dan bergiat untuk menghilangkan
stigma yang diberikan kepada penyandang cacat.
2. Deisolasi
pendekatan ini menghindari kegiatan yang akan mengisolasi penyandang cacat dari lingkungnya.
Sehingga mereka dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
3. Desensitifisasi
Pendekatan ini menitik beratkan untuk menghilangkan rasa sensiti/ rendah diri atas kecacatan
yang mereka derita.
Pendekatan ini menyesuaikan ruang dan waktu, dimana dan kapan pelayan sosial dapat
dilaksanakan, sehingga sesuai dengan kebutuhan mereka.
5. Diversifikasi
6. Dedramatisasi
Pendekatan ini mencoba untuk meminimalisir bentuk hiperbola atas suatu masalah yang dialami
oleh penyandang cacat.
Pendekatan ini mengkedepankan rasa simpati untuk membantu para penyandang cacat untuk
mengembangkan diri dan berdiri dalam kemandirian. Bukan di jaga secara berlebihan yang
justru semakin membatasi ruang gerak mereka.
Pendekatan-pendekatan di atas dirasa sangat cocok untuk diterapkan dalam proses pelayanan dan
rehabilitasi sosial bagi penyandang cacat, karena sudah mencakup segala aspek pola yang
dibutuhkan untuk melaksanakan praktik kerja pelayanan dan rehabilitasi.
Agar penyandang disabilitas dapat hidup mandiri dan berpartisipasi secara penuh dalam semua
aspek kehidupan, sama seperti warga lainnya, Negara wajib mengambil langkah yang tepat untuk
memastikan akses bagi penyandang disabilitas ke lingkungan fisik, transportasi, informasi dan
komunikasi, termasuk sistem dan teknologi informasi dan komunikasi, serta akses ke fasilitas
dan jasa pelayanan lain yang tersedia bagi publik, baik di daerah perkotaan maupun perdesaan.
Langkah-langkah tersebut, yang harus meliputi identifikasi dan penghapusan kendala serta
halangan aksesibilitas, diberlakukan antara lain pada:
a. gedung-gedung, jalan-jalan, sarana transportasi, dan fasilitas dalam dan luar ruang
lainnya, termasuk sekolah, perumahan, fasilitas medis, dan tempat kerja;
b. informasi, komunikasi, dan layanan lainnya, termasuk layanan elektronik dan layanan
gawat damrat.
Hambatan-hambatan Akses
Hambatan Arsitektural
Hambatan yang dihadapi oleh para pengguna kursi roda sebagai akibat dari desain
arsitektural saat ini mencakup:
Perubahan tingkat ketinggian permukaan yang mendadak seperti pada tangga atau parit.
Tidak adanya pertautan landai antara jalan dan trotoar.
Tidak cukupnya ruang untuk lutut di bawah meja atau wastapel.
Tidak cukupnya ruang untuk berbelok, lubang pintu dan koridor yang terlalu sempit.
Permukaan jalan yang renjul (misalnya karena adanya bebatuan) menghambat jalannya
kursi roda.
Pintu yang terlalu berat dan sulit dibuka.
Tombol-tombol yang terlalu tinggi letaknya.
Semi-ambulant adalah tunadaksa yang mengalami kesulitan berjalan tetapi tidak memerlukan
kursi roda. Hambatan arsitektural yang mereka hadapi antara lain mencakup:
Tangga yang terlalu tinggi. Lantai yang terlalu licin. Bergerak cepat melalui pintu putar
atau pintu yang menutup secara otomatis. Pintu lift yang menutup terlalu cepat.
Tangga berjalan tanpa pegangan yang bergerak terlalu cepat.
Yang dimaksud dengan tunanetra dalam tulisan ini adalah mereka yang tidak memiliki
penglihatan sama sekali (totally blind) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan
tetapi tidak cukup baik untuk dapat membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam keadaan
cahaya normal meskipun sudah dibantu dengan kaca mata (low vision). Kesulitan-kesulitan yang
dihadapi para tunanetra sebagai akibat dari desain arsitektural selama ini antara lain:
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Tidak adanya petunjuk arah atau ciriciri yang dapat didengar atau dilihat dengan
penglihatan terbatas yang menunjukkan nomor lantai pada gedung-gedung bertingkat.
Rintangan-rintangan kecil seperti jendela yang membuka ke luar atau papan reklame
yang dipasang di tempat pejalan kaki.
Cahaya yang menyilaukan atau terlalu redup.
Lift tanpa petunjuk taktual (dapat diraba) untuk membedakan bermacam-macam tombol,
atau petunjuk suara untuk menunjukkan nomor lantai.
Bagi orang tunagrahita, informasi itu akan menjadi lebih aksesibel apabila
disajikan dalam bahasa yang sederhana dan menggunakan bahasa baku.
Hambatan Internal
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Sejauh ini kita telah memfokuskan perhatian pada hambatanakses yang berasal
dari luar individu penyandang disabilitas (hambatan eksternal). Hambatan lainnya adalah
hambatan internal yang dapat berupa:
2. Kelainan Genetik
Disabilitas intelektual merupakan suatu kelainan yang multifaktorial, bisa faktor
keturunan (disabilitas intelektual genetik) dan mungkin juga tidak diketahui (disabilitas
intelektual simpleks). Keduanya ini juga dinamakan disabilitas intelektual primer.
Disabilitas intelektual sekunder disebabkan faktor-faktor dari luar yang diketahui dan
faktor-faktor ini mempengaruhi otak mungkin pada waktu pranatal, perinatal atau
postnatal.
Salah satu penyebab disabilitas intelektual adalah genetik. Kelainan kromosom
sering menjadi penyebab keterbelakangan mental dan sering kali berkaitan dengan
kelainan fisik lainnya. Kelainan genetik yang paling umum menyebabkan disabilitas
intelektual adalah trisomi 21, yang menyebabkan sindrom down, penghapusan atau
duplikasi dari ujung (telomere) kromosom dan sindrom fragile X. Manusia normal
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
memilliki 46 kromosom yang tersusun dalam 23 pasang. Dalam trisomi 21, anak yang
terkena mewarisi tiga chomosome 21 ini.3 Selain itu ada beberapa hal yang harus
diketahui oleh orang tua penderita disabilitas intelektual yang bukan merupakan faktor
keturunan yaitu, masalah kehamilan, masalah selama proses persalinan, permasalahan
setelah proses persalinan dan faktor sosial budaya. Orang tua dapat memperoleh
informasi dari berbagai sumber yang ada, baik dengan cara konseling dengan para ahli,
bertanya dan membaca. Anak dengan gangguan disabilitas intelektual membutuhkan
penanganan dini dan intensif untuk membantu mengoptimalkan perkembangan anaknya.
Orang tua sangat berperan penting dalam mengetahui apa itu DI dan kelainan
genetik yang merupakan salah satu penyebabnya untuk mencegah terjadinya keadaan
yang lebih buruk. Hendaknya orang tua khususnya ibu, yang memiliki peran untuk
mengelola rumah tangga dirumah, memiliki pengetahuan yang cukup tentang DI, apakah
DI disebabkan oleh kelainan genetik atau karena faktor lainnya. Kelainan genetik
penyebab DI tersebut bisa karena sindrom down dan kerusakan kromosom x ( fragile x
syndrom ). Dengan demikian, jika orang tua memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
DI serta segala bentuk penanganannya , maka anak-anak tersebut dapat terhindar dari
kondisi yang lebih buruk lagi serta dapat meberikan dukungan dan edukasi baik untuk
anak maupun keluarga. Penelitian mengenai pengetahuan masyarakat tentang genetik dan
pemeriksaan genetik sudah banyak dilakukan karena kini pengaruh faktor genetik
terhadap suatu penyakit semakin banyak ditemukan.49 Di kemudian hari diperkirakan
bahwa genetik akan lebih banyak berperan dalam praktik kedokteran klinis, misalnya
sebagai sarana pemeriksaan rutin untuk diagnosis, pencegahan, memprediksi terjadinya
suatu penyakit, dan membantu intervensi untuk pencegahan awal.48,49 Oleh karena itu,
pengetahuan mengenai genetik dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sangat penting
untuk diketahui masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan.
1. Sindrom Angelman
Sindrom ini sudah diperdebatkan sejak tahun 1965, namun baru tahun 1997
ditemukan bahwa kelainan genetiklah yang sebenarnya menjadi penyebab disabilitas.
Manusia memiliki 22 pasang kromosom autosom dan 1 pasang kromosom seks. Masing-
masing pasang adalah gabungan kromosom dari ayah dan ibu. Kromosom sebenarnya
adalah serangkaian DNA, dan kelompok fungsional DNA disebut gen. Sindrom
Angelman disebabkan oleh mutasi gen UBE3A yang terdapat di kromosom ke-15. Lokasi
tepatnya adalah di regio q12 dari kromosom 15.
Hilangnya regio q12 pada kromosom 15 dari ibu sehingga gen UBE3A tidak ditemukan.
Diturunkannya sepasang kromosom 15 dari ayah sehingga tidak ada kromosom 15 dari
ibu. Walaupun gen UBE3A tetap ada, namun kromosom 15 yang keduanya berasal dari
ayah tidak memiliki kecocokan sehingga ekspresi gen ini menjadi nonaktif.
Imprinting defect, di mana kromosom 15 dari ibu malah menunjukkan sinyal paternal
sehingga ekspresi gen juga nonaktif.
Mutasi gen UBE3A, yaitu perubahan pada gen UBE3A sendiri sehingga menyebabkan
terganggunya fungsi.
Disabilitas akibat sindrom Angelman biasanya baru muncul ketika anak berusia 2-
5 tahun. Berdasarkan konsensus tahun 2005, berikut gejala sindrom Angelman yang
mungkin ditemukan berdasarkan kasus-kasus penyakit ini.
Perilaku yang unik: anak dengan sindrom Angelman tampak selalu bahagia,
sering tersenyum dan tertawa, mudah senang, tampak hiperaktif, seringkali disertai
gerakan menepuk-nepuk atau melambaikan tangan. Gangguan bicara: tidak mampu
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
2. Down Sindrome
Sindrom Down adalah kelainan genetik yang disebabkan ketika pembelahan sel
menghasilkan bahan genetik tambahan dari kromosom 21.
Sindrom down menyebabkan penampilan wajah yang khas, cacat intelektual,
keterlambatan perkembangan, dan dapat terkait dengan tiroid atau penyakit jantung.
Program intervensi dini bersama tim terapis dan pendidik khusus yang dapat mengobati
situasi spesifik setiap anak akan membantu mengelola sindrom Down.
1. Trisomi 21, 95% pada kasus Sindrom Down disebabkan oleh trisomi 21. Penderita
Sindrom Down dengan trisomi 21 mempunyai 3 salinan kromosom 21, di mana
seharusnya hanya mempunyai 2 salinan kromosom 21. Hal ini disebabkan oleh
pembelahan sel yang abnormal ketika pembentukan awal pada janin.
kromosom 21. Hal ini disebabkan oleh pembelahan sel yang abnormal pada saat
fertilisasi.
Usia saat Kehamilan. Risiko seorang wanita mengandung anak dengan Sindrom
Down meningkat pada ibu yang hamil setelah usia 35 tahun. Namun, banyak juga
anak-anak dengan Sindrom Down dilahirkan oleh wanita di bawah usia 35 tahun.
Menjadi pembawa gen Sindrom Down Translokasi. Pria maupun wanita dapat
menjadi pembawa gen Sindrom Down translokasi dan menurunkan ke anaknya.
Mempunyai anak yang menderita Sindrom Down. Orangtua yang mempunyai anak
dengan Sindrom Down dan orangtua yang membawa gen Sindrom Down
translokasi memiliki risiko untuk mempunyai anak dengan Sindrom Down lagi.
Dibutuhkan pakar genetik untuk konsultasi dan menilai risiko Sindrom Down pada
anak selanjutnya.
3. Sotos Syndrome
Sotos Syndrome atau sindrom Sotos adalah salah satu penyebab disabilitas
intelektual yang ditemukan oleh John Sotos. Gangguan ini merupakan kelainan genetik
yang dibahas sejak 1964. gangguan ini ditandai dengan pertumbuhan berlebihan sebelum
dan sesudah kelahiran. Sindrom sotos pada anak dapat dideteksi ketika anak memasuki
usia 2 hingga 3 tahun masa pertumbuhannya. Ini gejala yang terlihat ketika anak
mengalami sindrom sotos, yaitu sebagai berikut:
Anak dengan sindrom sotos dapat terlihat dari perbedaan wajah yang khas jika
dibandingkan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak lainnya. Anak dengan
sindrom sotos memiliki hidung yang terlihat lebih datar, dan lebih dominan pada wajah
berbentuk panjang sehingga terlihat sempit dan kecil. Dahi anak sindrom sotos juga lebih
lebar atau lebih tinggi. Uniknya, anak dengan sindrom sotos memiliki pipi yang selalu
berwarna kemerahan.
Biasanya, anak dengan sindrom sotos memiliki ukuran kepala lebih besar jika
dibandingkan dengan anak pada usianya. Kelainan ini dikenal dengan istilah makrosefali.
3. Gangguan Kesehatan
4. Masalah Perilaku
4. Williams Syndrome
Penyebab
Diketahui, bayi dengan sindrom William lahir tanpa gen tertentu. Gejala yang
mereka miliki tergantung pada gen yang hilang. Misalnya, seseorang yang lahir tanpa gen
yang disebut ELN akan memiliki masalah jantung dan pembuluh darah. Gen-gen tersebut
biasanya hilang dalam sperma atau sel telur sebelum mereka bertemu untuk membentuk
bayi. Dalam sejumlah kasus, bayi mewarisi penghapusan genetik dari orang tua dengan
kondisi tersebut, tetapi pada umumnya kondisi itu merupakan kelainan acak pada gen.
Gejala
dan berhak untuk mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, maka
diperlukan sebuah Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2017 tentang Perlindungan Khusus Bagi Anak
Penyandang Disabilitas.
penyandang disabilitas rentan untuk dijadikan alat produksi yang murah, misalnya
menjadi pekerja anak dan buruh perempuan yang selalu dibayangi tindakan pelanggaran
HAM. Dalam kondisi itu, penyandang disabilitas rentan terkena tindakan diskriminatif
ganda, yaitu ketika seorang penyandang disabilitas merupakan seorang anak, perempuan,
dan lanjut usia. Oleh karena itu, kehidupan kelompok tersebut jauh lebih sulit. Menurut
Jaka Anom Ahmad Yusuf Tanukusuma, secara umum diskriminasi ganda yang menimpa
perempuan penyandang disabilitas disebabkan tiga faktor, yakni perilaku kultural, praktik
dan tafsir agama, dan sistem di masyarakat maupun negara yang melupakan kebutuhan
perempuan penyandang disabilitas.
Posisi objektif saat ini dalam memandang rezim hukum disabilitas adalah untuk
meraih persamaan antara penyandang disabilitas dan non-disabilitas. Dalam memandang
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
prinsip persamaan atau equality, ada dua pendekatan, yaitu formal dan substantif.
Pendekatan formal dari persamaan melihat pada persamaan dalam perlakuan. Isitilah
perbedaan menjadi justifikasi dari perlakuan yang berbeda, walaupun akhirnya tidak
menimbulkan persamaan pada hasilnya. Sebagai contoh, perbedaan fasilitas pendidikan
bagi anak dengan disabilitas akan menjadi penghalang tercapainya persamaan.
Sedangkan persamaan substantif fokus dalam dampak hukum yang terjadi. Dalam
konteks ini, perdebatan berpindah dari pertanyaan mengenai persamaan atau perbedaan
kepada isu keadaan yang merugikan.
dan hambatan itu harus diatasi. Walaupun pada suatu kondisi suatu hambatan
belum dapat teratasi, maka seorang penyandang disabilitas harus diarahkan untuk
memanfaatkan kemampuan lain dalam melakukan aktivitas atau berinteraksi sosial.
EVALUASI
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Sangat Kurang
DEMENSI Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Kemampuan menghadapi
pertanyaan
Penggunaan alat praga
presentasi
Ketepatan menyelesaikan
masalah
Nilai :
Dosen
1 Medan, .........................2020
2 Mahasiswa
( )
BAB 3
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
KEGIAT
III
Kebutuhan K
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
I. PENDAHULUAN
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia 2013, menjelaskan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang
mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan,baik fisik, mental-intelektual, sosial,
maupun emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan
atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia dengannya.
Anak berkebutuhan khusus (Heward, 2002) adalah anak dengan karakteristik khusus
yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan
mental, emosi atau fisik. Anak berkebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan
secara sederhana sebagai anak yang lambat (slow) atau mangalami gangguan (retarded) yang
sangat sukar untuk berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya sehingga
mereka memerlukan layanan yang spesifik dan berbeda dengan anak-anak pada umumnya.
TUJUAN PEMBELAJARAN
URAIAN
MATERI
biasanya tampak di usia balita seperti baru bisa berjalan di usia 3 tahun. Hal lain yang
menjadi dasar anak tergolong berkebutuhan khusus yaitu ciri-ciri tumbuh-kembang anak
yang tidak muncul (absent) sesuai usia perkembangannya seperti belum mampu
mengucapkan satu katapun di usia 3 tahun, atau terdapat penyimpangan tumbuh-kembang
seperti perilaku echolalia atau membeo pada anak autis.
Apabila setelah terjadinya peristiwa perkosaan tersebut tidak ada dukungan yang
diberikan kepada korban, maka korban dapat mengalami post traumatic stress disorder
(PTSD), yaitu gangguan secara emosi yang berupa mimpi buruk, sulit tidur, kehilangan
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
nafsu makan, depresi, ketakutan dan stress akibat peristiwa yang dialami korban dan telah
terjadi selama lebih dari 30 hari. Dukungan dari semua pihak sangat diperlukan untuk
mencegah terjadinya PTSD.
Hal ini didukung dengan adanya waktu yang dapat diluangkan dan dilalui
bersama korban serta adanya kedekatan secara emosional sebagai sesama anggota
keluarga. Menurut Agaid (2002) keluarga sebagai pihak terdekat dapat memberikan
dukungan bagi korban dengan cara:
Proses pemulihan trauma yang dihadapi oleh korban perkosaan merupakan suatu
proses adaptasi yang harus dilalui agar korban dapat menerima kenyataan yang telah
terjadi (Hayati, 2000). Proses penyembuhan tersebut merupakan suatu proses adaptasi
yang berat bagi korban. Korban harus menghadapi keluarga, pelaku dan juga
masyarakat. Keluarga sebagai salah satu pihak yang dekat dengan korban diharapkan
dapat menjadi pendukung yang paling besar untuk mencegah terjadinya PTSD
tersebut. Akan tetapi seringkali keluarga justru merasa malu untuk mengakui apa yang
telah terjadi pada anggota keluarga mereka. Mereka justru menutup-nutupi peristiwa
tersebut dan tidak jarang mereka mengisolasi korban dari masyarakat. Dengan sikap-
sikap yang demikian tadi maka korban akan semakin merasa sendirian dan tidak
berarti lagi (Kompas, 1993).
Alternatif yang mungkin akan dilalui oleh korban perkosaan di dalam proses
penyesuaian diri terhadap peristiwa yang dialaminya.
Dukungan Lain
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Perkosaan
PTSD
Patologi
Dukungan
Keluarga
Kesembuhan
Berdasarkan skema tersebut maka terlihat berbagai alternatif yang dapat dilalui
oleh korban dalam proses mengatasi masalah yang muncul akibat perkosaan yang
dialaminya, yaitu:
4. Alternatif ke empat adalah adanya dukungan dari pihak keluarga dan juga pihak lain
sebelum korban mengalami PTSD. Dukungan ini membuat korban mampu
mengatasi dampak perkosaan yang muncul pada dirinya tanpa harus mengalami
PTSD.
5. Selain keempat alternatif yang memungkinkan korban perkosaan untuk mengatasi
masalahnya dan mencapai proses recovery, terdapat alternatif lain dimana korban
tidak berhasil mengatasi masalahnya dan mengalami gangguan patologis.
B. Dampak Perkosaan
1. Dampak fisik, Perkosaan sebagai salah satu bentuk kekerasan, baik
dilakukan dengan cara halus maupun kasar akan menimbulkan dampak
bagi korbannya. Perkosaan yang dilakukan dengan menggunakan
kekerasan fisik jelas akan menimbulkan dampak secara fisik pada korban.
Contoh Kasus :
Perkosaan terjadi di Arab Saudi. Pelaku adalah dua orang yang dipercaya
korban sebagai orang yang dapat menolong dirinya. Perkosaan terjadi di
tengah gurun pasir yang jauh dari keramaian sehingga korban tidak dapat
menerima pertolongan dari siapapun juga. Korban diancam akan dibunuh
apabila tidak menuruti keinginan pelaku. Sebelum terjadi perkosaan korban
sempat diberi obat oleh pelaku. Korban tidak dapat menceritakan peristiwa
yang dialaminya kepada pihak keluarga di Indonesia karena ia disekap oleh
pelaku selama empat bulan.
2. Dampak psikologis, Secara umum perkosaan dapat mengakibatkan
dampak jangka panjang dan dampak jangka pendek. Kedua dampak
tersebut tidak selalu muncul dalam bentuk yang sama pada masing-
masing korban. Selain itu waktu munculnya dampak tersebut akan
berbeda satu sama lain.
Contoh Kasus :
Korban pingsan setelah kejadian. Selain itu ia mengalami pendarahan pada
daerah kelaminnya. Korban merasa sedih, marah, jengkel, dan tidak berdaya
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
kemajuan untuk tujuan lain atau dimonopoli untuk sekelompok orang (Syahrir
2000).
a. Kekerasan dalam Rumah Tangga
Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 1
menyebutkan bahwa Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap
perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman
untuk melakukan perbuatan pemaksaan atau perampasan kemerdekaan
secara melawan hukum dan lingkup rumah tangga.
Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa kasus kekerasan
dalam rumah tangga adalah semua jenis kekerasan (baik fisik maupun
psikis) yang dilakukan oleh anggota keluarga terhadap anggota
keluarga yang lain (baik suami kepada isteri, maupun kekerasan yang
dilakukan oleh isteri kepada suami atau Ayah terhadap anak, atau ibu
terhadap anaknya dan kekerasan yang dillakukan oleh seorang anak
terhadap ayah atau ibunya). tetapi yang dominan menjadi korban
kekerasan adalah istri dan anak oleh sang suami.
KDRT bisa menimpa siapa saja termasuk ibu, bapak, suami, istri,
anak atau pembantu rumah tangga. Namun secara umum pengertian
KDRT lebih dipersempit artinya sebagai penganiayaan oleh suami
terhadap istri dan anak. Hal ini bisa dimengerti karena kebanyakan
korban KDRT adalah istri dan anak. Sudah barang tentu pelakunya
adalah suami “tercinta”. Tetapi ada juga “suami” yang menjadi korban
KDRT oleh istrinya. Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa segala perbuatan tindakan kekerasan dalam rumah
tangga merupakan perbuatan melanggar hak asasi manusia yang dapat
dikenakan sanksi hukum pidana maupun hukum perdata.
b. Penyebab Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Menurut Ihromi (1995) timbulnya tindakan KDRT di antaranya adalah:
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
sekitar dan kemudian memberikan tekanan yang berlebihan kepada pihak yang
berperan sebagai mencari nafkah, biasanya sang ayah. Akibatnya akan memicu
munculnya potensi KDRT dalam keluarga tersebut.
o Kekerasan sebagai sumber penyelesaian masalah Budaya kekerasan dalam rumah-
tangga berkaitan erat dengan masalah kekerasan yang pernah dialami dari sejak
lahir sudah berada pada lingkungan yang keras dan terus dididik dengan nilai-
nilai yang berhubungan dengan unsur kekerasan maka saat ia berkeluarga akan
menggunakan kekerasan sebagai sarana yang paling tepat dan cepat untuk
menyelesaikan suatu masalah. Kekerasan sudah mendarah daging sehingga suatu
masalah tidak akan mantap apabila tidak diselingi dengan tindak kekerasan.
Selain itu ada juga hal lain yang juga berpotensi untuk memicu munculnya KDRT
di dalam suatu keluarga. Unsur yang menyebabkannya pun berasal dari lingkup keluarga
itu sendiri. Hal-hal yang dapat memicu munculnya KDRT adalah: Antar suami istri:
Terjadi dominasi antar pasangan, bisa sang suami atau istri yang dominan. Maksudnya
jika terjadi suatu perselisihan pendapat yang terjadi adalah penyelesaian sepihak (kalah -
menang) dan bukan penyelesaian yang baik (menang - menang).
Adanya sikap acuh atau tidak mau tahu terhadap apa yang dirasakan atau dialami
pasangan. Adanya sikap egosentris yang menonjol.
Tidak adanya kesatuan nilai dalam keluarga atau inkonsistensi apa yang boleh dan yang
tidak boleh. Antar orang tua dan anak:
Pengalihan tanggungjawab sebagai orang tua, baik kepada pembantu rumah tangga, baby
sitter, sekolah atau keluarga yang lain.
Sikap dari orang tua yang berlebihan atau tidak pada porsinya. Misalkan terlalu
melindungi, terlalu bebas, terlalu keras bahkan ambisi orang tua yang dibebankan pada
anak.
Banyaknya kata-kata “negatif” yang diucapkan orang tua kepada anak.
Kurangnya waktu berkumpul antara orang tua dan anak. Sehingga anak “kekurangan”
kenangan indah akan orang tuanya.
Orang tua yang tidak peduli terhadap anaknya. Kekerasan dalam rumah tangga
merupakan tindak kekerasan yang kerap terjadi di dalam masyarakat. Terkadang hal itu
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
dilakukan oleh suami kepada istri maupun sang ayah kepada anaknya. Hal itu sering
terjadi karena dipengaruhi oleh banyak hal. Kekerasan yang terjadi pada umunya akan
menyebabkan kemunduran mental yang sangat signifikan pada sang korban. Bahkan tak
jarang hal itu akan menimbulkan suatu keadaan trauma yang mendalam pada sang
korban. Yang lebih parah lagi, tentunya akan menyebabkan kematian pada sang korban
yang menerima tindak KDRT tersebut.
Keluarga
Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat penting untuk
membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga inilah pendidikan kepada individu
dimulai, dan dari keluarga inilah akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga
untuk membangun suatu kebudayaan, terutama kebudayaan hidup sehat. Keluarga
dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan
saling mempengaruhi antara sesama anggota keluarga dan akan mempengaruhi keluarga–
keluarga yang ada disekitarnya atau masyarakat sekitarnya.
Menurut Alex Thio, “the familiya group of related individuals who live together
and cooperate as a unit“. Keluarga merupakan kelompok individu yang ada
hubungannya, hidup bersama dan bekerja sama didalam suatu unit. Kehidupan dalam
kelompok tersebut bukan secara kebetulan, tetapi diikat oleh hubungan darah atau
perkawinan. Keluarga adalah satuan masyarakat, tidak akan ada masyarakat jika tidak
ada keluarga, dengan kata lain masyarakat merupakan sekumpulan keluarga-keluarga.
Hal ini bisa diartikan baik burukya suatu masyarakat tergantung pada baik buruknya
masyarakat kecil itu sendiri (keluarga). Jadi secara tidak langsung keselamatan dan
kebahagiaan suatu masyarakat berpakal pada masyarakat terkecil yaitu keluarga.
Keluarga yang umumnya terdiri dari ayah, ibu dan anak akan menjadi sebuah
keluarga yang baik, serasi dan nyaman jika didalam keluarga tersebut terdapat hubungan
timbal balik yang seimbang antara semua pihak Oleh karena itu, suasana hidup dalam
keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak yang nantinya akan sangat
berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak pada fase kehidupan selanjutnya.
Keluarga adalah kehidupan dari dua orang atau lebih yang diikat hubungan darah,
perkawinan atau adopsi. Senada dengan pendapat di atas Vembriarto, mengatakan bahwa
keluarga adalah kelompok sosial yang terdiri atas dua orang atau lebih yang mempunyai
ikatan darah perkawinan atau adopsi.
Pengertian lain menjelaskan bahwa keluarga adalah suatu ikatan persekutuan
hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis, seorang laki-laki
dan seorang perempuan yang tidak sendirian atau dengan anak-anak baik anaknya sendiri
atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Hal tersebut bisa dilakukan dengan menjalankan beberapa konsep inti untuk
keluarga yang harmonis berikut:
a. Memberikan Rasa Aman Dalam suatu keluarga, pasangan suami istri harus
saling memberi dan merasa aman secara lahir dan batin. Dengan adanya rasa
aman pada pasangan suami istri maka goncangan, godaan dan bahaya yang
ada dalam keluarga akan dapat teratasi dengan baik. Hal ini tidak hanya
terdapat suami istri saja tetapi juga memberikan rasa aman terhadap anak
sehingga anak merasa terlindungi.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
24. Pergi keluar rumah tanpa alasan yang jelas (dalam hal ini biasanya terjadi pada
suami)
25. Kurangnya tingkat kedisiplinan dalam keluarga, hal ini memicu pertengkaran antar
suami dan istri yang saling menyalahkan),
26. Berprasangka buruk atau mencurigai pasangan ( hal ini akan membuat rasa tidak
nyaman dalam rumah tangga, sehingga kurangnya rasa kepercayaan terhadap
pasangan),
27. Kurangnya perhatian dalam keluarga (suami sebagai kepala keluarga yang salah
mengatur rumah tangga, disini sebagai istri harus memberikan pendapat yang benar
dan jangan ragu untuk melakukannya).
Akibat dari Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) berdampak negatif terhadap faktor
kejiwaan anak (faktor psikologi) anak, seperti:
Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang sering menyaksikan dan mengalami
kekerasan dalam rumah tangga setelah menjadi dewasa akan mempunyai sikap yang a-
sosial dan cenderung dalam kehidupannya selalu melakukan tindak kekerasan atau mereka
mengalami gangguan jiwa yang bisa membahayakan banyak orang. Sehingga diperlukan
penanganan yang serius terhadap masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) oleh
pihak Pemerintah dan seluruh komponen masyarakat untuk meminimalisir atau
menghilangkan tindak kekerasan dalam rumah tangga. Dengan demikian maka
pertumbuhan kejiwaan (psikologi) dapat berlangsung sesuai dengan harapan keluarga,
masyarakat dan bangsa.
b. H
c. Trauma Persalinan Sebelumnya
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Trauma melahirkan terjadi sebagai akibat dari trauma (atau yang dianggap
sebagai trauma) selama proses persalinan, sementara depresi pasca melahirkan terjadi
karena perubahan hormon dalam tubuh ibu sebagai reaksi alami dari proses melahirkan.
Namun demikian, kedua kondisi ini sering dihubungkan satu sama lain, dan tentu saja
dapat memperburuk satu sama lain. Sangat penting untuk bisa membedakan keduanya
sehingga Anda dapat mencari cara pengobatan yang paling efektif.
Mengalami satu atau beberapa peristiwa yang melibatkan ancaman cedera serius atau kematian
(untuk dirinya sendiri atau bayi mereka).
Respon perasaan takut, tidak berdaya, atau horor yang mengikuti pengalaman tersebut.
Teror kilas balik, mimpi buruk, kenangan mengganggu, dan halusinasi yang berulang dan
kembali dari waktu ke waktu. Ia biasanya akan merasa tertekan, cemas, atau mengalami serangan
panik saat teringat hal-hal yang mengingatkan mereka tentang acara tersebut.
Sikap menghindari apapun yang mengingatkan mereka terhadap peristiwa melahirkan traumatis,
termasuk berbicara mengenai trauma tersebut hingga menghindari untuk berinteraksi dan/atau
melihat bayi mereka. Kadang, seorang ibu pengidap trauma mungkin justru akan membicarakan
pengalaman menyakitkan tersebut terus menerus sehingga menyelimuti mereka dengan obsesi.
Pengingat konstan terhadap kenangan buruk dan kebutuhan untuk menghindar seringnya akan
berakibat pada sulit tidur dan berkonsentrasi. Penderita juga mungkin merasa marah, mudah
tersinggung, dan sangat waspada (merasa gelisah atau waspada sepanjang waktu).
Akan ada konsekuensi nyata bagi ibu yang mengalami trauma setelah melahirkan,
jika tidak segera mendapatkan bantuan medis yang dibutuhkan. Ibu penderita postpartum
PTSD akan lebih kecil kemungkinannya untuk ingin hamil dan melahirkan lagi; mereka
kurang mungkin untuk menerima perawatan medis tindak lanjut; mereka cenderung
untuk tidak menyusui (karena sakit, perasaan tersakiti, pasokan susu rendah, keraguan
diri, dan kurang percaya diri, dan/atau pengingat yang menyakitkan terhadap
melahirkan); mereka lebih cenderung memiliki tantangan keterikatan dengan bayi mereka
(sekali lagi, sering karena memicu pengingat peristiwa); dan mereka lebih mungkin untuk
mengalami konflik dalam pernikahan mereka/hubungan lainnya, dan mengalami
disfungsi seksual. Ibu yang menderita Postpartum PTSD juga lebih mungkin untuk juga
menderita depresi.
Kita tahu bahwa faktor risiko seperti depresi antenatal, kurang dukungan sosial,
sejarah trauma sebelumnya, tantangan menyusui, dan tantangan fisik setelah melahirkan
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
dapat meningkatkan reaksi trauma. Tapi kita juga tahu bahwa langkah-langkah
pencegahan seperti strategi manajemen stres mapan, mempromosikan kesehatan
mental, seperti tidur yang cukup, gizi, dan olahraga, dan kesempatan untuk berdiskusi
mengenai pengalaman melahirkan dapat mengurangi risiko seorang ibu untuk PTSD.
Dengan kata lain, dengan usaha, beberapa gejala PTSD postpartum dapat dikurangi.
Selain itu, kelilingi diri Anda dengan orang-orang terdekat yang mendukung dan
mencintai Anda, yang mampu merawat dan memelihara Anda. Beri tahu orang-orang
yang perlu tahu bahwa Anda mengalami waktu yang sulit dan mintalah dukungan.
Dapatkan bantuan ekstra untuk merawat bayi, jika memungkinkan. Merawat bayi yang
secara tidak langsung bertanggung jawab atas cobaan yang telah Anda lalui bisa sulit.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Anda mungkin tidak memiliki perasaan atau memiliki perasaan yang sangat negatif
terhadap bayi Anda. Jangan salahkan diri Anda. Pahami bahwa perasaan Anda tentang
bayi Anda akan berubah dan menjadi lebih positif secara bertahap. Beri diri Anda waktu
untuk pulih. Menjadi seorang ibu adalah transformasi indah tapi bisa menjadi tantangan
sulit. Anda telah melalui satu dari masa terburuk Anda. Anda juga butuh kasih sayang
dan perhatian.
Psikoterapi reguler adalah bagian lain dari teka-teki pengobatan trauma setelah
melahirkan; biasanya termasuk pengembangan keterampilan relaksasi, membangun
strategi mengelola kecemasan dan mood depresif, dan melaksanakan sistem dukungan.
Pada akhirnya, terapis akan memfokuskan terapi pada perencanaan perilaku untuk
membantu Anda lebih nyaman dan terlibat dengan bayi Anda. Obat-obatan, umumnya,
adalah jalan keluar terakhir.
Ada berbagai hal yang dapat memicu trauma pada proses kelahiran yang akan
dilangsungkan. Beberapa diantaranya dilansir dari Pregnancy Birth Baby adalah sebagai
berikut:
o Cemas
Namun ada pula alasan lain yang dapat memicu trauma saat atau setelah
proses kelahiran. Beberapanya adalah kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan
seksual pada masa anak-anak, atau pemerkosaan.
Gejala psikologis termasuk baby blues menjadi hal yang umum pasca
kelahiran. Namun, apabila ibu masih merasa tertekan selama lebih dari 2 minggu
kemungkinan besar ibu mengalami depresi atau kecemasan dan trauma setelah
melahirkan. Penelitian di Australia menyebutkan bahwa 1 dari 20 ibu dapat
menunjukkan tanda trauma setelah melahirkan pada 12 minggu setelah proses
mleahirkan. Berikut adalah cara untuk mengatasinya:
o Minta dukungan secara praktis dan emosional dari teman atau keluarga. · Alihkan
stres pada hal positif seperti berolahraga dan lain-lain.
d. Kelainan Mental/Jiwa
1. Pengertian
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Menurut Keliat dkk dalam Prabowo, (2014) mengatakan ada juga ciri dari
gangguan jiwa yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
a. Mengurung diri.
d. Bicara kacau.
Gangguan jiwa yang terdapat pada unsur kejiwaan, akan tetapi ada penyebab
utama mungkin pada badan (Somatogenik), di Psike (Psikologenik), kultural (tekanan
kebudayaan) atau dilingkungan sosial (Sosiogenik) dan tekanan keagamaan (Spiritual).
Dari salah satu unsur tersebut ada satu penyebab menonjol, biasanya tidak terdapat
penyebab tunggal, akan tetapi ada beberapa penyebab pada badan, jiwa dan lingkungan
kultural-Spiritual sekaligus timbul dan kebetulan terjadi bersamaan. Lalu timbul
gangguan badan atau jiwa (Maramis, 2009). Menurut Yusuf, (2015) penyebab gangguan
jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling mempengaruhi yaitu sebagai berikut:
1) Nerofisiologis.
2) Neroanatomi.
3) Nerokimia.
1) Peran ayah.
2) Interaksi ibu dan anak. Normal rasa aman dan rasa percaya abnormal
berdasarkan keadaan yang terputus (perasaan tak percaya dan kebimbangan),
kekurangan.
3) Inteligensi.
2) Kestabilan keluarga.
4) Tingkat ekonomi.
7) Nilai-nilai.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Dari faktor-faktor ketiga diatas, terdapat beberapa penyebab lain dari penyebab gangguan jiwa
diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Genetika.
Individu atau angota keluarga yang memiliki atau yang mengalami gangguan jiwa
akan kecenderungan memiliki keluarga yang mengalami gangguan jiwa, akan cenderung
lebih tinggi dengan orang yang tidak memiliki faktor genetik (Yosep, 2013).
2) Sebab biologik.
a) Keturunan, Peran penyebab belum jelas yang mengalami gangguan jiwa, tetapi tersebut
sangat ditunjang dengan faktor lingkungan kejiwaan yang tidak sehat.
b) Temperamen, Seseorang terlalu peka atau sensitif biasanya mempunyai masalah pada
ketegangan dan kejiwaan yang memiliki kecenderungan akan mengalami gangguan jiwa.
c) Jasmaniah, Pendapat beberapa penyidik, bentuk tubuh seorang bisa berhubungan dengan
gangguan jiwa, seperti bertubuh gemuk cenderung menderita psikosa manik defresif,
sedangkan yang kurus cenderung menjadi skizofrenia.
d) Penyakit atau cedera pada tubuh, Penyakit jantung, kanker dan sebagainya bisa
menyebabkan murung dan sedih. Serta, cedera atau cacat tubuh tertentu dapat
menyebabkan rasa rendah diri (Yosep, 2013).
3) Sebab psikologik.
Dari pengalaman frustasi, keberhasilan dan kegagalan yang dialami akan mewarnai sikap,
kebiasaan dan sifatnya di kemudian hari (Yosep, 2013).
4) Stress.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
a) Cara membesarkan anak yang kaku, hubungan orang tua anak menjadi kaku dan tidak
hangat. Anak setelah dewasa akan sangat bersifat agresif, pendiam dan tidak akan suka
bergaul atau bahkan akan menjadi anak yang penurut.
b) Sistem nilai, perbedaan etika kebudayaan dan perbedaan sistem nilai moral antara masa
lalu dan sekarang akan sering menimbulkan masalah kejiwaan.
c) Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi, dalam masyarakat kebutuhan
akan semakin meningkat dan persaingan semakin meningkat. Memacu orang bekerja
lebih keras agar memilikinya, jumlah orang yang ingin bekerja lebih besar sehingga
pegangguran meningkat (Yosep, 2013).
Ketidak matangan individu gagal dalam berkembang lebih lanjut. Tempat yang
lemah dan disorsi ialah bila individu mengembangkan sikap atau pola reaksi yang tidak
sesuai, gagal dalam mencapai integrasi kepribadian yang normal (Yosep, 2013).
a. Ketegangan (Tension) merupakan murung atau rasa putus asa, cemas, gelisah,
rasa lemah, histeris, perbuatan yang terpaksa (Convulsive), takut dan tidak
mampu mencapai tujuan pikiranpikiran buruk (Yosep, H. Iyus & Sutini, 2014).
b) Ilusi adalah persepsi salah atau palsu (interprestasi) yang salah dengan suatu
benda.
c) Derealisi yaitu perasaan yang aneh tentang lingkungan yang tidak sesuai
kenyataan.
2) Gangguan sensasi. Seorang mengalami gangguan kesadaran akan rangsangan yaitu rasa
raba, rasa kecap, rasa penglihatan, rasa cium, rasa pendengaran dan kesehatan
(Kusumawati, Farida & Hartono, 2010).
c. Gangguan kepribadian.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
d. Gangguan pola hidup Mencakup gangguan dalam hubungan manusia dan sifat
dalam keluarga, rekreasi, pekerjaan dan masyarakat. Gangguan jiwa tersebut bisa
masuk dalam klasifikasi gangguan jiwa kode V, dalam hubungan sosial lain
misalnya merasa dirinya dirugikan atau dialang-alangi secara terus menerus.
Misalnya dalam pekerjaan harapan yang tidak realistik dalam pekerjaan untuk
rencana masa depan, pasien tidak mempunyai rencana apapun (Maramis, 2009).
1) Kemauan yang lemah (abulia) adalah keadaan ini aktivitas akibat ketidak
sangupan membuat keputusan memulai satu tingkah laku.
3) Negativisme adalah ketidak sangupan bertindak dalam sugesti dan jarang terjadi
melaksanakan sugesti yang bertentangan.
Perasaan dan emosi merupakan spontan reaksi manusia yang bila tidak
diikuti perilaku maka tidak menetap mewarnai persepsi seorang terhadap
disekelilingnya atau dunianya. Perasaan berupa perasaan emosi normal (adekuat)
berupa perasaan positif (gembira, bangga, cinta, kagum dan senang). Perasaan
emosi negatif berupa cemas, marah, curiga, sedih, takut, depresi, kecewa,
kehilangan rasa senang dan tidak dapat merasakan kesenangan (Maramis, 2009).
Menurut Prabowo, (2014) gangguan dalam bentuk atau proses berfikir adalah sebagai berikut :
1) Gangguan mental merupakan perilaku secara klinis yang disertai dengan ketidak
mampuan dan terbatasnya pada hubungan seseorang dan masyarakat.
2) Psikosis ialah ketidak mampuan membedakan kenyataan dari fantasi, gangguan dalam
kemampuan menilai kenyataan.
3) Gangguan pikiran formal merupakan gangguan dalam bentuk masalah isi pikiran formal
merupakan gangguan dalam bentuk masalah isi pikiran, pikiran dan proses berpikir
mengalami gangguan.
i. Gangguan psikomotor
yang tidak dikuasai, berulang-ulang dalam aktivitas. Gerakan salah satu badan
berupa gerakan salah satu badan berulang-ulang atau tidak bertujuan dan melawan
atau menentang terhadap apa yang disuruh (Yosep, H. Iyus & Sutini, 2014).
j. Gangguan ingatan.
k. Gangguan asosiasi.
l. Gangguan pertimbangan.
a. Neurosis atau gangguan jiwa. Neurosis atau gangguan jiwa merupakan gangguan
jiwa ditandai dengan kecemasan, biasanya gejala tidak tenang dan menekan
lainnya. Sementara pemeriksaan realitasnya tetap utuh (O’Brien, 2013). Orang
yang terkena neurosis masih merasakan kesukaran, mengetahui serta
kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup dalam kenyataan pada
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
2) Gejala kelompok yang menganggu dan dikenal sebagai sesuatu yang asing
dan tidak dapat diterima oleh individu.
3) Gangguan cukup lama atau kambuh kembali jika tanpa pengobatan, bukan
merupakan reaksi terhadap stressor, perilaku tidak menganggu normal
sosial dan tidak terlihat adanya penyebab dan faktor organik (Stuart,
2013).
1) Disentegrasi kepribadian.
3) Perilaku agresif.
4) Kesulitan yang besar dalam berfungsi secara adekuat, kerusakan yang nyata atau
berat pada realitas (Stuart, 2013).
Berikut ini ialah jenis gangguan jiwa yang sering ditemukan di masyarakat
menurut Nasir, (2011) adalah sebagai berikut:
b. Depresi ialah salah satu gangguan jiwa pada alam perasaan afektif dan mood
ditandai dengan kemurungan, tidak bergairah, kelesuan, putus asa, perasaan tidak
berguna dan sebagainya. Depresi adalah salah satu gangguan jiwa yang
ditentukan banyak pada masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi. Hal ini
erat kaitannya dengan ketidak mampuan, kemiskinan atau ketidaktahuan
masyarakat.
c. Cemas ialah gejala kecemasan baik kronis maupun akut merupakan komponen
utama pada semua gangguan psikiatri. Komponen kecemasan dapat berupa bentuk
gangguan fobia, panik, obsesi komplusi dan sebagainya.
e. Bunuh diri, dalam keadaan normal angka bunuh diri berkisaran antara 8-50
per100ribu orang. Dengan kesulitan ekonomi angka ini meningkat 2 sampai 3
lebih tinggi. Angka bunuh diri pada masyarakat akan meningkat, berkaitan
penduduk bertambah cepat, kesulitan ekonomi dan pelayanan kesehatan.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Seharusnya bunuh diri sudah harus menjadi masalah kesehatan pada masyarakat
yang besar (Nasir, Abdul & Muhith, 2011).
f. Riwayat kehilangan dan kematian (Grief and bereavement)
1. Kehilangan (loss)
1.1. Definisi kehilangan
Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap
individu selama rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami
kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk
yang berbeda (Yosep, 2011).
Kehilangan adalah situasi aktual atau potensial ketika sesuatu (orang atau
objek) yang dihargai telah berubah, tidak ada lagi, atau menghilang. Seseorang
dapat kehilangan citra tubuh, orang terdekat, perasaan sejahtera, pekerjaan,
barang milik pribadi, keyakinan, atau sense of self baik sebagian ataupun
keseluruhan. Peristiwa kehilangan dapat terjadi secara tiba-tiba atau bertahap
sebagai sebuah pengalaman traumatik.
Kehilangan sendiri dianggap sebagai kondisi krisis, baik krisis situasional
ataupun krisis perkembangan (Mubarak & Chayatin, 2007) Kehilangan
merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau
tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan
merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada
menjadi tidak ada, baik sebagian ataupun seluruhnya.
Kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi usang,
berpindah tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam. Bagi seorang anak benda tersebut
mungkin berupa boneka atau selimut, bagi seorang dewasa mungkin berupa perhiasan atau suatu
aksesoris pakaian. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang tehadap benda yang hilang
tergantung pada nilai yang dimiliki orang tersebut terhadap benda yang dimilikinya, dan
kegunaan dari benda tersebut.
Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang telah di kenal
mencakup meninggalkan lingkungan yang telah dikenal selama periode tertentu atau kepindahan
secara permanen. Contohnya, termasuk pindah ke kota baru, mendapat pekerjaan baru, atau
perawatan di rumah sakit. Kehilangan melalui perpisahan dari lingkungan yang telah di kenal
dan dapat terjadi melalui situasi maturasional, misalnya ketika seorang lansia pindah ke rumah
perawatan, atau situasi situasional, contohnya kehilangan rumah akibat bencana alam atau
mengalami cedera atau penyakit. Perawatan dalam suatu institusi mengakibatkan isolasi dari
kejadian rutin. Peraturan rumah sakit menimbulkan suatu lingkungan yang sering bersifat
impersonal dan demoralisasi. Kesepian akibat lingkungan yang tidak dikenal dapat mengancam
harga diri dan membuat berduka menjadi lebih sulit.
Orang terdekat mencakup orang tua, pasangan, anak-anak, saudara sekandung, guru,
pendeta, teman, tetangga, dan rekan kerja. Artis atau atlet yang telah terkenal mungkin menjadi
orang terdekat bagi orang muda. Riset telah menunjukkan bahwa banyak hewan peliharaan
sebagai orang terdekat. Kehilangan dapat terjadi akibat perpisahan, pindah, melarikan diri,
promosi di tempat kerja, dan kematian.
Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis, atau
psikologis. Kehilangan bagian tubuh dapat mencakup anggota gerak, mata, rambut, gigi, atau
payudara. Kehilangan fungsi fisiologis mencakup kehilangan kontrol kandung kemih atau usus,
mobilitas, kekuatan, atau fungsi sensoris. Kehilangan fungsi psikologis termasuk kehilangan
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
ingatan, rasa humor, harga diri, percaya diri, kekuatan, respek atau cinta. Kehilangan aspek diri
ini dapat terjadi akibat penyakit, cedera, atau perubahan perkembangan atau situasi. Kehilangan
seperti ini, dapat menurunkan kesejahteraan individu. Orang tersebut tidak hanya mengalami
kedukaan akibat kehilangan tetapi juga dapat mengalami perubahan permanen dalam citra tubuh
dan konsep diri.
Setiap orang berespon secara berbeda-beda terhadap kematian. orang yang telah hidup
sendiri dan menderita penyakit kronis lama dapat mengalami kematian sebagai suatu perbedaan.
Sebagian menganggap kematian sebagai jalan masuk ke dalam kehidupan setelah kematian yang
akan mempersatukannya dengan orang yang kita cintai di surga. Sedangkan orang lain takut
perpisahan, dilalaikan, kesepian, atau cedera. Ketakutan terhadap kematian sering menjadikan
individu lebih bergantung.
Maslow (1954 dalam Videback, 2008) tindakan manusia dimotivasi oleh hierarki
kebutuhan, yang dimulai dengan kebutuhan fisiologis, (makanan, udara, air, dan tidur),
kemudian kebutuhan keselamatan (tempat yang aman untuk tinggal dan bekerja), kemudian
kebutuhan keamanan dan memiliki.
Apabila kebutuhan tersebut terpenuhi, individu dimotivasi oleh kebutuhan harga diri
yang menimbulkan rasa percaya diri dan adekuat. Kebutuhan yang terakhir ialah aktualisasi diri,
suatu upaya untuk mencapai potensi diri secara keseluruhan. Apabila kebutuhan manusia
tersebut tidak terpenuhi atau diabaikan karena suatu alasan, individu mengalami suatu
kehilangan.
Beberapa contoh kehilangan yang relevan dengan kebutuhan spesifik manusia yang
diindentifikasi dalam hierarki Maslow antara lain:
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
1.3.1. Genetik
Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang mempunyai riwayat
depresi biasanya sulit mengembangkan sikap optimistik dalam menghadapi suatu
permasalahan, termasuk menghadapi kehilangan.
Individu dengan keadaan fisik sehat, cara hidup yang teratur, cenderung mempunyai
kemampuan mengatasi stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang sedang
mengalami gangguan fisik. 1.3.3. Kesehatan jiwa/mental Individu yang mengalami
gangguan jiwa terutama mempunyai riwayat depresi, yang ditandai dengan perasaan tidak
berdaya, pesimistik, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka
terhadap situasi kehilangan.
Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang bermakna di masa kanak-kanak akan
mempengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi kehilangan di masa dewasa.
Uliyah dan Hidayat (2011) mengatakan bahwa kehilangan pada seseorang dapat memiliki
berbagai dampak, diantaranya pada masa anak-anak, kehilangan dapat mengancam kemampuan
untuk berkembang, kadangkadang akan timbul regresi serta merasa takut untuk ditinggalkan atau
dibiarkan kesepian. Pada masa remaja atau dewasa muda, kehilangan dapat terjadi disintegrasi
dalam keluarga, dan pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya kematian pasangan hidup
dapat menjadi pukulan yang sangat berat dan menghilangkan semangat hidup orang yang
ditinggalkan.
2. Berduka (grief)
Berduka merupakan reaksi terhadap kehilangan yang merupakan respon emosional yang
normal (Suliswati, 2005). Definisi lain menyebutkan bahwa berduka, dalam hal ini dukacita
adalah proses kompleks yang normal yang mencakup respon dan perilaku emosi, fisik, spiritual,
sosial, dan intelektual ketika individu, keluarga, dan komunitas menghadapi kehilangan aktual,
kehilangan yang diantisipasi, atau persepsi kehilangan ke dalam kehidupan pasien sehari-hari
(NANDA, 2011).
Dari berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa berduka merupakan suatu reaksi
psikologis sebagai respon kehilangan sesuatu yang dimiliki yang berpengaruh terhadap perilaku
emosi, fisik, spiritual, sosial, maupun intelektual seseorang. Berduka sendiri merupakan respon
yang normal yang dihadapi setiap orang dalam menghadapi kehilangan yang dirasakan.
Banyak situasi yang dapat menimbulkan kehilangan dan dapat menimbulkan respon
berduka pada diri seseorang (Carpenito, 2006). Situasi yang paling sering ditemui adalah sebagai
berikut:
2.2.1. Patofisiologis
Berhubungan dengan kehilangan fungsi atau kemandirian yang bersifat sekunder akibat
kehilangan fungsi neurologis, kardiovaskuler, sensori, muskuloskeletal, digestif, pernapasan,
ginjal dan trauma.
Berhubungan dengan peristiwa kehilangan akibat dialisis dalam jangka waktu yang lama dan
prosedur pembedahan (mastektomi, kolostomi, histerektomi).
Berhubungan dengan efek negatif serta peristiwa kehilangan sekunder akibat nyeri kronis,
penyakit terminal, dan kematian; berhubungan dengan kehilangan gaya hidup akibat melahirkan,
perkawinan, perpisahan, anak meninggalkan rumah, dan perceraian; dan berhubungan dengan
kehilangan normalitas sekunder akibat keadaan cacat, bekas luka, dan penyakit.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
2.2.4. Maturasional
Berhubungan dengan perubahan akibat penuaan seperti temanteman, pekerjaan, fungsi, dan
rumah dan berhubungan dengan kehilangan harapan dan impian. Rasa berduka yang muncul
pada setiap individu dipengaruhi oleh bagaimana cara individu merespon terhadap terjadinya
peristiwa kehilangan. Miller (1999 dalam Carpenito, 2006) menyatakan bahwa dalam
menghadapi kehilangan individu dipengaruhi oleh dukungan sosial (Support System), keyakinan
religius yang kuat, kesehatan mental yang baik, dan banyaknya sumber yang tersedia terkait
disfungsi fisik atau psikososial yang dialami. 2.3. Tanda dan gejala berduka Terdapat beberapa
sumber yang menjelaskan mengenai tanda dan gejala yang sering terlihat pada individu yang
sedang berduka. Buglass (2010) menyatakan bahwa tanda dan gejala berduka melibatkan empat
jenis reaksi, meliputi:
Tabel 2.1 Tanda dan Gejala Berduka Berdasarkan Respon yang Muncul
- Kebencian;
- Merasa bersalah dan kesepian;
- Perasaan mati rasa;
- Emosi tidak stabil;
- Keinginan kuat untuk mengembalikan ikatan dengan
individu atau benda yang hilang;
- Depresi, apatis, putus asa selama fase disorganisasi dan
keputusasaan.
Respon Spiritual - Kecewa dan marah pada Tuhan;
- Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
atau kehilangan;
- Tidak memiliki harapan, kehilangan makna.
Respon Perilaku - Menangis terisak atau tidak terkontrol;
- Gelisah;
- Iritabilitas atau perilaku bermusuhan;
- Mencari atau menghindar tempat dan aktivitas yang
dilakukan bersama orang yang telah meninggal;
- Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol;
- Kemungkinan melakukan upaya bunuh diri atau
pembunuhan.
Respon Fisiologis - Sakit kepala, insomnia;
- Gangguan nafsu makan;
- Tidak bertenaga;
- Gangguan pencernaan;
- Perubahan sistem imun dan endokrin.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Setiap orang merespon peristiwa kehilangan dengan cara yang sangat berbeda. Tanpa
melihat tingkat keparahannya, tidak ada respon yang bisa dikatakan maladaptif pada saat
menghadapi peristiwa kehilangan akut. Apabila proses berduka yang dialami individu bersifat
maladaptif, maka akan menimbulkan respon detrimental (cenderung merusak) yang
berkelanjutan dan berlangsung lama (Carpenito, 2006).
Proses berduka yang maladaptif tersebut akan menyebabkan berbagai masalah sebagai
akibat munculnya emosi negatif dalam diri individu. Dampak yang muncul diantaranya perasaan
ketidakberdayaan, harga diri rendah, hingga isolasi sosial.
Terdapat beberapa teori mengenai respon berduka terhadap kehilangan. Teori yang
dikemukan Kubler-Ross (1969 dalam Hidayat, 2009) mengenai tahapan berduka akibat
kehilangan berorientasi pada perilaku dan menyangkut lima tahap, yaitu sebagai berikut:
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya, atau
mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar-benar terjadi. Sebagai contoh, orang
atau keluarga dari orang yang menerima diagnosis terminal akan terus berupaya mencari
informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah letih, lemah, pucat,
mual, diare, gangguan pernapasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan sering kali
individu tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berlangsung beberapa menit
hingga beberapa tahun.
Pada fase ini individu menolak kehilangan. Kemarahan yang timbul sering
diproyeksikan kepada orang lain atau dirinya sendiri. Orang yang mengalami kehilangan
juga tidak jarang menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menyerang orang lain,
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
menolak pengobatan, bahkan menuduh dokter atau perawat tidak kompeten. Respon fisik
yang sering terjadi, antara lain muka merah, deyut nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan
menggepal, dan seterusnya.
Pada fase ini terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya kehilangan
dan dapat mencoba untuk membuat kesepakatan secara halus atau terang-terangan seolah
kehilangan tersebut dapat dicegah. Individu mungkin berupaya untuk melakukan tawar-
menawar dengan memohon kemurahan Tuhan.
Pada fase ini pasien sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang-kadang
bersikap sangat penurut, tidak mau berbicara menyatakan keputusasaan, rasa tidak
berharga, bahkan bisa muncul keinginan bunuh diri. Gejala fisik yang ditunjukkan, antara
lain, menolak makan, susah tidur, letih, turunnya dorongan libido, dan lain-lain
Pada fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran yang
selalu berpusat pada objek yang hilang mulai berkurang atau hilang. Individu telah
menerima kenyataan kehilangan yang dialaminya dan mulai memandang kedepan.
Gambaran tentang objek yang hilang akan mulai dilepaskan secara bertahap.
Perhatiannya akan beralih pada objek yang baru. Apabila individu dapat memulai tahap
tersebut dan menerima dengan perasaan damai, maka dia dapat mengakhiri proses
berduka serta dapat mengatasi perasaan kehilangan secara tuntas. Kegagalan untuk
masuk ke tahap penerimaan akan mempengaruhi kemampuan individu tersebut dalam
mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.
dicintai dan memprotes kehilangan yang tetap ada, fase ketiga kekacauan kognitif dan
keputusasaan emosional, mendapatkan dirinya sulit melakukan fungsi dalam kehidupan
sehari-hari dan fase keempat reorganisasi dan reintegrasi kesadaran diri sehingga dapat
mengembalikan hidupnya.
John Harvey (1998 dalam Videbeck, 2008) mendeskripsikan fase berduka yaitu,
fase pertama syok, menangis dengan keras, dan menyangkal, fase kedua intrusi pikiran,
distraksi, dan meninjau kembali kehilangan secara obsesif dan fase ketiga menceritakan
kepada orang lain sebagai cara meluapkan emosi dan secara kognitif menyusun kembali
peristiwa kehilangan.
disengaja maupun tidak disengaja. Banyak kasus yang menunjukkan bahwa tidak
sedikit orang yang tidak bertanggung jawab atas kondisi ini. Kehamilan yang tidak
diinginkan ini dapat dialami, baik oleh pasangan yang sudah menikah maupun
belum menikah (PKBI, 1998).
Kehamilam yang tidak diinginkan pada informan dewasa yang sudah menikah, yaitu (Habsjah,
2005: 19):
c. Ketika informan dalam masa subur, suami selalu tidak mau tahu dan tidak pernah mau
pakai kondom.
e. Tidak boleh hamil anak keempat karena sudah tiga kali operasi Caesar
f. Suami tidak bersedia menerima kehamilan lagi walaupun anak baru satu
g. Jarak antara anak terlalu dekat h. Suami baru PHK, dan sering sakit sedangkan gaji isteri
kecil i. Tidak sanggup menanggung anak tambahan
a. Penundaan dan peningkatan jarak usia perkawinan, dan semakin dininya usia menstruasi
pertama (menarche). Usia menstruasi yang semakin dini dan usia kawin yang semakin
tinggi menyebabkan “masa-masa rawan” semakin panjang. Hal ini terbukti dengan
banyaknya kasus hamil diluar nikah.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
c. Tidak menggunakan alat kontrasepsi, terutama untuk perempuan yang sudah menikah.
h. Alasan karir atau masih sekolah (karena kehamilan dan konsekuensi lainnya yang
dianggap dapat menghambat karir atau kegiatan belajar).
j. Kondisi janin yang dianggap cacat berat atau berjenis kelamin yang tidak diharapkan.
Salah satu penyebab kehamilan tidak diinginkan menurut PKBI (1998) adalah kegagalan
kontrasepsi, hasil penelitian menemukan bahwa sedikitnya 8 juta kasus per tahunnya terjadi
kegagalan metode kontrasepsi yang digunakan. Sedangkan menurut WHO (1998), penyebab
terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan adalah karena pasangan yang tidak menggunakan
kontrasepsi atau metode kontrasepsi yang digunakan gagal.
Meskipun metode KB sudah tersedia, namun masih ada para ibu yang tetap tidak
menggunakan metode kontrasepsi untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, hal ini
dikarenakan kurangnya akses informasi dan pelayanan KB, incest atau perkosaan,
kepercayaan suatu agama, tidak cukupnya pengetahuan tentang risiko kehamilan akibat
hubungan seks yang tidak aman, alasan ekonomi, dilarang oleh anggota keluarga, takut akan
efek samping yang dirasakan terhadap kesehatan, dan terbatasnya kemampuan perempuan
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
untuk mengambil keputusan dengan melihat dari hubungan seksual dan kontrasepsi yang
digunakan. Begitu pula dengan metode kontrasepsi, meskipun terdapat metode yang paling
efektif, kemungkinan gagal selalu ada karena berbagai alasan yang berhubungan dengan
teknologi dan cara menggunakannya (WHO, 1998).
Berbagai akibat yang mungkin dapat ditimbulkan oleh kehamilan yang tidak diinginkan,
antara lain (PKBI, 1998):
a. Kehamilan yang tidak diinginkan dapat mengakibatkan lahirnya seorang anak yang tidak
diinginkan (unwanted child), dimana anak ini akan mendapat cap buruk sepanjang
hidupnya. Masa depan “anak yang tidak diinginkan” ini sering mengalami keadaan yang
menyedihkan karena anak ini tidak mendapat kasih sayang dan pengasuhan yang
semestinya dari orang tuanya, selain itu perkembangan psikologisnya juga akan
terganggu. Besar kemungkinannya bahwa anak yang tumbuh tanpa kasih sayang dan
asuhan ini akan menjadi manusia yang tidak mengenal kasih sayang terhadap sesamanya.
b. Terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan juga dapat memicu terjadinya pengguguran
kandungan (aborsi) karena sebagian besar perempuan yang mengalami kehamilan yang
tidak diinginkan mengambil keputusan atau jalan keluar dengan melakukan aborsi,
terlebih lagi aborsi yang tidak aman.
Salah satu dari empat pilar dalam upaya Safe Motherhood adalah Keluarga Berencana
(KB). Program KB memiliki peranan dalam menurunkan risiko kematian ibu melalui upaya
pencegahan kehamilan, penundaan usia kehamilan, serta menjarangkan kehamilan.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Pelayanan keluarga berencana harus menyediakan informasi dan konseling yang lengkap dan
juga pilihan metode kontrasepsi yang memadai, termasuk kontrasepsi darurat, dan pelayanan
ini harus merupakan bagian dari program komprehensif pelayanan kesehatan reproduksi
(WHO, 1999: 1).
2.2.2 Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata: kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan
kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah cara yang digunakan untuk menunda,
menjarangkan, atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur
yang matang dengan sperma (BKKBN, 2007). Cara kerja kontrasepsi pada umumnya
mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma, dan menghalangi pertemuan
sel telur dengan sperma. Pembagian cara-cara kontrasepsi pada umumnya adalah sebagai
berikut (Depkes RI) :
a. Cara kontrasepsi sederhana, yaitu suatu cara yang dapat dikerjakan sendiri oleh peserta
keluarga berencana tanpa pemeriksaan medis terlebih dahulu. Cara kontrasepsi sederhana
tanpa alat/obat diantaranya senggama terputus dan pantang berkala, sedangka yang
menggunakan alat/obat, seperti: kondom, diafragma atau cap, cream, jelly, dan cairan
berbusa, tablet berbusa (vaginal tablet).
b. Cara kontrasepsi dengan metode efektif, yaitu penggunaan obat, suntikan, alat yang
mengakibatkan pencegahan yang efektif terhadap kemungkinan timbulnya kehamilan.
Untuk menggunakan cara-cara tersebut perlu pemeriksaan medis terlebih dahulu. Cara
kontrasepsi dengan metode efektif diantaranya: pil, suntikan, implant, IUD.
c. Cara kontrasepsi mantap, yaitu cara kontrasepsi melalui suatu tindakan operasi kecil
dengan cara mengikat atau memotong saluran telur pada isteri atau mengikat dan
memotong saluran sperma pada suami sehingga mengakibatkan pasangan yang
bersangkutan tidak akan mendapatkan keturunan. Cara kontrasepsi mantap pada isteri
disebut tubektomi sedangkan pada suami vasektomi. Cara kontrasepsi ini belum termasuk
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
dalam Program Keluarga Berencana Nasional, karena pada saat ini masih merupakan
kebijaksanaan pelayanan kesehatan.
Di seluruh dunia, antara 120 – 150 juta perempuan yang menikah ingin membatasi atau
menjarangkan kehamilan tidak menggunakan kontrasepsi. Meskipun metode KB tersedia,
masih banyak para perempuan yang belum menggunakannya. Hal ini dikarenakan kendala
keuangan, kepercayaan/agama tertentu, dilarang oleh anggota keluarga atau perhatian tentang
efek buruk yang dirasakan mengganggu kesehatan atau fertilitas (WHO, 2000: 6).
BKKBN (1998) menyatakan bahwa dari beberapa penelitian dan indepth interview dapat
disimpulkan penyebab utama yang berkembang mengapa sebagian besar wanita yang
umumnya berkeinginan menghindari kehamilan namun mereka tidak menggunakan
kontrasepsi. Hal itu ditandai dengan alasanasalan sebagai berikut:
2. Alasan kesehatan, alasan akan kecemasan karena takut efek samping yang
diakibatkan karena pengaruh kontrasepsi.
Berikut ini merupakan beberapa alasan mengenai kegagalan kontrasepsi yang sering terjadi :
3. Kondom bocor saat berhubungan seks Diperkirakan 2 – 5% kondom yang bocor atau
robek saat digunakan. Hal ini lebih sering dikarenakan penyalahgunaan; tidak
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
menggunakan pelicin yang cukup dapat menyebabkan kerusakan kondom; selain itu
kerobekan kecil juga dapat terjadi karena perhiasan, kuku pada jari tangan, dan
lainlain. Kondom yang dipakai sudah kadaluwarsa, salah penyimpanan, kerusakan
selama atau setelah pembuatan secara besar-besaran oleh pabrik, atau penyebab lain
yang dapat menimbulkan kegagalan kondom. Spermisida vagina sebaiknya
digunakan bersama dengan kondom untuk membantu menurunkan kemungkinan
kehamilan karena kejadian kegagalan kondom.
4. Menggunakan antibiotik atau obat-obatan lain atau jamu bersamaan dengan pil
kontrasepsi. Antibiotik yang ditemukan memiliki sifat yang berkebalikan dengan
keefektivitasan pil kombinasi kontrasepsi dengan cara kerja menurunkan konsentrasi
steroid hormon plasma. Wanita yang menggunakan pil kombinasi kontrasepsi
sebaiknya menggunakan metode alternatif kontrasepsi selama beberapa bulan ketika
mereka menggunakan antibiotik; rekomendasi dari jurnal Contraseption
Technologies termasuk penggunaan kontrasepsi alternatif selama penggunaan
antibiotik atau 14 hari ditambah 7 hari. Rencana ini diimplementasikan di hari
pertama saat mengkonsumsi antibiotik.
5. Mempercayai bahwa pada periode ketidaksuburan tidak bisa hamil atau tidak merasa
berisiko karena hanya melakukan hubungan seks satu kali tanpa menggunakan jenis
kontrasepsi apapun. Kehamilan normal terjadi pada pertengahan siklus,
bagaimanapun, banyak wanita yang mengalami kehamilan di saat periode
ketidaksuburannya. Peneliti dari National Institute of Environmental Health
menemukan secara potensial kemungkinan untuk menjadi hamil di hampir semua
hari saat siklus menstruasi anda.
PENUTUP
RANGKUMA
N
Dampak Perkosaan
- Dampak Fisik
- Dampak Psikologis
- Dampak Socio-psikologis
Alternatif Penyembuhan
2. Dukungan Psikologis
3. Dukungan Materi
4. Dukungan Social
17. Faktor memiliki anak yang banyak sehingga sulit untuk memberi nafkah.
18. Istri memiliki pekerjaan dan suami tidak memiliki pekerjaan, kebanyakan istri akan
sesuka hati memperlakukan seorang suami, sudah tudak menghormati suami.
19. Ketergantungan seorang istri terhadap suami, dan
20. Tingkat kepuasan seks yang menurun.
21. Ketidaksabaran dalam mengambil suatu tindakan,
TUGAS:
Nama Mahasiswa :
NPM :
Hari/ Tanggal :
Metode Pembelajaran :
Sangat Kurang
DEMENSI Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Nilai :
Dosen
1 Medan, .........................2020
2 Mahasiswa
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
( )
BAB 4
KEGIATAN BELAJAR
IV
Kebutuhan Khusus pada Permasalahan Geografi
I. PENDAHULUAN
berkembang di lingkungan masyarakat yang sesuai dengan potensi anak tersebut tetapi
sering kali hanya dinilai dengan pengukuran IQ (Intellegence Question) menurut
keberhasilan di bidang pendidikan formal. Kecerdasan tersebut ternyata tidak menjamin
kesuksesan anak dalam masyarakat.
TUJUAN PEMBELAJARAN
URAIAN
MATERI
keunikan serta kekhasan. Setiap manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan
segala kelebihan dan kekurangan namun tidak mengurangi dan menghilangkan semua
kemampuan yang mampu menyesuaikan dalam lingkungan hidupnya. Modal dasar
manusia sebagai makhluk hidup dalam menghadapi lingkungannya adalah upaya untuk
selalu belajar mengenai segala sesuatu yang dialami secara berkelanjutan berdasarkan
proses pendewasaan. Begitupula setiap anak dapat berkembang di lingkungan masyarakat
yang sesuai dengan potensi anak tersebut tetapi sering kali hanya dinilai dengan
pengukuran IQ (Intellegence Question) menurut keberhasilan di bidang pendidikan
formal. Kecerdasan tersebut ternyata tidak menjamin kesuksesan anak dalam masyarakat.
penyesuaian sosial terhadap pemenuhan hidup yang layak seperti halnya anak-anak
normal pada umumnya.
I. Lingkungan Berpolusi
Faktor lingkungan menjadi salah satu penyebab banyaknya jumlah anak
berkebutuhan khusus (ABK). Lingkungan industri menjadi salah satu pemicu kelainan
genetik di dalam kandungan. Limbah industri mencemari tanah di kawasan sekitar.
Risiko kelainan juga bisa terjadi pasca persalinan. Anak baru lahir sangat rawan
terserang berbagai macam penyakit. Sebab, daya tahan tubuhnya masih rendah. Karena
itu, stimulasi perlu diberikan sesuai usianya. Selain merangsang motorik dan kognitif,
stimulasi bisa melatih anak untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
Dalam studi Jacob King berjudul “Air pollution, mental health, and implications
for urban design: a review” (2018) memaparkan bahwa paparan O3 dan PM2.5 secara
terus-menerus bisa mengakibatkan kerusakan neurovaskular. Gangguan pada sistem saraf
itulah yang menyebabkan tekanan pada otak manusia.
Temuan ini diperkuat oleh studi Anna Gladka, Joanna Rymaszewska, dan Tomasz
Zatonski. Dalam studi yang terbit pada 2018 itu mereka membeberkan mekanisme
kerusakan struktur otak akibat kondisi udara yang buruk.
Menyebutkan bahwa partikel beracun yang terbawa oleh udara tersebut akan
masuk ke dalam saluran pernapasan kita dan turut serta dalam aliran darah ke otak.
Akibatnya, partikel yang terakumulasi bisa mengganggu kinerja otak, mengakibatkan
kemunculan penyakit seperti Alzheimer atau Parkinson, penyakit yang bisa menjadi
faktor risiko dari depresi.
King menambahkan, ada faktor lain yang bisa menjadi pemicu meningkatnya
gangguan psikologis pada orang di daerah berpolusi, misalnya penyakit kronis yang
diderita akibat paparan udara, serta keadaan emosional yang buruk. Sebab bisa saja,
buruknya kualitas udara terjadi akibat kepadatan lalu lintas jalanan atau suara bising
mesin-mesin industri.
airnya sudah tercemar limbah adalah contoh pemicu yang paling mudah kita temui
sehari-hari.
Bila dasarnya seorang anak memiliki fisik dan faktor genetik yang kuat, dia akan
bisa mengeluarkan lagi racun-racun tersebut. Namun, bila seorang anak memiliki
kelemahan tertentu dia bisa terkena gangguan, yang salah satunya autisme.
"Penyebab anak lahir dengan autisme akibat gen hanya 50 persen. Setengah lagi
berasal dari faktor lingkungan," tutur Sandin di laman Reuters, baru-baru ini.
Jika anak pertama lahir dengan autisme, anak yang lahir setelahnya mempunyai
risiko 10 kali lebih tinggi untuk mengidap kondisi yang sama. Sementara itu, jika ada
sepupu mengidap autisme, kemungkinan anak dari garis keturunan segarisnya lahir
dengan kondisi tersebut juga meningkat dua sampai tiga kali lipat.
"Pada level individual, risiko autisme meningkat tergantung dari bagaimana Anda
dekat secara genetik kepada anggota keluarga lain yang mengidap autisme,"
Polusi udara adalah kondisi yang bisa datang dalam berbagai bentuk. Biasanya udara
yang tercemar terdiri dari ozon, partikel, nitrogen dioksida, sulfur dioksida, asap knalpot
kendaraan, emisi dari gedung-gedung di perkotaan, debu, dan bahan kimia lainnya.
Dikutip dari American Pregnancy Association, rata-rata bayi lahir dengan berat badan
sekitar 2,75 kg hingga 4 kg, dalam usia kandungan 38-40 minggu. Nah, ketika bayi dilahirkan
dengan berat badan di bawah 2,5 kg, maka ia dianggap memiliki berat lahir rendah.
Paparan polusi udara yang buruk saat hamil pun diduga kuat turut memengaruhi masalah ini.
Sebuah penelitian di Beijing, yang merupakan salah satu kota dengan polusi udara buruk di
dunia, menemukan bahwa saat polusi udara di kota tersebut mulai diatasi, rata-rata berat lahir
bayi mengalami peningkatan.
Kondisi ini lebih rentan dialami oleh ibu hamil pada masa-masa di mana bayi sedang tumbuh
dan berkembang pesat, yakni di usia kehamilan trimester pertama dan kedua.
2. Kelahiran prematur
Menurut sebuah studi oleh The Stockholm Environment Institute (SEI) di University of
York, hampir tiga juta bayi dilahirkan prematur setiap tahun karena pengaruh buruknya polusi
udara.
Selain itu, disebutkan pula bahwa anak-anak yang lahir jauh sebelum waktu perkiraan persalinan
memiliki risiko signifikan kelainan neurologis dan cacat fisik permanen.
3. Autisme
4. Asma
Pada ibu hamil dengan asma, menghirup udara kotor bisa sangat berbahaya karena asma
yang kambuh bisa berujung pada preeklampsia.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Preeklampsia juga kerap dikaitkan dengan tekanan darah tinggi dan penurunan fungsi hati serta
ginjal. Jika asma bisa diatasi dengan tepat dan cepat, maka besar kemungkinan Mama dan si
Kecil akan baik-baik saja. Tetapi bisa asma yang kambuh tidak diobati dengan benar, janin
berisiko mengalami kekurangan oksigen, gangguan tumbuh kembang, kelahiran prematur, dan
berat lahir rendah.
5. Keguguran
Polusi udara memberikan dampak buruk bagi ibu hamil hampir sama seperti merokok.
Salah satunya memperbesar risiko keguguran. Oleh sebab itu, menghirup udara bersih pun
dianggap menjadi salah satu kebutuhan yang perlu dipenuhi ibu hamil. Polusi udara diketahui
dapat membahayakan janin dengan meningkatkan risiko kelahiran prematur dan berat lahir
rendah.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
BAB 5
KEGIATAN
BELAJAR V
Kebutuhan Khusus pada Permasalahan Ekonomi
I. PENDAHULUAN
Dalam sebuah proses ekonomi, sedikit kemungkinan untuk tidak timbul sebuah
masalah, bahkan sejak zaman dahulu. Adanya masalah ekonomi yang dihadapi, salah
satunya adalah karena adanya pertemuan antara kebutuhan manusia yang tidak
terbatas. Kemauan yang tidak terbatas ini, harus melawan sumber daya yang terbatas
sehingga menimbulkan masalah. Pokok permasalahan pertama ini timbul karena
adanya kaitan dengan persoalan jenis, jumlah barang ataupun jasa yang dibutuhkan
untuk proses produksi. Tujuannya jelas, yakni untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Dengan menentukan barang untuk proses produksi, akan menjadi masalah utama
yang sangat esensial dalam perekonomian. Karena, masalah ini tak lepas dari
persediaan sumber daya, baik manusia maupun alam yang jumlahnya terbatas.
Pemborosan dalam penggunaan sumber daya tak akan terelakkan.
Untuk itu tujuannya harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Untuk itu,
agar penentuan dapat dilakukan dengan tepat sasaran dan pasti apa saja yang harus
diproduksi, pihak produsen bisa mempertimbangkan hal-hal di bawah ini:
Faktor pertama adalah adanya insting dari manusia untuk terus mencari sesuatu
agar bisa memenuhi kebutuhan untuk kelangsungan hidupnya. Beberapa hal pokok yang
dibutuhkan manusia, misalnya pangan, sandang dan papan. Kebutuhan inilah yang wajib
dipenuhi sehingga produsen harus memproduksinya agar kelangsungan hidup manusia
dapat terjamin.
Kedua adalah adanya sifat selalu kurang puas yang dimiliki oleh manusia. Sifat
inilah yang akan selalu memunculkan kebutuhan baru, sehingga akan menimbulkan
permasalahan. Salah satu contoh nyata adalah adanya permintaan untuk obat pelangsing
ataupun penambah berat badan. Hal ini timbul karena ketidakpuasan manusia dengan
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
bentuk tubuh yang mereka miliki. Maka dari itu, dengan memperhatikan sifat ini,
produsen dapat memutuskan barang apa yang perlu dibuat.
Sifat lain yang dimiliki manusia adalah sifat suka meniru. Akibatnya akan timbul
kebutuhan baru yang harus dipenuhi manusia. Sifat meniru ini, bisa dilihat dari tingkah
laku, ataupun gaya hidup, baik itu dari televisi, majalah, hingga orang lain yang dijadikan
panutan. Dengan mengetahui sifat ini, produsen bisa melihat apa saja yang dibutuhkan
oleh para konsumennya. Salah satunya dengan melihat apa saja barang atau produk yang
sedang nge-trend dan pasti dibutuhkan oleh orang di dalam kehidupannya sehari-hari.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Memastikan Bagaimana Tingkat Ketersediaan Sumber Daya untuk Memproduksi Barang dan
Jasa yang Dibutuhkan
Hal kedua yang bisa diperhatikan oleh produsen adalah dengan memastikan
bagaimana tingkat ketersediaan sumber daya untuk memproduksi barang atau jasa yang
dibutuhkan. Hal ini, karena sumber daya bersifat langka dan penggunaannya bersifat
alternatif.Produsen harus menentapkan pilihannya untuk memberikan manfaat terbesar
bagi masyarakat. Jangan sampai barang kebutuhan sekuler melimpah, tetapi barang
kebutuhan primer sulit dijumpai. Maka dari itu, bertukar informasi dan pembagian kerja
antar produsen penting untuk dilakukan.
TUJUAN PEMBELAJARAN
URAIAN
MATERI
a. Kemiskinan
diartikan sebagai adanya kekurangan sumber daya yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang.
Sumber daya dalam pengertian ini adalah mencakup konsep ekonomi yang
luas dan tidak hanya pengertian finansial, tetapi perlu mempertimbangkan semua
jenis kekayaan (wealth) yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan
demikian, kemiskinan sekelompok orang sangat berkaitan dengan pendapatan dan
kebutuhan. Oleh karena perkiraan kebutuhan hanya mengacu pada kebutuhan pokok
atau kebutuhan dasar minimum untuk hidup layak, maka bila pendapatan seseorang
atau keluarga tidak memenuhi kebutuhan minimum, maka orang atau keluarga itu
dapat dikategorikan miskin. Dalam hal ini, tingkat pendapatan atau kebutuhan
minimum merupakan garis batas antara miskin dan tidak miskin. Garis pembatas
antara miskin dan tidak miskin itulah yang disebut dengan garis kemiskinan. Cara
demikian disebut dengan pengukuran kemiskinan absolut.
yang lebih dalam karena berkaitan dengan ketidakmampuan untuk mencapai aspek diluar
pendapatan. Kemiskinan dapat dibagi menjadi tiga kelompok antara lain:
Permasalahan kemiskinan pada saat ini sangatlah menjadi persoalan bangsa Indonesia,
kemiskinan telah menjadi isu global dari mana setiap negara merasa berkepentingan untuk
membahasnya. Berkaitan dengan penanganan kemiskinan di era globalisasi maka sering timbul
permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dengan adanya penganguran dimana-mana
penyebab kemiskinan yang tidak dapat di elakkan lagi dengan tingginya pertumbuhan ekonomi
yang berdampak pada kemiskinan.
Menurut Tajuddin Noer Effendi ( 1995:215) kebijakan makro dalam memerangi kemiskinan adalah:
4. Merangsang pertumbuhan ekonomi daerah, terutama pedesaan dengan bantuan INPRES dan
BANPRES
5. Penyebaran sarana sosial, seperti Pendidikan kesehatan, air bersih, KB, perbaikan lingkungan
( pertumbuhan).
6. Memperluas jangkauan sarana keuangan dan mendirikan berapa intitusi Kredit
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Secara konstitusi pada pasal 27 dan 34 UUD 1945 mengamanatkan tanggung jawab
pemerintah dalam pembangunan kesejateran sosial, kemiskinan adalah tanggung jawab bersama.
Kemiskinan dan globalisasi memang sudah bahan perdebatan, bukan hanya kalangan ekonom-
ekonom dalam negara maupun luar negari, sejak proses globalisasi mulai berkembang, kondisi
kehidupan di hampir semua negara terkesan meningkat, apabila diukur dari indikator-indikator
yang lebih luas, negara-negara maju dan kuat memang bisa meraih keuntungan, tetapi tidak
dengan negara-negara yang berkembang dan miskin.
Garis kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan yang dianggap untuk memperoleh
standar hidup yang mencukupi di suatu negara. Indonesia sebagai negara berkembang dan
memiliki jumlah penduduk yang besar tentu tidak terhindar dari masalah tersebut dengan
dibuktikan banyaknya masyarakat miskin dan penganguran yang besar, mayoritas yang tinggal di
pedesaan yang sulit untuk diakses bahkan di kota besar seperti Jakarta pun juga sangat bayak
ditemui masyarakat miskin dan penganguran.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan disertai pemerataan hasil pertumbuhan keseluruh
sektor usaha sangat dibutuhkan dalam upaya menurunnya tingkat kemiskinan. Untuk
mempercepat penurunan tingkat kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi harus ditingkatkan melalui
peningkatan pendapatan rumah tangga. Faktor lain yang mempengaruhi tingkat kemiskinan
adalah upah. Upah minimum ditetapkan berdasarkan kebutuhan hidup layak yang dibutuhkan
pekerja dengan harapan dapat mendorong peningkatan kesejateraan pekerja sehingga tingkat
kemiskinan akan berkurang.
1. Konsep Kemiskinan
Menurut sayogyo adalah kemiskinan didasarkan jumlah rupiah Pengeluaran rumah tangga
yang disertakan dengan jumlah kiloan koNsumsi beras per orang per tahun dan dibagi di wilayah
pedesaan dan perkotaan (Chariswardani Suryawati,2005) Daerah Pedesaan:
a. Miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil dari pada 320 kg nilai tukar beras per orang
per tahun.
b. Miskin sekali, bila pengeluaran keluarga lebih kecil dari pada 240 kg nilai tukar beras per
orang pertahun.
c. Paling miskin,bila pengeluaran keluarga lebih kecil dari pada 180 kg nilai tukar beras per
orang per tahun.
Daerah perkotaan:
a. Miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil dari pada 480 kg nilai tukar beras per orang
per tahun.
b. Miskin sekali, bila pengeluaran keluarga lebih kecil dari pada 380 kg nilai tukar beras per
orang per tahun.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
c. Paling miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil dari pada 270 kg nilai tukar beras per
orang per tahun.
a. Kriteria Keluarga Pra Sejatera ( Pra KS) yaitu keluarga yang tidak mempunyai
kemampuan untuk menjalankan perintah agama yang baik, minimum makan dua kali
sehari, membeli lebih dari satu stel pakaian per tahun, lantai rumah bersemen lebih dari
80 % dan berobat ke puskesmas bila sakit.
b. Kriteria Keluarga Sejatera 1 (KS1) yaitu keluarga yang tidak berkemampuan untuk
melaksanakan perintah agama dengan baik, minimal satu kali per mingu
daging/telur/ikan, membeli pakaian satu stel per tahun. Rata-rata luas lantai rumah 8
meter persegi per anggota keluarga, tidak ada anggota keluarga umur 10 sampai 60 tahun
yang buta huruf, semua anak berumur antara 5 sampai 15 tahun bersekolah, satu dari
anggota keluarga mempunyai penghasilan rutin atau tetap dan tidak ada yang sakit
selama tiga bulan.
Pada dasarnya kemiskinan yang senantiasa di indentifikasikan dengan taraf hidup yang
rendah, dapat diartikan sebagai suatu keadaan penduduk ditandai oleh kekurangan akan
kebutuhan pokok. Menurut Widodo ( 1997) menjelaskan bahwa konsep kebutuhan dasar selalu
dikaitkan dengan kemiskinan karena masalah kemiskinan merupakan obsesi bangsa dan
persoalan amanat mendasar yang harus ditangani pendududk miskin umumnya tidak
berpengahasilan cukup, bahkan tidak berpenghasilan sama sekali. Penduduk miskin umumnya
lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya pada kegiatan ekonomi sehingga
tertinggal masyarakat.
sebagaimana anggota masyarakat lain pada umumnya, Penduduk miskin umumnya berada pada
daerah pedesaan. Pendapatan perkapita keluarga berada dibawah garis kemiskinan, kurang giji,
kesehatan yang kurang baik, tingkat kematian bayi tinggi, pendidikan anak masih rendah kualitas
perumahan belum memenuhi syarat minimum dan pengeluaran konsumsi pangan yang utama
masih belum mencukupi.
2. Ciri-ciri Kemiskinan
Ciri-ciri kemiskinan yang ada berbeda antar wilayah, perbedaan ini terkait dengan
kemiskinan sumber daya alam, sumber daya manusia dan kelembagaan setempat. Oleh karena
itu penangulangan kemiskinan akan lebih efektif kalau dikaitkan dengan prinsip desentralisasi
dalam upaya meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat.
Mengemukakan ciri-ciri rumah tangga miskin adalah sebagian besar rumah tangga hanya
mempunyai satu orang pekerja, sebagian besar tempat tinggal rumah tangga miskin belum
memenuhi persyaratan kesehatan yang ada, sebagian besar memiliki lahan relatif kecil.
Tingkat pendidikan kepala rumah tangga sebagian masih rendah, rata-rata jam kerja masih
rendah jika dibandingkan dengan rumah tangga tidak miskin status pekerjaan 70% adalah
Nelayan.
Masalah kemiskinan tidak lepas dari penyebab kemiskinan tersebut atau kata lain
harus mencari akar dan sumber kemiskinan itu sendiri sebenarnya. Untuk mengetahui faktor-
faktor penyebab kemiskinan adalah sangat kompleks. Karena kondisi antara satu daerah
dengan daerah lainnya beda. Oleh karena itu faktor-faktor penyebab dari kemiskinan adalah
berbeda antara derah satu dengan lainya seperti yang dikemukakan terdahulu, meskipun
prinsip dasarnya adalah sama. Pendapat di atas mempunyai penekanan bahwa karakteristik
yang ada di daerah perkampungan dapat dilihat dari kondisi perumahan orang-orang dan
ketersedian sarana/ prasarana umum dibutuhkan oleh masyrakat.
Dalam proses pembangunan suatu negara ada tiga macam kemiskinan antara lain:
a. Miskin karena miskin, kemiskinan ini disebabkan kemiskinan yang merupakan akibat
rendahnya tingkat pendidikan, kesehatan kurang memadai dan kurang terolahnya potensi
ekonomi.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
b. Kemiskinan yang sebenarnya tidak perlu terjadi dit engah-tengah kelimpahan, kemiskinan
yang di sebabkan oleh buruknya daya beli dan sistem yang berlaku.
c. Kemiskinan yang disebabkan karena tidak meratanya serta buruknya pendistribusian
produk nasional total ( syahrir, 1986).
3. Faktor-faktor penyebab
a. Secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidak samaan pola kepemilikan
sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapat yang tak seimbang. Penduduk
miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah.
b. Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia yang rendah
berarti produktifitasnya rendah yang gilirannya upah rendah. Rendahnya kualitas sumber
daya manusia karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya
diskriminasi atau karena keturunan.
c. Miskin muncul karena akibat perbedaan akses dalam modal.
Faktor-faktor kemiskinan ditinjau dari keadaan sosial budaya yang dikemukakan oleh Kusnaedi
(1995) antara lain:
a. Adat istiadat Keterikatan terhadap pola-pola tradisional dari ikatan adat yang kuat
seringkali menghambat dalam pembaharuan ke arah yang lebih maju sehingga tertinggal
oleh daerah lain yang lebih respon terhadap teknologi.
b. Pengeluaran dan keterampilan masyarakat Faktor ini terikat dengan faktor di atas. Akibat
keterisolasian dan keterkaitan pada pola tradisional menyebabkan rendahnya pengetahuan
dan keterampilan masyarakat tersebut sehingga ketinggalan.
c. Situasi politik dan kebijaksanaan penguasa Kebijaksanaan ini menyangkut pengalokasian
anggaran yang baik yang tidak seimbang antara satu kawasan dengan kawasan lain dan
strategi pembanguanan yang timpang antara pertumbuhan ekonomi dengan pemerataan,
selain itu dapat diakibatkan oleh kebijaksanaan yang tidak berpihak pada perlindungan
terhadap rakyat lemah dari desakan industrialisasi yang kapitalis.
Pendapat dari Amirullah (2001) mengidentifikasi penyebab kemiskinan dipandang dari sisi
ekonomi antara lain:
1. Secara mikro kemiskinan muncul karena ketidak samaan pola kepemilikan sumber daya
dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah.
2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia. Kualitas
sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas rendah yang pada giliranya
upahnya rendah.
Ada dua macam ukuran kemiskinan yang bisa digunakan yaitu kemiskinan absolut dan
kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut berkaitan dengan tingkat pendapatan dan kebutuhan.
Kebutuhan tersebut dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar yang memungkinkan
seseorang hidup secara layak. Apabila kebutuhan hidup secara layak. Apabila pendapatan
tersebut tidak mencapai kebutuhan minimum maka dapat dikatakan miskin. Kemiskinan dapat
diukur dengan membandingkan tingkat pendapatan yang diperlukan untuk kebutuhan hidup.
Sedangkan kemiskinan relatif yaitu apabila seseorang yang sudah mempunyai tingkat
pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum tidak selalu berarti miskin.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Kemiskinan adalah suatu kondisi yang ditandai dengan kekurangan kebutuhan dasar
manusia termasuk makan, minum yang aman, kesehatan tempat tinggal dan pendidikan.
Kemiskinan merupakan masalah manusia yang telah lama diperbincangkan karena berkaitan
dengan tingkat kesejateraan masyarakat dan upaya penanganan. Kemiskinan adalah suatu
keadaan dimana tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf kehidupan yang
memiliki dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya dalam memnuhi
kebutuhannya.
a. Kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia di kota Medan Lapangan pekerjaan yang
terdapat di Medan tidak seimbang dengan jumlah penduduk yang ada dimana lapangan
pekerjaan yang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduknya.dengan demikian
banyak penduduk diMedan Yang tidak memperoleh penghasilan.
b. Laju pertumbuhan penduduk Pertumbuhan penduduk Indonesia terus meningkat di setiap
10 tahun menurut hasil sensus penduduk. Meningkatnya jumlah penduduk membuat
Medan semakin terpuruk dengan keadaan ekonomi yang belum mapan. Jumlah penduduk
yang berkerja tidak seimbang dengan jumlah beban ketergantungan. Pengahsilan yang
minim ditambah dengan banyaknya beban ketergantungan yang harus ditanggung
membuat penduduk dibawah kemiskinan.
c. Angkatan kerja,penduduk yang berkerja dan penganguran. Secara garis besar penduduk
suatu negara dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Yang
tergolong sebagai tenaga kerja ialah penduduk yang berumur di dalam batas usia kerja.
Batas usia kerja berbeda-beda di setiap negara yang satu dengan yang lain. Batas usia
kerja yang dianut oleh Indonesia minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Jadi
setiap orang atau semua penduduk kesenjangan dikatakan lunak, distribusi pendapatan
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
nasional dikatakan cukup merata. Pendapatan penduduk yang dapat dihasilkan yang
mereka lakukan relatif tidak dapat memnuhi kebutuhan sehari-hari sedangkan ada
sebagian penduduk Indonesia mempunyai pendapatan yang berlebih.
d. Tingkat pendidikan yang rendah Rendahnya kualitas penduduk juga merupakan salah
satu penyebab kemiskinan dan pengangguran di suatu negara, ini disebabkan karena
rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan tenaga kerja. Untuk adanya
perkembangan ekonomi terutama industri jelas sekali dibutuhkan lebih banyak tenaga
kerja yang mempunyai skiil atau paling tidak dapat membaca dan menulis. Pada
umumnya untuk memperoleh pendapatan yang tinggi diperlukan pendiddikan yang tinggi
pula atau minimal mempunyai keterampilan yang memadai sehingga dapat memperoleh
pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga kemakmuran
penduduk dapat dilaksanakan dengan baik dan kemiskinan dapat ditanggulangi.
cita mimpi mereka. Ini memyebab kemiskinan yang dalam kareana hilangnya
kesempatan untuk bersaing dengan global dan hilangnya kesempatan mendapatkan
pekerjaan yang layak.Buruknya generasi penerus adalah dampak yang berbahaya
akibat kemiskinan.Jika anak-anak putus sekolah dan berkerja karena terpaksa, maka
akan ada gangguan pada anak-anak itu sendiri seperti gangguan pada perkembangan
mental dan fisik dan cara berfikir mereka. Contoh anak-anak jalanan yang tak
mempunyai tempat tinggal, tidur di jalanan, tidak sekolah, mengamen untuk mencari
makan dan lainnya. Generasi penerus merupakan dampak panjang dan buruk karena
anak-anak seharusnya mendapatkan hak mereka untuk bahagia, mendapatkan
pendidikan, mendapatkan nutrisi baik. Ini dapat menyebabkan mereka terjebak dalam
kesulitan hingga dewasa dan dampak pada generasi penerus.
d. Tingkat kejahatan meningkat, masyarakat Indonesia jadi terdesak untuk memperoleh
pendapatan dengan cara kejahatan karena dengan cara yang baik mereka tidak
mempunyai modal yaitu ilmu dan keterampilan yang cukup.
6. Penanggulangan Kemiskinan
Secara teoritis penangulangan kemiskinan dapat dipandang sebagai redistribusi
dari golongan masyarakat kaya kepada yang miskin karena kesejahteraan golongan kaya
dapat dibandingkan dengan golongan miskin. Teori yang dijelaskan diatas dapat dilihat
dari berapa faktor yaitu:
a. Faktor Ekonomi Modal yang terbatas dan sulit untuk diperoleh sehingga
kehidupan yang dijalani ditambah lagi penduduk miskin tidak memiliki
tempat tinggal yang layak apalagi menyangkut kepemilikan rumah. Setatus
pekerjaan yang dijalani lebih sering tidak tetap dan bekerja serabutan selama
bisa menghasilkan uang akan dijalani 12 oleh mereka. Jam kerjanya juga tidak
jelas bekerja dalam waktu yang lama tetapi upah yang diperoleh rendah.
b. Faktor Demografi Kemiskinan yang disebabkan oleh kondisi ekonomi yang
ada tetapi kondisi demografis dimulai dari umur pernikahan yang relatif muda
sehinggga menghasilkan keturunan sementara pendapatan yang dimiliki tidak
cukup untuk memenuhi seluruh keluarga. Hal tersebut menyebabkan
kesejahteraan tidak tercapai dalam kehidupan sehari-hari.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Perkembangan anak pada umumnya meliputi keadaan fisik, emosional, sosial dan
intelektual. Bila kesemuanya berjalan secara harmonis maka dapat dikatakan bahwa anak
tersebut dalam keadaan sehat jiwanya, fisik, sosial dan intelektualnya. Selain itu, nilai-
nilai sosial, norma agama, serta prinsip hidup yang diinternalisasikan melalui
persinggungan dan interaksi sosial anak yang intensif dengan anggota keluarga akan
lebih mudah menancap kuat di alam kesadaran anak yang kelak akan menjadi sistem
kontrol internal bagi perilaku mereka. Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang
dilahirkan dari perkawinan antara seorang perempuan dengan seorang laki-laki,
termaksud anak yang dilahirkan tidak melalui pernikahan tetap dikatakan anak. Anak
juga merupakan cikal bakal lahirnya suatu generasi baru yang merupakan penerus cita-
cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan Nasional. Anak
adalah aset bangsa. Masa depan bangsa dan Negara dimasa yang akan datang berada di
tangan anak sekarang. Semakin baik keperibadian anak sekarang maka semakin baik pula
kehidupan masa depan bangsa. Begitu pula sebaliknya, Apabila keperibadian anak
tersebut buruk maka akan bobrok pula kehidupan bangsa yang akan datang.
Dalam konteks ini, orang tua adalah pemegang kendali utama tanggung jawab
atas proses pembentukan karakter anak. Kita tidak dapat menutup mata misalnya, bahwa
saat ini terjadi pergeseran nilai kesusilaan pada masyarakat mengenai terminologi patut
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
dan tidak patut. Di level itu, peran orang tua menjadi sangat penting untuk memberikan
pemahaman kepada anak sebagai bekal utama sebelum mereka terjun ke masyarakat
melalui sekolahan dan media interaksi sosial lainnya. Karena itu, teladan sikap orang tua
sangat dibutuhkan bagi perkembangan anak-anak mereka. Hal ini penting karena pada
fase perkembangan manusia, usia anak adalah tahapan untuk mencontoh sikap dan
perilaku orang di sekitar mereka.
Nilai-nilai agama yang dianut orang tua juga menjadi salah satu hal yang penting
yang ditanamkan orang tua pada anak dalam pengasuhan yang mereka lakukan sehingga
lembaga keagamaan juga turut berperan didalamnya. Kepribadian dalam mengasuh anak
orang tua bukan hanya mampu mengkomunikasikan fakta, gagasan dan pengetahuan saja,
melainkan membantu menumbuhkembangkan kepribadian anak. Pendapat tersebut
merujuk pada teori Humanistik yang menitikberatkan pendidikan bertumpu pada peserta
didik, artinya anak perlu mendapat perhatian dalam membangun sistem pendidikan.
Apabila anak telah menunjukkan gejala-gejala yang kurang baik, berarti mereka sudah
tidak menunjukkan niat belajar yang sesungguhnya. Kalau gejala ini dibiarkan terus akan
menjadi masalah di dalam mencapai keberhasilan belajarnya.
Jumlah anak yang dimiliki keluarga akan mempengaruhi pola asuh yang
diterapkan orang tua. Semakin banyak jumlah anak dalam keluarga, maka ada
kecenderungan bahwa orang tua tidak begitu menerapkan pola asuh secara maksimal
pada anak karena perhatian dan waktunya terbagi antara anak yang satu dengan anak
yang lainnya. Orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara dan sebagai
pendidik terhadap anak-anaknya. Setiap orang pasti menginginkan anak-anaknya menjadi
manusia yang berakhlak. Akan tetapi banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa cara
mereka mendidik membuat anak merasa tidak diperhatikan, dibatasi kebebasannya,
bahkan ada yang merasa tidak disayang oleh orang tuanya. Perasaan-perasaan itulah yang
banyak mempengaruhi sikap, perasaan, cara berpikir bahkan kecerdasan mereka.
Pola asuh adalah tata cara mendidik dan memelihara serta membimbing keluarga,
sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orang tua harus meletakan dasar-
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
dasar moral, etika dan perilaku yang baik pada anak-anaknya sehingga tercipta sesuatu
yang bermanfaat bagi diri mereka sendiri, keluarga maupun masyarakat. Ada 3 jenis pola
asuh yang terjadi di masyarakat yaitu sebagai berikut:
1. Dampak pola asuh otoriter Dalam pola asuhan ini, orang tua memiliki peraturan yang
kaku dalam mengasuh anak-anaknya. Tiap pelanggaran dikenakan hukuman, bersifat
memaksa dan cenderung tidak mengenal kompromi serta dalam berkomunikasi
bersifat 1 arah. Orang tua menerapkan pola asuh ini ketika berinteraksi dengan anak,
orang tua memberikan arahan kepada anak dengan tegas tanpa adanya perlawanan
dari anak itu sendiri, namun apabila arahan yang diberikan positif maka akan
berdampak baik kepada anak dan apabila arahan yang diberikan bersipat negatif maka
akan berdampak buruk bagi anak dalam pergaulannya sehari-hari.
a. Dampak Positif Pola asuh otoriter merupakan pola asuh paling bahaya, dimana
semua keinginan orang tua harus dituruti oleh anak tanpa pengecualian. Disini
anak tidak bisa memberikan pendapat dan hanya bisa mengikuti kemauan orang
tua tersebut tanpa diberikan alasan, Orang tua tipe ini juga cenderung memaksa,
memerintah, menghukum. Ketika anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan
orang tua. Pola asuh otoriter yang diterapkan orang tua kepada anak akan
memberikan dampak positif bagi perilakunya, akibat dari keinginan orang tua
yang harus dituruti tanpa pengecualian dari anak, terkadang timbul sebuah
keinginan yang bersifat positif.
b. Dampak Negatif
Pola asuh otoriter yang diterapkan oleh orang tua terhadap anak memberikan
dampak negatif pada perilakunya, berdasarkan hasil pengamatan/observasi
langsung di lapangan, jika anak dipaksa untuk melakukan sesuatu yang menurut si
anak bosan maka anak melakukan sesuatu tindakan yang negatif.
asuhan ini, orang tua memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu
untuk mengendalikan mereka bersikap rasional dan bersikap realistis terhadap
kemampuan anak, tidak berharap lebih yang melampaui kemampuan anak, hukuman
yang diberikan tidak pernah kasar serta pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
Pengasuhan demokratis memberikan dampak positif terhadap perilaku anak,
berdasarkan hasil pengamatan/observasi langsung di lapangan bahwa pola asuh
demokratis memberikan dampak positif pada perilaku anak, dan tidak ditemukan
berdampak negatif pada perilaku anak.
TUGAS
1. dalam UU No.39 tahun 1999 tentang Hak asasi mansia. Beberapa pihak menyebutkan
kelompok rentan dengan sudut pandang kemerataan hak sebagai warga negara berkenaan
dengan kekhususuannya.
Siapakah yang merupakan kelompok rentan di Indonesia?
a. Lansia, anak-anak, perempuan, fakir miskin, disabilitas
b. Wanita hamil, penyandang disabilitas, lansia, fakir miskin
c. Perempuan, anak-anak, lansia, penyandang disabilitas, kaum minoritas
d. Suku terasing, kelompok minoritas, perempuan, anak-anak, lansia, disabilitas
e. Perempuan, anak-anak, lansia, penyandang disabilitas, kaum minoritas/terasing,
fakir miskin
B. Bencana gempa yang terjadi di Lombok, NTT tanggal 21 Agustus 2018 telah menimbulkan
korban sebanyak 515 jiwa, korban luka sebanyak 7.145 orang, jumlah rumah rusak yang
sudah tidak layak lagi dihuni sebanyak 73.843 dan jumlah pengungsi mencapai 431.416
orang. Kondisi pengugsian yang penuh sesak tanpa tenda dan fasilitas memadai, ditambah
trauma dan cuaca buruk, membuat korban terutama perempuan dan anak-anak menderita
sakit.
Jenis kerentanan apakah yang terdapat dalam kasus diatas?
a. Kerentanan mental
b. Kerentanan sosial
c. Kerentanan alam
d. Kerentanan fisik
e. Kerentanan ekonomi
C. Mencuatnya kasus wanita (KU) 35 tahun yang menggorok leher ketiga anaknya pada hari
Minggu 20 Maret 2022 di Brebes Jawa Tengah yang mengakibatkan 1 (satu) orang
meninggal dunia, telah menambah jumlah kasus ibu membunuh anak kandung. Menurut
pengakuan tersangka, tindakan tersebut merupakan upayanya sebagai ibu untuk
menyelamatkan anak-anaknya dari penderitaan hidup yang akan dialami anaknya di masa
yang akan datang. Menurutnya, suaminya sering membentak-bantak anaknya, sehingg a ia
merasa kasihan.
Jenis kerentan apakah yang terjadi pada kasus diatas?
a. Kerentanan mental
b. Kerentanan sosial
c. Kerentanan alam
d. Kerentanan fisik
e. Kerentanan ekonomi
D. Pada sarana transportasi umum di perkotaan seperti Kereta Rel Listrik (KRL) wajib
menyediakan kursi prioritas untuk ibu hamil. Menurut dr. Vita Silviasna, SpOG dari Rumah
Sakita Universitas Indonesia (RS UI), ibu hamil termasuk golongan yang lemah dibanding
pengguna lainnya akibat kehamilan itu sendiri, seperti beban tulang belakang ibu hamil yang
semakin berat apalagi jika kehamilannya sudah semakin besar,. Selain itu terlalu lama berdiri
dapat menyebabkan terhambatnya aliran darah balik pada ibu hamil.
Jenis kerentanan apakah yang terjadi pada kasus diatas?
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
a. Kerentanan mental
b. Kerentanan sosial
c. Kerentanan alam
d. Kerentanan fisik
e. Kerentanan ekonomi
E. Hingga abad ke 21 ini, perempuan dan anak masih menjadi kelompok masyarakat yang
tertinggal di berbagai aspek pembangunan. Masih adanya kesenjangan akses, partisipasi,
kontrol dan manfaat yang dialami perempuan dan anak merupakan dampak jangka Panjang
kesenjangan gender. Pada beberapa instansi kerja masih ditemukan pengutamaan penerimaan
pekerja laki-laki akibat pertimbangan kebutuhan lama cuti yang cukup banyak pada tenaga
kerja wanita seperti cuti bersalin.
Jenis kerentanan apakah yang terjadi pada kasus diatas?
a. Kerentanan mental
b. Kerentanan sosial
c. Kerentanan alam
d. Kerentanan fisik
e. Kerentanan ekonomi
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
BAB 6
KEGIATAN BELAJAR VI
I. PENDAHULUAN
Masalah sosial. Masalah Sosial adalah perbedaan antara harapan dan kenyataan
atau sebagai kesenjangan antara situasi yang ada dengan situasi yang seharusnya
(Jenssen, 1992). Masalah sosial dipandang oleh sejumlah orang dalam
masyarakat sebagai sesuatu kondisi yang tidak diharapkan.
Keterampilan sosial memegang peranan yang penting dalam relasi antar teman
maupun dengan lingkungan sekitarnya Keterampilan sosial yang dimiliki oleh
anak berkebutuhan khusus di jenjang pendidikan inklusif pun bervariasi,
bergantung pada jenis kelainan dari individunya.
2. Sumber dari permasalahan sosial merupakan akibat dari suatu gejala sosial di masyarakat.
3. Adanya pihak yang menetapkan suatu gejala sosial tergantung dari karakteristik
masyarakatnya.
4. Perasalahan sosial yang nyata (manifest social problem) dan masalah sosial tersembunyi
(latent social problem).
Permasalahan sosial yang ada di masyarakat sangat beragam. Masalah yang dihadapi oleh
seseorang belum tentu dapat disebut sebagai masalah sosial. Oleh karena
itu, Raabdan Selznick mengemukakan permasalahan sosial yang ada di masyarakat dapat terjadi
apabila:
1. Terjadi hubungan antarwarga masyarakat yang menghambat pencapaian tujuan penting dari
sebagian besar warga masyarakat.
2. Organisasi sosial tidak dapat mengatur hubungan antar warga dalam menghadapi ancaman
dari luar.
5. Meningkatkan pengangguran
TUJUAN PEMBELAJARAN
URAIAN
MATERI
Situasi tidak terduga, berada pada tempat dan waktu yang salah atau karena
kekhilafan seseorang harus kehilangan kemerdekaan menjadi narapidana. menjadi ironis
disini bahwa si-narapidana ini adalah seorang wanita yang saat dijatuhi putusan oleh
hakim, dalam keadaan hamil sehingga masa-masa kehamilan bahkan bisa saja sampai
melahirkan dijalani dalam penjara Oleh sebab itu patut disayangkan apabila masih ada
pemikiran, angapan bahkan tindakan yang kurang memberikan penghargaan terhadap
Wanita Indonesia.
Kedudukan wanita dalam sistem sosial, budaya, politik, hingga hukum pun
seringkali mendapat tempat yang dianggap tidak sepadan dan tidak setara dengan
lakilaki. Kedudukan wanita dalam hukum Indonesia sudah dijelaskan secara eksplisit
dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam Pasal 27 UUDNRI Tahun 1945 telah ditentukan bahwa semua warga
negara sama kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan bahwa setiap
warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Tidak ada satu kata pun yang bersifat diskriminatif terhadap wanita, hal ini bawah para
founding father Negara ini sejak awal meyadari benar bahwa tidak ada perbedaan dalam
memperlakukan warga Negara-nya antara laki-laki dan perempuan.
4) Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan;
Sistem pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara
pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan
secara terpadu antara pembina, yang dibina dan masyarakat.
Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas warga binaan pemasyarakatan agar
menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga
dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam
pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung
jawab. Adanya hubungan keterkaitan dan saling mempengaruhi antara berbagai
komponen narapidana, alat penegak hukum (pembina) dan masyarakat di luar lembaga
pemasyarakatan dalam menjalankan sistem pemasyarakatan tersebut.
1. Narapidana ;
2. Alat Negara penegak hukum beserta masyarakat;
3. Lingkungan hidup sosial dengan segala aspeknya.
Dengan demikian diharapkan terpidana pada waktu lepas dari lembaga benar-
benar telah siap hidup bermasyarakat kembali dengan baik. Pemasyarakatan sebagai
sebuah sistem dan merupakan sub sistem terakhir dari sistem peradilan pidana adalah
merupakan serangkaian penegakan hukum yang bertujuan :
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Dalam hal perlakuan Narapidana sebagai subyek, adalah tidak adanya perbedaan
perlakuan (dalam masalah pembinaan) antara Narapidana pemula dengan narapidana
residivist. Ini adalah sebagai akibat tahapan proses pembinaan yang telah ditentukan
secara baku. Namun demikian, perlakuan terhadap Narapidana pemula dengan
narapidana residivist, ada perbedaan dalam masalah pengawasan (keamanannya).
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
1. Pemeriksaan kesehatan dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan
dan dicatat dalam kartu kesehatan.
2. Dalam hal ada keluhan mengenai kesehatan, maka dokter atau tenaga kesehatan
RUTAN/Cabang RUTAN atau LAPAS/Cabang LAPAS wajib melakukan
pemeriksaan terhadap tahanan
3. Dalam hal hasil pemeriksaan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan ayat (2) ditemukan adanya penyakit menular atau yang membahayakan,
maka tahanan tersebut wajib dirawat secara khusus. Menurut penjelasan ayat (3)
nya, yang dimaksud dirawat secara khusus adalah “dengan menempatkan di
tempat tertentu untuk mencegah penularan kepada tahanan yang lain atau
menempatkan di rumah sakit dengan suatu pengawalan oleh petugas kepolisian”
Jika ternyata ada penyakit yang diderita, dan tidak dapat ditangani oleh dokter di
Rutan, menurut pasal 24 PP No. 58/1999, pelayanan kesehatan dapat dilakukan
di luar Rutan.
Akan tetapi, haruslah didahului oleh izin dari instansi yang menahan dan
kepala Rutan/Cabang Rutan. Biaya perawatannya pun dibebankan kepada Negara.
Untuk lebih jelasnya, berikut redaksi pasal 24 PP No. 58/1999
1) Dalam hal tahanan yang sakit memerlukan perawatan lebih lanjut, maka
dokter atau tenaga kesehatan RUTAN/Cabang RUTAN atau LAPAS/Cabang
LAPAS memberikan rekomendasi kepada Kepala RUTAN/Cabang RUTAN
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
yang mendapat perlakuan khusus dari narapidana pria yang berbeda dalam
beberapa hal, diantaranya karena wanita mempunyai kodrat yang tidak dipunyai
oleh narapidana pria yaitu menstruasi, hamil, melahirkan, dan menyusui maka
dalam hal ini hak-hak narapidana wanita perlu mendapat perhatian yang khusus
baik menurut Undang-Undang maupun oleh petugas lembaga pemasyarakatan.
Pengaturan mengenai pelaksanaan hak narapidana wanita tertuang di dalam
Peraturan Pemerintah Nomor : 32 Tahun 1999, tentang Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, dimana Pasal 20 mengatur
perlindungan terhadap narapidana wanita yaitu :
narapidana dan Anak didik pemasyarakatan yang sakit, hamil dan
menyusui berhak mendapat makanan tambahan sesuai dengan petunjuk
dokter.
makanan tambahan juga diberikan kepada narapidana yang melakukan
jenis pekerjaan tertentu
anak dari narapidana wanita yang dibawa kedalam LAPAS ataupun yang
lahir di LAPAS dapat diberi makanan tambahan atas petunjuk dokter,
paling lama sampai berumur 2 (dua) tahun.
dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 telah mencapai umur
2 (dua) tahun, harus diserahkan kepada bapaknya atau sanak keluarga,
atau pihak lain atas persetujuan ibunya dan dibuat dalam satu berita acara.
untuk kepentingan kesehatan anak, Kepala LAPAS dapat menentukan
makanan tambahan. Anak yang lahir di Lembaga Pemasyarakatan telah
mencapai 2 tahun harus diserahkan kepada bapaknya atau sanak keluarga
atau pihak lain atas persetujuan ibunya. Kenyataannya di lembaga
pemasyarakatan belum sampai mencapai usia 2 tahun sudah di ambil oleh
pihak keluarga.
Kodrat yang tidak dipunyai oleh narapidana pria yaitu menstruasi,
hamil, melahirkan, dan menyusui maka dalam hal ini hak-hak narapidana
wanita perlu mendapat perhatian yang khusus baik menurut Undang-
Undang maupun oleh petugas lembaga pemasyarakatan. Pelaksanaan hak-
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
B. Single Parent
Menurut single parent adalah orang yang melakukan tugas sebagai orang
tua (ayah atau ibu) seorang diri, karena kehilangan atau terpisah dengan
pasangannya. Single parent adalah keluarga yang terdiri dari orang tua tunggal
baik ayah atau ibu sebagai akibat perceraian dan kematian. single parent dapat
terjadi pada lahirnya seseorang anak tanpa ikatan perkawinan yang syah dan
pemeliharaannya menjadi tanggung jawab itu.
Pada umumnya keluarga terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan
ibu berperan sebagai orangtua bagi anakanaknya. Namun, dalam kehidupan nyata
sering dijumpai keluarga dimana salah satu orang tuanya tidak ada. Keadaan ini
bisa disebut dengan keluarga dengan orang tua tunggal. Menurut Sager, dkk
(dalam Duvall & Miller, 1985) menyatakan bahwa orang tua tunggal adalah orang
tua yang secara sendirian membesarkan anak- anaknya tanpa kehadiran,
dukungan, dan tanggung jawab pasangannya. Setiap orang tidak pernah berharap
menjadi orang tua tunggal, keluarga lengkap pasti idaman setiap orang, namun
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Kematian yaitu kadang kala karena sakit, maka muncullah kematian pada
pasangan hidup yaitu suami pada wanita janda. kehilangan seorang ayah akibat
kematian sangat mengganggu ekonomi sebuah keluarga karena peranan ekonomi
yang dijalankan ayah telah tiada. Akan tetapi sebagian seorang ibu tidak mau
menikah lagi, karena pada faktor usia pun sudah tua dan ada juga single parent
yang pada nikah usia muda akan tetapi ada untuk mencari pendamping hidup.
2. Masalah yang dihadapi Single Parent
a. Masalah dalam Kehidupan Pribadi
Pemasalahan dalam kehidupan pribadi yang paling menonjol pada single parent
cerai adalah pada aspek kondisi psikologis yaitu kesepian ditinggal suami dan keinginan
agar kebutuhan seksual terpenuhi serta ingin mempunyai suami baru yang bisa menjadi
ayah bagi anak-anaknya. Menurut Yudrik Jahja (2011:299) kesendirian dan rasa frustasi
akibat tidak terpenuhinya seksualitasnya, karena tidak ada lagi suami dan dibutuhkan
ketetapan hati agar tidak terjerumus pada hal-hal yang menyimpang dalam pemenuhan
seksual. Terkait dengan masalah kesepian, menurut Elizabeth B.Hurlock (1980:359)
wanita madya yang suaminya meninggal atau pergi karena perceraian akan mengalami
rasa kesepian yang teramat dalam hal ini disebabkan karena kebutuhan seksual yang tidak
terpenuhi.
Bagi single parent cerai mati terkait aspek kondisi jasmani dan kesehatan,
masalah yang paling banyak dirasakan adalah kulit yang sudah keriput sehingga tidak
menarik lagi. Single parent cerai mati ini didominasi oleh single parent pada periode usia
lanjut yaitu pada usia 60 tahun ke atas. Sesuai dengan pendapat Elizabeth B.Hurlock
(1980:407) bahwa orang pada usia lanjut akan memiliki perasaan rendah diri dan tidak
enak karena perubahan fisiknya. Ia akan merasa kehilangan daya tarik dan penampilan
seksual yang mengakibatkan perasaan ditolak.
b. Masalah dalam Kehidupan Sosial
Masalah yang menonjol pada single parent cerai hidup dalam kehidupan sosial
adalah pada aspek kemampuan berkomunikasi, bertingkahlaku dan berhubungan dengan
orang lain. Masalah yang muncul pada aspek ini adalah tidak ingin mengikuti kegiatan
sosial bersama ibu-ibu di lingkungan. Elizabeth B.Hurlock (1980:361) mengemukakan
masalah sosial yang dialami janda adalah mereka akan menemukan dirinya tidak ada
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
tempat di antara orang yang memiliki pasangan kecuali mereka diundang untuk
bergabung dalam kegiatan sosial yang ada dalam masyarakat. Pada single parent cerai
mati masalah yang menonjol terkait aspek hubungan dengan jenis kelamin lain dan
pemahaman aturan pergaulan dalam masyarakat.
Masalah yang muncul pada aspek ini adalah merasa tidak pantas untuk menikah
lagi. Pada usia lanjut, keinginan untuk tidak menikah lagi bisa disebabkan oleh perasaan
malu dengan anak atau anggapan masyarakat, atau karena ragu dengan kemampuan
seksual. Menurut Elizabeth B.Hurlock (1980:390) pria dan wanita sering menahan diri
untuk melakukan hubungan seksual pada usia lanjut atau menikah lagi karena sikap sosial
yang tidak menyenangkan terhadap hubungan seksual antara orang berusia lanjut dan
keraguan terhadap kemampuan seksual mereka.
c. Masalah dalam Kehidupan Karir/Pekerjaan
Masalah yang dialami single parent cerai hidup maupun cerai mati adalah pada
aspek memilih pekerjaan. Adapun masalah yang muncul pada aspek ini adalah single
parent tidak memiliki tabungan atau modal untuk memulai suatu usaha. Menurut
Elizabeth B.Hurlock (1980:361), janda yang pada usia madya sudah memulai untuk
bekerja belum tentu dapat memenuhi kebutuhan pada masa jandanya, karena kebutuhan
yang semakin meningkat dan karena pada masa memiliki pasangan, mereka masih diberi
oleh suami.
Single parent yang sudah janjut usia tentu harus dibahagiakan dan dijauhkan dari
beban terlebih lagi bagi mereka yang kesehatannya mulai menurun atau tidak
memungkinkan untuk hidup hanya dengan pasangan baru. Anak-anak mereka tentunya
ingin mengurus ibunya dan membawanya tinggal bersama mereka. Sedangkan kalau
single parent lanjut usia ini menikah mereka harus mengurusi suami barunya.
Single parent mengalami masalah pada aspek kemampuan beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan. Masalah yang paling tinggi pada aspek kemampuan beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan adalah single parent belum menjalankan ibadah sebagai mana
mestinya. Berbeda dengan single parent cerai hidup, single parent cerai mati mengalami
masalah pada aspek keikutsertaan dalam kegiatan keagamaan. Masalah yang muncul
pada aspek ini adalah jarang mengikuti hari besar keagamaan.
Sesuai yang dikemukakan oleh Elizabeth B.Hurlock (1980) bahwa janda akan
mengalami depresi dan larut dalam kesedihan sehingga membuatnya lupa akan kuasa
Tuhan. Mereka beranggapan bahwa Tuhan tidak adil pada mereka dan mereka memilih
jalan yang membuat mereka jauh dari Tuhan.
Layanan konseling yang diberikan konselor kepada single parent terkait dengan
fungsi pengentasan. Menurut Prayitno dan Erman Amti (1999:209), konseling dilakukan
untuk membantu klien keluar dari keadaan yang tidak mengenakkan yang menggangggu
kehidupan efektif sehari-harinya. Dari sembilan jenis layanan yang dikemukakan oleh
Prayitno (2004) maka kemungkinan layanan yang dapat diberikan kepada single parent
adalah sebagai berikut:
Permasalahan yang muncul pada single parent cerai hidup pada kehidupan
berkeluarga adalah masalah sering berselisih paham dengan anggota keluarga lainnya.
Yang menjadi anggota kelompok konseling kelompok keluarga adalah single parent dan
anggota keluarga lainnya, permasalahan dibahas secara tuntas. Masalah lain yang dapat
dijadikan konseling kelompok adalah masalah terkait hubungan dengan keluarga besar
pihak suami.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
C. LGBT
1. Konsep Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgender (LGBT)
Lesbian adalah seorang homosexual perempuan; perempuan yang
mengalami percintaan atau tertarik secara seksual kepada perempuan lain.
Istilah lesbian juga digunakan untuk mengexpresikan identitias seksual atau
perilaku seksual berkaitan dengan orientasi sex.
Gay menurut kamus adalah seseorang yang tertarik kepada jenis kelamin
yang sama dan tidak tertarik kepada sex lawan jenis. Gay pada dasarnya
adalah istilah yang merujuk kepada seorang (laki laki) homosexual, yaitu laki
laki yang berhubungan dengan sesama sejenis atau laki-laki yang
berhubungan seks dengan laki-laki.
Bisexualitas adalah ketertarikan secara romantis, perilaku sexual atau
ketertarikan secara sexual kepada laki laki dan perempuan, sumber lain
menyatakan sebagai romantisme atau ketertarikan secara sexual kepada semua
jenis kelamin atau identitas gender. Pada dasarnya istilah bisexualitas
biasanya digunakan untuk menggambarkan ketertarikan romantisme atau
ketertarikan sexual dalam konteks manusia kepada orang lain tanpa
membedakan laki laki atau perempuan.
Transgender mengacu kepada identitas gender seseorang yang tidak terkait
dengan jenis kelamin biologis yang diperolehnya sejak lahir. Istilah
transgender di Indonesia lebih banyak dikenal sebagai Waria, beberapa daerah
juga mempunyai istilah yang menggambarkan transgender seperti, wadam,
bencong (Jakarta), calabai (Sulawesi), dan wandu (Jawa).
Dalam dunia kerja, kelompok LGBT yang masih tertutup, dalam situasi tertentu
masih dapat masuk ke dunia kerja tanpa diskriminasi berarti, hal sebaliknya terjadi pada
kelompok yang terbuka. Oleh karena itu LGBT yang terbuka lebih banyak
mengembangkan diri pada situasi pekerjaan yang tidak begitu terikat dengan norma-
norma seperti menjadi wirausaha mandiri. Sedangkan kelompok transgender (waria)
adalah kelompok yang paling banyak mendapatkan diskriminasi karena penampilannya
yang berbeda. Kelompok ini banyak mengembangkan diri pada sektor –sektor informal
seperti salon, industri kreatif, hiburan dan beberapa diantaranya masuk dalam dunia
prostitusi.
3. Penyebab LGBT
given atau terbawa sejak lahir dikarenakan perubahan orientasi seksual telah melekat di
dalam diri seseorang sejak ia kecil dan menjadi LGBT bukanlah semata-mata pilihannya.
LGBT juga dianggap oleh beberapa tokoh agama sebagi sesuatu yang
dikonstruksi oleh masyarakat dan lingkungan seperti misalnya pola pengasuhan orang tua
kepada anak-anak, kekecewaan terhadap pasangan, pengucilan salah satu anggota
keluarga (suami/istri) sehingga mencari pelampiasan di luar bahkan keterbukaan akses
informasi terhadap dunia LGBT juga dianggap sebagai sesuatu yang dapat menyebabkan
seseorang berubah orientasinya.
4. Pemulihan
LGBT masih dianggap sebagai sesuatu yang negatif dan menjijikan oleh
masyarakat secara umum menurut pandangan para informan, hal tersebut dikarenakan
relasi-relasi yang dimunculkan oleh LGBT itu sendiri seperti misalnya prostitusi, jalanan,
penyimpangan dan berpakaian yang kerap tidak seronok seperti pada kalangan
transgender.
6. Kesehatan
Hambatan yang biasa diperoleh oleh kelompok LGBT ketika mengakses layanan
kesehatan salah satunya adalah masalah keterangan identitas pribadi, seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, kebanyakan dari mereka adalah individu yang terusir dari
keluarganya tanpa membawa dokumen pribadi dan kemudian pindah ke tempat yang
benar-benar baru. Di tempat yang baru mereka sulit untuk mendapatkan identitas baru
karena tidak ada surat pengantar pindah domisili. Untuk transgender lebih rumit lagi
karena ambigu dalam menentukan identitas dalam dokumen resmi dengan perilaku
sehari-hari. Hal ini mengakibatkan mereka sulit dalam mengases layanan umum seperti
perbankan, surat keterangan resmi bahkan untuk ikut dalam program Jaminan Kesehatan
Nadional (JKN).
Ada juga tempat yang tidak bisa menerima keberadaan LGBT di lingkungan
mereka seperti pengalaman salah satu informan di tempat kerjanya di Dewan Perwakilan
Rakyat RI, lingkungan DPR dikatakan olehnya belum dapat menerima gejala-gejala
LGBT seperti misalnya lelaki yang lebih banyak bergaul dengan perempuan. Namun
informan mengatakan, seandainya terdapat anggota DPR yang ketahuan LGBT memiliki
kemungkinan tidak terpilih lagi di tahun-tahun berikutnya.
8. Pendidikan
Undang-undang Dasar 1945 (pasal 31, ayat 1) menjamin bahwa pendidikan hak
semua warga negara Indonesia, baik warga negara heteoseks maupun yang LGBT.
Kelompok LBGT ini juga merupakan warga negara Indonesia yang seharusnya
mendapatkan perlakuan yang sama oleh pemerintah, namun seringkali masyarakat lain
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
dan pemerintah lupa bahwa kaum ini juga merupakan bagian dari warga negara. Dan
pemerintah memiliki kewajiban untuk memberikan jaminan hak-hak asasi kaum LGBT
ini.
Indonesia sebagai negara hukum dan penegak HAM, dan merupakan salah satu
negara yang turut meratifikasi International Covenan on Economic, Social and Cultural
Rights (ICESCR) sudah semestinya warga masyarakatnya, termasuk LGBT mendapatkan
perlakuan yang layak dan perlindungan sama dalam berbagai kehidupan masyarakat,
seperti akses terhadap lapangan pekerjaan, pendidikan, dan jaminan keamanan sosial
yang lain. Namun, pemerintahpun dalam hal ini belum dapat berbuat banyak terhadap
kaum LGBT. LBGT masi dianggap kelompok yang menyimpang yang tidak mengikuti
norma dan nilai-nilai sosial dan agama yang berkembang di Indonesia.
Layaknya 2 orang pasangan yang saling mencintai, LGBT juga ingin agar
hubungan mereka dapat dilanjutkan kejenjang perkawinan layaknya kaum heteroksek.
Keinginan untuk mewujudkan perkawinan sesama jenis di Indonesia saat ini tidak
mungkin dilakukan karena tidak peluang yang dapat dimanfaatkan. Undang-undang
Perkawinan No 1 Tahun 1974 dengan tegas hanya mengakui perkawinan yang saha
adalah perkawinan antara perempuan dan laki-laki. Selain undang-undang, norma sosial
dan agama juga melarang perkaiwan sesama jenis.
Semua orang berhak memiliki kedudukan yang sama di mata hukum termasuk
kelompok. Identitas diri dalam hal ini kartu penduduk (KTP) adalah sesuatu yang sangat
penting dalam mengurus berbagai hal terkait administasi seperti melanjutkan pendidikan,
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
pekerjaan, pembuatan pasport dan lain-lain. Bagi kalangan transgender, tentu mereka
merasa bukan salah satu dari jenis kelamin laki-laki atau perempuan.Terkait dengan
identitas secara legal, informan mengatakan bahwa perlu untuk mengetahui penyebab
seseorang menjadi LGBT. Jika LGBT terjadi karena faktor biologis/hormon, perlu
dipertimbangkan untuk melegitimasi identitas orang tersebut. Pembuktian harus melalui
benar-benar ilmiah dan dilakukan oleh orang-orang yang berkompeten untuk hal tersebut.
Tetapi persoalanya tidak berhenti disitu saja, jal ini tentu akan banyak ditentang oleh
berbagai pihak karena akan mengakui identitas penduduk yang baru sama sekali.
Selama ini cara yang banyak ditempuh adalah dengan melakukan pengangkatan
anak, tetapi dalam perkembangannya pasangan suami istri tersebut menghendaki bahwa
mereka mendapatkan anak yang masih tetep memiliki hubungan genetik dengan mereka.
Jika istri memiliki kalainan, maka pembuahan dapat dilakukan dengan cara inseminsai
buatan (pembuahan dapat dilakukan dalam kandungan istri) atau menyewa rahim
seseorang yang biasa disebut dengan Surrogate Mother. Surrogate Mother, terjadi karena
pihak wanita tidak bisa mengandung karena kelainan pada rahim, sehingga peran istri
digantikan oleh wanita lain untuk menggantikan fungsinya sebagai seorang ibu yang
menjalani kandungan dan melahirkan baik diberi imbalan ataupun sukarela2. Namun
seiring dengan perkembangan jaman, terjadi pergeseran pada makna dari substansi awal
sebagai alternatif medis, menjadi ke arah sosial dan eksploitasi nilai sebuah rahim atau
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
sering disebut ladang bisnis/alat mencari nafkah yang baru demi gaya hidup masyarakat
yang semakin tinggi.
Hal ini terjadi dimasyarakat kalangan kelas menegah keatas, karena terjadinya
masalah pada vertilisasi (kesuburan reproduksi), sehingga tidak dapat hamil.
Permasalahan inipun ditunjang dengan kemajuan ternologi kedokteran terkait
permasalahan reproduksi, yaitu cara kelahiran di luar cara ilmiah atau disebut dengan
Assisted Reproductive Technologis (ART). Assisted Reproductive Technologis (ART)
merupakan cara untuk memiliki keturunan yang dilakukan oleh pihak ketiga (pasangan
suami istri) melalui cara sewa rahim agar memiliki keturunan.
Sewa Rahim/Surrogate Mother yaitu fenomena yang masih baru dinegara kita
namun diluar negara terutama Amerika dan Eropa fenomena sewa rahim atau ibu
tumpang sudah menjadi perkara biasa. Teknologi sewa rahim biasanya dilakukan bila
istri tidak mampu dan tidak boleh hamil atau melahirkan. Embrio dibesarkan dan
dlahirkan dari rahim perempuan lain yang bukan merupakan istri sah, walaupun bayi itu
menjadi milik secara hukum suami istri yang ingin mempunyai anak tersebut. Untuk
jasanya tersebut wanita pemilik rahim akan menerima bayaran dengan jumlah yang telah
disepakati keluarga yang ingin menyewakan rahimnya tersebut dan wanita itu harus
menandatangi perjanjian untuk menyerahkan bayi yang dilahirkannya itu ke keluarga
yang telah menyewa.
Awalnya peminjaman rahim atau surrogate mother terjadi karena pihak isteri
tidak bisa mengandung karena sesuatu hal yang terjadi pada rahimnya sehingga peran
istri dialihkan pada wanita lain untuk menggantikan fungsinya sebagai seorang ibu dalam
mengandung dan melahirkan, baik dengan imbalan materi ataupun sukarela.
Perkembangan selanjutnya terjadi pergeseran makna dan substansi, dari substansi awal
sebagai alternative kelainan medis (karena cacat bawaan atau karena penyakit) yang ada
kearah sosial dan eksploitasi nilai sebuah rahim, yang mana pihak peminjam bukan lagi
karena alasan medis, tetapi sudah beralih kealasan kosmetik dan estetika, bahkan
ekonomi sementara bagi pihak yang meminjamkan akan menjadikannya sebagai suatu
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
ladang bisnis baru dengan meminjamkan rahimnya sebagai alat mencari nafkah (terutama
pada mayarakat ekonomi rendah) seperti India.
Namun secara yuridis terdapat beberapa pasal dalam KUH Perdata yang dapat
digunakan untuk mengkaji substansi dari perjajian peminjaman rahim yaitu Pasal 1320
KUH Perdata5. Dalam perjanjian peminjaman rahim apabila dikaitkan dengan syarat
sahnya perjanjian menurut Pasal 1320 KUH Perdata maka terdapat beberapa hal yang
perlu dipertanyakan. Salah satunya adalah mengenai hal tertentu yang diatur dalam
perjanjian peminjaman rahim, dimana dalam Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang tentang
Kesehatan disebutkan bahwa teknologi reproduksi untuk membantu kehamilan diluar
ilmiah hanya dapat dilakukan dengan metode bayi tabung.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Dalam hukum perjanjian menganut asas kebebasan berkontrak. Hal ini juga diatur
dalam Pasal 1338 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa “semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”6. Hal ini
berarti bahwa para pihak dalam suatu perjanjian bebas untuk menentukan materi atau isi
dari perjanjian. Lalu bila dihubungkan dengan syarat sah perjanjian, bagaimana
kedudukan dari perjanjian peminjaman rahim tersebut, ketika dalam suatu perjanjian
peminjaman rahim kedua belah pihak yaitu pasangan suami istri dan calon ibu pengganti
sama-sama bersedia dan telah bersepakat untuk melakukan perjanjian peminjaman rahim
tersebut.
Salah satu dari penemuan teknologi sains modern yang sangat bermanfaat bagi
manusia adalah penemuan inseminasi buatan pada manusia. Inseminasi buatan yang di
maksud adalah penghamilan buatan yang di lakukan terhadap seorang wanita tanpa
melalui cara alami, melainkan dengan cara memasukkan sperma laki-laki ke dalam rahim
wanita tersebut dengan pertolongan dokter. Istilah yang semakna adalah kawin suntik,
penghamilan buatan dan permanian buatan.12 Penemuan ini sangat bermanfaat bagi
manusia, terutama bagi pasangan suami istri yang tidak bisa mendapatkan anak dengan
cara alami.
Masalah bayi tabung, jika sperma dan ovum yang dipertemukan itu berasal dari
ikatan suami istri yang sah, maka hal tersebut dibolehkan. Tetapi, jika sperma dan ovum
yang dipertemukan tersebut bukan berasal dari suami istri yang sah, maka hal itu tidak
dibenarkan bahkan dianggap sebagai perzinahan terselubung.13 Dengan adanya
kemunculan inseminasi bayi tabung, cara yang dilakukan semakin luas dimana ketika
inseminasi ini beralih pada penyewaan rahim Penyewaan rahim sendiri adalah suatu
perjanjian yang biasanya memiliki persyaratan-persyaratan tertentu dari kedua belah
pihak, baik perjanjian tersebut berdasarkan rela sama rela (gratis) atau perjanjian itu
berupa kontrak (bisnis).
Dalam pengertian lain sewa rahim adalah menyewa atau mengunakan rahim
wanita lain yang bukan istri untuk mengandungkan benih wanita (ovum) yang telah
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
disenyawakan dengan benih lelaki (sperma) (yang kebiasaannya suami isteri) kemudian
janin itu dikandung oleh wanita tersebut sehingga dilahirkan. Kemudian anak itu
diberikan kepada pasangan suami isteri itu untuk dipelihara dan anak tersebut akan
disebut sebagai anak mereka dari sudut undang-undang. Pengertian ini dikenal dengan
sewa rahim, kerana lazimnya pasangan suami isteri yang ingin memiliki anak ini akan
membayar sejumlah uang dalam jumlah besar kepada ibu yang mengurus untuk mencari
ibu yang sanggup mengandung anak dari benih mereka dan dengan syarat ibu sewa
tersebut akan menyerahkan anak tersebut setelah dilahirkan atau pada masa yang
dijanjikan.
Bayi tabung pertama kali berhasil dilakukan di Inggris di pasangan suami Istri
Brown, kemudian semakin berkembang dan bergeser menjadi sewa rahim. Pusat sewa
rahim terkenal di dunia adalah India. Dalam beberapa tahun terakhir praktik tersebut
meningkat di Cjennai, bagian selatan India. Hal tersebut memunculkan lebih dari 12
rumah sakit siap melaksanakan prosedur sewa rahim terhadap 150 perempuan dan
mayoritas yang siap menjadi ibu pengganti berasal dari kelurga miskin yang rela
mengandung bayi orang lain demi mendapat bayaran.16 Sejauh ini dikenal dua jenis
sewa rahim, yaitu.
1. Sewa rahim semata (gestational surrogacy) Embrio yang lazimnya berasal dari
sperma suami dan sel telur istri yang dipertemukan melalui teknologi IVF,
ditanamkan dalam rahim perempuan yang disewa.
2. Sewa rahim dengan keikut sertaan sel telur (genetic surrogacy) Sel telur yang turut
membentuk embrio adalah sel telur milik perempuan yang rahimnya disewa itu,
sedangkan sperma adalah sperma suami.
Walaupun pada perempuan pemilik rahim itu adalah juga pemilik sel telur, ia
tetap harus menyerahkan anak yang dikandung dan dilahirkannya kepada suami istri yang
menyewanya. Sebab, secara hukum, jika sudah ada perjanjian, ia bukanlah ibu dari bayi
itu. Pertemuan sperma dan sel telur pada tipe kedua dapat melalui inseminasi buatan,
dapat juga melalui persetubuhan antara suami dengan perempuan pemilik sel telur yang
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
rahimnya disewa itu.17 Sedangkan tujuan dilakukannya sewa rahim ini berbagai macam,
diantara adalah:
1. Seseorang wanita tidak mempunyai harapan untuk mengandung secara biasa kerana
ditimpa penyakit atau kecacatan yang menghalangnya dari mengandung dan
melahirkan anak.
2. Rahim wanita tersebut dibuang kerana pembedahan.
3. Wanita tersebut ingin memiliki anak tetapi tidak mau memikul beban kehamilan,
melahirkan dan menyusukan anak dan ingin menjaga kecantikan tubuh badannya
dengan mengelakkan dari terkesan akibat kehamilan.
4. Wanita yang ingin memiliki anak tetapi telah putus haid (menopause).
5. Wanita yang ingin mencari pendapatan dengan menyewakan rahimnya kepada orang
lain.
Salah satu teori Sosiologi yang mendukung adanya perubahan dalam masyarakat
adalah “Teori Perubahan Sosial” melalui teori Evolusioner (Horton dan Hunt, 1992) 7.
Dimana perkembangan teknologi tinggi masa kini adalah bukti adanya perubahan
kehidupan dalam masyarakat, yang gejala-gejalanya perubahan tersebut menyangkut
pada bidang seni, sastra, hukum, moral, agama, perdagangan dan lainnya yang tak
ketinggalan juga adalah bidang teknologi.
Bidang ini ternyata telah membawa pengaruh dalam kehidupan manusia yang
secara sosial sifat dasar manusia salah satunya adalah hidup berkelompok, dan
berinteraksi satu dengan lainnya. Program Surrogate Mother secara sosiologis dapat di
lihat sebagai suatu perubahan sosial dimana faktor dinamika manusia yang kreatif secara
terbuka mereka menciptakan kondisi perubahan tersebut atas dasar kebutuhannya,
walaupun dalam proses perubahan tersebut terkadang menimbulkan reaksi konflik dalam
arti ada yang pro dan kontra.
Dengan adanya reaksi yang positif ataupun negatif tentang suatu perubahan
sosial, hal ini juga dijelaskan dalam teori sosiologi yaitu teori Konflik yang dalam
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Walaupun dalam upaya ini orang tidak boleh melupakan akan kebesaran Allah
sebagai pemilik alam semesta, karena tanpa ijin Nya maka segala perubahan itu tidak
akan terwujud8. Menurut Selo Soemarjan pakar Sosiologi menjelaskan bahwa penyebab
perubahan sosial adalah karena anggota masyarakat pada suatu waktu tertentu merasa
tidak puas lagi terhadap keadaan kehidupan yang lama. Norma-norma dan lembaga-
lembaga sosial atau saranasarana penghidupan yang lama dianggap tidak memadai lagi
untuk memenuhi kehidupannya yang baru.
1) Perubahan yang berasal dari masyarakat itu sendiri salah satunya adalah adanya
perkembangan ilmu pengetahuan, sebagai suatu kesadaran orang perorangan akan
kekurangan dari kebudayaannya, kualitas ahli dalam suatu kebudayaan serta
rangsangan masyarakat berinovasi; dan
2) Perubahan berasal dari lingkungan alam fisik disekitar manusia, bersumber pada
lingkungan fisik yang kadangkadang disebabkan oleh tindakan para warga
masyarakat, seperti penebangan liar oleh segolongan masyarakat hingga terjadi tanah
lonsor, banjir dan lainnya.
Pada situasi saat ini ternyata perkembangan teknologi di bidang kesehatan telah
membuka jalan untuk suatu potensi jalan keluar bagi dunia kesehatan yang pada
perkembangannya menampilkan isu etika dan moral yang sebelumnya tidak terfikirkan
oleh masyarakat. Hal itu adalah perkembangan teknologi dibidang kesehatan khususnya
yang berkaitan dengan teknologi dibidang Reproduksi. Mengingat pada kenyatannya
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
terdapat kurang lebih 10 % dari pasangan suami isteri tidak dikaruniai keturunan
(Infertil), sedangkan kecil kemungkinannya bagi mereka melakukan adopsi anak
(Thamrin, 2014).
Embrio dibesarkan dan dilahirkan dari rahim wanita lain bukan istri walaupun
bayi itu menjadi milik pasangan suami istri yang ingin mempunyai anak tersebut. Secara
umum terdapat lima bentuk tipe teknik sewa rahim (Yendi, 2011), yaitu:
1. Sel telur isteri dipertemukan dengan sperma suami, kemudian dimasukkan ke dalam
rahim wanita lain. Kaedah ini digunakan dalam keadaan isteri memiliki sel telur yang
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
baik, tetapi rahimnya dibuang karena pembedahan, kecacatan, akibat penyakit yang
kronik atau sebab-sebab yang lain.
2. Sama dengan tipe yang pertama, kecuali sel telur dan sperma yang telah
dipertemukan tersebut dibekukan dan dimasukkan ke dalam rahim ibu pengganti
setelah kematian pasangan suami isteri itu.
3. Sel telur isteri dipertemukan dengan sperma lelaki lain (bukan suaminya) dan
dimasukkan ke dalam rahim wanita lain. Keadaan ini apabila suami mandul dan isteri
ada halangan atau kecacatan pada rahimnya tetapi sel telur isteri dalam keadaan baik.
4. Sperma suami dipertemukan dengan sel telur wanita lain, kemudian dimasukkan ke
dalam rahim wanita lain. Keadaan ini berlaku apabila isteri mengalami penyakit pada
kandung telur dan rahimnya sehingga tidak mampu menjalani kehamilan, atau isteri
telah mencapai tahap menopause.
5. Sperma suami dan sel telur isteri dipertemukan, kemudian dimasukkan ke dalam
rahim isteri yang lain dari suami yang sama. Dalam keadaan ini isteri yang lain
sanggup mengandungkan anak suaminya dari isteri yang tidak boleh hamil.
1. Traditional surrogacy;
2. Gestational surrogacy; dan
3. Intended mother.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
1. Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 127 ayat
1.
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 39 Menkes/SK/2010 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Teknologi Reproduksi Berbantu.
3. Peraturan Pemerintahan Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi, Pasal
1 angka 10, Pasal 40 ayat (1-4), Pasal 43 ayat (1), dan ayat (3).
Dalam Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
diatur bahwa kehamilan di luar cara alamiah hanya dilakukan oleh pasangan suamiistri
yang sah dengan syarat sebagai berikut 12 :
1) Hasil sperma dan ovum dari suami-istri yang bersangkutan di tanamkan dalam rahim
istri dari mana ovum itu berasal.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
2) Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
melakukan hal itu.
3) Pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu. Secara gramatikal bisa ditafsirkan bahwa
yang boleh dilakukan oleh hukum di Indonesia adalah metode pembuahan sperma
dan ovum dari pasangan suami-istri yang sah yang ditanamkan dalam rahim istri dari
mana ovum berasal yang dikenal dengan metode bayi tabung.
Hal ini berarti bahwa metode atau kehamilan diluar cara ilmiah selain yang di atur
dalam Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
tidak dapat dilakukan di Indonesia. Larangan praktik peminjaman rahim ini juga
tercantum dalam:
Pelaksanaan upaya kehamilan diluar cara alami harus dilakukan sesuai dengan
norma hukum, norma agama, norma kesusilaan, dan norma kesopanan. Berdasarkan
ketentuan Undang-Undang Kesehatan yang berlaku di Indonesia, metode atau upaya
kehamilan diluar cara alamiah selain yang diatur dalam ketentuan tersebut, secara hukum
tidak dapat dilakukan di Indonesia.Larangan peminjaman rahim pada Undang-Undang
tentang Kesehatan berdasarkan atas muatan asas dan tujuan dari undang-undang tersebut,
yaitu pembangunan kesehatan yang diselenggarakan dengan berasaskan peri
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Jadi, yang di perbolehkan di hukum Indonesia adalah metode bayi tabung yaitu
metode pembubuhan antara sperma milik suami dan ovum milik istri yang terikat dalam
perkawinan yang sah di mata hukum yang kemudian ditanam di rahim istri yang
bersangkutan atau ditanamkan dalam rahim istri dimana ovum itu berasal. Sedangkan
metode atau upaya kehamilan di luar cara alamiah selain yang diatur dalam Pasal 127
ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan tersebut, dalam hal
ini ibu pengganti atau surrogate mother atau penititipan embrio ke dalam rahim wanita
lain secara hukum belum dapat dilakukan di wilayah hukum Indonesia. Dalam
prakteknya, peminjaman rahim atau ibu pengganti membuka peluang lebar adanya anak
yang dilahirkan di luar nikah. Seorang gadis atau janda yang bersedia untuk melahirkan
tanpa nikah dan hanya melalui penyewaan rahimnya saja, dapat membawa dampak buruk
serta penderitaan terhadap masa depan anak, di antaranya adalah :
Mengenai point di atas, dalam pelaksanaannya anak yang dihasilkan dari proses
sewa rahim, sangat memungkinkan adanya penolakan atau sangkalan dari dua pihak
sekaligus. Pertama dari orang tua kandung, kedua dari orang tua biologis (yang punya
benih). Di bawah ini beberapa kemungkinan terjadinya penolakan anak :
1) Jika anak terlahir dari ibu kandung (yang disewa rahimnya) dan status ibu tersebut
tidak terikat oleh suatu perkawinan yang sah, maka anak yang dilahirkannya itu dapat
saja ditolak oleh ayah biologisnya (penitip sperma) karena biaya yang dijanjikan
ternyata tidak ada, apalagi jika anak tersebut terlahir dalam keadaan cacat, dengan
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Di Indonesia, status anak yang lahir dari ibu pengganti dalam kaitan dengan
pengaturan Undang-Undang Perkawinan, bahwa anak tersebut merupakan anak sah dari
ibu pengganti, bukan anak dari orang tua yang menitipkan benih di rahim ibu pengganti.
Sebenarnya secara biologis, anak yang dilahirkan oleh si ibu pengganti dari adanya sewa
rahim tersebut adalah anak dari si pasangan suami dan istri tersebut, hanya saja dilahirkan
melalui perempuan lain. Akan tetapi, mengenai hal ini terdapat beberapa pendapat., untuk
melihat golongan anak dari kasus surrogate mother, harus dilihat dulu status perkawinan
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
dari wanita surrogate. Anak yang dilahirkan dari sewa rahim dapat berstatus sebagai anak
di luar perkawinan yang tidak diakui, jika status wanita surrogate-nya adalah gadis atau
janda.
Dalam hal ini, anak yang dilahirkan adalah anak di luar perkawinan yang tidak
diakui, yaitu anak yang dilahirkan karena zina, yaitu akibat dari perhubungan suami atau
isteri dengan laki-laki atau perempuan lain14. Akan tetapi, anak tersebut dapat menjadi
anak sah jika status wanita surrogate-nya terikat dalam perkawinan yang sah (dengan
suaminya), maka anak yang dilahirkan adalah anak sah pasangan suami isteri yang
disewa rahimnya, sampai si bapak (suami dari wanita surrogate) mengatakan “Tidak”
berdasarkan Pasal 251, Pasal 252, dan Pasal 253 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(“KUHPer”) dengan pemeriksaan darah atau DNA dan keputusan tetap oleh pengadilan
dan juga berdasarkan atas Undang-Undang Perkawinan Pasal 44 yang mengatur bahwa
15 :
“Seorang suami dapat menyangkal sahnya anak yang dilahirkan oleh isterinya
bila mana ia dapat membuktikan bahwa isterinya telah berzina dan anak itu akibat dari
perzinaan tersebut.”
Ibu pengganti terlibat dalam berbagai teknik distancing seluruh kehamilan, untuk
memastikan bahwa mereka tidak menjadi emosional melekat pada bayi. Banyak ibu
pengganti sengaja mencoba untuk membantu perkembangan keterikatan emosional antara
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
ibu genetic dengan anak (Teman E,2003; Teman E, 2003; Teman E, 2010). Meskipun ibu
pengganti umumnya melaporkan merasa puas dengan pengalaman mereka sebagai
pengganti, ada kasus-kasus dimana tidak sesuai harapan yang terkait ketidakpuasan.
Beberapa wanita merasa pada tingkat tertentu merasa dihormati oleh pasangan
(Ciccarelli, etal., 2005).
Penyesuaian anak pada ibu pengganti (Golombok S, etal., 2011). Agama yang
berbeda mengambil pendekatan yang berbeda untuk surrogate mother, berhubungan
dengan sikap mereka pada teknologi reproduksi17. Masalah etika yang mengemukan
antara lain kekhawatiran tentang eksploitasi, komodifikasi, dan paksaan ketika wanita
dibayar untuk menjadi hamil dan melahirkan, terutama dalam kasus dimana ada besar
perbedaan kekuasaan antara pihak pasangan dengan ibu pengganti, kepatutan pandangan
masyarakat untuk mengizinkan perempuan untuk membuat kontrak menggunakan tubuh,
perlindungan hak asasi perempuan sebagai ibu pengganti, kewajaran kontrak sebagai ibu
pengganti, kewenangan yuridiksi memutuskan yang bertentangan dengan nurani ibu
pengganti, instink seorang ibu (Schenker JG, 2008).
Tentu saja data tersebut menafikan keberadaan pekerja seks yang tidak terdaftar
baik yang beroperasi secara individual (freelance) atau berkelompok di luar lokalisasi
seperti di jalan-jalan, hotel, salon, dan sebagainya. Selain itu, merupakan suatu
kecenderngan umum bahwa jumlah pekerja seks yang dilaporkan pengelola lokalisasi
seringkali lebih rendah dibandingkan yang sebenarnya.
komersial. Pelacuran merupakan praktek penjualan jasa seksual oleh seseorang terhadap
pengguna jasa seks. Penyedia pelayanan seksual tersebut umumnya disebut pelacur,
Wanita Tuna Susila (WTS) atau Pekerja Seks Komersial (PSK). Umumnya WTS atau
pekeja seks perempuan didefinisikan sebagai perempuan yang memberikan jasa
pelayanan seksual atas permintaan dan bertujuan memuaskan pemakai dengan imbalan
uang atau barang. Meskipun banyak orang memandang istilah-istilah WTS atau PSK
yang digunakan memiliki arti yang sama, dalam kenyataannya istilah-istilah tersebut
menyiratkan makna yang berbeda meskipun dalam kajian ini istilah-istilah tersebut
digunakan secara bergantian untuk merujuk pada suatu fenomena yang sama.
Sementara itu, perantara bisa berperan sebagai calo atau perekrut yang
mendapatkan imbalan dengan berperan menghubungkan antara konsumen dengan pekerja
seks atau dengan mucikari yang mengelola praktek prostitusi. Perantara juga mungkin
mendapatkan imbalan dari germo/pengelola pelacuran atas keterlibatannya dalam
mencari, merekrut, membujuk, atau membawa perempuan untuk dijadikan pekerja seks
di lokasi prostitusi. Pelacuran memiliki beragam bentuk yang tumbuh dan berkembang
sesuai perkembangan jaman. Ada pelacuran yang prakteknya dapat didentifikasi dengan
mudah, seperti halnya di rumah bordil/lokalisasi, kawasan remang-remang (jalur lalu
lintas jarak jauh) atau di antara pelacur jalanan yang berkeliaran di tempat-tempat terbuka
untuk menjajakan dirinya. Ada pula praktek pelacuran yang terselubung yang tidak
mudah dikenali karena pelakunya berkedok menjalankan aktivitas non-prostitusi. Secara
umum, Surtees (2004) mengkategorisasi tipe pelacuran di Indonesia ke dalam 2
kelompok yaitu:
a. Tipe tradisional (umum) Yang termasuk dalam pelacuran tipe umum adalah
pelacuran yang sebagian besar dilakukan di wilayah lokalisasi yang dilakukan
oleh perempuan untuk tujuan mendapatkan uang. Dengan kata lain dalam
kelompok ini, hanya uang yang menjadi alat pembayaran. Para penjual jasa
seks di kelompok ini umumnya berasal dari keluarga miskin, memiliki tingkat
pendidikan rendah dan menjadi pekerja seks karena kesulitan ekonomi .
b. Pelacuran non-tradisonal umumnya dilakukan oleh mereka yang berlatar
belakang social ekonomi menengah ke atas dan pendidikan tinggi di kota-
kota besar. Termasuk di dalamnya praktek pelacuran yang dilakukan oleh para
pelajar atau mahasiswa (dalam modus pecun, perek, wanita panggilan) dan
para profesional atau mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetap (seperti
pada kasus Sekretaris Plus). Menurut Surtees (2004), berbeda dengan selain
motif ekonomi, pekerja seks non-tradisional ini menjadi pekerja seks untuk
tujuan petualangan dan eksperimen. Di samping menerima pembayaran dalam
bentuk uang, tidak jarang mereka juga menerima balas jasa berupa barang-
barang mewah/mahal seperti telepon genggam, pakaian, parfum, tiket masuk
klub bergengsi, dan sebagainya.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Umumnya mereka beroperasi di salon kecantikan, spa, karaoke, mall, hotel, dan
sebagainya. Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi, sejak pertengahan tahun
2000, tipe lain dari pelacuran non-tradisional yang masuk dalam kategori cyber
prostitution juga mulai marak di Indonesia. Dalam cyber prostitution, pengelola
menawarkan jasa pelayanan seks komersial melalui sebuah website, termasuk yang
melibatkan para artis atau selebritis. Dalam website tersebut ditampilkan gambar-gambar
pekerja seks dalam pose yang sangat sensual serta nomor kontak yang bisa dihubungi
oleh para peminat. Jika telah terjadi transaksi maka pengelola/mucikari akan membawa
pekerja seks yang dipesan ke tempat yang telah ditentukan oleh pemesan seperti hotel
atau apartemen. Jenis praktek pelacuran kontemporer tersebut sangat sulit untuk
diidentifikasi karena parkateknya bersifat sangat tertutup dan selektif. Surtees (2004) juga
membedakan tipe pelacur di Indonesia berdasarkan cara masuk (entry method) yang
terdiri atas 3 (tiga) cara yang berbeda yaitu :
a. Cara masuk yang mengikat (bonded entry) yang umumnya terjadi karena orangtua,
pasangan, wali atau perantara keluarga seorang perempuan mendapatkan pembayaran
uang muka dari para mucikari/perekrut. Kasus-kasus bonded entry ini umumnya
terjadi di wilayah pedesaan miskin.
b. Melalui pemaksaan (involuntary entry) di mana seseorang menjadi pekerja seks
karena adanya paksaan atau ancaman. Para korban umumnya mengalami penipuan
atau penculikan baik oleh pihak yang mereka kenal atau pihak asing, seperti yang
terjadi pada kasus-kasus perdagangan manusia (human trafficking) untuk tujuan
eksploitasi seks.
c. Pelacuran atas keinginan sendiri (voluntary entry) yang menurut Surtees (2004)
menjadi cara masuk bagi para pekerja seks di Indonesia umumnya.
Supply factors sangat beragam yang bersumber dari dalam diri pekerja seks
maupun lingkungannya dan dapat digolongkan menjadi kondisi individual, relational dan
structural. Faktor individual terkait dengan aspek psiko-sosial-pendidikan pekerja seks
di antaranya trauma psikologis akibat kejadian yang menyakitkan di masa kecil/masa
lalu, persepsi /penilaian yang salah tentang norma-norma sosial dan tujuan hidup, aspirasi
materi yang tinggi, rasa percaya diri yang kurang, tingkat pendidikan dan keterampilan
yang rendah, dan gangguan perilaku seksual (Baker dkk., 2010).
perempuan tersebut ke dalam industri seks (Lim, 1998). Sementara itu, penelitian juga
menunjukkan bahwa banyak pekerja seks yang berasal atau penduduk suatu wilayah di
mana praktek pelacuran ditolerir oleh tradisi local (Woscester, 2002).
Dampak negatif yang bersifat langsung maupun tidak langsung yang ditimbulkan
oleh praktek pelacuran merupakan salah satu sumber justifikasi untuk menjadikan
prostitusi sebagai masalah sosial, sumber maksiat dan kejahatan, serta penyakit
masyarakat yang harus diberantas. Pelacuran dipandang membawa beragam dampak
yang tidak diinginkan terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dari sudut
pandang hak asasi manusia kemanusiaan, pelacuran dipandang sebagai pelanggaran hak
asasi manusia dan nilai-nilai kemanusiaan.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
ditularkan melalui praktek seks komersial. Selain itu, pelacuran juga dipandang
berdampak negatif terhadap berkembangnaya kriminalitas.
suatu asrama sekitar 3 sampai dengan 6 bulan untuk mendapatkan pembinaan mental,
sosial, fisik, dan keterampilan kerja untuk mengubah cara pandang mereka tentang
prostitusi dan mempersiapkan mereka untuk meninggalkan pekerjaan sebagai pekerja
seks dan berintegrasi dengan masyarakat. Keterampilan yang dipelajari dalam proses
rehabilitasi diharapkan dapat didayagunakan sebagai sumber penghasilan untuk
menjalani kehidupan.
Beberapa ahli menjabarkan beberapa prinsip penting yang dapat dijadikan rujukan
sebagai praktek terbaik dalam pelayanan yang membantu pekerja seks meninggalkan
pekerjaan mereka. Mayhew dan Mossman (2007) menjabarkan prinsip-prinsip tersebut
sebagai berikut.
TUGAS
1. setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling
pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang. Pernyataa ini
terdpaat dalam….
a. Pasal 75 ayai 1
b. Pasal 75 ayat 2
c. Pasal 75 ayat 3
d. Pasal 75 ayat 4
e. Pasal 75 ayat 5
2. Berapa usia kehamilan paling lama dapat dilakukan aborsi atas indikasi kehamilan akibat
perkosaan?
a. 30 hari terhitung sejak hari pertama haid terakhir
b. 40 hari terhitung sejak hari pertama haid terakhir
c. 50 hari terhitung sejak hari pertama haid terakhir
d. 60 hari terhitung sejak hari pertama haid terakhir
e. 70 hari terhitung sejak hari pertama haid terakhir
3. Pada kasus aborsi dengan indikasi kehamilan akibat perkosaan, penentuan adanya indikasi
oleh tim kelayakan aborsi dengan kriteria, yaitu….
a. Paling sedikit terdiri dari 1 (satu) orang tenaga kesehatan yang diketuai oleh dokter yang
memiliki kompetensi dan kewenangan
b. Paling sedikit terdiri dari 2 (dua) orang tenaga kesehatan yang diketuai oleh dokter yang
memiliki kompetensi dan kewenangan
c. Paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang tenaga kesehatan yang diketuai oleh dokter yang
memiliki kompetensi dan kewenangan
d. Paling sedikit terdiri dari 4 (empat) orang tenaga kesehatan yang diketuai oleh dokter
yang memiliki kompetensi dan kewenangan
e. Paling sedikit terdiri dari 5 (lima) orang tenaga kesehatan yang diketuai oleh dokter yang
memiliki kompetensi dan kewenangan
4. Ny.M G2P1A0 usia kehmailan 37 minggu datang kebidan J untuk konsultasi. Hasil
anmanese dan pemeriksaan diperoleh data: previous Sectio caesarea 2 tahun yang lalu, TD
120/80 mmHG, N:80x/menit, S;37,10C, P 18x/menit, TFU 38 cm, janin tunggal, punggung
kanan kepala belum masuk PAP, DJJ 141x/menit teratur, ibu mengeluh sering buar air
kecil.
Apakah konseling yang diberikan sesuai kasus diatas?
a. Sebaiknya bersalin secara SC
b. Bersalin secara normal namun di rumah sakit
c. Bersalin secara normal dipantaunoleh dokter kandungan terlatih
d. Bersalin normal di praktik bidan mandiri
e. Bersalin Sc karena bayi besar
5. Anak dengan gangguan spectrum autisma adalah jenis disabilitas….
a. Fisik
b. Mental
c. Sensorik
d. Ganda
e. intelektual
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
BAB 7
Kebutuhan Khusus pada Permasalahan Budaya
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
I. PENDAHULUAN
Persoalan penting yang menyangkut anak dan remaja adalah persoalan yang
terkait dengan disabilitas. Persoalan ini merupakan bagian dari persoalan keluarga (dan
masyarakat) yang seringkali tidak terlihat sebagai hal penting yang harus diperhatikan
dan menjadi prioritas dalam pembangunan keluarga. Pentingya persoalan ini didasarkan
pada argumen bahwa keluarga yang memilik anak dan remaja dengan disabilitas pada
dasarnya adalah keluarga yang mempunyai kerentanan yang spesifik, baik fisik, ekonomi,
sosial psikologis, ataupun hukum. Hal tersebut terkait dengan kerentanan seorang anak
dan remaja dengan disabilitas, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari keluarganya.
Hal ini dapat dilihat dari situasi, misalnya, keberadaan anak dan remaja dengan disabilitas
yang mempunyai ketergantungan untuk aktivitas sehari-hari, ketidakstabilan kondisi fisik
dan mental serta hambatan mobilitas. Isu besar terkait dengan hal tersebut adalah bahwa
sebagian besar orang tua masih mempunyai kecenderungan menutup diri pada saat
mempunyai anak atau remaja dengan disabilitas. Hal tersebut terkait dengan stigma yang
membudaya dalam masyarakat yang cenderung melihat penyandang disabilitas sebagai
anggota masyarakat yang tidak produktif dan membebani.
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Bab VII Pasal 48 ayat
(1) menyebutkan bahwa kebijakan pembangunan keluarga dilakukan melalui pembinaan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47,
dilaksanakan dengan cara :
Selain itu ada 7 fungsi keluarga yaitu : fungsi keagamaan, fungsi sosial budaya,
fungsi cinta kasih, fungsi melindungi, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan
pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi pembinaan lingkungan.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
TUJUAN PEMBELAJARAN
URAIAN
MATERI
Mempunyai anak adalah salah satu harapan dari pasangan yang telah menikah (terlepas
bahwa ada juga yang tidak berharap memiliki keturunan). Ada pasangan yang tidak mematok
anaknya harus laki-laki atau perempuan (yang penting sehat) namun ada pula yang
menginginkan jenis kelamin tertentu untuk bayinya.
Biasanya pasangan yang mengharapkan jenis kelamin tertentu ini terjadi pada anak
kedua atas seterusnya (kakaknya sudah laki-laki, sekarang ingin perempuan). Bisa juga pada
suku-suku tertentu untuk memperoleh misalnya Batak (penerus laki-laki) dan Padang
(penerus perempuan)
Terlepas dari banyaknya mitos tentang cara memilih jenis kelamin bayi yang beredar
di luaran sana, mitos-mitos tersebut tidak akan saya bahas dalam artikel ini, dalam artikel ini
yang akan dibahas adalah cara berlandaskan pengetahuan medis. Sama sekali tidak
bermaksud untuk menjurus ke arah bacaan porno. Secara garis besar ada dua cara yang dapat
dilakukan untuk menentukan jenis kelamin bayi, meskipun tidak dapat dijamin 100%. Cara
tersebut adalah bayi tabungdan perhitungan masa subur/ metode Shettle.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Dalam realita sosial, pemaknaan kehadiran anak, tidak hanya sekedar pelengkap
kebahagiaan keluarga, kehadiran anak berkaitan juga dengan sosial-budaya. Pada sisi ini,
pemaknaan kelahiran anak secara langsung dipengaruhi oleh pandangan sosial. Pada sistem
sosial tertentu, kehadiran anak, disamping mengemban harapan dan tanggungjawab
pribadinya juga dibebani untuk memenuhi harapan dan kewajiban keluarga dan lingkungan
sosialnya.
Bagi sebagian keluarga ketidaklengkapan jenis kelamin ini, bahkan dijadikan alasan
untuk berpoligami. Contoh lain, pada masyarakat Sumatera Barat, terutama pada masyarakat
Minangkabau yang memiliki struktur masyarakat matrilineal, kedudukan anak perempuan
menjadi sangat penting. Anak perempuan pada masyarakat Minangkabau menjadi penentu
terhadap garis keturunan adat. Jargon,“anak laki-laki atau perempuan sama saja” yang gencar
disuarakan pada masa sosialisasi Keluarga Berencana (KB) setidaknya memberikan
gambaran tentang kenyataan ini, bahwa belum lengkap kebahagiaan suatu keluarga manakala
belum memiliki anak laki-laki dan perempuan. Keadaaan di atas memberikan gambaran
bahwa di masyarakat muncul suatu keinginan untuk memrogram jenis kelamin bayi yang
dilahirkan. Kenyataan inilah yang kemudian mendasari penelitian-penelitian medis tentang
upaya merencanakan jenis kelamin anak.
anak perempuan. Namun bila sel telur dibuahi oleh sperma pembawa kromosom Y, jadilah
anak laki-laki.
Ada beberapa metode pemilihan sperma yang dikenal di dunia kedokteran, yaitu:
MetodeEricsson
Metode ini memiliki tingkat keberhasilan 78-85% untuk anak laki-laki dan 73-75% untuk
anak perempuan.
MetodeMicroSort
Metode MicroSort memiliki tingkat keberhasilan 75% untuk anak laki-laki dan 90%
untuk anak perempuan.
MetodePGD(PreimplantationGeneticDiagnosis)
Metode PGD untuk bayi tabung memiliki akurasi mendekati 100%. Meski demikian,
pasien perlu konsultasi yang cukup untuk memilih cara ini.
Diet atau pengaturan pola makan tersebut perlu dilakukan sebelum pembuahan,
bukan selama hamil. Caranya adalah sebagai berikut:
Membatasi asupan
Mengonsumsi sayur-sayuran yang rendah natrium.
Mengonsumsi makanan tinggi magnesium, seperti alpukat, yogurt, biji-bijian, kedelai,
ikan, daun hijau gelap, pisang, dan cokelat.
Meningkatkan asupan kalsium, misalnya dari susu, keju, yogurt, tahu, bayam, kacang-
kacangan, ikan teri, dan kerang.
Menghindari garam, ragi, daging, ikan, kopi, dan minuman bersoda.
Program diet ini perlu dilakukan selama 9-12 minggu sebelum Anda melakukan
program hamil. Jika sedang menggunakan KB, jangan lepas KB sebelum program diet ini
selesai. Setelah diet selesai, jadwalkan hubungan seks dengan metode Shettles.
Jika menginginkan anak laki, Anda dianjurkan untuk melakukan hubungan seksual
sedekat mungkin dengan masa subur. Lakukan douche vagina dengan cairan basa, seperti air
soda, 15 menit sebelum melakukan hubungan seks. Menurut penelitian, metode ini
menghasilkan anak laki-laki dengan presentase keberhasilan 57%.
Jika menginginkan anak perempuan, lakukan hubungan seksual setiap hari sejak awal
siklus haid hingga 2 hari sebelum masa subur. Lakukan douche vagina dengan cairan asam,
15 menit sebelum melakukan hubungan seksual.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi berupa janin dan plasenta yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan. (Sulistyawati, 2010). Seperti yang kita
ketahui ada dua cara persalinan yaitu persalinan pervaginal yang lebih dikenal dengan
persalinan normal atau alami dan persalinan dengan operasi caesar dapat disebut juga
operasi sesar atau seksio sesarea (Sumerulung, 2014).
Tindakan seksio sesarea adalah pilihan utama tenaga medis sebagai upaya
penyelamatan ibu dan janin ketika persalinan pervaginal sudah tidak dapat dilakukan lagi
dan atau terjadi penyulit persalinan seperti, gawat janin, disproporsi sefalopelvik,
persalinan tidak maju, plasenta previa, prolapus tali pusar, malpresentase janin / letak
lintang (Norwitz & Schorge, 2007), panggul sempit dan preeklamsia (Jitowiyono &
Kristiyanasari, 2010).
Sebagian besar wanita dengan riwayat operasi Caesar 1 kali dengan insisi melintang
rendah (low transverse incision) dipertimbangkan dan ditawarkan untuk percobaan
kelahiran per vaginam.
Misoprostol tidak direkomendasikan untuk pematangan serviks dan induksi.
Analgesik epidural untuk persalinan dapat digunakan
Pasien dengan riwayat operasi Caesar yang memiliki komplikasi sebelumnya juga
menjadi pertimbangan untuk VBAC. Pada pasien dengan riwayat SC dengan teknik insisi
yang klasik merupakan kontraindikasi untuk VBAC. Riwayat ruptur uteri dan riwayat
operasi transfundal yang ekstensif juga meningkatkan risiko terjadinya ruptur uteri pada
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
VBAC. Belum cukup data yang mendukung insisi “T” atau “J” atau vertikal rendah atau
robekan spontan dari uterus pada riwayat SC sebelumnya untuk keamanan VBAC. Pada
pasien yang memiliki riwayat operasi ginekologi seperti contohnya miomektomi yang
menjalani VBAC terjadi peningkatan risiko ruptur uteri.
Pasien dengan usia 40 tahun ke atas, indeks massa tubuh yang tinggi, kelahiran
post-matur dapat meningkatkan risiko ruptur uteri[2]. Jarak waktu antar kelahiran juga
ditemukan mempengaruhi risiko ruptur uteri. Risiko ruptur uteri meningkat dan
bermakna secara statistik pada pasien VBAC yang memiliki jarak antar kelahiran di
bawah 18 bulan (OR: 3.0, 95% CI 1.3 – 7.2, p = 0.01) dibandingkan dengan jarak 18-24
dan 24 bulan ke atas[5].
Pasien dengan VBAC yang dilakukan induksi memiliki risiko hingga 2 - 3 kali
lipat untuk terjadinya ruptur uteri dibandingkan VBAC spontan. Bila dalam proses
persalinan VBAC kala 1 dilatasi dan penurunan kepala tidak tercatat dengan baik,
sebaiknya VBAC tidak dilakukan. Salah satu metode induksi yang dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan pada VBAC adalah metode mekanik (contoh: dengan
kateter Foley)[2,3].
Ruptur Uteri
Ruptur uteri merupakan salah satu komplikasi dari kegagalan VBAC. Sebuah
studi tahun 2003 di Amerika ruptur uteri terjadi pada 0.05% kasus dengan jumlah data
117,685. Faktor risiko independen yang menyebabkan ruptur uteri paling besar adalah
riwayat sectio caesarea (OR=6.0, 95% CI 3.2 – 11.4)[6]. Oleh karena itu, dokter umum
dan bidan juga penting untuk mengetahui gejala awal dari ruptur uteri agar dapat
menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi.
Kontraksi yang sering dan kuat lebih dari 5x dalam 10 menit dan/atau satu kontraksi yang
berlangsung 60 – 90 detik atau lebih
Formasi cincin Bandl
Nyeri pada segmen bawah uterus
Perdarahan per vaginam
Tanda-tanda di atas sering tidak dijumpai pada sebagian kasus ruptur uteri. Gawat
janin sering menjadi tanda dan gejala yang cukup akurat.
VBAC yang berhasil tanpa adanya ruptur uteri memiliki prognosis yang baik.
Sebaliknya, apabila terjadi ruptur uteri, maka pasien pada kehamilan berikutnya disarankan
untuk dilakukan operasi Caesar elektif. Kejadian ruptur uteri dapat berulang dan lebih
banyak ditemukan pada ruptur uteri pada segmen atas dibandingkan segmen bawah.
Riwayat operasi Caesar 1 kali dengan insisi melintang rendah (low transverse incision)
Riwayat VBAC yang sukses sebelumnya
Jarak antar kelahiran yang lebih dari 18 bulan
Terbebas dari kontraindikasi untuk melahirkan per vaginam dalam kehamilan ini, seperti
contohnya plasenta previa dan letak lintang
Induksi yang dipertimbangkan untuk digunakan pada VBAC adalah dengan metode
mekanik. Dokter umum dan bidan sebaiknya mengenali tanda dari ruptur uteri sebagai salah
satu komplikasi paling sering dari VBAC. Gawat janin merupakan tanda yang akurat pada
kasus ruptur uteri.
Jika rahim pecah atau robek selama persalinan normal, maka operasi caesar
darurat diperlukan untuk mencegah komplikasi yang mengancam jiwa, seperti halnya
pendarahan hebat pada ibu. Sementara, jika robeknya kompleks maka mungkin
diperlukan pengangkatan rahim (histerektomi) untuk menghentikan pendarahan.
Pengangkatan rahim ini akan membuat ibu tidak bisa hamil lagi.
Akan tetapi, masalah ini hanya terjadi kurang dari 1 persen dari seluruh kasus
melahirkan secara normal pasca caesar. Namun, Anda harus tetap berhati-hati karena
berpotensi membahayakan diri dan janin. Perlu Anda ketahui sekitar 70 persen wanita
berhasil melahirkan bayinya secara normal pasca operasi. Sementara, 30 persen lainnya
memerlukan operasi caesar lagi karena adanya masalah yang muncul.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Melihat peningkatan angka kejadian seksio sesarea oleh United States Public Health
Service, melalui Consensus Development Conference on Cesarean Child Birth pada
tahun 1980 menyatakan bahwa VBAC dengan insisi uterus transversal pada segmen
bawah rahim adalah tindakan yang aman dan dapat diterima dalam rangka menurunkan
angka kejadian seksio sesarea pada tahun 2000 menjadi 15% (Cunningham FG, 2001).
Pada tahun 1989 National Institute of Health dan American College of Obstetricans and
Gynecologists mengeluarkan statemen, yang menganjurkan para ahli obstetri untuk
mendukung "trial of labor" pada pasien-pasien yang telah mengalami seksio sesarea
sebelumnya, dimana VBAC merupakan tindakan yang aman sebagai pengganti seksio
sesarea ulangan (O'Grady JP, 1995, Caughey AB, Mann S, 2001). Walau bagaimanapun,
mulai tahun 1996 jumlah percobaan partus pervaginal telah berkurang dan menyumbang
kepada peningkatan jumlah partus secara seksio sesarea ulang.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
a. Indikasi VBAC
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) pada tahun 1999 dan
2004 memberikan rekomendasi untuk menyeleksi pasien yang direncanakan untuk
persalinan pervaginal pada bekas seksio sesarea.
1. Riwayat 1 atau 2 kali seksio sesarea dengan insisi segmen bawah rahim.
2. Secara klinis panggul adekuat atau imbang fetopelvik baik
3. Tidak ada bekas ruptur uteri atau bekas operasi lain pada uterus
4. Tersedianya tenaga yang mampu untuk melaksanakan monitoring, persalinan dan
seksio sesarea emergensi.
5. Sarana dan personil anastesi siap untuk menangani seksio sesarea darurat
b. Kontraindikasi VBAC
Pasien bekas seksio sesarea dengan insisi segmen bawah rahim transversal
merupakan salah satu syarat dalam melakukan VBAC, dimana pasien dengan tipe insisi
ini mempunyai resiko ruptur yang lebih rendah dari pada tipe insisi lainnya. Bekas seksio
sesarae klasik, insisi T pada uterus dan komplikasi yang terjadi pada seksio sesarea yang
lalu misalnya laserasi serviks yang luas merupakan kontraindikasi melakukan VBAC.
(Toth PP, Jothivijayani, 1996, Cunningham FG, 2001). Menurut American College of
Obstetricians and Gynecologists (2004), tiada perbedaan dalam mortalitas maternal dan
perinatal pada insisi seksio sesarea transversalis atau longitudinalis.
VBAC tidak dilakukan pada pasien dengan insisi korporal sebelumnya maupun pada
kasus yang pernah seksio sesarea dua kali berurutan atau lebih, sebab pada kasus tersebut
diatas seksio sesarea elektif adalah lebih baik dibandingkan persalinan pervaginal. Resiko
ruptur uteri meningkat dengan meningkatnya jumlah seksio sesarea sebelumnya. Pasien
dengan seksio sesarea lebih dari satu kali mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
terjadinya ruptur uteri. Ruptur uteri pada bekas seksio sesarea 2 kali adalah sebesar 1.8 –
3.7 %. Pasien dengan bekas seksio sesarea 2 kali mempunyai resiko ruptur uteri lima kali
lebih besar dari bekas seksio sesarea satu kali.
Pada seksio sesarea insisi kulit pada dinding abdomen biasanya melalui sayatan
horizontal, kadang-kadang pemotongan atas bawah yang disebut insisi kulit vertikal.
Kemudian pemotongan dilanjutkan sampai ke uterus. Daerah uterus yang ditutupi oleh
kandung kencing disebut segmen bawah rahim, hampir 90 % insisi uterus dilakukan di
tempat ini berupa sayatan horizontal (seperti potongan bikini).
Cara pemotongan uterus seperti ini disebut "Low Transverse Cesarean Section". Insisi
uterus ini ditutup/jahit akan sembuh dalam 2 – 6 hari. Insisi uterus dapat juga dibuat
dengan potongan vertikal yang dikenal dengan seksio sesarea klasik, irisan ini dilakukan
pada otot uterus. Luka pada uterus dengan cara ini mungkin tidak dapat pulih seperti
semula dan dapat terbuka lagi sepanjang kehamilan atau persalinan berikutnya.
Penyembuhan luka di daerah bekas sayatan seksio sesarea dan dari 2 tahap observasi
yang pada prinsipnya :
1. Tidak tampaknya atau hampir tidak tampak adanya jaringan sikatrik pada uterus
pada waktu dilakukan seksio sesarea ulangan
2. Pada uterus yang diangkat, sering tidak kelihatan garis sikatrik atau hanya
ditemukan suatu garis tipis pada permukaan luar dan dalam uterus tanpa
ditemukannya sikatrik diantaranya.
Dua hal yang utama penyebab dari gangguan pembentukan jaringan sehingga
menyebabkan lemahnya jaringan parut tersebut adalah :
Persalinan memang merupakan hal yang paling dinantikan oleh para ibu hamil.
Sebagian besar persalinan dapat berlangsung secara spontan dan aman. Sebagian kecil
persalinan tidak terjadi seperti yang kita harapkan dan memerlukan pertolongan khusus
dengan berbagai teknik dan peralatan. RSUP Sanglah Denpasar telah mengerjakan
berbagai teknik obstetrik untuk mencapai bayi sehat dan ibu selamat. Salah satunya
adalah seksio sesarea. Seksio sesarea adalah salah satu teknik untuk menolong persalinan
dengan cara melahirkan anak melalui insisi pada dinding abdomen dan uterus apabila
tidak dapat dilakukan persalinan normal. Bahaya dan infeksi merupakan acaman serius
yang menyebabkan kematian. Oleh karena itu, sebaiknya seksio sesarea dilakukan jika
ada indikasi medis1 .
Indikasi seksio sesarea terbagi menjadi indikasi absolut dan relatif. Indikasi
absolut adalah semua keadaan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan persalinan
melalui jalan lahir. Pada indikasi relatif, kelahiran lewat vagina bisa terlaksana tetapi
kelahiran lewat seksio sesarea lebih aman bagi keduanya2 . Faktor medis yang menjadi
indikasi absolut antara lain karena faktor bayi dan faktor ibu. Diantaranya adalah
kesempitan panggul yang sangat berat, pecahnya rahim, perdarahan, letak bayi dengan
presentasi bokong, serta persalinan lama.
Faktor janin yang menjadi indikasi absolut adalah kasus gawat janin kala I,
gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, dan lilitan tali pusat. Sedangkan, indikasi
relatif dilakukan pada ibu dengan kelainan jantung atau darah tinggi atau ibu dengan
komplikasi preeklampsia/eklampsia3 . Sering kita dengar isu bahwa pada kehamilan
dengan bekas seksio sesarea, maka kehamilan berikutnya harus seksio sesarea. Seiring
dengan meningkatnya pengetahuan ibu hamil disertai berbagai pertimbangan dan
pemeriksaan prenatal, kini percobaan melahirkan normal pada kehamilan dengan bekas
seksio sesarea atau lebih dikenal dengan Trial of Labor After Caesar (TOLAC) sudah
banyak dilakukan jika berbagai prasyarat untuk melahirkan normal sudah terpenuhi. Neff
mendukung hal tersebut dengan menyatakan fakta terbaru bahwa percobaan persalinan
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
ACOG melaporkan bahwa untuk masing-masing pasien tidak ada cara yang tepat
untuk memprediksi keberhasilan VBAC. Menurut Wiknjosastro VBAC menjadi
perhatian khusus dalam ilmu kedokteran khususnya bidang obstetrik karena pro dan
kontra dalam tindakan ini. Baik dalam kalangan medis ataupun masyarakat umum selalu
mempertanyakan apakah VBAC aman bagi keselamatan ibu.
Bedah caesar atau operasi sesar adalah suatu persalinan yang dilakukan tanpa melalui
jalan lahir dengan cara menginsisi dinding perut bagian bawah pusat atau secara spesifik
biasa disebut dinding rahim untuk mengeluarkan janin dalam keaadaan utuh serta berat
badan janin diatas 500 gram.
Bedah caesar di bagi berdasarkan indikasinya, terdapat dua golongan yaitu bedah
caesar cito/tidak terencana dan bedah Caesar elektif/terencana. Bedah caesar tidak
terencana (cito) merupakan suatu tindakan bedah sesar yang tidak diprediksikan
sebelumnya dan biasanya bersifat darurat. Berikut beberapa contoh keadaan yang
memerlukan bedah caesar segera/cito : partus lama atau partus tak maju (keluarnya bayi
lambat atau berhenti sama sekali), ancaman gawat janin (bayi menunjukkan tanda-tanda
bahaya seperti detak jantung yang sangat cepat atau lambat), masalah dengan plasenta
atau tali pusat menempatkan bayi pada risiko, makrosomia (bayi terlalu besar di lahirkan
melalui vagina), ketuban pecah dini.(21, 25) Bedah caesar terencana adalah tindakan
operasi yang sudah terpediksi jadwalnya secara sistematis, ataupun indikasi yang
sebelumnya sudah terdeteksi sehingga biasanya ibu datang tidak dalam keadaan gawat
darurat.
Berikut contoh bedah caesar elektif; bayi tidak dalam posisi dekat turunnya
kepala dengan tanggal jatuh tempo persalinan, terdapat faktor risiko misalnya seperti
penyakit jantung yang dapat di perburuk karena stres kerja, infeksi yang dapat menular ke
bayi selama kelahiran pervaginamm, empat terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
banyak anak, terlalu dekat jarak kehamilannya) ibu yang lebih dari satu bayi (kelahiran
multipel), riwayat bedah caesar sebelumnya.
5. Obesitas Materna
a. Kala satu persalinan merupakan permulaan kontraksi persalinan sejati yang ditandai
oleh perubahan serviks yang progresif dan diakhiri dengan pembukaan lengkap (10
cm). Kala satu dibagi menjadi dua fase yaitu laten dan aktif.
1) Fase laten yaitu adalah periode waktu dari awal persalinan hingga ke titik
ketika pembukaan mulai berjalan secara progresif yang umumnya dimulai
sejak kontraksi mulai muncul hingga pembukaan tiga sampai empat
sentimeter atau permulaan fase aktif. Selama fase laten berlangsung
bagian presentasi mengalami penurunan sedikit hingga tidak sama sekali.
Kontraksi terjadi lebih stabil selama fase laten seiring dengan peningkatan
frekuensi, durasi dan intensitas dari setiap 10 menit sampai 20 menit,
berlangsung 15 detik sampai 20 detik, dengan intensitas ringan.
2) Fase aktif adalah periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan
hingga pembukaan menjadi komplet dan mencakup fase transisi.
Pembukaan umumnya dimulai dari tiga sampai empat sentimeter (atau
pada akhir fase laten) hingga 10 sentimeter. Penurunan bagian presentasi
janin yang progresif terjadi selama akhir fase aktif dan selama dua
persalinan.
3) Fase transisi selama terjadi, wanita mengakhiri kala satu persalinan pada
saat hampir memasuki dan sedang mempersiapkan diri untuk kala dua
persalinan. Sejumlah besar tanda dan gejala, termasuk perubahan perilaku,
telah diidentifikasi sebagai petunjuk transisi ini. Tanda dan gejala fase
transisi diantaranya adalah adanya tekanan pada rektum, berulang kali
pergi ke kamar mandi, tidak mampu mengendalikan keinginan untuk
mengejan, ketuban pecah, penonjolan dan pendataran rektum dan
perinium, bunyi dengkuran pada saat mengeluarkan napas.
b. Kala dua persalinan dimulai dengan dilatasi lengkap serviks dan diakhiri dengan
kelahiran bayi. Kala dua dibagi menjadi tiga fase yaitu:
1) Fase I : periode tenang : dari dilatasi lengkap sampai desakan untuk
mengejan atau awitan usaha mengejan yang sering dan berirama.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
masyarakat, ikut aktif berperan menangani kesehatan dan membantu persalinan kepada
ibu hamil dan ibu melahirkan dan melakukan pemeriksaan ibu (Depkes, 2004).
Persiapan persalinan mempunyai beberapa hal, menurut Bobak, Lowdermild,
Jensen (2004) ada 4 hal,yaitu :fisik, psikologis, finansial, kultural.
a. Persiapan Fisik Proses persalinan adalah proses yang banyak melelahkan, untuk itu
perlunya dilakukan persiapan fisik semenjak kehamilan memasuki bulan ke 8
kehamilan, hal ini disebabkan persalinan bisa terjadi kapan saja.
Persiapan fisik berkaitan dengan masalah kondisi kesehatan ibu, dimana ibu perlu
menyiapkan kondisi fisik sebelum hamil. Ibu memahami berupa adanya perubahan
fisiologi sebelum terjadi persalinan kira-kira 2 minggu, dimana ibu akan lebih mudah
bernafas karena fundus uteri agak menurun berhubung kepala janin mulai masuk ke
dalam pintu atas pinggul (PAP), Ibu akan sering buang air kecil (BAK) karena
turunnya kepala janin ke dalam PAP yang menekan vesika urinaria serta ibu
merasakan adanya gambaran his palsu yaitu kadang-kadang perut mengejang. Makan
makanan bergizi dan minum yang cukup banyak, serta tetap melakukan aktivitas
seperti berjalan pagi, atau kegiatan rumah lainnya (untuk yang bekerja dipastikan
sudah cuti), dan tetap istirahat yang cukup.
Hal tersebut di atas dimaksudkan bahwa dengan aktivitas, istirahat dan gizi yang
baik, energi dan tenaga untuk menghadapi persalinan nanti diharapkan cukup baik,
dan dapat membantu prosesnya agar lancar dan cepat, ibu juga tidak anemia dan
mengalami lemas kehabisan energi, karena proses persalinan bisa berbeda-beda
waktunya pada setiap orang, ada yang lama, ada yang cepat, dan umumnya
melelahkan (Isnandi. 2009).
Zat gizi berperan vital dalam pertumbuhan janin. Selama kehamilan, metabolisme
energi meningkat akibat perubahan sistem tubuh dan perkembangan janin. Oleh
karena itu, kebutuhan akan energi dan zat gizi harus ditingkatkan. Kebutuhan-
kebutuhan zat gizi tersebut harus memenuhi (Anonim, 2008) :
1) Kalori
Selama trimester kedua dan ketiga kehamilan membutuhkan 300 kalori per
hari. Walaupun peningkatan ini tidak digunakan dalam trimester pertama,
bukan berarti keseimbangan nutrisi tidak penting. Kalori tambahan ini
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
6) Cairan Cairan diperlukan untuk meningkatkan volume darah dan air ketubah.
Minum setidaknya 8 hingga 10 gelas setiap harinya. Mengurangi asupan
cairan tidak akan mengurangi bengkak yang dialami. Namun dapat
menyebabkan kerusakan pada ginjal. Konsumsi cairan yang terbaik adalah air
putih, selain itu juga dapat mengkonsumsi sup, jus, dan teh.
7) Garam Garam dapat membantu mengatur air dalam darah. Kebutuhan tubuh
akan garam sedikit, sekitar 2000 hingga 8000 mg per hari. Beberapa ibu yang
terkena darah tinggi atau preeklamsia bahkan tidak memerlukan tambahan
akan konsumsi garam.
Selain hal di atas ibu perlu memahami gambaran jelas dan sistemis tentang
jalannya persalinan, mengetahui teknik mengedan dan bernafas yang baik,
harus menjaga kebersihan badan dan kesesuaian pakaian. Persiapan fisik
berupa kebersihan badan menjelang persalinan karena bermanfaat jika dengan
mandi dan membersihkan badan akan mengurangi kemungkinan adanya
kuman yang masuk selama persalinan dan dapat mengurangi terjadinya
infeksi sesudah melahirkan. Ibu akan merasa nyaman selama menjalani proses
persalinan.
Persiapan fisik lain yang perlu diperhatikan adalah dengan melakukan
olah raga misalnya senam hamil, karena seorang perempuan memerlukan fisik
yang fit untuk melahirkan. Kondisi fit ini ada hubungannya juga dengan ada
atau tidaknya penyakit berat yang diidap oleh calon ibu. Jika ditemukan
riwayat darah tinggi atau asma berat, misalnya, berarti tidak bisa dilakukan
persalinan normal. sehingga sejak awal kehamilan, sudah harus direncanakan
kelahiran dengan operasi (Iskandar, 2007). Senam hamil ini hanya bisa
dilakukan ketika kandungan berusia 22-36 minggu. Namun, yang perlu
diperhatikan, tidak semua kondisi ibu hamil dapat melakukan treatment ini,
sehingga disarankan melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter
pendamping kandungan.
Ada dua tipe kondisi wanita yang tidak bisa melakukan senam hamil, yaitu
yang bersifat relatif (riwayat kebidanan jelek, janin kembar, menderita
diabetes, letak bayi sungsang). Sementara yang bersifat mutlak tidak boleh
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
b. Persiapan psikologis
Persiapan pada ibu primigravida umumnya belum mempunyai bayangan
mengenai kejadian-kejadian yang akan dialami pada akhir kehamilannya saat
persalinan terjadi. Salah satu yang harus dipersiapkan ibu menjelang persalinan yaitu
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
hindari kepanikan dan ketakutan dan bersikap tenang, dimana ibu hamil dapat melalui
saatsaat persalinan dengan baik dan lebih siap serta meminta dukungan dari orang-
orang terdekat, perhatian dan kasih sayang tentu akan membantu memberikan
semangat untuk ibu yang akan melahirkan. Keluarga baik dari orang tua maupun
suami merupakan bagian terdekat bagi calon ibu yang dapat memberikan
pertimbangan serta bantuan sehingga bagi ibu yang akan melahirkan merupakan
motivasi tersendiri sehingga lebih tabah dan lebih siap dalam menghadapi persalinan
(Sjafriani, 2007).
Dalam mengatasi perasaan takut dalam persalinan, ibu dapat mengatasinya
dengan meminta keluarga atau suami untuk memberikan sentuhan kasih sayang,
meyakinkan ibu bahwa persalinan dapat berjalan lancar, mengikutsertakan keluarga
untuk memberikan dorongan moril, cepat tanggap terhadap keluhan ibu/ keluarga
serta memberikan bimbingan untuk berdo’a sesuai agama dan keyakinan.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh para ibu primigravida ini adalah dengan
cara mencari pengetahuan seluas-luasnya tentang masalah kehamilan dan persalinan
dengan membaca buku atau hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah kehamilan
serta konsultasi kepada petugas kesehatan. Perasaan cemas pada ibu hamil bisa
berdampak pada janin, untuk itu perlu adanya stimulus dari untuk menentramkan hati
ibu. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan cara mendengarkan musik.
Musik telah dipakai sebagai media pengobatan sejak tahun 550 Sebelum Masehi,
dan dikembangkan Pithagoras dari Yunani. Konsep musik ini diterapkan bersama
oleh pakar musik Peter Huebner dan komposerkomposer musik klasik Jerman, dalam
bentuk musik terapi-medisresonansi atau istilah asingnya Medical Resonance
Therapy Music, disingkat MRT-M. Daya pengobatan MRT-M ini membawa dampak
positif pada ibu hamil, baik yang sehat maupun dengan gangguan. Penurunan angka
kelahiran prematur merupakan salah satu pengaruh efek pengobatan musik tersebut
(Umi, 2009).
c. Persiapan finansial
Persiapan finansial bagi ibu yang akan melahirkan merupakan suatu kebutuhan
yang mutlak harus disiapkan, dimana persiapan finansial atau yang berkaitan dengan
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
d. Persiapan kultural
Ibu harus mengetahui adat istiadat, kebiasaan, tradisi dan tingkat hidup yang
kurang baik terhadap kehamilan, dan berusaha mencegah akibat itu. Persiapan yang
berhubungan dengan kebiasaan yang tidak baik sebelum kehamilan untuk dihindari
selama kehamilan terjadi. Faktor budaya sangat penting dimana terdapat tradisi untuk
membawa plasenta ke rumah, cara berperilaku yang benar selama kehamilan dengan
menjaga sikap dan perilaku.
Dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsi, Deputi Bidang Perlindungan Anak
dibantu oleh lima Asisten Deputi (Asdep), dan salah satunya adalah Asisten Deputi
Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus. Sejak keasdepan ini dibentuk pada bulan
Agustus 2010 sampai sekarang, serangkaian kegiatan telah dilakukan guna membangun
komitmen dan kemitraan, serta koordinasi lintas kementerian dan lembaga dalam
mempromosikan pentingnya penanganan anak berkebutuhan khusus. Keberadaan
pendamping bagi anak berkebutuhan khusus memiliki makna yang berarti bagi proses
perlindungan dan tumbuh kembangnya. Oleh karena itu, pengetahuan dan peningkatan
kapasitas pendamping, yaitu orangtua, keluarga, dan masyarakat, dalam menghadapi
anak berkebutuhan khusus sejak dini akan memberikan dampak signifikan dalam
merawat, memelihara, mendidik, dan meramu bakat atau potensi yang dimiliki setiap
anak berkebutuhan khusus.
Kesiapan dan kesiagaan orang tua dan keluarga yang memiliki anak berkebutuhan
khusus merupakan kunci sukses penanganan, ditambah dukungan dari masyarakat dan
pemerintah dalam menyediakan lingkungan dan fasilitas yang ramah terhadap anak
berkebutuhan khusus.
A. UMUM
1. Anak berkebutuhan khusus adalah amanah Tuhan Yang Maha Kuasa yang harus dijaga,
dirawat, dan dipenuhi haknya. Untuk itu, orangtua, keluarga, dan masyarakat perlu
menerima keberadaan anak tersebut dengan ikhlas. Hindarkan dari perasaan cemas,
kecewa, khawatir, marah, menyalahkan diri sendiri dan orang lain, serta putus asa yang
berlarut larut.
2. Menelantarkan anak berkebutuhan khusus merupakan perilaku yang melanggar Hak
Asasi Manusia. Untuk itu, orangtua, keluarga, dan masyarakat tidak diperbolehkan
menyembunyikan atau menelantarkan anak tersebut.
3. Anak berkebutuhan khusus mempunyai hak yang sama dengan anak lain dan dapat hidup
mandiri, berprestasi sesuai dengan minat dan potensi yang dimiliki. Untuk itu, orangtua,
keluarga, dan masyarakat wajib bertanggungjawab memenuhi hak-hak anak dalam segala
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
B. KHUSUS
- Bila berjalan ditempat yang belum dikenal sering tersandung dan menabrak.
- Pada saat matahari tenggelam tidak bisa melihat jelas (rabun senja).
- Sering membentur-benturkan kepala ke tembok.
Apa yang perlu dilakukan orangtua, keluarga bila anak menunjukkan ciri-ciri atau
tanda-tanda di atas?
a. Membawa anak ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk diperiksa tenaga
medis.
b. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan dari tenaga medis dengan mengikuti petunjuk
dan saran yang diberikan.
c. Memasukkan anak ke sekolah yang sesuai dan kembangkan potensi yang dimiliki
anak.
d. Orangtua, keluarga membantu anak di rumah dalam mengerjakan tugas sekolah
yang diberikan atau mengulang pelajaran yang diterima.
- Tidak mampu menangkap maksud orang saat berbicara bila tidak bertatap muka. -
Tidak mampu mengetahui arah bunyi.
- Kemampuan bicara tidak berkembang. - Perbendaharaan kata tidak berkembang.
- Sering mengalami infeksi di telinga.
- Kalau bicara sukar dimengerti.
- Tidak bisa memperhatikan sesuatu untuk jangka waktu tertentu.
- Kelihatan seperti anak yang kurang menurut atau pembangkang.
- Kelihatan seperti lamban atau sukar mengerti.
Apa yang perlu dilakukan orangtua, keluarga bila anak menunjukkan ciri-ciri atau tanda-
tanda di atas?
a. Membawa anak ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk diperiksa tenaga medis.
b. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan dari tenaga medis dengan mengikuti petunjuk dan
saran yang diberikan.
c. Memasukkan anak ke sekolah yang sesuai dan kembangkan potensi yang dimiliki anak.
d. Biasakan untuk menarik perhatian anak terhadap bunyi-bunyi lingkungan yang sering
terjadi seperti orang yang mengetuk pintu, suara telepon, suara motor, bunyi mesin mobil,
dan sebagainya.
e. Biasakan agar orangtua tetap mengajak bicara anak dengan berhadapan muka agar wajah
dan gerak bibir orangtua terlihat jelas.
Apa yang perlu dilakukan orangtua, keluarga bila anak menunjukkan ciri-ciri atau
tanda-tanda di atas?
a. Membawa anak ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk diperiksa tenaga
medis.
b. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan dari tenaga medis dengan mengikuti petunjuk
dan saran yang diberikan.
c. Memasukkan anak ke sekolah yang sesuai dan kembangkan potensi yang dimiliki
anak.
d. Mengajarkan sesuatu secara bertahap dan berulang ulang.
e. Perlu diingat, bahwa kebutuhan biologis anak dengan disabilitas intelektual sama
dengan anak lainnya, hanya saja mereka tidak mengerti bagaimana mengatasi bila
rasa tersebut timbul dan apa yang harus mereka lakukan. Untuk itu orangtua,
keluarga harus memberikan contoh tentang sikap dan nilai berperilaku yang baik.
a. Membawa anak ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk diperiksa tenaga
medis secara rutin, karena jika tidak maka tubuh anak bisa bertambah
kecacatannya (bengkok, mengecil, kaku).
b. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan dari tenaga medis dengan mengikuti
petunjuk dan saran yang diberikan.
c. Memasukkan anak ke sekolah yang sesuai dan kembangkan potensi yang
dimiliki anak. Saat ini banyak anak tunadaksa yang dapat berprestasi berhasil
seperti anak lain sebayanya.
d. Memerlukan latihan rutin, dan menggunakan alat bantu untuk mencegah
bertambahnya kecacatan dan memudahkan melakukan kegiatan sehari-hari.
Apa yang perlu dilakukan orangtua, keluarga bila anak menunjukkan ciri-ciri atau
tanda-tanda di atas?
a. Membawa anak ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk diperiksa tenaga
medis.
b. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan dari tenaga medis dengan mengikuti petunjuk
dan saran yang diberikan.
c. Memasukkan anak ke sekolah yang sesuai dan kembangkan potensi yang dimiliki
anak.
d. Orangtua, keluarga harus memberikan contoh tentang sikap dan nilai, dan perilaku
baik yang bisa menjadi tauladan bagi anak.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Apa yang perlu dilakukan orangtua, keluarga bila anak menunjukkan ciri-ciri atau
tanda-tanda di atas?
a. Membawa anak ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk diperiksa tenaga
medis.
b. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan dari tenaga medis dengan mengikuti petunjuk
dan saran yang diberikan.
c. Memasukkan anak ke sekolah yang sesuai dan kembangkan potensi yang dimiliki
anak.
d. Pemakaian obat tidak menjadi satu-satunya cara penanganan, bisa menggunakan
pendekatan kejiwaan dalam upaya perbaikan kondisi anak.
e. Membangun suasana emosi positif dalam mendampingi anak, sehingga secara
psikologis anak merasa dirinya lebih diterima.
f. Memberi perhatian positif dan mengajak anak berperilaku baik.
g. Memberi perintah yang efektif dan langsung ke tujuan.
- Ada kebutuhan untuk mencium-cium sesuatu dan memasukan segala benda yang
dipegangnya ke dalam mulut atau digigit-gigit.
Apa yang perlu dilakukan orangtua, keluarga bila anak menunjukkan ciri-ciri atau
tanda-tanda di atas?
Apa yang perlu dilakukan orangtua, keluarga bila anak menunjukkan ciri-ciri atau
tanda-tanda di atas?
Apa yang perlu dilakukan orangtua, keluarga bila anak menunjukkan ciri-ciri atau
tanda-tanda di atas?
a. Berkonsultasi ke psikolog.
b. Mengikuti asesmen atau tes IQ untuk mengetahui kemampuan dan kelemahan
anak.
c. Orangtua, keluarga harus mengetahui apa saja yang sudah dipelajari anak di
sekolah dengan cara berkonsultasi pada guru kelas.
d. Orangtua atau keluarga membimbing dan mendampingi anak di rumah dalam
belajar, baik mengulang materi pelajaran yang sudah dipelajari di sekolah, maupun
menyiapkan anak pada materi pelajaran baru yang akan dipelajari anak pada hari
berikutnya.
e. Orangtua, keluarga harus selalu menghargai hasil belajar yang diperoleh anak dari
sekolah.
f. Orangtua, keluarga harus selalu memotivasi anak supaya anak rajin belajar baik di
sekolah maupun di rumah.
g. Orangtua, keluarga harus memberikan contoh tentang sikap dan nilai berperilaku
yang baik.
Apa yang perlu dilakukan orangtua, keluarga bila anak menunjukkan ciri-ciri atau
tanda-tanda di atas?
3. Membantu anak membuat strategi belajar, atau minta bantuan pengajar remedial
untuk mengatasi kekurangannya dan membuat program cara pembelajaran di
rumah.
4. Orangtua, keluarga harus selalu mendampingi dan membimbing anak dalam
belajar di rumah, terutama mengoptimalkan kemampuan fisik motorik
(perencanaan gerak, orientasi kanan dan kiri, serta pembelajaran kinestetik).
5. Memberikan alat-alat bantu dan peraga, sehingga anak mampu menyentuh,
melihat, dan mendengar serta menghubungkan dengan konsep yang dipelajari
seperti huruf-huruf (untuk anak dengan kesulitan belajar membaca), angka-angka,
dan simbol-simbol +,-,:, dan x yang terbuat dari plastik (untuk anak dengan
kesulitan belajar matematika), dan menebalkan huruf-huruf yang sudah diberi titik-
titik (untuk anak dengan kesulitan belajar menulis).
6. Mendampingi anak ketika belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah.
7. Memberi pujian ketika anak berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik dan
benar, guna meningkatkan kepercayaan diri dan kemandirian anak dalam belajar.
Apa yang perlu dilakukan orangtua, keluarga bila anak menunjukkan ciri-ciri atau
tanda-tanda di atas?
1. Membawa anak kepada tenaga ahli yang berkaitan dengan kelainan si anak. Dari
tenaga ahli tersebut, orangtua, keluarga dapat mengetahui anak mereka masuk
kategori gangguan komunikasi/wicara jenis apa, apa penyebabnya, dan apa yang
harus dilakukan.
2. Sesering mungkin mengajak anak untuk bercerita, berkomunikasi dua arah (paralel
talk), memperbanyak latihan dengan menggunakan media visual/gambar.
3. Memberi kesempatan anak untuk melakukan sesuatu secara mandiri atau tidak
segera dibantu.
4. Memasukkan anak ke sekolah yang sesuai dan kembangkan potensi yang dimiliki
anak.
Apa yang perlu dilakukan orangtua, keluarga bila anak menunjukkan ciri-ciri atau
tanda-tanda di atas?
Munzayanah (2004) mengatakan anak cacat mental atau anak tunagrahita adalah anak
yang mengalami gangguan dalam perkembangan daya pikir serta kepribadiannya sehingga
mereka tidak mampu hidup dengan kekuatannya sendiri didalam masyarakat meskipun dengan
cara hidup yang sederhana. Tidak semua orang tua yang memiliki anak tunagrahita memiliki
sikap yang wajar. Anak tunagrahita biasanya suka diperlakukan berlebihan, segala keinginanya
dipenuhi, pekerjaanya selalu dibantu, atau ada juga sebaliknya, anak dibiarkan begitu saja berada
diluar jangkauan orang tua atau dikurung karena merasa malu oleh tetangga. Ada dua sikap yang
bertentangan yang sering dilakukan orang tua kepada anaknya yang pernah disadari oleh
orangtua itu sendiri yaitu orang tua sering memperlakukan anak tunagrahita dengan sikap over
protection atau sebaliknya bersikap menolak kehadiran anak tersebut (Sartinah, 2002).
Ada orang tua yang menerimanya sebagai takdir dan menerima keadaan anaknya dengan
sabar sehingga berusaha mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki oleh anaknya. Namun
sebagian orang tua merasa terpukul dengan keadaan anaknya, selain itu orang tua juga merasa
malu, rendah diri, merasa bersalah dan tidak bisa menerima kenyataan saat mengetahui anaknya
tunagrahita. Terutama seorang Ibu yang melahirkan anak tersebut akan lebih memiliki perasaan
terpukul. Purwandari (2005) menyatakan anak tunagrahita memerlukan perhatian khusus dari
orang tua berupa membantu anak tunagrahita agar timbul sikap percaya diri, mandiri, menjadi
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
manusia yang produktif, memiliki kehidupan yang layak, dan aman terlindungi serta bahagia
lahir dan batin.
Penerimaan orang tua merupakan suatu efek psikologis dan perilaku dari orang tua pada
anaknya seperti rasa sayang, kelekatan, kepedulian, dukungan pengasuhan dimana orang tua
tersebut bisa merasakan dan mengekspresikan rasa sayang kepada anaknya menurut (Hurlock,
2001). Purwandari (2005) menambahkan bahwa lingkungan dan orang tua biasanya kurang
memahami kondisi anak tunagrahita yakni menyamakannya dengan anak normal. Orang tua dan
lingkungan diharapkan memahami anak tunagrahita dengan tidak terpaku pada tugas-tugas
perkembangan. Tugas-tugas perkembangan hanya dipakai sebagai pemicu, orangtualah yang
membantu seoptimal mungkin agar anak dapat melampaui setiap periode perkembangan dengan
alami sesuai keterbatasannya. Orang tua yang memiliki anak tunagrahita memiliki beban berat
dalam mengurus anak, karena anak tunagrahita memiliki kelemahan-kelemahan tersendiri dan
harus mendapat perhatian lebih yang berbeda dengan anak normal lainnya.
Selain itu, beban lain yang dirasakan orang tua yang memiliki anak tunagrahita biasanya
berasal dari lingkungan sosial. “Orang awam” yang tidak memiliki pengetahuan mengenai anak
tunagrahita akan memandang anak tunagrahita sebagai anak yang tidak normal dan acap kali
disepelekan. Penilaian-penilaian dari lingkungan ini akan mempengaruhi kejiwaan orang tua
anak tersebut.
Perasaan dan tingkah laku orang tua yang memiliki anak tunagrahita yaitu pertama,
perasaan kehilangan kepercayaan diri karena mempunyai anak yang tidak normal. Orang tua
menjadi cepat marah dan menyebabkan tingkah laku agresif. Pada permulaan, orang tua mampu
menyesuaikan diri namun akan terganggu lagi saat menghadapi peristiwa seperti anak memasuki
usia sekolah, meninggalkan sekolah, dan orang tua semakin tua sehingga tidak mampu lagi
memelihara anaknya. Kedua, kehilangan kepercayaan diri dalam mengasuh anaknya. Orang tua
merasa ada yang tidak beres dengan urusan keturunan, sehingga mendorong perasaan depresi
dan kurang mampu mengasuh anaknya. Ketiga, Ada perasaan kehilangan kepercayaan diri untuk
bergaul. Orang tua bingung dan malu, sehingga orang tua kurang suka bergaul dengan tetangga
dan lebih senang menyendiri (Somantri, 2006) Menurut hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
(Susenas) yang dilaksanakan Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, jumlah penyandang
disabilitas di Indonesia sebanyak 6.008.661 orang.
Dari jumlah tersebut sekitar 1.780.200 orang adalah penyandang disabilitas netra,
472.855 orang penyandang disabilitas rungu wicara,402.817 orang penyandang disabilitas
grahita/intelektual, 616.387 orang penyandang disabilitas tubuh. Kondisi ini diperkirakan akan
terus mengalami peningkatan, seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan
berbagai faktor lainnya yang memicu peningkatan jumlah penyandang cacat. Ada beberapa sikap
yang banyak dilihat pada keluarga yang mempunyai anak tidak normal antara lain : acceptence,
overprotectiveness, perfectionist dan rejection. Dalam penerimaan anak juga perilaku ibu
berbeda beda, salah satu faktor nya yaitu pendidikan, dimana pendidikan orang tua merupakan
pondasi dikemudian hari.
Semakin baik pendidikan orang tua maka peluang orientasi, peluang ketahanan dan
kekebalan tubuh juga semakin baik. (Wardhani, 2012). Subjek penelitian ini adalah anak
penyandang tunagrahita di SLB-E Negeri PTP Medan. Pemahaman masyarakat umum mengenai
anak berkebutuhan khusus masih sangat minim, kebanyakan mereka menganggap bahwa anak
berkebutuhan khusus merupakan anak yang tidak memiliki kemampuan apapun. Salah satu dari
mereka adalah anak tunagarahita.
Saran untuk ibu, bagi orang tua yang belum dapat menerima kondisi anak, agar dapat
mengubah pandangan dan perilaku negatif terhadap anak yang memiliki kebutuhan khusus jika
anak berkebutuhan khusus tidak memiliki kemampuan apapun. Orang tua perlu menggali lebih
banyak lagi pemahaman tentang anak berkebutuhan khusus melalui buku, majalah atau media
elektronik. Saran untuk ibu lembaga, bagi ibu lembaga dapat mempelajari pola belajar yang baik
untuk dapat mengembangkan potensi serta kemampuan para anak didik. Saran untuk peneliti
selanjutnya, agar peneliti yang berniat mengangkat tema yang sama, dari hasil penelitian ini
nantinya dapat memberi gambaran bahwasanya ada faktor lain yang mempengaruhi penerimaan
pada ibu ataupun orang tua untuk penelitian selanjutnya, yaitu dukungan keluarga besar, faktor
ekonomi keluarga, latar belakang agama, sikap ahli yang mendiagnosa anak mereka, status
perkawinan, sikap masyarakat, usia orang tua, dan saran penunjang.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Bidan juga bekerja bersama keluarga dalam memberikan asuhan untuk mengatasi
ketakutan yang dirasakan perempuan dan mencegah terjadinya kesalahpahaman. Proses
pemecahan masalah dapat menjadi semakin mudah, karena setiap perempuan dapat
mengeksplorasi informasi dengan baik dan membuat keputusan terbaik untuk dirinya. Bidan dan
perempuan mempunyai waktu yang cukup untuk mendiskusikan tentang persalinan, nyeri dan
ketidaknyamanan, dampak terhadap lingkungan, dan ketidakpastian dan kerumitan yang
mungkin timbul. Jadi idelanya pada saat perempuan memasuki fase persalinan, dia mempunyai
kerelaan dan kepercayaan diri untuk membiarkan dan percaya pada tubuhnya menjalankan
proses persalinan. Model asuhan kebidanan berkesinambungan secara umum bertujuan untuk
meningkatkan kualitas asuhan berkelanjutan sepanjang siklus kehidupan. Sandall (2010),
menguraikan syarat asuhan berkesinambungan, yaitu:
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
(1) Kesinambungan manajemen, yaitu pendekatan pengaturan kasus yang konsisten dan
jelas, yang responsif dalam memenuhi kebutuhan klien. Manajemen juga melibatkan
komunikasi berdasarkan fakta dan penilaian dalam tim, institusi pendidikan, dan batasan
profesional kebidanan, serta antara pemberi pelayanan dan pasien. Manajer dalam asuhan
berkesinambungan adalah bidan. Asuhan kebidanan berkesinambungan dapat dilakukan
oleh 4 orang, dengan melibatkan mahasiswa kebidanan dan kader kesehatan.
(2) Kesinambungan informasi. Semua tim yang terlibat dalam pemberian asuhan mempunyai
informasi yang cukup tentang keadaan kliennya untuk dapat memberikan asuhan yang
tepat. Informasi untuk klien, difokuskan pada ketersediaan waktu untuk memberikan
informasi yang relevan (terkait asuhan yang diberikan). Semuanya penting, baik untuk
para manajer (bidan) dan pasien.
(3) Kesinambungan hubungan. Hubungan berarti “hubungan terapeutic” antara pasien dan
tenaga kesehatan, sepanjang waktu. Hubungan personal yang tetap terjaga sepanjang
waktu, dapat mempunyai efek yang baik pada pasien dan hasil asuhannya. Untuk
memenuhi kaidah ini, asuhan berkesinambungan hendaknya dilakukan oleh satu orang
tenaga kesehatan yang sama.
Bidan juga bekerja bersama keluarga dalam memberikan asuhan untuk mengatasi
ketakutan yang dirasakan perempuan dan mencegah terjadinya kesalahpahaman. Proses
pemecahan masalah dapat menjadi semakin mudah, karena setiap perempuan dapat
mengeksplorasi informasi dengan baik dan membuat keputusan terbaik untuk dirinya. Bidan dan
perempuan mempunyai waktu yang cukup untuk mendiskusikan tentang persalinan, nyeri dan
ketidaknyamanan, dampak terhadap lingkungan, dan ketidakpastian dan kerumitan yang
mungkin timbul. Jadi idelanya pada saat perempuan memasuki fase persalinan, dia mempunyai
kerelaan dan kepercayaan diri untuk membiarkan dan percaya pada tubuhnya menjalankan
proses persalinan.
Dalam kasus rujukan dari layanan primer ke sekunder yang terjadi selama proses
persalinan, bidan menyerahkan asuhannya kepada petugas yang berwenang, dan diutamakan
untuk tetap tinggal dan menemani perempuan selama persalinan di tempat rujukan. Perencanaan
tempat bersalin dan antisipasi tempat rujukan harus diperhatikan sebagai konsep yang penting,
yang dibicarakan selama asuhan kehamilan (Jonge,et.al., 2014). Pengalaman ibu dalam
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
pemberian asuhan kebidanan berkesinambungan bergantung pada konteks perawatan dan secara
signifikan lebih tinggi pada perempuan yang berada dalam kepemimpinan bidan dibandingkan
dengan perawatan yang dipimpin oleh dokter kandungan selama persalinan (Perdok, et.al.,
2018).
Untuk ibu dengan risiko komplikasi yang rendah, model asuhan kebidanan
berkesinambungan dapat meningkatkan kepuasan ibu selama perawatan antenatal, intrapartum
dan postpartum (Foster,et.al., 2016) Sehingga, hal ini dapat menjadi tantangan tersendiri bagi
profesi bidan untuk mempertahankan keberhasilan asuhan kebidanan berkesinambungan dalam
sistem yang terintegrasi.
Adapun pemahaman yang baik akan filosofi asuhan kebidanan merupakan suatu hal yang
fundamental dalam pelaksanaan asuhan kebidanan. Hal ini pada akhirnya dapat meningkatkan
kualitas asuhan yang dapat meningkatkan status kesehatan perempuan secara keseluruhan.
TUGAS
1. seseorang bekerja di bidang desain, namun orang tersebut ternyata tidak punya cukup
keahlian di bidang desain hal ini merupakan salah satu contoh bentuk kemiskinan dan
dibawah ini penyenyebab umum kemiskinan ada 4 ,kecuali
a. Individual explanation
b. Familial explanation
c. Subcultural explanation
d. Struktural explanation
e. Kemiskinan relatif
2. kemiskinan cenderung diakibatkan oleh karakteristik orang miskin itu sendiri.
Karakteristik yang dimaksud seperti malas dan kurang sungguh-sungguh dalam segala
hal, termasuk dalam bekerja. Merupakan pengertian dari
a. Individual Explanation
b. Individual Explanation
c. Familial Explanayion
d. Subcultural Explanation
e. Stuctural Explanation
3. Masalah sosial yang terjadi di masyarakat sangat beragam. Salah satu masalah sosial
yang ada di masyarakat ialah tingkat kriminalitas. Angka kejahatan yang tinggi terjadi
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
salah satunya disebabkan oleh besarnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai
pekerjaan. Permasalahan tersebut dapat di atasi dengan cara
Sangat Kurang
DEMENSI Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Nilai :
Dosen
1 Medan, .........................2020
2 Mahasiswa
( )
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
BAB 8
I. PENDAHULUAN
Continuity of care merupakan hal yang mendasar dalam model praktik
kebidanan untuk memberikan asuhan yang holistik, membangun kemitraan yang
berkelanjutan untuk memberikan dukungan, dan membina hubungan saling
percaya antara bidan dengan klien (Astuti, dkk, 2017). Menurut Reproductive,
Maternal, Newborn, And Child Health (RMNCH). “Continuity Of Care” meliputi
pelayanan terpadu bagi ibu dan anak dari prakehamilan hingga persalinan, periode
postnatal dan masa kanak-kanak. Asuhan disediakan oleh keluarga dan
masyarakat melalui layanan rawat jalan, klinik, dan fasilitas kesehatan lainnya
(Astuti, dkk, 2017).
Komplikasi persalinan dengan kasus mempunyai riwayat SC, riwayat
vacuum ekstraksi, ibu dengan resiko tinggi (primi tua), kala II lama akibat
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
panggul sempit, KPD, hipertensi dan sungsang. Ada beberapa faktor penyebab
langsung kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh perdarahan 42%,
eklampsia 13%, abortus 11%, infeksi 10%, partus lama/persalinan macet 9%,
penyebab lain 15%, dan faktor tidak langsung kematian ibu karena kurangnya
pengetahuan, sosial ekonomi dan sosial budaya yang masih rendah, selain itu
faktor pendukung yaitu “4 Terlalu” terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak anak
dan terlalu sering hamil (WHO, 2015). Faktor penyebab kematian bayi tidak bisa
hanya satu. Untuk faktor geografis sendiri menentukan bagaimana cara mencapai
akses ke pusat kesehatan, bagaimana kesehatan lingkungan serta bagaimana
tingkat ekonomi masyarakat.
TUJUAN PEMBELAJARAN
URAIAN
MATERI
1.1 Konsep Dasar Continuity Of Care
a. Pengertian
Continuity of care merupakan hal yang mendasar dalam model praktik kebidanan untuk
memberikan asuhan yang holistik, membangun kemitraan yang berkelanjutan untuk memberikan
dukungan, dan membina hubungan saling percaya antara bidan dengan klien (Astuti, dkk, 2017).
periode postnatal dan masa kanak-kanak. Asuhan disediakan oleh keluarga dan masyarakat
melalui layanan rawat jalan, klinik, dan fasilitas kesehatan lainnya (Astuti, dkk, 2017). 1.1.2
Dimensi Menurut WHO dalam Astuti (2017), dimensi pertama dari continuity of care yaitu
dimulai saat kehamilan, pra kehamilan, selama kehamilan, persalinan, serta hari-hari awal dan
tahun kehidupan.
Dimensi kedua dari Continuity of care yaitu tempat pelayanan yang menghubungkan
berbagai tingkat pelayanan mulai dari rumah, masyarakat, dan sarana kesehatan. Dengan
demikian bidan dapat memberikan asuhan secara berkesinambungan.
b. Tujuan
c. Manfaat
Continuity of care dapat diberikan melalui tim bidan yang berbagi beban kasus,
yang bertujuan untuk memastikan bahwa ibu menerima semua asuhannya dari satu
bidan atau tim praktiknya. bidan dapat bekerja sama secara multi disiplin dalam
melakukan konsultasi dan rujukan dengan tenaga kesehatan lainnya (Astuti, dkk,
2017).
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Kehamilan adalah mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari: ovulasi
(pelepasan ovum), migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot,
nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil
konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2014). Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) (Saifuddin, 2014).
dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27) dan trimester
ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2016).
Berikut ini akan diungkapkan secara singkat hal-hal yang utama dalam perkembangan
organ dan fisiologi janin.
- Usia 6 Minggu Pembentukan hidung, dagu, palatum, dan tonjolan paru. Jari-jari
telah berbentuk, namun masih tergenggam dan Jantung telah terbentuk penuh.
- 7 Minggu Mata tampak pada muka, pembentukan alis dan lidah.
- 8 Minggu Mirip dengan manusia, mulai pembentukan genetalia eksterna, sirkulasi
melalui tali pusat dimulai, tulang mulai terbentuk.
- 9 Minggu Kepala meliputi separuh besar janin, terbentuk „muka‟ janin; kelopak
mata terbentuk namun tak akan membuka sampai 28 minggu.
- 13 - 16 Minggu Janin berukuran 15 cm, merupakan awal dari trimester ke-2. Kulit
janin transparan, telah mulai tumbuh lanugo (rambut janin). Janin bergerak aktif,
yaitu menghisap dan menelan air ketuban. Telah terbentuk meconium (faeses)
dalam usus. Jantung berdenyut 120 – 150/ menit.
- 17 - 24 Minggu Komponen mata terbentuk penuh, juga sidik jari. Seluruh tubuh
diliputi oleh verniks caseosa (lemak). Janin mempunyai reflex.
- 25 - 28 Minggu Saat ini disebut permulaan trimester ke-3, dimana terdapat
perkembangan otak yang cepat. Sistem saraf mengendalikan gerakan dan fungsi
tubuh, mata sudah membuka. Kelangsungan hidup pada periode ini sangat sulit
bila lahir.
- 29 - 32 Minggu Bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan untuk hidup (50 – 70 %).
Tulang telah terbentuk sempurna, gerakan napas telah regular, suhu relatif stabil.
- 33 - 36 Minggu Berat janin 1500 – 2500 gram, lanugo (rambut janin) mulai
berkurang, pada saat 35 minggu paru telah matur. Janin akan dapat hidup tanpa
kesulitan.
- 38 - 40 Minggu Sejak 38 minggu kehamilan disebut aterm, dimana bayi akan
meliputi seluruh uterus. Air ketuban mulai berkurang, tetapi masih dalam batas
normal.
Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan
sering miksi. Pada triwulan kedua, gejala ini sudah menghilang.
g. Konstipasi atau Obstipasi
Pengaruh hormon progesteron dapat menghambat peristaltik usus,
menyebabkan kesulitan untuk buang air besar
h. Pigmentasi Kulit
Terdapat pigmentasi kulit disekitar pipi (cloasma gravidarum). Pada dinding
perut terdapat striae albican, striae livide dan linea nigra semakin menghitam.
Pada sekitar payudara terdapat hiperpigmintasi pada bagian areola mammae,
puting susu makin menonjol.
i. Epulis
Hipertrofi gusi yang disebut epuils, dapat terjadi saat kehamilan.
j. Varices
Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron terjadi penampakan
pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang mempunyai bakat.
Penampakan pembuluh darah terjadi pada sekitar genetalia, kaki, betis, dan
payudara. Penampakan pembuluh darah ini menghilang setelah persalinan.
payudara menegang, sensitif, dan menjadi lebih berat, maka sebaiknya gunakan
penopang payudara yang sesuai brassiere.
3. Perawatan gigi
Dibutuhkan dua kali pemeriksaan gigi selama kehamilan, yaitu pada trimester
pertama dan ketiga. Pada trimester pertama terkait dengan hiperemesis dan ptialisme
(produksi liur yang berlebihan) sehingga kebersihan rongga mulut harus selalu
terjaga. Sementara itu, pada trimester ketiga, terkait dengan adanya kebutuhan
kalsium untuk pertumbuhan janin sehingga perlu diketahui apakah terdapat pengaruh
yang merugikan pada gigi ibu hamil. Dianjurkan untuk selalu menyikat gigi setelah
makan karena ibu hamil sangat rentan terhadap terjadinya carries dan gingivitis.
4. Kebersihan tubuh dan pakaian Kebersihan tubuh harus terjaga selama kehamilan.
Perubahan anatomik pada perut, area genetalia / lipat paha, dan payudara
menyebabkan lipatan-lipatan kulit menjadi lebih lembab dan mudah terinvestasi oleh
mikroorganisme. Sebaiknya gunakan pancuran atau gayung pada saat mandi.
Gunakan pakaian yang longgar, bersih dan nyaman dan hindarkan sepatu hak tinggi
dan alas kaki yang keras serta korset penahan perut.
5. Olahraga
Terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil, secara fisik atau mental, pada
persalinan cepat, aman dan spontan. Jenis olah tubuh yang paling sesuai untuk ibu
hamil, disesuaikan dengan banyaknya perubahan fisik seperti pada organ genital,
perut kian membesar dan lain-lain. Dengan mengikuti senam hamil secara teratur dan
intesif, ibu hamil dapat menjaga kesehatan tubuh dan janin yang dikandungnya secara
optimal.
6. Istirahat
Dengan adanya perubahan fisik ibu hamil, salah satunya beban berat pada perut
sehingga terjadi perubahan sikap tubuh, tidak jarang ibu akan mengalami kelelahan,
oleh karena itu istirahat dan tidur sangat penting untuk ibu hamil. Pada trimester akhir
kehamilan sering diiringi dengan bertambahnya ukuran janin, sehingga terkadang ibu
kesulitan untuk menentukan posisi yang paling baik dan nyaman untuk tidur. Posisi
tidur yang nyaman dan dianjurkan pada ibu hamil adalah miring ke kiri, kaki lurus,
kaki kanan sedikit menekuk dan ganjal dengan menggunakan bantal dan untuk
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
mengurangi rasa nyeri pada perut, ganjal dengan bantal pada perut bawah sebelah
kiri.
7. Aktifitas Senam hamil bertujuan mempersiapkan dan melatih otot-otot sehingga dapat
dimanfaatkan untuk berfungsi secara optimal dalam persalinan normal. Senam hamil
dimulai pada usia kehamilan sekitar 24-28 minggu. Beberapa aktivitas yang dianggap
sebagai senam hamil yaitu jalan-jalan saat hamil terutama pagi hari(Manuaba, 2012).
Jangan melakukan pekerjaan rumah tangga yang berat dan hindarkan kerja fisik yang
dapat menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Saifuddin, 2010).
B. Keluhan Ringan Dan Penanganan Dalam Kehamilan
Menurut Medforth (2012), gangguan minor pada kehamilan adalah serangkaian
gejala yang di alami secara umum yang dikaitkan dengan efek hormonal kehamilan dan
akibat pembesaran uterus saat janin tumbuh selama kehamilan.
Kondisi umum ini tidak menimbulkan risiko serius pada 24 ibu, tetapi gangguan
ini terasa tidak menyenangkan dan dapat mempengaruhi kesenangan ibu terhadap
kehamilan secara menyeluruh. Menurut Medforth (2012), keluhan ringan dalam
kehamilan dan penanganannya adalah sebagai berikut :
1. Mual Mual dan muntah lazim terjadi dalam kehamilan, dengan sekitar 50% wanita
hamil mengalami mual ringan saat bangun tidur sampai mual di sepanjang hari
dengan sedikit muntah, selama pertengahan pertama kehamilan. Bagi banyak wanita,
gejala berkurang setelah minggu ke-12 sampai ke-14 kehamilan, bersamaan dengan
kemampuan plasenta mengambil alih dukungan untuk perkembangan embrio. Alasan
mual tidak di ketahui tetapi dikaitan dengan peningkatan kadar Human Chorionic
Gonadotropin (HCG), hipoglikemi, peningkatan kebutuhan metabolic, efek
progesteron pada sistem pencernaan.
Saran kepada wanita harus terdiri atas :
a. Makan sesuatu sebelum bangun tidur
b. Sediakan selalu makanan ringan di tempat tidur
c. Bangun dari tempat tidur secara perlahan
d. Makan dan minum sedikit tapi sering pada siang hari
e. Beristirahat dipertengahan siang hari
f. Makan biscuit tanpa rasa, sepotong kecil buah, roti panggang kering atau yoghurt.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
2. Konstipasi
Konstipasi adalah gangguan minor yang lain pada kehamilan yang menyerang
sistem pencernaan. Wanita yang mengalami konstipasi sebelum kehamilan dapat
merasa bahwa kondisi ini menjadi lebih bermasalah saat mereka hamil. Konstipasi di
sebabkan karena kerja progesteron, yang mengurangi mortalitas sistem pencernaan
(juga di kaitkan dengan mual di awal kehamilan). Konstipasi juga di sebabkan oleh
pergeseran usus akibat pertumbuhan uterus atau akibat efek samping dari terapi fe
peroral.
Jika memungkinkan, yang terbaik adalah meredakan konstipasi dengan cara
alamiah sebelum memberikan medikasi selama kehamilan, dan saran yang diberikan
oleh bidan harus merefleksikan hal berikut:
a. Makan makanan yang mengandung serat tinggi, seperti roti gandum utuh, sereal,
dan buah prem.
b. Minum ekstra cairan, jus buah, atau the herbal. Cairan ini harus berjumlah 2
liter/hari, dan jumlahnya lebih besar jika suhu sedang panas.
c. Makan makanan secara teratur
d. Makan lima porsi buah dan sayur/hari
e. Lakukan olahraga ringan, 20-30 menit, 3x/minggu
f. Laksafatif ringan, seperti laktulosa 15 ml 2 x 1 dapat di resepkan jika saran di atas
tidak meredakan gejala.
Saran mencakup :
a. Makan beberapa makanan kecil dalam sehari
b. Hindari kopi, alkohol, dan makanan pedas
c. Jangan mengkombinasikan makanan padat dengan cairan, tetapi minum cairan
secara terpisah dari makanan
d. Tidur dengan tambahan bahntal di malam hari untuk meninggikan kepala dan
dada hingga lebih tinggi dari lambung
e. Minum antasida yang berbahan dasar kalium atau kaliummagnesium untuk
meredakan gejala
f. Gunakan pakaian yang longgar sehingga tidak ada tekanan yang tidak perlu di
area abdomen.
5. Nyeri Punggung
Sampai dengan 90% wanita dapat mengalami nyeri punggung selama kehamilan
sehingga menempatkan nyeri punggung sebagai gangguan minor yang paling sering
terjadi pada kehamilan. Obesitas, riwayat masalah punggung, dan paritas yang lebih
besar meningkatkan kecenderungan terjadi nyeri punggung.
a. Selama kehamilan, ligament menjadi lebih lunak dalam pengaruh relaksin dan
meregang untuk mempersiapkan tubuh untuk persalinan.
b. Hal tersebut terutama di fokuskan pada sendi panggul dan ligament yang menjadi
lebih fleksibel untuk mengakomodasi bayi saat pelahiran
c. Efek dapat menempatkan ketegangan pada sendi panggul dan punggung bawah,
yang dapat menyebabkan nyeri punggung.
d. Saat bayi tumbuh, lengkung di spina lumbalis dapat meningkat karena abdomen
di dorong ke depan dan ini juga dapat menyebabkan nyeri punggung. Saran
berikut dapat diberikan kepada wanita untuk meredakan nyeri punggung:
1) Hindari mengangkat benda berat dan gunakan teknik mengangkat barang yang
baik, yaitu menekuk lutut dan mempertahankan punggung tetap lurus saat
mengangkat, atau mengambil sesuatu dari lantai. Wanita harus hati-hati saat
mengangkat anak yang berat.
2) Berat benda yang berat harus di pegang di dekat tubuh
3) Setiap permukaan kerja yang di gunakan harus cukup tinggi untuk mencegah
tubuh tidak bungkuk
4) Saat membawa beban berat seperti barang belanjaan, berat badan harus
diseimbangkan dengan sama di kedua sisi tubuh.
5) Ajari cara duduk dan berdiri dengan tulang belakang berada dalam posisi
netral sehingga postur tubuh dapat di pertahankan
6) Kasur yang keras dapat memberikan topangan yang lebih baik selama tidur,
penggunaan papan dapat membuat kasur yang empuk menjadi lebih
menopang
7) Istirahat sebanyak mungkin saat kehamilan mengalami kemajuan
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
8) Jika nyeri punggung sangat nyeri dan melelahkan, wanita dapat di rujuk ke
fisioterapi obstetrik untuk meminta saran tentang topangan lumbal dan latihan
fisik yang bermanfaat
6. Sering berkemih
Sebagian besar wanita mengalami sering berkemih di awal kehamilan. Desakan
untuk mengosongkan kandung kemih, bahkan dalam jumlah urine yang sedikit,
selama siang dan malam hari di sebabkan oleh tekanan dari uterus yang membesar
pada kandung kemih.
a. Yakinkan wanita bahwa ini normal karena produksi urine di ginjal meningkat
selama hamil
b. Gejala ini secara umum membaik pada minggu ke-14 saat pertumbuhan uterus
keluar dari panggul
c. Sarankan mereka untuk tidak meminum cairan jumlah besar sebelum tidur.
Tidak ada terapi yang di butuhkan untuk hanya mengatasi sering berkemih
tetapi jika berkemih menjadi nyeri, infeksi kemih harus di pastikan tidak
terjadi. Gejala dapat terjadi kembali selama 4 minggu terakhir kehamilan, saat
bagian presentasi janin memasuki pelvis dan menciptakan tekanan pada
kandung kemih sehingga mengurangi kapasitas keseluruhan.
a. Pengertian
Persalinan Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin
turun ke dalam jalan lahir. Proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Prawirohardjo, 2016). Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (JNPK-
KR, 2017).
b. Bentuk Persalinan
Menurut Manuaba (2014), bentuk persalinan menurut definisi adalah sebagia berikut :
1. Persalinan spontan. Bila persalinannya seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri.
2. Persalinan buatan. Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
3. Persalinan anjuran (partus presipitatus)
c. Tanda Gejala
Persalinan Menurut Mochtar (2015), Tanda- tanda inpartu adalah:
1. Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur.
2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan
kecil pada serviks.
3. Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya.
4. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada pembukaan.
Menurut Affandi (2017), tanda dan gejala inpartu adalah sebagai berikut:
Persalinan tidak selalu berjalan dengan normal. Oleh karena itu pada saat
memberikan asuhan kepada ibu yang sedang bersalin, penolong harus waspada terhadap
masalah yang mungkin terjadi. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk membantu
memantau kemajuan persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik adalah
lembar penapisan, lembar observasi dan pertograf. Partograf dapat dipakai untuk
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
memberikan peringatan awal bahwa suatu persalinan berlangsung lama, adanya gawat
ibu dan janin, serta perlunya rujukan. Partograf adalah alat bantu untuk membuat
keputusan klinik, memantau, mengevaluasi dan penatalaksanaan persalinan (JNPK-KR,
2017).
Seluruh informasi ibu, kondisi janin, kemajuan persalinan, waktu dan jam,
kontraksi uterus, kondisi ibu, obat-obatan yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,
keputusan klinik dan asuhan yang diberikan dicatat secara rinci di lembar penapisan,
lembar observasi dan partograf.
e. Proses Persalinan (Kala I, II, III, dan IV)
Menurut JNPK-KR dalamAsuhan Persalinan Normal (2017) ada 4 kala dalam
persalinan, adalah : ada 4 kala dalam persalinan, adalah sebagai berikut:
1. Kala I Persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan
meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm).
Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
a. Fase Laten
1) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap.
2) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
3) Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
b. Fase Aktif
1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam
waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
2) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan
terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida)
atau lebih dari 1cm hingga 2 cm (multipara).
3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
2. Kala II Persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi.
Tanda dan gejala kala dua persalinan adalah:
a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan/atau vaginanya.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
e. Meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah. Tanda pasti kala II
ditentukan melalui periksa dalam yang hasilnya adalah pembukaan serviks telah
lengkap, atau terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
3. Kala III Persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
a. Lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
1) Tanda-tanda lepasnya plasenta
2) Perubahan bentuk dan tinggi fundus
3) Tali pusat memanjang
4) Semburan darah mendadak dan singkat
b. Manajemen Aktif Kala III (MAK III) terdiri dari tiga langkah utama yaitu:
1) Pemberian suntikan Oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali
3) Masase fundus uteri Keuntungan dari manajemen aktif kala III yaitu
persalinan kala III lebih singkat, mengurangi jumlah kehilangan darah, dan
mengurangi kejadian retensio plasenta.
4. Kala IV Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu. Observasi
yang di lakukan pada kala IV adalah:
a. Tingkatkan kesadaran
b. Pemeriksaan tanda – tanda vital, tekanan darah, nadi dan pernafasan, tali pusat,
kontraksi uterus, Perdarahan dikatakan normal jika tidak melebihi 500 cc. Rata-
rata perdarahan normal adalah 250 cc
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Segera setelah persalinan, ibu nifas dianjurkan untuk buang air kecil
karena kandung kemih yang penuh dapat menggangu kontraksi uterus, dan
menimbulkan komplikasi yang lain misalnya infeksi. Bidan harus dapat
mengidentifikasi dengan baik penyebab yang terjadi apabila dalam waktu
>4 jam, ibu nifas belum buang air kecil.
4. Kebersihan diri
Ibu nifas dianjurkan untuk menjaga kebersihan dirinya dengan
membiasakan mencuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir
sebelum dan sesudah membersihkan bagian genetalianya, mengganti
pembalut minimal 2 kali/ hari atau saat pembalut mulai tampak kotor dan
basah serta menggunakan pakaian dalam yang bersih.
5. Istirahat
Pada umumnya ibu nifas akan mengalami kelelahan setelah proses
persalinan. Motivasi keluarga untuk dapat membantu meringankan
pekerjaan rutin ibu di rumah agar ibu dapat beristirahat dengan baik. Ibu
dianjurkan untuk dapat beristirahat pada siang hari sekitar 2 jam dan di
malam hari sekitar 7-8 jam.
6. Seksual
Hubungan seksual sebiknya dilakukan setelah masa nifas berakhir yaitu
setelah 6 minggu postpartum. Mengingat bahwa pada masa 6 minggu
postpartum masih terjadi proses pemulihan pada organ reproduksi wanita
khususnya pemulihan pada daerah serviks yang baru menutup sempurna
pada 6 minggu postpartum.
d. Tanda Bahaya Nifas
Menurut Prawirohardjo (2016), tanda bahaya masa nifas yaitu:
1. Perdarahan pasca persalinan
Perdarahan pasca persalinanadalah komplikasi yang terjadi pada
tenggang waktu di antara persalinan dan masa pascapersalinan. Faktor
predisposisi antara lain adalah anemia, penyebab perdarahan paling sering
adalah atonia uteri serta retensio placenta, penyebab lain kadangkadang
adalah laserasi serviksatau vagina, ruptura uteri dan iversi uteri.
Bahan Ajar Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan 2020
Anak dengan Kondisi Rentan
Sangat Kurang
DEMENSI Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Nilai :
Dosen
1 Medan, .........................2020
2 Mahasiswa
( )