Anda di halaman 1dari 7

Pletekan si Bunga 

Petasan
30/07/2013 by Pricilla Dewi Nakita 1 Comment
 
 
 
 
 
 
4 Votes

Banyak nama
Nama latin bunga ini, Ruelilia turosa. Hmm, kedengarnnya memang agak asing dan sulit dibaca.
Tetapi,bunga ini punya banyak nama yang lucu dan mudah diucapkan dalam Bahasa Indonesia. Ada
yang menyebutnya sebangai bunga pletekan, pletekan atau ceplikan. Blog murid jadi berpikir kenapa
namanya aneh-aneh seperti itu ya? Apakah kalian tahu alasannya !
Bunga Pletekan berasal dari Amerika Tengah. Namun, kini bunga Pletekan telah menyebar ke
seluruh dunia. Terutama di daerah tropis seperti Indonesia. Pantas kalau bunga Pletekan banyak
tumbuh liar di sekitar kita.

Obat Diabetes Paling Ampuh

Pletekan, mungkin masih banyak yang asing dengan nama tanaman ini. Tetapi hampir sebagian
besar orang pernah melihat tanaman ini secara langsung, namun tidak pernah terbayang
sebelumnya akan manfaat besar dari tanaman ini. Ternyata tanaman ini berkhasiat sebagai
penyembuh diabetes. 
Hal ini saya baca pertama kali dari sebuah trit di kaskus, alkisah ayah dari TS terkena diabetes
dengan kadar gula darah yg cukup tinggi kisaran 400-500. Sudah mencoba berbagai macam
pengobatan ternyata tidak manjur. Dan akhirnya dia ke pengobatan alternatif yang ternyata
justru manjur. Diceritakan dalam pengobatan alternatif itu dia diberi obat berupa daun
tanaman hias pletekan (ruellia tuberosa). Cara pemakaiannya pun tergolong mudah, hanya
dengan merebus beberapa lembar daun tanam tersebut dan meminum airnya. Tanaman ini
mungkin terdengar asing bagi kita tapi sebenarnya kita cukup familiar dengan tanaman ini
ketika masih kanak-kanak. Pletekan biasa kita gunakan sebagai mainan. Buah tanaman ini akan
"meledak" bila terkena air.

Berikut artikel ilmiah tentang tanaman Pletekan (ruellia tuberosa):

Dikenal dengan nama Pletekan karena memiliki buah berwarna coklat (saat matang) dan hijau
(saat muda), dimana buah ini jika terkena air akan meletup dan berbunyi “pletek-pletek” nah
dari situlah tanaman ini dinamakan Pletekan. Akan tetapi pada daerah Jawa lebih dikenal
dengan nama Ceplikan (sumber Plantamor.com).

Dengan nama latin Ruellia tuberosa L, tanaman ini banyak ditemukan di daerah tropis
terutama Asia Tenggara. Coba perhatikan di semak kalian, pasti ada tanaman ini :). Namanya
mungkin terdengar asing, tapi bentuk bunga dan buahnya sangat familiar saat kecil, terutama
untuk anak kecil era 90-an.
Ilmiahnya tanaman dengan morfologi menurut buku Flora ini merupakan tanaman semusim,
tinggi 0,4-0,9 m. Batangnya tegak, pangkal sedikit berbaring, bersegi, hijau. Daunnya Tunggal,
bersilang berhadapan, bentuk solet, ujung membulat, pangkal runcing, tepi bergigi, panjang 6-
18 cm, lebar 3-9 cm, licin, pertulangan menyirip, hijau. Bunganya Majemuk, bentuk payung,
diketiak daun, terdiri 1-15 bunga, kelopak 2-3 cm, benang sari melekat pada tabung mahkota
berjumlah 4, dasar mahkota membentuk tabung, ujung berlekuk 5, panjang 3,5-5 cm, ungu.
Buahnya Kotak, lonjong, kering, berbiji banyak, panjang 2-3cm, membuka dengan dua katup,
hijau. Bijinya Bulat, kecil, coklat. Akarnya Tunggang, membentuk umbi, coklat.

Menurut beberapa sumber tanaman dengan genus Ruellia ini memiliki khasiat sebagai
antioksidan, antidiabetes, antihipertensi, antipiuretik dan biasa ditambahkan dalam minuman
kesehatan. Jangan salah, tanaman yang dikira hanya tumbuhan liar ini ternyata memiliki
segudang khasiat :). Selain itu disebutkan dalam beberapa jurnal ilmiah, daun tanaman
Pletekan memiliki kandungan Flavonoid yang tinggi.

Nah pada praktikum Fitokimia 1, kami melakukan identifikasi senyawa kimia dari sampel daun
Pletekan dengan menggunakan beberapa metode. Jelas sebelum diidentifikasi, tanaman ini
kami olah dulu. Dimulai dari pengolahan sampel (daun tanaman dicuci, disortir basah-kering,
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan, kemudian diubah bentuknya) sekedar info,
dikeringkan agar kandungan air dalam daun berkurang karena ditakutkan dapat menjadi media
yang paling baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Kenapa diubah bentuknya dengan cara
digunting kecil-kecil (atau diserbukkan) agar pelarut yang nantinya digunakan dalam proses
meserasi lebih mudah menarik senyawa kimia dalam daun (ingat proses difusi dan osmosis
kan :))
Next proses yaitu identifikasi pendahuluan. Disini bertujuan untuk mengetahui secara garis
besar kandungan kimia apa sih yang terdapat dalam daun tanaman ini? Penasaran caranya?
Mudah kok, yaitu serbuk Pletekan + 10 ml air panas dimasukkan dalam tabung reaksi,
dinginkan sejenak lalu dikocok kurang lebih 10 detik, jika ada buih untuk lebih memastikannya
ditambah 1 tetes HCl 2 N. And the last, jika buih tidak hilang positif mengandung Saponin.
Hasilnya positif loh :)

Berikut sekilas teori mengenai “saponin”. Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida
yang tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk larutan koloidal dalam
air dan membentuk busa yang mantap jika dikocok dan tidak hilang dengan penambahan asam
(Harbrone, 1996). Saponin merupakan golongan senyawa alam yang rumit, yang mempunyai
massa dan molekul besar, dengan kegunaan luas (Burger et.al,1998). Saponin diberi nama
demikian karena sifatnya menyerupai sabun “Sapo” berarti sabun. Saponin adalah senyawa
aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan busa bila dikocok dengan air. Beberapa saponin
bekerja sebagai antimikroba. Dikenal juga jenis saponin yaitu glikosida triterpenoid dan
glikosida struktur steroid tertentu yang mempunyai rantai spirotekal. Kedua saponin ini larut
dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter. Aglikonya disebut sapogenin, diperoleh
dengan hidrolisis dalam suasana asam atau hidrolisis memakai enzim (Robinson,1995). 
Identifikasi berikutnya adalah menguji ada tidaknya kandungan flavonoid. Dimana serbuk daun
pletekan ditambah FeCl3 kemudian dikocok dan ditetesi HCl  P, hasilnya tanaman ini positif
mengandung flavonoid ditandai dengan adanya warna merah.

Sekilas teori mengenai “Flavonoid”. Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari 15 atom karbon
yang umumnya tersebar di dunia tumbuhan. Flavonoid mampu bertindak sebagai antioksidan
dan berfungsi menetralisir radikal bebas dan dengan demikian meminimalkan efek kerusakan
pada sel dan jaringan tubuh. Radikal bebas adalah molekul yang sangat reaktif dan tidak stabil
akibat telah kehilangan elektron.Untuk menstabilkan diri, radikal bebas memerlukan elektron
dan untuk mencapai tujuan ini kemudian mengoksidasi sel-sel sehat tubuh sehingga
menyebabkan kerusakan. Radikal bebas terutama diproduksi sebagai produk sampingan dalam
berbagai proses biokimia dalam tubuh.

Selanjutnya serbuk Pletekan kami ekstraksi dengan proses meserasi. Sekilas teorinya. Maserasi
istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya merendam) : adalah sediaan cair yang
dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut bukan air
(pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol encer, selama periode waktu tertentu
sesuai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian (Farmakope Indonesia, 1995). Langkah
kerjanya adalah merendam simplisia dalam suatu wadah menggunakan pelarut penyari tertentu
selama beberapa hari sambil sesekali diaduk, lalu disaring dan diambil beningannya. Selama ini
dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif dari suatu tanaman ataupun hewan
menggunakan pelarut yang cocok. Pelarut-pelarut tersebut ada yang bersifat “bisa campur air”
(contohnya air sendiri, disebut pelarut polar) ada juga pelarut yang bersifat “tidak campur air”
(contohnya aseton, etil asetat, disebut pelarut non polar atau pelarut organik). Metode Maserasi
umumnya menggunakan pelarut non air atau pelarut non-polar. Teorinya, ketika simplisia yang
akan di maserasi direndam dalam pelarut yang dipilih, maka ketika direndam, cairan penyari
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan karena
ada pertemuan antara zat aktif dan penyari itu terjadi proses pelarutan (zat aktifnya larut dalam
penyari) sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut akhirnya akan mengandung zat
aktif, katakan 100%, sementara penyari yang berada di luar sel belum terisi zat aktif (nol%)
akibat adanya perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel ini akan muncul gaya
difusi, larutan yang terpekat akan didesak menuju keluar berusaha mencapai keseimbangan
konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan ini akan berhenti,
setelah terjadi keseimbangan konsentrasi (istilahnya “jenuh”).

Cara kerja yang kami lakukan adalah 200 g serbuk sampel Pletekan + 1000 ml Metanol. Biarkan
selama 3 hari (sesekali diaduk). Saring, dan ampasnya dimaserasi lagi. Satukan ekstrak yang
diperoleh. Sesudahnya diuapkan untuk menghilangkan cairan penyari dengan cara diambil
ekstrak metanol Pletekan. Dituang ke dalam cawan porselen. Diletakkan cawan porselen diatas
penangas air. Diamati sampel menguap sampai terbentuk ekstrak kental.
Berikutnya dilakukan metode Partisi. Dimana yang digunakan adalah metode Partisi Cair-Cair.
Pelarut organik yang digunakan berupa pelarut polar dan pelarut non polar yaitu metanol, n-
heksan, n-butanol.

Teori. Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan zat terlarut didalam 2 macam zat pelarut
yang tidal saling bercampur atau dengan kata lain perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam
pelarut organik, dan pelarut air.Hal tersebut memungkinkan karena adanya sifat senyawa yang
dapat terlarut dalam air dan adapula senyawa yang dapat larut dalam pelarut organik. Ekstraksi
bahan alam dilakukan dengan cara : ekstrak metanol terlebih dahulu dipekatkan kemudian
ditimbang dan ditimbahkan sedikit air hingga diperoleh suspensi yang homogen. Kemudian
dipindahkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan dietil eter (pelarut organik), setelah itu
corong pisah ditutup, dibalik dan dikran corong dibuka lalu dikocok satu arah beberapa kali
hingga didapatkan massa yang terdistribusi. Setelah itu kran corong ditutup lalu corong dibalik
dan dibiarkan hingga terjadi pemisahan. Lapisan air dikeluarkan dan lapisan eter ditampung.
Lapisan air dikocok lagi dengan dietil eter kembali biasanya dilakukan 3 kali ekstraksi.

Next tahap terakhir yaitu Kromatografi Lapis Tipis. Caranya : Potong lempeng dengan
ukuran 7 x 3 dan diberi tanda. Totol ekstrak n-heksan, metanol dan n-butanol. Masukkan dalam
chamber berisi eluen n-Heksan : Etil asetat (7 : 3) (lakukan sebanyak 6 kali). Elusi hingga batas
tanda. Amati pada sinar tampak, Lampu UV 254 nm dan 366 nm serta pada reaksi
penyemprot. Hitung nilai Rf (lakukan hal yang sama untuk eluen B:A:W 4:1:5). 

             
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin
dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran.
Prinsip kerjanya memisahkan sampelberdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel
dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakanfase diam dari
bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan.
Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran
antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.

Anda mungkin juga menyukai