Anda di halaman 1dari 21

Produksi Asam Sitrat oleh Aspergillus niger

PRODUKSI ASAM SITRAT OLEH ASPERGILLUS NIGER

I.PENDAHULUAN
Asam sitrat (2-hydroxy-1,2,3-propanetricarboxylic acid) merupakan asam
organik yang penggunaannya cukup luas di dunia industri. Hampir 70%
produksi asam sitrat dunia diserap oleh industri makanan. Industri makanan
menggunakan asam sitrat sebagai bahan tambah makanan karena memiliki
rasa yang menyenangkan dan aman dikonsumsi. Industri farmasi
memanfaatkan asam sitrat sebagai bahan penolong untuk pembuatan
antacid, tablet effervescent multivitamin dan senyawa pelarut aspirin. Asam
sitrat digunakan sebagai senyawa pengkelat logam, dan dapat bereaksi
dengan logam-logam berat seperti besi dan tembaga menghasilkan senyawa
kompleks sehingga banyak dipakai untuk membersihkan boiler dan instalasi
sejenis.

Asam sitrat merupakan metabolit primer yang dihasilkan dari proses


fermentasi. Jamur Aspergillus niger adalah mikroba yang paling banyak
digunakan dalam produksi asam sitrat secara komersial. Fermentasi asam
sitrat sangat kompleks dan dipengaruhi komposisi media fermentasi
terutama oleh makro nutrien (P) dan ion-ion logam (trace element) seperti
Fe, Zn dan Mn.

Penelitian ini akan mengkaji pengaruh komposisi media fermentasi terhadap


produksi asam sitrat oleh jamur Aspergillus niger. Media sintetis yang
digunakan telah diformulasikan oleh HJ Peppler dan Shu & Johnson. Selain
itu digunakan pula media sintetis HJ Peppler dan Shu & Johnson yang telah
dimodifikasi kandungan Fe, Zn, P, substrat awal glukosa dan dengan
penambahan etanol.

1
Produksi Asam Sitrat oleh Aspergillus niger

II. TINJAUAN PUSTAKA


Citric acid (2-hydroxy-1,2,3 propanetricarboxylic acid) pertama kali
diisolasi dari jus jeruk oleh Scheele (1978). Asam sitrat ada secara alami
membentuk senyawa antara di dalam siklus asam sitrat (daur Krebs). Pada
siklus tersebut karbohidrat akan dioksidasi menjadi karbon dioksida. Asam
sitrat diproduksi dalam bentuk anhydrous maupun monohidrat dan
merupakan asam organik kuat yang memiliki titik leleh pada suhu 1530C.

Fermentasi asam sitrat pertama kali diproduksi dengan metoda fermentasi


permukaan, namun dengan berkembangnya metoda bawah permukaan
(submerged) menunjukkan perbaikan produksi asam laktat secara nyata.
Keberhasilan proses fermentasi asam sitrat selain ditentukan oleh metoda
fermentasi, pemilihan strain mikroorganisma yang tepat, komposisi media
fermentasi dan kondisi operasi yang optimal.

2.1. Strain mikroorganisma


Asam sitrat adalah metabolit primer yang pada kondisi normal tidak
diekskresikan dalam jumlah yang banyak. Asam sitrat akan diekskresikan
keluar sel karena adanya kondisi yang tidak normal dalam proses
metabolisma sel yang disebabkan kelainan genetik atau ketidakseimbangan
metabolik akibat kondisi lingkungan tertentu (Rohr, Max dkk.,1982).

Beberapa spesies jamur Aspergillus seperti Aspergillus niger, Aspergillus


wentii, dan Aspergillus clavatus dilaporkan dapat menghasilkan asam laktat
cukup banyak pada lingkungan yang dikondisikan. Jamur lain seperti
Botrytis cinerea, Mucor piriformis dan Trichoderma viride juga dapat
menghasilkan asam sitrat dalam jumlah cukup banyak. Trichoderma viride
memiliki spektrum enzim yang sangat luas sehingga mampu menggunakan
selulosa dan polisakarida lain sebagai sumber karbon.

2
Produksi Asam Sitrat oleh Aspergillus niger

Aspergillus niger termasuk jamur dari keluarga Plectomycetes, kelas


Ascomycetes (cendawan pipa). Miseliumnya memiliki inti, dan bercabang
membentuk hyfa yang menopang konidium.

2.2 Media fermentasi


Shu dan Johnson (1948) adalah peneliti pertama mengkaji secara sistematik
pengaruh komposisi medium terhadap produksi asam laktat. Makro nutrien
maupun trace element memberikan pengaruh yang cukup besar pada
pembentukan asam sitrat. Secara umum disepakati bahwa ekskresi asam
sitrat yang berlimpah akan terjadi jika pembentukan biomassa dibatasi
(Rohr, Max dkk., 1982).

Pengkondisian awal media produksi asam sitrat untuk menghasilkan


produksi asam sitrat yang tinggi dilakukan dengan membatasi/mengurangi
satu atau lebih elemen-elemen essensial, seperti fosfor, Mn, Zn atau Fe.
Fosfor merupakan makro nutrien yang dibutuhkan sel untuk mensintesa
nukleotida dan komponen-komponen phosphorylated lain. Kehadiran
logam-logam trace dalam media produksi akan menurunkan produksi asam
sitrat secara nyata. Karakteristik media produksi asam sitrat yang
mendukung pembentukan produk adalah memiliki konsentrasi substrat gula
yang tinggi, konsentrasi fosfat yang rendah, pH rendah dibawah 2, kelarutan
2+ 2+
oksigen yang tinggi dan ketiadaan logam-logam trace seperti Mn , Fe
dan Zn 2+ (Rohr, Max dkk., 1982).

2.2.1 Karbon
Umumya hanya monosakarida yang dapat digunakan secara cepat oleh
jamur untuk fermentasi asam sitrat. Pada kebanyakan kasus sukrosa atau
molase dapat juga digunakan sebagai sumber karbon namun tetap saja
glukosa atau fruktosa (yang diperoleh dari hidrolisis polisakarida) lebih
mudah dimetabolisme. Polisakarida lebih sukar digunakan karena hidrolisis

3
Produksi Asam Sitrat oleh Aspergillus niger

polisakarida oleh mikroorganisma memiliki kecepatan yang terbatas


sehingga ketersediaan monosakarida dalam media menjadi terbatas dan
akan menurunkan kecepatan pembentukan produk. Konsentrasi gula dalam
media fermentasi sangat penting, dan produksi asam sitrat maksimum
diperoleh pada konsentrasi 14 -22% (w/v).

Molase dari bit atau tebu, jus tebu dan berbagai hasil hidrolisa tepung sering
digunakan pula sebagai seumber karbon untuk fermentasi asam sitrat.
Namun yang sering menjadi masalah dalam penggunaan sumber karbon
tersebut adalah tingginya konsentrasi io-ion logam dan adanya komponen-
komponen yang dapat menghambat proses pembentukan asam sitrat.
Sehingga diperlukan pra-treatment terhadap sumber karbon agar dapat
digunakan sebagai sumber karbon.

2.2.2 Nitrogen
Umumnya nitrogen disediakan dalan bentuk ammonium sulfate atau atau
nitrat. Nitrogen dalam bentuk ammonium dipilih karena selama proses
fermentasi. Ammonium yang dikonsumsi oleh mikroba akan menurunkan
pH larutan. pH rendah dibutuhkan untuk pembentukan asam sitrat.
Konsentrasi ion ammoniun dalam media produksi berkisar antara 0,3 – 1,5 g
NH4+/lt. Penambahan ammonium dapat meningkatkan produksi asam sitrat
jika dilakukan pada tahap dimana produksi asam sitrat mengalami
penurunan.

2.2.3 Fosfat
Produksi asam laktat yang tinggi dalam media cair teraduk terjadi pada saat
konsentrasi fosfat dalam media produksi berkurang. Pada kondisi ion-ion
logam dibatasi konsentrasinya, maka konsentrasi fosfat dalam media
produksi tidak perlu dibatasi. Namun pada kondisi ion-ion logam tidak

4
Produksi Asam Sitrat oleh Aspergillus niger

dapat dikendalikan konsentrasinya maka disarankan untuk menurunkan


konsentrasi fosfat dalam media produksi (Rohr, Max dkk., 1982).

2.2.4 Trace element


Jika konsentrasi fosfat, Fe dan Zn dalam media produksi ada dibawah
konsentrasi optimal untu pertumbuhan maka akan dihasilkan akumulasi
asam sitrat. Namun jika kecepatani pertumbuhan dan penggunaan substrat
terlalu rendah akan berdampak pula pada produksi asam sitrat. Pada
konsentrasi Mn 20µg/lt, perolehan asam sitrat akan menurun secara drastis
pada konsentrasi fosfat yang rendah. Efek negatif dari ion Fe dapat
dikurangi dengan memberikan Copper pada konsentrasi yang cukup tinggi
yaitu 50-500 ppm. Copper (Cu) mampu secara efektif menyeimbangkan Mn
sebagai pengotor dalam media fermentasi (Rohr, Max dkk., 1982).

Pretreatmen untuk menghilangkan trace elemen pada sumber karbon alami


seperti molase dapat dilakukan dengan menggunakan kation ion exchange
atau diendapkan dengan penambahan potassium hexacyanoferrate (HFC).

2.2.4 Aerasi
Pada prosesfermentasi submerged, aerasi sangat menentukan dalam
pembentukan asam sitrat. Produksi asam sitrat akan bertambah dengan
meningkatnya aerasi. Aerasi harus dilakukan terus-menerus selama proses
fermentasi, jika aerasi dihentikan sesaat akan menghambat proses
pembentukan asam sitrat secara irreversibel. Artinya jika diberikan kembali
aerasi, tidak akan mengembalikan proses ke kondisi semula.

2.2.5. Alkohol
Metanol telah digunakan secara luas untuk meminimalisasi efek dari logam-
logam trace, selain menggunakan Cu dan HFC. Penambahan 1-5% (v/v)
metanol, etanol, n-propanol, isopropanol atau metil asetat dapat mengurangi

5
Produksi Asam Sitrat oleh Aspergillus niger

efek dari logam-logam trace terhadap pembentukan asam sitrat. Secara


umum konsentrasi alkohol yang tinggi dibutuhkan untuk media produksi
yang memiliki konsentrasi kontaminan yang tinggi , namun alkohol dapat
menginhibisi proses jika ditambahkan pada media produksi yang murni.
Efek alkohol pada pembentukan asam sitrat disajikan pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Efek alkohol pada pembentukan asam sitrat


(Rohr, Max dkk., 1982)
Jenis alkohol (%) Asam sitrat Miselium (berat sel
(gr) kering)
( g/100 ml)
Kontrol - 1,0 1,22
Metanol 1 10,6 1,17
2 37,4 0,99
3 63,0 0,81
Etanol 1 9,0 1,20
2 25,9 1,16
3 33,3 1,03
Isopropil 1 6,4 1,10
alkohol
2 11,6 1,01
3 0,8 0,41

2.3 Biokimia dan Pengaturan enzim


Asam sitrat terjadi dalam sistem terminal oksidasi metabolisme
mikroorganisme. Sistem ini dinyatakan sebagai Krebs Cycle ( Gambar 2.1)
yang merupakan siklus tricarboxyclic dari siklus asam sitrat.
Mikroorganisme mengoksidasi nutrien organik dalam metabolisme respirasi
menjadi karbondioksida dan air. Karbon dalam karbondioksida merupakan
tahap oksidasi tertinggi maka proses tersebut dinamakan “oksidasi

6
Produksi Asam Sitrat oleh Aspergillus niger

sempurna”. Penumpukan/akumulasi asam sitrat dapat terjadi jika siklus ini


pecah/putus.

Gambar 2.1. Siklus Tricarbocyclic /TCA ( Shuler Michael L, Fikret Kargi)

2.4 Proses Fermentasi Asam Sitrat


Selain pemilihan strain yang tepat, propagasi atau perbanyakan spora jamur
juga memegang peranan penting dalam fermentasi asam laktat. Pada
fermentasi asm laktat, seperti proses fermentasi lain yang menggunakan
jamur lain, inokulum akhir tidak diperoleh dari propagasi material sel dalam
beberapa tahap dengan cara meningkatkan volume media fermentasi seperti
pada industri yeast. Media produksi umunya diinokulasi dengan sejumlah
besar spora (1010-1011/m3 media fermentasi) Miselium yang diperoleh dari
satu tahap pembibitan dengan konsentrasi spora yang sama seperti diatas
dapat digunakan sebagai inokulum.

7
Produksi Asam Sitrat oleh Aspergillus niger

Sejumlah besar spora dapat dipropagasi dengan menumbuhkan jamur dalam


media cair untuk sporulasi atau mendispersikan spora dalam media yang
sama. Jamur dapat dapat ditumbuhkan dalam media agar, sehingga
diperoleh spora dalam bentuk kering kemudian melarutkannya dengan air
garam. Spora dapat ditumbuhkan pula pada material seperti dedak yang
direndam dengan larutan nutrien.

Proses fermentasi asam sitrat sederhana telah dilakukan di Jepang disebut


sebagai proses koji. Bahan baku proses koji adalah limbah padat industri
tepung, dedak padi dan gandum. Material yang mengandung tepung
ditempatkan pada baki-baki khusus dan direndam dalam air hingga
kandungan air mencapai 65 – 70%. Setelah itu disterilisasi dengan
menggunakan steam sehingga menghasilkan pasta yang steril. Baki-baki
tersebut diletakkan dalam rak kemudian diinolukasi dengan konidia
Aspergillus niger. Karena trace elemen tidak bisa dihilangkan dengan
orosedur standar maka dipilih mikroorganisma yang mampu menghasilkan
asam sitrat pada kondisi tersebut. Suhu inkubasi adalah 300C dengan pH
media 5,5. Pada awal proses tepung akan disakarifikasi oleh enzim yang
dihasilkan jamur kemudian akan dikonversi menjadi asam sitrat sehingga
pH turun mencapai pH 2. Sebagai alternatif, proses sakarifikasi dapat
dilakukan terlebih dahulu dengan menambahkan enzim α-amylase. Pada
kondisi optimum proses fermentasi berlangsung selama 90 jam.

Selain proses koji, fermentasi asam laktat dapat dilakukan dengan metoda
fermentasi pertmukaan. Proses fermentasi dilakukan dalam baki berukuran
2m x 2,5 m x 0,15m, dengan ketebalan media fermentasi 0,008 – 0,12 m.
Ruang fermentasi harus dilengkapi dengan sirkulasi udara sebagai penyuplai
oksigen, pengendali temperatur dan kelembaban. Bahan baku yang paling
umum digunakan untuk fermentasi permukaan adalah molase yang telah
dihilangkan trace elemennya. Inokulasi dilakukan dengan beberapa cara

8
Produksi Asam Sitrat oleh Aspergillus niger

memasukkan suspensi konidia ke dalam media fermentasi atau


menghembuskan konidia kering di atas baki-baki tersebut. Fermentasi
berlangsung sempurna setelah 6-8 hari.

Proses fermentasi submerged lebih banyak dikembangkan dibandingkan


proses fermentasi permukaan, meskipun pengoperasiannya lebih sulit.
Proses fermentasi submerged dapat dilakukan dalam reakto konvensional
berpengaduk atau reaktor menara (tower reaction). Kapasitas reaktor
berpengaduk berkisar antara 50 sampai 150 m3, sedangkan reaktor menara
memiliki rasio tinggi terhadap diameter berkisar 4-6. Konsentrasi gula
berkisar 15-27% (w/v) dengan pH awal 2,5 – 3. Inokulasi dapat dilakukan
dengan beberapa cara, jika digunakan suspensi spora maka harus
ditambahkan zat aktif permukaan untuk menjaga spora yang bersifat
hydrofobic tetap tersuspensi. Jumlah spora yang digunakan 5- 25 x 106 per
liter medium. Diperlukan waktu sekitar 6-8 jam suspensi spora dalam
larutan garam yang telah ditambahkan zat aktif permukaan. Aerasi diset
pada laju alir 0,1 – 0,4 vvm, dan suhu 28-350C. Proses fermentasi
berlangsung selama 5 – 6 hari.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Mikroorganisme
Mikroba yang digunakan pada penelitian ini adalah jamur Aspergillus niger.
yang ditumbuhkan dalam media agar miring Potato Dextrose Agar (PDA) sebagai
stock culture dan disimpan pada suhu 40C.

9
Produksi Asam Sitrat oleh Aspergillus niger

3.2 Media fermentasi


3,2.1 Media pertumbuhan/pre-culture
Media pertumbuhan/ pre-culture yang digunakan adalah Potato Dextrose Broth.
100 ml media pre-culture yang telah diinokulasi dengan spora jamur diinkubasi
pada suhu 280-290C pada kecepatan pengadukan 150 rpm.

3.2.2 Media Produksi


Media produksi yang digunakan adalah media sintetis HJ Peppler dan Shu
&Johnson dan media modifikasi yang disajikan pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2.

Tabel 3.1 Media sintetis HJ Peppler

Bahan Media standar Pengaruh Pengaruh Pengaruh


(gr) konsentrasi Fe konsentrasi konsentrasi P
(gr) Zn(gr) (gr)
Glukosa 142 142 142 142
(NH4)CO3 2,0 2,0 2,0 2,0
KH2PO4 0,14 0,14 0,14 1,4
MgSO4.7H2O 1,0 1,0 1,0 1,0
FeCl3 0,5 mg 5 mg 0,5 mg 0,5 mg
ZnSO4 - - 0,0050 -
HCl Sampai pH2 Sampai pH2 Sampai pH2 Sampai pH2
Aquadest 1 liter 1 liter 1 liter 1 liter

10
Produksi Asam Sitrat oleh Aspergillus niger

Tabel 3.2 Media sintetis Shu & Johnson

Bahan Media standar Pengaruh Pengaruh


(gr) konsentrasi penambahan
glukosa awal etanol (gr)
(gr)
Glukosa 140 200 140
urea 2,25 2,25 2,25
KH2PO4 2.5 2.5 2.5
MgSO4.7H2O 0,5 0,5 0,5
FeCl3 0,01 0,01 0,01
ZnSO4 0,0025 0,0025 0,0025
HCl sampai pH 3,8 sampai pH 3,8 sampai pH 3,8
Etanol absolut - - -
Aquadest sampai 1 liter sampai 1 liter sampai 1 liter

3.3 Rancangan Percobaan


Fermentasi dilakukan dalam erlenmeyer 1000 ml yang dilengkapi dengan
pengaduk magnetik, aerasi dan ditempatkan dalam inkubator yang dapat
diatur suhunya. Kondisi operasi proses ditunjukkan oleh Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kondisi operasi proses fermentasi

Kondisi Peppler Shu & Johnson

Suhu Fermentasi 28-29oC 28-29oC


Suhu Inkubasi (shaker) 28-29oC 28-29oC
Agitasi (pengadukan) 120 rpm 120 rpm
Aerasi 30 ml/detik 30 ml/detik
Set pH media sebelum
2,0 3,8
sterilisasi
Waktu fermentasi 9 hari 9 hari

11
Produksi Asam Sitrat oleh Aspergillus niger

3.4 Analisa sampel


Analisa terhadap sampel meliputi :

1. Analisa biomassa dengan menggunakan metoda berat sel kering


2. Analisa glukosa dilakukan dengan penambahan reagen Cu alkalis
dan reagen warna Arsen molibdat, kemudian diukur absorbansinya
menggunakan spektrofotometer.
3. Analisa asam sitrat dengan titrasi asam-basa (acidimetri)
menggunakan indikator fenoptalein.

IV. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kinetika Pertumbuhan, Penggunaan Substrat dan Pembentukan


Produk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk pola pertumbuhan dan


pembentukan produk asam sitrat oleh Aspergillus niger adalah tipe
pertumbuhan berasosiasi dengan pembentukan produk yang merupakan ciri
dari produk metabolit primer. Laju pembentukan produk berbanding secara
proposional dengan laju pertumbuhan. Grafik perubahan konsentrasi
biomasa Aspergillus niger, substrat glukosa, dan produk asam sitrat
disajikan pada Gambar 4.1 dan 4.2. Parameter kinetika proses fermentasi
untuk kedua jenis media sintetis disajikan pada Tabel 4.1.

Pertumbuhan biomassa secara batch akan melalui tahapan-tahapan sebagai


berikut yaitu fasa lag (awal), eksponensial, perlambatan pertumbuhan,
stasioner dan fasa kematian. Fasa lag (awal) merupakan masa penyesuaian
mikroba. Pada fasa ini tidak terjadi peningkatan jumlah sel. Setelah fasa lag
selesai terjadi reproduksi selular, konsentrasi selular atau biomassa akan
meningkat, mula-mula secara perlahan kemudian meningkat dengan cepat.

12
Produksi Asam Sitrat oleh Aspergillus niger

Gambar 4.1. Kinetika pertumbuhan biomassa, penggunaan substrat


dan pembentukan produk pada media H.J Peppler.

Gambar 4.2. Kinetika pertumbuhan biomassa, penggunaan substrat


dan pembentukan produk pada media Shu & Johnson

13
Produksi Asam Sitrat oleh Aspergillus niger

Tabel 4.1. Parameter kinetika untuk media sintetis H.J Peppler dan Shu &
Johnson

Parameter kinetika Media sintetis Media sintetis


H.J Peppler Shu & Johnson
Laju pertumbuhan
0,219 0,251
spesifik (µ, hari-1)
Yield X/S 0,122 0,157
Yield P/S 0,004 0,002

Dengan demikian laju pertumbuhan dan laju pertumbuhan spesifik juga


akan meningkat. Pada saat laju pertumbuhan mencapai titik maksimal, maka
tercapailah fasa eksponensial. Pada fasa ini laju pertumbuhan tetap dan
komposisi kimiawi media fermentasi akan berubah karena terjadi
penggunaan substrat dan sintesa produk. Pada saat substrat atau nutrisi
pembatas dalam media fermentasi hampir habis dan terjadi penumpukan
produk yang dapat menghambat pertumbuhan, maka akan terjadi
penurunan laju pertumbuhan. Pada fasa stasioner, konsentrasi biomassa
maksimal dan pertumbuhan terhenti. Fasa kematian ditandai dengan
berkurangnya jumlah sel yang hidup (viable cell) karena kematian
(mortalitas) yang diikuti oleh otolisis enzim selular.

Dari hasil penelitian terlihat bahwa laju pertumbuhan spesifik Aspergillus


niger pada media sintetis Shu & Johnson (0,251/hari) dibandingan media
sintetik Peppler (0,219/hari). Yield biomassa terhadap substrat (YX/S) media
sintetis Shu & Johnson (0,157) juga lebih besar dibandingkan media sintetik
Peppler ( 0,122). Pada media Shu & Johnson terdapat unsur fosfat, logam
besi (Fe) dan seng (Zn) dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan
media sintetis Peppler. Efek dari makronutrien dan trace elemen saling
mempengaruhi pertumbuhan biomassa dan pembentukan produk asam

14
Produksi Asam Sitrat oleh Aspergillus niger

sitrat. Fosfat adalah makroelemen yang sangat dibutuhkan dalam proses


pertumbuhan sel untuk mensintesa nucleotides dan senyawa fosfor lain. Fe
dan Zn berperan sebagai ko-faktor dalam pertumbuhan biomassa. Fe berada
dalam ferredoxin dan cytochrome dan mengatur pembentukan beberapa
produk fermentasi. Zn merupakan ko-faktor beberapa enzim.

Yield produk terhadap substrat (YP/S) untuk media sintesis Shu & Johnson
yaitu 0,02 lebih kecil dibandingkan media sintetis Peppler (0,04). Kondisi
yang mendukung pembentukan asam sitrat adalah konsentrasi gula yang
tinggi antara 14 – 22%(w/v), konsentrasi fosfat yang rendah, pH 1,7 - 2, laju
aerasi yang tinggi dan ketiadaan trace element.Agar jumlah asam sitrat yang
diekskresikan lebih banyak maka pertumbuhan biomassa harus dicegah
dengan cara membatasi konsentrasi fosfat dan trace elemen seperti Fe, Mn
dan Zn. Akumulasi asam sitrat akan tercapai jika konsentrasi fosfat, Fe dan
Zn lebih rendah dari konsentrasi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
optimum biomassa. Pada kondisi konsentrasi trace elemen sangat terbatas
maka konsentrasi fosfat tidak perlu dibatasi. Namun jika jika konsentrasi
trace elemen tidak bisa dikendalikan maka konsentrasi fosfat harus rendah
agar terjadi akumulasi asam sitrat. Beberapa sumber karbon seperti molase
tebu ataupun beet, sukrosa ataupun hidrolisis starch harus dilakukan pra-
treatment berupa pengendapan ion-ion logam. Konsentrasi ion ammonium
selama proses fermentasi asam sitrat berada dalam rentang yang cukup luas
yaitu 0,3 – 1,5 g NH4+/lt. Penambahan ion ammonium secara bertahap
selama proses fermentasi berlangsung akan meningkatkan produksi asam
sitrat, terutama pada saat laju produksi asam sitrat menurun. Pada
metabolisma asam sitrat, Fe berperan untuk mengaktifkan enzim acotinase,
yang mengakibatkan reaksi reversibel antara asam sitrat, akotinat dan
isositrat.

15
Produksi Asam Sitrat oleh Aspergillus niger

Dengan aktifnya enzim isocitric dehydrogenase dan isocitric lysase maka


kesetimbangan reaksi akan bergeser ke isocitrate dan siklus asam
trikarboksilat akan terus berlangsung untuk menghasilkan oxaloacetate
sebagai senyawa intermedier sebagai pembangun struktur sel mikroba.
Dengan membatasi konsentrasi Fe maka kesetimbangan akan terganggu,
siklus asam trikarboksilat akan terputus sehingga terjadi akumulasi asam
sitrat.

4.2 Pengaruh Penambahan Fe, Zn dan P terhadap Kecepatan


Pertumbuhan Spesifik (µ) dan Yield/perolehan
Pengaruh Penambahan Fe, Zn dan P terhadap Yield/perolehan biomassa
terhadap substrat (Y X/S) dan produk terhadap substrat pada media sintetis
HJ Peppler (Y P/S) disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Kecepatan pertumbuhan spesifik (µ) dan yield/perolehan biomassa


dan asam sitrat pada media sintetis HJ Peppler

Jenis media µ (1/hari) Y X/S Y P/S


Media standar 0,2191 0,1223 0,0043
Media dengan penambahan Fe 0,1608 0.1030 0,0019
Media dengan penambahan Zn 0,2243 0,1647 0,0019
Media dengan penambahan P 0,3137 0,2629 0,0014

Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa bahwa penambahan Fe, Zn dan P akan
meningkatkan kecepatan pertumbuhan spesifik dan perolehan biomassa
terhadap substrat Y X/S. Namun sebaliknya penambahan Fe, Zn dan P
menurunkan perolehan produk terhadap substrat Y P/S.

Besi sangat penting sebagai ko-faktor yang berperan dalam pengaturan


proses fermentasi. Defisiensi besi sangat diperlukan untuk ekskresi asam
sitrat dari biomassa. Dengan penambahan besi, maka biomassa akan

16
Produksi Asam Sitrat oleh Aspergillus niger

mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan media


standar, sedangkan asam sitrat yang diperoleh lebih sedikit. Untuk mencapai
ekskresi asam sitrat yang berlimpah,maka pertumbuhan biomassa harus
dibatasi. Pengkondisian agar diperoleh akumulasi asam sitrat adalah
defisiensi salah satu atau lebih elemen penting dalam media fermentasi,
yang dapat dilakukan dengan pembatasan konsentrasi P, Fe dan Zn. Efek-
efek yang ditimbulkan oleh logam-logam ini saling terkait sedemikian
sehinggga konsentrasi yang tepat dari suatu logam bergantung kepada
konsentrasi logam-logam lain yang terdapat dalam media fermentasi.

Pada metabolisme produksi asam sitrat, Fe berperan dalam mengaktifkan


enzim acotinase, yang mengakibatkan reaksi reversibel antara asam sitrat,
akotinat dan isositrat. Dengan aktifnya enzim lain yaitu enzim isocitric
dehygronase dan isocitric lysase, maka kesetimbangan reaksi akan bergeser
ke isocitrate dan siklus asam trikarboksilat akan terus berlangsung untuk
menghasilkan oxaloacetate sebagai senyawa intermediate. Produk
metabolisme ini akan digunakan untuk membangun senyawa-senyawa
penyusun sel mikroba, sehingga akan mengurangi produksi asam sitrat.

Pada media HJ Peppler standar dengan konsentrasi Fe 0,5 mg/lt, akumulasi


asam sitrat akan terjadi dengan putusnya siklus asam trikarboksilat ini
dengan cara membatasi konsentrasi besi, sehingga kesetimbangan terganggu
dan asam sitrat akan terakumulasi lalu diekskresikan ke media fermentasi.

4.2 Pengaruh Konsentrasi Glukosa Awal dan Penambahan etanol


terhadaip Kecepatan Pertumbuhan Spesifik (µ) dan Yield/perolehan
Pengaruh konsentrasi glukosa awal dan penambahan etanol terhadap
yield/perolehan biomassa substrat (Y X/S) dan produk terhadap substrat pada
media sintetis Shu & Johnson (Y P/S) disajikan pada Tabel 4.3.

17
Produksi Asam Sitrat oleh Aspergillus niger

Tabel 4.2 Kecepatan pertumbuhan spesifik (µ) dan yield/perolehan biomassa


dan asam sitrat pada media sintetis Shu & Johnson

Jenis media µ (1/hari) Y X/S Y P/S


Media standar 0,2510 0,1567 0,0022
Media dengan penambahan 0,2146 0,0658 0,0021
glukosa
Media dengan penambahan etanol 0,2046 0,1187 0,002

Dari Tabel 4,3 terlihat bahwa penambahan glukosa yang lebih banyak dari
media standar tidak berakibat pada peningkatan biomassa secara
keseluruhan. Penambahan glukosa yang terlalu tinggi akan menurunkan
kecepatan pertumbuhan spesifik dan yield biomassa terhadap substrat. Hal
ini terjadi karena adanya efek penghambatan oleh substrat berlebih.
Konsentrasi substrat yang terlalu tinggi tidak akan meningkatkan kecepatan
pertumbuhan spesifik biomassa tapi akan menghambatnya. Pada konsentrasi
glukosa awal yang optimal, glukosa masuk ke dalam sel secara osmosis
yaitu dari larutan hypotonis (kurang pekat) ke dalam sel yang memiliki
larutan hipertonis (lebih pekat). Tetapi pada konsentrasi glukosa yang
terlalu tinggi mejadikan larutan substrat menjadi hypertonis dan
protoplasma menjadi hypotonis sehingga protoplasma akan berosmosis ke
media fermentasi dan isi sel akan berkurang. Bila proses ini terus menerus
berlangsung maka akan terjadi plasmolisis yaitu lepasnya protoplasma dari
dinding sel.

Asam sitrat yang terbentuk lebih sedikit dibanding dengan media Shu &
Johnson standar. Asam sitrat merupakan metabolit primer yang pola
pembentukan produknya berasosiasi dengan pertumbuhan, sehingga dapat
dipahami jika kecepatan pertumbuhan biomassa menurun maka produksi
asam sitrat juga akan menurun.

18
Produksi Asam Sitrat oleh Aspergillus niger

Penambahan etanol 3% (v/v) sebanyak 30 ml akan menurunkan kecepatan


pertumbuhan spesifik dibandingan media Shu & Johnson standar. Etanol
berpengaruh terhadap permeabilitas sel dan dapat merusak
membram/dinding sel sehingga dapat mempercepat ekskresi asam sitrat ke
larutan fermentasi.

V. KESIMPULAN
Produksi asam sitrat oleh Aspergillus niger sangat dipengaruhi oleh
komposisi media fermentasi. Produksi asam sitrat yang tinggi akan tercapai
pada konsentrasi gula antara14 – 22 % (w/v). Konsentrasi gula yang terlalu
tinggi akan menjadi inhibibitor pada proses metabolisme. Sumber nitrogen
dalam bentuk ammonium ataupun urea tidak mempengaruhi produksi asam
sitrat. Akumulasi asam sitrat akan tercapai jika konsentrasi fosfat, Fe , Zn,
dan Mn lebih rendah dari konsentrasi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
optimum biomassa. Pada kondisi konsentrasi trace elemen Fe, Zn dan Mn
sangat terbatas maka konsentrasi fosfat tidak perlu dibatasi. Namun jika jika
konsentrasi trace elemen Fe, Zn dan Mn tidak bisa dikendalikan maka
konsentrasi fosfat harus rendah agar terjadi akumulasi asam sitrat. Alkohol
akan meningkatkan produksi asam sitrat jika ditambahkan pada media
fermentasi yang konsentrasi trace elemen dan pengotornya cukup tinggi,
namun akan menurunkan produksi asam sitrat jika ditambahkan pada media
fermentasi yang tidak mengandung trace elemen/pengotor.

19
Produksi Asam Sitrat oleh Aspergillus niger

DAFTAR PUSTAKA

1. Bailey James E, David F. Ollis, Biochemical Engineering


Fundamentals, Second Edition, Mc.Graw Hill Chemical
Engineering Series, Singapura, 1986.
2. Cate Prescott Samuel, Cecil Gordon Dunn, Industrial Microbiology,
Mc.Graw Hill Book Company, New York, 1959.
3. Mangunwidjaja Djumali, Ani Suryani, Teknologi Bioproses, Penebar
Swadaya, Jakarta, 1994.
4. Moo Young Murray, Comprehensive Biotechnology, Vol.3,
Pergamon Press, New York.
5. Rohr Max, Christian P. Kubicek, Jiri Kominek, Citric Acid, Institut
fur Biochemishe Technologie und Mikrobiologie, Technische Wien
Australia.
6. Shuler Michael L, Fikret Kargi, Bioprocess Engineering Basic
Concept, Prentice-Hall International, Inc., New Jersey, 1992.

20
Produksi Asam Sitrat oleh Aspergillus niger

21

Anda mungkin juga menyukai